• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN GERAKAN SAMIL TERHADAP KEBANGKITAN NASIONALISME KOREA TAHUN 1919-1945.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN GERAKAN SAMIL TERHADAP KEBANGKITAN NASIONALISME KOREA TAHUN 1919-1945."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Peranan Gerakan Samil Dalam Kebangkitan

Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh

Mochamad Ikhsan 0806991

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

NASIONALISME KOREA TAHUN 1919-1945

Mochamad Ikhsan (0806991)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: PEMBIMBING I

Dr. Erlina Wiyanarti, M.Pd NIP. 19620718 198601 2 001

PEMBIMBING II

Yeni Kurniawati, S.Pd, M.Pd NIP. 19770602 200312 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

Sidang Sarjana Pendidikan, Jurusan Pendidikan Sejarah Sebagai Berikut:

Ketua : Prof.Dr.H.Karim Suryadi, M.Si NIP. 19700814 199402 1 001

Sekretaris : Prof.Dr.H.Dadang Supardan, M.Pd NIP. 19570408 198403 1 003

Anggota : 1. Dr.Hj.Elly Malihah, M.Si NIP. 19660425 199203 2 002 2. Wawan Darmawan, S.Pd, M.Hum NIP. 19710101 199903 1 003

(4)

Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini, menyatakan bahwa skripsi yang berjudul

Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 adalah sepenuhnya karya sendiri. Tidak ada bagian didalamnya yang merupakan plagiat dari

karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang

tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat. Atas pernyataan ini, saya

siap menanggung resiko/sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan

adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau ada klaim dari pihak lain

terhadap keaslian karya saya ini.

Bandung, Oktober 2012

Yang Membuat Pernyataan

(5)

ABSTRAK

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK……….. i

KATA PENGANTAR……… ii

UCAPAN TERIMAKASIH……….. iv

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR PETA………... x

BAB I PENDAHULUAN………...1

1.1Latar Belakang Masalah Penelitian……….1

1.2Rumusan dan Batasan Masalah………. 6

1.3Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian……….… 7

1.3.1 Tujuan Penelitian………. 7

1.3.2 Manfaat Penelitian………...………… 7

1.4Definisi Judul………. …... 8

1.5Sistematika Penulisan………...………… 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN………27

3.1 Persiapan Penelitian 3.1.1 Penentuan Tema dan Pengajuan Topik………... 29

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian………. 30

3.1.3 Konsultasi………... 32

3.2 Pelaksanaan Penelitian……….. 32

(7)

3.2.2 Kritik Sumber………. 35

3.2.2.1 Kritik Esktern………. 35

3.2.2.2 Kritik Intern……….... 36

3.2.3 Interpretasi……….. 38

3.2.4 Penulisan Laporan Penelitian (Historiografi)………. 39

BAB IV GERAKAN SAMIL SEBAGAI SIMBOL KEBANGKITAN NASIONALISME KOREA TAHUN 1919-1945………. 41

4.1 Masuknya Jepang dan Pertarungan Antar Tiga Kekuatan di Semenanjung Korea……… 42

4.1.1 Perjanjian Protektorat Jepang-Korea Tahun 1905 dan Hilangnya Kedaulatan Negara……….. 58

4.2 Latar Belakang Terjadinya Gerakan Samil………... 64

4.2.1 Kebijakan Kolonialisme Jepang Pada Fase Pertama Penjajahan Tahun 1910-1919………... 64

4.2.2 Terjadinya Gerakan Samil dan Simbol Bersatunya Rakyat Korea……… 78

4.3 Perubahan Sosial Politik Korea Setelah Terjadinya Gerakan Samil……….. 96

4.3.1 Kebijakan “Cultural Policy” Jepang Setelah Gerakan Samil……… 98

(8)

4.3.2.1 Perjuangan Untuk Meraih Kemerdekaan di Luar

Negeri………... 104

4.3.2.2 Perjuangan Untuk Meraih Kemerdekaan Dari Dalam Negeri………. 114

4.4 Terbentuknya Pemerintahan Pengasingan Korea Serta Arti Pentingnya Dalam Perjuangan Memperoleh Kemerdekaan………. 123

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI……… 138

5.1 Kesimpulan………. 138

5.2 Rekomendasi……….. 141

DAFTAR PUSTAKA………. 143

LAMPIRAN ………... 146

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1……… 70

Tabel 2……… 85

(10)

DAFTAR PETA

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Nasionalisme adalah suatu konsep dimana suatu bangsa merasa memiliki

suatu persamaan-persamaan dan berbeda dari bangsa-bangsa lainnya. Menurut Hayes

(Chavan, 1979: 5) ”Nasionalisme merupakan suatu perpaduan antara perasaan

emosional berlebih dari dua fenomena, yakni kebangsaan dan patriotisme”.

Kebangsaan merujuk pada kelompok suatu masyarakat yang memiliki persamaan

bahasa, memiliki persamaan sejarah di masa lampau, dan saling menganggap bahwa

mereka memiliki kesamaan budaya. Sedangkan patriotisme adalah kecintaan terhadap

tanah air dan merupakan awal dari kebangsaan.

Nasionalisme di setiap bangsa atau wilayah akan berbeda satu sama lain, hal

ini disebabkan perbedaan kondisi yang dihadapi oleh suatu bangsa. “Konsep

nasionalisme itu sendiri pertama kali muncul di Eropa pada abad ke-19 sebagai

jawaban untuk menentukan nasib sendiri yang semata-mata hanya berorientasi

kepada kesamaan etnik, bahasa dan budaya (Tn.1992: 5).” Dampak dari munculnya

nasionalisme di Eropa bukan saja melahirkan bangsa-bangsa baru akan tetapi juga

memunculkan imperialisme modern, dimana bangsa Eropa mulai berlomba untuk

memperluas wilayah jajahannya ke Asia, Afrika dan Amerika. Dari imperialisme

(12)

Negara Asia, akan muncul persatuan dan kesatuan sebagai jawaban untuk menentang

kekuasaan asing yang telah dianggap menyengsarakan bangsanya. Nasionalisme di

Asia sebagaimana diungkapkan di atas berbeda dengan nasionalisme di Eropa yang

berorientasi kepada persamaan etnik, budaya dan bahasa untuk menentukan nasib

sendiri, sebab nasionalisme Asia mengandung kehendak untuk menghapuskan

ketidakadilan dan ketimpangan yang ada antara penjajah asing dan rakyat pribumi,

terutama ketimpangan dalam hal kekuasaan dan kesejahteraan.

Ketimpangan sosial serta penindasan yang dilakukan oleh pihak asing

terhadap bangsanya telah menimbulkan kesadaran nasional serta pada tahap

selanjutnya kebangkitan nasional. Gambaran umum nasionalisme Asia barangkali

dapat dilihat dari pendapat yang dikemukakan Smith (2003: 7) mengenai dua konsep

nasionalisme, yaitu “nasionalisme dapat terjadi karena adanya suatu sentimen yang

ditandai dengan kesadaran memiliki bangsa bersangkutan, serta suatu gerakan sosial

dan politik demi bangsa bersangkutan.” Kebangkitan nasionalisme di banyak Negara

Asia memang sangat lazim dengan kedua pendapat Smith tersebut yang

dimanifestasikan melalui pemberontakan serta perlawanan terhadap pihak imperialis.

Chavan (1973: 63) memandang:

(13)

Salah satu dari bangsa di Asia yang muncul nasionalismenya akibat

imperialis asing adalah Korea. Penulis merasa tertarik untuk mempelajari

nasionalisme Korea sebab penulis melihat bagaimana saat ini kemajuan ekonomi

bangsa Korea (Korea Selatan) dapat menjadi salah satu raksasa ekonomi dunia,

terlebih ketika membaca di suatu artikel bahwa kemajuan ekonomi Korea Selatan

tersebut merupakan sebuah representasi dari wujud nasionalisme rakyatnya. Wujud

nasionalisme yang dimaksud disini adalah semangat anti-Jepang yang telah menjajah

tanah air mereka dengan tujuan untuk menyaingi bangsa Jepang dalam bidang

Ekonomi. (Pikiran Rakyat, 12 Januari 2012). Hal ini berkaitan dengan kekejaman

penjajahan Jepang yang masih membekas di lintas generasi bangsa Korea saat ini.

Sejarah mengenai perjuangan bangsa Korea dalam menghadapi imperialis

Jepang dimulai ketika masuknya bangsa Jepang pada paruh terakhir abad ke-19.

Semenanjung Korea sebelum kedatangan Jepang merupakan Negara kerajaan yang

menutup segala hubungan dari dunia luar, khususnya bangsa barat. Setelah Jepang

berhasil mengalahkan lawan-lawannya untuk memperebutkan wilayah Korea melalui

perang dengan Rusia dan China, Jepang secara resmi menganeksasi Semenanjung

Korea pada tahun 1910 dan menjadikan Semenanjung Korea sebagai wilayah

jajahannya dengan mengangkat seorang Gubernur Jenderal sebagai wakil pemerintah

Jepang di Semenanjung Korea. Woo Keun (1970: 465) mengemukakan:

(14)

Bangsa Korea sendiri dalam menghadapi imperialis Jepang pada awalnya

masih terpecah menurut golongan, klan, dan kepercayaan. Nasionalisme Korea yang

akan menyatukan segenap bangsa Korea baru terilhami melalui suatu peristiwa di

tahun 1919, yang disebut sebagai Gerakan Samil. Gerakan Samil sendiri secara

harfiah berarti gerakan tiga dan satu, yang berarti menandakan waktu gerakan ini

berlangsung, yaitu tanggal 1 Maret, sehingga gerakan ini biasa disebut juga sebagai

Gerakan 1 Maret. Melalui Gerakan Samil inilah usaha untuk melawan Jepang yang

sebelumnya selalu dilakukan oleh kelompok-kelompok tertentu dengan berbagai

tujuan mulai dihilangkan. Sebelum adanya Gerakan Samil, semua bentuk gerakan

untuk menentang imperialis Jepang belum menunjukkan adanya persatuan dan

kesatuan serta belum terbentuk unsur gerakan modern. Tetapi dengan adanya

Gerakan Samil ini telah membawa semangat kepada semua golongan dan usia untuk

bersatu melawan Jepang. Disamping itu deklarasi kemerdekaan yang dilakukan di

hari Samil ini telah menggambarkan modernitas yang ingin dicapai, yakni Negara

merdeka dengan pemerintahan demokratis. Dari gerakan inilah loyalitas sebagai

warga Negara untuk meraih kebebasan tidak akan padam meskipun terus-menerus

berada dalam tekanan Jepang (Woo Keun, 1970: 477 ).

Sebagaimana diungkapkan di atas bahwa Gerakan Samil ini telah

memunculkan modernitas yang ingin dicapai, maka bentuk perjuangan bangsa Korea

kini mengarah kepada terbentuknya organisasi modern. Hal ini terbukti dengan

banyaknya organisasi yang bermunculan, dimana salah satu yang paling penting

(15)

Chongbu) pada tanggal 9 April 1919. Pemerintahan Pengasingan Korea tersebut merupakan wujud dari persatuan dan kesatuan bangsa Korea melalui organisasi

modern dalam melawan Jepang, dimana tugas utamanya adalah untuk

mengkoordinasikan berbagai organisasi pergerakan Korea serta meletakkan

dasar-dasar negara modern. Melalui pemerintahan pengasingan inilah cita-cita bangsa

Korea untuk menentukan nasib bangsanya sendiri tanpa intervensi bangsa asing mulai

ditegakkan. Bangsa Korea sudah tidak lagi memikirkan pemerintahan monarki, kini

dibenak segenap hati bangsa Korea adalah pemerintahan Republik Korea yang

demokratis. Oleh karena itu jelaslah bahwa penelitian ini dimaksudkan untuk

mengetahui sejauh mana pengaruh yang diakibatkan oleh Gerakan Samil terhadap

nasionalisme bangsa Korea.

Ketertarikan peneliti untuk mengkaji Gerakan Samil lebih mendalam bermula

ketika peneliti membaca beberapa buku serta artikel mengenai sejarah Korea yang

selalu menyebutkan Gerakan Samil sebagai Gerakan Nasionalisme dan kebangkitan

bangsa Korea untuk memperoleh kemerdekaan atas pendudukan bangsa Jepang.

Disamping itu dijadikannya Gerakan Samil sebagai Hari Nasional (annual day) di

Korea Selatan membuat penulis bertanya-tanya untuk mengetahui sejauh mana

Gerakan Samil ini berperan terhadap nasionalisme di Korea pada umumnya serta

Korea Selatan pada khususnya, sehingga bagaimana nasionalisme bangsa Korea itu

masih menggelora dalam jiwa generasi muda Korea saat ini dalam semangat

membangun bangsanya. Maka dari itu disini penulis merasa tertarik untuk mencoba

(16)

yang akan diteliti itu adalah Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan

Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Disamping itu, belum adanya tulisan karya ilmiah atau skripsi tentang Gerakan Samil di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas

Pendidikan Indonesia membuat penulis merasa perlu menelitinya sebagai tulisan

karya ilmiah.

Sulitnya mendapatkan buku-buku mengenai Sejarah Korea yang kalaupun ada

berbahasa Inggris dan merupakan buku sejarah umum Korea juga telah memberikan

peneliti pemikiran untuk mengangkat dan meneliti tema mengenai Sejarah Korea

yang lebih spesifik. Oleh karena itu diharapkan tulisan karya ilmiah ini dapat

dijadikan sumber bacaan mengenai Sejarah Korea. Hal tersebut dirasa perlu, karena

paling tidak masyarakat dapat mengetahui sejarah perjalanan bangsa Korea yang

tidak hanya Sejarah Perang Korea-nya saja, tetapi juga terdapat sejarah penting

lainnya yang membangkitkan nasionalisme bangsa Korea sehingga kita dapat Korea

(Korea Selatan) saat ini yang maju dan makmur.

1.2Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan pokok pemikiran di atas, terdapat suatu permasalahan utama

yang akan menjadi kajian utama dari penulisan ini yaitu “Bagaimana Gerakan Samil

berpengaruh terhadap Gerakan kemerdekaan nasional Korea tahun 1919-1945?”

Sementara itu agar permasalahan yang akan dikaji lebih jelas, terarah dan

hanya bertitik pada satu tema, maka penulis membatasi pokok permasalahan dengan

(17)

1. Apa faktor-faktor yang menjadi latar belakang terjadinya Gerakan Samil?

2. Bagaimanakah perkembangan kehidupan sosial dan politik di Korea setelah

terjadinya Gerakan Samil?

3. Bagaimanakah pengaruh Gerakan Samil terhadap berdirinya pemerintahan

pengasingan Korea tahun 1919-1945?

1.3Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan merupakan hal utama yang meyebabkan seseorang melakukan tindakan.

Begitupun dalam penulisan ini penulis memiliki tujuan tertentu. Adapun tujuan yang

ingin penulis capai dalam penulisan ini ialah:

1. Mendeskripsikan latar belakang kondisi sosial, politik, ekonomi dan budaya

bangsa Korea yang mengakibatkan terjadinya Gerakan Samil.

2. Menganalisis perkembangan Gerakan Samil terhadap kondisi sosial dan

politik di Korea.

3. Menganalisis pengaruh Gerakan Samil terhadap berdirinya pemerintahan

Korea tahun 1919-1945.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Dalam kaitannya dengan kesejarahan penelitian ini sangat diharapkan dapat

menambah khazanah pembaca, baik untuk para akademisi ataupun pembaca umum

(18)

Pan Asia raya yang dilakukan Jepang hanya terkonsentrasi mengenai Indonesia saja.

melalui penelitian ini diharapkan memberikan cakupan yang lebih luas dari politik

invasi Jepang yang tidak hanya terkonsentrasi pada pendudukan Jepang di Indonesia,

melainkan pada kawasan lain yang lebih dahulu diduduki Jepang sebelum akhirnya

masuk ke Indonesia.

1.4Definisi Judul

Judul penelitian dalam mengkaji permasalahan ini adalah Peranan Gerakan

Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Pengertian

gerakan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Wiranata, 2008: 143) berasal dari

kata dasar gerak, yang berarti peralihan tempat atau kedudukan. Kata gerakan sendiri

berarti perbuatan, usaha, atau kegiatan di lapangan sosial, politik dan sebagainya.

Pengertian gerakan dapat diartikan sebagai suatu perbuatan atau usaha yang

dilakukan untuk merubah keadaan dari kedudukan semula yang dianggap tidak cocok

ke dalam tatanan yang lebih baik, dimana biasanya gerakan ini erat kaitannya dalam

masalah sosial atau politik.

Gerakan Samil adalah suatu gerakan unjukrasa di Korea yang merupakan titik

awal kebangkitan nasionalisme Korea. Gerakan Samil secara harfiah berarti gerakan

tiga dan satu, yang berarti menandakan gerakan ini berlangsung, yakni tanggal 1

Maret. Sementara itu, Kebangkitan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal

(19)

Kebangkitan memiliki makna sebagai sesuatu yang telah bangkit untuk melakukan

reaksi perlawanan terhadap kekuasaan musuh.

Pengertian nasionalisme menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Wiranata,

2008: 262) adalah kesadaran keanggotaan di suatu bangsa yang secara potensial atau

aktual bersama-sama mencapai, mempertahankan, dan mengabadikan identitas,

integritas, kemakmuran, dan kekuatan bangsa itu; semangat kebangsaan. Adapun

pengertian lainnya yakni, paham (ajaran) untuk mencintai bangsa dan Negara sendiri

atau sifat kenasionalan. Konsep nasionalisme sendiri didefinisikan secara

berbeda-beda oleh para tokoh. Hans Kohn menyebutkan bahwa nasionalisme merupakan suatu

paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada

Negara dan bangsa. Definisi serupa diungkapkan Smith (2003: 10) yang menyatakan

“nasionalisme sebagai suatu ideologi yang meletakkan bangsa di pusat masalahnya

den berupaya mempertinggi keberadaannya.” Sementara itu Hayes (Chavan, 1979: 5)

berpendapat lain, bahwa nasionalisme merupakan suatu perpaduan antara perasaan

emosional berlebih dari dua fenomena, yakni kebangsaan dan patriotisme.

Jadi penjelasan dari definisi judul Peranan Gerakan Samil Terhadap

Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 adalah suatu kajian mengenai

peranan Gerakan Samil sebagai simbol kebangkitan Gerakan Nasionalisme Korea.

Gerakan Samil ini merupakan suatu peristiwa sejarah bagi bangsa Korea dalam

membangkitkan kesadaran nasionalnya dalam menentang imperialis Jepang. Rentang

(20)

tahun 1919-1945, dimana membahas mengenai peristiwa-peristiwa setelah terjadinya

Gerakan Samil hingga berakhirnya penguasaan Jepang atas Korea.

1.5Sistematika Penulisan

Adapun sistematika dalam penulisan karya ilmiah yang akan dilakukan oleh

peneliti adalah:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, metode dan teknik penelitian dan sistematika

penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini menjelaskan mengenai tinjauan pustaka dalam berpikir untuk

mengembangkan konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian. Adapun konsep

yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah suatu konsep yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diangkat yakni tentang Peranan Gerakan Samil Terhadap

Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

Dalam bab ini peneliti memaparkan bagaimana teknik mencari keotentikan

suatu sumber yang berkaitan dengan kajian peneliti. Dimana, metode yang digunakan

(21)

BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini merupakan sebuah pemaparan dari hasil penelitian mengenai Peranan

Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945.

BAB V KESIMPULAN

Pada bab ini merupakan pembahasan terakhir dimana peneliti memberikan

suatu kesimpulan dari hasil interpretasi terhadap kajian yang menjadi bahan

penelitian. Interpretasi peneliti ini disertai dengan analisis peneliti dalam membuat

kesimpulan atas jawaban-jawaban dari permasalahan-permasalahan yang dirumuskan

dalam suatu rumusan masalah. Selain itu, dalam bab ini juga berisikan saran dari

peneliti yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian

(22)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi mengenai metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti

dalam mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan Peranan Gerakan Samil

Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Metode merupakan suatu prosedur, proses, atau teknik yang sistematis dalam penyelidikan

suatu disiplin ilmu tertentu untuk mendapatkan objek (bahan-bahan) yang diteliti

(Sjamsuddin, 2007:12). Oleh karena itu, metode merupakan hal yang penting dalam

suatu penelitian, sebab melalui metode inilah penulis akan memulai langkah-langkah

penelitiannya. Adapun metode yang digunakan oleh peneliti dalam mengkaji

penelitian ini adalah metode historis, dimana tugas peneliti adalah untuk

merekonstruksi ulang peristiwa yang terjadi di masa lampau. Seperti yang

diungkapkan oleh Ismaun (2005: 35) bahwa “metode ilmiah di dalam sejarah

bertujuan untuk memastikan dan memaparkan kembali fakta masa lampau

berdasarkan bukti dan data yang diperoleh sebagai peninggalan masa lampau”.

Di dalam metode historis yang akan digunakan ini terdapat langkah-langkah

penelitian yang akan dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber penelitian yang

akan digunakan. Langkah-langkah tersebut menurut Sjamsuddin (2007: 85-157)

(23)

1. Heuristik adalah kegiatan mencari sumber-sumber untuk mendapatkan

data-data, atau materi sejarah, atau evidensi sejarah.

2. Kritik merupakan tahap lanjutan dari heuristik, yaitu melakukan proses

penyelidikan terhadap sumber dan data yang telah diperoleh sebelumnya

dengan menyaringnya secara kritis, terutama terhadap sumber-sumber

pertama, agar terjaring fakta yang menjadi pilihannya, langkah-langkah inilah

yang disebut kritik sumber, baik terhadap bahan materi (ekstern) sumber

maupun terhadap substansi (isi) sumber.

3. Interpretasi yaitu penafsiran akan makna fakta dan hubungan antara satu fakta

dengan fakta lain. Penafsiran atas fakta harus dilandasi oleh sikap objektif.

Kalaupun dalam hal tertentu bersikap subjektif, harus subjektif rasional,

jangan subjektif emosional. Rekonstruksi peristiwa sejarah harus

menghasilkan sejarah yang benar atau mendekati kebenaran.

4. Historiografi adalah merangkaikan fakta berikut maknanya secara

kronologis/diakronis dan sistematis, menjadi tulisan sejarah sebagai kisah.

Kedua sifat uraian itu harus benar – benar tampak, karena kedua hal itu

merupakan bagian dari ciri karya ilmiah, sekaligus ciri sejarah sebagai ilmu.

Oleh karena penelitian ini merupakan sejarah kawasan atau non-Indonesia,

maka dalam hal teknik pengumpulan data penulis hanya melakukan studi

kepustakaan dengan mencari serta mengumpulkan buku-buku serta literatur atau

(24)

penelitian ini. Peneliti tidak melakukan teknik penelitian lainnya oleh karena

keterbatasan dana untuk melakukan penelitian langsung ke negara Korea sesuai

dengan judul penelitian ini yang telah dibahas sebelumnya.

3.1 Persiapan Penelitian

Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti terlebih dahulu harus

melaksanakan tahapan awal, yakni persiapan penelitian. Persiapan penelitian ini

merupakan awal dalam melaksanakan penelitian yang akan dikaji, dimana terdapat

beberapa langkah yang akan dilaksanakan oleh penulis.

3.1.1 Penentuan dan Pengajuan Topik

Sebelum lebih jauh melangkah untuk melaksanakan penelitiannya, peneliti

terlebih dahulu melakukan penentuan topik terkait penelitian yang akan dikajinya.

Dalam hal pengajuan topik pada penelitian ini peneliti mengangkat topik mengenai

sejarah nasionalisme bangsa Korea dengan judulnya Peranan Gerakan Samil

Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Alasan dari penentuan topik ini dijadikan penelitian adalah dikarenakan rasa ketertarikan serta

kekaguman peneliti sejak SMA mengenai kemajuan ekonomi bangsa Korea (Korea

Selatan) saat ini terlebih ketika peneliti membaca buku Sejarah perang Korea saat itu.

Dalam benak peneliti, mengapa bangsa yang terpecah akibat perang saudara dapat

menjadi “Macan Asia” saat ini. Rasa ketertarikan peneliti berlanjut ketika peneliti

(25)

(UPI). Ketertarikan untuk menulis Sejarah Korea khususnya mengenai Gerakan

Samil ini sendiri berawal ketika penulis melakukan kunjungan ke Museum

Konferensi Asia-Afrika dan membaca beberapa buku-buku tentang sejarah Korea

yang selalu mengaitkan nasionalisme Korea akibat penjajahan Jepang itu berawal

dalam peristiwa ini.

Setelah fakta-fakta telah diperoleh untuk menulis topik tersebut, peneliti

mengajukannya untuk dijadikan skripsi ke Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi

(TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah. Judul awal yang penulis ajukan ketika itu adalah

Dampak Gerakan Samil Terhadap Gerakan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945.

Setelah mendapatkan persetujuan dari TPPS, peneliti mulai melakukan penyusunan

rancangan penelitian dalam bentuk proposal.

3.1.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti mulai melaksanakan pencarian beberapa

sumber-sumber yang relevan dengan topik yang akan dikaji oleh penulis, yakni mengenai

Gerakan Samil. Pencarian sumber yang dimaksud adalah sumber-sumber buku-buku

mengenai Sejarah Korea yang berkaitan atau paling tidak memuat mengenai peristiwa

Gerakan Samil ini. Setelah berhasil mengumpulkan data-data awal mengenai Gerakan

Samil tersebut, kemudian penulis menyusunnya dalam bentuk proposal dan

mengumpulkan kepada TPPS dan disetujui dengan surat ketetapan dari ketua Jurusan

Pendidikan Sejarah dengan No. 013/TPPS/JPS/2012. Setelah keluar ketetapannya,

(26)

mempresentasikan hasil penelitian awal proposal didepan para calon pembimbing

serta dosen lainnya pada tanggal 4 April 2012. Didalam seminar tersebut, peneliti

mendapatkan banyak masukan-masukan, terutama dari calon dosen pembimbing I

untuk mengganti judul awal, yaitu dari Dampak Gerakan Samil Terhadap Gerakan

Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 menjadi Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945. Alasan penggantian judul ini dikarenakan makna dampak pada judul awal seolah telah mengetahui pokok

permasalahan topik ini, dan benar-benar berdampak sehingga tidak diperlukan lagi

penelitian. Selain itu dalam seminar tersebut juga mendapatkan masukan, terutama

dalam rumusan masalah dan manfaat penelitian yang dianggap kurang tepat oleh

dewan penguji proposal. Sistematika yang digunakan oleh peneliti dalam penulisan

proposal ini sendiri telah sesuai dengan yang terdapat dalam buku panduan penulisan

karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia yang digunakan. Adapun sistematika

yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Judul Penelitian

b. Latar Belakang Masalah

c. Perumusan Masalah

d. Tujuan Penelitian

e. Tinjauan Pustaka

f. Metode dan Teknik Penelitian

(27)

3.1.3 Konsultasi

Proses selanjutnya setelah peneliti melakukan seminar proposal adalah

melakukan konsultasi dengan revisi sesuai dengan apa yang telah diarahkan pada saat

seminar. Pada tahap ini revisi proposal diberikan bersamaan dengan surat keputusan

(SK) penunjukan pembimbing dari TPPS yang telah disetujui oleh ketua Jurusan

Pendidikan Sejarah. Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti dibimbing oleh Dr.

Erlina Wiyanarti M.Pd. selaku pembimbing I dan Yeni Kurniawati, S.Pd, M.Pd.

selaku pembimbing II. Proses bimbingan atau konsultasi dilakukan empat hingga

lima kali dalam satu bulan, dimana setiap hasil penelitian yang dilakukan

dikonsultasikan kepada pembimbing I dan pembimbing II dengan tujuan untuk

mendapatkan masukkan dari setiap pembimbing terkait hasil penelitian yang telah

dilakukan.

3.2 Pelaksanaan Penelitian

Pada tahapan ini peneliti mulai melakukan penelitian dengan melakukan

pencarian serta pengumpulan sumber-sumber yang dibutuhkan dengan melakukan

seleksi. Kemudian, setelah tahapan pengumpulan sumber selesai dilakukan peneliti

melakukan tahapan selanjutnya, yakni tahapan kritik (ekstern dan intern), interpretasi,

(28)

3.2.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Heuristik adalah suatu tahapan dimana peneliti mulai melaksanakan

tahapan-tahapan penelitian dengan mencari serta mengumpulkan sumber-sumber terkait

dengan penelitian yang akan dibahasnya. Tahapan heuristik ini merupakan tahap yang

sangat penting bagi peneliti dalam kapasitasnya untuk mengembangkan

penelitiannya, sebab tanpa adanya tahapan heuristik maka peneliti tidak akan

mungkin dapat melakukan penelitian oleh karena tidak adanya sumber informasi

yang didapat dari permasalahan yang akan dikaji. Menurut Sjamsuddin (2007: 96)

bahwa:

Sumber-sumber sejarah adalah alat-alat (means, tools), bukan tujuan-tujuan itu sendiri bagi sejarawan. Sejarawan hanya tertarik pertama-tama kepada isi dari sumber-sumber, dalam kesaksian (testimoni) atau informasi yang ditemukan dalam sumber-sumber itu. Tetapi pertama-tama ia harus menemukan lebih dahulu sumber-sumber itu untuk mendapatkan kesaksian. Demikianlah pengetahuan tentang sumber-sumber dan ilmu-ilmu bantu (auxiliary sciences) yang membantu sejarawan untuk menemukan, mengetahui dan memahami sumber-sumber itu adalah mutlak perlu.

Pada pengumpulan sumber penelitian ini, peneliti menggunakan sumber

tertulis dengan melakukan pencarian sumber terlebih dahulu. Hal itu dilakukan

dengan mengunjungi beberapa tempat yang terdapat sumber mengenai sejarah Korea

yang memang sangat sulit didapatkan. Pencarian sumber sendiri ditujukan untuk

mendapatkan buku-buku sumber terkait lainnya yang dapat dijadikan referensi.

Adapun beberapa lokasi yang didatangi oleh peneliti adalah sebagai berikut:

1. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), di perpustakaan ini

(29)

diantaranya buku karya Kim Yong Won yang berjudul Korea:it’s peole and

culture, buku Han Woo Keun yang berjudul The History of Korea, buku

Takashi Hatada yang berjudul a History of Korea dan buku Beasley yang

berjudul Japanese Imperialisme 1894-1945.

2. Perpustakaan Museum Konferensi Asia-Afrika, di perpustakaan ini peneliti

banyak mendapatkan buku-buku sumber yang sangat penting dalam penelitian

ini, sebab buku-buku yang didapatkan sangat lengkap seperti buku karya Lee

Ki-baik yang berjudul a new History of Korea, buku karya Sohn Pow-key

et.al yang berjudul The History of Korea, dan buku Kim Han-gil yang

berjudul Modern History of Korea.

3. Perpustakaan Laboratorium Sejarah, dalam pencarian di perpustakaan ini

peneliti mendapatkan satu judul buku yang relevan dengan penelitian, yaitu

buku karya Carter J Eckert yang berjudul Korea, Old and New History.

4. Toko-toko buku, seperti Gramedia, Toga Mas, Istana Buku dan Rumah Buku.

Hanya saja, karena jarangnya penulisan mengenai Sejarah Korea, maka di

tempat-tempat tersebut peneliti tidak menemukan satu pun buku yang relevan

dengan penelitian.

Selain mencari sumber ke tempat-tempat yang disebutkan di atas, sebetulnya

peneliti sendiri telah mengunjungi beberapa lokasi lain untuk mencarinya, akan tetapi

di tempat-tempat tersebut juga peneliti tidak mendapatkan sumber yang relevan

(30)

UNPAD, perpustakaan daerah (pusda) Provinsi Jawa Barat, dan perpustakaan Batu

Api.

1.2.2 Kritik Sumber

Kritik sumber dilakukan setelah peneliti melakukan langkah heuristik.

Sumber-sumber yang telah didapatkan kemudian dinilai secara intern maupun

ekstern. Ismaun (2005: 49) menyatakan bahwa mendapatkan kebenaran dalam

sumber sejarah harus dilakukan dengan menyelidiki apakah sumber tersebut

merupakan sumber otentik, berapa banyak keotentikan sumber tersebut, kemudian

diadakan seleksi atau penyaringan data untuk menyingkirkan bagian-bagian yang

tidak dapat dipercaya. Tujuannya adalah agar sumber yang didapatkan oleh peneliti

itu benar-benar dapat dipercaya, baik isi maupun penulisnya dapat

dipertanggungjawabkan.

1.2.2.1Kritik Ekstern

Kritik ekstern atau kritik luar adalah kritik untuk mengetahui apakah sumber

yang kita gunakan tersebut otentik untuk dapat kita jadikan sumber penelitian. Dalam

pelaksanaannya, langkah-langkah kritik eksternal ini harus melakukan verifikasi

sumber dengan ketat agar sumber yang digunakan dalam penelitian ini dapat

dipercaya. Menurut Sjamsuddin (2007: 132) bahwa pemeriksaan yang ketat ini

mempunyai alasan yang kuat sehubungan dengan beberapa sumber telah dibuktikan

(31)

sumber-sumber itu telah dipalsu atau dibuat-buat (fabricated). Berbicara mengenai

ke-otentikan sumber, sumber yang otentik tidak mesti harus sama dengan sumber dan isi

tulisan dalam dokumen aslinya. Kritik eksternal yang dilakukan oleh peneliti adalah

dengan melihat asal-usul sumber-sumber tersebut. Peneliti melakukan pemilihan

terhadap buku-buku yang digunakan, apakah buku yang digunakan tersebut relevan

dengan permasalahan yang dikaji. Buku yang digunakan peneliti dilihat terlebih

dahulu apakah buku tersebut mencatumkan nama pengarang, penerbit, tahun terbit,

dan tempat diterbitkannya buku tersebut. Dicantumkannya hal-hal tersebut dapat

membuktikan bahwa buku tersebut dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber

literatur yang relevan.Hasil dari tahapan ini peneliti uraikan pada bab II.

3.2.2.2 Kritik Intern

Ketika tahap penelitian ekstern telah selesai, maka tahapan penelitian

selanjutnya adalah kritik intern atau kritik dalam. Maksud kritik dalam ini adalah

kritik yang diarahkan kepada isi (content) sumber yang digunakan oleh peneliti.

Kritik terhadap isi ini dimaksudkan untuk mengetahui keaslian isi sumber,

kemampuan serta tanggung jawab penulis sumber yang akan digunakan dalam

penelitian tersebut. Pada tahapan ini seorang peneliti dihadapkan kepada

perbandingan isi sumber sejenis yang dianggap relevan dengan mencoba

membuktikan kebenaran dari apa yang telah disampaikan oleh penulis-penulis

terdahulu serta memahami setiap maksud dari perkataan yang disampaikan oleh para

(32)

Samil, peneliti dihadapkan pada sejumlah fakta dari buku Ki-baik (1984) dan Eckert

(1990) yang menjelaskan mengenai korban peristiwa Samil yang berbeda. Agar

mendapatkan fakta yang lebih kredibel, maka peneliti menggunakan sumber lainnya

untuk memperoleh angka pasti dari jumlah korban peristiwa tersebut dengan

mengkaji buku lainnya, seperti Pow-key (1970), Yong-won (1970), dan Woo-keun

(1970).

Setelah diketahui mengenai jumlah korban Peristiwa Samil dari semua sumber,

maka peneliti menarik kesimpulan mengenai jumlah korban tersebut berdasarkan

beberapa sumber yang memang mencantumkan jumlah yang sama. Akan tetapi untuk

memudahkan penelitian, maka peneliti menggunakan satu penulis saja, dengan

melihat kompetensi penulis yang lebih dapat dipercaya. Seorang peneliti dalam

mendapatkan kasus semacam ini harus benar-benar jeli dengan tentu saja tidak

melupakan kredibilitas fakta tersebut. Sebagaimana diungkapkan oleh Sjamsuddin

(2007: 153) bahwa justru jika terdapat kesesuaian atau kecocokan yang sempurna

diantara sumber-sumber itu maka perlu dicurigai akan adanya kerja sama dalam

melakukan pemalsuan. Jadi maksudnya adalah wajar jika peneliti dihadapkan kepada

perbedaan pendapat antara sumber yang satu dengan yang lainnya, dan tugas peneliti

adalah menguji serta mendapatkan jawaban inti dari pendapat-pendapat yang berbeda

tersebut. Pada tahapan selanjutnya hasil dari kritik intern yang dilakukan oleh peneliti

(33)

1.2.3 Interpretasi

Tahap ini merupakan tahap penafsiran terhadap sumber-sumber buku dan

literatur yang telah disaring dan diidentifikasi melalui proses kritik ekstern dan intern

yaitu berupa fakta. Fakta yang telah didapatkan tersebut kemudian disusun, diolah,

dan ditafsirkan oleh peneliti sehingga peneliti dapat menguji kebenarannya. Setelah

kebenaran didapatkan, maka peneliti menggabungkan atau merekonstruksi fakta

tersebut menjadi sebuah satu kesatuan yang dibantu dengan “historical thinking”. Hal

tersebut dilakukan dengan memikirkan kembali masa lalu seolah-olah peneliti

mengalami dan menjadi pelaku pada peristiwa yang terjadi pada masa lalu tersebut.

Sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran tentang permasalahan yang dikaji. Hal

tersebut seperti yang dikatakan oleh Sjamsuddin (2007: 158) yang menyatakan bahwa

terdapat dua dorongan utama yang menggerakan sejarawan ketika menulis, yakni

mencipta ulang (re-create) dan menafsirkan (interpret).

Merekonstruksi serta melakukan penafsiran yang dilakukan oleh peneliti

dalam mengkaji penelitiannya ini adalah untuk mereka ulang peristiwa dan

menafsirkan informasi yang diperoleh dari berbagai sumber yang telah melalui proses

kritik sebelumnya. Hal tersebut penting terutama untuk mengkaji masalah

objektivitas/subjektivitas serta kekurangpahaman dalam mengkaji peristiwa yang

akan dikaji peneliti. Sjamsuddin (2007: 156) menyatakan bahwa:

(34)

catatan-catatan, tetapi yang terutama penggunaan pikiran-pikiran kritis dan analisisnya karena ia pada akhirnya harus menghasilkan suatu sintesis dari seluruh hasil penelitiannya atau penemuannya itu dalam suatu penulisan utuh yang disebut historiografi.

Mengenai pikiran-pikiran kritis dari hasil penafsiran sumber-sumber yang

diperoleh, peneliti menafsirkan Gerakan Samil yang diperoleh dari beberapa penulis

berdasarkan kebangsaannya. Oleh karena peristiwa Samil ini membahas mengenai

penjajahan Jepang di Korea, maka peneliti mencoba menafsirkan pendapat antara

penulis berkebangsaan Korea dan Jepang dengan menarik kesimpulan atas informasi

yang diperoleh dari penulis kedua negara tersebut. Penafsiran terhadap sumber dari

penulis yang berasal dari dua negara tersebut, tentu saja dilakukan dengan kajian

yang mendalam agar peneliti terhindar dari subjektivitas isi sumber.

1.2.4 Penulisan Laporan Penelitian (Historiografi)

Tahapan ini merupakan langkah penyusunan dari apa yang telah peneliti

dapatkan pada tahapan-tahapan sebelumnya. Tahapan ini merupakan tujuan inti dari

penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan permasalahan yang dikaji dalam

bentuk eksplanasi. Menurut Ismaun (2005: 28), “Historiografi berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang terjadi pada waktu yang telah

lalu yang disebut sejarah.” Sementara itu menurut Helius Sjamsuddin (2007: 236) “historiografi merupakan paparan penyajian, persentasi atau penampilan (eksposisi)

yang sampai kepada atau dibaca oleh para pembaca atau pemerhati sejarah.” Pada

(35)

berbagai sumber dengan mengungkap fakta-fakta yang didapatkan sehingga peneliti

dapat menjawab permasalahan penelitian.

Fakta yang didapatkan oleh peneliti tidak hanya ketika melakukan penelitian

saja, namun peneliti juga mendapatkannya ketika penulisan laporan ini sedang

disusun. Fakta baru ini memberikan informasi dan kontribusi yang penting sehingga

penulisan laporan ini menjadi lebih baik lagi. Fakta baru juga dicari peneliti ketika

merasa ada yang kurang dalam penelitian ini. Penulisan laporan penelitian ini

dirangkai dengan menggunakan sistematika skripsi yang berlaku di jurusan

Pendidikan Sejarah dengan menggunakan ejaan yang disempurnakan. Penulisan

dalam laporan ini mengacu pada buku pedoman karya ilmiah yang dikeluarkan oleh

Universitas Pendidikan Indonesia Tahun 2011. Penulisan ini ditujukan sebagai salah

satu tugas akhir akademis yang harus ditempuh oleh mahasiswa dalam jurusan

(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Bab ini merupakan kesimpulan dari hasil pembahasan tentang Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 yang telah dilakukan di Bab IV. Disamping kesimpulan, dari hasil penelitian tersebut

juga penulis sertakan rekomendasi hasil penelitian ini bagi kepentingan akademik,

terutama sebagai bahan pengembangan isi atau materi pada pembelejaran sejarah di

sekolah. Adapun kesimpulan dan rekomendasi yang diperoleh oleh penulis

dipaparkan pada bagian berikut.

5.1 Kesimpulan

Pertama eksploitasi sumber daya ekonomi yang dilakukan Jepang setelah aneksasi Korea tahun 1910 dilakukan secara besar-besaran, sehingga menyebabkan

penderitaan bagi bangsa Korea. Eksplotasi tersebut dilakukan dengan memanfaatkan

kekayaan sumber daya alam Korea bagi kebutuhan industri Jepang yang sedang

tumbuh pesat. Selain melakukan eksploitasi, pemerintah imperialis Jepang juga

melakukan tindakan diskriminatif serta menindas dengan mengeluarkan peraturan

akulturasi, yakni larangan serta penggantian nama, bahasa dan budaya Korea dengan

budaya Jepang. Dalam keadaan yang tertindas tersebut, rakyat Korea telah beberapa

kali mengadakan upaya pemberontakan, namun karena belum munculnya semangat

(37)

berakhir dengan kegagalan. Persatuan diantara rakyat Korea untuk melawan tindakan

Jepang yang telah menyengsarakan mereka baru terwujud ketika pada tahun 1919

terjadi peristiwa penting, yaitu tewasnya Raja Kojong serta adanya semangat self

determination pasca Perang Dunia I. Adanya semangat menuntut hak memerintah

sendiri berdasarkan self determination serta tewasnya raja tersebut telah membulatkan

rakyat Korea untuk melakukan suatu gerakan yang lebih nyata. Gerakan tersebut

kemudian dimanifestasikan melalui sebuah gerakan unjuk rasa damai rakyat Korea

yang kemudian disebut dengan Gerakan Samil. Terjadinya Gerakan Samil yang telah

menyatukan segenap rakyat tersebut telah membawa perubahan yang sangat

signifikan terhadap kehidupan bangsa Korea, yakni munculnya semangat

nasionalisme bangsa Korea untuk menuntut kemerdekaan dari tangan penjajah

Jepang.

Kedua munculnya semangat nasionalisme bangsa Korea tersebut telah merubah tatanan sosial dan politik di Korea kearah yang lebih pasti untuk mencapai

kemerdekaan. Pada bidang sosial perubahan yang terjadi setelah Gerakan Samil dapat

digambarkan dengan dihapuskannya status istimewa setiap marga (clan) yang selama

ini menyebabkan sulitnya rakyat Korea untuk bersatu. Selain itu, perubahan lainnya

terlihat dari adanya semangat untuk memperoleh pendidikan dengan mendirikan

sekolah swadaya masyarakat menggantikan sekolah tradisional (sodang). Sementara

itu, perubahan yang terjadi pada bidang politik ditandai dengan munculnya

(38)

Singanhoe, Uibyong, dan Kukmuwon dan lainnnya. Satu hal yang pasti dari terbentuknya organisasi modern ini adalah, kuatnya kerjasama mereka dalam

memperjuangkan kemerdekaan, sehingga berbeda dengan kelompok terdahulu yang

mudah dihancurkan Jepang. Sementara itu, keberadaan organisasi-organisasi tersebut

juga memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap perjuangan bangsa Korea untuk

memperoleh kemerdekaan. Hal ini dikarenakan strategi perjuangan yang mereka

lakukan sangat efektif, yakni dengan melakukan perjuangan melalui jalur diplomasi

oleh Pemerintahan Pengasingan Korea serta perang gerilya yang dilakukan oleh

banyak organisasi semi-militer.

Ketiga pengaruh Gerakan Samil terhadap berdirinya Pemerintahan Pengasingan Korea adalah banyaknya organisasi yang terbentuk setelah Gerakan

Samil sehingga memerlukan satu simbol persatuan diantara mereka dalam bentuk

kelembagaan. Hal ini dimaksudkan agar kelompok-kelompok perjuangan tersebut

memiliki wadah untuk saling mengkoordinasikan perjuangannya, baik antara pejuang

yang berada di dalam maupun di luar negeri. Didasarkan atas kondisi tersebut, maka

pada tanggal 9 April 1919 dibentuklah Pemerintahan Pengasingan Korea (Taehan

Minguk Imsi Chongbu) di Shanghai, serta Seoul, Pyong’an, Kando dan Vladivostok

sebagai cabangnya. Terbentuknya pemerintahan pengasingan tersebut, memiliki arti

penting terhadap perjuangan bangsa Korea, sebab organisasi tersebut menjalankan

(39)

termasuk dengan mengikuti konferensi-konferensi internasional, salah satunya yang

paling penting adalah Konferensi Kairo.

5.2 Rekomendasi

Skripsi berjudul Peranan Gerakan Samil Terhadap Kebangkitan

Nasionalisme Korea Tahun 1919-1945 ini diharapkan dapat menambah khazanah pembaca, baik untuk para akademisi ataupun pembaca umum mengenai sejarah Pan

asia raya Jepang di luar Indonesia, sebab selama ini mungkin Pan Asia raya yang

dilakukan Jepang hanya terkonsentrasi mengenai Indonesia saja. Melalui penelitian

ini, diharapkan memberikan pemahaman yang lebih luas mengenai politik invasi

Jepang yang tidak hanya terkonsentrasi pada pendudukan Jepang di Indonesia,

melainkan pada kawasan lain yang lebih dahulu diduduki Jepang.

Selain itu dalam kaitannya dengan pembelajaran sejarah, penelitian ini

diharapkan dapat menjadi sumber penunjang materi pelajaran sejarah di kelas XI

dengan Standar Kompetensi menganalisis perkembangan Bangsa Indonesia sejak

masuknya pengaruh Barat sampai dengan pendudukan Jepang. Adapun Kompetensi

Dasar yang sesuai adalah menganalisis proses interaksi Indonesia-Jepang dan dampak

pendudukan militer Jepang terhadap kehidupan masyarakat Indonesia. Selain dapat

menunjang materi kelas XI, penelitian ini juga dapat digunakan untuk materi

(40)

perkembangan Sejarah Dunia sejak Perang Dunia II sampai dengan perkembangan

mutakhir. Adapun Kompetensi Dasar yang sesuai adalah menganalisis Sejarah Dunia

dan posisi Indonesia di tengah perubahan politik dan ekonomi internasional setelah

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Beasley, W.G. (1987). Japanese Imperialism 1894-1945. London: Clarendon Press

Chavan R.S. (1973). Nationalism in Asia. New Delhi: Sterling Publishers Pvt. Ltd

Chi Ho,Yi. et al. (1960). Korea:its land, people, and culture of all ages. Seoul: Hakwon-SA, LTD.

Duus, Peter. (1998). Modern Japan. Boston: Houhton Miffin Company.

Eckert J. Carter. et al. (1990). Korea, Old and New a History. Seoul: Ilchokak Publishers.

Gottschalk, Louis. (1986). Mengerti Sejarah. Jakarta: UI Press.

Government Information Agency. (1973). Facts About Korea. Seoul: Namyeondo Co, Ltd.

Hatada, Takashi. (1969). A History of Korea. California: ABC-Clio Press.

Han-gil, Kim. (1979). Modern History of Korea. Pyongyang: Foreign Languages Publishing House.

Ho-chan, Eom et al (Eds) (2009). The Foreseen and The Unforeseen In Historical Relations Between Korea and Japan. Seoul: North East asian Foundation.

Hung-ha, Tae. (1962). Korea Fourty Three Centuries. Seoul: Yunsei University Press.

Ismaun. (2005). Pengantar Belajar Sejarah Sebagai Ilmu dan Wahana Pendidikan. Bandung: Historia Utama Press.

Ki-baik, Lee. (1984). A New History of Korea. Seoul: Ilchokak Publishers.

Ministry of Culture and Information. (1978). A Handbook of Korea. Seoul: Samhwa Printing Co, Ltd.

Ministry of education of Korea. (1995). National Institute for International Education Development. Seoul: Radio Korea International, KBS.

Myers, H.R, dan Peatie, M.R. (Eds) (1983). The Japanese Colonial Empire 1895-1945. New Jersey: Princeton University.

(42)

Pow-key, Sohn et al. (1970). The History of Korea. Seoul: Korean National Commission for UNESCO

Sjamsuddin, H. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Smith, D. (2003). Nasionalisme: Teori, Ideologi, Sejarah. Jakarta: Erlangga publisher.

Susanto, S. Astrid. (1983). Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial. Yogyakarta: PT. Binacipta.

Toynbee, Arnold. (1976). Sejarah Umat Manusia: Uraian Analitis, Kronologis, dan Komparatif. Yohyakarta: Pustaka Pelajar Offset.

Universitas Merdeka Malang. (1992). Seminar Nasionalisme Dalam Menyongsong Era Kebangkitan Nasional kedua. Malang: Universitas Merdeka Malang.

Universitas pendidikan Indonesia. (2011). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Won-yong, Kim. (1970). Korea: its people and culture. Seoul: Hakwon-SA,LTD.

Woo-keun, Han. (1970). The History of Korea. Seoul: The eul Yoo Publishing Co, LTD.

Sumber Internet:

Beck, Sanderson. (2006). Korea 1800-1949. [Online]. Tersedia: http://www.san.beck.org./21-6-Korea.html-114k. [8 Juni 2012].

Bina Nusantara. (2007). Gerakan Sosial Pertemuan 08. [Online]. Tersedia: http://: www.repository.binus.ac.id/.../O004266595.pp [5 Oktober 2012].

(43)
(44)

Gambar

Tabel 3…………………………………………………………………………….. 117

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam ekstrak etanol dan fraksi etil asetat dari daun Peronema canescens (sungkai)

Nilai koefisien regresi variabel komunikasi interpersonal (b2) bernilai negatif, yaitu - 0,00496 ini dapat diartikan bahwa setiap peningkatan motivasi kerja sebesar 1

rangka penyelesaian sengketa. Peran-peran tersebut di atas harus diketahui secara baik oleh seseorang yang akan menjadi mediator dan hakim yang menjadi mediator di

Nilai koefisien regresi (X 3 ) yang bernilai positif dan nilai t hitung sebesar 2,450 > 1,658 t tabel berarti bahwa variabelsasosiasismerek n berpengaruhnpositif secara

Alur dan proses anggaran pada Dinas PU Kabupaten Gowa Menurut bapak Rudy selaku PPK Dinas PU Kabupaten gowa alur/proses perencanaan anggaran itu dimulai dari

Pembelajaran Mikro dilaksanakan pada semester enam untuk memberi bekal awal pelaksanaan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL). Dalam kuliah ini, mahasiswa dalam satu

Tetapi dengan pulp yang sudah digiling akan diperoleh kertas dengan kekuatan yang tinggi, padat, formasi jalinan lebih baik dan sifat-sifat lainnya sesuai dengan spesifikasi

Menurut Treffinger (dalam Munandar, 2004:35-36) dalam penelitiannya menemukan beberapa ciri kreatif pada diri anak, antara lain : (1) lebih terorganisir dalam tindakan dan