• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI DI KABUPATEN SUKABUMI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI DI KABUPATEN SUKABUMI."

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI

DI KABUPATEN SUKABUMI

T E S I S

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

&

Oleh:

HILMAN TAUFIK

NIM: 999776

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG

(2)

DISAHKAN DAN DISETUJUI OLEH

PemJBimbing I,

Prof. Dr. H. Tb. Abin Syamsuddin Makmun, M.A

Pembimbing II,

(3)

Mengetahui

Ketua Program Studi Administrasi Pendidikan

Program Pasca Sarjana

Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul: KINERJA GURU MADRASAH

TSANAWIYAH NEGERI DI KABUPATEN SUKABUMI.

Fokus penelitian ini diarahkan kepada upaya untuk mengungkap gambaran empirik tentang kualitas Kinerja Guru yang bertugas/mengajar pada Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) di Kabupaten Sukabumi (MTsN Sagaranten, MTsN Cikembar, dan

MTsN Pasiripis) serta hubungannya dengan faktor-faktor yang

mempengaruhinya (Motivasi Kerja Guru dan Kualifikasi Guru) dan dengan faktor-faktor yang dipengaruhinya (Perilaku Belajar Siswa

dan Prestasi Belajar Siswa). Dalam pelaksanaannya,

hubungan/korelasi yang diungkap berada dalam konteks korelasi sederhana dan korelasi ganda.

Dalam penelitian ini, gambaran empirik diungkap berkenaan dengan tugas mengajar guru pada Tahun Pelajaran 2000/2001. Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh masukan, umpan balik, dan rekomendasi bagi pihak-pihak internal dan eksternal dari ketiga MTsN di Kabupaten Sukabumi, yang berkepentingan dengan

perbaikan, peningkatan, dan pengembangan Kinerja Guru pada

ketiga MTsN tersebut.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis korelasional dengan teknik pengumpulan data

meliputi: studi dokumentasi, penyebaran angket (kuesioner), dan

w a w a n c a r a .

Dari hasil pengolahan dan analisis data diketahui bahwa

Kinerja Guru mempunyai hubungan yang positif dan signifikan

dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu: Motivasi Kerja

Guru dan Kualifikasi Guru). Kinerja Guru mempunyai hubungan

yang positif dan signifikan dengan faktor-faktor yang

dipengaruhinya, yaitu: Perilaku Belajar Siswa dan Prestasi Belajar

Siswa.

Bila ditinjau dari aspek koefisien determinasi (besarnya

kontribusi yang diberikan), realitas empirik menunjukkan bahwa

hubungan yang positif dan signifikan di atas belumlah memberikan kontribusi yang optimal. Sehubungan dengan hal ini, serangkaian

upaya untuk mengoptimalkan kontribusi Motivasi Kerja Guru dan

Kualifikasi Guru terhadap Kinerja Guru, serta kontribusi Kinerja Guru terhadap Perilaku Belajar Siswa dan Prestasi Belajar Siswa masih perlu dilakukan.

Serangkaian upaya untuk mengoptimalkan hubungan

Kinerja Guru dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya dan

hubungan Kinerja Guru dengan faktor-faktor yang dipengaruhinya

tersebut di atas menuntut perlunya dukungan, kesamaan persepsi

(5)

Halaman

ABSTRAK

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

D A F T A R T A B E L D A F T A R G A M B A R

B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang

B. Batasan dan Rumusan Masalah

C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian

E. Asumsi-asumsi Penelitian

F. Hipotesis

G. Definisi Operasional H. Paradigma Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Administrasi Pendidikan

1. Pengertian Administrasi Pendidikan 2. Ruang Lingkup Administrasi Pendidikan

3. Posisi Penilaian Kinerja Guru dalam

Administrasi Pendidikan

B. Kinerja Guru

1. Pengertian Kinerja Guru 2. Penilaian Kinerja Guru

3. Kinerja Guru yang Efektif

4. Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Guru

5. Beberapa Faktor Penghambat Efektivitas

Kinerja Guru

6. Kinerja Guru sebagai Aktualisasi Rumusan

Kompetensi Guru

v i n

(6)

IX

C. Motivasi Kerja Guru 88

1. Pengertian Motivasi Kerja Guru 88

2. Teori Motivasi 90

3. Motivasi Kerja yang Diharapkan 110

D. Kualifikasi Guru 118

E. Hubungan Motivasi Kerja Guru dan Kecakapan

Guru dengan Kinerja Guru 122

F. Belajar, Perilaku Belajar, dan Prestasi Belajar 124

1. Pengertian Belajar 124

2. Proses Belajar 126

3. Jenis-jenis Belajar 129

4. Perilaku Belajar Siswa 132

5. Prestasi Belajar Siswa 140

G. Kajian Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan 151

BAB III PROSEDUR PENELITIAN 158

A. Obyek, Lokasi, dan Populasi Penelitian 158

B. Metode Penelitian 160

C. SumberData 162

D. Teknik Pengumpulan Data 163

E. Alat Pengumpul Data 164

F. Uji Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpul

Data 170

G. Pelaksanaan Penelitian (Pengumpulan Data) .... 173 H. Pengolahan dan Analisis Data Penelitian 174

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA 182

A. Hasil Penelitian 182

(7)

Belajar Siswa, dan Prestasi Belajar Siswa 227

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 244

A. Kesimpulan 244

B. Implikasi 247

C. Rekomendasi 251

DAFTAR PUSTAKA 269

LAMPIRAN-LAMPIRAN 275

1. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian 276

2. Instrumen Penelitian 280

3. Pedoman Pengodean Untuk Pengolahan Data 295

4. Master Tabel Dan Row Score Data Awal Hasil Penelitian ... 301

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Data Kinerja Akademik Guru Madrasah 10

Tsanawiyah

1.2 Data Komposisi Guru MTs Negeri Di Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Status

Keguruan 14

2.1 Jenis, Indikator, Dan Cara Evaluasi Prestasi 148 2.2 Perbandingan Nilai Angka Dan Hurup 150

3.1 Data Keadaan Guru Pada MTsN Di Kabupaten Sukabumi Tahun Pelajaran 2000/2001 159

3.2 Penentuan Alat Pengumpul Data Dikaitkan Dengan

Variabel/Sub Variabel Penelitian 167

4.1 Keadaan Guru MTsN Di Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Status Keguruan

Tahun Pelajaran 2000/2001 183

4.2 Distribusi Frekuensi Keadaan Umum Motivasi

Kerja Guru MTs Negeri Di Kabupaten Sukabumi ... 185

4.3 Keadaan Motivasi Kerja Guru Di Kabupaten

Sukabumi Ditinjau Berdasarkan Skor Setiap

Aspek/Indikator 186

4.4 Keadaan Guru MTsN Di Kabupaten Sukabumi

Berdasarkan Kualifikasi Pendidikan Tahun 187

Pelajaran 2000/2001

4.5 Relevansi Antara Bidang Keahlian Guru Dengan

Tugas Mengajar Pada MTs Negeri Di Kabupaten 189

Sukabumi Tahun Pelajaran 2000/2001

4.6 Distribusi Frekuensi Keadaan Umum Kualifikasi

Guru MTs Negeri Di Kabupaten Sukabumi 189

(9)

4.7 Distribusi Frekuensi Keadaan Umum Kinerja Guru 191

MTs Negeri Di Kabupaten Sukabumi

4.8 Keadaan Kinerja Guru Di Kabupaten Sukabumi Ditinjau Berdasarkan Skor Setiap Aspek/Indikator 192

4.9 Distribusi Frekuensi Keadaan Umum Perilaku

Belajar Siswa MTs Negeri Di Kabupaten Sukabumi 194

4.10 Keadaan Perilaku Belajar Siswa MTsN Di

Kabupaten Sukabumi Ditinjau Berdasarkan Skor

Setiap Aspek/ Indikator 195

4.11 Distribusi Frekuensi Keadaan Umum Kinerja Guru

MTs Negeri Di Kabupaten Sukabumi 196 4.12 Prosentase Keadaan Prestasi Belajar Siswa MTsN di

Kabupaten Sukabumi Tahun Pelajaran 2000/2001 (Dibandingkan Dengan Prestasi Belajar Siswa

Sebelumnya) 197

4.13 Hasil Uji Normalitas Distribusi Data 198

4.14 Hasil Uji Linieritas Regresi Sederhana 200 4.15 Hasil Uji Linieritas Regresi Ganda 201 4.16 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi, Koefisien

Determinasi, Dan Uji Signifikansi Untuk Korelasi

Sederhana 205

4.17 Hasil Perhitungan Koefisien Korelasi, Koefisien

Determinasi, Dan Uji Signifikansi Untuk Korelasi 208 Ganda

L. 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Kinerja Guru 277

L.3 Pedoman Pengodean Data Penelitian 296

L.4.1 Master Tabel Data Penelitian Tentang Kinerja Guru

MTs Negeri Di Kabupaten Sukabumi 302 L.4.2 Row Score Data Awal Hasil Penelitian Tentang

Kinerja Guru MTs Negeri Di Kabupaten Sukabumi. 308

(10)

XUl

L.5.2 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Mean & Standar

Deviasi Variabel Kualifikasi Guru 312

L.5.3 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Mean 8s Standar

Deviasi Variabel Kinerja Guru 313

L.5.4 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Mean & Standar

Deviasi Variabel Perilaku Belajar Siswa 313

L.5.5 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Mean & Standar

Deviasi Variabel Prestasi Belajar Siswa 314

L.5.6 Distribusi Jawaban Responden Pada Setiap Aspek/

Indikator Variabel Motivasi Kerja Guru 315

L.5.7 Distribusi Jawaban Responden Pada Setiap Aspek/

Indikator Variabel Kinerja Guru 316

L.5.8 Distribusi Jawaban Responden Pada Setiap Aspek/

Indikator Variabel Perilaku Belajar Siswa 317

L.5.9 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Chi Kuadrat Variabel

Motivasi Kerja Guru 318

L.5.10 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Chi Kuadrat Variabel

Kualifikasi Guru 319

L.5.11 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Chi Kuadrat Variabel

Kinerja Guru 319

L.5.12 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Chi Kuadrat Variabel

Perilaku Belajar Siswa 320

L.5.13 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Chi Kuadrat Variabel

Prestasi Belajar Siswa 320

L.5.14 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Koefisien Regresi

Linier Pada Korelasional Motivasi Kerja Guru (Xi),

Kecakapan Guru (X2), dan Kinerja Guru (Y) 321

L.5.15 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Koefisien Regresi Linier Pada Korelasional Kinerja Guru (Xi),

Perilaku Belajar Siswa (X2), dan Prestasi Belajar 323

(11)

L.5.16 Rumus-Rumus Analisis Varians Untuk Pengujian

Linieritas Regresi 326

L.5.17 Harga-Harga Xi (Motivasi Kerja Guru) Terkecil

Sampai Terbesar Untuk Menghitung JK (E) 327

L.5.18 Nilai-Nilai Analisis Varians Pengujian Linieritas

Regresi Motivasi Kerja Guru (Xi) dengan Kinerja 328

Guru (Y)

L.5.19 Harga-Harga X2 (Kualifikasi Guru) Terkecil Sampai Terbesar Untuk Menghitung JK (E) 329

L.5.20 Nilai-Nilai Analisis Varians Pengujian Linieritas

Regresi Kualifikasi Guru (X2) dengan Kinerja Guru

(Y) 330

L.5.21 Harga-Harga Xi (Kinerja Guru) Terkecil Sampai Terbesar Untuk Menghitung JK (E) 331

L.5.22 Nilai-Nilai Analisis Varians Pengujian Linieritas

Regresi Kinerja Guru (X i) dengan Perilaku Belajar

Siswa (X2) 332

L.5.23 Harga-Harga Xi (Kinerja Guru) Terkecil Sampai

Terbesar Untuk Menghitung JK (E) 333

L.5.24 Nilai-Nilai Analisis Varians Pengujian Linieritas

Regresi Kinerja Guru (X i) dengan Prestasi Belajar

Siswa (Y) 334

L.5.25 Harga-Harga X2 (Perilaku Belajar Siswa) Terkecil

Sampai Terbesar Untuk Menghitung JK (E) 335

L.5.26 Nilai-Nilai Analisis Varians Pengujian Linieritas

Regresi Perilaku Belajar Siswa (X2) dan Prestasi

Belajar Siswa (Y) 336

L.5.27 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Koefisien Korelasi

Ganda Antara Motivasi Kerja Guru (Xi) dan

(12)

XV

L5 28 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Koefisien Korelasi

Ganda Antara Kinerja Guru (Xi) dan Perilaku

Belajar Siswa (X2) dengan Prestasi Belajar Siswa (Y)

341

L 5.29 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Mean & Standar

Deviasi Variabel Kinerja Guru Berdasarkan

Penilaian Kepala Madrasah Dan Rekan Sejawat 346

L. 5.30 Nilai-Nilai Untuk Menghitung Chi Kuadrat Variabel

Kinerja Guru Berdasarkan Penilaian Kepala

(13)

Halaman

Nomor

1.1

Graphic reperesentation of aprofessional teaching

g

competency

19 1.2 Model Posisi Belajar Siswa

1.3

Hubungan Motivasi Kerja Guru, Kualifikasi Guru,

^

dan Kinerja Guru

14 Korelasional Kinerja Guru, Perilaku Belajar Siswa,

^

dan Prestasi Belajar Siswa

48

1.5 Paradigma Penelitian

16

Hubungan Variabel Kinerja Guru dengan

Variabel-vlriabel Pembentuknya dan Variabel-variabel yang

^

Dipengaruhinya

17 Hubungan Hasil Penelitian dengan Pihak-pihak

^

Terkait dan Pengelolaan Pendidikan

54 2.1 Bidang Kegiatan Administrasi Guru

22 Ruang Lingkup (Wilayah Kerja) Administrasi

56

Pendidikan

2.3. Posisi Penilaian Kinerja Guru Dalam Administrtasi

58

Pendidikan

24 Posisi Penilaian Kinerja Guru Dalam Ruang Lingkup

(Wilayah Kerja) Administrasi Pendidikan

2.5 Model/Siklus Penilaian Kinerja

2.6 Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Kinerja

81

2.7 Proses Motivasi: Pola Awal

2.8

Ringkasan Empat Teori Tentang Kepuasan (Dari

Gibson, Ivancevich, dan Donnelly) 2 9 Sebuah Contoh Pengkondisian Operan

104

2 10 Teori Hai&pan (Expectancy Theory)

z . 105

2 11 Teori Keadilan Motivasi

2.12 Penetapan Tujuan Yang Diterapkan Pada Organisasi

108

(14)

x v n

2.13 Deskripsi Pembagian Teori Motivasi 109

2.14 Ikhtisar Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi

dan Hasil Belajar 146

4.1 Keadaan Umum Motivasi Kerja Guru MTsN Di

Kabupaten Sukabumi 185

4.2 Keadaan Umum Kualifikasi Guru MTsN Di

Kabupaten Sukabumi 190

4.3 Keadaan Umum Kinerja Guru MTsN Di Kabupaten

Sukabumi 191

4.4 Keadaan Umum Perilaku Belajar Siswa MTsN Di

Kabupaten Sukabumi 194

4.5 Keadaan Umum Prestasi Belajar Belajar Siswa

(15)
(16)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan Nasional pada dasarnya merupakan bagian dari Pembangunan Nasional sebagai upaya untuk mewujudkan Tujuan Pembangunan Nasional pada sektor

pendidikan. Secara spesifik, Tujuan Pembangunan Nasional dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan

Nasional (UUSPN) Nomor 2 Tahun 1989, bahwa:

Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan

kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia

Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,

berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa

tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.

Tersedianya sumber daya manusia (SDM) yang memiliki kualitas (baik dan andal) sebagai pelaksana Pembangunan Nasional merupakan komitmen yang harus dipenuhi

(Supriadie,2000:l). Salah satu upaya untuk memenuhi

(17)

Tahun 1989 dinyatakan sebagai suatu sistem pendidikan,

yaitu sebagai satu keseluruhan yang terpadu dari semua

satuan dan kegiatan yang berkaitan satu dengan yang lainnya

untuk mengusahakan tercapainya Tujuan Pendidikan

Nasional.

Salah satu unsur dari satuan dan kegiatan Pendidikan

Nasional

adalah Tenaga Pendidik (Guru). Keberadaannya

dalam Sistem Pendidikan Nasional dipandang sebagai unsur

utama dari Tenaga Kependidikan. Dalam Peraturan

Pemerintah

Nomor

38

Tahun

1992

tentang

Tenaga

Kependidikan, dinyatakan bahwa:

Tenaga Kependidikan merupakan unsur terpenting

dalam sistem pendidikan nasional yang diadakan

dan

dikembangkan

untuk

menyelenggarakan

pengajaran, pembimbingan, dan pelatihan bagi para

peserta didik. Di antara para tenaga kependidikan,

tenaga pendidik merupakan unsur utama.

Guru (pendidik) memiliki peran yang essensial, posisi

yang strategis, dan tanggung jawab yang besar dalam

Pendidikan Nasional. Guru merupakan unsur utama

pengelola pendidikan dalam pengertian mikro (proses

(18)

mampu menyerap, menilai, dan mengembangkan ilmunya secara mandiri (Idris dan Jamal, 1992:26). Guru harus memiliki kualitas yang cukup memadai, karena mereka

merupakan salah satu komponen mikro sistem pendidikan

yang sangat strategis dan banyak mengambil peran di dalam proses pendidikan persekolahan (Suyanto dan Hisyam,2000:27).

Guru bertanggung jawab sebagai medium agar anak dapat mencapai tujuan pendidikan (Suryosubroto, 1990:26).

Tanggung jawab tersebut dalam konteks pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional (UUSPN Nomor 2 Tahun 1989) terkait dengan upaya pencerdasan kehidupan bangsa dan

pengembangan manusia Indonesia seutuhnya.

Sanusi (1999:10) menjelaskan bahwa upaya

pencerdasan kehidupan bangsa yang dimaksud adalah pencerdasan yang membimbing perilaku dalam konteks mentaati syari'at agama. Kecerdasan yang menyeluruh,

meliputi general intellegence, multiple intellegence, intellectual intellegence, emotional intellegence, spiritual inetellegence, dan

(19)

seutuhnya (insan purna) menurut Muhaimin (1991:27)

adalah pendidikan dan pengajaran yang mengarahkan

manusia agar mampu mendekatkan diri kepada Allah Ta'ala

dan bertujuan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di

akhirat.

Syah

(1999:229) menyatakan bahwa guru yang

berkualitas

adalah

guru

yang

berkompetensi,

yang

berkemampuan

untuk

melaksanakan

kewajiban-kewajibannya secara bertanggungjawab dan layak.

Pendapat tersebut bila dikaitkan dengan uraian

sebelumnya,

mengisyaratkan bahwa peran yang essensial,

posisi yang strategis, dan tanggung jawab yang besar dari

guru dalam proses pendidikan (khususnya proses

belajar-mengajar) sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan yang

diinginkan, hanya akan dapat dilaksanakan dan diwujudkan

oleh seseorang yang memiliki kompetensi sebagai guru.

Johnson (1974:6) mengemukakan bahwa kompetensi

seorang guru didukung oleh lima komponen, yaitu: komponen

bahan

pengajaran

(the

(teaching

subject

component),

komponen profesional (the professional component),

(20)

penyesuaian (the adjusment component), dan komponen sikap

(the attitude component). Puncak (perwujudan) dari

kompetensi guru tersebut adalah komponen kinerja (the

performance component), yang diartikan sebagai seperangkat

perilaku yang ditunjukkan oleh seorang guru pada waktu memberikan pelajaran kepada peserta didiknya. Untuk

memperjelas pendapatnya tersebut, Johnson

mengilustrasikannya dalam gambar sebagai berikut:

/ THE \ / PERFORMANCE \

/ COMPONENT \

/ THE / THE THE \ THE \

-/TEACH/PRO- PRO-\ADJUS- N.

/ ING / FESSIO- CESS \ MENT N. X SUBJECT/ NAL COM- \ COMPO- N. / COMP0- / COMPO- PONENT \ NENT X.

/ NENT / NENT \ \

THE ATTITUDE COMPONENT

Gambar 1.1

Graphic representation of a professional

teaching competency

(Johnson, 1974:6)

Berdasarkan apa yang dikemukakan oleh Johnson di

atas, maka aktualisasi tanggung jawab profesi guru akan

tercermin dari kualitas kinerja yang ditunjukkannya pada

pelaksanaan tugas pendidikan dan pengajaran atau dalam

proses belajar-mengajar. Dengan demikian, mengetahui taraf

(21)

arah upaya mengoptimalkan perwujudan tanggung jawab dan

peran guru agar dapat memberikan kontribusi yang berarti

bagi pencapaian tujuan pendidikan yang

diharapkan.

Sementara itu, Schuler dan Jackson (1997:13)

mengemukakan adanya empat kategori kepentingan penilaian kinerja personal, yaitu:

1. Evaluasi yang menekankan perbandingan antar orang. 2. Pengembangan yang menekankan perubahan-perubahan

dalam diri seseorang dengan berjalannya waktu.

3. Pemeliharaan sistem.

4. Dokumentasi keputusan-keputusan sumber daya

manusia.

Pengertian penilaian kinerja (performance appraisal) itu

sendiri menurut Schuler dan Jackson (1997:3) adalah suatu

sistem formal dan terstruktur yang mengukur, menilai, dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku, dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran.

Memperhatikan pendapat di atas, bila dikaitkan dengan

(22)

pengembangan kualitas (kompetensi) tenaga guru sehingga mampu mewujudkan proses belajar-mengajar yang efektif (dapat mencapai tujuan pendidikan).

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) merupakan salah satu jenis satuan pendidikan yang berciri khas agama Islam yang menyelenggarakan pendidikan pogram lanjutan tiga

tahun setelah pendidikan dasar enam tahun, yang diselenggarakan oleh Departemen Agama (Pasal 3 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990). MTsN

sebagai salah satu bagian dari Sistem Pendidikan Nasional

dituntut untuk turut serta dalam pencapaian Tujuan Pendidikan Nasional. Secara institusional, MTsN bertujuan

untuk memberikan bekal kemampuan kepada peserta didik guna mengembangkan kehidupan sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan anggota umat manusia serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan menengah (Pasal 4 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990).

Dalam upaya memenuhi tuntutan tersebut, ditinjau

(23)

guru telah dilakukan oleh Institute for Educational Research

(IER) Pusat Penelitian (Puslit) Institut Agama Islam Negeri

(IAIN) Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan

Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Agama

Departemen Agama Republik Indonesia pada pertengahan

tahun 1999. Studi tersebut dilakukan terhadap beberapa

satuan pendidikan madrasah yang dikelola oleh Departeman

Agama RI, yaitu Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah,

dan Madrasah Aliyah di 27 daerah (kabupaten/kotamadya)

pada enam propinsi di Indonesia. Daerah-daerah tersebut

adalah:

1. Kalimantan Selatan, meliputi: Banjar dan Hulu Sungai

Utara.

2. Nusa Tenggara Barat, meliputi: Lombok Barat, Lombok Tengah, dan Lombok Timur.

3. Lampung, meliputi Lampung Selatan.

4. Jawa Barat, meliputi: Serang, Pandeglang, Lebak, Garut,

Tasikmalaya, Ciamis, dan Kabupaten Bandung.

5. Jawa Tengah, meliputi: Kebumen, Rembang, Pati, Kendal,

(24)

6. Jawa Timur, meliputi: Jombang, Lamongan, Kediri,

Trenggalek, Malang, Situbondo, dan Bangkalan.

Studi evaluatif dilakukan terhadap berbagai aspek, yaitu: persiapan mengajar, pelaksanan proses

belajar-mengajar, keikutsertaan dalam pelatihan pengelolaan kegiatan belajar-mengajar, aktivitas guru dalam kegiatan belajar-mengajar, cara mengatasi masalah siswa, alasan ketidakhadiran siswa, frekuensi kehadiran siswa per-mata

pelajaran, mata pelajaran yang dianggap sulit, ketidakhadiran guru mengajar lebih dari empat kali, dan perolehan Nilai

Ebtanas Murni (NEM).

Hasil studi evaluatif tentang kinerja akademik guru Madrasah Tsanawiyah tersebut dapat dilihat pada tabel

(25)

No.

10.

Aspek Kinerja Yang Diukur

Persiapan Mengajar

a. Melaksanakan Analisis Kurikulum

b. Melaksanakan Analisis Mata Pelajaran

c. Menyusun Satuan Pelajaran

Pelaksanaan Proses Belajar Mengajar (PBM)

a. Mempersiapkan materi sesuai kemampuan siswa Menggunakan bahan ajar

Menggunakan metode mengajar Memanfaatkan media pengajaran Melaksanakan prinsip pengajaran

Menyiapkan bahan referensi

Melaksanakan program pengajaran Melaksanakan program perbaikan

i. Melaksanakan lima kali atau lebih ulangan cawu j. Memeriksa tugas dan memberikan umpan balik

Keikutsertaan dalam pelatihan pengelolaan KBM

a. Belum pernah

b. Pernah di tingkat Nasional

Aktivitas Guru dalam KBM

a. Meningkatkan motivasi melalui umpan balik b. Frekuensi pemberian umpan balik"sering"

c. Frekuensi pemberian umpan balik "jarang"

Cara mengatasi masalah siswa

a. Mendiskusikannya dengan guru lain

b. Mendiskusikannya dengan kepala madrasah c. Mendiskusikannya dengan wali kelas

d. Melakukan pendekatan langsung dengan siswa

Alasan ketidakhadiran siswa

a. Karena guru

b. Karena pelajaran

c. Karena kesehatan

Frekuensi Kehadiran Siswa per-Mata Pelajaran a. Secara umum

b. Frekuensi Tertinggi (Fiqh Ibadah)

c. Frekuensi Tertinggi (Qur'an Hadits)

Mata Pelajaran yang dianggap sulit

a. Matematika

b. Bahasa Inggris

c. IPA Fisika d. Bahasa Arab

e. IPA Biologi

Ketidakhadiran guru dalam mengajar lebih dari empat kali

a. Kelompok Mata Pelajaran Umum

b. Kelompok Mata Pelajaran Keagamaan c. Kelompok Mata Pelajaran Penunjang Perolehan NEM

a. NEM Input

b. NEM output

b. c. d. e. f. g-h.

(26)

II

Mencermati data hasil studi evaluatif di atas, untuk

kinerja akademik guru Madrasah Tsanawiyah secara nasional

masih terdapat berbagai masalah, antara lain:

1. Guru yang melaksanakan Analisis Kurikulum sebagai

bagian dari Persiapan Mengajar (51,9%).

2. Guru yang telah mengikuti pelatihan pengelolaan KBM

(53,6%).

3. Aktivitas guru dalam KBM dalam bentuk pemberian motivasi dan umpan balik (tertinggi 59,3%).

4. Prosentase terbesar alasan ketidakhadiran siswa berkaitan

erat dengan kinerja guru, yaitu: karena guru (60,7%) dan

karena pelajaran (49,2%).

5. Sampai pada pertengahan tahun 1999, perolehan NEM input dan NEM output tidak mengalami peningkatan.

Dalam hal ini, berada pada nilai rata-rata 5,62 dan belum

mampu mencapai standar normatif minimal rata-rata NEM

(masih kurang dari 6,00).

Berdasarkan hasil studi yang dilakukan oleh Balai Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan RI (Fattah, 2000:59-67) diperoleh data bahwa penguasaan materi pelajaran guru-guru

(27)

paling tidak 75% dari seluruh materi pelajaran yang

diajarkannya.

Kepala Bidang Pembinaan Perguruan Agama Islam (Binrua Islam) Kantor Wilayah (Kanwil) Departemen Agama Propinsi Jawa Barat dalam pidato (sambutan)-nya pada Rapat

Kerja Teknis (Rakernis) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar (Wajar Dikdas) 9 Tahun Propinsi Jawa Barat (Juli 2000) mengemukakan bahwa salah satu strategi penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun di lingkungan

Kanwil Departemen Agama Propinsi Jawa Barat adalah meningkatkan mutu guru dalam PBM melalui program pelatihan dan sertifikasi kelayakan guru. Hal ini didasarkan

pada data empirik bahwa salah satu kendala atau

penghambat optimalisasi prestasi siswa melalui Wajar Dikdas

9 Tahun pada tatanan guru-guru MTs Negeri di Jawa Barat

adalah kurangnya tenaga pengajar (guru) yang memiliki kelayakan sebagai guru mata pelajaran. Kekurangan guru untuk mata pelajaran PPKn sebanyak 130 orang, Matematika

sebanyak 283 orang, IPA sebanyak 205 orang, IPS sebanyak 299 orang, Bahasa Inggris sebanyak 203 orang, Keterampilan sebanyak 131 orang, dan Olah raga sebanyak 67 orang.

(28)

Memperhatikan temuan-temuan empirik di atas, maka

terhadap kinerja guru yang ada, khususnya untuk guru

MTsN selama ini masih perlu ditingkatkan.

Di Kabupaten Sukabumi sampai akhir Tahun Pelajaran

2000/2001 tercatat tiga Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN),

yaitu: MTsN Sagaranten, MTsN Cikembar, dan MTsN

Pasiripis. Jumlah guru yang ada pada ketiga MTsN tersebut

mencapai 68 orang, dengan perincian MTsN Sagaranten

memiliki 18 orang guru, MTsN Cikembar memiliki 19 orang

guru, dan MTsN Pasiripis memiliki 31 orang guru. Dari

sejumlah 68 orang tersebut terdiri dari 55 orang guru

laki-laki dan 13 orang guru perempuan. Atau, berdasarkan status

keguruan terdiri dari 33 orang Guru Departemen Agama,

delapan orang Guru Dinas Pendidikan, dua orang Guru

Bantuan Sementara, dan selebihnya 25 orang Guru Tidak

Tetap (Honorer).

Untuk lebih jelasnya, data komposisi guru tersebut

(29)

Data Komposisi Guru MTs Negeri Di Kabupaten Sukabumi Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Status Keguruan

Tahun Pelajaran 2000/2001

No. Nama Madrasah L/ P Status Keguruan Jumlah GD A

GDP GBS GTT

1. MTsN

Sagaranten

L 7 3 1 6 17

P - - 1 - 1

2 7 3 2 6 18

2. MTsN

Cikembar

L 7 1 - 4 12

P 5 1 - 1 7

I 12 2 - 5 19

3. MTsN

Pasiripis

L 13 3 - 10 26

P 1 - - 4 5

E 14 3 - 14 31

T o t a l

L 27 7 1 20 55

P 6 1 1 5 13

S 33 8 2 25 68

Keterangan: - GDA - GDP - GBS - GTT Sumber

Guru Departemen Agama.

Guru Dinas Pendidikan. Guru Bantuan Sementara. Guru Tidak Tetap.

Diolah dari dokumentasi MTsN Sagaranten, MTsN

Cikembar, dan MTsN Pasiripis

Untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan akan

tersedianya tenaga guru yang memiliki kompetensi melalui perbaikan, peningkatan, dan pengembangan kualitas

ketenagaan guru, di mana masukan untuk kepentingan

(30)

15

kinerja, maka terhadap asset guru yang dimiliki oleh ketiga

Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi

dipandang perlu untuk diadakan penelitian tentang kinerja

mereka selama ini.

Penelitian tentang kinerja guru MTsN di Kabupaten Sukabumi ini dirumuskan dalam formulasi judul: KINERJA GURU MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI DI KABUPATEN SUKABUMI.

B. Batasan Masalah dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Untuk menentukan aspek-aspek atau variabel-variabel

apa saja yang akan menjadi fokus penelitian tentang kinerja guru ini, terlebih dahulu dilakukan penelaahan terhadap

berbagai bahan informasi, antara lain:

a. Penilaian kinerja sebagai bagian dari Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM).

b. Hasil studi tentang kinerja guru yang telah ada.

c. Konsep-konsep atau teori-teori pendidikan yang berhubungan dengan kinerja guru.

(31)

(motivation) dan kecakapan (ability). Rumusan tersebut

mengisyaratkan bahwa tinggi-rendahnya kinerja seseorang

karyawan akan

ditentukan oleh tinggi-rendahnya motivasi

dan kecakapan yang dimiliki untuk menjalankan tugasnya.

Motivasi (motivation) secara etimologis diartikan sebagai

(penguat)

alasan,

daya bathin, dorongan (Echols dan

Shadily, 1993:386).

Gibson,

Ivancevich,

dan

Donnelly

(1992:94) memberikan batasan bahwa motivasi adalah

konsep yang menguraikan kekuatan-kekuatan yang ada

dalam diri individu untuk memulai dan mengarahkan

perilaku.

Ability (kecakapan) menurut Funk et. al. (t.t.:4) adalah

the state of being able, physical mental, legal, or financial

power to do. Berkenaan dengan legal power to do, Funk et. al.

selanjutnya menyatakan bahwa kata qualification (kualifikasi)

merupakan salah satu bagian kata dari ability.

Berdasarkan pendapat di atas, kualifikasi yang telah

dimiliki seseorang untuk suatu pekerjaan yang menjadi

tugasnya menjadi sebagai salah satu bagian dari ability,

sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu fokus spesifik

(32)

17

Merujuk kepada rumusan dari Mitchel di atas, penilaian kinerja guru dapat diarahkan kepada upaya untuk mengetahui gambaran empirik dari unsur-unsur

pembentuknya, yaitu motivasi dan kecakapan (dalam hal ini

adalah kualifikasi guru).

Dari hasil studi IER-IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dan Balitbang Depag RI, diketahui ada sepuluh aspek kinerja guru yang diukur, yaitu: (1) Persiapan Mengajar, (2) Pelaksanaan PBM, (3) Keikutsertaan guru dalam pelatihan pengelolaan KBM, (4) Aktivitas guru dalam KBM, (5) Cara yang ditempuh oleh guru dalam mengatasi masalah siswa, (6)

Alasan ketidakhadiran siswa, (7) Frekuensi kehadiran siswa

per-mata pelajaran, (8) Mata Pelajaran yang dianggap sulit, (9) Ketidakhadiran guru dalam mengajar lebih dari empat kali,

dan (10) Perolehan NEM Input dan Output.

Memperhatikan kesepuluh aspek tersebut, studi tentang penilaian kinerja guru pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam empat sasaran, yaitu:

(1) Berkenaan dengan kualifikasi guru dalam kegiatan

(33)

(2) Berkenaan dengan perilaku siswa pada saat mengikuti

KBM sebagai respon terhadap pengajaran yang ditunjukkan oleh guru.

(3) Berkenaan dengan motivasi guru untuk melaksanakan

tugas mengajar.

(4) Berkenaan dengan hasil atau prestasi belajar siswa.

Dalam konteks Manajemen Sumber Daya Manusia, penilaian kinerja diarahkan kepada kriteria kinerja sebagai dimensi-dimensi pengevaluasian kinerja seorang pemegang jabatan, suatu tim atau unit kerja. Schuler dan Jackson (1997:11-12) mengemukakan tiga jenis kriteria dasar penilaian kinerja, yaitu:

(1) Kriteria berdasarkan sifat. Kriteria ini memfokuskan pada karakteristik pribadi seseorang karyawan.

(2) Kriteria berdasarkan perilaku, berfokus pada bagaimana pekerjaan dilaksanakan. Kriteria ini penting sekali bagi pekerjaan yang membutuhkan hubungan

antar personil.

(3) Kriteria berdasarkan hasil. Kriteria ini berfokus pada

(34)

Merujuk kepada pendapat di atas, maka penilaian kinerja guru meliputi tiga hal, yaitu: (1) Karakteristik

kepribadian yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru, (2)

Aktivitas yang harus dijalankan guru dalam pelaksanaan tugas pendidikan dan pengajarannya, dan (3) Hasil yang

dicapai oleh guru dari pelaksanaan tugas pendidikan dan

pengaj arannya.

Berbicara tentang hasil yang dicapai oleh guru dari pelaksanaan tugasnya, Syah (1999:253) mengemukakan

suatu model posisi guru dalam proses belajar sebagai berikut:

Guru

Mengajar

Perubahan tinglah laku

positif kognitif, afektif,

dan psikomotor siswa.

Gambar 1.2

Model Posisi Belajar Siswa (Syah, 1999:253)

Gambar/model di atas menunjukkan bahwa posisi aktivitas mengajar guru merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi usaha atau perilaku siswa dalam belajar.

Sedangkan perilaku belajar siswa pada akhirnya akan

(35)

bersangkutan dalam bentuk perubahan tingkah laku positif

kognitif, afektif, dan psikomotor.

Memadukan hasil studi IER-IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Balitbang Depag RI, pendapat Schuler dan Jackson, dan Syah; dalam penilaian kinerja guru ditinjau dari

aspek respon siswa dan hasil atas kinerja guru dalam proses belajar-mengajar diarahkan kepada perilaku belajar siswa

dan prestasi belajar siswa.

Wijaya dan Rusyan (1992:8) mengemukakan bahwa kompetensi mengacu kepada kemampuan melaksanakan

sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi

guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi verifikasi tentang kemampuan

guru.

Berkenaan dengan kompetensi ini, Wijaya dan Rusyan (1992:vii-ix) membagi kompetensi guru ke dalam tiga komponen, yaitu: Kompetensi Kepribadian, Kompetensi

Profesional, dan Kompetensi Sosial.

(36)

21—-\

effectively (kompetensi adalah kecakapan untuk mengerjakan

sesuatu dengan baik atau secara efektif).

Mencermati kedua pendapat di atas, maka kinerja guru

pada dasarnya merupakan aktualisasi rumusan kompetensi

guru. Kinerja guru yang efektif merujuk kepada efektifnya

pelaksanaan rumusan kompetensi dalam proses

belajar-mengajar.

Setelah

memperhatikan

seluruh

uraian

yang

dikemukakan

sebelumnya,

maka

dalam

kepentingan

penelitian tentang Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri

di Kabupaten Sukabumi, fokus penelitian akan diarahkan

kepada lima komponen sebagai berikut:

(1) Motivasi Guru dalam melaksanakan tugasnya (Motivasi

Kerja Guru).

(2) Kualifikasi Guru untuk melaksanakan tugasnya.

(3) Kinerja Guru sebagai aktualisasi rumusan Kompetensi

Guru.

(4) Perilaku

Belajar

Siswa

sebagai

respon

terhadap

kemampuan guru pada saat menjalankan tugasnya.

(5) Prestasi/Hasil Belajar yang diraih siswa setelah mengikuti

(37)

Kelima fokus tersebut dijadikan sebagai

variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini, di mana dalam realitas pelaksanaan penelitian tentang Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri Di Kabupaten Sukabumi, kelima variabel tersebut dibagi ke dalam dua kelompok

korelasi sebagai berikut:

(1) Korelasi antara variabel Kinerja Guru dengan variabel-variabel yang mempengaruhinya, yaitu: Motivasi Kerja

Guru dan Kualifikasi Guru.

(2) Korelasi antara variabel Kinerja Guru dengan variabel-variabel yang dipengaruhinya, yaitu: Perilaku Belajar Siswa, dan Prestasi Belajar Siswa.

Korelasi pertama diarahkan kepada upaya untuk

mengetahui hubungan antara Motivasi Kerja Guru dan Kualifikasi Guru sebagai variabel yang dianggap mempengaruhi Kinerja Guru, pada prakteknya dilakukan dalam konteks korelasi sederhana dan korelasi ganda.

(38)

23

Motivasi Kerja Guru (Variabel Xi) dan Kualifikasi Guru (Variabel X2) keduanya sebagai variabel yang bersama-sama

mempengaruhi Kinerja Guru (Variabel Y).

Untuk memperjelas korelasi kelompok pertama

tersebut, dapat dilhat pada gambar berikut ini:

Motivasi Kerja

Guru

(Variabel X^ v

Kinerja

Guru

(Variabel Y) w

Kualifikasi Guru

(Variabel X2)

A

Gambar 1.3

Hubungan Motivasi Kerja Guru, Kualifikasi Guru,

dan Kinerja Guru

Korelasi kelompok ke-dua diarahkan kepada upaya untuk mengetahui hubungan antara Kinerja Guru dengan variabel-variabel yang dipandang mempengaruhinya, yaitu:

Perilaku Belajar Siswa, dan Prestasi Belajar Siswa. Pada

(39)

korelasi ganda. Untuk korelasi sederhana terdapat tiga

korelasi yang ingin dibahas, yaitu: (1) Korelasi antara

Kinerja Guru (Variabel Xi) dengan Perilaku Belajar Siswa

(Variabel X2); (2) Korelasi antara Kinerja Guru (Variabel Xi)

dengan Prestasi Belajar Siswa (Variabel Y), dan (3) Korelasi

antara Perilaku Belajar Siswa (Variabel X2) dan Prestasi Belajar Siswa (Variabel Y). Sedangkan untuk korelasi ganda

akan dibahas korelasi antara Kinerja Guru (Variabel Xi) dan

Perilaku Belajar Siswa (Variabel X2) dengan Prestasi Belajar

Siswa (Variabel Y). Untuk memperjelas kelompok korelasi

ke-dua ini, dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Kinerja Guru

(Variabel X-,)

Perilaku

Belajar Siswa

(Variabel X2)

Prestasi Belajar

Siswa

(Variabel Y)

Gambar 1.4

Hubungan Kinerja Guru, Perilaku Belajar

(40)

25

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada Batasan Masalah, formulasi masalah-masalah yang ingin dibahas dalam penelitian

tentang Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di

Kabupaten Sukabumi ini adalah sebagai berikut:

(1) Bagaimana gambaran empirik tentang hubungan antara

Kinerja Guru dengan variabel-variabel yang

mempengaruhinya pada ketiga Madrasah Tsanawiyah

Negeri di Kabupaten Sukabumi?

Untuk pertanyaan pertama ini, dirinci ke dalam tiga

pertanyaan penelitian yang spesifik, yaitu:

(a) Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru

dalam konteks korelasi sederhana?

(b) Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan

antara Kualifikasi Guru dengan Kinerja Guru dalam

konteks korelasi sederhana?

(c) Apakah hubungan yang positif dan signifikan antara

Motivasi Kerja Guru dan Kualifikasi Guru dengan

(41)

(2) Bagaimana gambaran empirik tentang hubungan antara

Kinerja Guru dengan variabel-variabel yang dipengaruhi pada ketiga Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi?

Untuk pertanyaan ke-dua ini, dirinci ke dalam empat

pertanyaan penelitian yang spesifik berikut:

(a) Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Kinerja Guru dengan Perilaku Belajar Siswa

dalam konteks korelasi sederhana?

(b) Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Kinerja Guru dengan Prestasi Belajar Siswa

dalam konteks korelasi sederhana?

(c) Apakah terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Perilaku Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar

Siswa dalam konteks korelasi sederhana?

(42)

27

C. Tujuan Penelitian

Memperhatikan rumusan masalah di atas, maka secara

umum tujuan penelitian pada Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi adalah: Untuk mengetahui gambaran empirik tentang hubungan Kinerja Guru dengan

variabel-variabel yang mempengaruhinya (Motivasi Kerja Guru dan

Kualifikasi Guru) dan dengan variabel-variabel yang

dipengaruhinya (Perilaku Belajar Siswa dan Prestasi belajar

Siswa) pada Madrasah Tsanawiyah Negeri yang ada di

Kabupaten Sukabumi.

Secara spesifik penelitian yang dilakukan pada Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi ini

bertujuan:

(1) Untuk mengetahui gambaran secara empirik tentang hubungan antara Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja

Guru pada ketiga MTsN di Kabupaten Sukabumi, dalam

konteks korelasi sederhana.

(2) Untuk mengetahui gambaran secara empirik tentang

hubungan antara Kualifikasi Guru dengan Kinerja Guru pada ketiga MTsN di Kabupaten Sukabumi, dalam

(43)

(3) Untuk mengetahui gambaran secara empirik tentang

hubungan antara Motivasi Kerja Guru dan Kualifikasi

Guru dengan Kinerja Guru pada ketiga MTsN di Kabupaten Sukabumi, dalam konteks korelasi ganda. (4) Untuk mengetahui gambaran secara empirik tentang

hubungan antara Kinerja Guru dengan Perilaku Belajar

Siswa pada ketiga MTsN di Kabupaten Sukabumi, dalam

konteks korelasi sederhana.

(5) Untuk mengetahui gambaran secara empirik tentang hubungan antara Kinerja Guru dengan Prestasi Belajar

Siswa pada ketiga MTsN di Kabupaten Sukabumi, dalam

konteks korelasi sederhana.

(6) Untuk mengetahui gambaran secara empirik tentang

hubungan antara Perilaku Belajar Siswa dengan Prestasi Belajar Siswa pada ketiga MTsN di Kabupaten Sukabumi,

dalam konteks korelasi sederhana.

(44)

29

D. Kegunaan Penelitian

Secara teoritis, penelitian tentang Kinerja Guru

Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi ini

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan kontribusi teoritis, metodologis, dan empiris

bagi kepentingan akademis di bidang Ilmu Pendidikan

umumnya dan Administrasi Pendidikan khususnya,

terutama dalam hal penilaian kinerja guru.

2. Dapat dijadikan sebagai alternatif model bagi penelitian

deskriptif terhadap kinerja guru.

3. Menjadi masukan dan bahan inspirasi untuk

pengembangan yang lebih mendalam atau spesifik bagi

pihak-pihak yang berkepentingan dengan penilaian

kinerja guru guna mengadakan penelitian lebih lanjut

terhadap obyek/aspek yang sejenis atau terhadap

obyek/aspek lainnya yang belum tercakup/dibahas

melalui penelitian ini.

Secara praktis, penelitian tentang Kinerja Guru

Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi ini

memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memberikan informasi bagi para guru MTsN di Kabupaten

(45)

oleh para guru yang bersangkutan dalam menjalankan

tugas pendidikan dan pengajaran.

2. Sebagai bahan feedback atau masukan bagi para guru MTsN di Kabupaten Sukabumi dalam upaya memperbaiki, meningkatkan, dan mengembangkan kualitas kinerja

mereka selama ini.

3. Memberikan informasi bagi para Kepala MTsN, Pengawas

Madarah Tsanawiyah, Seksi Perguruan Agama Islam

(Pergurais) di lingkungan Kantor Departemen Agama Kabupaten Sukabumi, dan Bidang Pembinaan Perguruan

Agama Islam (Binrua Islam) Kantor Wilayah Departemen Agama Propinsi Jawa Barat serta pihak lain yang

berkepentingan terhadap berbagai kebijaksanaan

pengembangan kualitas sumber daya pendidikan (terutama tenaga guru) yang telah dilakukan.

4. Sebagai bahan masukan Kepala MTsN, Pengawas Madarah Tsanawiyah, Seksi Perguruan Agama Islam (Pergurais) di lingkungan Kantor Departemen Agama Kabupaten

(46)

31

berkepentingan dalam melakukan perencanaan,

penetapan kebijaksanaan, dan penyusunan program

perbaikan, peningkatan, dan pengembangan kualitas

kinerja guru MTs Negeri khususnya dan MTs Swasta

umumnya.

E. Asumsi-asumsi Penelitian

Asumsi-asumsi penelitian atau anggapan dasar

penelitian menurut Arikunto (1996:60-61) dipandang sebagai

landasan teori atau titik tolak pemikiran yang digunakan

dalam suatu penelitian, yang mana kebenarannya diterima

oleh peneliti. Selanjutnya dikemukakan bahwa, peneliti

dipandang perlu merumuskan asumsi-asumsi penelitian

dengan maksud:

1. Agar terdapat landasan berpijak yang kokoh bagi masalah

yang sedang diteliti.

2. Untuk mempertegas variabel-variabel yang menjadi fokus

peneleitian.

3. Berguna untuk kepentingan menentukan dan

(47)

Tsanawiyah Negeri ini ditempuh melalui penelaahan berbagai

teori yang membahas tentang kinerja dan berbagai hasil

penelitian yang relevan.

Mitchel (1987:474) yang mengemukakan bahwa kinerja

(performance) di bentuk oleh motivasi (motivation) dan

kecakapan (ability). Pernyataan ini sejalan dengan yang

dikemukakan oleh Mc Afee dan Profenberger (1982) yang

menyatakan bahwa:

Over the years, theorist have observed that employee productivity, regardless of whether it is defined in terms of efficiency or effectiveness, is a function of both the employee's ablity and motivation to perform. Mathematically, ability times motivation equals job performance. Ability refer to the employee's prior training, experience, and education, where as motivation is tipically though of as an employee's desire to perform a job ell.

Funk et. al. selanjutnya menyatakan bahwa kata

qualification (kualifikasi) merupakan salah satu bagian dari

ability.

Memperhatikan pendapat Funk et. al. di atas,

kualifikasi yang telah dimiliki seseorang untuk suatu

(48)

33

bagian dari ability, sehingga merupakan salah satu bagian

spesifik dari pembentuk kinerja.

Berdasarkan kedua pendapat di atas, diketahui bahwa

antara motivasi, kualifikasi dan kinerja ketiganya mempunyai hubungan (relationship). Dalam hal ini, kinerja berada pada

posisi sebagai variabel yang dipengaruhi oleh motivasi dan

kualifikasi.

Dalam kaitannya dengan kepentingan penelitian tentang Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di

Kabupaten Sukabumi, setelah mencermati kedua pendapat di

atas, untuk kelompok korelasi pertama dapat dirumuskan asumsi-asumsi bahwa: (1) Motivasi Kerja Guru memiliki

hubungan dengan Kinerja Guru. (2) Kualifikasi Guru memiliki hubungan dengan Kinerja Guru. (3) Motivasi Kerja

Guru dan Kualifikasi Guru memiliki hubungan dengan

Kinerja Guru.

Dalam uraian tentang Batasan Masalah telah

dikemukakan pendapat Syah (1999:252-253) yang dipadukan dengan hasil studi IER-IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Balitbang Depag RI (1999:10-20), serta pendapat

(49)

posisi aktivitas mengajar guru merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi usaha atau perilaku siswa

dalam belajar, sedangkan perilaku belajar siswa pada

akhirnya akan menentukan pencapaian prestasi belajar siswa yang bersangkutan dalam bentuk perubahan tingkah laku positif kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu dalam penilaian kinerja guru ditinjau dari aspek respon siswa dan

hasil atas kinerja guru dalam proses belajar-mengajar

diarahkan kepada perilaku belajar siswa dan prestasi belajar

siswa.

Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa antara

Kinerja Guru, Perilaku Belajar Siswa, dan Prestasi Belajar

Siswa ketiganya memiliki hubungan (relationship).

(50)

35

Perilaku Belajar Siswa merupakan faktor yang mempengaruhi

Prestasi Belajar Siswa.

F. Hipotesis

Merujuk kepada asumsi-asumsi penelitian di atas,

maka formulasi

hipotesis

untuk

penelitian

ini dapat

dirumuskan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

Motivasi Kerja Guru dengan Kinerja Guru.

2. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

Kualifikasi Guru dengan Kinerja Guru.

3. Terdapat hubungan (jont effects) yang positif dan signifikan

antara Motivasi Kerja Guru dan Kualifikasi Guru dengan

Kinerja Guru.

4. Terdapat hubungan yang positif signifikan antara Kinerja

Guru dengan Perilaku Belajar Siswa.

5. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Kinerja Guru dengan Prestasi Belajar Siswa.

6. Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara

(51)

7. Terdapat hubungan (jont effects) yang positif dan signifikan antara Kinerja Guru dan Perilaku Belajar Siswa terhadap

Prestasi Belajar Siswa.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari adanya kesalahan interpretasi terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam judul serta istilah-istilah untuk variabel yang dijadikan fokus pembahasan pada penelitian ini, maka dipandang perlu merumuskan definisi operasional untuk masing-masing

istilah tersebut.

1. Kinerja Guru

Bernadin dan Russel (dalam Sianipar 1994:4) dalam bukunya Perenconaan Peningkatan Kerja, mengemukakan

bahwa kinerja (performance) adalah hasil dari fungsi suatu

pekerjaan atau kegiatan tertentu selama satu periode waktu

tertentu.

Johnson (1974:7) menyatakan bahwa kinerja guru

adalah seperangkat perilaku yang ditunjukkan oleh seorang

guru pada waktu dia memberikan pelajaran kepada siswa. Natawidjaya dan Sanusi (1991:81) mengemukakan

(52)

37

tiga aspek kompetensi, yaitu: kompetensi profesional,

kompetensi sosial, dan kompetensi personal.

Untuk kepentingan penilaian kinerja guru, Schuler dan

Jackson (1999:15-20) mengemukakan bahwa sumber data

penilaian kinerja karyawan dapat diperoleh dari: (1) Atasan

langsung/penyelia, (2) Karyawan yang bersangkutan, (3)

Rekan sejawat atau anggota tim, (4) Bawahan karyawan yang

dinilai, (5) Pelanggan, dan (6) Hasil pantauan komputer.

Pendapat di atas bila diaplikasikan ke dalam penilaian

kinerja guru, maka sumber data untuk penilaian kinerja

guru, adalah: (1) Kepala Sekolah/Madrasah, (2) Pengawas

yang diangkat oleh Pemerintah, (3) Guru yang bersangkutan,

(4) Segenap guru dan staf sekolah/madrasah, (5) Para siswa

yang menjadi peserta didik bagi guru yang bersangkutan, (6)

Orang tua/wali siswa, dan (7) Hasil dokumentasi

sekolah/madrasah tentang guru yang bersangkutan.

Dalam kaitannya dengan penelitian Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi, untuk memperoleh informasi empirik tentang kinerja guru,

perolehan data dibatasi hanya dari sumber-sumber berikut,

(53)

rekan guru, dan (3) Para siswa yang menjadi peserta didik bagi guru yang dinilai.

Untuk mengukur atau menilai kinerja berdasarkan kriteria tersebut, selanjutnya Schuler dan Jackson (1999:20-35) mengemukakan bahwa klasifikasi paling sederhana dari

format penilaian kinerja karyawan adalah sebagai

berikut:

1) Format Penilaian Mengacu Pada Norma, dapat

dilakukan melalui beberapa cara berikut: (a) Ranking Langsung, (b) Ranking Alternatif, (c) Perbandingan Berpasangan, dan (d) Metode Distribusi Paksaan.

2) Format Standar Absolut, terdiri dari berbagai bentuk,

yaitu: (a) Skala Rating Grafik, (b) Skala Rating Bobot

Perilaku, (c) Skala Standar Campuran, dan (d) Skala

Pengamatan Perilaku.

3) Format Berdasarkan Output, terdiri dari empat jenis,

c

yaitu: (a) Manajemen Berdasarkan s'asaran, (b) Pendekatan

Standar Kinerja, (c) Pendekatan Indeks Langsung, dan (d)

Catatan Prestasi.

(54)

39

kesesuaian dengan persoalan nilal-nilai yang dihadapi,

karakteristik organisasi, dan proses yang digunakan

untuk menentukan sistem penilaian kinerja.

Dari berbagai alternatif format yang dikemukakan di atas, Skala Pengamatan Perilaku, di pandang sebagai alat

penilaian kinerja yang memungkinkan bagi ketiga penilai

kinerja guru tersebut di atas, yaitu: kepala MTsN, sesama

rekan guru, dan para siswa.

Berdasarkan uraian di atas, yang dimaksud dengan

Kinerja Guru dalam penelitian ini adalah seperangkat perilaku

yang ditunjukkan oleh guru pada saat memberikan materi

pelajaran atau pada saat menjalankan tugas pendidikan dan

pengajaran dalam periode waktu tertentu (satu kegiatan tatap

muka, catur wulan, semester, tahun pelajaran, dan

sebagainya) dan diamati oleh pihak yang berkepentingan

(kepala sekolah/madrash,

para siswa ,atau petugas

yang

ditunjuk guru, dan sebagainya) berdasarkan rumusan

aspek-aspek/indikator-indikator dari kompetensi guru yang telah

ditetapkan (kompetensi kepribadian, kompetensi profesional,

(55)

2. Motivasi Kerja Guru

Motivasi (motivation) diartikan sebagai (penguat) alasan, daya bathin, dorongan. (Echols dan Shadily, 1993:386)

Motivasi adalah konsep yang menguraikan

kekuatan-kekuatan yang ada dalam diri individu untuk memulai dan

mengarahkan perilaku (Gibson, Ivancevich, dan

Donnelly, 1992:94).

Sardinian A. M. (1986:83) mengemukakan adanya beberapa indikator orang bermotivasi kerja tinggi, yaitu

sebagai berikut: (1) Tekun menghadapi tugas, (2) Ulet

menghadapi kesulitan, (3) Menunjukkan minat terhadap bermacam-macam masalah, (4) Lebih senang bekerja mandiri,

(5) Cepat bosan pada tugas-tugas rutin, (6) Dapat

mempertahankan pendapat, (7) Tidak mudah melepaskan hal-hal yang diyakini, (8) Senang mencari dan memecahkan

masalah / hambatan.

Pendapat Sardinian A. M. di atas mengisyaratkan bahwa motivasi kerja seseorang dapat diketahui melalui indikator-indikator yang diperlihatkannya.

Mencermati beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan Motivasi Kerja Guru dalam penelitian ini

(56)

41

ada dalam diri seorang guru yang mengarahkan atau

mendorong seseorang guru tersebut untuk berperilaku

melaksanakan pekerjaan

(job)-nya

sebagai

guru,

yang

memberikan indikasi-indikasi tertentu dalam wujud perilaku

yang dapat diamat berdasarkan indikator-indikator perilaku

yang telah ditetapkan.

3. Kualifikasi Guru

Secara etimologis, "kualifikasi" merupakan kata

serapan yang diambil dari bahasa Inggris yaitu „qualification".

Kata qualification ini dibakukan ke dalam bahasa Indonesia

berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang

Disempurnakan (EYD).

Selanjutnya secara terminologis, istilah kualifikasi

menurut rumusan Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan

dan Pengembangan Bahasa Indonesia (1987:467) diartikan

sebagai: Pendidikan khusus yang harus diperoleh untuk

memperoleh keahhan; atau keahlian yang diperlukan untuk

melakukan sesuatu (menduduki jabatan dan sebagainya).

Dari definisi tersebut, secara implisit diperoleh

pemahaman bahwa kualifikasi-pun dapat diperoleh melalui

(57)

pekerjaan yang diperoleh seseorang dalam menjalankan tugasnya, sehingga berwujud sebagai keahlian bagi yang

bersangkutan.

Memperhatikan uraian di atas, maka dalam kaitannya dengan kepentingan penelitian ini, secara operasionil kualifikasi guru dapat diartikan sebagai: (1) sejumlah tarap

pendidikan yang telah/sedang ditempuh oleh guru sebagai

dasar baginya untuk menjalankan tugas mengajar dalam

satu/beberapa mata pelajaran yang dikuantifikasi

berdasarkan jenjang pendidikan dan program sertifikasi, (2)

sebagai pengalaman yang diperoleh guru dari aktivitas

mengajarnya dalam satu atau beberapa mata pelajaran, yang

dikuantifikasi berdasarkan lama menjalankan tugas mengajar

dan jumlah jam mengajar, dan (3) sejumlah pemangkuan

jabatan selain jabatan sebagai guru dari madrasah di mana ia

bertugas yang dikuantifikasi berdasarkan berdasarkan

tingkatan besamya tanggungjawab jabatan tersebut.

4. Perilaku Belajar Siswa

Mish et. al (1990:141) menyatakan bahwa: Behaviour is

the respons of an individual, group, or species to its

(58)

perilaku seseorang adalah cara seseorang bertindak,

terutama dalam kaitannya dengan situasi di mana sesorang

tersebut ada.

Berdasarkan pendapat di atas, yang dimaksud dengan

Perilaku Belajar Siswa dalam penelitian ini adalah wujud

aktivitas (tindakan) diri yang ditunjukkan oleh siswa dalam

konteks belajar sebagai respon terhadap lingkungan belajar

atau situasi belajar yang dibawakan oleh guru, dan dapat

diamati oleh guru yang bersangkutan.

5. Prestasi Belajar Siswa

Mish et. al. (1990:51) menyatakan bahwa: Achievement

is

a result brought effort, ...the quality and quantity of a

student's work.

Merujuk kepada pendapat di atas, Prestasi Belajar

Siswa dalam konteks penelitian ini dipahami sebagai nilai

(ukuran) kuantitatif tertulis yang diberikan oleh guru atau

penilai lainnya kepada siswa

atas

aktivitas belajar yang

ditunjukkan/dilakukan-nya atau proses evaluasi belajar yang

diikutinya dalam mata pelajaran tertentu sebagai indikator

taraf keberhasilan belajar yang dicapai/telah dijalani oleh

siswa dan sebagai indikator efektivitas proses mengajar guru

(59)

H. Paradigma Penelitian

Agar peran essensial, posisi strategis dan tanggung jawab sebagai pendidik dapat dijalankan dengan baik oleh guru sehingga dapat mengantarkan para siswa untuk mencapai tujuan pendidikan dan pengajaran serta tujuan

pendidikan nasional, maka guru harus memiliki kinerja yang

efektif.

Berdasarkan kajian empirik yang dilakukan oleh Institute for Education Research (IER) Pusat Penelitian IAIN

Syarif Hidayatullah Jakarta bekerja sama dengan Badan

Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Agama Departemen

Agama RI, Balai Penelitian dan Pengembangan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta studi Bidang Pembinaan

Perguruan Agama Islam Kantor Wilayah Departemen Agama

Propinsi Jawa Barat; diketahui bahwa kinerja guru saat ini

masih perlu ditingkatkan.

Upaya peningkatan kinerja guru dapat dilakukan melalui program sertifikasi (seperti: pendidikan penyetaraan,

pelatihan, penataran, dan sebagainya) dan kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh para guru (seperti: Kelompok Kerja Guru (KKG), Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP),

(60)

45

tersebut dapat diwujudkan secara efektif dan efisien, maka

perlu mendapatkan input tentang kondisi obyektif kinerja

guru. Hal ini dimaksudkan agar aktivitas peningkatan kinerja

guru didasarkan pada perencanaan yang matang, memiliki

tujuan dan sasaran yang jelas.

Salah satu upaya untuk memperoleh input tentang

kondisi obyektif tentang kinerja guru adalah dengan

melakukan penilaian terhadap kinerja guru dalam proses

belajar-mengajar.

Untuk kepentingan penilaian terhadap Kinerja Guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi akan

dilakukan melalui penelitian, hal ini mengingat penelitian

terhadap kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di

Kabupaten Sukabumi tersebut selama ini belum ada yang

melakukannya.

Beberapa alasan terhadap pemilihan para guru

Madrasah Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi

sebagai obyek penelitian, adalah sebagai berikut:

1. Merujuk kepada studi pendahuluan yang telah dilakukan

tentang kinerja guru (Studi IER IAIN Syarif Hidayatullah

(61)

Barat) sebagaimana yang telah dikemukakan pada uraian latar belakang masalah.

2. Madrasah Tsanawiyah Negeri adalah sebagai koordinator Kelompok Kerja Madrasah (KKM) di tingkat kecamatan (beberapa kecamatan) bagi madrasah tsanawiyah swasta

(terutama untuk MTs swasta berstatus diakui dan

terdaftar) dalam hal penyelenggaraan Ebta/Ebtanas dan koordinasi pengelolaan kegiatan pendidikan antara MTs. 3. Madrasah Tsanawiyah Negeri sebagai induk

penyelenggaraan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) bagi para guru mata pelajaran, baik guru MTs Negeri maupun swasta dalam lingkup KKM yang bersangkutan. Dalam hal ini guru mata pelajaran pada MTs Negeri merupakan koordinator kegiatan MGMP pada mata pelajaran yang bersangkutan.

Penilaian kinerja guru Madrasah Tsanawiyah Negeri di

Kabupaten Sukabumi secara spesifik berfokus kepada kinerja

guru itu sendiri serta variable-variabel yang membentuk/mempengaruhi-nya (motivasi kerja guru dan

kualifikasi guru) dan variabel-variabel yang dipengaruhinya

(62)

47

Untuk kepentingan penelitian ini, data diperoleh melalui sumber-sumber data personal dan dokumentasi. Sedangkan hasil penelitian atau penilaian kinerja guru ini, akan menjadi input, feedback, implikasi dan rekomendasi bagi pihak-pihak terkait dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan penilaian kinerja guru).

Untuk lebih jelasnya paradigma dari penelitian ini

(63)

UNTUTAN

UUSPN No. 2/1989

GURU

Tujuan Pendidikan Nasional KINERJA

GURU YANG EFEKTIF PBM REALITAS HASIL STUDI EMPIRIK TENTANG KINERJA GURU UPAYA UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU PENELITIAN STUDI EVALUATIF TENTANG KINERJA GURU

MTsN Di Kab. Sukabumi

Peran Essensial Posisi Strategis

Tanggung jawab

Studi IER &

Balitbang Depag RI Studi Balitbang

Dikbud RI

Studi Binrua Islam

Kanwil Depag Jabar

Sertifikasi

KINERJA GURU PERLU DITINGKATKAN

KKG, MGMP, Gugus

Sekolah.dsb. PENILAIAN KINERJA GURU SUMBER DATA KINERJA GURU FOKUS PENELITIAN/ ASPEK-ASPEK STUDI EVALUATIF KINERJA GURU PENGOLAHAN DAN ANLISIS DATA

EMPIRIK HASIL PENILAIAN KINERJA GURU HASIL PENELITIAN INPUT, FEED BACK, IMPLIKASI, & REKOMENDASI k ^ PERENCANAAN DAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU PIHAK-PIHAK TERKAIT w w

(64)

49

Secara menyeluruh hubungan antara variabel Kinerja Guru dengan Motivasi Kerja Guru dan Kualifikasi Guru dan dengan Perilaku Belajar Siswa dan Prestasi Belajar Siswa yang menjadi fokus penelitian ini dapat digambarkan sebagai

berikut:

Motivasi

Kerja Guru (Xi)

1 r

Kinerja Guru

(Y) (Xi)

^

Perilaku Belajar

Siswa

(X2)

w W

Kualifikasi Guru

(X2)

ii

i r

^

Prestasi

ftalaiar Qicu/a ^

w

0 0

Gambar 1.6

Hubungan Variabel Kinerja Guru dengan Variabel-variabel Pembentuknya dan Variabel-variabel yang Dipengaruhinya

Sedangkan keterkaitan hasil penelitian dengan

(65)

pendidikan (khususnya kinerja guru) dapat digambarkan sebagai berikut: HASIL PENE LITIAN TERHADAP KINERJA GURU

}

Binrua Islam Kanwil Depag Jabar dan Pengawas Madrasah

Seksi Pergurais Kandepag Kab.

Sukabumi

Kepala MTsN di Kab. Sukabumi Dewan Madrasah & Orang

Tua/Wali

Guru dan Siswa MTsN

Peneliti & Pihak-pihak lain

UPAYA PENINGKATAN KINERJA GURU

Sertifikasi/Program Peningkatan Mutu Guru dan Tenaga

Kependidikan

Seleksi & Penempatan Guru

Fasilitas Pendidikan

Faktor Pembangkit Motivasi Guru Pembiayaan Pendidikan

Efektivitas Perilaku Belajar Siswa Prestasi Belajar Siswa

Komunikasi Pendidikan (Internal dan Ekstenal)

Supervisi Pendidikan

Analisis Kebutuhan Pendidikan

Studi/Penelitian Lanjutan

Gambar 1.7

Hubungan Hasil Penelitian dengan Pihak-pihak Terkait dan

(66)
(67)

A. Obyek, Lokasi, dan Populasi Penelitian

Penelitian dengan judul "Kinerja Guru Madrasah

Tsanawiyah Negeri Di Kabupaten Sukabumi" ini mengambil

obyek para guru yang bertugas/mengajar pada Madrasah

Tsanawiyah Negeri di Kabupaten Sukabumi, meliputi Guru

Departemen Agama (GDA), Guru Dinas Pendidikan (GDP),

Guru Bantuan Semenrata (GBS) dan Guru Tidak Tetap (GTT)

atau Guru Honorer.

Lokasi penelitian ini meliputi tiga Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) yang ada di Kabupaten Sukabumi.

Sampai saat penelitian ini dilakukan (Catur Wulan III Tahun

Pelajaran

2000/2001,

diketahui bahwa di

Kabupaten

Sukabumi terdapat tiga Madrasah Tsanawiyah Negeri, yaitu:

Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) Sagaranten, Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Cikembar, dan Madrasah

Tsanawiyah Negeri (MTsN) Pasiripis.

(68)

159

Berdasarkan studi pendahuluan, diperoleh data bahwa

jumlah guru yang bertugas/mengajar pada ketiga MTsN

tersebut sebanyak 68 (enampuluh delapan) orang. Akan

tetapi yang menjadi obyek penelitian atau populasi dalam

penelitian ini sebanyak 64 (enampuluh empat orang).

Sebanyak 4 (empat) orang guru lainnya tidak dilibatkan,

mengingat 2 (dua) orang sedang mengikuti tugas belajar di

Australia, 1 (satu) orang memasuki masa pensiun, dan 1

(satu) orang lagi mutasi ke madrasah lain. Untuk lebih

jelasnya rincian populasi keadaan guru pada ketiga MTsN di

Kabupaten Sukabumi dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.1

Data Keadaan Guru Pada Tiga MTsN Di Kabupaten Sukabumi

Tahun Pelajaran 2000/2001

No. Nama

Madrasah UP

Status Guru

Jumlah

GDA GDP GBS GTT

1. MTsN

Sagaranten

L 7 3 1 6 17

P - - 1 - 1

Jml. 7 3 2 6 18

2. MTsN

Cikembar

L 7 1 - 4

12

P 5 1 - 1 7

Jml. 12 2 - 5

19

3. MTsN

Pasiripis

L 13 3 - 10 26

P 1 - - 4 5

Jml. 14 3 - 14

31

Total

L 27 7 1 20 55

P 6 1 1 5 13

Jml. 33 8 2 25 j 68

Sumber : TU MTsN Sagaranten, MTsN Cikembar, dan MTsN

(69)

Keterangan: GDA : Guru Departemen Agama

GDP : Guru Dinas Pendidikan

GBS : Guru Bantuan Sementara

GTT : Guru Tidak tetap (Honorer)

Ditinjau dari aspek wilayah sumber data yang dijadikan

subyek penelitian, Arikunto (1996:115) mengemukakan

adanya tiga jenis penelitian, yaitu: penelitian populasi,

penelitian sampel, dan penelitian kasus.

Merujuk kepada pendapat tersebut, penelitian tentang

kinerja

pada

ketiga

Madrasah

Tsanawiyah

Negeri

di

Kabupaten Sukabumi ini diarahkan kepada jenis Penelitian

Populasi. Hal ini dimaksudkan untuk melihat secara

mendalam

realitas

kinerja

semua

guru

yang

bertugas/mengajar pada ketiga Madrasah Tsanawiyah Negeri

(MTsN Sagaranten, MTsN Cikembar, dan MTsN Pasiripis).

Adapun realitas kinerja yang ingin diungkap melalui

penelitian ini dibatasi pada Tahu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi kontribusi atau sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan kepada instasi kesehatan maupun menjadi bahan ajar yang berguna

Tabel 1.2 Data hasil aktivitas siswa dalam proses pembelajaran lompat jauh gaya jongkok pada kelas V SDN Tegaltangkolo 1

Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat, mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkindi udara ( melayang di udara)

April 2000 untuk menilai Tesis Master Sains yang bertajuk "Imej Korporat Telekom Malaysia Berhad: Satu Kajian terhadap Kepuasan Pelanggan dan Kualiti Perkhidmatan"

Salah satu kaidah-kaidah yang baik dalam membangun situs internet sebagai media pemasaran adalah bagaimana isi dari situs internet tersebut terindex dengan baik di mesin

Hukum tabayyun secara garis besar dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu satu hukum melakukan tabayyun adalah wajib baik berita yang disampaikan oleh orang fasik

yang tepat agar return portofolio reksa dana menjadi lebih baik dibandingkan. dengan return pasar atau benchmark yang biasa dilihat dari

Efek Radioterapi Terhadap Jumlah Leukosit dan Kadar Hemoglobin pada Penderita Karsinoma Nasofarings.. Universitas