• Tidak ada hasil yang ditemukan

Variasi Panjang Kaki Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) di Kabupaten Jembrana Bali: Panjang Humerus - Metacarpus dan Femur – Metatarsus.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Variasi Panjang Kaki Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) di Kabupaten Jembrana Bali: Panjang Humerus - Metacarpus dan Femur – Metatarsus."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

VARIASI PANJANG KAKI (Humerus - Metacarpal dan Femur – Metatarsal) KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) DI KABUPATEN JEMBRANA BALI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh

Gde Angga Caka Primanditha NIM. 1009005056

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

VARIASI PANJANG KAKI ( Humerus - Metacarpal dan Femur – Metatarsal ) KERBAU LUMPUR (Bubalus bubalis) DI KABUPATEN JEMBRANA BALI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Kedokteran Hewan

Oleh

Gde Angga Caka Primanditha NIM. 1009005056

Menyetujui / Mengesahkan :

Pembimbing I Pembimbing II,

Dr. drh. I Nengah Wandia, M.Si Dr. drh. I Ketut Suatha, M.Si

NIP.19661001 199403 1 001 NIP. 19590713 198702 1 001

DEKAN FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS UDAYANA

Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, MP

NIP. 19600305 198403 1 001

(3)

Setelah mempelajari dan menguji dengan sungguh-sungguh kami berpendapat bahwa

tulisan ini baik ruang lingkup maupun kualitasnya dapat diajukan sebagai skripsi untuk

memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan.

Ditetapkan di Denpasar, tanggal ……….

Panitia Penguji

Dr. drh. I Nengah Wandia, M.Si

Ketua

Dr. drh. I Ketut Suatha, M.Si

Sekretaris

Dr. drh. Ni Nyoman Werdi Susari, M.Si

Anggota

drh. I Gede Soma, M.Kes

Anggota

drh. Sri Kayati Widyastuti, M.Si

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Gde Angga Caka Primanditha lahir di Palasari pada tanggal 17 Maret

1992. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari pasangan I Wayan Sudiartawan

dan Ni Nengah Wiryantini.

Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak pada tahun 1997 s/d 1998 di TK

Melati Melaya Jembrana, dilanjutkan memasuki jenjang pendidikan di Sekolah Dasar pada tahun

1998 s/d 2004 di SD Negeri 2 Nusasari Melaya Jembrana, kemudian memasuki Sekolah

Menengah Pertama pada tahun 2004 s/d 2007 di SMP Negeri 1 Melaya, selanjutnya memasuki

Sekolah Menegah Atas pada tahun 2007 s/d 2010 di SMA Negeri 1 Melaya, dan memasuki

perkuliahan pada tahun 2010 s/d 2015 di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana

melalui jalur PMDK.

Untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Sarjana Kedokteran Hewan penulis

(5)

ABSTRAK

Kerbau rawa atau kerbau lumpur (Bubalus bubalis) merupakan hewan ternak yang cukup potensial dikembangkan di daerah pertanian. Suatu keunikan terdapat di Kabupaten Jembrana adalah kerbau secara berpasangan menarik cikar kemudian di adu lari cepat dengan pasangan-pasangan kerbau yang lain. Peristiwa adu lari cepat pasangan-pasangan kerbau jantan tersebut dinamakan makepung. Penelitian dilakukan di Kabupaten Jembrana Bali pada bulan januari 2015 untuk meneliti variasi panjang kaki (humerus-metacarpal dan femur-metatarsal) kerbau lumpur. Penelitian menggunakan kerbau lumpur jantan dewasa yang digunakan dalam kegiatan makepung dengan jumlah 63 ekor. Pada blok barat terdapat 37 ekor dan blok timur 26 ekor. Data yang dikumpulkan dianalisis dengan Uji-t (P ≥0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada blok barat, panjang kaki depan atas (scapula-humeri sampai carpi-antebracii) merupakan ukuran kaki yang paling seragam dan panjang kaki depan bawah (carpi-antebracii sampai metacarpi-phalangeal) merupakan ukuran kaki yang paling beragam. Pada blok timur menunjukkan bahwa panjang kaki belakang bawah (tarso-tibia sampai metatarsi-phalangeal) merupakan ukuran kaki yang paling seragam dan panjang kaki depan bawah (carpi-antebracii sampai metacarpi-phalangeal) merupakan ukuran kaki yang paling beragam.

(6)

ABSTRACT

Swamp buffalo (Bubalus bubalis) is a considerable livestock potential to be developed in the area of agriculture. A uniqueness contained in Jembrana is that the buffalo is also used as an entertainment center that has an attraction for tourists. Buffalo in pairs interesting cikar later in the race quickly with couples buffalo others. Fast run race event buffalo male partner is called makepung. The study was conducted in Jembrana Bali in january 2015 to examine the variation of swamp buffalo leg (humerus-metacarpal dan femur-metatarsal). Research using adult male buffalo mud used makepung the number 63. In the blok barat 37 and blok timur 26. Results were collected analyzed by t-test (P≥0,05). The result showed that the blok barat, the front legs are long over (scapula-humeri until carpi-antebracii) is a measure of distance the most uniform and the lenght of the front foot down (carpi-antebracii until metacarpal-phalangeal) the size of leg the most diverse. In the blok timur show that long walk back down (tarso-tibia until metatarsal-phalangeal) the size of leg of the most uniform and the lenght of the front foot down (carpi-antebracii until metacarpal phalangeal) is the size of the feet of the most diverse.

(7)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa karena atas berkat

dan rahmatnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Variasi Panjang Kaki (Humerus – Metacarpal dan Femur – Metatarsal) Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis) Di Kabupaten Jembrana Bali”. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Kedokteran Hewan pada Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.

Pada kesempatan ini penulis menyampaiakn ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. drh. Nyoman Adi Suratma, M.P selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana.

2. Bapak Dr.drh. I Nengah Wandia, M.Si dan Bapak Dr.drh. I Ketut Suatha, M.Si sebagai

pembimbing I dan pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan tenaga

untuk membimbing, memberi motivasi dan mengarahkan penulis dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr.drh. Ni Nyoman Werdi Susari, M.Si, Bapak Drh. I Gede Soma, M.Kes dan Drh.

Sri Kayati Widyastuti, M.Si sebagai penguji I, penguji II, dan penguji III yang sudah

bersedia meluangkan waktu, memberikan kritik dan saran yang membangun untuk

penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Bapak Prof. Dr. drh. Ida Bagus Komang Ardana, M.Kes sebagai pembimbng akademik

yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

5. Bapak dan Ibu dosen yang sudah mendidik penulis selama belajar menjadi mahasiswa

dan seluruh jajaran staf Tata Usaha dan Perpustakaan di Fakultas Kedokteran Hewan

Universitas Udayana.

6. Kedua orang tua penulis, bapak I Wayan Sudiartawan dan ibu Ni Nengah Wiryantini

tercinta, atas semangat, doa, kasih sayang, ketulusan, dan segala pengorbanannya dalam

(8)

7. Rekan penelitian Ary Mas Wiryatama, Nur Faidah Hasnur, Syifaurahmah Yulianty dan

Debora Selfia Manurung yang selalu semangat dalam penelitian dan penulisan skripsi.

8. Leonitha, Maliga, Ramanuja, Bayu, Andriana, Fandy, Arya, Tri Cahyadi, Sumardika,

Alik, Hariyoga serta angkatan 2010 yang telah memberikan motivasi dan semangat

kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari

itu adanya kritik dan saran sangat membantu dari semua pihak. Penulis berharap kiranya skripsi

ini dapat bermanfaat bagi banyak orang dan menambah pengetahuan.

Denpasar, Februari 2015

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

ABSTRAK... v

ABSTRACT ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Kerangka Konsep ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Klasifikasi Kerbau Lumpur ... 7

2.2 Morfologi Kerbau Lumpur ... 8

2.3 Penyebaran dan Habitat Kerbau Lumpur ... 10

2.4 Kabupaten Jembrana ... 11

2.5 Karakteristik Kerbau Lumpur ... 12

BAB III MATERI DAN METODE ... 14

3.1 Materi Penelitian ... 14

3.1.1 Objek Penelitian.. ... 14

3.1.2 Alat Penelitian ... 14

3.2 Metode Penelitian ... 14

3.2.1 Rancangan Penelitian... 14

3.2.1.1 Jenis Penelitian ... 14

3.2.1.2 Kerangka Kerja Penelitian ... 15

3.2.2 Variabel Penelitian ... 16

3.2.3 Cara Pengumpulan Data ... 16

3.2.4 Prosedur Penelitian ... 17

3.2.5 Analisis Data ... 19

3.2.6 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 21

4.1 Hasil ... 21

(10)

4.1.2. Uji –t terhadap Panjang Kaki Kerbau Lumpur pada Blok Barat dan Blok Timur di Kabupaten

Jembrana Bali………...23

4.2 Pembahasan……….……..23

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………..27

5.1 Simpulan………...27

5.2 Saran……….27

DAFTAR PUSTAKA……… 28

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kerbau Lumpur (Bubalus bubalis)………7

Gambar 2. Kerbau Sungai (River buffalo)...7

Gambar 3. Peta Kabupaten Jembrana, Bali...11

Gambar 4. Pengukuran Panjang Kaki Kerbau...18

Gambar 5. Peralatan yang digunakan dalam penelitian………33

Gambar 6. Proses Pengukuran kerbau lumpur………..35

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Variasi Panjang Kaki Kerbau Lumpur pada Blok Barat

di Kabupaten Jembrana Bali………..…………21 Tabel 2. Variasi panjang Kaki Kerbau Lumpur pada Blok Timur

di Kabupaten Jembrana Bali………….………..………22 Tabel 3. Panjang Kaki kerbau Lumpur pada Blok Barat dan Blok Timur

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Hasil Analisis Uji-t Statistik Variasi Panjang Kaki Kerbau

Lumpur pada Blok Barat dan Blok Timur di Kabupaten

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Penelitian.

Kerbau adalah binatang memamah biak yang menjadi ternak bagi banyak

bangsa di dunia, terutama Asia. Hewan ini adalah domestikasi dari kerbau liar (orang

India menyebutnya arni) yang masih dapat ditemukan di daerah-daerah

Pakistan, India, Bangladesh, Nepal, Bhutan, Vietnam, Cina, Filipina, Taiwan,Indones

ia dan Thailand. Kerbau di dunia populasinya sekitar 158 juta ekor dan Asia adalah

tempat asal kerbau, 97% dari populasi kerbau di dunia terdapat di Asia, sehingga

dapat dikatakan bahwa kerbau adalah ternak Asia (FAO, 2000).

Di Indonesia, populasi kerbau tahun 2008 berjumlah 2,2 juta ekor, dimana lebih

dari setengahnya (51%) berada di Pulau Sumatera. Tiga propinsi dengan jumlah

populasi kerbau terbanyak adalah Nanggroe Aceh Darussalam (410,5 ribu ekor),

Sumatera Barat (197,3 ribu ekor) dan Sumatera Utara (189,2 ribu ekor). Selama lima

tahun terakhir (2004-2008) populasi kerbau naik turun dan cenderung mengalami

penurunan sekitar 8,8% (Direktorat Jenderal Peternakan, 2008).

Populasi kerbau di Kabupaten Jembrana tercatat pada tahun 2012 berjumlah

456 ekor kerbau jantan yang terdiri atas 184 ekor di Kecamatan Melaya, 123 ekor di

Kecamatan Negara, 68 ekor di Kecamatan Jembrana, 74 ekor di Kecamatan

Mendoyo, dan 7 ekor di Kecamatan Pekutatan (Dinas Peternakan Kabupaten

(15)

2

Kerbau rawa atau kerbau lumpur (Bubalus bubalis) merupakan hewan ternak

yang cukup potensial dikembangkan di daerah pertanian. Tujuan utama pemeliharaan

kerbau sebagai hewan ternak adalah sebagai hewan kerja di samping sebagai

penghasil daging. Pemakaian kerbau sebagai hewan kerja dalam pengolahan lahan

pertanian perannya cukup besar bagi usaha pertanian yang diusahakan. Pemanfaatan

jasa hewan ternak kerbau sebagai sumber tenaga kerja tidak hanya terbatas untuk

pengolahan lahan pertanian, tetapi mempunyai peluang untuk dimanfaatkan sebagai

sarana rekreasi (Sumadi et al., 1992).

Suatu keunikan terdapat di Kabupaten Jembrana adalah bahwa kerbau juga

dimanfaatkan sebagai sarana hiburan yang mempunyai daya tarik bagi wisatawan.

Kerbau secara berpasangan menarik cikar kemudian di adu lari cepat dengan

pasangan-pasangan kerbau yang lain. Peristiwa adu lari cepat pasangan kerbau jantan

tersebut dinamakan makepung. Pelaksanaan adu makepung biasanya dilakukan pada

musim kemarau atau setelah panen padi di sawah, dengan dibentuk organisasi

makepung yang terdiri dari dua kelompok yang diberi nama “Blok Barat” dari Kecamatan Melaya sampai Kecamatan Negara dengan lambang bendera warna hijau

dan “Blok Timur” dari Kecamatan Jembrana sampai Kecamatan Pekutatan dengan

lambang bendera warna merah dengan batasan wilayah pada “Tukad Ijo gading”.

Pelaksanaan makepung ini dimulai kisaran bulan Juli sampai Oktober, baik itu berupa latihan, pertandingan persahabatan, perebutan piala Bupati (Bupati cup), maupun

(16)

3

dominan memiliki kerbau jantan daripada kerbau betina, itu menunjukkan bahwa

masyarakat di kabupaten Jembrana menggunakan kerbau makepung yang di dapat bukan dari indukan sendiri, kerbau yang digunakan merupakan kerbau yang

didatangkan dari luar Bali untuk dilatih dan dipersiapkan sebagai kerbau acuan atau

kerbau makepung (IGNB Rai Mulyawan, Wawancara Pribadi, 2014).

Menurut IGNB Rai Mulyawan (Wawancara Pribadi, 2014) panjang kaki

kerbau lumpur pada populasi kerbau makepung di Kabupaten Jembrana sangat mempengaruhi kerbau untuk memiliki kemampuan berlari yang sangat cepat. Dengan

memiliki kaki depan dan kaki belakang yang panjang dan juga panjang kaki sesuai

dengan besar tubuh kerbau, maka kerbau tersebut memiliki langkah kaki yang lebih

jauh dibanding kerbau lain, dengan begitu kerbau tersebut akan memiliki kemampuan

berlari sangat cepat. Pemilihan berdasarkan hal tersebut diyakini akan mempengaruhi

performa kerbau lumpur saat makepung. Sehingga sangat besar peluang panjang kaki

tehadap pemilihan kerbau lumpur yang dibeli kemudian dipelihara di Kabupaten

Jembrana Bali.

Berdasarkan hal tersebut diatas, peneliti sangat tertarik untuk meneliti variasi

panjang kaki kerbau lumpur yang digunakan makepung di Kabupaten Jembrana di wilayah Blok Barat dan Blok Timur. Saat ini belum tersedianya kajian tentang variasi

morfometri panjang kaki kerbau yang digunakan makepung di Kabupaten Jembrana. Berdasarkan informasi tersebut, maka dilakukan penelitian variasi panjang kaki

(17)

4

Penelitian yang dilakukan adalah panjang kaki depan mulai dari Os. Humerus sampai

Os. Metacarpal dan panjang kaki belakang mulai dari Os. Tibia sampai Os. Metatarsal. Menurut I Komang Suardita (Wawancara pribadi, 2014) kesan panjang

kaki ditampakkan dari tinggi badan mulai dari permukaan tanah sampai permukaan

batas badan kerbau, karena bagian kaki yang lain melekat dibadan kerbau. Maka

dilakukan penelitian kaki depan dimulai dari panjang kaki depan atas (

scapula-humeri sampai carpi-antebracii), kaki depan bawah (carpi-antebracii sampai metacarpi-phalangeal), dan panjang kaki belakang atas (femur-tibia sampai

tarso-tibia), kaki belakang bawah (tarso-tibia sampai metatarsi-phalangeal). 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan sebuah

permasalahan, yaitu : Apakah ada variasi panjang kaki kerbau lumpur yang

digunakan makepung (Blok Barat dan Blok Timur) di Kabupaten Jembrana Bali ?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi panjang kaki kerbau lumpur

yang digunakan makepung (Blok Barat dan Blok Timur) di Kabupaten Jembrana Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Tersedianya data mengenai variasi panjang kaki kerbau lumpur yang digunakan

(18)

5

1.5Kerangka Konsep

Fenotipe adalah performans atau penampilan individu yang ditentukan oleh dua

faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik ditentukan oleh

susunan gen dan kromosom yang dimiliki oleh ternak. Pengaruh faktor genetik

bersifat baka (tidak akan berubah selama hidupnya, selama tidak terjadi mutasi dari

gen yang menyusunnya). Sedangkan pengaruh lingkungan bersifat tidak baka (tidak

tetap) dan tidak dapat diwariskan kepada keturunannya dan tergantung pada kapan

dan dimana individu tersebut berada (Lidia, 2009).

Genotipe akan tetap konstan sepanjang hayat individu tersebut, sedangkan

fenotipe berubah setiap saat. Dua individu dengan genotipe yang sama akan jadi

berbeda dalam fenotipenya, jika masing-masing berada dalam daerah yang kondisi

makanan, suhu udara yang mempunyai sifat turunan yang sama, dinyatakan sebagai

variasi lingkungan atau modifikasi lingkungan (Pane, 1993).

Variasi panjang kaki kerbau lumpur dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor

eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal dipengaruhi dari lingkungan, pakan,

(19)

6

Kerangka konsep yang digunakan sebagai berikut :

Variasi Morfometri

Keterangan :

= Variabel yang diteliti

= Variabel yang tidak diteliti

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Faktor Internal :

 Genetik

Variasi Panjang Kaki

 Panjang kaki depan atas

(scapula-humeri sampai

carpi-antebracii)

 Panjang kaki depan bawah

(carpi-antebracii sampai metacarpi-phalangeal)

 Panjang kaki belakang atas (femur-tibia sampai tarso-tibia)  Panjang kaki belakang bawah

(tarso-tibia sampai

metatarsi-phalangeal) Kerbau Lumpur Faktor Eksternal  Lingkungan  Pakan

(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Klasifikasi Kerbau Lumpur

Gambar 1. Kerbau Lumpur (swamp buffalo) Gambar 2. Kerbau Sungai (river buffalo) (Wikipedia, 2014)

Beberapa tipe kerbau liar masih dapat ditemukan, antara lain Anoa (Bubalus depressicornis) terdapat di daerah Sulawesi, kerbau Mindoro (Bubalus

mindoronensis) terdapat di Filiphina, Bubalus caffer yang terdapat di Afrika Timur dan Barat Daya dan kerbau merah terdapat di daerah Tsad, Niger, Kongo dan Maroko

Selatan. Kerbau yang didomestikasi sekarang secara umum dibagi menjadi dua yaitu

kerbau rawa atau Swamp buffalo (Gambar 1) yang berkembang di Asia Tenggara:

Vietnam, Laos, Kamboja, Thailand, Philipina, Malaysia, dan Indonesia; dan kerbau

(21)

8

Terdapat dua bangsa kerbau lokal yang ada di Indonesia, yaitu kerbau rawa atau

kerbau lumpur (Swamp buffalo) (Gambar 1) dan kerbau sungai (Riverine buffalo) (Gambar 2). Kerbau lumpur mendominasi jenis kerbau yang ada di Indonesia dengan

jumlah sekitar 95%. Secara umum kerbau rawa atau kerbau lumpur memiliki

konformasi tubuh pendek dan gemuk dengan tanduk panjang. Muka mempunyai dahi

yang datar dan pendek dengan moncong luas. Bentuk tanduk biasanya melengkung

ke belakang, dengan bobot dewasa pada jantan sekitar 700 kg dan betina sekitar 500

kg. Kapasitas produksi susunya rendah berkisar antara 430-620 kg per laktasi

(WebsterdanWilson, 1980).

Taksonomi dari kerbau lumpur atau Bubalus bubalis carabanesis adalah kingdom Animalia; subkingdom Bilateria; infrakingdom Deuterostomia; phylum Chordata;

subphylum Vertebrae; infraphylum Gnathostomata; superclass Tetrapoda; class

Mammalia; subclass Theria; Infraclass Eutheria; Order Artiodactyla; Family

Bovidae; Subfamily Bovinae; Genus Bubalus; Spesies Bubalus bubalis (Sitorus dan Anggraeni, 2008).

2.2Morfologi kerbau lumpur

Kerbau rawa atau kerbau lumpur umumnya memiliki ciri warna kulit coklat

kehitaman, konformasi tubuhnya padat, ukuran tubuh dan kaki relatif pendek, perut

luas dengan leher panjang. Muka mempunyai dahi yang datar dan pendek dengan

moncong luas. Bentuk tanduk biasanya melengkung ke belakang. Bobot badan lebih

(22)

9

Kerbau rawa atau kerbau lumpur ini merupakan tipe kerbau yang sangat kuat

sehingga mampu menarik beban seberat 1-1,5 ton dengan kecepatan 3 km/jam dan

juga tahan bekerja terus menerus selama 4 jam. Kerbau rawa yang besar berasal dari

Thailand mempunyai berat lebih dari 900 kg, sedangkan (Philipine carabao) dari Filipina atau kerbau sungai yang kecil berasal dari Kalimantan bisa mempunyai berat

hanya 370 kg atau bahkan lebih kecil (Cockrill, 1974).

Ukuran tubuh kerbau sangat beragam sekitar 2.4 hingga 2.7 meter memanjang

dari kepala hingga bagian tubuh, ditambah dengan panjang ekor yang mencapai 60

hingga 100 cm. Kerbau rawa memiliki konformasi tubuh berat dan padat, kaki

pendek dan perut luas, leher panjang dahi datar, muka pendek dan moncong luas,

tinggi gumba kerbau rawa betina 120-127 cm dan jantan berkisar 129-133 cm

(Cockrill, 1974). Selain itu menurut Erdiansyah et al., (2008) kerbau rawa jantan memiliki lingkar dada 161 cm, panjang badan 119 cm dan pada kerbau rawa betina

lingkar dada 176 cm, panjang badan 119 cm.

Kerbau rawa atau kerbau lumpur atau Asian buffalo merupakan anggota terbesar dari kelompok Bovini yang termasuk didalamnya yak, bison, African buffalo,

beberapa spesies sapi liar serta jenis Bovini lainnya. Ketika berdiri, kerbau ini dapat

mencapai 1,5 hingga 1,9 meter pada bagian gumba. Kerbau sungai liar memiliki ciri

kulit hitam pekat. Kerbau jantan dan betina memiliki tanduk berbentuk bulan sabit

yang melengkung kebelakang. Kerbau betina berukuran lebih kecil dibandingan

(23)

10

2.3 Penyebaran dan habitat kerbau lumpur

Populasi kerbau yang ada di seluruh dunia saat ini berasal dari India yang

merupakan hasil dari proses domestikasi kerbau liar (Bubalus arnee) (Siregar et al.,

1996). Selain itu menurut Mason (1974) Kerbau lumpur ditemukan di Malaysia,

Filipina, Indonesia dan beberapa wilayah di Asia bagian selatan dan sering

dimanfaatkan oleh petani karena kemampuannya untuk menarik bajak atau kereta

sehingga memudahkan pekerjaan pertanian. Pada beberapa wilayah, kerbau dijadikan

sumber daging atau sebagai penghasil susu.

Kerbau lumpur akan dapat ditemukan di hutan tropis dan subtropis serta pada

padang rumput yang basah. Mereka dapat diklasifikasikan sebagai hewan hewan

yang sangat bergantung pada keberadaan air karena kebiasaannya untuk berkubang

dalam sungai atau lumpur. Karena perilaku inilah kerbau lumpur dapat ditemukan di

habitat basah seperti hutan, sungai, padang rumput, atau di daerah rawa. Habitat yang

cocok dengan hewan ini adalah campuran dari rerumputan tinggi dan sungai, karena

kawasan seperti ini akan mendukungnya untuk makan, minum ataupun kebutuhannya

untuk berkubang. Kerbau lumpur sangat menyukai air dan berpotensi untuk

dikembangkan di pedesaan. Karena perilaku inilah kerbau lumpur dapat ditemukan di

habitat basah seperti hutan, sungai, padang rumput, atau di daerah rawa (Baruselli et

(24)

11

2.4. Kabupaten Jembrana

Populasi kerbau di Kabupaten Jembrana tercatat pada tahun 2012 berjumlah

456 ekor kerbau jantan, 184 di Kecamatan Melaya, 123 ekor di Kecamatan Negara,

68 ekor di Kecamatan Jembrana, 74 ekor di Kecamatan Mendoyo, dan 7 ekor di

Kecamatan Pekutatan (Dinas Peternakan Kabupaten Jembrana, 2012).

Kabupaten Jembrana adalah satu dari sembilan Kabupaten dan Kota yang ada

di Propinsi Bali, terletak di belahan barat pulau Bali, membentang dari arah barat ke

timur pada 8°09'30" - 8°28'02" LS dan 114°25'53" - 114°56'38" BT. Luas wilayah

Jembrana 841.800 Km² atau 14,96% dari luas wilayah pulau Bali. Jembrana

mempunyai 5 kecamatan dan 51 desa/kelurahan. Kecamatan-kecamatan tersebut

adalah Jembrana, Melaya, Mendoyo, Negara, Pekutatan (Wikipedia, 2014).

(25)

12

2.5. Karakteristik Kerbau Lumpur

Kerbau lumpur merupakan ternak lokal yang hidup pada daerah lembab,

khususnya di daerah yang beriklim tropis. Kerbau lumpur sangat menyukai air dan

berpotensi untuk dikembangkan di pedesaan. Kerbau lumpur hidup di daerah tanah

berlumpur atau berawa-rawa, kesukaan kerbau rawa adalah berkubang, dan bobot

badannya yang relatif besar sehingga memungkinkan untuk dikembangkan sebagai

ternak penghasil daging yang baik (Lita, 2009).

Pada kerbau rawa atau kerbau lumpur, bagian tubuh berbentuk persegi panjang

(agak persegi) dengan rambut coat (berwarna krem atau coklat muda) pada kerbau yang berumur di bawah 2,5 tahun, sementara pada kerbau yang berumur di atas 2,5

tahun warna rambutnya akan lebih coklat kelabu kehitaman, semakin tua umur

kerbau maka warna rambut akan semakin kelam. Panjang rambut pada kerbau yang

masih muda lebih panjang daripada yang tua (4-5 cm). Kerbau lumpur berbadan

pendek, besar, bertanduk panjang, memiliki konformasi tubuh yang berat dan padat

dan biasanya berwarna abu-abu dengan warna yang lebih cerah pada bagain kaki.

Warna yang lebih terang dan menyerupai garis kalung juga terdapat dibawah dagu

dan leher. Kerbau lumpur tidak pernah berwarna coklat atau abu-abu coklat

sebagaimana kerbau sungai (Mason, 1974). Ciri-ciri bagian muka adalah dahi datar,

muka pendek dan moncong luas. Kerbau rawa atau kerbau lumpur memiliki tanduk

(26)

13

Pada pangkal tanduk berbentuk agak pipih serta bulat dan runcing pada ujung

dan tumbuh mengarah kesamping kemudian lurus kebelakang. Panjang tanduk

tergantung pada umur, semakin tua umur kerbau maka tanduknya akan semakin

panjang. Tanduk juga memiliki berbagai kegunaan pada hewan yaitu

mempertahankan diri dari predator dan mempertahankan wilayah sendiri (Adryani et al., 2012).

Kaki depan menopang berat tubuh saat kerbau beristirahat dan menjadi

peredam getaran saat kerbau berlari cepat. Kaki belakang berfungsi

sebagai pendorong saat kerbau berjalan dan berlari. Fungsi dasar keempat kaki

adalah penahan tubuh dan menjaga keseimbangan gravitasi dalam berbagai variasi

gerakan. Kaki kerbau memiliki struktur yang kompleks dan terdiri dari tulang,

persendian, ligamenta, otot, dan tendo. Semua komponen tersebut bekerja dalam satu

sistem sehingga kuda dapat melakukan aktifitas gerakannya. Kaki depan lurus sampai

lutut sedangkan kaki belakang agak miring kebelakang dengan warna putih dari lutut

sampai teracak. Pada teracak melebar keluar dan bagian depan lebih panjang dan

Gambar

Gambar 1.1 Kerangka Konsep
Gambar 1. Kerbau Lumpur (swamp buffalo)                 Gambar 2. Kerbau Sungai (river buffalo)

Referensi

Dokumen terkait

.RQVHS GHVDLQ EHUXSD ³ Back to Nature ´ yang akan diterapkan dalam fungsi berdasarkan kegiatan yang diwadahi dengan memasukan unsur alam yang berupa sungai buatan

Selain itu taman kota juga mempunyai fungsi lain yaitu dapat menambah keindahan visual perkotaan dan diharapkan mampu berperan sebagai wadah atupun tempat berkumpul yang

Hal tersebut dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam menjawab semua pertanyaan yang terdapat pada rumusan masalah yakni bagaimana strategi pemasaran sosial badan

Salah satu hal yang berkaitan antara automasi dengan pelayanan perpustakaan STAIN Kudus adalah dengan menyediakan komputer khusus untuk pemustaka, di mana dengan sarana

Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak tedapat interaksi antar konsentrasi PGPR dan pengurangan dosis pupuk anorganik pada diameter batang tanaman krisan potong pada

Sesuai dengan gambar di atas, maka arah arus induk yang timbul dalam kawat PQ yang digerakkan memotong tegak lurus garis gaya magnet adalah .... Berikut ini yang merupakan

21 Sesuai dengan pengertian nilai dan Pendidikan Islam yang telah dibahas sebelumnya, peneliti menyimpulkan bahwa nilai-nilai Pendidikan Islam itu adalah suatu hal yang menjadi

ambience atau nuansa yang dihadirkan saat konsumen mengunjungi tempat tersebut. Konsep usaha yang unik harus didukung pula oleh media promosi yang komunikatif, kreatif, dan