i
Halaman ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMAKASIH ... iv
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah ... 8
C.Rumusan Masalah ... 9
D.Pertanyaan Penelitian ... 9
E. Batasan Masalah... 10
F. Tujuan Penelitian ... 10
G.Manfaat Penelitian ... 11
H.Kerangka Pemikiran ... 12
I. Anggapan Dasar ... 25
J. Hipotesis ... 26
K.Sistematika Penulisan ... 26
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Participatory Rural Appraisal ... 28
1. Pengertian Participatory Rural Appraisal ... 28
2. Prisip-prinsip Participatory Rural Appraisal ... 29
3. Unsur-unsur Participatory Rural Appraisal ... 36
ii
1. Definisi Partisipasi Masyarakat ... 42
2. Bentuk-bentuk Partisipasi Masyarakat ... 45
3. Tingkatan Partisipasi Masyarakat ... 46
4. Ukuran Partisipasi Masyarakat ... 47
BAB III METODE PENELITIAN A.Metode Penelitian ... 49
B. Teknik Pengambilan Sampel ... 51
C.Instrumen Penelitian... 53
1. Oprasional Variabel Participatory Rural Appraisal ... 53
2. Operasional Variabel Partisipasi Masyarakat ... 55
D.Pengujian instrument Penelitian ... 56
1. Uji Validitas Angket ... 57
2. Uji Realiabilitas Angket ... 58
E. Sumber dan Analisis Data Penelitian ... 61
1. Sumber Data Penelitian ... 61
2. Analisis Data Penelitian ... 61
F. Pemantapan Angket ... 71
1. Uji Coba Angket ... 72
2. Uji Validitas ... 72
3. Uji Realibilitas ... 74
BAB 1V PEMBAHASAN HASIL A.Gambaran Penerapan PRA ... 76
B. Keunggulan dan Kelemahan PRA ... 90
C.Gambaran Objek penelitian... 93
1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 93
2. Gambaran Skor Kecenderungan Variabel a. Gambaran PRA... 94
iii
1. Uji Normalitas ... 111
2. Uji Regresi ... 113
3. Uji Hipotesis ... 115
E. Hasil Pembahasan Penelitian ... 118
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 122
B. Saran ... 127
DAFTAR PUSTAKA ... 130
iv
Tabel Judul Hal
1.1 Presentase Perolehan APK dan APM PAUD 5
1.2 Indikator Pendukung Program PAUD 6
1.3 Hubungan Variabel Participatory Rural Appraisal dengan Partisipasi Masyarakat
25
2.1 Jenis Partisipasi 43
3.1 Pengambilan Sampel Berdasarkan Hasil Penghitungan Rumus Jacob Cohen
52 3.2 Operasional Variabel Participatory Rural Appraisal 54 3.3 Operasional Variabel Partisipasi Masyarakat 56
3.4 Indeks Korelasi 58
3.4 Pola Pembobotan Kuesioner 63
3.5 Rekapitulasi hasil scoring 63
3.6 Tabel penolong 64
3.7 Tabel ringkasan Anova Variabel X dan Y untuk Uji Linieritas 69
3.8 Jumlah Item Angket untuk Ujicoba 72
4.1 Tanggapan Responden Indikator yang terabaikan 97 4.2 Tanggapan Responden Indikator Pemberdayaan 98 4.3 Tanggapan Responden Indikator Masyarakat sebagai Pelaku
Utama
98 4.4 Tanggapan Responden Indikator Saling Membelajarkan 99 4.5 Tanggapan Responden Indikator Optimalisasi Hasil 100 4.6 Terhadap Indikator Triangulasi Informasi 100 4.7 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Orientasi Praktek 101 4.8 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Selang Waktu dan
Keberlanjutan
102 4.9 Tanggapan Responden Indikator Fleksibel dan Informal 103 4.10 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Bersifat Terbuka 103 4.11 Tanggapan Responden Terhadap Indikator Evaluasi dan
Belajar dari Kesalahan
103 4.12 Rata-rata Skor Angket Tiap Indikator untuk Variabel Y 104 4.13 Tanggapan Responden Indikator Empati dalam Bentuk
Tindakan
v
4.16 Tanggapan Responden Indikator Ikatan Emosinal 109 4.17 Tanggapan Responden Indikator Emosional Dalam
Mengorganisir
110 4.18 Tanggapan Responden Indikator Aspek Mentalitas 110
DAFTAR TABEL DAN GRAFIK (Pada Lampiran)
Tabel Judul Hal
4.19 Distribusi Frekuensi Untuk Variabel Participatory Rural Appraisal
9 4.20 Menentukan Batas Kelas untuk Variabel Participatory Rural
Appraisal
16 4.21 Menghitung Nilai Z Untuk Variabel Participatory Rural
Appraisal
17 4.22 Mencari Nilai 0 – Z Untuk Variabel Participatory Rural
Appraisal
17 4.23 Mencari Nilai 0 – Z Untuk Variabel Participatory Rural
Appraisal
18
4.24 Mencari Frekuensi diharapkan (fe) 24
4.25 Mencari X hitung 20
4.26 Distribusi Frekuensi Untuk Variabel Partisipasi Masyarakat 22 4.27 Menentukan Batas Kelas Untuk Variabel Partisipasi
Masyarakat
23 4.28 Menghitung Nilai Z Untuk Variabel Partisipasi Masyarakat 24 4.29 Mencari Nilai 0 – Z Untuk Variabel Partisipasi Masyarakat 25 4.30 Mencari Nilai 0 – Z Untuk Variabel Partisipasi Masyarakat 26
4.31 Frekuensi yang diharapkan (fe) 27
4.32 Tabel Penolong Pasangan Variabel X dan Y untuk Mencari JKE
31 4.33 Tabel Ringkasan Anova Variabel X dan Y untuk Uji
Linieritas
36
vi
Tabel Judul Hal
1.1 Alur Konsep Turunan PRA 23
2.1 Tiga Unsur PRA Menurut Robert Chambers 37
4.1 Daerah Kontinum Variabel X 96
4.2 Daerah Kontinum Variabel Y 106
DAFTAR GAMBAR (Pada Lampiran)
Tabel Judul Hal
4.3 Proses Pembuatan Peta Sosial di Salah Satu Desa Penerima Program PPAUD
1 4.4 Proses Pembuatan Hubungan Kelembagaan (Diagram
Venn) Program PPAUD
1 4.5 Kegiatan Transek lapangan di Salah Satu Desa Penerima
Program PPAUD
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting yang harus diberikan sejak dini untuk mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Pendidikan merupakan investasi masa depan yang diyakini dapat memperbaiki kehidupan suatu bangsa. Salah satu langkah yang tepat untuk menyiapkan generasi unggul yang berkualitas adalah dengan memberikan perhatian yang lebih kepada anak usia dini dalam bidang pendidikan. Hal ini harus dilakukan karena anak merupakan investasi yang penting bagi penyiapan SDM di masa depan.
Dalam pembangunan sumber daya manusia, pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis. Tidak mengherankan, jika banyak negara menaruh perhatian yang sangat besar terhadap penyelenggaraan pendidikan anak usia dini atau yang lebih dikenal dengan istilah PAUD.
Di Indonesia, penyelenggaraan pendidikan anak usia dini telah ditempatkan sejajar dengan pendidikan lainnya. Hal ini sesuai dengan isi dari pasal 28 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diperkuat oleh pernyataan Presiden Republik Indonesia pada saat digelarnya puncak acara peringatan hari anak nasional pada tanggal 23 Juli 2003 yang menyatakan bahwa beliau telah mencanangkan pelaksanaan pendidikan anak usia dini di seluruh Indonesia untuk kepentingan terbaik anak Indonesia.
Tidak berbeda dengan Indonesia, negara-negara maju seperti Amerika
Serikat, Jerman, dan Jepang juga menaruh perhatian yang sangat besar terhadap pendidikan anak usia dini. Mereka mencoba mengembangkan pendidikan anak usia dini yang dimulai dari perawatan, pengasuhan, dan pendidikan lainnya melalui program yang utuh dan dilaksanakan secara terpadu. Pemahaman pentingnya pengembangan anak usia dini sebagai langkah dasar bagi pengembangan sumber daya manusia juga telah dilakukan di negara-negara ASEAN lainnya seperti Thailand, Singapura, dan Korea Selatan bahkan pelayanan pendidikan anak usia dini di Singapura tergolong maju dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya.
salah satunya menyepakati bahwa ada hal yang harus dilakukan dalam waktu cepat, yakni “memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan pendidikan anak usia dini secara komprehensif, terutama bagi anak-anak yang sangat rawan dan kurang beruntung”.
Sejak adanya deklarasi Dakkar, desakan untuk penanganan pendidikan anak usia dini makin gencar. Misalnya, pada pertemuan delegasi pendidikan sedunia di New York tahun 2002 telah melahirkan deklarasi A World Fit For Children (menciptakan dunia yang layak bagi anak). Ada 4 (empat) hal yang menjadi perhatian khusus dalam deklarasi tersebut, yakni: promosi hidup sehat (promoting healthy lives), penyediaan pendidikan yang berkualitas (providing quality education), perlindungan terhadap perlakuan salah/aniaya, eksploitasi dan kekerasan (protecting against abuse, exploitation and violence), serta penaggulangan HIV/AIDS (combating HIV/AIDS).
Bukti makin diperhatikannya PAUD ini dapat terlihat dari adanya pertemuan sembilan negara berpenduduk besar di Kairo pada bulan Desember tahun 2003. Pertemuan sembilan negara berpenduduk besar ini merupakan pertemuan untuk yang pertama kalinya. Agenda utama dalam pertemuan tersebut adalah membahas masalah pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD). Pemerintah Mesir memprakarsai gerakan PPAUD di Timur Tengah dengan memanfaatkan momen penting tersebut untuk meresmikan pusat pendidikan dan pengembangan anak usia dini yang bertaraf nasional di Kairo dan dihadiri oleh seluruh delegasi termasuk Indonesia.
program PPAUD di antaranya aspek perencanaan program. Perencanaan adalah proses yang sistematis dalam pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan ini akan dipengaruhi oleh pengalaman yang telah mereka miliki. Pengalaman menunjukkan bahwa rencana yang baik itu dibuat berdasarkan pengkajian partisipatoris atau evaluasi mengenai situasi tertentu. Perencanaan partisipatoris ini lebih mencerminkan kenyataan yang ada di lapangan sekaligus merupakan cara melibatkan masyarakat untuk belajar bertanggungjawab di masa yang akan datang.
Perencanaan partisipasi didasarkan pada pemahaman yang sama mengenai berbagai masalah. Perencanaan partisipatoris bersifat sederhana, demokratis, dan membangkitkan motivasi. Metode tersebut memberikan kesempatan terhadap kelompok masyarakat dari berbagai tingkat, departemen, atau sektor yang berbeda untuk bersama-sama menyepakati situasi tertentu dalam ruang lingkup tertentu pula, yakni dalam bidang pendidikan.
Pengembangan kegiatan secara partisipatif adalah salah satu cara untuk meningkatkan peran serta dari semua aktor yang terlibat untuk memikirkan dan berkontribusi pada semua kegiatan pentahapan pembangunan. Hal ini bertujuan untuk bersama-sama mempelajari situasi dan kondisi yang ada agar dapat berkaitan dengan program yang akan dilakukan serta mencari solusi dari berbagai masalah yang ada.
Berdasarkan kondisi masyarakat yang tergali melalui proses tersebut diharapkan muncul temuan-temuan penting yang dapat dirumuskan sebagai pemetaan permasalahan dan potensi yang dapat diwadahi oleh program PPAUD ini dengan mempertimbangkan prinsip-prinsip tanggap kebutuhan dan kesetaraan gender.
Berikut ini adalah data yang menggambarkan kondisi pendidikan anak Usia dini (PAUD) di kabupaten Lampung Selatan pada tahun 2007-2010:
Tabel 1.1
Persentase perolehan APK dan APM Pendidikan Anak Usia Dini
No Uraian 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%)
1 APK 12.80 15.00 36.31 35.31
2 APM 11.04 11.89 29.11 10.01
Sumber : Dinas Pendidikan kabupaten Lampung Selatan. tahun 2010
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pada tahun 2007 sampai 2009, angka partisipasi kasar (APK) mengalami kenaikan persentase yang cukup signifikan, tetapi pada tahun 2010, persentasenya mengalami penurunan. Secara keseluruhan, persentase rata-ratanya mencapai 24.86%. Data tersebut merupakan hasil rekapitulasi perbandingan jumlah penduduk dalam kelompok anak usia dini yang telah berusia 2-6 tahun dan jumlah anak usia dini tersebut yang ada di lembaga PAUD. Prosedur penghitungannya telah disesuaikan dengan APK. Hal ini merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat pencapaian tujuan perencanaan suatu program dalam partisipasi masyarakat, seperti orang tua yang menitipkan anaknya pada lembaga PAUD.
kenaikan APK dan pada tahun 2009, persentase APM mengalami penurunan secara signifikan. Secara keseluruhan, persentase rata-ratanya mencapai 20.52%. Tentu saja hal ini menjadi fakta keadaan partisipasi masyarakat dalam mewujudkan pembangunan pendidikan anak usia dini. Partisipasi masyarakat menjadi kendala utama dalam upaya mencapai target penyelenggaraan program PPAUD.
Pada lingkup yang lebih kecil, Peneliti melakukan penelitian ke kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan yang hasilnya menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat masih menjadi permasalahan yang harus ditangani secara serius. Berikut ini data hasil penelitian yang telah Peneliti lakukan.
Tabel 1.2
Indikator Pendukung Program Pendidikan Anak Usia Dini
No Uraian 2007
Unit
2008 Unit
2009 Unit
2010 Unit
1 Lembaga PPAUD 0 8 8 8
2 Tim Fasilitator PAUD 0 4 4 4
3 Tenaga Pengelola PPAUD 40 44 60 66
4 Tenaga Pengajar 40 44 60 68
5 Bangunan PAUD dari Dinas 7 10
6 Murid /Anak Usia Dini 320 340 392 429
Sumber : Dinas Pendidikan kabupaten Lampung Selatan, tahun 2010
program sebagaimana yang dimaksud dalam program ini baik dari pihak dinas pendidikan masyarakat maupun dari lembaga terkait lainnya yang turut serta dalam program tersebut.
Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh pihak Dinas Pendidikan dan tim fasilitator PPAUD di bawah lembaga donor Bank Dunia sejak tahun 2007 khususnya di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan, jumlah lembaga PPAUD sebanyak 10 lembaga dan tidak memiliki tim fasilitator, memiliki 40 orang tim pengelola dan pengajar, bangunan hibah dari masyarakat dan dinas sebanyak 10 buah bangunan dan 230 orang murid PPAUD. Kemudian, pada tahun 2008 mengalami kenaikan jumlah menjadi 17 lembaga PPAUD dan jumlah tersebut tidak mengalami kenaikan lagi hingga tahun 2009, tetapi memiliki kenaikan jumlah tenaga pengelola, tenaga pengajar, jumlah bangunan, dan jumlah siswa PAUD.
Pada tahun 2009 pun mengalami penambahan jumlah baik pada jumlah bangunan, tenaga pendidik, dan pengelola maupun jumlah siswa PPAUD. Pada akhir tahun 2010 terus mengalami penambahan jumlah, yaitu jumlah lembaga menjadi 20 lembaga, tenaga pengelola PPAUD 68 orang, tenaga pengelola sejumlah 10 orang hibah tanah dan bangunan dari swadaya masyarakat sebanyak 13 unit, 10 unit berasal dari Dinas Pendidikan dan jumlah murid bertambah menjadi 429 orang.
penyenggaraan PPAUD di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan. Berdasarkan kajian teoritis dan empiris, terdapat beberapa gejala yang menunjukkan sebuah dampak dari penerapan metode Participatory Rural Appraisal dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan.
Setelah dianalisis secara lebih mendalam, ketertarikan Peneliti dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji masalah yang telah diuraikan sebelumnya dengan mengambil judul: Dampak Penerapan Metode Participatory Rural Apraisal (PRA) Terhadap Partisipasi Masyarakat Pada Penyelenggaraan
Program Pendidikan Dan Pengembangan Anak Usia Dini (PPAUD) Di Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan Propinsi Lampung.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, Peneliti mengidentifikasi beberapa faktor dan variabel yang dianggap dapat berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) yang dilaksanakan di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan sebagai berikut.
2. Masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap penerapan Metode Paricitipatory Rural Apraisal (PRA) dalam penyelenggaraan program PPAUD.
3. Belum optimalnya lembaga profesi PAUD yang berada di tingkat masyarakat. 4. Belum adanya kebijakan pemerintah daerah yang mengatur mengenai
penyelenggaraan PAUD.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil pengidentifikasian masalah dan kajian teoritis yang telah dilakukan, penerapan metode Pariticipatory Rural Aprasial ditelaah sebagai variabel yang dianggap paling berpengaruh terdahap partisipasi masyarakat. Oleh karena itu, Peneliti memfokuskan inti kajian penelitian pada “Variabel Participatory Rural Appraisal (PRA) dan variabel partisipasi masyarakat di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan”.
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, Peneliti menjabarkannya ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran penerapan metode Participatory Rural Appraisal PRA dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan?
pengembangan anak usia dini (PPAUD) di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan?
3. Bagaimana dampak penerapan metode Participatory Rural Appraisal PRA terhadap partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan?
E. Batasan Masalah
Peneliti membatasi ruang lingkup penelitian ini sesuai dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Gambaran penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan. 2. Keunggulan dan kelemahan metode Participatory Rural Appraisal (PRA)
dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan. 3. Dampak penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam
penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan.
F. Tujuan Penelitian
meningkatkan kinerja pada program pengembangan pendidikan anak usia dini (PPAUD) di wilayah kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan.
Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui gambaran penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan.
2. Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan.
3. Untuk mengetahui dampak penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan.
G. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin diperoleh melalui penelitian ini antara lain: 1. Secara Teoritis
2. Secara praktis
a. Sebagai bahan kajian instansi atau lembaga terkait untuk menyelenggarakan dan mengelola kegiatan pendidikan anak usia dini. b. Sebagai bahan masukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia di Indonesia dan memperkaya serta dapat menunjang konsep pembelajaran dalam pendidikan luar sekolah.
c. Sebagai pengalaman praktis bagi peneliti dalam mengaplikasikan konsep dan teori yang diperoleh selama perkuliahan pada program studi Pendidikan Luar Sekolah di Universitas Pendidikan Indonesia.
H. Kerangka Pemikiran
Metode PRA merupakan metode pembelajaran masyarakat. Maksudnya, metode PRA ini digunakan sebagai alat pembelajaran dalam proses belajar dengan masyarakat. Metode ini menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan, sedangkan pemerintah melalui kantor dinasnya dan ketiga sektor program ETESP berperan sebagai fasilitator yang memudahkan terlaksananya program-program hasil rancangan bersama masyarakat. Kegiatan PRA bukanlah pelibatan masyarakat dalam sebuah “paket” tetapi sebuah proses yang berkesinambungan selama melakukan kegiatan bersama, yakni antara penyelenggara program dan masyarakat.
1. Prinsip-Prinsip Participatory Rural Apprraisal (PRA)
berikut:
a. Mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat sebagian besar lapisan masyarakat tetap berada di pinggir arus pembangunan yang berjalan cepat. Perempuan dan masyarakat miskin biasanya masuk dalam lapisan masyarakat ini. Oleh karena itu, prinsip PRA yang paling pertama ialah mengutamakan masyarakat yang terabaikan tersebut agar memperoleh kesempatan untuk memiliki peran dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan. Keberpihakan terhadap golongan masyarakat yang terabaikan ini bukan berarti bahwa golongan masyarakat lainnya perlu mendapat giliran untuk diabaikan atau tidak diikutsertakan. Keberpihakan ini lebih pada upaya untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan yang terdapat di suatu masyarakat dengan mengutamakan golongan paling miskin atau golongan yang paling tidak berdaya agar kehidupannya meningkat.
b. Pemberdayaan (Penguatan Masyarakat)
luar desanya. Terlebih lagi, jika bantuan tersebut bersifat merugikan (melemahkan posisi masyarakat) sebagai pelaku utama dan orang luar sebagai fasilitator.
Metode PRA menempatkan masyarakat (perempuan dan laki-laki) sebagai pusat dari kegiatan pembangunan. Orang luar harus menyadari perannya sebagai fasilitator, bukannya guru ataupun penyuluh. Hal ini mudah diucapkan tetapi tetap saja sulit untuk direalisasikan, karena ada anggapan bahwa perempuan dan masyarakat miskin itu bodoh.
c. Menghargai perbedaan
d. Optimalisasi Hasil
Banyak sekali teknik PRA yang telah digunakan untuk mengkaji, tetapi tim pemandu masih menganggap bahwa informasi yang terkumpul atau dimilikinya belum lengkap atau belum mendetail. Pada saat persiapan, tim pemandu perlu merumuskan secara jelas mengenai jenis dan tingkat kedalaman informasi yang dibutuhkan. Akan tetapi, jangan lupa bahwa kebutuhan informasi tim pemandu semestinya menyerap juga pendapat masyarakat dengan cara mengajukan pertanyaan khusus untuk kelompok perempuan dan laki-laki tentang informasi yang menurut mereka lebih penting daripada yang dirumuskan oleh tim pemandu.
e. Pertukaran informasi (Triangulasi)
Salah satu kegiatan PRA adalah usaha mengumpulkan dan menganalisis data secara sistematis bersama masyarakat. Usaha itu akan memanfaatkan berbagai sumber informasi yang ada. Namun, tidak semua sumber informasi tersebut bisa dipercaya ketepatannya.
f. Keragaman Teknik PRA
Setiap teknik PRA mempunyai kelebihan dan kekurangan. Tidak semua informasi yang diperlukan dapat diperoleh, dibahas, dan dimanfaatkan dengan satu atau dua teknik saja. Oleh karena itu, masyarakat harus bisa melihat bagaimana teknik-teknik PRA yang digunakan dapat saling melengkapi sesuai dengan proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan dalam kegiatan pengembangan program.
g. Keragaman Sumber Informasi
Masyarakat selalu memiliki bentuk hubungan yang komplek (rumit) dan memiliki berbagai kepentingan yang sering berbeda bahkan bertentangan. Informasi yang berasal dari sumber tunggal atau terbatas tidak jarang diwarnai oleh kepentingan pribadi atau kepentingan kelompok tertentu. Oleh karena itu, kita perlu mengkaji silang informasi, yakni mengkaji informasi dari berbagai sumber informasi tetapi tetap relevan atau berhubungan dengan informasi yang diperlukan. Informasi yang didapatkan dari kelompok masyarakat elit tentu sa perlu dikaji silang dengan informasi yang diperoleh dari kelompok masyarakat biasa. Demikian juga informasi dari kelompok laki-laki perlu dikaji silang dengan informasi atau pendapat dari perempuan. Begitu juga, informasi dari sumber lainnya perlu dikaji silang, seperti dari kelompok kaya dan miskin, kelompok tua dan muda, dan sebagainya.
h. Keragaman Latar Belakang Tim Pemandu/Tim PRA
sebuah tim yang terdiri atas sejumlah orang (misal dalam perencanaan kegiatan dan evaluasi kegiatan yang sudah berlangsung sekian lama). Penerapan PRA dengan tim semacam ini dianjurkan keberagaman latar belakang tim, baik itu dari segi pendidikan, pengalaman, jenis kelamin maupun keterampilan.
i. Berorientasi Praktis
Berorientasi dimaksud dalam hal ini yakni pengembangan kegiatan. Agar program yang dikembangkan bisa memecahkan masalah dan meningkatkan kehidupan masyarakat, dibutuhkan sekali informasi yang sesuai dan memadai. PRA bukanlah kegiatan yang dilakukan untuk PRA sendiri. PRA hanya sebagai alat atau metode yang dimanfaatkan untuk mengoptimalisasikan berbagai program yang dikembangkan bersama masyarakat. Penerapan metode PRA tidak hanya sekedar untuk menggali informasi dari masyarakat, tetapi juga menindaklanjutinya ke dalam kegiatan bersama.
j. Berlanjutan dan Selang Waktu
Berbagai kepentingan dan masalah yang dihadapi masyarakat tidaklah tetap, tetapi berubah dan bergeser menurut waktu sesuai dengan berbagai perubahan dan perkembangan baru dalam masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, pemahaman masyarakat bukanlah usaha yang hanya bisa dilakukan sekali kemudian dapat selesai, tetapi merupakan kegiatan berkelanjutan. Metode “PRA” bukanlah “paket kegiatan PRA” yang selesai setelah kegiatan penggalian informasi dianggap cukup, tetapi kegiatan tersebut harus terus berlanjut karena orang luar hanya dapat memfasilitasi kegiatan tersebut.
dan para pelaksana di lapangan. Hal ini bertujuan agar program yang dikembangkan itu disesuaikan dengan prinsip-prinsip dasar PRA sehingga diharapkan dapat menggerakkan potensi masyarakat.
Kegiatan PRA diselenggarakan dalam suasana yang bersifat fleksibel, terbuka, tidak memaksa, dan informal. Situasi yang santai ini akan mampu menimbulkan hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat, bukan sebagai “tamu asing” yang oleh masyarakat harus disambut dengan segala protokol. Banyak masyarakat yang memiliki tradisi penyambutan untuk menerima kedatangan orang di luar komunitasnya, dengan cara berkumpulnya para tokoh adat dan pemerintah desa, mengadakan jamuan, dan tarian adat. Barangkali suasana santai dan informal ini lebih cocok disebutkan sebagai salah satu tips untuk pemandu. Hal ini menjadi prinsipil karena sering dilanggar. Penerapan PRA diharapkan tidak mengganggu kegiatan sehari-hari masyarakat. Orang luar harus memperhatikan jadwal kegiatan masyarakat bukan sebaliknya masyarakat diharuskan mengikuti jadwal orang luar dalam kegiatan PRA yang biasanya dibatasi oleh waktu.
k. Evaluasi dan Mempelajari Kesalahan
bahwa kegiatan PRA bukanlah kegiatan “coba-coba” yang tanpa perhitungan dan dipenuhi oleh berbagai kesalahan, tetapi kita harus mampu meminimalisasikan dan mengurangi kesalahan.
Prinsip ini menganggap PRA sebagai metode dan perangkat teknik yang belum selesai, sempurna, dan pasti benar. Berbagai teknik tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan setempat. Sumbangan-sumbangan dari mereka yang telah menerapkan dan menjalankannya di lapangan dengan berbagai tujuan baik untuk memperbaiki konsep dan pemikiran maupun untuk merancang teknik-teknik baru, akan sangat berguna dalam memperkaya metode ini.
Program pemberdayaan atau pengembangan masyarakat yang dilakukan oleh lembaga pemerintah, LSM, dan lembaga-lembaga internasional lainnya di tingkat desa, harus dapat memperhatikan isu gender. Hal ini didasari oleh adanya ketimpangan gender yang perlu diperbaiki untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera. Artinya, seluruh potensi sumber daya manusia (laki-laki dan perempuan) dipergunakan secara maksimal untuk kesejahteraan masyarakat tersebut. Selain itu, isu gender juga perlu diperhatikan untuk menciptakan masyarakat yang menjunjung tinggi keadilan. Artinya, tidak ada kelompok atau golongan yang memiliki kesempatan dan hak yang timpang (baik laki-laki maupun perempuan) sebagai ciri dari masyarakat yang baik.
l. Partisipasi Masyarakat
mana keterlibatan secara pribadi orang yang bersangkutan untuk melaksanakan tanggung jawabnya (Winardi, 1979: 323). Jm Ife Frank Tesoriereo (2008: 295) menyatakan bahwa partisipasi adalah suatu tujuan dalam dirinya sendiri artinya partisipasi mengaktifkan ide hak asasi manusia, hak untuk berpartisipasi dalam demokrasi, dan untuk memperkuat demokrasi the liberates. Menurut Uphoff dan Cohen (1979 :296), partisipasi menekankan pada rakyat memiliki peran dalam pembuatan keputusan.
Definisi partisipasi menurut Rearse dan Stifeel (1979, oleh Kan 2002) adalah memfokuskan masyarakat yang biasanya tidak dilibatkan memiliki kendali terhadap sumber daya dan institusi sedangkan menurut Paul (1987: 297), partisipasi mencakup kemampuan masyarakat untuk mempengaruhi kegiatan-kegiatan sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan kesejahteraannya. Faktor-faktor yang mendorong partisipasi terdiri atas: 1). Adanya isu yang dianggap penting, 2). Adanya keyakinan aksi mereka memberikan perubahan, 3). Berbagi bentuk partisipasi mendapat penghargaan, 4).Orang harus bisa berpartisipasi dan didukung partisipasinya, 5).Struktur dan proses tidak boleh dikucilkan.
Partisipasi akan bernilai positif jika orang merasa memiliki sebentuk kekuatan, (Jim Ife Frank Tesoriereo, 2008: 309 -312). Kekuatan tersebut berasal dari kemampuan untuk mempengaruhi perasaan dan memiliki kapasitas untuk mencapai keberhasilan.
mereka miliki dalam hubungan dengan orang lain, mengenai peluang-peluang untuk melakukan berbagai hal yang menarik minat mereka, mengenai hal-hal yang menurut mereka kompeten maupun mengenai keterampilan dan kemampuan yang mereka gunakan (Jim Ife Frank Tesoriereo, 2008: 309-316). Rumusan konseo untuk mengukur partisipasi menyangkut beberapa hal: 1). kapasitas masyarakat bertambah untuk mengorganisir, 2). dukungan yang tumbuh dalam masyarakat dan jaringan yang bertambah kuat, 3). peningkatan pengetahuan masyarakat yang menyangkut kemampuan managemen pengelolaan, 4). keinginan masyarakat untuk membuat keputusan, dan 5). peningkatan diri mereka.
Dari beberapa definisi dan pendapat para ahli di atas, dapat diklasifikasikan beberapa indikator untuk mengukur partisipasi masyarakat sebagai berikut:
1. Empati dengan bentuk tindakan
Kepedulian tidak hanya menyangkut aspek perasan dan sikap, tetapi juga empati dalam bentuk tindakan yang melibatkan diri secara sukarela dan penuh tanggungjawab untuk ketercapaian program pembangunan.
2. Kewenangan peran dan fungsi
Melibatkan diri secara totalitas berdasarkan kewenangan dan fungsinya secara sadar tanpa paksaan serta menjadi kontrol dan partner untuk keberlangsungan program dan keberlanjutannya.
3. Kesadaran tanggungjawab
mewujudkan suatu visi program pembangunan dilakukan dengan kapasitasnya sebagai bagian yang tidak terpisah sebagai subjek dan objek pembangunan dan dengan sukarela berperan aktif sebagai pelaku pembangunan.
4. Ikatan emosional dalam mengorganisir
Keinginan masyarakat untuk membuat keputusan dalam agenda perubahan dan penyelenggaran program pembangunan masyarakat merupakan komitmen bersama, terbuka, dan dinamika yang terukur bersifat kolektif.
5. Rasa memiliki dalam mengontrol
Masyarakat merasa memiliki kebutuhan dan tanggungjawab bersama mengenai kepentingan peningkatan kesejahteraan, kompetensi, dan kemandirian dalam program pengembangan pembangunan masyarakat serta perluasan akses jaringan dalam mengorganisir.
6. Aspek Mentalitas kepedulian
Partisipasi bukan lagi hal-hal yang menyangkut sikap melainkan sudah merupakan tindakan nyata dalam wujud keterlibatan dengan peran serta yang terukur baik secara materil maupun nonmaterial.
Indikator untuk mengukur variabel partisipasi ini merupakan penjabaran dari Jim Ife Frank Tesoriereo (2008: 309-316) dan beberapa pendapat para ahli yang mengungkap aspek-aspek inti partisipasi dalam bukunya Pembangunan Masyarakat (Community Depelopment). Sebagai salah satu bagian dari konsepsi Community Depelopment dan pemberdayaan masyarakat, partisipasi merupakan faktor vital untuk tercapainya sebuah visi pembangunan.
partisipasi masyarakat dalam program PAUD. Hal ini merupakan hasil terapan dalam program pembangunan sekaligus sebagai dampak dari penerapan metode Participatory Rural Appraisal untuk program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD). Dengan demikian, sistematika alur penganalisisan konsep dan teori partisipasi di atas dapat mengungkap partisipasi dengan berbagai indicator yang terdapat di dalamnya.
Berikut ini gambaran alur konsep program pemberdayaan dengan penerapan metode Participatory Rural Appraisal dan hubungannya dengan partisipasi masyarakat dalam sebuah program.
Bagan 1.1 Alur Konsep Analisis Turunan Varibel PRA dan PAR
Sumber : Penjabaran Chamberts, Moehar Daniel dan Keith devis (2006 :37)
Partisipasi merupakan faktor yang berpengaruh besar terhadap tercapainya program pembangunan. Hal tersebut dapat dilihat pada alur konsep di atas.
Walaupun begitu, yang menjadi kajian utama dalam penelitian ini adalah variabel partisipasi masyarakat sebagai dampak dari penerapan metode Participatori Rural Apraisal (PRA).
Penerapan metode PRA ini berdampak terhadap berbagai hal seperti meningkatnya partisipasi masyarakat, menghasilkan kemandirian program PAUD, keberlanjutan dan meningkatnya kualitas PAUD, berpengaruh (outcome) terhadap perubahan manajemen kelembagaan dan layanan PAUD, dan terciptanya lembaga PAUD sebagai lembaga pembelajar dari dan untuk masyarakat.
Sebagai salah satu metode dalam pembangunan masyarakat, Participatory Rural Appraisal (PRA) memiliki hubungan dengan partisipasi masyarakat baik sebagai sebab maupun sebagai akibat atau dampak yang satu sama lainya saling mempengaruhi. Dalam penelitian ini, hubungan yang akan diukur adalah pengaruh dari penerapan penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam bentuk dampak yang diakibatkan terhadap timbulnya partisipasi masyarakat sebagai salah satu tujuan dan bagian dari konsep PRA.
Hubungan variabel Participatory Rural Appraisal terhadap variabel partisipasi masyarakat digambarkan pada tabel berikut ini.
Tabel. 1.3 Hubungan Variabel
Participatory Rural Appraisal dengan Partisipasi masyarakat
Sumber : Konsep Penerapan Metode PRA (25:1992)
I. Anggapan Dasar 1. Asumsi
Asumsi yamg Peneliti ajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut: a. Selama penelitian berlangsung, penerapan metode Participatory Rural
Appraisal (PRA) tidak mengalami perubahan.
b. Sistem pelaksanaan dan penerapan metode PRA serta pemantauan dan evaluasi mengenai pencapaian program tidak mengalami perubahan.
VARIABEL
Participatory Rural Appraisal
1. Mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan), 2. pemberdayaan (penguatan
masyarakat),
3. masyrakat sebagai pelaku utama, orang luar sebagai fasilitator,
4. saling membelajarkan dan menghargai perbedaan, 5. mengoptimalisasikan hasil 6. pertukaran informasi
(triangulasi), 7. berorientasi praktis,
8. berkelanjutan dan selang waktu,
9. fleksibel dan informal, 10.bersifat terbuka, dan
11.evaluasi dan belajar dari kesalahan.
VARIABEL
Partisipasi Masyarakat
1. Empati dengan bentuk tindakan,
2. kewenangan peran dan fungsi,
3. kesadaran tanggung jawab,
4. ikatan emosional dalam mengorganisir,
5. rasa memiliki dalam mengontrol, dan
c. Sarana dan prasarana dianggap sudah memadai. 2. Premis
Untuk itu premis yang Peneliti ajukan dalam penelitian ini sebagai berikut. a. Penerapan sebuah metode dan strategi merupakan unsur yang paling
dominan dalam pencapaian tujuan program secara efektif dan efisien.
b. Semua unsur yang terlibat memiliki pemahaman yang sama terhadap penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD).
c. Partisipasi merupakan salah satu pendukung yang memiliki peran besar terhadap pencapaian tujuan program.
J. Hipotesis
Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, Peneliti mengajukan hipotesis penelitian bahwa: “Terdapat dampak positif yang signifikan antara penerapan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dan partisipasi masyarakat di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan” atau “Tidak terdapat dampak positif yang signifikan antara penerapan metode PRA dan partisipasi masyarakat pada program PPAUD di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan”.
K. Sistematika Penelitian
memberikan gambaran umum tentang isi dan materi yang akan dibahas sebagai berikut.
BAB I Pendahuluan yang di dalamnya terdapat uraian tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, anggapan dasar, definisi operasional, dan sistematika Penelitian.
BAB II Kajian Teoritis yang secara garis besar berisi landasan teori tentang penerapan metode PRA dalam program PPAUD di kabupaten Lampung selatan. BAB III Metodologi penelitian yang berisi metode penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan data, penyusunan alat pengumpulan data, prosedur pengolahan, dan analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan pembahsasan yang berisi tentang pembahasan penelitian, deskripsi data, dan analisis data.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Setiap proses penelitian ilmiah sudah selayaknya didasarkan pada metodologi atau prosedur tertentu yang dapat diterima oleh umum karena dengan penggunaan metodologi yang sesuai dengan permasalahan yang diteliti akan menjamin kecermatan penelitian yang dilakukan sehingga akhirnya diharapkan dapat menemukan jawaban atas permasalahan yang diteliti secara efektif dan efisien.
Sebelum melaksanakan penelitian, Peneliti harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan terlebih dahulu supaya tujuan penelitian yang diharapkan dapat tercapai. Penentuan metode yang dipilih harus berhubungan erat dengan prosedur, alat, dan desain penelitian yang digunakan. Pengelompokkan metode penelitian biasanya didasarkan pada sifat masalahnya, tempat di mana penelitian dilakukan, waktu jangkauan penelitian, dan wilayah atau ruang lingkup pelaksanaan penelitian tersebut.
Pentingnya penggunaan metode yang tepat dalam suatu penelitian ini sebagaimana dikemukakan oleh Surakhmad (1998:131) sebagai berikut:
“Metode merupakan cara utama yang dipergunakan untuk mencapai tujuan, misalnya untuk menguji serangkaian hipotesis dengan mempergunakan teknik serta alat tertentu. Cara itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari penyelidikan serta dari situasi penyelidikkan”.
Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode deskriptif analitik, yaitu dengan melihat keterikatan antara dua variabel melalui analisis data yang
diperoleh. Metode deskriptif lebih menekankan pada suatu studi untuk memperoleh informasi mengenai gejala yang muncul pada saat penelitian berlangsung seperti yang diungkapkan Nasir (2003: 54) bahwa metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu status, sekelompok manusia, suatu subjek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk memuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena-fenomena yang diselidiki (Nasir, 2003: 54).
Selanjutnya, Surakhmad (1998: 140) mengemukakan bahwa metode deskriptif tersebut mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Memusatkan pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa sekarang dan masalah-masalah yang aktual.
2) Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan dianalisis (karena itu metode ini sering pula disebut dengan metode analitik).
B. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dan sampel dalam suatu penelitian merupakan sumber data yang mengungkapkan hasil penelitian, artinya karakteristik dari sekelompok subjek, gejala, atau objek yang diperoleh dari hasil penelitian akan diolah dan dianalisis. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiyono (2004: 57) yang mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anggota masyarakat yang ada di sekitar lembaga TPK PPAUD dan ikut terlibat dalam penyelenggaraan program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD) di kecamatan Merbau kabupaten Lampung Selatan.
Jumlah lembaga TPK PPAUD yang ada di kecamatan Merbau Mataram kabupaten Lampung Selatan sebanyak 20 lembaga. Jumlah ini tersebar di empat desa dengan rincian: desa Triharjo sebanyak 5 lembaga TPK PPAUD, desa Talang Jawa sebanyak 6 TPK PPAUD, desa Mekar Jaya sebanyak 5 lembaga TPK PPAUD, dan desa Panca Tunggal sebanyak 4 lembaga TPK PPAUD.
wilayah program lembaga TPK PPAUD, dan masyarakat yang terlibat serta berperan serta dalam pelaksanaan program tersebut.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik random sampling dengan presentase penggambilan jumlah 10-15%. Suharsimi Arikunto (2006: 134) menyatakan bahwa untuk pengambilan populasi besar itu biasa diambil 10-15% atau 20-25% atau bahkan lebih. Peneliti menggunakan rumus yang dicetus oleh Jacob Cohen untuk menghitung besarnya sampel. Rumus tersebut adalah:
N = = 2+υ+1
f
L N
N = ukuran sampel
= effect size
υ = banyaknya ubahan yang terkait pada penelitian
f = fungsi power dari υ, diperoleh dari table t.s = 1%
Berikut ini adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan hasil
[image:37.595.111.515.240.717.2]perhitungan rumus Jacob Cohen.
Tabel 3.1
Pengambilan Sampel Berdasarkan Hasil Perhitungan Rumus Jacob Cohen
Desa
Jumlah Angota
Persentase
25 % dari 480 Anggota Populasi TPK
PPAUD Populasi
25% 100% Sampel
Tiap Desa
Triharjo 2 120 25 100 30
120 Responden
Talang Jawa 2 135 25 100 34
Fuji Rahayu 2 115 25 100 28
Panca Tunggal 2 110 25 100 28
Jumlah 8 480 100 100 120
Sumber : Data Hasil Monev TFM World Bank & Dinas Pendidikan
Kabupaten Lampung Selatan, tahun 2010
Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian adalah 120 orang. Jumlah tersebut dianggap dapat mengungkap hasil penelitian yang tepat dan akurat.
C. Instrumen Penelitian
Penelitian ini mengkaji dua variabel, yaitu variabel Participatory Rural Appraisal sebagai variabel independen atau variabel bebas dan variabel partisipasi masyarakat sebagai variabel dependen atau variabel terikat. Untuk menghindari kesalahan penafsiran, Peneliti memberikan definisi istilah agar masalah yang diteliti lebih terarah.
1. Operasionalisasi Variabel Participatory Rural Appraisal
Penelitian ini berupaya untuk mengungkap penerapan metode Partisipatory Rural Appraisal (PRA) dalam program pendidikan dan pengembangan anak usia dini (PPAUD).
PRA merupakan singkatan dari Participatory Rural Appraisal yang secara harafiah artinya pengkajian keadaan desa secara partisipatif. Robert Chambers mendefinisikannya sebagai sekumpulan pendekatan dan metode yang mendorong masyarakat (pedesaan) untuk turut serta meningkatkan dan menganalisis pengetahuan mereka mengenai hidup dan kondisi mereka sendiri agar mereka dapat membuat rencana dan tindakan.
menghargai perbedaan, mengoptimalisasikan hasil, pertukaran informasi (triangulasi), berorientasi praktis, berkelanjutan dan selang waktu, fleksibel dan informal, bersifat terbuka, evaluasi dan belajar dari kesalahan.
[image:39.595.115.513.249.742.2]Operasional variabel Participatory Rural Appraisal secara lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel Participatory Rural Apprasial
Variabel
Penelitian Indikator Ukuran Skala
Participatory Rural Appraisal Mengutamakan yang terabaikan (keberpihakan)
• optimalisasi peran organisasi lokal • tingkat kesesuaian dengan potensi
lokal
• tingkat konsistensi peran serta masyarakat
Ordinal
Pemberdayaan
(Penguatan Masyarakat)
• peran serta masyarakat dalam mewujudkan program
• tingkat penyelesaian tugas dan keterlibatan agen of change
Ordinal
Masyarakat sebagai
pelaku utama, orang luar
sebagai fasilitator
• penerapan ide dan gagasan masyarakat sebagi aspirasi dan analisis kebutuhan bersama dalam program.
• tanggung jawab dan peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan program.
• penentuan keputusan bersama dalam rapat atau perundingan warga masyarakat lokal.
• tingkat kepuasan dan kontrol
steakholder.
• tingkat peningkatan kemampuan dan keterampilan maping program.
Ordinal
Saling membelajarkan
dan menghargai
perbedaan
• tingkat efektifitas dan efensiensi forum diskusi publik masyarakat. • tingkat penyelesaian pekerjaan
dengan cara-cara yang lebih kreatif sebagai mufakat bersama.
• tingkat kemampuan memunculkan ide atau gagasan baru dalam menyelesaikan persoalan program.
Ordinal
Mengoptimalisasikan
hasil
• tingkat kesediaan saling mengontrol dan mengevaluasi.
• supervisi dan monitoring bersama sebagai ukuran keberhasilan tujuan yang hendak dicapai bersama.
Pertukaran informasi
(triangulasi)
• sinergisitas penerapan teknis sesuai peran dan fungsi masing-masing. • regulasi dari pelaksanaan program
antar personal internal dan eksternal lembaga.
• musyawarah antarsuborganisasi sesuai peran dan fungsi internal dan eksternal organisasi.
Ordinal
Berorientasi praktis • kesediaan melaksanakan tugas tanpa harus menunggu kordinasi berulang-ulang.
• memahami dan mampu menerjemahkan peran dan fungsi masing-masing dalam bentuk pelaksanaan tugas dan peran.
Ordinal
Berkelanjutan dan
Selang Waktu
• tingkat kepuasan atas pekerjaan yang telah dilakukan.
• tingkat kesediaan menerima saran dan kritik yang konstruktif.
Ordinal
Fleksibel dan informal • tidak terlalu dibatasi oleh aturan baku.
• kesepakatan merupakan keputusan bersama oleh masyarakat.
Bersifat terbuka • semua warga masyarakat punya kesempatan yang sama.
• tidak bersifat eklusif dan membuka akses sepenuhnya untuk kepentingan masyarakat.
Evaluasi dan belajar dari
kesalahan
• mengutamakan perbaikan dari kesalahan.
• menjadi organisasi pembelajar.
Sumber: Dijabarkan dari pendapat Chambers (1987 : 66-67)
2. Operasional Variabel Partisipasi Masyarakat
Tabel 3.3 Operasionalisasi Variabel Partisipasi Masyarakat
Variabel
Penelitian Indikator Ukuran Skala
Partisipasi Masyarakat
Empati dengan bentuk tindakan
• aksi sukarela • swadaya masyarakat • kontribusi nyata
Ordinal
Kewenangan peran dan fungsi
• bertindak sesuai kapasitas • pemanfaatan kontrol sosial • inisiatif dalam tindakan • otoritas dan ketegasan dalam
keputusan
Ordinal
Kesadaran tanggung jawab
• .bertindak tanpa paksaan • memahami hak dan kewajiban
dalam sistem • peningkatan peran
Ordinal
Ikatan emosional dalam mengorganisir
• rasa senasib sepenanggungan • kebutuhan bersama
• dinamis dan produktif • perluasan akses dan layanan
Ordinal
Rasa memiliki dalam mengontrol
• tanggungjawab bersama • dinamisasi pengelolaan
program
• perluasan jaringan tanpa paksaan
• peningkatan kesadaran
Ordinal
Aspek Mentalitas kepedulian
• kuota program layanan • sarana dan prasarana • kemitraan lembaga • sosial marketing
• mediasi kepentingan masyarakat
Ordinal
Sumber: Dijabarkan dari pedapat Keith Devis (1986: 64) tahun 2010
D. Pengujian Instrumen Penelitian
menggunakan instrumen yang valid dan reliabel, Data yang dikumpulkan dari hasil penelitian ini pun akan menjadi valid dan reliabel.
1. Uji Validitas Angket
Pengujian validitas instrumen digunakan untuk mengukur seberapa besar ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur di dalam melakukan fungsinya. Arikunto, (1998: 160) menyebutkan bahwa validitas dalam penelitian merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keshahihan suatu instrumen.
Berikut ini adalah pengujian validitas instrumen dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
rxy =
(
) ( )( )
( )
{
2 2}
{
2 2}
) ( . . . . Y Y n X X n Y X XY n Σ − Σ Σ − Σ Σ Σ −
Σ (Ridwan, 2005: 138)
Keterangan:
rxy = Korelasi antara variabel X dan Y
X = Jumlah skor tiap item dari seluruh responden uji coba
Y = Jumlah skor total seluruh item dari keseluruhan responden uji coba
N = Jumlah responden uji coba
Ada beberapa langkah kerja yang dapat dilakukan untuk menguji validitas instrumen angket berikut ini.
a. Mengumpulkan data dari hasil uji coba.
c. Memberikan skor (scoring) terhadap item-item yang perlu diberi skor.
d. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh untuk setiap respondennya. Langkah ini dilakukan untuk mempermudah perhitungan/ pengolahan data selanjutnya.
e. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden. f. Menghitung nilai koefisien korelasi product moment untuk setiap butir/item
angket dari data observasi yang diperoleh.
[image:43.595.114.511.237.632.2]g. Membandingkan nilai koefisien korelasi product moment dari hasil perhitungan dan nilai koefisien korelasi product moment dari data yang terdapat dalam tabel.
h. Membuat kesimpulan.
Jika nilai hitung rxy lebih besar dari nilai tabel rxy, item angket dinyatakan
valid. Berikut ini adalah kriteria penafsiran indeks korelasinya (r).
Tabel 3.4 Indeks Korelasi
Interval Keterangan
Antara 0,800 – 1,000 Sangat Tinggi
Antara 0,600 – 0,799 Tinggi
Antara 0,400 – 0,599 Cukup Tinggi
Antara 0,200 – 0,399 Rendah
Antara 0,000 – 0,199 Sangat Rendah (tidak valid)
Sumber : Ridwan (2005: 98) tahun 2010
2. Uji Reliabilitas Angket
tidak menggunakan pembobotan skala dikotomi (1 dan 0) tetapi teknik pengujiannya harus disesuaikan dengan rumusan masalah dan tujuan yang ingin diperoleh.
Arikunto (1998: 164) berpendapat bahwa teknik alpha digunakan untuk mencari reliabilitas instrumen yang skornya bukan 1 dan 0, tetapi angket atau soal dalam bentuk uraian.
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah berupa data ordinal. Data tersebut perlu diubah menjadi data interval terlebih dahulu. Untuk menghitung uji reliabilitas, Peneliti menggunakan teknik alpha dengan rumus sebagai berikut:
Σ − − = 2 t 2 b 11 1 1 k k r σ σ (Arikunto, 1998:165) Keterangan:
r11 = Reliabilitas instrumen K = Banyaknya butir soal
∑
2b
σ = Jumlah varians
αt
2
= Varians total
Rumus yang digunakan untuk mencari harga varians sebagai berikut:
N N x x b 2 2 2 ∑ − ∑ = σ Keterangan: σ = varians
N = jumlah peserta
Ada beberapa langkah kerja yang dapat dilakukan untuk menguji kereliabilitasan suatu instrumen. Langkah-langkah tersebut adalah:
a. Membuat tabel pembantu untuk menempatkan skor-skor pada item yang diperoleh untuk setiap respondennya. Hal ini untuk mempermudah perhitungan/pengolahan data selanjutnya.
b. Menghitung jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing responden. c. Menghitung kuadrat jumlah skor item yang diperoleh oleh masing-masing
responden.
d. Menghitung jumlah skor masing-masing item yang diperoleh.
e. Menghitung jumlah kuadrat skor masing-masing item yang diperoleh. f. Menghitung varians masing-masing item.
g. Menghitung varians total. h. Menghitung nilai koefisien Alfa.
i. Membandingkan nilai koefisien Alfa dengan nilai koefisien korelasi product moment yang terdapat dalam tabel.
j. Membuat kesimpulan.
Jika nilai hitung r11 lebih besar dari nilai tabel rxy, maka item angket dinyatakan
E. Sumber dan Analisis Data Penelitian 1. Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian adalah segala sesuatu yang diperoleh Peneliti baik yang secara langsung maupun secara tidak langsung berhubungan dengan objek penelitian untuk mengungkapkan hasil penelitian. Oleh karena itu, untuk menjaga kevalidan data yang diperoleh, sumber data yang Peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari objek penelitian. Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah data tentang Profil kecamatan Merbau Mataram, ITP, TPK, TFM dan DPIU Dinas kabupaten Lampung Selatan.
b. Sumber Data Sekunder
Adalah pengumpulan data yang relevan dengan masalah penelitian yang bersumber dari literatur-literatur baik yang terdapat di tempat penelitian maupun di perpustakaan untuk mencari dasar pemikiran atau teori yang mendukung penelitian ini.
2. Analisis Data Penelitian a. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Angket
Angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Selanjutnya, hasil jawaban dari responden tersebut dikumpulkan kembali untuk dianalisis dan diuji kevalidan dan kereliabilitasannya. Dalam pengisian angket, responden dapat memilih langsung alternatif jawaban dengan cara melingkari atau memberi tanda silang pada salah satu jawaban yang dianggap paling tepat.
2) Wawancara
Teknik ini merupakan teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui tanya jawab antara Peneliti dan responden untuk memperoleh data yang berkaitan dengan penelitian.
3) Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk menunjang teknik pengumpulan data. Studi dokumentasi ini bersumber dari dokumen yang dimiliki oleh organisasi/lembaga tertentu yang berkaitan dengan masalah penelitian.
b. Prosedur Analisis Data
1) Editing, yaitu pemeriksaan angket yang terkumpul kembali setelah diisi oleh responden. Pemeriksaan tersebut menyangkut kelengkapan pengisian angket secara menyeluruh.
[image:48.595.115.513.237.654.2]2) Coding, yaitu pemberian kode atau skor untuk setiap opsi dari setiap item berdasarkan ketentuan yang ada. Adapun pola pembobotan untuk coding tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.4
Pola Pembobotan Kuesioner
No Alternatif Jawaban Bobot
Positif Negatif
1. sangat setuju/selalu/sangat positif 5 1
2. setuju/sering/positif 4 2
3. ragu-ragu/kadang-kadang/netral/tidak tahu 3 3
4. tidak setuju/hampir tidak pernah/negatif 2 4
5. sangat tidak setuju/tidak pernah/sangat negatif 1 5
3) Tabulating. Dalam hal ini, hasil coding dituangkan ke dalam tabel rekapitulasi secara lengkap untuk seluruh item setiap variabel. Adapun tabel rekapitulasi tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.5
Rekapitulasi Hasil Skoring Angket
Responden Skor Item Total
1 2 3 4 5 6 ……… N
N
interval. Oleh karena itu, data ordinal hasil pengukuran harus diubah menjadi data interval terlebih dahulu. Berikut ini adalah langkah-langkah untuk mengubah data ordinal menjadi data interval menurut Ridwan (2005: 130-131).
1. Mencari skor terbesar dan terkecil, 2. mencari nilai rentangan (r),
3. mencari banyaknya kelas (bk), BK = 1 + 3,3 Log n (Rumus Struges)
4. mencari nilai panjang jelas (i),
BK R i=
[image:49.595.116.513.242.662.2]5. membuat tabulasi dengan tabel penolong,
tabel 3.6
tabel penolong
No Kelas Interval f Nilai Tengah (xi) xi2 f.xi f.xi2
jumlah
6. mencari rata-rata (mean), dengan rumus:
n fX x− = Σ i
7. mencari simpangan baku (standar deviasi), dengan rumus:
(
)
(
1)
.
. 2 2
− Σ − Σ = n n fX fX n
s i i
8. mengubah data ordinal menjadi data interval, dengan rumus:
(
)
s x X T i i − +c. Teknik Analisis Data
Dalam proses pengujian hipotesis, data interval ini harus melewati dulu uji persyaratan regresi yang meliputi uji normalitas dan kelinieran regresi. Setelah itu, barulah dilakukan pengujian hipotesis untuk mengetahui signifikansinya.
1) Menguji Normalitas Variabel
Uji normalitas yang Peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah metode Chi-quadrat. Ridwan (2005: 121) mengungkapkan bahwa langkah kerja uji normalitas dengan menggunakan metode Chi-quadrat sebagai berikut.
a) Mencari skor terbesar dan terkecil, b) Mencari rentangan (R),
R = skor terbesar – skor terkecil c) Mencari banyaknya kelas (BK),
BK = 1 + 3,3 log n (Rumus Sturgess) d) Mencari nilai panjang kelas (i),
BK R i=
e) Membuat tabulasi dengan tabel penolong distribusi frekuensi sebagai berikut:
No
Kelas
Interval
F
Nilai Tengah
(Xi)
(Xi) f. Xi f. Xi2
f) Mencari rata-rata (mean),
n fX X =
∑
ig) Mencari simpangan baku (standar deviasi),
(
)
(
1)
.
. 2 2
− −
=
∑
∑
n n
fX fX
n
s i i
h) Membuat daftar frekuensi yang diharapkan dengan cara menentukan batas kelas, yaitu angka skor kiri kelas interval pertama dikurangi 0.5 kemudian angka-angka skor kanan kelas interval ditambah 0,5.
i) Mencari nilai Z skor untuk batas kelas interval dengan rumus,
s x Bataskelas z
− − =
j) Mencari luas 0-z dari tabel kurva Normal dari 0-z dengan menggunakan angka-angka untuk batas kelas.
Luas kelas tiap interval ditentukan dengan cara menggurangkan angka-angka 0-z, yaitu angka baris pertama dikurangi baris kedua, angka baris kedua dikurangi baris ketiga dan begitu seterusnya, kecuali untuk angka yang berbeda pada baris yang paling tengah ditambahkan dengan angka pada baris berikutnya.
k) Mencari frekuensi yang diharapkan (fe) dengan cara mengalikan luas tiap interval dengan jumlah responden
l) Mencari Chi Kuadrat hitung (χ2hitung )
(
)
∑
= − = k i hitung fe fe fo 1 2 χm) Membandingkan χ2hitung dengan nilai χ2tabel untuk α= 0,05 dan derajat
kebebasan (dk) = k-1 dengan menggunakan tabel chi kuadrat dan didapat: jika χ2hitung > χ2tabel artinya distribusi data tidak normal
jika χ2
hitung < χ2tabel artinya data berdistribusi normal
Kemudian akan diperoleh kesimpulan bisa-tidaknya analisis regresi dilanjutkan.
2) Uji Regresi Sederhana a) Mencari Persamaan Regresi
Perhitungan untuk mencari persamaan regresi menurut Ridwan (2005: 148) dapat menggunakan rumus berikut:
Ŷ = a + bX Keterangan:
Ŷ = Partisipasi masyarakat
X = Participatory Rural Appraisal a = Nilai konstanta harga Y jika X = 0
b = Nilai arah sebagai penentu nilai predikasi yang menunjukkan nilai peningkatan (+) atau nilai penurunan (-) variabel Y.
(
)( )
(
)
2 2 Xi Xi n Yi Xi XiYi n b ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ =
( )
(
)
(
)(
)
(
)
2 2 2 Xi Xi n XiYi Xi Xi Yi a ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ ∑ =b) Menguji Linieritas Regresi
Langkah kerja uji linearitas regresi menurut Ridwan (2005: 126) sebagai berikut:
Langkah 1. Mencari jumlah kuadrat regresi (JKReg[a]), dengan rumus:
JKReg[a] =
( )
nY 2
Σ
Langkah 2. Mencari jumlah kuadrat regresi (JKReg[b\a]), dengan rumus:
JKReg[b\a] =
( )( )
Σ Σ − Σ n Y X XYb. .
Langkah 3. Mencari jumlah kuadrat residu (JKRes), dengan rumus:
JKRes = Y JKReg[b\a] JKReg[a]
2 − −
Σ
Langkah 4. Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKReg[a]), dengan rumus:
RJKReg[a] = JKReg[a]
Langkah 5. Mencari rata-rata jumlah kuadrat regresi (RJKReg[b\a]), dengan rumus:
RJKReg[b\a] = JKReg[b\a]
Langkah 6. Mencari rata-rata jumlah kuadrat residu (RJKRes), dengan rumus:
RJKRes = 2 Re − n JK s
Langkah 7. Mencari jumlah kuadrat error (JKε), dengan rumus:
JKε =
∑
( )
Langkah 8. Mencari jumlah kuadrat tuna cocok (JKTC), dengan rumus:
JKTC = JKRes –JKε
Langkah 9. Mencari rata-rata jumlah kuadrat tuna cocok (RJKTC), dengan rumus:
RJKTC =
2 − k JKTC
Langkah 10. Mencari rata-rata jumlah kuadrat error (RJKE), dengan rumus:
RJKε= k n
JK −ε
Langkah 11. Mencari nilai Fhitung, dengan rumus:
Fhitung =
ε
[image:54.595.113.517.247.627.2]RJK RJKTC
Tabel 3.7
Tabel ringkasan Anova Variabel X dan Y untuk Uji Linieritas
Sumber Variansi Derajat Kebebasasan (dk) Jumlah Kuadrat Rata-rata jumlah
kuadrat (RJK) Fhitung Ftabel
Total N
∑
2Y Linier linier
Regresi (a) Regresi (b/a) Residu 1 1 n-2 JKreg(a)
JKreg (b/a)
JKRes
RJKreg(a)
RJKreg (b/a)
RJKRes keterangan Tuna cocok Kesalahan (Error) k-2 n-k JKTC JKE RJKTC RJKE
Langkah 12. Menentukan keputusan pengujian:
Jika Fhitung≤ Ftabel artinya data berpola linier
Jika Fhitung≥ Ftabel artinya data berpola tidak linier
Langkah 13. Mencari Ftabel, dengan rumus:
Ftabel = F (1-α) (dk TC, dkε)
3) Uji Hipotesis
Langkah terakhir dari analisis data adalah menguji signifikasi. Untuk mengetahui hipotesis diterima atau ditolak, Ridwan (2005: 152) melakukan uji signifikasi menggunakan uji F sebagai berikut:
Langkah 1. Mencari Fhitung, dengan rumus:
Fhitung =
s a b g RJK RJK Re ) / ( Re
Langkah 2. Mencari Ftabel, dengan rumus:
Ftabel = F (1-α) (dk reg b/a, dk res)
Langkah 3. Membandingkan F hitung dengan F tabel
Kriteria yang digunakan adalah:
1) Ho ditolak dan Ha diterima, apabila F hitung ≥ F tabel dinyatakan signifikan
(diterima).
2) Ho dterima dan Ha ditolak, apabila F hitung ≤ F tabel dinyatakan tidak
signifikan (tidak diterima).
Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi atau sumbangan variabel Participatori Rural Appraisal terhadap partisipasi masyarakat, Peneliti menggunakan rumus koefisien determinasi (r2) sebagai berikut:
r2 =
{
2 2}
) ( ) )( ( Yi Yi n Yi Xi XiYi n b Σ − Σ Σ Σ − Σ
4) Rancangan Pembahasan
Data yang sudah terkumpul akan diolah dan dianalisis. Langkah pertama
yang dilakukan dalam teknik analisis adalah mengubah data ordinal menjadi data
meliputi uji normalitas, uji linieritas, dan uji signifikansi sebelum dilakukan uji hipotesis.
Angka-angka hasil pengujian hipotesis yang diperoleh akan diinterpretasikan agar hasil penelitian memiliki makna. Untuk memperkuat hasil penelitian, pembahasan tidak hanya memuat angka-angka yang diperoleh dari hasil pengujian hipotesis, tetapi juga didukung dengan hasil wawancara, observasi, dan teori-teori yang mendukung.
Hasil akhir dapat diperoleh setelah langkah-langkah di atas dilakukan sehingga keadaan Participatory Rural Appraisal dan pengaruhnya terhadap partisipasi masyarakat di kecamatan Merbau Kabupaten Lampung Selatan dapat dilihat dari berbagai indikator yang telah dirumuskan.
F. Pemantapan Angket
1. Hasil Uji Coba Angket
Pemantapan angket dilakukan dengan melakukan uji coba angket terhadap 30 orang responden. Setelah data angket terkumpul, akan dilakukan perhitungan untuk menguji validitas dan reliabilitasnya.
Sesuai dengan variabel yang akan diteliti, angket yang diujicobakan terdiri atas angket untuk mengukur variabel Participatory Rural Appraisal sebanyak 28 item pertanyaan/pernyataan dan angket untuk mengu