DAFTAR PUSTAKA
Budimansyah, d . (2001). Penguatan pendidikan kewarganegaraan untuk
membangun karakter bangsa bandung, penerbit Widya aksara press
Budimansyah. D & Winataputra. U. S . 2007. Civic Eucation ‘konteks, Landasan,
Bahan Ajar, dan Kultur Kelas. Bandung : Program Studi pendidikan
Kewarganegaraan Sekolah pasca sarjana UPI
Budiningsih, Asri. 2004. Pembelajaran moral. Jakarta : PT Asdi Mahasatya
Danial, Endang dan Wasriah, Nanan. (2009). Metoda Penulisan Karya Ilmiah.
Darmadi , Hamid. 2009. Dasar konsep pendidikan moral. Bandung: Alfabeta
Delphi, Bandi. 2005. Program pembelajaran Individual Berbasis gerak Irama,
Bandung: Pustaka Bani Quraisy
Djahari kosasih. (1996). Menulusuri dunia Afektif- Nilai Moral dan Pendidikan
Nilai Moral Norma. Bandung: Lab PPKN FPIPS IKIP BANDUNG
Effendi, M. 2006. Pembelajaran: Psikopedagogik anak berkelainan. Jakarta: PT.
Bumi aksara
Geniofam.2010. mengasuh & mensukseskan anak berkebutuhan khusus.
Jogjakarta. Garailmu
Heward, W.L & Orlansky, M. D 1988. Exceptional children: An introduction
survey of special education, third edition. Ohio: Merril Publishing Company
Houston. 1988. Pendidikan moral dalam beberapa pendekatan. Jakarta
Kohlberg, Lawrence. (1984). Essay on Moral Development: The Psychology of
Kunandar, 2007. Guru Profesional : Implementasi Kurikulum tingkat satuan
pendidikan
Mahsum. (2006). Metode penelitian Bahasa. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada
Mangunsong, dkk. 1998. Psikologi dan pendidikan anak luar biasa. Jakarta:
LPSP3 Universitas Indonesia
Miles, Matthew B dan A. Michael Huberman. (2009). Analisis Data Kualitatif
Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru. Jakarta: Universitas Indonesia
Moleong, Lexy J. (2010). Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Nani Euis M. 2010. Pendidikan anak berkebutuhan khusus. Bandung: CV. Catur
Karya Mandiri
Nasution, S. (2003). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara
Nasution, S. (2009). Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Nurmalia, Komala & syaifullah. A. 2008. Pendidikan kewarganegaraan.
Bandung ; Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan UPI.
Pernamari Somad dan Tati Herawati. 1996. Otropedagogik anak tunarungu.
Bandung. Depikbud
Poespoprodjo. W, DR. S.H. S.S. (1999). Filsafat moral (dalam teori dan praktek).
Bandung: CV. Pustaka Grafika
Prince, J.P. Felder, M.F. 2006. Inducitive Teaching and Learning Methods:
Santrock. J. W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa
Hidup.(edisi kelima) Jakarta: Erlangga
Sardjono. 1997. Orthopaedagogiek tunarungu I (seri pendidikan bagi anak
tuanrungu). UNS Press Bandung: Laboratorium PKn Universitas Pendidikan
Indonesia.
Soekanto. Soerjono 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafino
Persada.
Somad, Permanarian dan Hernawati. Tati. 1996. Orthopedagogik Anak
Tunarungu. Bandung: Departeman Pendidikan Kebudayaan Direktorat
JendralPendidikan Tinggi.
Somantri Nu’man. 2001. Menggagas pembaharuan pendidikan IPS. Bandung:
Rosda Karya
Subana dan Sudrajat. (2009). Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung : CV.
Pustaka Setia.
Sugiono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Suseno F.(2001). Etika dasar: masalah-masalah pokok filsafat moral. PT
Kanisius
Suwarna. 2006. Pengajaran Mikro Pendekatan Praktis Menyiapkan Pendidik
Profesional. Yogyakarta : Tiara wacana
Syamsu. Yusuf LN. M.Pd (2011). Psikologi perkembangan anak dan remaja.
Bandung : PT remaja Rosda Karya
wahab, Abdul Azis dkk. 1993. Materi pokok pendidikan pancasila. Jakarta:
Universitas terbuka Depdikbud
William M. Kurtines dan Jacob L. Gerwitz. (1992). Moralitas, Perilaku Moral,
dan Perkembangan Moral. Jakarta: UI Press..
Wuryan, Sri & Syaifullah. 2008. Ilmu kewarganegaraan. Bandung : Laboratorium
Pendidikan Kewarganegaraan UPI
Skripsi :
Tanjung Utami, yuni (2010). profil perkembangan moral siswa tunarungu (studi
deskriptif kualitatif pada siswa tunarungu usia 13-15 tahun di SLB-B Sumbersari
Kota Bandung). Skripsi FPI UPI Bandung: tidak diterbitkan.
BSNP, (2006). Permendiknas RI No.22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Untuk
Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta
Undang-Undang pokok- pokok kesehatan no.9 tahun 1960.
Undang-Undang Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional
Undang- Undang Peraturan Pemerintah RI no.72 tahun 1991 tentang pendididkan
luar biasa
Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Umum Penilaian Hasil
Belajar. Panduan Penilaian Kelompok Mata Pelajaran Kewarganegaraan dan
Kepribadian. Jakarta: BSNP.
http://www.google.co.id/#hl=id&biw=1280&bih=610&q=upi+modul+perkembangan+A
BK&aq=o&aqi=&aql=&oq=&fp=1102bc494991dbbe
http://jofipasi.wordpress.com/2010/02/11/konseling-eksistensial-pada-anak-tunarungu-di-sekolah-luar-biasa/
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah
Pendidikan pada dasarnya berperan dalam mencerdaskan kehidupan
bangsa yang sasarannya adalah upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia,
baik sosial, spiritual, intelektual serta kemampuan yang professional. Negara
Indonesia memerlukan sumber daya manusia yang produktif dan bisa bermanfaat
bagi negara itu sendiri, baik sehat secara fisik maupun mental. Sehat secara fisik
yaitu apabila seseorang tidak merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya
keluhan dan memang secara objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh
berfungsi normal atau tidak mengalami gangguan, sedangkan sehat secara mental
menyangkut kondisi fikiran, hati dan ketentraman batin.
Pengertian sehat menurut UU Pokok Kesehatan No. 9 tahun 1960, Bab I
Pasal 2 adalah keadaan yang meliputi kesehatan badan (jasmani), rohani (mental),
dan sosial, serta bukan hanya keadaan bebas dari penyakit, cacat, dan kelemahan.
Sejalan dengan pengertian tersebut (WHO: 1975) mengemukakan “sehat adalah
suatu kondisi yang terbebas dari segala jenis penyakit, baik fisik, mental, dan
sosial”.
Selain kesehatan fisik dan mental, ada pula kesehatan sosial yang terwujud
apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain
secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama, kepercayaan, status sosial,
ekonomi terlihat apabila seseorang yang berusia produktif, dalam arti mempunyai
kegiatan untuk menghasilkan sesuatu yang dapat menyokong kebutuhan hidupnya
sendiri atau keluarganya secara finansial.
Adapun tujuan pendidikan menurut undang-undang RI No. 20 tahun 2003,
tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 1 adalah sebagai berikut:
“Tujuan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara. Secara umum peserta didik dilatih untuk terampil mengembangkan penalaran, terutama dalam ilmu”.
Tujuan pendidikan diatas menggambarkan bahwa sumber daya manusia
yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah sehat secara fisik, mental, sosial
dan ekonomi. Mengembangkan potensi diri melalui proses pengembangan
pembelajaran yang tersedia melalui jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu
sesuai dengan isi tujuan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Sistem
Pendidikan Nasional. Dalam proses pengembangan pembelajaran yang dijalani
peserta didik diarahkan pada pembentukan manusia dewasa dan memiliki
tanggung jawab untuk menjalankan kewajiban-kewajibannya.
Oleh karena itu, idealnya peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sejalan dengan hasil penelitian Tanjung
”mereka mengkhawatirkan perkembangan moral anak-pada saat ini. Para orang tua dan guru sangat prihatin dengan sikap anak-anak yang suka melawan atau membangkang terhadap prang tua, guru dan orang dewasa lainnya, meraka khawatir dengan tawuran anak sekolah yang sering terjadi, prihatin dengan kepakaan sosial anak-anak yang semakin melemah, kurang tolong menolong, kurang kerjasama, sikpa mementingkan diri sendiri. Kekhaawatiran ini sebetulnya tidak perlu terjadi, jika disetiap jenjang pendidikan tinggi, pendidikan Kewarganegaraan dan pendidikan agama benar-bernar-benar dihayati dan
dilaksanakan dengan baik oleh setiap pealku pendidikan”
Berdasarkan latar belakang diatas pendidikan kewarganegaraan adalah
pendidikan yang bertujuan untuk membina warganegaranya bukan hanya sadar
dan tahu akan hak dan kewajiban tetapi pandai memakai hak dan kewajiban
secara proporsional, wajar dan halal. Selain itu pendidikan kewarganegaraan
bertujuan untuk membina moral warga negara yang baik, karena saat ini sering
terjadi hal-hal yang mencirikan warga negara yang tidak bermoral, seperti tawuran
di kalangan remaja, perampokan, geng motor, dan sebagainya.
Kata moral menurut Yusuf (2011:132) berasal dari bahasa latin ”mos atau
morris” yaitu moralitas, adalah istilah manusia ke manusia atau orang lainnya
dakam tindakan yang mempunyai nilai positif. Moral yang berarti kebiasaan,
peraturan atau nilai, tata cara kehidupan . Istilah moral akan berkenaan dengan
bagaimana orang seharusnya berperilaku dengan dunia sosialnya, serta anak
dituntut untuk mengetahui, memahami dan mengikuti aturan-aturan yang ada di
masyarakat. Menurut Budiningsih (2004:72), bahwa moral adalah : “menekankan
pada alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, dari pada sekedar arti suatu
tindakan, sehingga dapat dinilai apakah tindakan tersebut baik atau buruk”.
seseorang yaitu dengan cara memilih baik sikap maupun perbuatan yang baik dan
buruk. Sikap berperilaku yang baik sangat berpengaruh di lingkungan dimana kita
tinggal, termasuk di lingkungan sekolah. Masa sekolah bagi para peserta didik
adalah masa proses untuk pendewasaan diri. Dalam proses pendewasaan diri,
pendidikan kewarganegaraan juga membentuk para peserta didik agar mampu
bersikap dan berperilaku baik, agar memiliki sopan santun, agar memiliki perilaku
yang baik di lingkungan manapun meraka berada. Selain itu juga, pendidikan
kewarganegaraan bertujuan untuk menciptakan peserta didik memiliki moral yang
baik. Suseno (2001: 38) menyatakan bahwa:
“kaidah yang pertama menegaskan bahwa dalam setiap situasi manusia
hendaknya bersikap sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan konflik. Kaidah kedua adalah sikap hormat, kaidah ini menuntut manusia agar manusia dalam cara bicara dan membawa diri selalu menunjukan sikap
hormat terhadap orang lain sesuai dengan derajat kedudukannya”.
Berdasarkan pendapat di atas, setiap manusia hendaknya bersikap agar
tidak menimbulkan konflik antar individu. Salah satu sikap tersebut diantaranya
adalah sikap hormat, yang merupakan salah satu pendidikan moral yang penting
dalam setiap pergaulan di lingkungan masyarakat. Sikap hormat penting dalam
membangun kaidah, seperti cara berbicara dengan individu lain yang akan
menunjukan rasa hormat terhadap lawan bicara. Sikap hormat sangat
mempengaruhi perkembangan moral, Menurut Santrock (2002:287)
perkembangan moral adalah, berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa
yang seharunya dilakukan oleh manusia dalam berinteraksi dengan orang lain
Berdaraskan pendapat di atas, faktor yang mempengaruhi perkembangan
moral anak adalah adanya nilai-nilai agamis dilingkungan masyarakat sekitar,
keadaan masyarakat yang stabil, terlaksananya pendidikan moral yang baik,
adanya kesadaran orang tua terhadap pentingnya pendidikan moral sejak dini,
suasana rumah tangga yang baik seperti orang tua yang harmonis, adanya
bimbingan orang tua untuk mengisi waktu luang bersama anak.
Setiap anak memiliki tingkat dan perkembangan moral yang berbeda,
sehingga sikap dan perilaku setiap anak akan berbeda pula. Demikian halnya
dengan anak berkebutuhan khusus, mereka memiliki sikap yang berbeda dalam
berperilaku termasuk perkembangan moral yang mereka miliki. Model bimbingan
perkembangan moral terhadap peserta didik berkebutuhan khusus seharunya
difokuskan terhadap perilaku-perilaku yang menyimpang sebelum mereka
melakukan kegiatan program pembelajaran individual. Bimbingan semacam ini
dapat diterapkan melalui pengondisian lingkungan yang dapat mencapai
perkembangan optimal dalam mengembangkan perilaku-perilaku efektif sesuai
dengan tahapan perkembangannya.
Pengertian Anak kebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang secara
signifikan (bermakna) mengalami kelainan atau penyimpangan (fisik,
mental-intelektual, sosial, emosional) dalam proses pertumbuhan atau perkembangannya
dibandingkan dengan anak-anak pada seusianya secara umum, sehingga mereka
memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Terdapat sembilan jenis anak
tunagrahita, lamban belajar, anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik, anak
yang mengalami gangguan komunikasi dan tunalaras.
Salah satu pancaindra manusia adalah telinga, telinga sebagai indra
pendengaran merupakan organ untuk melengkapi informasi yang diperoleh
melalui penglihatan. Apabila telinga tidak dapat berfungsi untuk mendengar maka
dikatakan pula tunarungu. Menurut Sardjono (1997:7) berpendapat bahwa,
“Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan pendengaran sebelum belajar bicara atau kehilangan pendengaran demikian anak suah mulai belajar bicara karena suatu gangguan pendengaran, suara dan bahasa seolah-olah hilang”.
Berdasarkan pendapat di atas kehilangan atau keseluruhan kemampuan
untuk mendengar berarti kehilangan kemampuan menyimak secara utuh peristiwa
disekitarnya. Semua peristiwa yang terekam oleh penglihatan anak tunarungu,
tampak seperti terjadi secara tiba-tiba tanpa dapat memahami gejala awalnya.
Anak tunarungu merupakan salah satu bagian dari anak luar biasa yang
mengalami kecacatan fisik terutama pada pendengaran. Kecacatan pendengaran
bagi anak tunarungu otomatis berpengaruh langsung terhadap kemampuan
berkomunikasi. Rasionya muncul karena akibat tidak mendengar maka ia
kehilangan kemampuan untuk meniru bahasa ucapan orang lain atau apa yang ia
dengar.
Dengan demikian, perolehan bahasanya terhalang diakibatkan tidak
mendengar. Tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada kondisi ketidak
fungsian organ pendengaran atau telinga seseorang. Kondisi ini menyebabkan
ada beberapa sifat atau karakteristik yang berbeda dengan anak pada umumnya
antara lain:
a. Anak tunarungu lebih egosentris, artinya anak sukar menem[atkan diri pada cara berfikir serta prasaan orang lain, kurang menyaari/peduli efek perilaku terhadap orang lain, dan anak sukar menyesuaikan diri. b. Anak tunarungu lebih bergantung pada orang lain dan apa-apa yang
sudag dikenal. Anak tunarungu biasanya akan sangat dekat atau dekat dengan pendidikannya. Hal ini dikarenakan guru yang paling hatu dengan kata-kata yang telah dikenalkan oleh siswanya, pengertian apa yang telah dikuasai dan arti ungkapan serta isyarat anak. Ditambah lagi dengan keadaan ini akan berlangsung dalam waktu yang lebih lama dari pada anak mendengar.
c. Perhatian anak tunarungu lebih sukar untuk dialihkan. d. Anak tunarungu lebih memperhatian yag lebih kongkrit.
e. Anak tunarungu lebih miskin fantasi. Hali ini disebabkan aya fantasi anak tunarungu tiak mendapat rangsangan.
f. Anak tunarungu pada umumnya mempunyai sifat polos, sederhana, tanpa banyak masalah. Hali ini sering dialami karena anak tunarungu tidak menguasi satu ungkapanpun, an oleh karena itu mengatakan apa yang ikatan anak tunarungu maksudkan.
g. Perasaan anak tunarungupun cenderung dalam keadaan ekstrim tanpa banyak nuansa. Artinya anak tunarungu kurang menguasai perasaan yang sedang dialaminya. Antara sedih dan senang tidak terdapat nuansa. Hal ini disebabkan karena anak tunarungu belum mengenal kata atau istilah untuk menyatakan nuansa itu.
h. Anak tunarungu lebih mudah marah dan tersinggung, sebagai akibat sering mengalimi kekecewaan karena sulit menyampaikan perasaan dan keinginannya secara lisan ataupun alam memahami pembicaraan orang lain.
i. Anak tunarungu kurang mempunyai konsep tentang hubungan.
j. Anak tunarungu mempunyai perasaan takut akan hiup yang lebih besar.
Berasarkan pendapat di atas, karakteristik anak tunarungu adalah Fisik,
kesan lahiriah tidak menampakan adanya kelainan pada anak. Untuk kemampuan
akademik, tidak berbeda dengan keadaan anak-anak pada umumnya. Motorik
anak tunarunggu kurang memiliki keseimbangan dengan baik. Sosial dan
tersinggung karena tidak menguasai lingkungan disekitar. Untuk itu anak
tunarungu akan lebih baik disekolahkan disekolah luar biasa.
Fungsi sekolah luar biasa pada umumnya sama dengan sekolah biasa.
Meskipun berbeda dalam beberapa hal. Sekolah luar biasa mempunyai
fungsi-fungsi khusus yang sebenarnya menjadi fungsi-fungsi pendidikan biasa, tetapi terdapat
penekanan berhubung para peserta didik merupakan anak luar biasa atau anak
berkebutuhan khusus. Keterbatasan yang dimiliki anak berkebutuhan khusus,
bukan berarti bahwa mereka tidak memiliki kesempatan untuk berprestasi dan
mengembangkan diri menjadi warganegara yang berkulitas, mandiri dan bisa
menjadi sumber daya manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa. Melalui
pendidikan sekolah luar biasa, diharapkan anak tunarungu dapat meningkatkan
pendidikan moral melalui Pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan di sekolah
dan meningkatnya rasa kepercayaan diri agar mereka dapat bersosialiasasi dengan
lingkungan sekitarnya. Karena anak-anak tunarungu biasanya bergabung dengan
sesama anak tunarungu lainnya, mereka akan merasa lebih nyaman dan aman
berada dilingkungan yang memiliki keterbatasan yang sama pula.
Pendidikan moral sangat penting bagi anak tunarungu agar mereka
memiliki perilaku yang baik disetiap lingkungan mereka tinggal. Untuk
membantu hal tersebut, yang dapat dimanfaatkan diantaranya adalah pendidikan
kewarganegaraan di sekolah luar biasa yang diharapkan mampu membangun
moral mereka ke arah yang lebih baik. Sehingga anak-anak berkebutuhan khusus
tersebut dapat membangun kepercayaan diri dan menerima keadaan dirinya
B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka secara
umum rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “bagaimana peranan
pendidikan kewarganegaraan dalam membangun moral anak tunarungu di
Sekolah Luar Biasa Negeri Cileunyi?”
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulis merinci kembali masalah
tersebut yaitu:
1. Bagaimana pendekatan pembelajaran yang digunakan guru sekolah luar
biasa dalam membangun moral anak tunarungu di Sekolah Luar Biasa
Negeri Cileunyi?
2. Bagaimana implementasi sikap moral siswa berkebutuhan khusus di
Sekolah Luar Biasa Negeri Cileunyi?
3. Bagaimana hambatan-hambatan yang ditemui guru dalam membangun
moral anak tunarungu di Sekolah Luar Biasa Negeri Cileunyi?
4. Bagaimana upaya-upaya untuk mengatasi kendala tersebut dalam
membangun moral anak tunarungu di Sekolah Luar Biasa negeri
cileunyi?
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian dirumuskan:
1. Mengetahui pendekatan pembelajaran yang digunakan guru sekolah luar
biasa dalam membangun moral anak tunarungu di Sekolah Luar Biasa Negeri
2. Mengetahui implementasi sikap moral siswa berkebutuhan khusus di Sekolah
Luar Biasa Negeri Cileunyi.
3. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang ditemui guru dalam membangun
moral anak tunarungu di Sekolah Luar Biasa Negeri Cileunyi.
4. Mengidentifikasi upaya-upaya untuk mengatasi kendala tersebut dalam
membangun moral anak tunarungu di Sekolah Luar Biasa negeri cile
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk
pengembangan peranan pendidikan kewarganegaraan dalam membangun moral
bagi anak tunarungu di sekolah luar biasa.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan
masukan-masukan yang berguna bagi peningkatan kualitas pembelajaran terutama
pihak-pihak yang berhubungan dengan dunia pendidikan yaitu sebagai berikut:
a. Bagi Siswa
1) Sebagai pegangan dalam membangun moral anak berkebutuhan khusus,
khususnya anak tunarungu agar dapat lebih bersikap baik.
2) Membangun moral sebagai pembentukan karakter individu di dalam
b. Bagi Guru
1) Meningkatkan minat guru untuk membangun karakter moral anak
berkebutuhan khusus guna.
2) Sebagai bahan informasi dan rujukan bagi para guru dalam proses belajar
mengajar khususnya pada mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan
dalam upaya membangun moral
E. Devinisi operasional
Untuk menghindari kekeliruan dalam mengartikan istilah-istilah, yang
peneliti gunakan dalam penelitian ini, maka peneliti membatasi pengertian dari
setiap istilah tersebut sebagai berikut:
1. Peranan
Peranan menurut Soekanto (2006:243):
“merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka ia menjalankan sesuatu peranan, peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat kedapanya”.
Berdasarkan pendapat di atas, peranan merupakan aspek dinamis kedudukan
atau status seseorang akan dinyatakan melaksanakan peranan setelah menjalankan
hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya.
2. Pendidikan kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan menurut Somantri Nu’man (Nurmalina dan
Saifulah, 2008 ; 3) adalah: program pendidikan yang berintikan demokrasi politik
yang diperluas dengan sumber-sumber pengetahuan lainnya, pengaruh-pengaruh
diproses guna melatih siswa berpikir kritis, analitis, bersikap dan bertindak
demokratis dalam mempersiapkan hidup demokratis yang berdasarkan pancasila
dan UUD 1945.
3. Moral
Menurut Budiningsih (2004:72), bahwa moral adalah : “menekankan pada
alasan mengapa suatu tindakan dilakukan, dari pada sekedar arti suatu tindakan,
sehingga dapat dinilai apakah tindakan tersebut baik atau buruk”.
Berdasarkan pendapat di atas, istilah moral akan berkenaan dengan
bagaimana seseorang seharusnya berperilaku dengan dunia sosial yang ada
disekitarnya agar dapat menentukan sikap dalam berperilaku .
4. Tunarungu
Menurut Mangunsong, (1998: 66) “yang dimaksud dengan anak tunarungu
adalah mereka yang pendengarannya tidak berfungsi sehingga membutuhkan
pendidikan luar biasa”
Berdasarkan pendapat di atas, tunarungu adalah istilah yang menunjuk pada
kondisi ketidak fungsian organ pendengaran atau telinga seseorang anak. Kondisi
ini menyebabkan mereka memiliki karakteristik yang khas, berbeda dari
anak-anak normal pada umumnya.
F. Lokasi dan subjek Penelitian
Penelitian ini berlangsung atau berlokasi di sekolah luar biasa negeri
suatu kondisi para siswa berkebutuhan khusus, khususnya adalah anak tunarungu
di sekolah luar biasa negeri cileunyi ini adalah mempunyai karakter moral yang
berbeda.
Adapun yang menjadi subjek penelitian untuk memperoleh data dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. kepala sekolah luar biasa negeri cileunyi sebanyak satu orang.
b. Guru pengajar sekolah luar biasa negeri cileunyi sebanyak dua orang.
c. Siswa tunarungu sekolah luar biasa negeri cileunyi sebanyak tiga orang.
Hal ini dilakukan agar ada perbandingan antara pernyataan yang satu
dengan pernyataan yang lain. Selain itu juga penulis memperoleh informasi dari
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Dipilihnya pendekatan kualitatif dalam penelitian ini didasarkan pada
permasalahan yang akan dikaji oleh peneliti mengenai peranan pendidikan
kewarganegaraan dalam membangun moral anak tunarungu di Sekolah Luar Biasa
Negeri Cileunyi Bandung. Sesuai dengan pengertian penelitian kualitatif menurut
Bodgan dan Taylor yang dikutip oleh Moleong (2010: 4) penelitian kualitatif,
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
Alasan pemilihan pendekatan ini karena sesuai dengan pernyataan di atas,
dapat disimpulkan bahwa penelitian kualitatif ialah suatu pendekatan penelitian
yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata yang tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, tetapi belum terungkapkan
penyelesaiannya, oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk mengetahui sejauh
mana peranan pendidikan kewarganegaraan dalam membangun moral anak
tunarungu di Sekolah Luar Biasa Negeri Cileunyi Bandung, sehingga peneliti
memperoleh gambaran dari permasalahan yang terjadi secara rinci, baik itu
2. Metode Penelitian
Untuk menganalisis permasalahan dalam penelitian ilmiah diperlukan
adanya metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode deskrptif.. Metode deskriptif adalah metode yang bertujuan untuk
menggambarkan secara jelas suatu situasi, kondisi objek bidang kajian pada suatu
waktu secara akurat. Tujuan metode ini untuk memperlihatkan keadaan suatu
fenomena yang ada. Dipilihnya metode deskriptif ini dikarenakan sesuai dengan
fokus penelitian yaitu peranan pendidikan kewarganegaraan dalam membangun
moral anak tunarungu.
Hal ini di atas sesuai dengan yang senada dengan pendapat Bogdan dan
Taylor dalam Moleong (2010:4):
Prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.
Dipilihnya metode deskriptif, penelitian ini diusahakan mengumpulkan
data deskriptif yang banyak dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian serta
tidak mengutamakan angka-angka statistik walaupun tidak menolak data
kuantatif.
Dengan demikian, penelitian ini berusaha untuk memperoleh gambaran
yang nyata mengenai peranan pendidikan kewarganegaraaan dalam membangun
B. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Menurut Sukardi (2004:53) bahwa yang dimaksud dengan lokasi
penelitian/tempat, penelitian tidak lain adalah tempat di mana proses studi yang
digunakan untuk memperoleh pemecahan masalah penelitian berlangsung.
Adapun penelitian ini berlokasi di SLB Negeri Cileunyi Bandung yang
beralamat di jalan pandan wangi cibiru indah III
C. Teknik Pengumpulan Data
Pada pelaksanaan penelitian ini untuk memperoleh data yang diperlukan
peneliti menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu teknik untuk mengumpulkan data atau informasi
dengan cara berkomunikasi atau mengadakan dialog, tanya jawab antara peneliti
dan responden secara sungguh-sungguh, baik langsung maupun tidak langsung.
Sebagaimana definisi wawancara yang dikemukakan oleh Moleong, (2010: 186)
bahwa wawancara adalah:
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu, percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.
Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui apa
yang terkandung dalam pikiran orang lain secara mendalam dan memperoleh data
yang berkenaan dengan peranan pendidikan kewarganegaraaan dalam
2. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik untuk mengumpulkan data atau
informasi dengan cara melakukan pengamatan secara langsung maupun tidak
langsung, baik di sekolah maupun luar sekolah.
Seperti yang dikemukakan oleh Nasution (2003: 106), observasi ialah:
Alat pengumpul data yang dilakukan untuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang kehidupan sosial dan diusahakan mengamati keadaan yang wajar dan yang sebenarnya tanpa usaha yang disengaja untuk mempengaruhi, mengatur, atau memanipulasikannya.
Observasi ini dilakukan untuk memahami suatu cara dari pandangan
orang-orang yang terlibat didalamnya dengan tujuan agar memperoleh suatu
informasi yang jelas dan benar mengenai peranan pendidikan kewarganegaraaan
dalam membangun moral anak tunarungu di SLB Negeri Cileunyi Bandung.
3. Studi dokumentasi
Studi dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data tidak langsung
ditunjukan kepada subjek penelitian. Studi dokumentasi merupakan salah satu
sumber data penelitian kualitatif sebagaimana yang diungkapkan oleh
Danial dan Wasriah (2009) mengemukakan bahwa studi dokumentasi
adalah mengumpulkan sejumlah dokumen yang diperlukan sebagai bahan data
informasi sesuai dengan masalah penelitian, seperti data statistik, grafik, gambar,
4. Catatan Lapangan
Peneliti membuat catatan singkat mengenai pokok-pokok pembicaraan dan
pengamatan tentang segala sesuatu yang diamati selama penelitian berlangsung.
Bodgan dan Bikle mengemukakan bahwa catatan lapangan adalah catatan tertulis
tentang apa yang didengar, dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka
pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam penelitian kualitatif Lexy J.
Moleong (2010: 153).
D. Prosedur Penelitian
Agar penelitian yang dilakukan peneliti dapat efektif sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan. Maka peneliti mengacu pada prosedur penelitian yang
terbagi kedalam dua tahapan penelitian, diantaranya:
1. Persiapan penelitian
Kegiatan pertama yang dilakukan peneliti sebagai tahap awal dalam proses
penyusunan adalah mempersiapkan agar penelitian berjalan dengan lancar.
Persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
a. Peneliti mengajukan beberapa judul untuk disepakati oleh Tim
Pertimbangan Penulisan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan.
b. Setelah judul disepakati, peneliti mengajukan proposal kepada Tim
Pertimbangan Penulisan Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.
c. Proposal penelitian tersebut diseminarkan dihadapan tim dosen penguji
untuk mendapatkan koreksi, masukan sekaligus perbaikan hingga
Penulisan Skripsi (TPPS) yang selanjutnya direkomendasikan untuk
mendapatkan pembimbing skripsi.
2. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti terlebih dahulu melakukan pra
penelitian (observasi awal) untuk melihat lebih jauh apa yang menjadi masalah
dalam pembelajaran di kelas serta untuk mengetahui sejauh mana kondisi
lapangan yang sesungguhnya untuk dijadikan objek penelitian. Dalam hal
pelaksanaannya penelitian ini melakukan beberapa kegiatan yang diantaranya
ialah:
a. Peneliti langsung mendatangi ke lokasi penelitian yakni SLB Negeri
Cileunyi Bandung kemudian peneliti mendatangi guru mata pelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan untuk mengatur jadwal observasi dengan
guru wali kelas yang bersangkutan.
b. Setelah memperoleh kesepakatan mengenai jadwal observasi, peneliti
melakukan observasi kelas untuk melihat langsung proses pembelajaran
peranan PKn dalam membangun anak tunarungu di SLB Negeri Cileunyi
Bandung.
c. Setelah proses pembelajaran berakhir, peneliti dan guru wali kelas
membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran
Setelah melakukan pra observasi, langkah selanjutnya yang dilakukan dalam
tahap persiapan penelitian ialah:
1. Mengajukan surat permohonan penelitian kepada jurusan Pendidikan
Kewarganegaraan dan ditandatangani oleh Ketua Jurusan Pendidikan
Kewarganegaraan.
2. Mengajukan surat rekomendasi permohonan izin untuk mengadakan
penelitian kepada Dekan Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
UPI yang dilengkapi dengan proposal penelitian yang sudah ditanda
tangani oleh pembimbing, kwitansi SPP, fotocopy kartu tanda
mahasiswa (KTM) yang kemudian digabungkan kedalam satu map.
3. Setelah itu menyerahkan surat tersebut kepada Badan Administrasi dan
Keuangan dengan dilengkapi proposal penelitian yang sudah ditanda
tangani oleh pembimbing, kwitansi SPP, fotocopy kartu tanda
mahasiswa (KTM) yang kemudian digabungkan kedalam satu map.
4. Permohonan izin penelitian dari Rektor Universitas Pendidikan
Indonesia UPI Bandung diproses.
5. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian dari Rektor Universitas
pendidikan Indonesia Bandung kepada Kantor Kesatuan Bangsa, Politik
dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten Bandung.
6. Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kabupaten
Bandung mengeluarkan suart izin penelitian untuk disampaikan kepada
Kepala Sekolah SLB Negeri Bandung dengan tembusan Dinas
7. Kepala sekolah SLB Negeri Cileunyi Bandung memberikan izin untuk
mengadakan penelitian.
Setelah izin diperoleh, peneliti melanjutkan dengan pihak responden (guru
wali kelas 5) di SLB Negeri Cileunyi Bandung. Selain itu, peneliti tidak lupa
mempersiapkan berbagai instrument yang diperlukan untuk melaksanakan
penelitian, berupa lembar observasi, pedoman wawancara, dan sebagainya.
Selanjutnya setelah semua dipersiapkan sesuai dengan perencanaan antara peneliti
dengan guru PKn maka penelitian siap untuk dilaksanakan.
E.Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Pengolahan dan analisis data merupakan suatu langkah penting dalam
penelitian. Menurut Moleong (2010:280) analisis data merupakan proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan
uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis
kerja. Data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara, dan studi
dokumentasi kemudian diproses melalui pencatatan, pengetikan, dan
penyuntingan selanjutnya dianalisis secara kualitatif.
Menurut Mahsun (2006:222), dalam penelitian kualitatif yang
mendasarkan diri bukan pada paradigma metodologis deduktif, tetapi induktif.
Suatu paradigma yang bertitik tolak dari yang khusus ke yang umum, bukan dari
kategorisasi, dan deskripsi dikembangkan atas dasar kejadian (indicidence) yang
terjadi di lapanagan.
Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan
data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.
Menurut Miles dan Huberman yang dikutip oleh Sugiyono (2011 : 243),
mengemukakan bahwa “aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan dilakukan secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
sudah jenuh”. Aktifitas dalam analisis data meliputi : data reduction, data display,
dan conclusion drawing/verification.
1. Reduksi Data
Reduksi data bertujuan untuk mempermudah pemahaman terhadap data
yang telah terkumpul dari hasil catatan lapangan dengan cara merangkum dan
mengklarifikasikan sesuai masalah yang diteliti. Dalam penelitian ini aspek yang
akan direduksi adalah perkembangan kemampuan mengemukakan pendapat siswa
dalam pembelajaran PKn.
2. Penyajian Data
Penyajian data berupa teks naratif, matriks, garfik, untuk melihat gambaran
data yang diperoleh secara keseluruhan atau bagian-bagain tertentu dan kemudian
dilakukan klasifikasi. Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas, terperinci
yang diteliti. Penyajian data dalam penelitian ini lebih banyak dituangkan dalam
bentuk uraian sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh.
3. Kesimpulan dan verifikasi
Langkah ketiga yaitu yaitu upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan
yang dilakukan terhadap data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal
penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bagian terakhir dari rangkaian penulisan skripsi, uraian
yang akan ditemukan pada bab ini melipiti dua bagian, yaitu kesimpulan dan
saran. Berdasarkan temuan penetilian dan pembahasan tentang peranan
pendidikan kewarganegaraan dalam membangun moral anak tunarungu, dapat
ditemukan beberapa kesimpulan dan saran sebagai berikut:
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan data penelitian diperoleh
beberapa kesimpulan yang berkenaan dengan hasil penelitian tentang peranan
pendidikan kewarganegaraan dalam membangun moral anak tunarungu.
Diperoleh kesimpulan umum yaitu terdapat peningkatan perkembangan moral
anak tunarungu di sekolah luar biasa negeri Cileunyi Bandung. Dalam hal ini,
semua jenis pendekatan pembelajaran sudah diterapkan oleh guru dalam
membangun moral anak tunarungu.
Dalam hal tersebut sikap moral siswa pun sudah dapat dilihat, misalnya
siswa sudah dapat mengimplementasikan cara bergotong royong dalam
hambatan-hambatan yang ditemui oleh guru, namun guru pun selalu melakukan
upaya-upaya dalam mengatasi hambatan tersebut.
2. Kesimpulan Khusus
Selain kesimpulan umum di atas, peneliti juga merumuskan kesimpulan
khusus yaitu sebagai berikut:
1. Pendekatan pembelajaran untuk siswa tunarungu di SLB Negeri Cileunyi
ada lima macam pendekatan yaitu, pendekatan kontekstual, pendekatan
konstruktivisme, pendekatan deduktif, pendekatan induktif, pendekatan
konsep dan proses. Semua pendekatan sudah diterapkan oleh guru kepada
siswa, sesuai dengan ketentuan sekolah dan kebutuhan siswa.
2. Peranan pendidikan kewarganegaraan dalam membangun moral anak
tunarungu sangat berpengaruh terhadap sikap siswa dalam keseharian
baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat, mengubah
hal-hal yang sebelumnya kurang baik menjadi lebih baik. Cara guru
menyampaikan pendidikan moral pun sangat bisa diterima olah siswa,
sehingga prosesnya tidak membosankan. Interaksi sosial antara guru dan
siswa, siswa dengan siswa menjadi lebih baik, meskipun sering
mengalami kesulitan dalam menyampaikan pendidikan moral.
3. Hambatan-hambatan yang dihadapi guru dalam membangun moral anak
tunarungu yaitu : (a) siswa tunarungu sering menunjukkan sikap egois,
kaku, keras kepala dan impulsif (b) siswa tunarungu sering merasa
tumbuh dalam pengasingan sehingga cenderung bercampur secara sosial
atau tulisan pada siswa tunarungu sering kali menjadi penyebab salah
menafsirkan sesuatu.
4. Upaya yang ditemukan oleh guru untuk membangun moral anak
tunarungu yaitu: (a) guru bertindak dalam mengatasi masalah dalam
bentuk peraturan sekolah, seperti teguran dan nasihat sehingga semua
siswa akan mendapat perlakuan yang sama (b) dalam menghadapi
menghadapi siswa yang melanggar aturan terutama menyimpang terhadap
perilaku moral, guru tidak boleh menggunakan emosional dan
mengucilkan siswa (c) guru harus dapat berperan sebagai orang tua yang
dapat memperlakukan siswa penuh kasih sayang.(d) antara guru dan
siswa harus saling mendukung dan bekerjasama.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang telah dijelaskan sebelumnya, maka ada
beberapa hal yang ingin peneliti sampaikan:
1. Bagi Guru
a. Guru harus lebih memahami karakteristik setiap siswa tunarungu, agar
proses belajar mengajar menjadi lebih efektif.
b. Guru harus lebih bisa menggali potensi siswa meski mereka dalam
keterbatasan dalam pendengaran
c. Guru sebaiknya menggunakan contoh-contoh kongkrit dalam keseharian
agar siswa lebih memahami pembelajaran agar lebih menyenangkan serta
pendidikan moral yang memang akan digunakan dalam keseharian para
siswa tunarungu.
2. Bagi Siswa
a. Kemampuan berpikir kreatif yang ada dalam diri siswa, harus bisa
ditingkatkan dengan baik agar siswa dapat memperoleh pengalaman
belajar yang berbeda.
b. Siswa sebaiknya dapat menumbuhkan rasa percaya diri yang tinggi, dapat
membedakan mana yang benar dan mana yang salah, dapat bersosialisasi
dengan lingkungan sekitar, menumbuhkan rasa tolong menolong,
menumbuhkan rasa semangat yang besar, menumbuhkan rsa saling
menghargai, menumbuhkan rasa kebersamaan yang erat, maka siswa akan
dapat meningkatkan kemampuan diri dalam membangun moral.
3. Bagi Sekolah
Pihak sekolah harus berkecimpung dalam hal membangun moral anak
disekolah. Seluruh anggota sekolah turut memberikan contoh teladan bagaimana
cara membangun moral yang baik, agar bisa diaplikasikan langsung oleh siswa
dalam kesehariannya. Dukungan tersebut dapat berupa, pihak sekolah dan siswa
saling berinteraksi dengan adanya keakraban yang terjalin sehingga motivasi
4. Bagi Jurusan PKn
a. Jurusan pkn sebaiknya mensosialisaskian mengenai pendidikan
kewarganegaraan dalam membangun moral sebaiknya bukan hanya pada
anak umum lainnya, tetapi juga mensosialisasikan pada anak yang
memiliki kebutuhan khusus pula, yang nnti bisa bekerjasama dengan
instansi bersangkutan.
b. Jurusan PKn diharapkan juga mamasukan motode dan model
pembelajaran untuk membangun moral
Jurusan PKn diharapkan juga memasukan metode-model pembelajaran
kooperatif dalam materi perkuliahan khususnya pada mata kuliah simulasi
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Devinisi Operasional ... 11
F. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 12
BAB II LANDASAN TEORITIS ... 14
A. Pendidikan Kewarganegaraan ... 14
1. Pengertian Pendidikan kewarganegaraan ... 14
2. Fungsi Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ... 18
B. Moral ... 23
1. Pengertian Moral ... 22
2. Kesadaran Moral ... 26
3. Perkembangan Moral Anak ……… 29
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Dalam Perkembangan Moral Anak ………... 31
C. Anak Berkebutuhan Khusus ... 33
1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ... 33
2. Pendidikan Inklusi ... 35
3. Pengertian Anak Tunarungu ... 36
5. Macam-macam Pendekatan Pembelajaran Untuk Anak
Tunarungu ... 39
D. Sekolah Luar Biasa ... 42
1. Pengertian Sekolah Luar biasa ... 42
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 45
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 45
1. Pendekatan Penelitian ... 45
2. Metode Penelitian ... 46
B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 47
1. Lokasi Penelitian ... 47
C. Teknik Pengumpulan Data ... 47
1. Wawancara ... 47
2. Observasi ... 46
3. Studi Dokumentasi... 46
4. Catatan Lapangan ... 49
D. Prosedur Penelitian ... 49
1. Persiapan Penelitian ... 49
2. Pelaksanaan Penelitian ... 50
E. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 52
1. Reduksi Data ... 53
2. Penyajian Data ... 53
3. Kesimpulan Dan Verifikasi ... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 55
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 56
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 65
C. Pembahasan ... 72
2. Implementasi sikap moral siswa berkebutuhan khusus di sekolah luar
biasa negeri cileunyi ……….………. 78
3. Hambatan-hambatan yang ditemui guru dalam membangun moral anak tunarungu disekolah luar biasa negeri cileunyi …………. 82
4. Upaya-upaya untuk mengatasi hambatan dalam membangun moral anak tunarungu di sekolah luar biasa negeri cileunyi ……….... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... …… 87
A. Kesimpulan ... …… 87
1. Kesimpulan Umum ... 87
2. Kesimpulan Khusus ... 88
B. Saran. ... ... 89
DAFTAR PUSTAKA... 92
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Ruangan Kelas ... 59
Tabel 4.2 Luas Tanah ………. 60
Tabel 4.3 Jumlah Inventaris ………... 61
Tabel 4.4 Jumlah Dan Status Guru ……… 64
Tabel 4.5 Pendekatan Pembelajaran ……….. 66
Tabel 4.6 Perkembangan Moral ……… 78
Tabel 4.7 Hambatan Dalam Membangun Moral Anak Tuanrungu …….. 82