Daftar/FPEB/063/UN.40.FPEB.I.PL/2013
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN MENABUNG MARGINAL (MARGINAL PROPENSITY TO SAVE)
MASYARAKAT DI KELURAHAN CIBABAT KOTA CIMAHI
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh Ujian Sidang Sarjana Pendidikan pada Program Pendidikan Ekonomi
Disusun Oleh: Dini Septiani
0708539
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI FAKULTAS PENDIDIKAN EKONOMI DAN BISNIS
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN MENABUNG MARGINAL (MARGINAL PROPENSITY TO SAVE)
MASYARAKAT DI KELURAHAN CIBABAT KOTA CIMAHI
Oleh
Dini Septiani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis
© Dini Septiani 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Februari 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN MENABUNG MARGINAL (MARGINAL PROPENSITY TO SAVE)
MASYARAKAT DI KELURAHAN CIBABAT KOTA CIMAHI
Skripsi ini telah disetujui oleh :
Pembimbing I
Dr. Kusnendi, MS.
NIP. 19611022 198603 1 002
Pembimbing II
Navik Istikomah,SE., M.Si. NIP. 19751110 200501 2 002
Mengetahui,
Ketua Program
Pendidikan Ekonomi
ABSTRAK
Dini Septiani (0708539).“Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Menabung Marginal (Marginal Propensity to Save) Masyarakat di Kelurahan Cibabat Kota Cimahi”
Pembimbing I : Dr. Kusnendi, M.S., Pembimbing II : Navik Istikomah ,S.E, M.Si
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu rendahnya kecenderungan masyarakat untuk menabung. Hal tersebut dideteksi dapat dipengaruhi oleh penambahan pendapatan, tingkat suku bunga, dan sikap berhemat. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh faktor pendapatan, tingkat suku bunga dan sikap berhemat terhadap kecenderungan menabung marginal masyarakat. Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian yaitu masyarakat di Kelurahan Cibabat Kota Cimahi, dengan menggunakan sampel bertingkat sebanyak 396 orang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu survey eksplanatori dengan menggunakan angket sebagai alat pengumpul data dan teknik analisis data dalam menggunakan regresi linier berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendapatan, tingkat suku bunga dan sikap berhemat berpengaruh secara signifikan dengan arah positif terhadap kecenderungan menabung marginal (Marginal
Propensity to Save)
DAFTAR ISI
ABSTRAK………. i
KATA PENGANTAR……… ii
DAFTAR ISI………... iii
DAFTAR TABEL……….….. iv
DAFTAR GAMBAR……….. v
DAFTAR LAMPIRAN……….. vi
BAB I PENDAHULUAN……….. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……… 1
1.2 Rumusan Masalah……….. 8
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan………... 9
1.3.1 Tujuan………. 9
1.3.2 Manfaat………..………. 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA………..……… 11
2.1 Kajian Pustaka………..………. 11
2.1.1 Konsep Marginal Propensity To Save (MPS)……… 11
2.1.2 Konsep Marginal Propensity To Consume (MPC)…………. 22
2.1.3 Faktor-Faktor Penentu Tabungan……… 25
2.1.4 Konsep Pendapatan………. 26
2.1.5 Konsep Tingkat Suku Bunga……….. 30
2.1.6 Konsep Sikap Berhemat……….. 37
2.2 Kajian Empirik Hasil Penelitian………. 45
2.3 Kerangka Pemikiran……… 46
BAB III METODE PENELITIAN……….. 58
3.1 Objek dan Subjek Penelitian………...… 58
3.2 Metode Penelitian………..………..… 58
3.3 Definisi Operasionalisasi Variabel………. 59
3.4 Populasi dan Sampel……….... 61
3.4.1 Populasi………. 61
3.4.2 Sampel……….. 61
3.5 Sumber Data……… 67
3.6 Teknik Pengumpulan Data……….. 68
3.7 Pengujian Instrumen Penelitian………... 68
3.8 Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis………...… 74
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………. 85
4.1 Hasil Penelitian………... 85
4.1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian………. 85
4.1.2 Gambaran Umum Responden…..………..………. 92
4.1.3 Gambaran Umum Variabel Penelitian……..……… 94
4.1.4 Hasil Analisis Instrumen Penelitian…….……… 102
4.1.5 Hasil Analisis Data……….……… 104
4.2 Pembahasan Hasil Penelitian………. 114
4.3 Implikasi Pendidikan……….. 119
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 121
5.1 Kesimpulan………. 121
5.2 Saran……… 122
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Dalam perekonomian suatu Negara, tabungan dan investasi merupakan
salah satu indikator yang dapat menentukan tingkat pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi tersebut tentunya disertai dengan
memiliki dana yang cukup besar.
Pada umumnya Negara sedang berkembang selalu menghadapi
permasalahan terbatasnya dana untuk membiayai investasi yang cukup besar.
Investasi merupakan salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi.
Untuk keperluan tersebut telah dilakukan usaha yang intensif untuk
memobilisasi tabungan dari berbagai sumber. Usaha memobilisasi tabungan
atau menghimpun dana ketiga ditentukan oleh kesanggupan dan kemauan
masyarakat dari sisi penabung serta peran perbankan dari sisi penghimpun
dana. Ketidakserasian hubungan antara masyarakat dan perbankan sering
menghambat usaha untuk memobilisasi tabungan.
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997
yang kemudian menjadi krisis multidimensi berdampak pada kondisi
Indonesia secara umum tidak hanya terhadap sektor ekonomi saja. Nilai tukar
rupiah yang terdepresiasi sangat tajam, inflasi yang tinggi, menurunnya
kepercayaan investor untuk berinvestasi di Indonesia, merupakan beberapa
Di Indonesia, untuk membiayai pembangunan nasional yang
mencakup investasi domestik, sumber dananya dapat bersumber dari tabungan
nasional dan pinjaman luar negeri. Namun karena terbatasnya jumlah dana
serta pinjaman yang diperoleh dari luar negeri, maka diperlukan tabungan
nasional yang lebih tinggi sebagai sumber dana yang utama.
Pemerintah dalam upaya menghimpun dana masyarakat, salah satunya
adalah meningkatkan tabungan masyarakat. Kegiatan ini merupakan sumber
dana yang strategis dalam menunjang ekonomi suatu Negara. Tabungan yang
kurang mencukupi dalam negeri untuk investasi merupakan kendala utama
perkembangan perekonomian yang pesat. Produksi atau pendapatan nasional
dapat dinaikan dengan mengandalkan investasi yang tergantung pada besar
kecilnya tabungan di masyarakat.
Dengan didengungkannya otonomi daerah melalui Undang-Undang
No.22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan Undang-Undang No 25
Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah telah memberikan kewenangan yang luas kepada daerah
untuk melaksanakan pembangunan daerah atas prakarsa masyarakat daerah ini
membawa implikasi kepada daerah untuk bisa memanfaatkan seluruh potensi
yang ada di daerah agar otonomi yang dilaksanakan dapat membawa hasil
yang nyata bagi masyarakat daerah itu sendiri dalam bentuk peningkatan
kesejahteraan.
3
mengembangkan semua potensi yang ada, termasuk dalam hal penarikan dana
masyarakat. Hal itu digunakan untuk menutup kesenjangan
investasi-tabungan, baik tabungan itu berasal dari masyarakat domestic maupun dari
luar negeri.
Sebagai salah satu provinsi di Indonesia yang melaksanakan otonomi
daerah, Jawa Barat mendapatkan sorotan khusus para ekonom karena prospek
kegiatan ekonomi di provinsi ini menjanjikan. Itu disebabkan iklim ekonomi
yang ada di Jawa Barat terbilang kondusif. Selain iklim ekonomi yang
kondusif , pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pun terbilang menggairahkan.
Tabungan merupakan alternative sebagai pembiayaan pembangunan.
Peningkatan tabungan merupakan suatu cara yang strategis untuk
mempertahankan tingkat investasi dan laju pertumbuhan tang memadai
dengan mengurangi ketergantungan pemerintah dari bantuan pinjaman luar
negeri. Tabungan merupakan modal untuk mempercepat pembangunan
sehingga perlu dilakukan usaha-usaha untuk memobilisasi dana agar diperoleh
dana yang besar (Sinungan, 1998 : 352).
Sebagai gambaran disajikan data pada tabel 1.1 mengenai
perkembangan posisi simpanan rupiah masyarakat pada bank umum dan BPR
Table 1.1
Perkembangan Posisi Simpanan Rupiah Masyarakat Pada Bank Umum Dan BPR Provinsi Jawa Barat Tahun 1996-2011
(dalam miliar rupiah)
Tahun Jumlah Simpanan Masyarakat Pertumbuhan (%)
1996 281.718 -
1997 357.613 27
1998 573.524 60
1999 651.37 13
2000 554.549 -15
2001 643.53 16
2002 689.412 7
2003 755.599 10
2004 820.585 8
2005 890.802 9
2006 1.047.095 17
2007 1.248.777 19
2008 1.403.026 12
2009 1.612.578 15
2010 1.969.706 22
2011 2.363.332 20
Jumlah 15.863.216 240
Rata-Rata 991.451 16%
Sumber: Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (data diolah)
Dari data pada table 1.1, diketahui bahwa perkembangan tabungan di Jawa
Barat mengalami peningkatan dari segi jumlah. Akan tetapi apabila ditinjau dari
pertumbuhan yang terjadi, menunjukkan fluktuasi yang naik turun. Pada beberapa
tahun bahkan terjadi penurunan yang sangat tajam, seperti pada tahun 2000 yang
mengalami penurunan mencapai -15%. Selama periode tahun tahun 1996-2011
rata-rata simpanan masyarakat pertahun sebesar Rp 991.451, dengan rata-rata
5
. Lebih rinci akan dijelaskan posisi simpanan masyarakat di Kota Cimahi
sebagai berikut:
Pada tabel 1.2 dapat disimpulkan bahwa kecenderungan menabung
masyarakat kota cimahi belum stabil dan berfluktuasi setiap tahunnya. Selama
periode tahun tahun 1996-2011 rata-rata tabungan masyarakat pertahun
sebesar Rp 1.038.934,93 juta dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 21.9%.
Tabel 1.2
Perkembangan Posisi Simpanan Rupiah Masyarakat Pada Bank Umum Dan BPR Kota Cimahi Tahun 1996-2011
(dalam juta rupiah)
Tahun Jumlah Simpanan Masyarakat Pertumbuhan (%)
1996 351.794 -
1997 332.465 -5.5
1998 351.791 5.8
1999 371.071 5.5
2000 488.766 31.7
2001 764.73 56.5
2002 852.93 11.5
2003 1.240.716 45.5
2004 1.299.348 4.7
2005 1.393.624 7.3
2006 1.380.365 -0.9
2007 1.434.866 3.9
2008 1.891.276 31.8
2009 2.512.619 32.9
2010 3.574.258 42.3
2011 5.601.308 56.7
Jumlah 16.622.959 329.7
Rata-Rata 1.038.934,93 21,9%
Kota Cimahi merupakan kota yang sedang berkembang, tetapi
kegairahan masyarakat untuk menabung belum menunjukan tingkat yang
menggembirakan. Padahal pengerahan modal untuk pembangunan yang
mempunyai peranan sangat besar dalam kemajuan daerah berasal dari
tabungan masyarakat.
Perekonomian masyarakat dapat dikatakan berjalan stabil apabila
pendapatan yang diperoleh masyarakat mengalami peningkatan atau minimal
berada pada kondisi yang stabil. Dari besarnya pendapatan yang diperoleh
tersebut, hendaknya masyarakat dapat menyisihkan dari sebagian
pendapatannya untuk ditabung, karena tabungan masyarakat merupakan salah
satu sumber investasi yang dapat digunakan untuk menjalankan
pembangunan. Semakin besar tabungan masyarakat maka semakin besar pula
tingkat investasi maka semakin besar pula kesempatan untuk melaksanakan
pembangunan di berbagai sektor.
Banyak faktor yang mempengaruhi kecenderungan menabung
marginal (Marginal Propensity To Save) masyarakat, diantaranya pendapatan,
konsumsi, tingkat suku bunga, dan sikap berhemat. Seperti yang diungkapkan
oleh Keynes bahwa “Tabungan adalah pendapatan yang dikurangi
pengeluaran-pengeluaran konsumtif”. Tingkat pendapatan yaitu besarnya upah
yang diterima seseorang dalam masa kerja, dan konsumsi adalah besarnya
7
Disamping itu Sadono Sukirno mengemukakan sikap berhemat
termasuk kepada salah satu faktor yang mempengaruhi kecenderungan
menabung marginal (Marginal Propensity To Save) karena dalam sikap
berhemat kita menekan atau mengendalikan keinginan untuk mengkonsumsi.
Berdasarkan data dari Tabel 1.3, dapat dilihat rata-rata MPS Kelurahan
Cibabat hanya sebesar 0,2. Angka tersebut masih menunjukan kecenderungan
untuk menabung rendah. Data tersebut diperoleh dari 20 responden yang
dijadikan sebagai data pra penelitian.
Tabel 1.3
Marginal Propensity to Save (MPS) Masyarakat Kelurahan Cibabat, Kota Cimahi
Sumber : Pra penelitian (data diolah) No
2 54.000.000 60.000.000 6.000.000 16.800.000 18.000.000 1.200.000 0.2
3 33.600.000 36.600.000 3.000.000 0 0 0 0
Nampak masyarakat setempat kurang menaruh minat terhadap
kegiatan menabung. Hal tersebut mungkin dikarenakan banyaknya
pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga, pengelolaan uang yang kurang
baik, gaya hidup masyarakat yang konsumtif, tingkat kesadaran akan
pentingnya menabung di dalam masyarakat juga kurang, sehingga sebagian
besar masyarakat lebih mementingkan gaya hidup yang serba mewah dan
semua kebutuhan hidup dapat terpenuhi, rata-rata pendapatan masyarakat
yang masih belum mencukupi untuk menabung sehingga uang yang mereka
peroleh hanya cukup digunakan untuk kebutuhan sehari-hari, dan lain
sebagainya.
Berdasarkan pemaparan di atas, penulis tertarik untuk meneliti
faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan menabung (Marginal Propensity
To Save) masyarakat di Kelurahan Cibabat, dengan variabel yang diteliti yaitu
pendapatan, tingkat suku bunga dan sikap berhemat. Oleh karena itu penulis
mengambil judul ”Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan Menabung Marginal (Marginal Propensity To Save) Masyarakat di Kelurahan Cibabat Kota Cimahi”.
1.2Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini penulis membatasi permasalahan hanya pada
faktor Pendapatan, Tingkat suku bunga dan Sikap Berhemat. Adapun rumusan
9
1. Bagaimana pengaruh pendapatan masyarakat terhadap kecenderungan
menabung marginal (Marginal Propensity To Save) masyarakat di
Kelurahan Cibabat Kota Cimahi?
2. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap kecenderungan
menabung marginal (Marginal Propensity To Save) masyarakat di
Kelurahan Cibabat Kota Cimahi?
3. Bagaimana pengaruh sikap berhemat terhadap kecenderungan
menabung marginal (Marginal Propensity To Save) masyarakat di
Kelurahan Cibabat Kota Cimahi?
1.3Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.3.1Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini yaitu :
a. Untuk mengetahui pengaruh pendapatan masyarakat terhadap
kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity To Save)
masyarakat di Kelurahan Cibabat Kota Cimahi .
b. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap
kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity To Save)
masyarakat di Kelurahan Cibabat Kota Cimahi.
c. Untuk mengetahui pengaruh sikap berhemat terhadap kecenderungan
menabung marginal (Marginal Propensity To Save) masyarakat di
1.3.2Manfaat Penelitian
Manfaat dalam penelitian ini adalah :
Manfaat Teoritis
1. Memberi sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu ekonomi,
khususnya ekonomi mikro.
2. Memperkaya khasanah tulisan terutama yang berhubungan dengan
kecenderungan menabung marginal (marginal propensity to save)
Manfaat Praktis
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan
menabung marginal (Marginal Propensity To Save) masyarakat di
Kelurahan Cibabat Kota Cimahi.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para masyarakat untuk
meningkatkan kecenderungan menabung marginal (Marginal
Propensity To Save) masyarakat di Kelurahan Cibabat Kota Cimahi.
3. Sebagai bahan evaluasi pihak perbankan dan masyarakat dalam
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1Objek dan Subjek Penelitian
Menurut Suharsimi Arikunto (2006: 118), objek penelitian adalah
variabel penelitian, yaitu sesuatu yang merupakan inti dari problematika
penelitian. Dalam penelitian ini terdiri dari varabel bebas dan variabel terikat.
Dimana Kecenderungan Menabung Marginal (Marginal Propensity To Save)
Masyarakat sebagai variabel terikat, sedangkan pendapatan, dan tingkat suku
sebagai variabel bebas dan sikap berhemat sebagai variabel dummy. Variabel
tersebut merupakan objek dari penelitian ini. Adapun subjek dari penelitian ini
yaitu masyarakat di kelurahan Cibabat Kota Cimahi.
3.2Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan
dilakukan untuk mengumpulkan data dalam rangka memecahkan masalah atau
menguji hipotesis. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini
adalah survei verifikasi yaitu metode penelitian dengan mengambil sampel
dari suatu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpul data
yang pokok. Serta menggunakan metode survey eksplanatori (explanatory
methode) yaitu suatu metode penelitian yang bermaksud menjelaskan
hubungan antar variabel dengan menggunakan kerangka pemikiran kemudian
Adapun pengertian penelitian survey menurut Masri Singarimbun
(1995:3) adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok. Tujuan dari
penelitian explanatory adalah untuk menjelaskan atau menguji hubungan antar
variabel yang diteliti.
3.3Definisi Operasionalisasi Variabel
Operasional variabel merupakan penjabaran konsep-konsep yang akan
diteliti, sehingga dapat dijadikan pedoman guna menghindari kesalahpahaman
dalam menginterpretasikan permasalahan yang diajukan dalam penelitian.
Operasional variabel ini dibagi menjadi konsep teoritis, konsep empiris dan
konsep analitis sebagai berikut:
Tabel 3. 1
Operasionalisasi variabel
No Konsep Variabel Definisi Operasional Sumber
60
2 Seluruh penerimaan seseorang baik indikator dari tingkat pendapatan terdiri dari :
- Rata-rata indikator dari tingkat suku bunga terdiri dari :
- Rata-rata berhemat terdiri dari :
- Attitude (Sikap)
- menyisihkan uang untuk persiapan kebutuhan masa depan.
3.4Populasi dan Sampel 3.4.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,
2006: 130). Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kelurahan
Cibabat Kota Cimahi. Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 39.219
orang. Dalam penelitian ini yang menjadi sub sampel yaitu masyarakat
Kelurahan Cibabat Kota Cimahi yang terdiri dari 139 Rukun Tetangga dan 25
Rukun Warga.
3.4.2 Sampel
Menurut Suharsimi Arikunto (2006 :131), Sampel adalah sebagian
atau wakil populasi yang diteliti. Sedangkan menurut Sugiyono (2008:81),
sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut.
Dalam penelitian ini teknik penentuan sampel dilakukan melalui
metode propurtionate stratified random sampling , yaitu metode pengambilan
sampel dari anggota populasi secara acak dan berstrata dilakukan secara
proporsional.
Adapun yang menjadi sampel yaitu masyarakat Kelurahan Cibabat
yang terdiri dari 139 Rukun Tetangga dan 25 Rukun warga. Daerah ini dipilih
karena dianggap sebagai daerah yang bisa mencerminkan keadaan Kota
62
Selanjutnya teknik pengambilam sampling tahap kedua yaitu
menentukan unit analisis dengan teknik stratified random sampling, dengan
menggunakan rumus :
= Bilangan yang sudah ditentukan 0,05
Perhitungan di atas di dapat dengan menggunakan teknik sampling
(Muhamad Nazir, 2005:34).
Diperoleh hasil bahwa sampel masyarakat yaitu minimal sebanyak
396 orang, dari populasi sebesar 39.219 orang. Dan peneliti menentukan
bahwa sampel yang akan diambil yaitu sebanyak 396 orang.
Adapun tahap-tahap dalam pengambilan sampel adalah sebagai
Mendata seluruh jumlah masyarakat pada kelurahan cibabat
Menentukan besarnya alokasi sampel yang dibagi secara
proporsional untuk setiap RW di Kelurahan Cibabat dengan
menggunakan Rumus :
ni = Ni x n
N
Dimana :
N = Jumlah populasi seluruhnya
N1 = Jumlah populasi menurut sratum
ni = Jumlah sampel menurut stratum
N = jumlah populasi seluruhnya.
(Riduwan, 2004 : 45)
Adapun sampel secara proporsionalnya yaitu sebagai berikut:
Tabel 3.2 Sampel Proporsional
No RW/RT Jumlah
Masyarakat
Sampel
1 RW. 01 1.21 N = 1.210/37.282 x 396 = 13
RT .01 3
RT .02 3
RT. 03 3
RT. 04 2
RT. 05 2
2 RW. 02 2.037 N = 2.037/37.282 x 396 = 22
RT. 01 3
RT. 02 3
RT. 03 3
RT. 04 3
RT. 05 3
RT. 03 2
Sumber: Kelurahan cibabat ( data diolah)
3.5Sumber Data
Sumber data dalam suatu penelitian merupakan subjek dari mana data
tersebut diperoleh (Suharsimi Arikunto 2006:114). Adapun sumber data dalam
penelitian yaitu sumber data primer yang diperoleh melalui penyebaran angket
kepada para masyarakat Kelurahan Cibabat yang menjadi sampel dalam
penelitian dengan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Menurut
Suharsimi “kuisioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan
68
dokumen lain seperti data dari BPS, Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia,
Buku Pengantar serta internet.
3.6Teknik Pengumpulan Data
Adapun pengumpulan data di dalam penelitian ini dengan cara :
Observasi, yaitu proses pencatatan pola perilaku subyek (orang), obyek
(benda) atau kejadian yang sistematik tanpa adanya pertanyaan atau
komunikasi dengan teliti.
Studi literature yaitu pengumpulan data yang diperoleh dari membaca
buku-buku, jurnal-jurnal, skripsi, tesis, internet yang berkaitan dengan
masalah penelitian.
Angket atau kuisioner yaitu pengumpulan data dengan mengumpulan
pertanyaan secara langsung dan menggunakan daftar pertanyaan kepada
responden tentang objek penelitian.
3.7Pengujian Instrumen Penelitian
Dalam suatu penelitian alat pengumpul data atau instrumen
penelitian akan menentukan data yang dikumpulkan dan menentukan kualitas
penelitian.
Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
angket tentang pendapatan tingkat suku bunga dan sikap berhemat.
Skala yang digunakan dalam instrumen penelitian ini adalah skala
dengan bentuk pernyataan positif dan negatif. Adapun ketentuan skala
jawaban sebagai berikut:
Sangat Sering : 5
Sering : 4
Kadang-kadang : 3
Pernah : 2
Tidak Pernah : 1
Adapun langkah-langkah penyusunan angket adalah sebagai berikut :
1. Menentukan tujuan pembuatan angket yaitu mengetahui pengaruh
pendapatan, sikap berhemat dan tingkat suku bunga terhadap MPS.
2. Menjadikan objek yang menjadi responden yaitu para masyarakat
kelurahan Cibabat.
3. Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden.
4. Memperbanyak angket.
5. Menyebarkan angket.
6. Mengelola dan menganalisis hasil angket.
Agar hipotesis yang telah dirumuskan dapat diuji maka diperlukan
pembuktian melalui pengolahan data yang telah terkumpul. Jenis data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada yang berupa data ordinal yaitu
variabel sikap berhemat. Dengan adanya data berjenis ordinal maka data
tersebut harus diubah terlebih dahulu menjadi data interval dengan
langkah-70
Untuk butir tersebut berupa banyak orang yang mendapatkan (menjawab)
skor 1,2,3,4,5 yang disebut frekuensi.
Setiap frekuensi dibagi dengan banyaknya responden dan hasilnya disebut
Proporsi (P).
Tentukan proporsi kumulatif (PK) dengan cara menjumlah antara proporsi
yang ada dengan proporsi sebelumnya.
Dengan menggunakan tabel distribusi normal baku, tentukan nilai Z untuk
setiap kategori.
Tentukan nilai densitas untuk setiap nilai Z yang diperoleh dengan
menggunakan tabel ordinat distribusi normal.
Hitung SV (Scale of Value = nilai skala) dengan rumus sebagai berikut:
SV= (Density of Lower Limit) – (Density at Upper Limit) (Area Bellow Upper Limit) – (Area Bellow Lower Limit)
Tentukan nilai transformasi dengan menggunakan rumus:
Y = SV + (1+ |SV min|)
Dimana nilai k = 1 + |SV min|
Selain itu, untuk mengolah data dari ordinal ke interval dengan
menggunakan Methods of Succesive Interval (MSI) juga dapat digunakan
dengan menggunakan program Succ97.
Selanjutnya agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan
itulah terhadap kuesioner yang diberikan kepada responden dilakukan 2
(dua) macam tes, yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.
3.7.1 Tes Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau keshahihan suatu instrumen (Riduwan, 2007:348). Dalam uji validitas
ini menggunakan korelasi item-total dikoreksi (corrected item-total
corelation). Menurut Azwar dalam Kusnendi (2008:95), korelasi
item-total dikoreksi digunakan jika jumlah item yang diuji relatif kecil yaitu
kurang dari 30. Item dalam setiap variabel dalam penelitian ini kurang dari
30 sehingga menggunakan metode tersebut.
Untuk menghitung koefisien item total dikoreksi, maka terlebih
dahulu mencari korelasi item total yaitu dengan rumus sebagai berikut.
Keterangan :
r hitung = Koefisen korelasi antara variabel X dan Y
ΣX = Jumlah skor tiap item dari seluruh responden penelitian
ΣY = Jumlah skortotal seluruh item dari keseluruhan responden
n = Jumlah responden penelitian
∑ ∑ ∑
72
Kemudian dilakukan uji validitas internal setiap item. Adapun
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
(Kusnendi,2008:95)
Keterangan:
ri-itd = koefisien item total dikoreksi
= koefisien korelasi item-total
si =simpangan baku skor setiap item
sx = simpangan baku skor total
3.7.2 Tes Reliabilitas
Pengujian reliabilitas instrumen (Test of reliability) untuk
mengetahui apakah data yang telah dihasilkan dapat diandalkan. Pengujian
reliabilitas menggunakan koefisien realibilitas Cronbach alpha. Suatu
instrumen penelitian diindikasikan memiliki tingkat realibilitas memadai
jika koefisien alpha Croncbach lebih besar atau sama dengan 0,70
(Kusnendi, 2005:97).
Langkah-langkah mencari nilai realibilitas tersebut adalah sebagai
berikut.
1) Menghitung harga varians tiap item dari setiap item ri-itd =
√[ ]
Keterangan:
Si = Harga varian tiap item
ΣX2 = Jumlah kuadrat jawaban responden tiap item
(ΣX)2 = Kuadrat skor seluruh respondendari tiap item
N = Jumlah responden
2) Mencari varians total
Keterangan:
St = Harga varian total
ΣY2 = Jumlah kuadrat skor total
(ΣY)2 = Jumlah kuadrat dari jumlah skor total
N = Jumlah responden
3) Menghitung Reliabilitas Instrumen
Keterangan:
r11 = Nilai Reliabilitas instrumen
k = Jumlah item
ΣSi = Jumlah Varians skor tiap-tiap item
St = Varians total
∑ ∑
74
3.8Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis 3.8.1 Teknik Analisis Data
Analisis dalam penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif.
Teknik staistik yang digunakan adalah statistik parametrik yaitu
menggunakan regresi linier berganda. Langkah-langkah yang dilakukan
dalam pengolahan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menyeleksi data
2. Mentabulasi data
3. Analisis data
4. Pengujian hipotesis
Gambar 3.1
Alur penelitian
ANGKET PENELITIAN
LAMPIRAN B DATA VARIABEL
PENELITIAN
LAMPIRAN E
PEMBAHASAN
DAN HASIL
LAMPIRAN E
DESKRIPSI VARIABEL PENELITIAN
UJI ASUMSI KLASIK
ANALISIS DATA
Untuk menguji hipotesis penelitian ditempuh prosedur kerja sebagai
berikut Langkah-langkah dalam pengujian model analisis linear berganda adalah
sebagai berikut:
A. Hipotesis Penelitian Pertama 1. Merumuskan model yang akan di uji
Adapun model analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh antara
variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat serta untuk menguji
kebenaran dari hipotesis akan digunakan model persamaan regresi berganda
sebagai berikut :
Y = β0+ β1X1+ β2X2+ β3X3 + e
Dimana :
Y = Kecenderungan Menabung Marginal (Marginal Propensity To Save)
Masyarakat.
β0 = konstanta regresi β2 = koefisien regresi X2
β1 = koefisien regresi X1 β3 = koefisien regresi X3
X1= Pendapatan Masyarakat
X2 = Tingkat Suku Bunga
X3 = Sikap Berhemat
76
2. Menyatakan koefisien korelasi antar variabel tersebut dalam sebuah matriks
sebagai berikut :
3. Menghitung koefisien korelasi antar variabel penelitian dengan rumus
Sumber : (Kusnendi, 2008:154)
4. Menghitung nilai r dengan rumus
R=
5. Uji kebermaknaan koefisien determinasi dengan statistik uji F sebagai
berikut.
(Kusnendi, 2008:155)
Dimana k menunjukkan banyak variabel penyebab dalam model yang
dianalis, dan n menunjukkan ukuran sampel. Hipotesis statisticnya
H1: ρYiXI = ρ YiXk = …=ρYiXk ≠ 0: sekurang-kurangnya Yi dipengaruhi
oleh salah satu variabel XI,X2,..Xk
Atau dengan rumus :
H0: RYiXI = 0: Variasi yang terjadi pada Yi tidak dipengaruhi Xk
H1:RYiXI ≠ 0: variasi yang terjadi pada Yi sekurang-kurangnya
dipengaruhi oleh salah satu variabel Xk
Setelah diperoleh F hitung, selanjutnya bandingkan dengan F tabel
berdasarkan besarnya dan df dimana besarnya ditentukan oleh numerator
(k-1) dan df untuk denominator (n-k).
Tabel ANOVA
Sumber Variasi Jumlah Kuadrat Derajat
kebebasan
Atau secara umum Tabel ANOVA :
Sumber Variasi Jumlah Kuadrat Derajat
78
Daerah tolak H0
Daerah
terimaH0
+ttabel
Nilai kritis
Dimana :
JKR= Jumlah kuadrat regresi RKR = Rata-rata kuadrat regresi
JKE = Jumlah kuadrat error RKE = Rata-Rata kuadrat error
JKT = Jumlah kuadrat total
6. Melakukan pengujian individual terhadap setiap koefisien yang diperoleh
dengan statistik uji t sebagai berikut.
(Kusnendi, 2008:155)
H0 : β1,2,3 ≤ 0, artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel
pendapatan (X1), tingkat suku bunga (X2), sikap berhemat (X3) terhadap
marginal propensity to save (Y)
Ha: β1,2,3 ≥ 0, artinya ada pengaruh yang signifikan antara variabel
pendapatan (X1), tingkat suku bunga (X2), sikap berhemat (X3) terhadap
marginal propensity to save (Y)
Gambar 3.2
Uji t satu arah
(Sumber : Husaini Usman 2006:124) ti =
ρ =
ρYiXI
√
B. Uji Asumsi Klasik
Untuk mendapatkan model yang tidak bias (unbiased) dalam
memprediksi masalah yang diteliti, maka model tersebut harus bebas Uji
Asumsi Klasik yaitu :
1. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah situasi di mana terdapat korelasi variabel
bebas antara satu variabel dengan yang lainnya. Dalam hal ini dapat
disebut variabel-variabel tidak ortogonal. Variabel yang bersifat ortogonal
adalah variabel yang nilai korelasi antara sesamanya sama dengan nol.
Ada beberapa cara untuk medeteksi keberadaan Multikolinearitas dalam
model regresi OLS (Gujarati, 2001:166), yaitu:
1. Mendeteksi nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai thitung. Jika R2 tinggi
(biasanya berkisar 0,7 – 1,0) tetapi sangat sedikit koefisien regresi yang
signifikan secara statistik, maka kemungkinan ada gejala multikolinieritas.
2. Melakukan uji kolerasi derajat nol. Apabila koefisien korelasinya tinggi,
perlu dicurigai adanya masalah multikolinieritas. Akan tetapi tingginya
koefisien korelasi tersebut tidak menjamin terjadi multikolinieritas.
3. Menguji korelasi antar sesama variabel bebas dengan cara meregresi setiap
Xi terhadap X lainnya. Dari regresi tersebut, kita dapatkan R2 dan F. Jika
nilai Fhitung melebihi nilai kritis Ftabel pada tingkat derajat kepercayaan
80
4. Regresi Auxiliary. Kita menguji multikolinearitas hanya dengan melihat
hubungan secara individual antara satu variabel independen dengan satu
variabel independen lainnya.
5. Variance inflation factor dan tolerance.
Apabila terjadi Multikolinearitas menurut Yana Rohmana
(2010:149-154) disarankan untuk mengatasinya dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
1. Tanpa ada perbaikan
2. Dengan perbaikan:
Adanya informasi sebelumnya (informasi apriori).
Menghilangkan salah satu variabel independen.
Menggabungkan data Cross-Section dan data Time Series.
Transformasi variabel.
Penambahan Data.
2. Heteroskedastisitas (Heteroskedasticity)
Salah satu asumsi pokok dalam model regresi linier klasik adalah
bahwa varian-varian setiap disturbance term yang dibatasi oleh nilai tertentu
mengenai variable-variabel bebas adalah berbentuk suatu nilai konstan yang
sama dengan δ2. inilah yang disebut sebagai asumsi heterokedastisitas
(Gujarati, 2001:177).
Heteroskedastisitas berarti setiap varian disturbance term yang dibatasi
nilai konstan yang sama dengan atau varian yang sama. Uji
heteroskedasitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain.
Jika varian residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka
disebut homokesdasitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Keadaan
heteroskedastis tersebut dapat terjadi karena beberapa sebab, antara lain :
Sifat variabel yang diikutsertakan kedalam model.
Sifat data yang digunakan dalam analisis. Pada penelitian dengan
menggunakan data runtun waktu, kemungkinan asumsi itu mungkin
benar.
Ada beberapa cara yang bisa ditempuh untuk mengetahui adanya
heteroskedastisitas (Agus Widarjono, 2005:147-161), yaitu sebagai berikut :
1. Metode grafik, kriteria yang digunakan dalam metode ini adalah :
Jika grafik mengikuti pola tertentu misal linier, kuadratik atau hubungan
lain berarti pada model tersebut terjadi heteroskedastisitas.
Jika pada grafik plot tidak mengikuti pola atau aturan tertentu maka pada
model tersebut tidak terjadi heteroskedastisitas.
2. Uji Park (Park test), yakni menggunakan grafik yang menggambarkan
keterkaitan nilai-nilai variabel bebas (misalkan X1) dengan nilai-nilai
taksiran variabel pengganggu yang dikuadratkan (^u2).
3. Uji Glejser (Glejser test), yakni dengan cara meregres nilai taksiran
82
4. Uji korelasi rank Spearman (Spearman’s rank correlation test.) Koefisien
korelasi rank spearman tersebut dapat digunakan untuk mendeteksi
heteroskedastisitas berdasarkan rumusan berikut :
d1 = perbedaan setiap pasangan rank
n = jumlah pasangan rank
5. Uji White (White Test). Pengujian terhadap gejala heteroskedastisitas dapat
dilakukan dengan melakukan White Test, yaitu dengan cara meregresi
residual kuadrat dengan variabel bebas, variabel bebas kuadrat dan
perkalian variabel bebas. Ini dilakukan dengan membandingkan χ2
hitung dan
χ2
tabel, apabila χ2hitung > χ2tabel maka hipotesis yang mengatakan bahwa
terjadi heterokedasitas diterima, dan sebaliknya apabila χ2
hitung < χ2tabel
maka hipotesis yang mengatakan bahwa terjadi heterokedasitas ditolak.
Dalam metode White selain menggunakan nilai χ2hitung, untuk memutuskan
apakah data terkena heteroskedasitas, dapat digunakan nilai probabilitas
Chi Squares yang merupakan nilai probabilitas uji White. Jika probabilitas
Chi Squares < α, berarti Ho ditolak jika probabilitas Chi Squares > α,
3. Autokorelasi (autocorrelation)
Secara harfiah, autokorelasi berarti adanya korelasi antara anggota
observasi satu dengan observasi lain yang berlainan waktu. Dalam
kaitannya dengan asumsi metode OLS, autokorelasi merupakan korelasi
antara satu residual dengan residual yang lain. Sedangkan salah satu
asumsi penting metode OLS berkaitan dengan residual adalah tidak
adanya hubungan antara residual satu dengan residual yang lain (Agus
Widarjono, 2005:177).
Akibat adanya autokorelasi adalah:
Varian sampel tidak dapat menggambarkan varian populasi.
Model regresi yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan untuk menduga
nilai variabel terikat dari nilai variabel bebas tertentu.
Varian dari koefisiennya menjadi tidak minim lagi (tidak efisien),
sehingga koesisien estimasi yang diperoleh kurang akurat.
Uji t tidak berlaku lagi, jika uji t tetap digunakan maka kesimpulan yang
diperoleh salah.
Adapun cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi pada
model regresi, pada penelitian ini pengujian asumsi autokorelasi dapat diuji
melalui beberapa cara di bawah ini:
1. Graphical method, metode grafik yang memperlihatkan hubungan residual
dengan trend waktu.
84
4. Uji d Durbin-Watson, yaitu membandingkan nilai statistik Durbin-Watson
hitung dengan Durbin-Watson tabel.
5. Nilai Durbin-Watson menunjukkan ada tidaknya autokorelasi baik positif
maupun negatif, jika digambarkan akan terlihat seperti pada gambar :
Gambar 3. 3
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dijelaskan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Pendapatan berpengaruh secara signifikan dengan arah positif terhadap
kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity to Save)
masyarakat di Kelurahan Cibabat Kota Cimahi. Artinya jika pendapatan
naik maka kecenderungan menabung marginal masyarakat naik.
2. Tingkat suku bunga berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap
kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity to Save)
masyarakat di Kelurahan Cibabat Kota Cimahi. Artinya jika tingkat suku
bunga tinggi maka kecenderungan menabung marginal masyarakat naik.
3. Sikap berhemat berpengaruh secara signifikan dengan arah positif
terhadap kecenderungan menabung marginal (Marginal Propensity to
Save) masyarakat di Kelurahan Cibabat Kota Cimahi. Artinya jika sikap
berhemat tinggi maka kecenderungan menabung marginal masyarakat
122
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, terdapat beberapa saran
yang dapat dilakukan untuk menambah nilai kecenderungan menabung marginal
(Marginal Propensity to Save) masyarakat, yaitu:
1. Menggunakan pendapatan secara baik dan bijak, hal tersebut dapat
dilakukan dengan cara melakukan konsumsi sesuai kebutuhan. Harus
dapat membedakan apa saja yang menjadi kebutuhan primer, sekunder dan
tersier. Masyarakat diharapkan membuat perencanaan bulanan agar
konsumsi yang dilakukan terkontrol dan dapat menyisihkan sebagian
pendapatannya dalam bentuk tabungan. Dan untuk penelitian selanjutnya
diharapkan memasukan indikator banyaknya jumlah tanggungan dalam
penelitiannya.
2. Cukup cermat dalam melihat tingkat suku bunga pada bank yang menjadi
tujuan untuk menabung.
3. Mengaplikasikan sikap berhemat dalam kehidupan sehari-hari. Dengan
berhemat berarti masyarakat juga membuka peluang untuk menabung
lebih besar. Dengaan begitu diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup
masyarakat di Kelurahan Cibabat khususnya dan masyarakat luas pada
DAFTAR PUSTAKA
Buku :
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin. (2009). Sikap Manusia, Teori dan pengukurannya. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset.
Bank Indonesia. (Berbagai Edisi). Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia .
Jakarta: Bank Indonesia.
Badan Pusat Statistik. (Berbagai Edisi). Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia .
Jakarta: Badan Pusat Statistik.
Boediono. (1998). Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPFE- Yogyakarta.
Damodar, Gujarati. (1978). Ekonometrika Dasar. Jakarta : Erlangga.
Gardner Ackley (1973). Teori Ekonomi Makro. Jakarta : Universitas Indonesia
(UI-PRESS)
Kasmir. (2002). Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Pustaka Setia.
Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural. Bandung : Alfabeta
Mankiw, Gregory. (2006). Makro Ekonomi. Jakarta: Erlangga.
Mar’at. (1984). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Bandung: Yudhistira.
Nanga, Muana. (2005). Makro Ekonomi Teori, masalah dan kebijakan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
124
P.A. Samuelson dan Nordhaus (1995), Makro Ekonomi. Jakarta : Erlangga
Reksoprayitno, Soediyono (2000). Ekonomi Makro Analisis IS-LM dan
permintaan-Penawaran Agregatif. Yogyakarta : BPFE
Riduwan. (2004). Dasar-dasar Statistika. Bandung: Alfabeta.
Rohmana, Yana. (2010). Ekonometrika Teori dan Aplikasi dengan Eviews.
Bandung: Laboratorium Pendidikan Ekonomi dan Koperasi FPEB UPI.
Singarimbun, M. dan Sofyan, E. (1995). Metode Penelitian Survei Edisi Revisi. Yogyakarta: LP3ES.
Sinungan, Muchdarsyah. (1992). Manajemen Dana Bank. Jakarta: Bumi Aksara.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Sukirno, Sadono. (2006). Makro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.
Sumarwan, Ujang (2004). Perilaku Konsumen, Teori dan Penerapannya dalam
Pemasaran. Bogor : Ghalia Indonesia
Usman, Husaini. (2006). Pengantar Statistika. Jakarta : Bumi Aksara
Widarjono, Agus. (2007). Ekonometrika Teori dan Aplikasi untuk Ekonomi dan
Bisnis. Yogyakarta: EKONISIA FE UII.
William A Mc. Eachern (2006). Ekonomi Makro Pendekatan Kontemporer.
Jakarta : Salemba Empat
Winarno,Wing Wahyu. (2009). Analisis Ekonometroka dan Statistika dengan
Skripsi:
Aswin Rinaldy M (2011) Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan
Menabung Marginal (Marginal Propensity To Save) Rumah Tangga (Studi di
Kelurahan Dago Kota Bandung) Bandung : Skripsi UPI, tidak dipublikasikan.
Mielana (2002), Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan
Menabung Marginal Atau Marginal Propensity To Save (MPS) Masyarakat di Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Kota Bandung, Bandung : Skripsi
UPI, tidak dipublikasikan.
Silfia Susana (2009), Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecenderungan
Menabung Marginal (Marginal Propensity to Save) Masyarakat di Komplek Graha Puspa Desa Sukajaya Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, Bandung : Skripsi UPI, tidak dipublikasikan.
Jurnal :
Tri Wahyu Rejekiningsih dan Banaud Hayali. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Tabungan Daerah di Kota Semarang 1 – 16.
Efriyani Sumastuti.
Model Tabungan Rumah Tangga (sintesis lifecycle-permanent income hypothesis = lc-pih) Studi Kasus di Kota Semarang 1 – 221.
Internet :
[online] tersedia di : http://www.tempointeraktif.com/hg/perbankan_keuangan
/2011/03/07/brk,20110307-318123,id.html (24 April 2012)
[online] tersedia di : http://id.wikipedia.org/wiki/Tabungan (25 April 2012)
[online] tersedia di : http://mujahidinimeis.wordpress.com/2011/01/18/
126
[online] tersedia di : http://harisahmad.blogspot.com/2010/05/
kecondongan-menabung-marginal.html (01 mei 2012)
[online] tersedia di : http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/07/teori-konsumsi.html (02 mei 2012)
[online] tersedia di :