Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN
MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus)
BEROMEGA-3
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Jurusan Kimia
Oleh:
Devita Putri Herwiandani 1002296
PROGRAM STUDI KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS PENDIDIDKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Fortifikasi Keju Cottage Menggunakan Mikroenkapsulat Minyak Belut (Monopterus albus) Beromega-3
Oleh
Devita Putri Herwiandani
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
© Devita Putri H 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
Fortifikasi Keju Cottage Menggunakan Mikroenkapsulat Minyak Belut
(Monopterus albus) Beromega-3
Diajukan Oleh:
Devita Putri Herwiandani
1002296
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:
Pembimbing I
Dr. F.M. Titin Supriyanti, M.Si.
NIP: 195810141986012001
Pembimbing II
Drs. Ali Kusrijadi, M.Si.
NIP: 196706291992031001
Mengetahui,
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Dr.rer.nat. Ahmad Mudzakir, M.Si
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Abstrak
Asam lemak omega-3 merupakan asam lemak tak jenuh yang baik untuk kesehatan jantung, perkembangan otak, dan baik bagi penderita penyakit hipertensi. Salah satu sumber asam lemak omega-3 yang mudah didapat adalah belut. Pada minyak belut terkandung tiga jenis asam lemak omega-3 yaitu ALA, EPA dan DHA. Berdasarkan hal tersebut, maka minyak belut dapat diaplikasikan untuk memfortifikasi bahan makanan yang memiliki sedikit kandungan asam lemak tak jenuh seperti keju cottage. Tujuan dari penelitian ini ialah melakukan fortifikasi keju cottage menggunakan mikroenkapsulat minyak belut. Metode yang digunakan pada penelitian ini meliputi mikroenkapsulasi freeze drying dan karakterisasi produk mikroenkapsulat yang meliputi penentuan formulasi terbaik, rendemen, ukuran mikrokenkapsulat, efisiensi mikrokenkapsulat, dan kadar air. Hasil fortifikasi mikroenkapsulat minyak belut pada keju cottage dianalisis asam lemaknya dengan GCMS, dan dianalisis hedonik. Berdasarkan hasil penelitian didapat kandungan omega-3 pada minyak belut sebesar 11,26%, formulasi terbaik bahan penyalut maltodekstrin : gum arab 5:1, rendemen 74% b/b, ukuran mikroenkapsulat 10-50 µm, efisiensi mikroenkapsulat 64 %, kadar air mikroenkapsulat 1,03%. Hasil GCMS menunjukkan bahwa kandungan asam lemak omega-3 pada keju cottage terfortifikasi minyak belut yang terukur sebesar 6,42%, dan uji hedonik menujukkan bahwa panelis cukup suka pada produk keju cottage terfortifikasi mikroenkapsulat minyak belut.
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Abstract
Omega-3 fatty acids are good for brain health, brain development, and for patients with hypertension. One source of omega-3 fatty acids that are easily available are eels. In the eel oil contained three types of omega-3 fatty acids are ALA, EPA and DHA. Based on this, the eel oil can be applied to enrichment food have little amounts of unsaturated fatty acids such as cottage cheese. The purpose of this study was to fortify cottage cheese using microencapsulated eel oil. The method used in this study include freeze drying microencapsulation and microcapsules product characterization which includes determining the best formulation of the coating material, the yield of microcapsules, the size of the microcapsules, the microcapsules efficiency, and water content. Results eel oil microcapsules fortification on the fatty acid cottage cheese analyzed by GCMS, and hedonic analyzed. Based on the results obtained in the omega-3 oils eel of 11.26%, the best formulation of the coating material maltodextrin: gum arabic 5: 1, the yield of 74% w / w, the size of 10-50 lm microcapsules, microcapsules efficiency of 64%, the water content microcapsules 1.03%. GCMS results showed that the content of omega-3 fatty acids in fortified cottage cheese eel oil microcapsules were measured at 6.42%, and hedonic test showed that the panelists quite like the cottage cheese products fortified oil microcapsules eel.
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
1.3 BatasanMasalahPenelitian ... 3
1.4 TujuanPenelitian ... 3
1.5 ManfaatPenelitian ... 3
1.6 StrukturOrganisasiSkripsi ... 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 5
2.1 Fortifikasi ... 5
2.2 Keju ... 6
2.3 Mikroenkapsulasi ... 10
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3.4 Cara Kerja ... 25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
4.1 Hasil Produksi Mikroenkapsulat Minyak Belut ... 25
4.2 Hasil karakteristik mikroenkapsulat ... 31
4.3 Hasil Produksi Keju Cottage ... 36
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43
5.1 Kesimpulan ... 43
5.2 Saran ... 44
DAFTAR PUSTAKA ... 45
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Reaksi pembenukan keju cottage 9
Gambar 2.2 Skema sistem pengeringan beku 11
Gambar 2.3 Belut 12
Gambar 2.4 Struktur EPA 14
Gambar 2.5 Struktur DHA 14
Gambar 2.6 Reaksi pembentukan radikal bebas 18
Gambar 4.1 Ekstrak belut 27
Gambar 4.2 Formulasi bahan penyalut 29
Gambar 4.3 Hasil freeze drying 30
Gambar 4.4 Grafik hasil analisis bilangan bilangan iod 33
Gambar 4.5 Grafik hasil analisis bilangan bilangan peroksida 34
Gambar 4.6 Reaksi pembentukan radikal bebas 35
Gambar 4.7 Gambar hasil analisis SEM 36
Gambar 4.8 Proses produksi keju cottage 38
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kmposisi kimia keju 7
Tabel 2.2 Spesifikasi keju cottage 8
Tabel 2.3 Kandungan gizi belut 13
Tabel 2.4 Komposisi asam lemak belut 13
Tabel 3.1 Perbandingan komposisi bahan penyalut 21
Tabel 4.1 Hasil analisis kandungan asam lemak pada minyak belut 27
Tabel 4.2 Optimasi bahan penyalut 30
Tabel 4.3 Hasil pengujian hedonik minyak belut 31
Tabel 4.4 Data karakteristik keseluuhan mikroenkapsulat minyak belut 39
Tabel 4.5 Komposisi asam lemak keju cottage terfortifikasi 41
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran.1 Perhitungan stabilitas mikroenkapsulat 50
Lampiran.2 Perhitungan rendemen mikroenkapsulat 50
Lampiran.3 Perhitungan efisiensi mikroenkapulat 50
Lampiran.4 Perhitungan bilangan iod 50
Lampiran.5 Perhitungan bilangan peroksida 51
Lampiran.6 Formulir uji hedonik sampel A 52
Lampiran.7 Rekapitulasi skor hedonik terhadap warna sampel A 53
Lampiran.8 Uji kolomogrov smirnov dan kursikal wallis warna sampel A54
Lampiran.9 Rekapitulasi skor hedonik terhadap aroma sampel A 55
Lampiran.10 Uji kolomogrov smirnov dan kursikal wallis aroma sampel A56
Lampiran.11 Rekapitulasi skor hedonik terhadap tekstur sampel A 57
Lampiran.12 Uji kolomogrov smirnov dan kursikal wallis Tekstur sampel A
58
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Lampiran.14 Rekapitulasi skor hedonik terhadap warna sampel B 60
Lampiran.15 Uji kolomogrov smirnov dan kursikal wallis warna sampel B 61
Lampiran.16 Rekapitulasi skor hedonik terhadap aroma sampel B 62
Lampiran.17 Uji kolomogrov smirnov dan kursikal wallis aroma sampel B63
Lampiran.18 Rekapitulasi skor hedonik terhadap aroma sampel B 64
Lampiran.19 Uji kolomogrov smirnov dan kursikal wallis rasa sampel B 65
Lampiran.20 Rekapitulasi skor hedonik terhadap tekstur sampel B 66
Lampiran.21 Uji kolomogrov smirnov dan kursikal wallis tekstur sampel B67
Lampiran.22 Laporan hasil analiais GCMS minyak belut 68
Lampiran.23 Laporan hasil analisis GCMS keju cottage 69
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Banyak publikasi ilmiah menyarankan, bahwa konsumsi rutin sejumlah
besar asam lemak tak jenuh ganda atau polyunsaturated fatty acid (PUFA), yang
diantaranya Eicosapentaenoic acid (EPA) dan Docosahexaenooic acid DHA baik
untuk kesehatan. Salah satu yang mendasarinya ialah pada studi epidemologi
tahun 1970 pada orang eskimo. Pada studi tersebut diketahui bahwa orang eskimo
jarang yang terkena penyakit jantung koroner. Hal ini dikaitkan dengan konsumsi
makanan orang eskimo yang banyak mengandung asam lemak tak jenuh
khususnya EPA dan DHA.Sejak tahun 1972 asam lemak omega-3 telah diakui
memiliki peranan penting bagikesehatan. Menurut Medina (1995), EPA dapat
memperbaiki sistem sirkulasi dan dapat membantu pencegahan penyempitan dan
pengerasan pembuluh darah(atherosclerosis) dan penggumpalan keping darah
(thrombosis). Akhir-akhir ini penelitian terhadap sistem syaraf pusat
menunjukkan bahwa DHA penting bagi perkembangan manusia sejak awal. Pada
masa bayi, DHA memiliki konsentrasi yang sangat tinggi dalam otak dan jaringan
retina. DHA terakumulasi sejak janin sampai kehidupan bayi. Defisiensi DHA
dalam diet dapat meningkatkan ketidaknormalan yang kemungkinan tidak dapat
dipulihkan. Pada tahun 2004, The International Society for the Study of Fatty
Acids dan Lipids (ISSFAL) merekomendasikan asupan asam lemak omega-3 yang sebagian besar mengandung EPA dan DHA, setidaknya 500 mg/hari (Cunnae et
al., 2004).
Minyak belut merupakan sumber alternatif PUFA selain minyak salmon,
khususnya EPA dan DHA. Dilaporkan bahwa menurut (Razak dkk, 2000)
kandungan EPA dan DHA pada belut sawah cukup tinggi yaitu 7,16% . Selain itu
menurut (Naomi, 2013) belut mengandung DHA 1.337 mg/100 gram
2
mg/100 gram. Sementara kandungan EPA dalam belut mencapai 742 mg/100
gram, jauh di atas ikan salmon 492 mg/100 gram dan tenggiri yang hanya 409
mg/100 gram. Sehingga belut dapat dijadikan alternatif sumber EPA dan DHA
yang potensial dan bernilai ekonomis.
Secara umum asupan PUFA pada bahan makanan cukup rendah salah
satunya kandungan asam lemak pada keju cottage, dan untuk meningkatkanya
diperlukan suplemen makanan yang menunjang hal tersebut (Bauch et al., 2006).
Salah satu cara meningkatkanya dengan penambahan langsung minyak ikan atau
minyak alga pada berbagai makanan olahan susu dan non susu. Namun sebagian
besar upaya untuk menambah DHA atau EPA langsung ke makanan telah gagal
karena asam lemak omega-3 ini tidak stabil dan mudah teroksidasi, sehingga
menimbulkan bau dan rasa amis yang membuat makanan tidak enak.
Penambahan omega-3 dari minyak ikan ke dalam keju dapat menghasilkan produk
yang sangat stabil terhadap oksidasi (Nielsen et al., 2007). Namun untuk
mengindari rasa tidak enak akibat oksidasi asam lemak perlu dilakukan suatu
upaya salah satunya melalui teknik mikroenkapsulasi. Mikroenkapsulasi
merupakan suatu proses menyaluti partikel bahan aktif oleh partikel material
pelapis (Sathivel dan Kramer, 2010), dan proses ini dapat digunakan untuk
mengurangi oksidasi minyak ikan.
Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan
keju mengandung omega-3 belut yang telah dilakukan mikroenkapsulasi dan
menganalisis sifat fisik, kimia, dan hedonik produk.
1.2.Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka
permasalahan dalam penelitian ini adalahbagaimana cara melakukanfortifikasi
keju cottage dengan mikroenkapsulat minyak belut. Sehingga untuk lebih
memfokuskan penelitian ini,permasalahan tersebut dapat dijabarkan sebagai
3
1. Bagaimana produksi mikroenkapsulat yang dilakukan untuk
menyaluti minyak belut?
2. Bagaimana karakteristik mikroenkapsulat minyak belut yang
dihasilkan?
3. Bagaimana hasil kandungan asam lemak dan nilai hedonik keju yang
difortifikasi dengan mikroenkapsulat miyak belut?
1.3.Batasan Masalah
Fokus kajian dalam penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut :
1. Metode mikroenkapsulasi menggunakan teknik freeze drying dengan
pengguanaan jenis bahan pemyalut berdasarkan penelitian Estrada
(2011)
2. Metode ekstraksi dilakukan dengan menggunakan pelarut air,
sedangkan pemurnian dilakukan berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan oleh Kusdiantini (2010).
3. Pembuatan keju cottage didasarkan pada penelitian yang telah
dilakukan oleh Geantaresa (2010) dengan menggunakan enzim
papain.
1.4.Tujuan Penelitian
1. Produksi mikroenkapsulat minyak belut sebagai bahan fortifikasi keju
cottage.
2. Menganalisis sifat fisik dan kimia dari mikroenkapsulyang dibuat.
3. Memproduksi keju cottage dan memfortifikasikannya dengan
mikroenkapsulat minyak belut.
4. Menganalisis organoleptik dan kandungan asam lemak pada produk
keju .
4
Penelitian ini bersifat inovasi dan diversifikasi produk susu menjadi
keju cottage dengan penambahan mikroenkapsulat minyak belut. Sehubungan
dengan itu, maka manfaat dari penelitaian ini adalah meningkatkan nilai
fungsional dari keju cottage terutama kandungan asam lemak omega-3.
1.6.Struktur organisasi skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab yang meliputi bab I tentang
pendahuluan, bab II tinjauan pustaka, bab III tentang metode peneliian, bab
IV tentang hasil dan pembahasan , serta bab V tentang kesimpulan dan saran.
Bab I yang merupakan pendahuluan berisi tentang latar belakang
penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat
penelitian, serta struktur organisasi skripsi. latar belakang penelitian
membahas tentang kerangka penelitian yang dilakukan. Rumusan masalah
mencakup masalah-masalah yang dimunculkan pada penelitian. Tujuan
penelitian berisi tentang tujuan memecahkan masalah yang diangkat pada
penelitian. batasan masalah berisi tentang batas permasalahan yang dilakukan
pada penelitian. manfaat penelitian berisi tentang manfaat penelitian secara
keseluruhan. serta struktur organisasi skripsi berisi tentang sistematika
penulisan skripsi secara keseluruhan. Bab II merupakan tinjauan pustaka yan
membahas mengenai teori-teori yang mendasari penelitian yang akan
dlakukan serta penelusuran pustaka mengenai penelitian-penelitian terdahulu
yang pernah dilakukan. Bab III berisi tentang metode penelitian yang
dilakukan termasuk tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan untuk
mendapatkan hasil penelitian dan menajawab masalah yang diangkat. Bab IV
berisi tentang hasl penelitian beserta pembahasan mengenai hasil yang
didapatkan selama penelitian dilakukan. Bab V berisi tentang kesimpulan
penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya. pada akhr skripsi ini
terdapat daftar pustaka yang merupakan rujukan-rujukan dari jurnal ilmiah
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE
3.1. Alat dan Bahan
3.1.1. Alat
Peralatan yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi alat-alat gelas, neraca
analitik, blender, saringan, botol, heater, rotary evaporator, freeze dryer, GC-MS, SEM dan
UV-Vis Mini Shimadzu 1240.
3.1.2. Bahan
Bahan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah belut ,susu skim, enzim
papain dan starter keju. Bahan yang akan digunakan untuk pengujian adalah NaCl, NaOH,
bentonitm gum arabic, maltodekstrin, silika gel, kloroform, KI, Na2S2O3, pati, 1-butanol,
1,1,33 tetrametoxy propane, dietil eter, KCL, metanol, aquades dan aquabides.
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap ekstraksi dan pemurnian minyak belut
2. Tahap formulasi dan produksi mikroenkapsul minyak belut
3. Tahap pembuatan keju cottage
4. Tahap fortifikasi mikroenkapsulat minyak belut pada keju cottage
19
3.3.Bagan Alir Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan meliputi enam tahapan berikut bagan alir penelitian
- Dianalisis
Minyak Belut murni Emulsi cair
20
3.4. Cara Kerja
3.4.1. Preparasi Sampel Belut
Dalam penelitian ini, bagian belut yang digunakan adalah bagian daging belut. Belut
dicuci hingga bersih hingga lendirnya berkurang. Stelah dicuci belutdipotong kecil-kecil
kemudian diekstraksi kandungan minyaknya.
3.4.2. Ekstraksi Minyak Belut
450 gram belut yang telah dihaluskan, ditambahkan 600 mL aquades dan dimasak
dengan suhu 75C selama 30 menit dalam penangas air dan diaduk. Ekstrak kemudian
disentrifugasi dengan kecepatan 5000 rpm sehingga dihasilkan minyak belut tidak murni.
3.4.3. Pemurnian Minyak belut
Minyak belut tak murni disaring menggunakan kertas Whatman 40. Kemudian
dilakukan proses degumming, netralisasi, bleaching dan pemisahan.
1. Proses Deguming
Hasil penyaringan diambil sebanyak 40% minyak belut kemudian
ditambahkan 8% NaCl dan dipanaskan yang disertai pengadukan.
2. Proses netralisasi
Hasil proses degumming kemudian ditambahkan NaOH 1N sebanyak 10% v/v
dan dipanaskan pada suhu 60C selama 15 menit.
3. Proses Bleaching
Sebanyak 10% bentonit ditambahkan kedalam minyak belut pada suhu 60C,
kemudian diaduk selama 15 menit.
4. Pemisahan.
Campuran minyak belut dan bentonit dipisahkan dengan cara disentrifuse pada
suhu 20C dengan kecepatan 1000 rpm selama 15 menit.
3.4.4. Formulasi Mikroenkapsulat
Formulasi dilakunkan dengan metode trial and error. Sebanyak 7 % minyak
belut diemulsikan dengan menggunakan 60% air dan bahan penyalut (gum arabic dan
21
Tabel 3.1 Perbandingan komposisi bahan penyalut
Maltodekstrin
(bagian)
Gum Arabic
(bagian)
5 1
4 2
3 3
2 4
Keterangan: 1 bagian = 5 gram
Sampel kemudian diaduk dan dihomogenasi menggunakan sentrifuse selama 15 menit
dengan kecepatan 10.000 rpm dengan suhu 20C. Untuk melihat kestabilan emulsi
dilakukan uji stabilitas emulsi antara minyak dan bahan penyalut. Stabilitas emulsi
dilihat dengan melihat perbandingan berapa besar pemisahan antara minyak dengan
bahan pelapisnya (endapan) dalam waktu yang ditentukan. Adapun perhitungan yang
untuk melihat stabilitasnya adalah sebagai berikut :
Pengeringan beku dilakukan pada suhu -50C selama kurang lebih 48 jam. Kemudian
mikroenkapsulat minyak ikan disimpan pada botol tidak tembus cahaya dengan
memberi kapas sebagai penutup sehingga rapat pada botol berikan pula kertas silika
gel dalam botol.
3.4.5. Pembuatan Keju Cottage
Pembuatan keju cottage dilakukan dengan menggunakan bahan susu skim.
Susu skim dipasteurisasi pada suhu 70C selama 10 menit. Susu pasteruisasi
22
diamati hingga ada perubahan pH menjadi 4,6-4,7. Setelah ada penurunan pH, setiap
200 mL susu ditambahkan 520 ppm enzim papain. Dadih yang terbentuk dipisahkan
dari whey, kemudian ditambahkan larutan NaCl 4%.
3.4.6. Fortifikasi Mikroenkapsulat Minyak belut
Mikroenkapsulat minyak belut yang difortifikasikan kedalam keju cottage jumlahnya
divariasikan . Jumlah penambahan mikroenkapsulat minyak belut yang ditambahkan
sebanyak 2%, 6%, dan 10% b/b.
3.4.7. Analisis bilangan iod dengan metode Wijs (AOAC, 1984).
Bilangan iod dilakukan dengan mengambil sampel sebanyak 0,1 g dalam
erlenmeyer bertutup, kemudian ditambahkan 20 ml kloroform dan 25 ml pereaksi
Wijs serta didiamkan selama 30 menit di ruang gelap sambil dikocok-kocok.
Selanjutnya ditambahkan 10 ml KI 15 % dan Erlenmeyer dibilas dengan 100 ml
aquades. Titrasi dilakukan dengan Natrium thiosulfat 0,1 N sampai warna berubah
menjadi kuning muda tambahkan indikator pati 1 % kemudian titrasi lagi warna biru
tepat hilang. Perhitungan bilangan iod sebagai berikut :
Analisis terhadap blanko dilakukan dengan cara yang sama. Sampel diganti
dengan akuades sebagai blanko.
3.4.8. Analisis bilangan peroksida (AOAC, 1984).
Analisis bilangan peroksida dilakukan dengan menimbang lima gram contoh
dalam Erlenmeyer 250 ml kemudian ditambahkan 30 ml pelarut (60 % asam asetat
dan 40 % kloroform) dan dikocok sampai sempel larut. Selanjutnya ditambahkan 0,5
ml KI jenuh kemudian didiamkan selama 2 menit di ruang gelap sambil sekali-kali
dikocok. Tambahkan 30 ml aquades, kemudian titrasi dengan Natriumthiosulfat 0,01
N. Perhitungan sebagai berikut :
Analisis terhadap blanko dilakukan dengan cara yang sama. Sampel diganti
23
3.4.9. Analisis kadar air
Analisis kadar air menggunakan metode oven. Pengujian diawali dengan
mengeringkan cawan kosong dalam oven dan kemudian didinginkan dalam desikator.
Cawan yang sudah didinginkan kemudian ditimbang. Sejumlah sampel ditimbang
dalam cawan dan kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 200oC selama 6
jam, Kemudian cawan dan sampel didinginkan dalam desikator dan setelah dingin
ditimbang. Cawan dan sampel dimasukkan kembali dalam oven dan dikeringkan lagi
sampai memperoleh berat relative tetap (Apriantono et.al,1988). Kadar air dihitung
dengan rumus sebagai berikut :
3.4.10.Ekstraksi Mikroenkapsulat
Ekstrasi dilakukan untuk mendapatkan minyak dalam mikroenkapsulat.
Contoh (mikroenkapsulat) sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam Erlemeyer dan
ditambahkan 50 ml larutan KCl 0.88 %. Sampel dihaluskn dan ditambahkan 100 ml
kloroform + 50 ml methanol (2:1 (v/v) ke dalam campuran tersebut dan diaduk selama
1 jam dengan kecepatan tinggi (stirrer 800 rpm). Campuran disimpan semalam,
kemudian dipisahkan dengan labu pemisah. Lapisan bawah diambil dan diuapkan
dengan nitrogen. (Folch et al., 1957).
3.4.11.Profil asam lemak dengan GC-MS
Minyak yang diperoleh kemudian ditambahkan BF3 dalam metanol dengan
perbandingan 1:3 kemudian di stirrer dan dipanaskan pada suhu 50C selama 1 jam.
setelah itu diinjeksikan atau diuji sengan instrumen GC-MS (AOCS, 1990).
3.4.12.Rendemen dan Ukuran Mikroenkapsulat
Rendemen mikroenkapsulat (%) menyatakan perbandingan berat
mikroenkapsulat yang dihasilkan (g) dibandingkan bahan yang digunakan dalam
proses antara lain minyak ikan, gum arab dan maltodekstrin (g). Berat
mikroenkapsulat minyak ikan dilihat dengan menimbang mikroenkapsulat minyak
ikan tersebut dengan timbangan analitik.
Ukuran mikroenkapsulat ditentukan dengan menggunakan scanning electron
24
3.4.13.Efisiensi mikroenkapsulat
Efisiensi mikroenkapsulat (%) merupakan perbandingan minyak yang terdapat
di dalam mikroenkapsulat dengan berat minyak yang digunakan dalam pembuatan
mikroenkapsulat atau diperoleh dengan rumus :
3.4.14.Uji Hedonik
Uji hedonik pemurnian minyak belut dilakukan terhadap warna, penampakan,
dan aroma. Sedangkan uji hedonik mikroenkapsulat dan keju cottage dilakukan
terhadap warna, tekstur, aroma dan rasa. Uji hedonik merupakan uji yang dilakukan
oleh panelis dengan menggunakan panca indra. Panelis yang melakukan uji ini
merupakan panelis tidak terlatih sebanyak 30 orang. Uji organoleptik ini
menggunakan 3 skala (1 = sangat tidak suka; 2 = cukup suka ; 3 = suka). Pengolahan
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai fortifikasi keju cottage menggunakan
mikroenkapsulat minyak belut beromega-3, maka dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Teknik pembuatan mikroenkapsulat minyak belut yang digunakan
yaitu dengan teknik freeze drying menggunakan bahan penyalut
maltodekstrin dan gum arab dengan rasio terbaik 5:1. Formulasi ini
menghasilkan stabilitas emulsi sebesar 100%. Rendemen
mikroenkapsulat minyak belut yang dihasilkan dengan teknik ini
sebesar 74%.
2. Karakteristik minyak mikroenkapsulat minyak belut yang dihasilkan
memiliki efisiensi 64,29% , ukuran mikroenkapsulat sebesar 10 – 50
µm, kadar air 1,03%. Berdasarkan uji bilangan iod dan uji bilangan
peroksida, terjadi penurunan kualitas dari minyak belut hasil
mikroenkapsulasi, yang menunjukkan berkurangnya ikatan jenuh.
Sedangkan uji hedonik, mikroenkapsulat minyak belut memiliki
aroma dan warna yang lebih baik dari minyak belut sebelum
mikroenkapsulasi.
3. Produk keju cottage yang difortifikasi dengan 10% mikroenkapsulat
minyak belut memiliki kandungan omega-3 sebesar 6,24%.
Berdasarkan uji hedonik yang dilakukan pada keju fortifikasi, keju
mempunyai aroma, warna, tekstur, dan rasa dengan nilai kesukaan
44
5.2.Saran
Penelitian ini merupakan penelitian mikroenkapsulasi minyak belut dengan
metode freeze drying dengan menggunakan bahan penyalut maltodekstrin dan
gum arab yang baru pertama kali dilakukan dan diaplikasikan pada produk
keju cottage. Sehingga masih banyak terdapat kekurangan dan untuk
penelitian selanjutnya disarankan hal-hal sebagai berikut:
1. Pada proses ekstraksi minyak belut diperlukan alat press untuk
mempermudah dalam pemisahan ampas dengan produknya.
2. Perlu ada penelitian lebih lanjut mengenai penentuan masa simpan
dari mikroenkapsulat minyak belut dan keju cottage fortifikasi.
3. Pada proses pembuatan keju, selanjutnya perlu dianalisis jumlah
bakteri hidup pada keju cottage yang dapat mempengaruhi hasil akhir
Herwiandani, Devita P. 2014
FORTIFIKASI KEJU COTTAGE MENGGUNAKAN MIKROENKAPSULAT MINYAK BELUT ( Monopterus albus) BEROMEGA-3
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Pengertian keju.http://repository.upi. edu/operator/upload/sd535 060813_chapter2.pdf. Diakses [03 Maret 2014].
Anonim. 2011a. Keju. http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/ 39945/bab%20II%20f95rsu1.pdf?sequence=7. Diakses [3 Maret 2014].
Anonim. 2013. Freeze Drying Technology : for Better Quality & Flavor Products of Dried Products. Food Review Indonesia : Vol. VII (2) February 2013.
Almatsier, Sunita. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
Bakan JA dan JL Anderson. 1978. Micoencapsulation. The Theory and Practise of Industrial Pharmacy 1978; 2nd edition; 384.
Balasa, L. L., dan Fanger, G.O. 1971. Microencapsulation in Food Industry. CRC Critical Reviews in Food Technology. 2 : 245-265.
Bauch, A., O. Lindtner, G. Mensink, and B. Niemann. 2006. Dietary Intake and Sources of Long Chain n-3 PUFAs in German adults. Eur. J. Clin. Nutr. 60:810–812.
Belluzzi A, Boschi S, Brignola C, Munarini A, Cariani G, Miglio F. 2000. Polyunsaturated fatty acids and inflammatory bowel disease. Am. J. Clin. Nutr. 71: 339– 342.
Chávez-Servín JL, Castellote AI, López-Sabater M. 2008. Evolution of available lysine and lactose contents in supplemented microencapsulated fish oil infant formula powder during storage. International Journal of Food Science and Technology 43: 1121- 1128.
Chávez-Servín, J. L., Castellote, A. I., & López-Sabater, M. C. (2004). Analysis of mono- and disaccharides in milk-based formulae by high-performance liquid chromatography with refractive index detection. Journal of
Chromatography A, 1043, 211-215.
http://dx.doi.org/10.1016/j.chroma.2004.06.002
46
Connor WE. 2000. Importance of n-3 fatty acids in health and disease. American Journal of Clinical Nutrition 71: 171S- 175S.
Cunnane, S., C. A. Drevon, W. Harris, A. Sinclair, and A. Spector.2004. Recommendations for Intakes of Polyunsaturated Fatty Acids in Healthy Adults. ISSFAL Newsl. 11:12–25.
Daulay, D., 1991. Fermentasi Keju. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Eckles, C. H., W.B. Combs. And H. Macy. 1980. Milk and Milk Products. Mc Graw Hill Company. New York.
Fajri, I. 2002. Mempelajari proses Pembuatan Tepung dari Whey Tahu dengan Pengering Semprot dan Pengering Beku serta Analisis Sifat Fungsional Tepung yang Dihasilkan. [Program Pasca Sarjana]. Institut Pertanian Bogor.
Fajri, I. 2002. Mempelajari proses Pembuatan Tepung dari Whey Tahu dengan Pengering Semprot dan Pengering Beku serta Analisis Sifat Fungsional Tepung yang Dihasilkan. [Program Pasca Sarjana]. Institut Pertanian Bogor.
Geantaresa, Egrina. 2009. Pemanfaatan Ekstrak Kasar Papain Sebagai Koagulan pada Pembuatan Keju Cottage Menggunakan Bakteri Streptococus thermophillus, Lactobacillus lactis dan Leuconostoc mesentorides. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Gracey JF, Collins DS, Huey R. 1999. Fat Rancidity. Page 407 in Meat Hygiene. 10th edition. Harcourt Brace and Company Limited, London, UK.
Hauswirth CB, Scheeder MRL, Beer JH. 2004. High n-3 fatty acid content in alpine cheese: The basis for an alpine paradox. Am Heart Assoc. 103-7 p.
Heldman, D. R. And R. P. Singh. 1981. Food Process Engineering 2 ed. Avi Publishing Company, Inc. Westport, Conecticut, USA.
Jackson, L.S, dan Lee, K. 1991. Microencapsulation and the food industry. Lebensm-Wiss-Technol. 24 : 289-297.
Jacobsen C, Timm M, Meyer AS. 2001. Oxidation in fish oil enriched mayonnaise: ascorbic acid and low pH increase oxidative deterioration. J. Agric. Food Chem. 49: 3947–3956.
47
Kris-Etherton PM, Harris WS, Appel LJ. 2002. Fish Consumption, Fish Oil, Omega-3 Fatty Acids, and Cardiovascular Disease. Journal of the American Heart Association 106: 2747- 2757.
Kusdiantini, Andini. 2010. Studi pengaruh Pengontakan Bentonit dalam Proses Ekstraksi Terhadap Kualitas dan Kuantitas Minyak Belut.Skripsi. Jurusan Kimia, Universitas Pendidikan Indonesia
Liapis, A. I., and R. Bruttini. 1995. Freeze Drying, p. 309-343. In arun S. Mujumdar (ed). Handbook of Industrial Drying. Marcel Dekker. Inc. New York.
M. Fuchs, C. Turchiulli, M. Bohin, M.E. Cuvelier, C. Ordannaud, M.N. Peyrat-Maillard, E. Dumoulin . 2006. Encapsulation of oil in powder using spray drying and fluidized bed agglomeration. Journal of Food Engineering, 75 (1) (2006), pp. 27–35
McClements, D. J., and E. A. Decker. 2000. Lipid oxidation in oil-inwater emulsions: Impact of molecular environment on chemical reactions in heterogeneous food systems. J. Food Sci. 65:1270–1282.
Mediana, A, R. A, G, Gimenez, F.G, Camacho, J.A>S> Perz, E>M. Grima, ad. AC Gomez. 1995. Concentration an Purification of Searidonic, Eicosa Pentaoic Acid, And Docosahexanoic Acid Cod Liver Oil and The Marine Microalga. J. Of American Oil Chem. Soc. 72(5):575-581.
Morris, Diane H. 2007. Metabolism of Alpha Linoleic Acid. Flax Council Canada : Canada
Muchtadi TR, Sugiyono. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan.Departemen Pendidikan dan Kebudayan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tingi, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.
Nielsen NS, Debnath D, Jacobsen C. 2007. Oxidative Stability of Fish Oil Enriched Drinking Yoghurt. Int. Dairy J. 17 (12): 1478- 1485.
Poedjiadi, A dan Supriyanti, T. 2006. Dasar-Dasar Biokima. Jakarta: UI-Press.
48
Razak, Basri, Dzulkefly, Salleh. 2000. Extracton and caracterization of Fish Oil Monoptrus albus. Malaysian Journal of Analiytical Science Vol. 7, No. 1 (2001) 217-220
Sathivel, S.,dan D. E. Kramer. 2010. Chapter 33: Microencapsulation,nanoencapsulation, edible film, and coatings applications in seafood processing. Pages 414–422 in Seafood Quality, Safety, and Health Effects. C. Alasalvar, K. Miyashita, F. Shahidi, and U. Wanasundara, ed. lackwell Publishing Ltd., Oxford, UK.
Shahidi, F. dan Han, X. Q. 1993. Encapsulation of food ingredients. Critical Reviews in Food Science and Nutrition, 33 (6): 501-547.
Siagian, Naomi. 2013. Budidaya Ikan Sidat PeluangEkspor yang Menggiorkan. [Online] tresedia : http://www.agropustaka.com/2012/03/budi-daya-ikan-sidat-peluang-ekspor.html
Simanjuntak M. 2007. Optimasi Formula Mikroenkapsulat Minyak Sawit Merah Menggunakan Maltodekstrin, Gelatin, dan Carboxymethyl Cellulose dengan Proses Thin Layer Drying. [skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Siswono, 2003. Ikan Air Tawar Kaya Protein dan Vitamin. [Online]. Tersedia di: http//:www.gizi.net
Sulaiman S dan Z Noor. 1982. Pengaruh Asam Cuka terhadap Rasa Amis dari Daging Ikan Mujair yang Dipanggang. Agritech Vol.3 no. 3 dan 4. Yogyakarta
Tamime, A.Y. 2006. Fermented Milks. Singapore: Blackwell Science Ltd Blackwell Publishing Company.
Velasco J, Dobarganes C, Marquez G. 2003. Variables Affecting Lipid Oxidation in Dried Microencapsulated Oils. Grasas y Aceites 54 (3): 304- 314.
Wen Z, Pyle D, Garcia R. 2008. Producing docosahexaenoic acid-rich algae from biodiesel derived-crude glycerol: effects of impurities on DHA production and algal biomass composition. J Agr Food Chem 56(11):3933-9.
49