• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING) TIPE INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA: Studi Eksperimen pada Materi Indeks Harga dan Inflasi Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Bina Putera Kota Banjar).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING & LEARNING) TIPE INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA: Studi Eksperimen pada Materi Indeks Harga dan Inflasi Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X di SMA Bina Putera Kota Banjar)."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK……….………. i

ABSTRACT……….……… ii

KATA PENGANTAR……….….. iii

DAFTAR ISI……….………. v

DAFTAR TABEL……….………. ix

DAFTAR GAMBAR……….……… xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah……….….….…… 1

1.2. Rumusan Masalah………..….……. 7

1.3. Tujuan Penelitian……….…..…….. 7

1.4. Manfaat Penelitian………..……. 8

1.5. Hipotesis Penelitian………..……... 9

1.6. Metode Penelitian………..…….. 9

1.7. Lokasi dan Objek Penelitian………..………..………… 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya…………...………….. 12

2.1.1. Belajar dan Teori Belajar………..………...… 12

2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar………..………… 20

2.2. Model Pembelajaran CTL (Contextual Teaching and Learning) Tipe Inquiry………..………..……….. 22

2.3. Pembelajaran Ekonomi……… 33

2.4. Inquiry dalam Pembelajaran Ekonomi………. 36

(2)

vi 2.6. Studi-studi Terdahulu yang Mengembangkan Model Pembelajaran

Inquiry………... 53

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian……….. 55

3.2. Penentuan Sampel………. 57

3.3. Variabel dan Definisi Operasional………. 58

3.3.1. Model Pembelajaran CTL tipe Inquiry……… 59

3.3.2. Hasil Belajar……….. 60

3.4. Instrumen Penelitian………. 61

3.5. Teknik Pengumpulan Data……… 61

3.6. Prosedur Penelitian……… 61

3.6.1. Tahap Persiapan……….. 61

3.6.1.1. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)………. 61

3.6.1.2. Penyusunan Instrumen Penelitian………. 62

3.6.2. Tahap Pelaksanaan……… 63

3.6.2.1. Pelaksanaan Pretest………... 63

3.6.2.2. Pelaksanaan Pembelajaran……… 63

3.6.2.3. Pelaksanaan Posttest……… 63

3.7. Analisis Alat Tes………. 64

3.7.1. Validitas………. 64

3.7.2. Reliabilitas……… 65

3.7.3. Tingkat Kesukaran……… 66

3.7.4. Daya Pembeda………. 68

3.7.5. Tahap Pengolahan dan Analisis Data………. 70

3.8. Teknik Pengolahan dan Analisis Data……… 71

3.8.1. Uji Normalitas………. 71

3.8.2. Uji Homogenitas………. 72

3.8.3. Uji t……….. 73

(3)

vii

3.9. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data………..……… 76

3.10.Alur Penelitian……… 78

3.11.Skenario Pembelajaran……….. 80

3.11.1.Skenario Pembelajaran pada Kelas Eksperimen……… 80

3.11.2.Skenario Pembelajaran pada Kelas Kontrol……… 83

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian……… 86

4.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian………. 86

4.1.2. Seting Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……….. 88

4.1.3. Implementasi Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) tipe Inquiry pada Kelas Eksperimen……... 89

4.1.4. Implementasi Model Pembelajaran Konvensional pada Kelas Kontrol………. 94

4.2. Analisis Hasil Penelitian ……… 97

4.2.1. Analisis Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……. 98

4.2.2. Analisis Uji Normalitas Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………... 99

4.2.3. Analisis Uji Homogenitas Hasil Pretest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………... 100

4.2.4. Analisis Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……. 101

4.2.5. Analisis Uji Normalitas Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………... 102 4.2.6. Analisis Uji Homogenitas Hasil Posttest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol………... 103

4.2.7. Analisis Hasil Pretest-posttest Kelas Eksperimen……… 104

4.2.8. Analisis Hasil Pretest-posttest Kelas Kontrol……….. 104

4.2.9. Analisis Gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……….. 105

4.2.10.Analisis Uji Normalitas Gain……….. 106

4.2.11.Analisis Uji Homogenitas Gain……….. 107

(4)

viii

4.3.1. Pengujian Hipitesis 1……….. 108

4.3.2. Pengujian Hipitesis 2……….. 109

4.3.3. Pengujian Hipitesis 3……….. 111

4.3.4. Pengujian Hipitesis 4……….. 113

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian……….. 114

4.4.1. Perbandingan Proses dan Hasil Belajar pada Kelas Eksperimen yang Menggunakan Model Pembelajaran CTL Tipe Inquiry dan Kelas Kontrol yang Menggunakan Model Pembelajaran Konvensional………... 114

4.4.2. Pengaruh Model Pembelajaran CTL Tipe Inquiry terhadap Hasil Belajar Siswa……… 118

4.4.3. Kendala-kendala Peneliti dalam Mengimplementasikan Model Pembelajaran CTL Tipe Inquiry……… 119

V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan……….….…… 121

5.2. Rekomendasi………...….…… 122

DAFTAR PUSTAKA………..….….. 124

(5)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang

mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu, hampir di semua negara menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting

dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Demikian pula dengan Indonesia, yang menempatkan pendidikan sebagai sesuatu yang penting. Hal ini dapat dilihat dalam isi Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 alinea IV yang

menegaskan bahwa salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Disamping itu, Engkoswara (1999: 21) berpendapat bahwa

“pendidikan merupakan suatu upaya besar dan mendasar untuk menyiapkan kualitas kemandirian manusia Indonesia yang berdasarkan falsafah atau pandangan hidup Negara dan bangsanya yang memiliki Pancasila.”

Pendidikan dalam upaya mencerdaskan kehidupan dan kemandirian bangsa perlu adanya perhatian dan kerja sama dari semua pihak, karena untuk mewujudkan

hal itu tidak mudah. Permasalahan pendidikan yang terus mengemuka, menjadi sorotan dan kritik para pemerhati pendidikan harus segera dibenahi dengan upaya-upaya nyata. Permasalahan tersebut diantaranya diungkapkan oleh Indra Jati Sidi

(6)

2 Pendidikan kurang memberikan perhatian pada output. Standardisasi kurikulum nasional, buku, alat, pelatihan guru, sarana dan fasilitas sekolah merupakan wujud kendali pemerintah terhadap input dan proses yang harus berlangsung di dalam sistem. Akan tetapi standar kompetensi apa yang harus dikuasai oleh seorang anak setelah mengikuti kegiatan belajar, belum mendapat perhatian yang semestinya.

Sedangkan menurut Dr. Fasli Jalal dan Prof. Dr. Dedi Supriadi (2001: 61), kendala-kendala yang dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia, antara lain adalah:

(1) mutu pendidikan yang masih rendah dan tingginya angka putus sekolah; (2) belum dimanfaatkannya secara maksimal ilmu dan teknologi bagi kemajuan pendidikan akibat rendahnya kesadaran dan penguasaan teknologi para pelaku pendidikan; (3) belum berkembangnya budaya belajar di kalangan masyarakat; (4) profesionalisme dan tingkat kesejahteraan guru dan tenaga kependidikan lainnya yang masih belum sesuai dengan tantangan peningkatan mutu; (5) menurunnya status kesehatan dan gizi sebagian peserta didik sebagai dampak krisis ekonomi yang mempengaruhi kesiapan mereka untuk belajar; (6) terjadi gejala umum menurunnya moral, budi pekerti, dan rasa toleransi di kalangan peserta didik dan generasi muda.

Permasalahan pendidikan di atas diperkuat lagi dengan data dari UNDP (United Nations Develpoment Programme) yang dipublikasikan pada tahun 2009, bahwa IPM (Indeks Pembangunan Manusia) Indonesia pada tahun 2007 berada pada

posisi ke 111 di dunia, dan posisi ke 6 di ASEAN. Tabel 1.1. Data IPM di ASEAN tahun 2007

No. Negara IPM

1. Singapura 0,944

2. Brunei Darussalam 0,920

3. Malaysia 0,829

4. Thailand 0,783

5. Philipina 0,751

6. Indonesia 0,734

Sumber: www.hdr.undp.org

(7)

Bangsa-3 Bangsa (UNESCO), Indonesia pada saat ini masih berada di urutan ke-65 dari 128 negara (http://cetak.kompas.com tgl 5 Mei 2010).

Data-data di atas menunjukkan bukti kelemahan pendidikan kita. Oleh karena itu, perlu penataan yang lebih baik dan berkualitas, mulai dari sistem dan pelaksanaannya, faktor-faktor pendukung PBM di sekolah, sampai pada output yang

dihasilkan dari sekolah. Peningkatan mutu pendidikan harus terus dipantau dan ditingkatkan secara nyata, tidak hanya mencari pembenaran dengan mengabaikan

kebenaran.

Rahardjo (1997) memandang rendahnya mutu pendidikan nasional tidak terlepas dari rendahnya mutu Proses Belajar Mengajar (PBM) yang berlangsung di

dalam kelas. Sebagaimana dikemukakannya bahwa:

Sekiranya interaksi antara guru dan siswa dapat terjalin dalam suatu kegiatan PBM yang berkualitas, maka dapat diharapkan hasil pendidikan yang berkualitas pula. Oleh sebab itu, kegiatan PBM tidaklah bijaksana apabila dibiarkan berjalan secara alamiah tanpa upaya sistematis yang berfokus pada siswa untuk meningkatkan wawasan keunggulan mereka.

Interaksi atau hubungan timbal balik antara peserta didik dan pendidik sangat

diperlukan demi mencapai tujuan pendidikan. Engkoswara (1999: 21) mengungkapkan bahwa:

Melalui interaksi tersebut diharapkan mencapai hasil pendidikan yang produktif atau yang disebut pendidikan yang efektif (mangkus) dan efisien (sangkil) sebagai salah satu bekal atau alat utama untuk meningkatkan kualitas kemandirian, yang merupakan esensi dari tujuan pendidikan.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sebagai kurikulum yang

(8)

4 (inquiry based learning). KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pembelajaran dan persekolahan, karena dengan penerapan KTSP tidak hanya menyebabkan

perubahan konsep, metode, dan strategi guru dalam mengajar, tetapi juga menyangkut pola pikir, filosofis, komitmen guru, sekolah dan stakeholder pendidikan (Kunandar, 2007: 134-135). Ditegaskan kembali dalam Standar Proses (PP No 19 tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan) bahwa:

Pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Hal ini merupakan tuntutan bagi guru untuk menyajikan pembelajaran yang mengarah

pada ketentuan tersebut.

Guru merupakan salah satu komponen penting yang berperan besar dan

strategis dalam pendidikan. Hal ini karena gurulah yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan. Gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi, sekaligus mendidik dengan

nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan.

Metode pembelajaran yang digunakan di sekolah-sekolah saat ini masih

menggunakan metode-metode konvensional. Hal ini sesuai dengan pendapat Sidi (2001: 24) bahwa:

(9)

5 Sidi (2001: 24) memperkuat pendapatnya, bahwa:

Fakta menunjukkan bahwa beberapa yang dipelajari di bangku sekolah itu ternyata tidak integratif dengan kehidupan sehari-hari. Bahkan tak jarang realitas sehari-hari yang mereka saksikan bertolak-belakang dengan pelajaran di sekolah. Pada gilirannya, hal ini membuat siswa tidak mampu mengaktivasi kemampuan otaknya. Mereka tidak memiliki keberanian menyampaikan pendapat, lemah penalaran dan tergantung pada orang lain.

Sementara itu, yang terjadi SMA Bina Putera Banjar terdapat hal-hal yang

sama dengan pendapat di atas. Proses pembelajaran cenderung berpusat pada guru dan buku teks. Hal ini tidak memberikan keleluasaan pada siswa untuk mengembangkan potensinya. Pada umumnya guru mengajar secara konvensional dengan menggunakan

metode-metode ceramah yang kurang bervariasi, dan buku paket menjadi satu-satunya sumber belajar bagi siswa.

Beberapa hal yang dikeluhkan oleh guru mata pelajaran mengenai pembelajaran di kelas diantaranya adalah:

- Rendahnya hasil belajar siswa.

- Siswa kurang aktif dalam pembelajaran, hal ini dilihat dari kurangnya keberanian siswa dalam bertanya atau mengungkapkan pendapat.

- Banyak siswa yang tidak mengerjakan tugasnya tepat waktu, dan cenderung meniru pekerjaan temannya. Hal ini akan menjadi ketergantungan bagi siswa itu sendiri.

Hal ini harus menjadi perhatian guru untuk mencari solusi dalam pembelajaran. Melihat fenomena di atas, perlu adanya suatu upaya untuk meningkatkan hasil

(10)

6 pembelajaran di sekolah. Hal ini perlu diteliti untuk mengetahui efektivitas penggunaan model dalam pembelajaran. Dengan demikian kita bisa menentukan

model mana yang dipilih, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu model yang bisa dijadikan solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) tipe

Inquiry. Hal ini didukung oleh pendapat Roestiyah (2001: 75) bahwa Pembelajaran inquiry ini memiliki keunggulan, diantaranya:

1. Dapat membentuk dan mengembangkan “self-concept” pada diri siswa, sehingga siswa dapat mengerti tentang konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 2. Membantu dalam menggunakan ingatan dan transfer pada situasi proses

belajar yang baru.

3. Mendorong siswa untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersikap objektif, jujur dan terbuka.

4. Mendorong siswa untuk berpikir intuitif dan merumuskan hipotesisnya sendiri.

5. Memberi kepuasan yang bersifat intrinsik. 6. Situasi proses belajar menjadi lebih merangsang. 7. Dapat mengembangkan bakat atau kecakapan individu. 8. Memberi kebebasan siswa untuk belajar sendiri.

9. Siswa dapat menghindari cara-cara belajar yang tradisional.

10.Dapat memberikan waktu kepada siswa secukupnya hingga mereka dapat mengasimilasi dan mengakomodasi informasi.

Mengingat banyak kelebihan dari model pembelajaran CTL tipe inquiry, maka model tersebutlah yang digunakan dalam penelitian ini, yang mengkaji tentang

(11)

7 1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana implementasi model pembelajaran CTL tipe Inquiry?

2. Adakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan

kelas kontrol pada pengukuran awal (pretest)?

3. Adakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan

kelas kontrol pada pengukuran akhir (posttest)?

4. Adakah terdapat perbedaan hasil test antara pre test dengan post test pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran CTL tipe Inquiry dan pada

kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran CTL tipe Inquiry? 5. Adakah terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang

mendapat perlakuan dengan model pembelajaran CTL tipe Inquiry dengan kelas kontrol yang tanpa perlakuan pada pengukuran akhir (posttest)?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk:

1. Menganalisis implementasi model pembelajaran CTL tipe Inquiry.

2. Mengukur perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pretest).

3. Mengukur perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol

(12)

8 4. Mengukur perbedaan hasil tes antara pre test dan post test pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran CTL tipe Inquiry dan pada kelas

kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran CTL tipe Inquiry.

5. Mengukur perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran CTL tipe Inquiry, dengan

kelas kontrol yang tanpa perlakuan (posttest).

1.4.Manfaat Penelitian

Bagi guru, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memotivasi dalam mengelola pembelajaran, terutama dalam memilih model pembelajaran yang bervariasi, termasuk diantaranya adalah menggunakan model pembelajaran CTL tipe inquiry dengan baik,

supaya pembelajaran menjadi lebih bermakna bagi siswa. Bagi pemerhati pendidikan, termasuk mahasiswa, hasil penelitian ini bisa dijadikan sebagai bahan kajian dan

diskusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di negeri ini. 1.5.Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Tidak terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pretest).

2. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran akhir (posttest).

3. Terdapat perbedaan hasil test antara pre test dengan post test pada kelas

eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran CTL Tipe Inquiry, dan pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran CTL Tipe

(13)

9 4. Terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran CTL Tipe Inquiry dengan kelas kontrol

yang tanpa perlakuan pada pengukuran akhir (posttest). 1.6.Metode Penelitian

Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Eksperimen adalah

penelitian yang memiliki derajat kepastian yang dianggap paling tinggi. Menurut Sudjana (2009:18) dalam penelitian eksperimen kondisi diatur sedemikian rupa oleh

peneliti, perlakuan terhadap obyek dilakukan, akibat suatu perlakuan diukur secara cermat, faktor luar yang mungkin berpengaruh dikendalikan, dengan harapan derajat kepastian jawaban semakin tinggi.

Dari penelitian eksperimen diharapkan akan diperoleh data yang akurat dan meyakinkan tentang pengaruh dari satu variabel terhadap variabel yang lain. Menurut

Sudjana (2009: 19), penelitian eksperimen yang sederhana mengandung tiga ciri pokok, yakni: “(1). Adanya variabel bebas yang dimanipulasi, (2). Adanya pengendalian atau pengontrolan semua variabel lain kecuali variabel bebas, (3).

Adanya pengamatanatau pengukuran terhadap variabel terikat sebagai efek variabel bebas.”

Desain eksperimen yang digunakan adalah desain eksperimental semu (Quasi Experimental Design), dimana pengontrolan disesuaikan dengan kondisi yang ada, mengingat pengontrolan yang ketat dalam situasi interaksi antara manusia dengan

manusia sulit dilakukan. Pelaksanaan penelitiannya adalah sampel terbagi menjadi dua kelompok, satu kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu lagi kelompok

(14)

10 menggunakan model pembelajaran CTL tipe Inquiry, sedangkan kelompok kontrol dikenakan perlakuan lain yaitu berupa model pembelajaran konvensional. Model

pembelajaran konvensional dalam hal ini adalah model yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran dengan menggunakan metode expository. Berdasarkan hasil penelitian Edwin Fenton (Alma, 2008: 44) diketahui bahwa ‘strategi belajar mengajar

yang banyak digunakan oleh para guru, bergerak pada satu garis kontinum’ yang digambarkan sebagai berikut:

Sumber : Alma, 2008: 44

Dari gambar di atas, ujung paling kiri adalah exposition (ekspositorik) yang

berarti, guru hanya memberikan informasi yang berupa teori, generalisasi, hukum atau dalil beserta bukti-bukti yang mendukung. Sementara, siswa hanya menerima saja informasi yang diberikan oleh guru. Ekspositorik merupakan pengajaran yang telah

diolah oleh guru sehingga siap disampaikan kepada siswa dan siswa diharapkan belajar dari informasi yang diterimanya itu.

1.7. Lokasi dan Objek Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA Bina Putera Kota Banjar. Data diperoleh dari siswa kelas X Tahun Pelajaran 2009/2010 dengan jumlah siswa sebanyak 63 orang

yang terbagi kedalam 2 kelas. Kelas X-1 sebanyak 31 orang sebagai kelas eksperimen, sementara kelas X-3 sebanyak 32 orang sebagai kelas kontrol. Pemilihan

ke dua kelas ini karena memiliki nilai rata-rata kelas UTS Ekonomi kelas X semester

(15)

11 ganjil Tahun Pelajaran 2009/2010 yang hampir sama. Hal ini menunjukkan bahwa ke dua kelas ini mempunyai kemampuan yang relatif seimbang. Keseimbangan

(16)

55 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1.Desain Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah model pembelajaran CTL

tipe inquiry dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi materi indeks harga dan inflasi. Untuk memperoleh hasil penelitian yang optimal,

maka dipilihlah salah satu metode penelitian. Metode penelitian merupakan usaha untuk mengumpulkan data secara objektif, artinya data yang dikumpulkan merupakan data yang benar-benar dapat dipercaya. Dalam penelitian ini menggunakan metode

eksperimen. Menurut Sudjana (2009: 18) :

dalam penelitian eksperimen kondisi diatur sedemikian rupa oleh peneliti, perlakuan terhadap objek dilakukan, akibat suatu perlakuan diukur secara cermat, faktor luar yang mungkin berpengaruh dikendalikan, dengan harapan derajat kepastian jawaban semakin tinggi. Melalui penelitian eksperimen diharapkan akan diperoleh data yang akurat dan meyakinkan tentang pengaruh dari satu variabel terhadap variabel yang lain.

Pelaksanaan penelitiannya adalah sampel terbagi menjadi dua kelompok, satu

kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu lagi kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi perlakuan khusus yang berupa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL tipe Inquiry, sedangkan kelompok kontrol tidak diberi

perlakuan khusus, artinya pembelajaran yang digunakan berupa model pembelajaran konvensional yang selama ini sering dilakukan oleh guru.

(17)

56 digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan” (Sugiyono, 2009:107). Desain eksperimen yang

digunakan adalah Quasi Experimental Design dengan bentuk Nonequivalent Control

Group Design dimana kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih

secara random. Hal ini berarti bahwa untuk menentukan pembelajaran yang

dieksperimenkan dalam penelitian ini, yaitu pembelajaran CTL tipe Inquiry benar-benar efektif perlu diadakan kelompok yang tidak diajar dengan metode pembelajaran

CTL tipe Inquiry. Desain penelitiannya dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Group Pretest Treatment Posttest

A O1 X O3

B O2 O4

Keterangan:

A : kelompok eksperimen

B : kelompok kontrol

O1 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan kepada kelas eksperimen

O2 : tes awal (pretest) sebelum perlakuan kepada kelompok kontrol

X : perlakuan dengan model pembelajaran CTL tipe inquiry

O3 : tes akhir (posttest) setelah perlakuan kepada kelompok eksperimen

O4 : tes akhir (posttest) setelah perlakuan kepada kelompok kontrol

Mengacu pada desain di atas, penelitian eksperimen ini melibatkan dua kelas siswa, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kedua kelas tersebut sama-sama

(18)

57 perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran CTL tipe Inquiry sedangkan kelas kontrol diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran yang menggunakan model konvensional yang biasa dilakukan oleh guru saat ini yaitu expository.

3.2.Penentuan Sampel

Penentuan sampel dilakukan dengan menggunakan sample random sampling, dengan cara randomisasi (sampling) kelas. Penelitian akan dilakukan di Kelas X SMA

Bina Putera Kota Banjar. Dalam penelitian ini dibutuhkan dua kelas sebagai sampel, yaitu satu kelas eksperimen yang nantinya akan diberi perlakuan khusus berupa model pembelajaran CTL tipe inquiry, sedangkan satu kelas kontrol yang tidak diberi

perlakuan khusus, artinya pelaksanaan pembelajaran menggunkan model konvensional. Karena penelitian difokuskan pada pembelajaran Ekonomi, maka

sampel yang tersedia hanya ada di kelas X, karena di lokasi penelitian hanya menyelenggarakan program IPA. Dari tiga kelas yang ada, peneliti memilih dua kelas yang memiliki kemampuan akademik yang relatif sama, dengan cara melihat hasil

rata-rata kelas hasil UTS Ekonomi semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010.

Dari data nilai diperoleh, bahwa dua kelas yang nilai rata-rata kelasnya

mendekati adalah kelas X-1 dan kelas X-3. Dua kelas inilah yang akan dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Selanjutnya, dari kedua kelas ini harus dipilih kelas eksperimen, dan kelas kontrolnya. Untuk menentukan kelas tersebut dilakukan

pengundian. Hasil pengundian menunjukkan bahwa yang menjadi kelas eksperimen adalah kelas X-1, dan kelas X-3 sebagai kelas kontrol. Berikut ini adalah alur

(19)

58 Gambar 3.1. Alur penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol

3.3. Variabel dan Definisi Operasional

Untuk memperjelas variabel, maka ditentukan operasionalisasi variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:

Melihat rata-rata kelas nilai UTS ekonomi kelas X semester ganjil TP. 2009/2010

Mencari dua kelas yang nilai rata-rata kelasnya hampir sama/mendekati

Terpilih dua kelas

Dua kelas tersebut diundi

(20)

59 Tabel 3.2. Variabel dan Definisi Operasional

Terdapat dua variabel dalam penelitian ini, yaitu model pembelajaran CTL tipe inquiry dan hasil belajar siswa. Kedua variabel tersebut dijelaskan di bawah ini.

3.3.1. Model Pembelajaran CTL tipe Inquiry

Pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning /CTL) berangkat

dari paradigma bahwa “peserta didik akan efektif jika lingkungan pembelajarannya diciptakan secara alamiah naturalistik” (Al Muchtar, 2005: 225). Ini merupakan

konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai

anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan

Variabel Konsep Variabel Dimensi Penelitian

Model Pembelajaran CTL tipe inquiry

Keterkaitan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka,dan membawa peserta didik ke dalam situasi yang memberikan kesempatan pada dirinya untuk menggunakan apa yang telah diketahui dan menyadari apa yang mereka lakukan itu adalah perolehan mereka sendiri, bukan perolehan karena guru.

- Penugasan

- Inquiry melalui studi leteratur dan sumber-sumber belajar lainnya. - Bertanya

- Kerja kelompok - Presentasi - Refleksi - Penilaian

Hasil Belajar Siswa Derajat kemampuan yang diperoleh siswa yang diwujudkan dalam bentuk nilai hasil belajar

(21)

60 lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke

siswa.

Salah satu tipe pembelajaran yang mendukung model CTL adalah pembelajaran inquiry. Menurut Alma (2008: 56):

Pekerjaan mengajar dengan inquiry tidak berarti mendidik peserta didik lalu menjadi seorang ilmuwan, tetapi agaknya mencoba membawa peserta didik ke dalam situasi yang memberikan kesempatan pada dirinya untuk menggunakan apa yang telah diketahui dan menyadari apa yang mereka lakukan itu adalah perolehan mereka sendiri, bukan perolehan karena guru.

Secara garis besar, langkah pembelajaran CTL tipe inquiry adalah sebagai berikut:

1) Mengembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan

barunya. Hal ini dilakukan dengan cara pemberian tugas kepada siswa.

2) Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik, melalui studi leteratur dan sumber-sumber belajar lainnya.

3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.

4) Menciptakan masyarakat belajar, dengan cara pembagian kelompok kerja.

5) Menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, melalui presentasi kelompok. 6) Melakukan refleksi di akhir pertemuan.

7) Melakukan penilaian yang sebenarnya dengan tes (posttest).

3.3.2. Hasil Belajar

(22)

61 tersebut. Hasil belajar dalam penelitian ini ditunjukkan oleh angka yang berupa nilai kognitif posttest yang dicapai siswa setelah melalui proses pembelajaran Ekonomi

pada materi Indeks Harga dan Inflasi. 3.4.Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini berupa tes tertulis bentuk uraian non objektif

sebanyak 10 soal yang dikembangkan berdasarkan indikatornya. Bentuk tes ini dipilih karena memiliki kelebihan, diantaranya adalah dapat mengukur kemampuan

mengorganisasikan gagasan dan menyatakan jawabannya menurut kata-kata atau kalimat sendiri. Instrumen ini nantinya akan digunakan untuk pretest dan posttest, baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

3.5.Teknik Pengumpulan Data

Data yang akan dianalisis diperoleh dari hasil tes, baik pretest maupun posttest

pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3.6.Prosedur Penelitian

Secara umum prosedur penelitian ini terdiri dari tiga tahap, yaitu tahap

persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap pengolahan dan analisis data.

3.6.1. Tahap Persiapan

3.6.1.1. Penyusunan Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Rencana Proses Pembelajaran yang diamanatkan oleh Standar Proses, meliputi: silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat

identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode

(23)

62 Silabus dan RPP merupakan administrasi yang penting dalam pembelajaran, karena dapat memetakan program pembelajaran.

Silabus yang digunakan dalam penelitian ini disusun oleh penulis berdasarkan hasil kajian dengan guru lain yang tergabung dalam MGMP. Sedangkan RPP yang digunakan, disusun penulis dan disesuaikan dengan kebutuhan. Dalam hal ini

dibutuhkan 2 jenis RPP, yang pertama untuk di aplikasikan di kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran CTL tipe inquiry, sedangkan RPP yang ke

dua untuk di aplikasikan di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

Adapun Kompetensi Dasar dan Indikator yang digunakan dalam penelitian ini

sama, baik di kelas eksperimen, maupun di kelas kontrol.

3.6.1.2. Penyusunan Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian berupa soal tes tertulis bentuk uraian non objektif yang disusun dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) menentukan tujuan tes, yaitu untuk mengukur hasil belajar siswa.

2) menentukan kompetensi yang akan diujikan, dengan memperhatikan standar kompetensi dan kompetensi kompetensi dasar mata pelajaran ekonomi kelas

X.

3) menentukan materi yang diujikan, yaitu materi Indeks Harga dan Inflasi. 4) menentukan jenis alat ukur dan jenis tesnya, yaitu tes tertulis bentuk uraian

non objektif. 5) menyusun kisi-kisi

(24)

63 7) merakit soal menjadi perangkat tes

8) menyusun pedoman penskorannya

9) uji coba butir soal diberikan kepada siswa yang pernah mempelajari materi yang sama.

10)analisis butir soal secara kuantitatif (validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran

dan daya pembeda)

3.6.2. Tahap Pelaksanaan 3.6.2.1. Pelaksanaan Pretest

Pretest diberikan di kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan soal yang

sama untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum pembelajaran.

3.6.2.2. Pelaksanaan Pembelajaran

Setelah dilakukan pretest, maka langkah selanjutnya adalah pelaksanaan

pembelajaran. Pada kelas eksperiman diberikan perlakuan berupa model pembelajaran CTL tipe inquiry, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.

3.6.2.3. Pelaksanaan Posttest

Setelah pelaksanaan pembelajaran, baik di kelas eksperimen maupun kelas

kontrol diberi soal posttest yang sama dengan soal pretest. Hasil posttest ini kemudian dianalisis untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran CTL tipe inquiry dan pada kelas kontrol

(25)

64 3.7.Analisis Alat Tes

Alat tes yang akan digunakan dalam mengukur hasil belajar siswa dalam

bentuk pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol diperoleh dari hasil uji coba yang diberikan kepada siswa yang telah mempelajari materi yang sama. Dari hasil tes tersebut kemudaian dianalisis validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran

dan daya pembedanya, dengan harapan soal tersebut baik untuk digunakan. Hasil analisisnya adalah sebagai berikut:

3.7.1. Validitas.

Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakanuntuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk

mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2009: 173). Hasil tes siswa kemudian diuji validitasnya dengan menggunakan rumus Product Moment Pearson

dengan bantuan program SPSS versi 17.0. Bila harga korelasi dibawah 0,30, maka dapat disimpulkan bahwa butir instrument tersebut tidak valid, sehingga harus diperbaiki atau dibuang (Sugiyono, 2009: 179).

Rumus korelasi Product Moment Pearson yang dapat digunakan adalah sebagai berikut: (Arikunto, 2005)

r

xy=

{

}{

}

2 2 2 2 ) ( ) ( ) )( ( Y n X n Y X XY n

Y

X

− ∑ ∑ − ∑

∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan: =

r

xy koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan
(26)

65 N = jumlah siswa

Berdasarkan uji validitas instrument diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 3.3. Hasil Uji Validitas Instrumen

No. Soal Skor total Keterangan

1 0,432 Valid

2 0,411 Valid

3 0,577 Valid

4 0,350 Valid

5 0,644 Valid

6 0,596 Valid

7 0,372 Valid

8 0,331 Valid

9 0,660 Valid

10 0,792 Valid

3.7.2. Reliabilitas

Instrument yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono, 2009: 173). Salah satu rumus yang dapat digunakan untuk menguji reliabilitas adalah

rumus Spearman Brown (Sugiyono, 2009: 185) sebagai berikut:

Dimana:

ri = reliabilitas internal seluruh instrument

rb = korelasi product moment antara belahan pertama dan ke dua.

(27)

66 Tabel 3.4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Berdasarkan tabel diatas terlihat nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,709. Ini berarti instrument dinyatakan reliabel.

3.7.3. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran soal adalah peluang untuk menjawab benar suatu soal pada

tingkat kemampuan tertentu yang biasanya dinyatakan dalam bentuk indeks. Indeks tingkat kesukaran ini pada umumnya dinyatakan dalam bentuk proporsi yang besarnya berkisar 0,00 - 1,00 (Aiken dalam BSNP, 2009: 9). Semakin besar

indeks tingkat kesukaran yang diperoleh dari hasil hitungan, berarti semakin mudah soal itu. Suatu soal memiliki TK= 0,00 artinya bahwa tidak ada siswa yang menjawab benar dan bila memiliki TK= 1,00 artinya bahwa siswa menjawab

benar. Perhitungan indeks tingkat kesukaran ini dilakukan untuk setiap nomor soal. Pada prinsipnya, skor rata-rata yang diperoleh peserta didik pada butir soal yang

bersangkutan dinamakan tingkat kesukaran butir soal itu. Rumus ini dipergunakan untuk soal obyektif. Rumusnya adalah seperti berikut ini (Nitko dalam BSNP, 2009: 9).

tes mengikuti yang

siswa Jumlah

soal butir benar menjawab

yang siswa Jumah

TK Kesukaran

Tingkat ( )=

Fungsi tingkat kesukaran butir soal biasanya dikaitkan dengan tujuan tes. Misalnya untuk keperluan ujian semester digunakan butir soal yang memiliki

tingkat kesukaran sedang, untuk keperluan seleksi digunakan butir soal yang Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(28)

67 memiliki tingkat kesukaran tinggi atau sukar, dan untuk keperluan diagnostik biasanya digunakan butir soal yang memiliki tingkat kesukaran rendah atau mudah.

Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal bentuk uraian digunakan rumus berikut ini. tes mengikuti yang didik peserta Jumlah soal suatu pada tes peserta siswa skor Jumah

Mean = .

ditetapkan yang maksimum Skor Mean Kesuli

Tingkat tan=

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas menggambarkan

tingkat kesukaran soal itu. Klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat digolongkan seperti berikut ini:

0,00 - 0,30 soal tergolong sukar

0,31 - 0,70 soal tergolong sedang 0,71 - 1,00 soal tergolong mudah

Untuk melihat tingkat kesukaran digunakan program anates versi 4. Hasilnya adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen

No. Soal Tk. Kesukaran (%) Tafsiran

1 57,50 Sedang

2 61,25 Sedang

3 60,00 Sedang

4 68,75 Sedang

5 64,17 Sedang

6 67,00 Sedang

7 60,00 Sedang

8 55,00 Sedang

9 51,25 Sedang

(29)

68 Berdasarkan tabel di atas terlihat bahwa ke sepuluh soal uraian tersebut dinyatakan sedang.

3.7.4. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara warga belajar atau siswa yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan

warga belajar atau siswa yang kurang atau belum menguasai materi yang ditanyakan (Depdiknas: 2008). Manfaat daya pembeda butir soal adalah seperti berikut ini.

1) Untuk meningkatkan mutu setiap butir soal melalui data empiriknya. Berdasarkan indeks daya pembeda, setiap butir soal dapat diketahui apakah butir soal itu baik, direvisi, atau ditolak.

2) Untuk mengetahui seberapa jauh setiap butir soal dapat mendeteksi/membedakan kemampuan siswa, yaitu siswa yang telah memahami atau belum memahami

materi yang diajarkan guru. Apabila suatu butir soal tidak dapat membedakan kedua kemampuan siswa itu, maka butir soal itu dapat dicurigai "kemungkinannya" seperti berikut ini:

- Kunci jawaban butir soal itu tidak tepat.

- Butir soal itu memiliki 2 atau lebih kunci jawaban yang benar.

- Kompetensi yang diukur tidak jelas. - Pengecoh tidak berfungsi.

- Materi yang ditanyakan terlalu sulit, sehingga banyak siswa yang menebak.

(30)

69 Indeks daya pembeda setiap butir soal biasanya juga dinyatakan dalam bentuk proporsi. Semakin tinggi indeks daya pembeda soal berarti semakin mampu soal yang

bersangkutan membedakan warga belajar atau siswa yang telah memahami materi dengan warga belajar/peserta didik yang belum memahami materi. Indeks daya pembeda berkisar antara -1,00 sampai dengan +1,00. Semakin tinggi daya pembeda

suatu soal, maka semakin kuat/baik soal itu. Jika daya pembeda negatif (<0) berarti lebih banyak kelompok bawah (warga belajar atau peserta didik yang tidak

memahami materi) menjawab benar soal dibanding dengan kelompok atas (warga belajar atau peserta didik yang memahami materi yang diajarkan guru).

Untuk mengetahui daya pembeda soal bentuk uraian adalah dengan

menggunakan rumus berikut ini.

soal maksimum Skor

bawah kelompok

Mean atas

kelompok Mean

DP= −

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus di atas dapat menggambarkan tingkat kemampuan soal dalam membedakan antar peserta didik yang sudah

memahami materi yang diujikan dengan peserta didik yang belum/tidak memahami materi yang diujikan.

Adapun klasifikasinya adalah seperti berikut ini (Crocker dan Algina, 1986:

(31)

70 Tabel 3.6. Klasifikasi Daya Pembeda

Daya Pembeda Keterangan

0,40 - 1,00 soal diterima baik

0,30 - 0,39 soal diterima tetapi perlu diperbaiki 0,20 - 0,29 soal diperbaiki

0,19 - 0,00 soal tidak dipakai/dibuang 0,40 - 1,00 soal diterima baik

[image:31.595.104.527.143.611.2]

Untuk mengetahui daya pembeda, dalam penelitian ini menggunakan anates versi 4, hasilnya sebagai berikut:

Tabel 3.7. Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa semua soal diterima.

3.7.5. Tahap Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperolah, baik dari hasil pretest maupu posttest, kemudian diolah dan dianalisis. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Penskoran pada pretest dan posttest sebagai data hasil belajar siswa pada KD yang dipilih.

No. Soal Daya Pembeda (%)

1 35,00

2 37,50

3 38,00

4 42,50

5 45,00

6 40,00

7 38,00

8 36,00

9 67,50

(32)

71 b. Menghitung perbedaan peningkatan hasil belajar siswa (gain) antara kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran CTL tipe inquiry, dan kelas

kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.

c. Mengolah data hasil belajar siswa dengan menggunakan program SPSS versi 17.0.

3.8.Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang dikumpulkan untuk diolah dan dianalisis adalah hasil pretest dan posttest siswa, baik dari kelas eksperimen, maupun dari kelas kontrol. Data yang

diperoleh, kemudian dianalisis. Sebelum menganalisis data, maka dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai prasyarat untuk mementukan analisis selanjutnya, apakah akan menggunakan uji statistik parametri atau non parametrik.

Berikut penjelasannya :

3.8.1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah penyebaran kedua buah

populasi berdistribusi normal atau tidak. Untuk mengetahuinya peneliti menggunakan Uji Chi Kuadrat. Satu populasi dapat berdistribusi normal apabila harga X² hitung lebih kecil dari X² tabel untuk df sebesar (b-3) dan sebaliknya, berdistribusi tidak

normal bila harga X² hitung lebih besar dari X² tabel. Rumus yang digunakan adalah (Sudjana, 1984:270):

Rumusan hipotesis.

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

H1 : sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.

Kaidah penetapan:

(

)

=

= k

i Ei

Ei Oi

X

(33)

72 - Jika signifikan > 0,05, sampel berasal dari populasi berdistribusi normal.

- Jika signifikan < 0,05, sampel tidak berasal dari populasi berdistribusi normal.

3.8.2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah kedua populasi mempunyai variansi yang homogen atau heterogen. Langkah-langkahnya

adalah:

a. Mencari nilai F dengan menggunakan rumus :

Vk Vb

F = dimana V=S²

Keterangan

Vb = Variansi terbesar

Vk = Variansi terkecil S = Standar deviasi

b. Menentukan nilai F daftar dengan mencari nilai

(

1

)

(

1

)

2 1−

n

n

Fα

c. Menentukan homogenitas dengan kriteria, jika:

F hitung <

(

1

)

(

1

)

2 1−

n

n

Fα maka kedua variansi tersebut homogen, sedangkan

jika:

F hitung >

(

1

)

(

1

)

2 1−

n

n

Fα maka kedua variansi tidak homogen.

Rumusan hipotesis:

H0 : variansi pada setiap kelompok sama (homogen).

(34)

73 Kaidah penetapan:

- Jika signifikan > 0,05, variansi setiap sampel sama (homogen).

- Jika signifikan < 0,05, variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen).

Bila hasil yang diperoleh berdistribusi normal dan homogen, maka analisis dilanjutkan dengan menggunakan statistik parametrik yaitu Uji t. tetapi, bila hasil

yang diperoleh salah satunya berdistribusi tidak normal atau tidak homogen, maka dilanjutkan dengan menggunakan statistika non-parametrik dengan menggunakan tes

Wilcoxon. 3.8.3. Uji t

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

a. Mencari deviasi standar gabungan (dsg) dengan rumus sebagai berikut:

b. Mencari nilai t dengan menggunakan rumus:

c. Menentukan nilai t daftar dengan mencari nilai:

d. Pengujian hipotesis

Pengujian hipotesis dilaksanakan dengan menggunakan tingkat kepercayaan

95% sedangkan kriterianya yaitu: Jika

t

t

t

daftar hitung

daftar < <

maka kedua perlakuan

tidak berbeda berarti hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis alternatif (Ha) ditolak.

2 2 ) 1 ( 1 ) 1 ( 2 1 2 1 − + − + − =

n

n

n

n

V V

dsg

n

n

X X dsg t 2 1 1 1 2 1 + − =

(

1 1/2

)

(

2

)

2 1− −

n

n

(35)

74 Jika

t

hitung ada di luar atau sama dengan batas interval t 0,975 tetapi masih dalam

interval t 0,995 maka kedua perlakuan berbeda secara signifikan dan jika t ada di luar atau sama dengan batas interval t 0,995 maka kedua perlakuan berbeda sangat

signifikan, hal ini berarti hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (H1)

diterima.

Kaidah penetapan:

- Jika signifikan > 0,05, H0 diterima.

- Jika signifikan < 0,05, H0 ditolak.

3.8.4. Tes Wilcoxon

Tes Wilcoxon digunakan apabla uji normalitas menghasilkan distribusi tidak

normal. Langkah-langkah Tes Wilcoxon sebagai berikut:

a. Membuat daftar rank

Nilai kelas eksperimen dan nilai kelas kontrol masing-masing diurutkan dari

terkecil sampai yang terbesar sehingga diperoleh pasangan yang setaraf dari yang terburuk sampai yang terbaik.

b. Menentukan nilai Wilcoxon (T)

Penentuan nilai Wilcoxon (T) yang diambil adalah bilangan yang paling kecil dari jumlah rank positif dan jumlah rank negatif. Untuk sampel berpasangan lebih

besar dari 25 menggunakan rumus sebagai berikut:

(

)

(

)(

)

24 1 2 1

4 1

+ +

+ − =

n n

n

(36)

75 c. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis ini dilaksanakan dengan menggunakan tingkat kepercayaan

95% sedangkan kriterianya yaitu: Jika

Z

hitunglebih besar dari

Z

tabel maka

hipotesis nol (H0) ditolak dan hipotesis alternatif (Ha) diterima dan sebaliknya jika

Z

hitung lebih kecil dari

Z

tabel maka hipotesis nol (H0) diterima dan hipotesis

alternatif (Ha) ditolak.

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa berdasarkan hasil

pembelajaran dihitung dari skor tes awal dan tes akhir yang dinormalisasi dengan rumus gain sebagai berikut:

S

S

S

S

pre maks

pre post

g

− − =

Keterangan: =

S

post skor tes akhir

=

S

pre skor tes awal

=

[image:36.595.108.525.216.660.2]

S

maks skor maksimum ideal

Tabel 3.8. Kategori Gain

Selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan menggunakan SPSS. Sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji normalitas distribusi data dan uji

homogenitas varians data dua kelompok. Uji normalitas distribusi data dilakukan

Batasan Kategori

g > 0,70 0,30 ≤ g ≥ 0,70

g < 0,30

(37)

76 dengan menggunakan uji Kolmogorov-smirnov, sedangkan uji homogenitas varians data pengujian hipotesis dilakukan dengan teknik uji t. Sesuai dengan hipotesis yang

diajukan, maka teknik uji t yang digunakan adalah uji t satu ekor (1-tailed) yaitu ekor kanan, dengan data terdistribusi normal (Sudjana, 2005) maka, digunakan rumus:

) 1 1 ( 2 _ 1 2 1 _

n

n

X

X

S t +

=

dan

2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − + − =

n

n

S

n

S

n

S

Keterangan: = _ 1

X

rata-rata gain eksperimen

=

_ 2

X

rata-rata gain kontrol

n = jumlah siswa

=

S

2 varians

=

S

1 simpang baku gain eksperimen

=

S

2 simpang baku gain kontrol

3.9. Prosedur dan Teknik Pengolahan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

tes, dengan menggunakan instrument yang berupa soal tes yang sudah diuji.. “Tes

merupakan serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang

(38)

77 menyatakan, bahwa: “instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting, yaitu valid dan reliabel. Instrument yang baik inilah yang akan mendukung kebenaran

data dan kesimpulan sesuai dengan kenyataan.”

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pretest dan posttest baik dari kelas eksperimen maupun dari kelas kontrol.Pengolahan data dalam

penelitian ini menggunakan program SPSS versi 17.0. Prosedur pengolahan datanya adalah sebagai berikut:

a) Menganalisis hasil pretest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

b) Menguji normalitas dan homogenitas hasil pretest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

c) Menganalisis hasil posttest baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

d) Menguji normalitas dan homogenitas hasil posttest baik kelas eksperimen maupun

kelas kontrol.

e) Menganalisis hasil pretest-posttest kelas eksperimen dan pretest-posttest kelas kontrol.

f) Menguji normalitas dan homogenitas hasil pretest-posttest kelas eksperimen dan pretest-posttest kelas kontrol.

g) Menganalisis gain kelas eksperimen dan kelas kontrol.

(39)
[image:39.595.79.550.142.636.2]

78 3.10. Alur Penelitian

Gambar 3.2. Alur Penelitian

Menentukan Objek Penelitian Persiapan Penelitian

Pre Test

Post Test

Pembelajaran dengan model CTL Tipe

Inquiry

Kelompok eksperimen

Penyusunan materi, instrument, uji coba

dan revisi

Pengolahan dan analisis data Pengolahan dan

analisis data

Pembelajaran dengan model

konvensional

Kelompok kontrol

Studi Pendahuluan

(40)

79 Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut:

- Melakukan studi pendahuluan di lokasi penelitian yaitu SMA Bina Putera

Kota Banjar untuk memperoleh informasi mengenai hasil belajar siswa, melalui studi dokumentasi berupa nilai hasil belajar siswa.

- Melakukan persiapan penelitian. Karena guru ekonomi hanya satu orang, yaitu

penulis sendiri, maka untuk persiapan penelitian ini mempersiapkan perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian. Termasuk mempelajari

model pembelajaran CTL tipe inquiry yang akan diterapkan pada kelas eksperimen.

- Menentukan objek penelitian. Sebagai objek penelitian dipilih dua kelas di

kelas X, yang akan dijadikan sebagai kelas eksperimen dan kelas kontrol. Pemilihan ke dua kelas tersebut berdasarkan nilai rata-rata kelas uts ekonomi

semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010. Dua kelas yang memiliki nilai rata-rata kelas yang hampir sama, itulah yang akan dijadikan objek penelitian. - Penyusunan instrument yang akan digunakan sebagai alat tes untuk mengukur

hasil belajar siswa sebelum pembelajaran (pretest) dan setelah pembelajaran (posttest), baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

- Melakukan tes awal (pretest), baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan soal yang sama. Hasil pretest ini akan menggambarkan hasil belajar siswa sebelum pembelajaran.

(41)

80 pembelajaran CTL tipe inquiry, sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran konvensional.

- Melakukan tes akhir (posttest), baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol dengan soal yang sama. Hasil posttest ini akan menggambarkan hasil belajar siswa setelah pembelajaran.

- Pengolahan dan analisis data. Data yang digunakan untuk diolah dan dianalisis adalah hasil pretest dan hasil posttest, baik di kelas eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran CTL tipe inquiry, maupun di kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional.

- Membuat kesimpulan. Hasil dari analisis data kemudian diinterpretasikan

untuk dijadikan kesimpulan dalam penelitian ini.

3.11. Skenario Pembelajaran

Skenario pembelajaran dalam penelitian ini mengacu pada RPP yang telah disusun. Masing-masing kelas, yaitu kelas eksperimen yang akan menggunakan model pembelajaran CTL dan kelas kontrol yang akan menggunakan model

pembelajaran konvensional diperlakukan berbeda. Oleh karena itu RPP – nya pun berbeda. Berikut ini langkah-langkahnya:

[image:41.595.103.528.194.759.2]

3.11.1. Skenario Pembelajaran pada Kelas Eksperimen Tabel 3.9. Skenario Pembelajaran pada Kelas Eksperimen Pertemuan 1 (2 X 45 menit)

No. Kegiatan Belajar Waktu

(menit) 1. Pendahuluan:

-Salam, berdo’a, bersyukur -Mengabsen peserta didik

(42)

81 Lanjutan Tabel 3.9.

-Menjelaskan tujuan pembelajaran

-Memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari

2. Kegiatan Inti:

a. Eksplorasi (45‘):

- Siswa dikelompokkan menjadi empat kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 7-8 orang (jumlah siswa = 31 orang, 1 klp 7 orang, 3 klp @ 8 orang).

- Kelompok I (8 orang) diberi tugas untuk mendeskripsikan pengertian indeks harga, indeks harga konsumen, dan inflasi.

- Kelompok II (7 orang) diberi tugas untuk menjelaskan hubungan indeks harga dengan inflasi.

- Kelompok III (8 orang) diberi tugas untuk mendeskripsikan jenis-jenis inflasi dan mengidentifikasi penyebab, dampak, dan cara-cara mengatasi inflasi.

- Kelompok IV (8 orang) diberi tugas untuk menghitung angka inflasi.

- Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk mencari sumber belajar ke perpustakaan dan internet yang tersedia.

b. Elaborasi (15‘):

- Guru mempersilakan kelompok I untuk mempresentasikan hasil diskusinya, sementara kelompok yang lain memberikan tanggapan.

- Guru memotivasi siswa untuk aktif dalam diskusi dan memberikan stimulus berupa point tambahan bagi siswa yang aktif.

c. Konfirmasi (10‘):

- Siswa melakukan refleksi terhadap hasil belajarnya.

- Guru memberikan umpan balik positif kepada siswa, dengan memberikan kesempatan bertanya.

(43)

82 Lanjutan Tabel 3.9.

Lanjutan Tabel 3.9.

- Guru berperan sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang mengalami kesulitan.

3. Penutup:

- Guru bersama siswa melakukan refleksi apa yang telah didiskusikan oleh kelompok I, kemudian menghubungkan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran.

- Guru memberikan pengarahan untuk tugas presentasi kelompok yang belum tampil hari ini, untuk penampilan pada pertemuan yang akan datang.

- Guru menyampaikan pesan “mudah-mudahan pembelajaran ini bermanfaat“ kemudian ditutup dengan ucapan salam.

5‘

Pertemuan 2 (2 X 45 menit)

No. Kegiatan Belajar Waktu

(menit) 1. Pendahuluan:

-Salam, berdo’a, bersyukur -Mengabsen peserta didik

-Mengulas sedikit pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya -Setting ruangan untuk presentasi

15‘

2. Kegiatan Inti: a. Eksplorasi (5‘):

Guru mengecek kesiapan presentasi b. Elaborasi (55‘):

- Masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil pekerjaannya pada pertemuan sebelumnya secara berurutan dari kelompok II, III, dan kelompok IV.

- Kelompok yang tidak presentasi memberikan tanggapan terhadap penampilan kelompok penyaji. c. Konfirmasi (10‘):

(44)

83 Lanjutan Tabel 3.10.

Siswa bersama guru menentukan beberapa kesimpulan dari hasil presentasi dan tanggapan kelompok kerja siswa. 3. Penutup:

- Guru bersama siswa melakukan refleksi apa yang telah didiskusikan oleh kelompok II, III dan kelompok IV, kemudian menghubungkan dengan ketercapaian tujuan pembelajaran.

- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya yang berkaitan dengan materi yang bersangkutan.

- Guru memberikan pengarahan untuk melaksanakan posttest pada pertemuan yang akan datang, dari materi-materi yang telah dibahas.

- Guru menyampaikan pesan “mudah-mudahan pembelajaran ini bermanfaat“ kemudian ditutup dengan ucapan salam.

5‘

[image:44.595.106.519.104.760.2]

3.11.2. Skenario Pembelajaran pada Kelas Kontrol Tabel 3.10. Skenario Pembelajaran pada Kelas Kontrol Pertemuan 1 (2 X 45 menit)

No. Kegiatan Belajar Waktu

(menit) 1. Pendahuluan:

-Salam, berdo’a, bersyukur -Mengabsen peserta didik

-Menjelaskan tujuan pembelajaran

-Memberikan penjelasan tentang materi yang akan dipelajari

15‘

2. Kegiatan Inti:

d. Eksplorasi (15‘):

- Guru bertanya kepada siswa seputar inflasi, untuk mengetahui pengetahuan awal siswa mengenai materi yang akan dibahas.

e. Elaborasi (35‘):

(45)

84 - Guru menyampaikan materi-materi

yang berkaitan dengan indikator pencapaian kompetensi, diantaranya: pengertian indeks harga dan indeks harga konsumen, hubungan indeks harga dengan inflasi, pengertian dan jenis-jenis inflasi, melalui tayangan powerpoint.

- Siswa diminta untuk memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. f. Konfirmasi (10‘):

- Guru memberikan umpan balik positif kepada siswa, dengan memberikan kesempatan bertanya.

- Guru mengambil kesimpulan mengenai materi yang telah disampaikan.

3. Penutup:

- Guru bersama siswa melakukan refleksi apa yang telah dipelajarinya.

- Guru mengakhiri pembelajaran, dan dilanjutkan pada pertemuan selanjutnya. - Guru menyampaikan pesan

“mudah-mudahan pembelajaran ini bermanfaat“ kemudian ditutup dengan ucapan salam.

15‘

Pertemuan 2 (2 X 45 menit)

No. Kegiatan Belajar Waktu

(menit) 1. Pendahuluan:

-Salam, berdo’a, bersyukur -Mengabsen peserta didik

-Mengulas sedikit pembelajaran yang telah dilakukan pada pertemuan sebelumnya

15‘

2. Kegiatan Inti: d. Eksplorasi (5‘):

Guru mengulas sedikit mengenai materi pada pertemuan sebelumnya.

(46)

85 Lanjutan Tabel 3.10.

e. Elaborasi (55‘):

- Guru melanjutkan materi berikutnya melalui tayangan powerpoint. Materi tersebut adalah: penyebab, dampak, dan cara-cara mengatasi inflasi dan menghitung angka inflasi.

- Siswa diminta untuk menyimak dengan sungguh-sungguh.

- Siswa diberi kesempatan jika ada yang mau bertanya.

f. Konfirmasi (10‘):

Siswa menentukan beberapa kesimpulan dari hasil penjelasan materi tersebut. 3. Penutup:

- Guru bersama siswa melakukan refleksi. - Guru memberikan kesempatan kepada

siswa untuk bertanya yang berkaitan dengan materi yang bersangkutan.

- Guru memberikan pengarahan untuk melaksanakan posttest pada pertemuan yang akan datang, dari materi-materi yang telah dibahas.

- Guru menyampaikan pesan “mudah-mudahan pembelajaran ini bermanfaat“ kemudian ditutup dengan ucapan salam.

(47)

121 BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1.Kesimpulan

Setelah penelitian dilakukan, beberapa temuan diperoleh khususnya mengenai

efektifitas Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) tipe Inquiry dalam pembelajaran Ekonomi, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) tipe Inquiry terbukti efektif digunakan di kelas eksperimen. Hal ini terlihat dari peranan siswa yang lebih aktif dibandingkan dengan kelas kontrol, diantaranya: adanya kerja sama,

keberanian mengungkapkan pendapat, berusaha memecahkan masalah, mencari informasi, dan terjalinnya interaksi antar peserta didik.

2. Pada awal pembelajaran, baik siswa yang berada di kelas eksperimen maupun kelas kontrol, diberikan soal pretest. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pengetahuan awal siswa sebelum pembelajaran. Hasilnya diketahui bahwa, tidak terdapat

perbedaan hasil belajar siswa antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol pada pengukuran awal (pretest).

3. Pada akhir pembelajaran, baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol diberikan soal posttest yang sama. Soal posttest ini sama dengan soal pretest yang diberikan sebelumnya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa antara

(48)

122 menggunakan model pembelajaran CTL tipe inquiry dan kelas kontrol yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada pengukuran akhir (posttest).

4. Melihat perbandingan nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen dan nilai pretest dan posttest kelas kontrol, diketahui bahwa terdapat perbedaan hasil tes antara

pretest dengan posttest pada kelas eksperimen dengan menggunakan model

pembelajaran CTL Tipe Inquiry, dan pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran CTL Tipe Inquiry. Perbedaan nilai pretest dan posttest pada

kelas eksperimen lebih besar dibandingkan perubahan nilai pretest dan posttest pada kelas kontrol.

5. Setelah pembelajaran, terlihat bahwa terdapat perbedaan hasil belajar siswa antara

kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran CTL Tipe Inquiry dengan kelas kontrol yang tanpa perlakuan. Peningkatan hasil belajar pada

kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan pengingkatan hasil belajar pada kelas kontrol.

5.2.Rekomendasi

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan diatas, ada beberapa rekomendasi mengenai pelaksanaan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning

(CTL) tipe Inquiry dalam pembelajaran, sebagai berikut:

1. Pembelajaran materi Indeks Harga dan Inflasi pada Mata Pelajaran Ekonomi dengan menggunakan model pembelajaran CTL tipe inquiry terbukti mampu

meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu model ini juga bisa digunakan pada materi-materi mata pelajaran lainnya. Dengan catatan bahwa guru harus cerdas dalam

(49)

123 semua materi harus dipelajari dengan model ini, mengingat beberapa hal yang harus diperhatikan terutama keterbatasan waktu yang betul-betul harus diperhitungkan

dengan matang.

2. Guru sebaiknya mengetahui pengetahuan awal siswa, melalui pretest baik tes tertulis maupun tes lisan. Hal ini penting untuk mengkonstruksi pemahaman siswa

berdasarkan pengetahuan awal yang mereka miliki.

3. Guru sebaiknya menerapkan model baru dalam pembelajaran. Hal ini akan

berdampak positif bagi siswa dalam pembelajaran, karena jenuh dengan model konvensional yang terlalu sering mereka terima. Tetapi penerapan model baru tersebut harus disertai dengan perencanaan (Silabus dan RPP) yang matang, agar tidak

keluar dari tujuan pembelajaran. Jadi diperlukan keseimbangan antara kemauan untuk menerapkan dan kemampuan untuk merencanakan.

4. Setelah mengevaluasi hasil belajar siswa, sebaiknya guru menyampaikan hasil tersebut kepada siswa. Hal itu dapat dijadikan sebagai umpan balik (feedback) dari siswa terhadap apa yang telah dipelajarinya, demi peningkatan kualitas pembelajaran

di masa yang akan datang.

5. Sekolah harus proaktif membantu meningkatkan kualitas guru. Salah satu yang

bisa dalakukan adalah mengadakan pembinaan atau pelatihan bagi guru, baik oleh pihak internal maupun pihak eksternal, dengan harapan guru mendapatkan sesuatu yang baru dan baik untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.

6. Sekolah harus berupaya untuk menambah sumber-sumber belajar bagi siswa. Semakin banyak sumber belajar, maka siswa akan semakin kaya informasi. Hal ini

(50)

124 DAFTAR PUSTAKA

Al Muchtar, S. (2005). Strategi Pembelajaran Pendidikan IPS. Bandung: Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Alma, B. (2003). Hakekat Studi Sosial. Bandung: Alfabeta.

---(2008). Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Arikunto, S. (1999). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

---(2005). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: Bumi Aksara.

Asmaulkhair. (2000). Peningkatan Kinerja Guru dalam Mengembangkan Bahan Ajar Melalui Model Inkuiri pada Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar (Penelitian Tindakan Kelas pada Kelas V Sekolah Dasar Negeri No. 2 Banjarsari Kotamadya Metro Lampung). Bandung: PPS UPI: tidak diterbitkan.

Bappenas, Depdiknas, Adicita Karya Nusa. (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Depdiknas. (2001). Buku 1 Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah. Jakarta: Depdiknas.

---(2006). Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta : Puskur Balitbang Depdiknas.

---(2008). Rancangan Penilaian Hasil Belajar. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

---(2008). Panduan Analisis Butir Soal. Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas.

Djahiri, K. (1993). Pembina PIPS/PIS dan PPS yang Menjawab Tantangan Hari Esok. JPIPS IKIP Bandung

(51)

125 Exline, J. (2004). What is inquiry-based learning? [Online] tersedia:

http://www.thirteen.org/edonline/concept2class/inquiry/index_sub7.html [3 September 2010].

Harrow, A. J. (1972). A taxonomy of the psychomotor domain: A guided for developing behavioral objective. New York: David Mc Key Company.

Hasan, S.H. (1993). Tujuan Kurikulum Ilmu Pengetahuan Sosial, JPIPS IKIP Bandung

Jalal, F. dan Supriadi, D. (Eds) (2001). Reformasi Pendidikan dalam Konteks Otonomi Daerah. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.

Kompas. (2010). Indeks Pendidikan Naik. [online]. Tersedia: http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/01/22/04481649/indeks.pendidikan.. naik. [5 Mei 2010]

Krech et.al.(1962). Individual in Society. Tokyo : McGraw-Hill Kogakasha.

Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Makmun, A.S. (2003). Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Marsh, C. (2008). Becoming a Teacher: knowledge, skills and issues. Australia : Pearson Education Australia.

Najimudin. (2004). Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran P-IPS untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Siswa (Penelitian Tindakan Kelas Pada Pembelajaran Sosiologi di SMU Negeri 7 Kotamadya Cirebon). Bandung: PPS UPI: tidak diterbitkan.

Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Permendiknas No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Gambar

Tabel 1.1. Data IPM di ASEAN tahun 2007
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Gambar 3.1. Alur penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol
Tabel 3.2. Variabel dan Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan Pendekatan Contextual Teaching And Learning (ctl) Dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kognitif Siswa Pada Mata Pelajaran KKPI : Penelitian Eksperimen Terhadap Siswa