• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN KONFLIK-KOGNITIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TIMBAL-BALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS : Studi Quasi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas X SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Ban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDEKATAN KONFLIK-KOGNITIF DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN TIMBAL-BALIK (RECIPROCAL TEACHING) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS : Studi Quasi Eksperimen Mata Pelajaran Ekonomi Pada Siswa Kelas X SMA Angkasa Lanud Husein Sastranegara Ban"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Yanti, 2012

Halaman

PERNYATAAN ………... ABSTRAK………..

KATA PENGANTAR………...

DAFTAR ISI………..

DAFTAR TABEL ………...

DAFTAR GAMBAR.………

DAFTAR LAMPIRAN………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian……….……….. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah…………... C. Tujuan Penelitian……… D. Manfaat Penelitian………...

iii iv vi viii

x xii xiii

1 7 8 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN,

DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Kajian Pustaka……….

B. Penelitian Terdahulu………... C. Kerangka Pemikiran ………... D. Hipotesis Penelitian……….

11 46 48 53

(2)

ek Penelitian………

B. Metode Penelitian………. C. Populasi dan Sampel……… D. Prosedur Penelitian………...

E. Instrumen Penelitian…..……….. F. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional….. G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data…………

54 56 57 59 66 68 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Objek Penelitian……..……….. B. Hasil Penelitian….………... C. Hasil Uji Hipotesis Penelitian……….. C. Pembahasan Hasil Penelitian………

71 76 80 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan………...

B. Saran……….…

89 90

DAFTAR PUSTAKA ………

LAMPIRAN-LAMPIRAN….………... .

(3)

Yanti, 2012

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Kualifikasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis………... 2.1 Skema Empat Tahap Perkembangan Kognitif Piaget... 2.2 Perbedaan Antara Pembelajaran Berdasarkan Hafalan

(Rote Learning) dengan Pembelajaran Bermakna

(Meaningful Learning)……….. 2.3 Indikator Berpikir Kritis……… 3.1 Desain Eksperimen... 3.2 Interpertasi Koefisien Validitas... 3.3 Interpretasi Koefisien Korelasi... 3.4 Klasifikasi Daya Pembeda ... 3.5 Analisis Daya Pembeda Kemampuan Berpikir Kritis... 3.6. Kriteria Tingkat Kesukaran... 3.7 Analisis Tes Kemampuan Berpikir Kritis... 3.8 Kategori Tingkat Gain...

Halaman 5 14

(4)

4.1 Keadaan Ketenagaan Kependidikan SMA

Lanud Husein Sastranegara Bandung……... 4.2. Jumlah dan Kondisi SMA Lanud Husein Sastranegara

Bandung... 4.3. Satistika Deskriptif Pretest dan Posttest Kemampuan

Berpikir Kritis... 4.4. Hasil Uji Statistika Data Pretest dan Posttest... 4.5 Hasil Uji Data Gain... 4.6 Hasil Uji Rerata Kelas Eksperimen... 4.7 Hasil Uji Rerata Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 4.8 Rata-rata Tes awal, Tes Akhir dan Gain Kemampuan

Berpikir Kritis... 72

73

(5)

Yanti, 2012

DAFTAR GAMBAR

Gambar

2.1 Ruang Hidup Menurut Kurt Lewin………... 2.2 Sembilan Peristiwa Pembelajaran Gagne……….. 2.3 Langkah-langkah Proses Pembelajaran Timbal Balik

(Reciprocal Teaching)... 2.4 Kerangka Pemikiran... 4.1 Deskripsi Hasil Pretest dan Posttest kemampuan Berpikir

Kritis... 4.2 Deskripsi Gain Kemampuan Berpikir Kritis...

4.3 Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa... Halaman

13 18

35 52

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)……….

B. Data Penelitian………..……….. C. Administrasi Penelitian………

(7)
(8)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dalam era globalisasi sumber daya manusia yang berkualitas akan menjadi tumpuan utama suatu bangsa agar dapat berkompetensi dengan bangsa lainnya terutama dalam bidang pendidikan. Bidang pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan formal merupakan salah satu wahana yang paling tepat dalam rangka membangun sumber daya manusia yang lebih berkualitas dan berkompeten di bidang pendidikan. Menurut Sardiman (2004: 16) menyatakan bahwa ada dua pendekatan dalam proses pembelajaran yakni terpusat pada guru (teacher centered) dan terpusat pada siswa (student centered).

Pada umumnya, guru mata pelajaran ekonomi saat ini mengajarkan pembelajaran masih menggunakan pendekatan dengan terpusat pada guru (teacher centered) dengan metode mengajar yang bersifat tradisional yaitu

(9)

mnyebabkan timbulnya konflik dalam pemahaman siswa, karena mereka masih ragu mengenai kebenaran dari materi yang sedang dibahas atau yang sedang dijelaskan oleh guru didalam kelas, sehingga siswa harus dituntut untuk mencari kebenaran dari suatu konsep itu sendiri. Sehingga sebuah konflik mental pun muncul, dan otomatis suatu keputusan dicapai: mempercayai apa yang dikatakan orang dan menyimpan pengetahuan lama (tanpa mengubahnya sehingga tetap utuh), atau mempertimbangkan kemungkinan bahwa sudut pandang lain terhadap situasi yg sama juga diterima. Jika keputusan terakhir diambil, siswa mungkin mencoba memahami mengapa kedua potongan informasi tersebut berbeda dan memikirkan alasannya, proses pengambilan keputusan itu menuntut fokus jangka panjang, pencarian lebih banyak informasi, dan analisis elemen dari setiap detail gagasan dan kompleksitas, dan dibutuhkan bimbingan guru (Given, 2002:239). Dengan menghadapkan siswa pada gagasan atau situasi baru yang menurut persepsinya bertentangan dengan pemahaman sebelumnya, maka setelah melakukan diskusi, tanya jawab dan demonstrasi atau eksperimen yang rasional dan masuk akal, memicu proses reorganisasi dan rekonstruksi konsep-konsep dalam struktur kognitifnya, sehingga konsep yang baru dapat diterima siswa.

(10)

segitiga peran pendidik menempati posisi utama dari dua sisi lainnya dan mempengaruhi kualitas hasil belajar. Guru sebagai ujung tombak dalam pendidikan memegang peranan yang utama untuk dapat mencapai tujuan pendidikan nasional. Oleh karena itu guru dituntut untuk dapat mengajar secara efektif dan efisien. Penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik, diwujudkan dengan adanya interaksi belajar mengajar atau proses pembelajaran.

Selain itu, agar pendekatan konflik kognitif tersebut dapat berjalan dengan baik, maka harus digunakan metode pembelajaran yang tepat guna lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran ekonomi kelas X di SMA Angkasa Bandung. Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti menggunakan metode pembelajaran reciprocal teaching yaitu merupakan metode pembelajaran yang digunakan untuk memahami suatu bacaan atau bahan ajar, tujuan dari metode ini adalah untuk membantu siswa agar bisa lebih memahami suatu topik atau konsep dalam pelajaran ekonomi serta dapat memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir kritisnya secara mandiri maupun bersama-sama. Dalam penerapannya, metode ini lebih mengutamakan partisipasi dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

(11)

SMA Angkasa, khususnya di kelas X, ada permasalahan-permasalahan yang terlihat selama proses pembelajaran ekonomi diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Siswa masih cenderung pasif dalam mengikuti pelajaran, tidak adanya siswa yang mengajukan pertanyaan mengenai materi yang sedang dibahas.

2. Dari tugas-tugas serta latihan-latihan yang diberikan oleh guru, banyak siswa yang masih bingung untuk mengerjakannya dan apabila ada tugas yang harus dikerjakan dirumah, ternyata masih banyak siswa yang mengerjakannya di dalam kelas, alasannya karena mereka tidak mengerti dan tidak bisa mengerjakan sendiri dirumah.

3. Siswa masih belum memahami tentang beberapa konsep dalam pelajaran ekonomi.

4. Siswa cenderung bersifat pasif terhadap pelajaran ekonomi, faktor yang menjadi kendala adalah karena mereka malas untuk mengikuti pelajaran ekonomi.

(12)

peajaran ekonomi. Dengan menggunakan pendekatan konflik kognitif, diharapkan siswa SMA khususnya SMA Angkasa dapat lebih memahami tentang konsep-konsep ekonomi yang ada, artinya tidak ada lagi siswa yang tidak memahami dan mengerti mengenai pembelajaran ekonomi, serta tidak lagi ada anggapan bahwa ekonomi adalah hanya bersifat hafalan, tetapi juga perlu dipraktekan dan dianalisis kebenaran dari sebuah konsep yang dipelajari dari setiap konsep-konsep ekonomi yang ada.

Dengan pendekatan konflik kognitif ini juga, diharapakan dapat meningkatkan kemamapuan berpikir kritis siswa pada pelajaran ekonomi. Menurut Fisher (2001: 65) menyatakan bahwa seorang siswa dapat dikatakan berpikir kritis bila siswa tersebut mampu menguji pengalamannya, mengevalusi pengetahuan, ide-ide dan mempertimbangkan argumen sebelum mendapatkan justifikasi. Agar siswa menjadi pemikir kritis, maka harus dikembangkan sikap-sikap keinginan untuk bernalar, ditantang, dan mencari kebenaran, karena berpikir kritis tidak hanya sekedar menerima informasi dari penjelasan guru saja, tetapi juga melakukan pencarian yang akan menangguhkan keputusannya sampai siswa tersebut yakin bahwa informasi tersebut sesuai dengan penalarannya yang didukung oleh bukti-bukti yang relevan dan dapat dipertanggungjawabkan. Kemampuan berpikir kritis siswa kelas X di SMA Angkasa dapat dilihat dari tabel berikut ini:

Tabel 1.1

(13)

Kelas Rentang Skor Kualifikasi Jumlah Siswa

Persentase

X.A 30,0 - 43,2 43,2 – 54,0 54,0 – 65,2 65,2 – 80,0

Kurang Cukup Baik Sangat Baik 17 7 2 16 40,5 % 16,7 % 4,8% 38,1%

X.B 30,0 - 43,2 43,2 – 54,0 54,0 – 65,2 65,2 – 80,0

Kurang Cukup Baik Sangat Baik 8 7 12 15 19,1 % 16,7 % 28,6 % 35,71 %

X.C 30,0 - 43,2 43,2 – 54,0 54,0 – 65,2 65,2 – 80,0

Kurang Cukup Baik Sangat Baik 17 10 8 7 40,5 % 23,8 % 19,04 % 16,7 %

X.D 30,0 - 43,2 43,2 – 54,0 54,0 – 65,2 65,2 – 80,0

Kurang Cukup Baik Sangat Baik 18 13 6 5 42,86 % 30,95 % 14,3 % 11,9 %

X.E 30,0 - 43,2 43,2 – 54,0 54,0 – 65,2 65,2 – 80,0

Kurang Cukup Baik Sangat Baik 15 10 5 12 35,71 % 22,22 % 11,9 % 28,6 %

X.F 30,0 - 43,2 43,2 – 54,0 54,0 – 65,2 65,2 – 80,0

Kurang Cukup Baik Sangat Baik 10 10 7 17 22,72 % 22,72 % 15,91 % 38,64 %

X.G 30,0 - 43,2 43,2 – 54,0 54,0 – 65,2 65,2 – 80,0

Kurang Cukup Baik Sangat Baik 6 9 7 20 13,95 % 20,93 % 16,3 % 46,51 %

X.H 30,0 - 43,2 43,2 – 54,0 54,0 – 65,2 65,2 – 80,0

Kurang Cukup Baik Sangat Baik 19 15 4 4 45,24 % 35,71 % 9,52 % 9,52 %

(14)

cenderung pasif sehingga tidak berani untuk mengajukan pertanyaan dan mengemukakan pendapatnya.

Oleh sebab itu, diharapkan pendekatan konflik kognitif dengan menggunakan metode reciprocal teaching ini dapat lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, siswa diharapkan dapat lebih memahami tentang konsep-konsep mata pelajaran ekonomi dan dapat mengemukakan pendapatnya dengan mengkritisi beberapa penjelasan yang telah disampaikan oleh guru, sehingga akan timbul rasa keingintahuan siswa tentang materi yang mereka pelajari, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan dan didasari dengan alasan-alasan yang logis dan masuk akal, dan sesuai dengan teori-teori yang telah ada dan relevan.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

(15)

prinsip atau teori yang baru tentang suatu bidang ilmu. Sehingga pendekatan dapat dikatakan sebagai suatu jalan yang ditempuh oleh guru atau peserta didik dalam pencapaian tujuan pembelajaran.

Berdasarkan identifikasi masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Apakah pendekatan konflik kognitif dengan menggunakan

metode reciprocal teaching dapat lebih meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi dibandingkan dengan penggunaan pendekatan pembelajaran secara konvensional?”.

Berdasarkan permasalahan diatas, pertanyaan penelitian terfokus kepada pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:

1. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan konflik kognitif dengan menggunakan metode reciprocal teaching pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (postest)?

2. Apakah ada perbedaan kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol yang menggunakan metode konvensional pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (postest)?

(16)

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pendekatan konflik kognitif dapat meningkatkan penguasaan konsep dan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran ekonomi. Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan konflik kognitif dengan metode reciprocal teaching pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (postest).

2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis pada kelas kontrol yang menggunakan konvensional pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (postest).

3. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan kemampuan berpikir kritis pada kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan konflik kognitif dengan metode reciprocal teaching dengan kelas kontrol yang menggunakan metode ceramah dan tanya jawab pada pengukuran akhir (postest).

D. Manfaat Penelitian

(17)

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan kajian khususnya mengenai pembelajaran ekonomi di SMA, yang akan memberikan gambaran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa terhadap mata pelajaran ekonomi dengan pendekatan konflik kognitif dengan menggunakan metode reciprocal teaching. Dengan demikian dapat digunakan sebagai langkah awal untuk kegiatan penelitian lebih lanjut. 2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti empiris tentang kehandalan

pendekatan konflik-kogntif dengan menggunakan metode reciprocal teaching dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada

mata pelajaran ekonomi, yang nantinya dapat digunakan oleh berbagai pihak atau yang berkepentingan dengan hasil-hasil penelitian.

2. Manfaat Praktis

1. Sebagai masukan atau alternatif untuk inovasi model pembelajaran ekonomi yang berpusat peserta didik.

2. Bagi peneliti, sebagai wahana uji kemampuan terhadap bekal teori yang diperoleh dari bangku kuliah serta menambah wawasan, pengalaman, dalam tahapan proses pembinaan diri sebagai peserta didik profesioanl. 3. Sebagai bahan pertimbangan, pembanding, masukan atau referensi untuk

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan SMA Angkasa yang terletak di Jl. Lettu Subagio No. 22 Bandung, sekolah ini berada didalam kompleks Lanud Husein Sastra Negara, penelitian ini akan dilakukan pada kelas X, dan akan dipilih dua kelas untuk dijadikan penelitian. Pemilihan lokasi dan kelas untuk penelitian ini dilakukan setelah peneliti melakukan pra penelitian yang telah disetujui oleh Kepala Sekolah SMA Angkasa, pra penelitian ini dilakukan agar peneliti mendapatkan gambaran-gambaran tentang permasalahan yang ada di SMA Angkasa khususnya pada kelas X. Pelaksanaan penelitian serta perlakuan terhadap kelompok eksperimen dan kelompok kontrol mengikuti kalender akademik SMA Angkasa, penelitian ini akan dilaksanakan sebanyak 4 kali pertemuan dengan mengambil waktu semester genap tahun ajaran 2011/2012, dan pada setiap pertemuan menggunakan waktu kurang lebih 2 X 45 menit, sehingga penelitian ini memerlukan waktu kurang lebih 2 bulan.

B. Metode Penelitian

(19)

misalnya menguji serangkaian hipotesis dengan cara mempergunakan teknik serta alat tertentu. Cara itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penyelidikan. Sesuai dengan masalah yang diuraikan diatas, maka metode kuantitatif, yakni pendekatan yang memungkinkan dilakukan pencatatan dan penganalisaan dan hasil penelitian secara eksak dengan perhitungan statistik. Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen.

Langkah awal untuk menentukan unit-unit quasi eksperimen dilakukan dengan memilih sekolah untuk dijadikan tempat penelitian yang kemudian memilih dua kelas yang homogen ditinjau dari kemampuan akademiknya. Desain penelitian yang digunakan adalah control group pre-test and post-test design (Sugiyono, 2008) yaitu penelitian yang dilaksanakan pada dua kelas yaitu satu kelas eksperimen yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konflik kognitif dan satu kelas kontrol yang mendapatkan pembelajaran konvensional. Sedangkan menurut Rusffendi (2005: 50), desain penelitian eksperimen dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Eksperimen

Kelompok Pre-test Perlakuan Post-test

Eksperimen OІ XІ OЇ

Kontrol OЈ XЇ OЉ

Keterangan:

(20)

OЇ = Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelompok esperimen OЈ = Tes awal sebelum perlakuan diberikan pada kelompok kontrol OЉ = Tes akhir setelah perlakuan diberikan pada kelompok kontrol XІ = Perlakuan pembelajaran dengan pendekatan konflik-kognitif XЇ = Perlakuan pembelajaran dengan model konvensional

Mengacu pada desain diatas, penelitian eksperimen ini melibatkan dua kelompok kelas, yakni kelompok eksperimen dan kontrol kedua kelompok kelas tersebut sama-sama diberikan Pre-test dan Post-test, tetapi diberi perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diberi perlakuan dengan pendekatan konflik kognitif dengan menggunakan metode reciprocal teaching sedangkan kelas kontrol dengan pendekatan pembelajaran konvensional yang bersifat ekspository yang biasa dilakukan dilakukan oleh guru ekonomi saat ini yaitu dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab dan penugasan.

C. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X di SMA Angkasa Kota Bandung sebanyak 332 orang. Sampel penelitian diambil diambil dua kelas terdiri dari kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak 72 orang. Agar dapat menghasilkan sampel yang sesuai dengan karakteristik populasi, maka teknik

sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah “purposive sampling” yaitu

(21)

siswa tiap kelasnya merata ditinjau dari segi kemampuan akademiknya. Pelaksanaan penelitian ini tidak terlepas dari objek yang akan diteliti, melalui obyek penelitian terrsebut akan diperoleh suatu pemecahan-pemecahan masalah yang menunjang keberhasilan penelitian. Sugiono (2004: 72), memberikan penjelasan bahwa.

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108), Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.Dengan demikian populasi bukan hanya berarti orang ataupun benda lainnya, tetapi meliputi karakteristik/sifat yang dimiliki oleh suatu objek. Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh siswa kelas X SMA Angkasa Bandung yang berjumlah 338 orang.

Sampel penelitian diambil sebanyak dua kelas dengan rincian satu kelas sebagai kelas eksperimen dan satu kelas sebagai kelas kontrol yang berjumlah 72 orang.Pengambilan sampel kelas didasarkan atas homogenitas nilai rata-rata kelas antara kelas-kelas yang menjadi sampel, melalui pemberian tes tertulis berupa soal-soal Pilihan Ganda yang dirancang oleh peneliti dan guru di sekolah penelitian dan telah lolos uji instrument penelitian.

(22)

Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa tahapan, adalah sebagai berikut:

Tahap Pertama

1. Mengadakan penjajakan awal di SMA Angkasa Bandung, dan mengadakan diskusi dengan guru ekonomi kelas X, hal ini bertujuan agar peneliti mendapat gambaran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa terhadap mata pelajaran ekonomi.

2. Mengidentifikasi permasalahan yang akan diteliti.

3. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah direnacanakan.

4. Melakukan uji coba instrument penelitian dan dilanjutkan dengan menganalisis data hasil coba instrment.

5. Melakukan tes awal (pre-test) pada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mendapatkan gambaran mengenai kemampuan berpikir kritis siswa sebelum diberikan perlakuan.

6. Melaksanakan pembelajaran baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh peneliti dan dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang ditetapkan oleh sekolah.

7. Mengadakan tes akhir (post-test) untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, baik pada kelas eksperimen maupun kelas kkontrol setelah diberikan perlakuan.

(23)

Setelah melaksanakan penelitian maka didapat data-data yang masih berupa data mentah, maka data perlu diolah dan dianalisis. Hal ini dimaksudkan untuk menjawab rumusan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini. Pada tahap ini dilakukan setelah pengumpulan data dengan uji normalitas dan homogenitas variabel data yang telah ada.

E. Instrumen Penelitian

Alat ukur atau instrumen merupakan hal yang sangat penting di dalam penelitian. Hal ini karena perolehan suatu informasi tentang data yang relevan atau tidaknya tergantung dari alat ukur tesebut. Oleh karena itu, alat ukur peneltian harus memiliki validitas dan realibilitas yang memadai.

Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrument, yaitu: 1. Tes Kemampuan Berpikir Kritis

(24)

Tes dilakukan dua kali yakni pada awal pembelajaran sebelum mendapat perlakuan (pre-test) dan setelah mendapat perlakuan pada akhir pembelajaran (post-test). Tipe tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal bentuk pilihan ganda untuk mengukur kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran ekonomi . untuk tes ini, dilakukan dengan melakukan uji validitas, realibilitas, tingkat kesukaran soal dan daya pembeda soal.

a. Uji Validitas

Sebuah tes dikatakan valid apabila tersebut mengukur apa yang hendak diukur, untuk menguji validitas sebuah tes maka digunakan uji-t, (Sudjana, 1992: 369) dengan rumus sebagai berikut: Validitas instrument dihitung dengan menggunakan program komputer ANATES versi 4.0. Interpretasi mengenai besarnya koefisien validitas dalam penelitian ini menggunakan ukuran yang dibuat J.P.Guilford (Suherman. dkk, 2003) seperti pada tabel berikut.

Tabel 3.2

Interpretasi Koefisien Validitas

Koefisien Interpretasi

00 , 1 90

,

0 rxy  Sangat tinggi (sangat baik) 90

, 0 70

,

0 rxy  Tinggi (baik)

70 , 0 40

,

0 rxy  Sedang (cukup)

40 , 0 20

,

0 rxy  Rendah (kurang)

20 , 0 00

,

0 rxy  Sangat rendah

00 , 0 

xy

(25)

Berdasarkan hasil uji coba, maka dilakukan uji validitas dengan bantuan Program Anates 4.0, hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran.

b. Uji Realibilitas

Realibilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau satu pengukuran ke pengukuran lain. Suatu tes dapat dikatakan memiliki taraf reliabilitas yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefisien realibilitas. Suatu alat ukur (instrument) memiliki realibilitas yang baik bila alat ukur itu memiliki konsistensi yang handal walaupun dikerjakan oleh siapapun (dalam level yang sama), dimanapun dan kapan pun berada. Suatu alat ukur atau instrument dikatakan baik apabila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya. Menurut Nurgana (Dalam Ruseffendi, 1994) interpretasi besarnya koefisien korelasi mengikuti kategori-kategori sebagai berikut:

Tabel 3.3

Interpretasi Koefisien Korelasi

Koefisien Interpretasi

r = 0 Tidak Berkorelasi

0,00 < r < 0,20 Rendah Sekali 0,20 ≤ r < 0,40 Rendah 0,40 ≤ r < 0,60 Sedang 0,60 ≤ r < 0,80 Tinggi 0,80 ≤ r < 1,00 Tinggi Sekali

(26)

Berdasarkan hasil uji coba reliabilitas butir soal secara keseluruhan diperoleh korelasi tes sebesar 0,65 yang berarti bahwa tes kemampuan berpikir kritis siswa mempunyai reliabilitas tinggi.

c. Daya pembeda Soal

Untuk mengetahui sebuah soal baik atau tidak, maka soal tersebut perlu dianalisis daya pembedanya. Perhitungan daya pembeda dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat tes dapat membedakan antara siswa yang berada pada kelompok atas (kemampuan tinggi) dan siswa yang berada pada kelompok bawah (kemampuan rendah). Adapun kategori daya pembeda suatu soal menurut Arikunto (2009) diinterpretasikan sebagai berikut:

Tabel 3.4

Klasifikasi Daya Pembeda

Besarnya DP Interpretasi Daya Pembeda

DP ≤ 0.00 Sangat Rendah

0.00 < DP ≤ 0.20 Rendah

0.20 < DP ≤ 0.40 Sedang

0.40 < DP ≤ 0.70 Tinggi

0.70 < DP ≤ 1.00 Sangat Tinggi

Berdasarkan perhitungan data uji coba, diketahui bahwa daya pembeda tes kemampuan berpikir kritis siswa, dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut ini:

Tabel 3.5

Analisis Tes Daya Pembeda Kemampuan Berpikir Kritis

No Soal Daya Pembeda (%) Interpretasi Daya pembeda

1 22,22 Sedang

(27)

4 11,11 Rendah

5 33,33 Sedang

6 22,22 Sedang

7 33,33 Sedang

8 44,44 Tinggi

9 55,56 Tinggi

10 33,33 Sedang

11 55,56 Tinggi

12 55,56 Tinggi

13 44,44 Tinggi

14 22,22 Sedang

15 11,11 Rendah

16 11,11 Rendah

17 22,22 Sedang

18 0,00 Sangat Rendah

19 33,33 Sedang

20 44,44 Tinggi

21 22,22 Sedang

22 33,33 Sedang

23 44,44 Tinggi

24 66,67 Tinggi

25 0,00 Sangat Rendah

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa soal tes kemampuan berpikir kritis siswa terdapat 8 butir soal yang daya pembedanya baik, 10 soal dengan daya pembeda cukup, 5 butir soal dengan daya pembeda jelek, dan 12butir soal dengan daya pembeda sangat jelek.

d. Tingkat Kesukaran Soal

(28)

indeks kesukaran berkisar antara 0,00 sampai dengan 1,00. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya apabila indeks 1,00 menunjukan bahwa soal itu terlalu mudah. Indeks kesukaran untuk setiap butir soal menggunakan Anates Versi 4.0. Hasil perhitungan tingkat kesukaran dari setiap item soal, kemudian ditafsirkan Menurut Suherman, (2003:170) sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran Interpretasi

TK ≤ 0.00 Sangat sukar

0.00 < TK ≤ 0.30 Sukar

0.30 < TK ≤ 0.70 Sedang

0.70 < TK ≤ 1.00 Mudah

TK ≥ 1.00 Sangat mudah

Berdasarkan perhitungan terhadap uji coba, diketahui bahwa indeks kesukaran butir tes kemampuan berpikir kritis disajikan dalam tabel 3.7 berikut ini:

Tabel 3.7

Analisis Tes Kemampuan Berpikir Kritis

No

Indeks Kesukaran (%)

Interpretasi Tingkat Kesukaran

1 17,14 Sukar

2 85,71 Sangat Mudah

3 74,29 Mudah

4 20,00 Sukar

5 34,29 Sedang

6 37,14 Sedang

7 80,00 Mudah

8 74,29 Mudah

(29)

11 25,71 Sukar

12 20,00 Sukar

13 60,00 Sedang

14 20,00 Sukar

15 11,43 Sangat Sukar

16 28,57 Sukar

17 40,00 Sedang

18 54,29 Sedang

19 54,29 Sedang

20 25,71 Sukar

21 11,43 Sangat Sukar

22 22,86 Sukar

23 65,71 Sedang

24 48,57 Sedang

25 65,71 Sedang

Dari tabel 3.7 diatas, dapat disimpulkan bahwa dari sebanyak dua puluh lima soal tes kemampuan berpikir kritis terdapat dua soal dengan kategori sangat sukar, sedangkan selebihnya merupakan soal dengan kategori soal sedang.

Sedangkan untuk melihat peningkatan kemapuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah pembelajaran maka digunakan perhitungan dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Hake (Cheng, et.al, 2004) adalah sebagai berikut:

g = S −S �

S ��� −S �

Keterangan :

S post:: Skor test akhir S pre : Skor test awal S maks: Skor maksimal

(30)
[image:30.595.110.513.104.595.2]

Tabel 3.8

Kategori Tingkat Gain

Interval Kategori

g > 0,70 Tinggi

0,30 < g > 0,70 Sedang

g < 0,30 Rendah

2. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan beberapa orang siswa kelas eksperimen dan beberapa orang guru ekonomi di SMA Angkasa. Pedoman wawancara dengan siswa digunakan untuk memperoleh informasi yang lebih lengkap dan mendalam mengenai perasaan dan sikap siswa kelompok eksperimen terhadap pembelajaran ekonomi dengan pendekatan konflik-kognitif. Sedangkan pedoman wawancara dengan guru digunakan untuk memperoleh pendapat dan saran mengenai pembelajaran dengan pendekatan-konflik kognitif. Pedoman wawancara dilakukan dengan mengisi format pedoman wawancara yang telah disediakan.

3. Lembar Observasi

(31)

1. Variabel Penelitian

[image:31.595.114.514.241.612.2]

Penelitian ini menggunakan desain quasi eksperimen. Dalam penelitian ini melibatkan dua variabel, yaitu variabel bebas (independen variabel) dan variabel terikat (dependent variabel). Variabel bebas yaitu metode reciprocal teaching sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan siswa dalam berpikir kritis.

Tabel 3.9 Variabel Penelitian

Aspek Kompetensi Indikator

Reciprocal Teaching

Merangkum

Membuat pertanyaan Mengklarifikasi Memprediksi

Memprediksikan informasi mendatang dan menjelaskan informasi yang membingungkan Berpikir Kritis Fokus (focus)

Reason (alasan)

Inference (kesimpulan) Situation (situasi) Clarity (kejelasan)

Mengidentifikasi masalah, Mengemukakan alasan, Memberikan kesimpulan, Mencocokan situasi dan Menjelaskan istilah

2. Definisi Operasional

1. Konflik Kognitif

Menurut Hellriegel, et.al 1995 (Dalam Bess & Dee, 2008:500)

menyatakan bahwa “konflik kognitif merupakan dimana suatu ide atau

(32)

2. Pembelajaran Timbal-Balik (Reciprocal Teaching)

Pembelajaran timbal-balik (reciprocal teaching) merupakan metode Pembelajaran yang memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai dengan melalui kegiatan pembelajaran yang dilakukan peserta didik dengan mandiri dan mampu menjelaskan temuannya kepada orang atau kelompok lainnya. Pembelajaran Reciprocal Teaching ini pertama dikembangkan oleh Anne Marrie Polinscar dan Anne Brown merupakan suatu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan pemahaman terhadap suatu topik, dalam pembelajaran ini guru serta murid memegang peranan penting pada tahap dialog tentang suatu topik (teks), model pembelajaran ini terdiri dari empat aktivitas yaitu memprediksi (prediction), meringkas (summarizing), membuat pertanyaan (questioning), dan menjelaskan (clarifing).

3. Berpikir Kritis (Critical Thinking)

(33)

pendukung; (7) argumentasi yang digunakan dalam menyusun kesimpulan; (8) kedalaman; (9) keluasan; serta (10) kewajarannya. (Jenick, 2006)

G. Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Untuk mengetahui hasil pre-test dan post-test mengenai kemampuan berpikir kritis, maka dilukan uji normalitas, uji homogenitas dan uji-t dan peneliti menggunakan bantuan komputer pada program SPSS 17. Adapun langkah-langkah pengolahan dan analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Analisis pertama, melakukan analisis data pre-test antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol, tujuannya adalah untuk mengetahui keadaan awal subjek yang akan diteliti. Pada tahap ini, kondisi subjek penelitian secara statistik diharapkan sama antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk sampel yang independen. Keadaan awal subjek yang mau dikenai perlakuan adalah sama, jika hasil statistik uji t memiliki kekeliruan (�) lebih besar dari 0.05, hal ini berarti kondisi awal sebelum perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol adalah berbeda.

(34)

statistik uji t untuk sampel independen. Hasil eksperimen lebih baik dibanding dengan kelompok kontrol jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan (�) lebih kecil dari 0.05. dalam hal ini, berarti kondisi awal setelah perlakuan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kontrol adalah sama.

3. Analisis ketiga, membandingkan skor post-test dengan pre-test kelompok eksperimen. Tujuannya adalah untuk melihat perbedaan yang ditimbulkan oleh perlakuan yang diberikan pada subjek, apakah naik atau turun. Secara statistik diharapkan hasil post-test lebih tinggi dibanding dengan pre-test. Statistik uji t yang digunakan adalah statistik uji t untuk paired sample. Hasil post-test lebih baik dibanding dengan kelompok

pre-test pada kelompok eksperimen jika harga statistik uji t memiliki peluang kekeliruan (�) lebih kecil dari 0.05. dalam hal lain, berarti kondisi setelah perlakuan diberikan kepada kelompok adalah sama. 4. Analisis keempat, membandingkan skor post-test dan pre- test kelompok

(35)
(36)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan rumusan masalah dan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis di kelas eksperimen pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (postest). Jadi, sesuai dengan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya kemampuan berpikir kritis siswa pada kelas eksperimen meningkat, karena pada kelas eksperimen metode pembelajaran yang digunakan adalah pendekatan konlik kgnitif dengan menggunakan metode reciprocal teaching, hal ini terlihat dari hasil tes pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (postest) yang telah dilakukan.

2. Terdapat perbedaan kemampuan berpikir kritis di kelas kontrol pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (postest). Dari hasil penelitian menunjukan bahwa data hasil kelas kontrol pada pengukuran awal (pretest) dan pengukuran akhir (postest) berbeda dengan kelas eksperimen, karena pada kelas kontrol metode yang digunakan adalah metode pembelajaran secara konvensional.

(37)

pada kelas eksperimen lebih meningkat dibandingkan dengan kelas kontrol, hal ini dapat dilihat pada pengukuran akhir (postest) yang dilakukan pada kedua kelas. Hal ini menunjukan berarti metode pembelajaran yang digunakan peneliti pada kelas eksperimen telah berhasil dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

B. Saran

Berdasarkan hasil temuan di lapangan sewaktu penelitian bahwa kemampuan berpikir kritis siswa yang kelasnya diberikan perlakuan lebih tinggi dengan yang tidak diberikan perlakuan. Oleh karena itu, dengan ini peneliti merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut:

1. Untuk guru, supaya dalam pembelajaran dapat menerapkan pembelajaran melalui pendekatan konflik kognitif dengan menggunakan metode reciprocal teaching sebagai metode pembelajaran alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, siswa dituntut aktif dalam memecahkan masalah-masalah serta mengemukakan alasan dalam memecahkan masalah-masalah tersebut, sertabmencari sumber-sumber yang relevan yang erkaitan dengan masalah-masalah tersebut, dengan harapan siswa akan telibat aktif dalam pembelajaran, artinya tidak hanya terpaku pada penjelasan guru dan pembahasan dalam buku saja, tetapi siswa lebih memahami apa maksud dari isi buku tersebut.

(38)

itu, dalam upaya meningkatkan mutu hasil pembelajaran, kepala sekolah hendaknya meningkatkan peranan dan tugasnya dalam member bimbingan dan pembinaan kepada guru, khususnya dalam metode-metode yang akan digunaka dalam melaksanakan proses pembelajaran. 3. Penelitian ini hanya mengetahui berapa besar peningkatan kemampuan

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ashley, D.K. et.al. (2006). Intelligent Tutoring Systems: 8th International Conference, ITS: Springer

Bachman, E. (2005). Metode Belajar Berpikir Kritis dan Inovatif. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Bess, J.L & Dee, J.R. (2008). Understanding College and University Organization: Dynamics of The System: Stylus Publishing LLC.

Budiningsih, C.A. (2005). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka Cipta Cartwright, D. (1960). Group Dynamics Concrete Series: Taylor & Francis

Costa, A. L (1985). Developing Minds : A Resourc Bool for Teaching Thinking, Alexandria: ASCD

Dahlan, M.D. (1990). Model-Model Mengajar: Beberapa Alternatif Interaksi Belajar. Bandung: CV. Diponegoro.

Damon, W.,& Killen, M. (1982). Peer Interaction and The Proces of Change in Children’s Moral Reasoning. Merrill-Palmer Quartely, 28, 347-367. Dick, W & Carey. (1990). The Systematic Design of Intruction. Scott: Foresman

and Companny.

Ennis, R. (1989). Evaluating Critical Thingking, California: Midwest Publications.

Efland, A. (2002). Art and Cognition: Integrating The Visual Art in The Curriculum Language and Literacy Series: Teachers College Press

Elaine, B.J (2002). Contextual teaching and leraning: what it is and why it’s here to stay: Corwin press, Inc. Thausand oak:California

Fisher, A. (2001). Critical Thinking: An Introcduction: Cambridge university Press.

Fiumara, G.C. (1995). The Metaphoric Process: Connections Between Language and Life: Routledge.

(40)

Fraenkel, R.J, & Wallen, N.C,. (2006). How To Design and Evaluate Research in Educations (sixth edition). New York: Mc Graw Hill, Inc.

Given, B.K. (2002) Teaching to The Brain’s Natural Learning Sytem: Alekandria, VA: Association for Supervision and Curiculum Depelovment

Glaser, E. (1941). An Experiment in the Development of Critical Thinking. Advanced School of Education at Teacher’s College: Columbia University

Hasan, S.H. (1996). Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial. Jurusan Pendidikan Sejarah, FKIS: IKIP Bandung.

Klingner, K.J. et,al. (2007). Teaching Reading Comprehension to Student With Learning Difficulties: Guilford Press.

Krulik, Stephan & Rudnick, jesse A. (1999). Innovatife Task To Improve Critical and Creative Thinking Skills. p. 138-145. From Developing Mathematical reasoningin Grades K-12. 1999 Year book. Stiff. Lee V. Curcio, Frances.

Linddblad, J. Thomas (ed), (2000). Sejarah Ekonomi Modern Indonesia. Berbagai Tantangan Baru. Jakarta: LP3ES.

Mulyasa, E. (2005). Implementasi Kurikulum 2004 Panduan Pembelajaran KBK. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Munandar, U. (1999). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Nasution, S. (1982). Metode Research. Bandung: Jammars.

Oczkus, L. (2003). Reciprocal Teaching at Work: Strategies for Improving Reading Comprehension. Newark, DE: International Reading Association.

Palincsar, A. S., & Brown, A. L. (1984). Reciprocal teaching of Comprehension-Fostering and Comprehension-Monitoring Activities. Cognition and Instruction, 2, 117-175.

Piaget, J. (1970). Science of Education and the Psychology of the Child. New York: Viking

Prayitno. (2009). Dasar Teori dan Praksis Pendidikan: Grasindo

(41)

Ruseffendi. (2005). Dasar-Dasar Penelitian Pendidikan dan Bidang Non Eksakta lainnya. Bandung: Tarsito.

Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana

Sardiman, A.M. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa

Scot, et.al. (1991) Teaching For Conceptual Change : A Review Of Strategis In Physich Learning.

Serafica, F.C. (1982). Social-Cognitive Depelovment in Context: Taylor & Francis Suparno, P. (2000). Teori Perkembangan Kognitif Jean Piaget. Yogyakarta:

Kanisius

Suyono, & Hariyanto. (2011). Belajar dan Pembelajaran: Teori dan Konsep. Bandung: Remaja Rosdakarya

Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Program Pascasarjana dan FPIPS UPI dengan PT Remaja Rosdakarya. Spillter, J.L. (1992). Critical Thinking: What. Why, When and How. Australia

Council for Educational Research.

Sudjana. (2002). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Sugiyono. (2006). Metode Penelitian Kuantitatif dan R&D. Bandung Alfabeta. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

________. (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung:Alfabeta.

Sukmadinata, N.S. ( 2006). Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Kesuma Karya Bandung.

___________. ( 2005). Metode Penelitian Pendidkan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumaatmadja, N. (1998). Studi Sosial. Bandung: UPI.

Surakhmad. (1995). Pengantar Penelitian Ilmiah: Metode dan Teknik. Bandung Tarsito.

(42)

Syah, M. (2000). Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya

Taylor, R.G & Mackenney, L. (2008). Improving Human Learning in The Classroom: Theories and Teaching Practices: R&L Educations

Wade, C & Tavris, C. (2004). Psikologi: Edisi 9 Jilid 1: Erlangga

Wahab, A. (1998). Reorientasi dan Revitalisasi Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial.

INTERNET

Achmad, A. (2007). Memahami Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia: http://www.pendidikannetwork.net [20 Januari 2012].

Manalik, Oak. (2009). Keterampilan berpikir kritis. [Online]. Tersedia: http://www.buzzle.comarticles/developing-critical-thinking-skill.html. [diakses 18 Januari 2012].

Rahmat. (2010). Pengukuran Ketrampilan Berpikir Kritis. [Online]. Tersedia: http://gurupembaharu.com /home [diakses 18 Januari 2012].

Sutrisno, Joko. (2010). Menggunakan Ketrampilan Berpikir untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran. [Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel                                                                                                      Halaman
Gambar         Halaman
Tabel 1.1 Kualifikasi Skor Kemampuan Berpikir Kritis
Tabel 3.1 Desain Eksperimen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian menunjukan bahwa intervensi dalam Perang Korea tahun 1950-1953 dilakukan oleh Uni Soviet, Amerika Serikat, dan China melalui operasi militer dan

[r]

[r]

kata dia, anak-anak harus mendapat perlindungan dari semua pekerj aan yang

Jumlah anggota rumah tangga juga akan mempengaruhi konsumsi pangan. Bagi rumah tangga dengan anggota rumah tangga banyak, pada kondisi tersebut maka tingkat konsumi pangan

Untuk mengetahui pengaruh dewan komisaris terhadap manajemen laba. Untuk mengetahui pengaruh komite audit terhadap

Norma social yang terbentuk antar pedagang merupakan norma-norma yang terdapat dalam kehidupan sehari-hari dan diantara pedagang asongan juga terdapat nilai-nilai resiprositas yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh produk, harga, dan promosi terhadap keputusan pembelian produk Teh Pucuk Harum pada Mahasiswa Program