• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP KHALĪFAĦ DALAM AL-QUR`AN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM: (Studi Maudu’i Terhadap Konsep Khalīfaħ dalam Tafsir Al-Mishbah).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KONSEP KHALĪFAĦ DALAM AL-QUR`AN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM: (Studi Maudu’i Terhadap Konsep Khalīfaħ dalam Tafsir Al-Mishbah)."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

No. Daftar FPIPS: 4604/UN.40.2.6.1/PL/2015

KONSEP KHALĪFA DALAM AL-QUR`AN DAN IMPLIKASINYA

TERHADAP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

(Studi Maudu’i Terhadap Konsep Khalīfa dalam Tafsir Al-Mishbah)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam

Oleh: Yesi Lisnawati

1100245

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

(2)

(Studi Maudu’i Terhadap Konsep Khalīfa dalam Tafsir Al-Mishbah)

Oleh : Yesi Lisnawati

1100245

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan program studi Ilmu Pendidikan Agama Islam pada Fakultas

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Yesi Lisnawati Juni 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang

(3)
(4)

ABSTRAK

KONSEP KHAL FA DALAM AL-QUR` N DAN IMPLIKASINYA TERHADAP TUJUAN PENDIDIKAN ISLAM

(Studi Maudu’i Terhadap Konsep Khalīfaħ dalam Tafsir Al-Mishbah)

Oleh

Yesi Lisnawati

Manusia merupakan mahluk terbaik yang pernah diciptakan Allah di permukaan bumi ini.Keunggulan manusia diantara mahluk lainnya adalah dengan dimilikinya akal untuk berpikir.dengan akalnya tersebut, manusia dapat menciptakan sesuatu yang luar biasa, dan dengan akal yang dimilikinya itu pula, manusia diamanahi tanggung jawab yang besar. Yaitu amanah sebagai khalīfaħ untuk mengurus bumi ini.Namun demikian, seiring dengan perkembangan zaman yang semakin canggih, manusia melupakan tugasnya tersebut. Sekarang ini banyak orang yang memiliki kemampuan akal yang tinggi dan mempunyai kedudukan yang tinggi pula dalam pemerintahan, namun mereka menyalahgunakan apa yang mereka punya. Penyalah gunaan potensi yang mereka miliki tersebut dapat diindikasikan karena katidak pahaman manusia akan tugas yang sebenarnya ia emban, yakni sebagai khalīfaħ. Hal ini juga dapat disebabkan adanya sesuatu yang kurang sesuai antara tugas yang diemban dan proses dalam pendidikan. Al-Qur`ān sebagai pedoman hidup manusia memiliki jawaban atas semua persoalan manusia, termasuk permasalahan ketidak pahaman manusia mengenai tugasnya sebagai khalīfaħ. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagamana khalīfaħ itu, syarat-syarat yang harus dimiliki seorang khalīfaħ, tugas dan fungsi seorang khalīfaħ yang terdapat dalam Al-Qur`ān serta dalam tafsir Al-Mishbah, serta implementasinya terhadap pendidikan Islam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode Maudu’i, dan teknis analisis dilalah dan munasabah. Sumber data utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tafsir Al-Mishbah, kemudian dipadukan dengan tafsir-tafsir lain dan buku-buku terkait dengan penelitian untuk mengetahui persamaan dan perbedaan pendapat antara para ahli tafsir. Dalam penemuan ini ditemukan bahwa Di dalam Al-Qur`ān terdapat dua bentuk pengungkapan kata khalīfaħ, yang pertama dalam bentuk tunggal khalīfaħ, dan dalam bentuk jamak yaitu khalā`if dan khulafā`. Diantaranya yaitu menegakan hukum yang berasal dari Allah, berlaku adil terhadap semua pihak, memiliki pengetahuan yang luas serta mampu bekerja sama dengan orang lain. Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai khalīfaħ di bumi, tentu manusia harus mempunyai kemampauan yang mendukung untuk melaksanakan hal tersebut.Menarik implementasi edukatif dari padanya, sebagaimana di ungkapkan oleh para ahli pendidikan Islam, konsep khalīfaħ ini dapat dijadikan sebagai tujuan pendidikan Islam.

(5)

ABSTRACT

The Concept of Khal fa in Al-Qur` n and Its Implication on Islamic Education

(A Maudu’iStudy of KhalīfaħConcept in Tafsir Al-Mishbah)

By

YesiLisnawati

Humans are the most excellent beings created by Allah on earth. What makes them prominent among other beings is the mind they have to think by which they can create something wonderful and because of which they are mandated with great responsibilities, namely as khalīfaħ (Allah’s representative) on earth. Nevertheless, in line with the increasingly sophisticated era, human beings have come to forget their duty. Nowadays, many people have great mind and high position in the government, but they abuse what they have. The abuse of their potentials can be considered to have resulted from their inability to understand their true duty, namely as khalīfaħ. This failure to understand is also caused by the gap between the duty they bear and the education process. Al-Qur`ān as the guidance for mankind has the answers to all human problems, including their inability to understand their duty as khalīfaħ. In this regard, the research intends to reveal what constitutes khalīfaħ, the requirements that a khalīfaħ musthave, the duty and functions served by khalīfaħ as contained in Al-Qur`ān and Tafsir Al-Mishbah, as well as the implicationon Islamic education. The research adopted qualitative approach, with

maudu’i method and dilalah and munasabah analysis techniques. The primary source is Tafsir Al-Mishbah, combined with other tafsir and textbooks related to the topic under

research in order to find similarities and differences in exegesis experts’ opinions. In this research, it is found that there are two ways of expressing the word khalīfaħ, namely in the singular form khalīfaħ and the plural forms of khalā`if and khulafā`. The duties and functions are, among others, to uphold the laws of Allah, act justly to all parties, have broad knowledge and be able to cooperate with others. In order to fulfill their duties and functions as khalīfaħ on earth, human beings certainly must have the supporting abilities. It is interesting that the educative implementation of this finding, as revealed by Islamic education experts, is that the concept of khalīfaħ can be made the objective of Islamic education.

(6)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined. ABSTRACT ... Error! Bookmark not defined. KATA PENGANTAR... Error! Bookmark not defined. UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined. PEDOMAN TRANSLITERASI DARI ARAB KE LATIN INDONESIA .... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... 1 DAFTAR LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined. BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined. A. Latar Belakang Masalah ... Error! Bookmark not defined. B. Rumusan Masalah ... Error! Bookmark not defined. C. Tujuan Penelitian... Error! Bookmark not defined. D. Manfaat Penelitian... Error! Bookmark not defined. E. Sistematika Penelitian ... Error! Bookmark not defined. BAB IIKONSEP KHAL FA DAN PENDIDIKAN ISLAM ... Error! Bookmark not defined.

(7)

C. Definisi Operasional... Error! Bookmark not defined. D. Instrumen Penelitian... Error! Bookmark not defined. E. Jenis dan Sumber Data ... Error! Bookmark not defined. F. Teknik Pengumpulan Data ... Error! Bookmark not defined. G. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined. BAB IVTEMUAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined. A. Temuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Penyebran Konsep Khal fa dalam Al-Qur`ān...Error! Bookmark not defined.

2. Pendapat Tafsir Al-Mishbah Terhadap Konsep Khal fa ... Error! Bookmark not defined.

B. Pembahasan Penelitian ... Error! Bookmark not defined. 1. Profile Tafsir Al-Mishbah ... Error! Bookmark not defined. 2. Penyebaran Konsep Khal fa dalam Al-Qur`ān ...Error! Bookmark not defined.

3. Pendapat Tafsir Al-Mishbah Terhadap Konsep Khal fa ... Error! Bookmark not defined.

4. Implikasi Konsep Khal fa Terhadap Tujuan Pendidikan ... Error! Bookmark not defined.

(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk yang paling kompleks dan unik. Jika kita membahasa tentang manusia, tentu kita tidak akan kehabisan permasalahan untuk dibahas. Manusia diberi akal oleh Allah Swt. dan dengan akal tersebut, manusia akan berpikir. Dengan berpikir, manusia akan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban atas pertanyaan tersebut.

Menurut Murtadlo (dalam Kamaluddin 2012, hal. 141), mengatakan:

“Manusia adalah makhluk serba dimensi. Pertama, secara fisik hampir sama dengan hewan yang membutuhkan makan, minum, dan berkembang biak. Kedua, manusia memiliki sejumlah emosi, yaitu memperoleh keuntungan daripada kerugian.Ketiga, manusia mempunyai perhatian terhadap keindahan. Keempat, manusia mempunyai dorongan untuk menyembah Tuhan. Kelima, memiliki kemampuan dan kekuatan yang berlipat ganda karena dikaruniai akal, pikiran, dan kehendak.”

Berkenaan dengan haltersebut, di dalam suratal-Sajdaħ ayat 7 – 9Allah

Artinya: “Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya dan yang memulai penciptaan manusia dari tanah (7).Kemudian Dia menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (8). Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur (9)” (QS. al-Sajdaħ [32]:7-9)

1

(9)

2

Dalam ayat tersebut diterangkan bahwa setelah manusia sempurna dalam pembentukan, Allah Swt. meniupkan ruh ke dalam tubuh manusia dan Allah Swt. menjadikan pendengaran, penglihatan, dan hati (qalb). Al-Qur`ān menunjukkan bahwa manusia tersusun dari unsur materi dan imateri; jasmani dan rohani. Tubuh berasal dari tanah, dan roh berasal dari substansi imateri alam gaib. Sehingga tubuh akan kembali ke asalnya yaitu tanah sedangkan roh akan kembali ke asalnya yaitu alam gaib.

Mustafa Zahri (dalam Kamaluddin 2012, hal. 141) unsur-unsur imateri yang ada pada diri manusia adalah sebagai berikut ini.

1. Ruh adalah pemberian hidup dari Allah kepada manusia (Kamaluddin 2012, hal. 141).

2. Hati (qalb) adalah tempat tersembunyi yang dianugerahkan kepada manusia dan hati merupakan sentral dari manusia (Kamaluddin 2012, hal. 141).

3. Akal adalah pemberian Allah Swt. yang paling sempurna. Dengan akal, manusia dapat mempelajari alam semesta (Kamaluddin 2012, hal. 141). 4. Nafsu adalah kemauan atau kehendak yang ada di dalam diri manusia.

Nafsu dapat juga dikatakan dorongan manusia untuk berbuat sesuatu (Kamaluddin 2012, hal. 141).

Islam sebagai agama samawi paling belakangan muncul juga menawarkan pandangan tentang manusia. Manusia dalam bahasa Arab disebut an-Nas atau al-Insan. Kata ini dalam Al-Qur`āndisebut sebanyak 60 kali. Konsepsi Islam menyatakan bahwa insan (manusia) adalah makhluk terbaik (insan kamil) yang pernah diciptakan oleh Allah di atas permukaan alam ini (Latief, 2006, hlm. 17).

(10)

berusaha memperbaiki diri untuk menjalani tugas sebagai khalīfaħ di muka bumi ini dengan maksimal (Latief, 2006, hal. 17).

Manusia adalah khalīfaħ Tuhan di bumi, manusia merupakan makhluk yang mempunyai inteligensi yang paling tinggi, manusia dalam fitrahnya memiliki sekumpulan unsur surgawi yang luhur, manusia memiliki kesadaran normal, jiwa manusia tidak akan pernah damai kecuali dengan mengingat Allah Swt, segala bentuk karunia duniawi, diciptakan untuk kepentingan manusia, Tuhan menciptakan manusia agar mereka menyembah-Nya, manusia tidak dapat memahami dirinya, kecuali dalam sujudnya kepada Tuhan dan dengan mengingatnya, setiap realitas yang tersembunyi akan dihadapkan kepada manusia semesta setelah mereka meninggal dan selubung roh mereka singkapkan, manusia tidaklah semata-mata tersentuh oleh motivasi dunia saja (Muthahari,1995, hal. 117).

Sependapat dengan Muthaharri, Mohammad Daud Ali (2010, hal. 14), manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalīfaħ di bumi. Sehubungan dengan hal tersebut, H.M. Rasjidi (dalam Ali, 2010, hal.14) menyatakan bahwa perkataan “menjadi khalīfaħ” dalam surat al-Baqarah ayat 30 mengandung makna bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang kekuasaan-Nya mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang diridhai-Nya di muka bumi ini.

Berkenaan dengan tugasnya sebagai khalīfaħ di bumi, manusia diberikan akal oleh Allah sebagai pembeda diantara mahluk ciptaan-Nya yang lain. Dengan akalnya, manusia dapat menggunakannya untuk kepentingan lingkungannya. Namun demikian, banyak kita jumpai orang-orang dengan potensi akal yang luar baiasa, bertindak semena-mena dalam menggunakannya. Seperti yang dilakukan para petinggi negeri ini. Para petinggi yang melakukan tindakan korupsi bukanlah orang-orang yang bodoh. Mereka berpendidikan tinggi, namun kerakusan mereka menjadikan mereka lupa diri.

(11)

4

kecerdasan dan keimanan. Jika dulu, Nabī Ᾱdam dibelajarkan oleh Allah secara langsung, maka hari ini kita dibelajarkan melalui guru- guru kita. Walaupun pada dasarnya, pengetahuan itu dapat diperoleh dimana saja. Namun tetap saja, melalui pendidikan. Baik pendidikan formal maupun non formal. Sebenarnya, sejak penciptaan NabīᾹdam sebagai manusia pertama.

Lingkungan pendidikan pertama bagi seorang anak adalah keluarga. Dalam pertumbuhannya, lingkunganlah yang berperan lebih banyak. Sehubungan dengan hal itu, kita tidak akan lepas dari masalah sosial. Karena seperti yang kita ketahui manusia adalah mahluk sosial (Shihab, 2007, hal. bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal- mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal (QS. al-Ḥujurāt [49]:13).

Dalam ayat tersebut menegaskan bahwa Allah menciptakan manusia terdiri dari laki- laki dan perempuan, bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, agar saling mengenal. Dengan demikian, jelas bahwa manusia merupakan mahluk social dan hidup bermasyarakat merupakan suatu keniscayaan bagi mereka.

Al-Qur`ān, walaupun bukan kitab ilmiah-dalam pengertian umum- namun kitab suci ini banyak berbicara tentang masyakarat (Shihab, 2007, hal. 319). Shihab (2007:319), juga menambahkan bahwa karena fungsi utama kitab suci ini adalah mendorong lahirnya perubahan-perubahan positif dalam masyarakat, atau dalam istilah Al-Qur`ān:

...

…..

(12)

Al-Qur`ānmemperkenalkan sekian banyak hukum-hukum yang berkaitan dengan bangun runtuhnya suatu masyarakat. Bahkan tidak berlebih jika dikatakan bahwa Al-Qur`ān merupakan buku pertama yang memperkenalkan hukum-hukum kemasyarakatan.

Berkenaan dengan itu, tugas seorang khalīfaħ, sebagai pengganti yang memegang kepemimpinan dan kekuasaan, pada dasarnya mengandung implikasi moral, karena kepemimpinan dan kekuasaan yang dimiliki seorang khalīfaħ dapat disalahgunakan untuk kepentingan mengejar kepuasan hawa nafsunya, atau sebaliknya juga dapat dipakai untuk kepentingan menciptakan

kesejahteraan hidup bersama (Asy‟arie,1992, hal. 38).

Maka dari itu, sifat kepemimpinan dan kekuasaan yang dipegang manusia haruslah tetap bersifat sementara, sehingga dapat menghindari kecenderungan pemutlakan kepemimpinan atau kekuasaan, yang akibatnya dapat merusak tatanan dan harmoni kehidupan.

Namun demikian, pada era global ini menjadi pemimpin sudah menjadi sebuah obsesi bagi banyak kalangan. Jabatan baik formal maupun informal di negeri kita indonesia dipandang sebagai sebuah "aset", karena ia baik langsung maupun tidak langsung berkonsekwensi kepada keuntungan, kelebihan, kemudahan, kesenangan, dan setumpuk keistimewaan lainnya (Saputera, 2011). Maka, tidaklah heran jika banyak kedudukan penting di negeri ini diduduki dari kalangan politikus, purnawirawan, birokrat, saudagar, tokoh masyarakat, bahkan sampai kepada artis.

Seperti yang terjadi pada pemerintahan kita sekarang ini, PAN, sempat disindir sebagai 'Partai Artis Nasional', rupanya hendak meneruskan tradisi pemilu lima tahun lalu meloloskan sejumlah pesohor hiburan ke Senayan.Begitu pula PDIP yang memasukkan nama mantan bintang TV Suti Karno, aktris Yessy Gusman, penyanyi Edo Kondologit, pembawa acara televisi Nico Siahaan dan Sonny Tulung dalam DCS mereka(BBC, 2013).

Semua memang punya hak untuk mencalonkan diri jadi wakil rakyat namun akan menjadi persoalan ketika mereka jadi wakil rakyat tidak mempersiapkan kapasitas dan kapabiltas.

(13)

6

Dari Ibn Umar r.a, dari Nabī Saw beliau bersabda : “Setiap kalian adalah

pemimpin dan setiap kalian bertanggung jawab atas apa yang kalian pimpin. Seorang kepala pemerintah adalah pemimpin, seorang laki- laki adalah pemimpin bagi keluarganya, seorang perempuan adalah pemimpin bagi rumah suaminya dan anak-anaknya. Maka kalian semua adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari Muslim) (Al -Fahim, 2007, hal. 125-126).

Dari hadis di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa, setiap kita adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Ketika manusia paham akan kandungan hadis ini, maka seyogianya manusia tidak akan gegabah dalam melakukan tindakan.

Padahal, Al-Qur`āndan hadis sebagai pedoman hidup umat Islam sudah mengatur sejak awal bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi seorang pemimpin. Al-Qur`ān bukan hanya mengatur mengenai kemasyarakatan, seperti yang sudah disinggung diatas.

Al-Qur`ānmengatur setiap aspek kehidupan manusia, mulai dari beribadah yang bersifat vertikal sampai masalah muamalah yang bersifat horizontal. Allah juga telah menyediakan segala kebutuhan manusia. Sebagaimana firman-Nya, yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan” (QS. Al-Isrā` [17]:70).

Allah juga telah menyediakan petunjuk-petunjuk untuk manusia dalam menjalani kehidupannya. Karena manusia merupakan ciptaan Tuhan yang istimewa dibandingkan dengan mahluk lain, manusia merupakan ciptaan Allah yang sempurna. Hal tersebut tertera dalam Al-Qur`ānsurat al-Tīn ayat 4,



 

(14)

Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. al-Tīn [95]:4).

Salah satu tugas seorang khalīfaħ di bumi ini adalah untuk melaksanakan petunjuk-petunjuk yang telah Allah berikan yang terdapat dalam

Al-Qur`āndan Sunnah Nabī. Semua itu hanya bertujuan utnuk kebahagiaan

manusia itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti konsep khalīfaħ dalam Al-Qur`ān. Karena sepengetahuan peneliti konsep ini belum ada yang meneliti secara spesipik. oleh karena itu peneliti menyusun skripsi ini dengan judul “Konsep Khal fa dalam Al-Qur`ān dan Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam (Studi Maudu’i Te rhadap Konsep Khal fa dalam Tafsir Al-Mishbah)”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian skripsi ini dengan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana profil tafsir Al-Mishbah?

2. Bagaimana penyebaran konsep khalīfaħ dalam al-Qur`ān?

3. Bagaimana pendapat tafsir al-mishbah terhadap konsep khalīfaħ ? 4. Bagaimana implikasi konsep khalīfaħ terhadap tujuan pendidikan ? C. Tujuan Penelitian

Penelitian yang berjudul “Konsep Khalīfaħ dalam Al-Qur`ān dan Implikasinya Terhadap Tujuan Pendidikan Islam (Studi Maudu’i Terhadap Konsep Khalīfaħ dalam Tafsir Al-Mishbah)” ini, memiliki tujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui profil tafsir.

2. Untuk mengetahui penyebaran konsep khalīfaħ dalam al-Qur`ān.

3. Untuk mengetahui penjelasan tafsir al-Mishbah terhadap konsep khalīfaħ. 4. Untuk mengetahui implikasi konsep khalīfaħ terhadap tujuan pendidikan. D. Manfaat Penelitian

Terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

(15)

8

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khazanah keilmuan dalam pendidikan islam. Selain itu juga dapat memberikan kontribusi berupa pengetahuan mengenai konsep khalīfaħ dalam Al-Qur`ān menurut tafsir al-Mishbah.

2. Manfaat Praktis a. Bidang Pendidikan

Memberikan gambaran kepada lembaga pendidikan mengenai konsep khalīfaħ yang terdapat di dalam Al-Qur`ān serta implikasi konsep khalifah yang terdapat dalam terhadap tujuan pendidikan islam. Sehingga nantinya dapat ditindak lanjuti oleh calon pendidik untuk dapat melakukan proses pendidikan sehingga seseuai dengan tugas manusia sebagai khalifah.

b. Prodi IPAI

Memberikan informasi tentang konsep khalīfaħ dalam Al-Qur`ān serta implikasi konsep khalīfaħ yang terdapat dalam terhadap tujuan pendidikan Islam. Sehingga dapat diajarkan kepada calon pendidik di IPAI.

E. Sistematika Penelitian

Skripsi ini disusun pada bagian awal, yaitu Halaman Judul Skripsi, Lembar Pengesahan, Lembar Pernyataan, Pedoman Translitrasi, Motto, Abstrak, Kata Pengantar, Ucapan Terima Kasih, Daftar Isi, Daftar Tabel. Adapun sistemetika penelitian pada setiap bab adalah sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN, yaitu terdiri dari Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penelitian.

BAB II. KONSEP KHAL FA DAN PENDIDIKAN ISLAM, yaitu terdiri atas: Konsep khalīfaħ yang di dalamnya membahas mengenai Definisi Khalīfaħ, Syarat-syarat Khalīfaħ, serta Peran dan Tugas Khalīfaħ, dan Konsep Pendidikan Islam yang di dalamnya membahas mengeani Definisi Pendidikan Islam, Sumber Pendidikan Islam, Tujuan Pendidikan Islam dan Prinsip-prinsip Pendidikan Islam.

(16)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yaitu terdiri atas: Temuan Penelitian, Pembahasan Penelitian ya ng didalamnya di bahas mengenai Penyebaran Ayat-ayat yang Mengandung Kata Khalīfaħ, Gambaran Tafsir Al-Misbah terhadap Konsep Khalīfaħ dan Implikasi Konsep Khalīfaħ terhadap Tujuan Pendidikan Islam.

(17)

36

BAB III

METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana dan struktur penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat diperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitian (Silalahi, 2012, hal. 180).Desain penelitian menjabarkan secara lengkap tentang bagaimana seorang peneliti hendak melakukan penyelidikan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Selain itu adanya desain penelitian juga memungkinkan orang lain memahami dan mengikuti langkah- langkah yang hendak dijalankan oleh peneliti dalam menemukan jawaban.

Sementara Sugiyono (2015:15), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.Berkenaan dengan itu, Moleong (dalam Barowi & Suwandi, 2008, hal. 187), mengemukakan bahwa penelitian kualitatif antara lain bersifat deskriptif, data yang dikemukakan lebih banyak berupa kata-kata atau gambar daripada angka-angka.

Sehingga pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif, karena kajian yang akan dibahas mengenai “konsep

khalīfaħ dalam Al-Qur`ān dan implikasinya terhadap pendidikan Islam.”

Konsep-konsep khalīfaħ diungkapkan berdasarkan pemikiran mufassir, kemudian ditemukan kaitan atau implikasinya terhadap pendidikan untuk dapat digunakan dalam proses pendidikan.

B. Metode Penelitian

Djajasudarma (2006:7) mengartikan metode penelitian sebagai alat, prosedur dan teknik yang dipilih dalam melaksanakan penelitian (dalam mengumpulkan data).Penelitian ini menggunakan metode penelitian pustaka atau sering juga disebut studi literatur, book survey, atau library research.

(18)

kepustakaan adalah tehnik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literature- literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan.

Senada dengan M. Nazir dan Djajasudarma, Mestika Zed (2008:3) menambahkan bahwa studi pustaka ialah seranglaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat serta mengolah bahan penelitian. Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa riset pustaka membatasi kegiatannya hanya pada bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa memerlukan riset lapangan.

Dengan menggunakan metode penelitian pustakaini, data penelitian dikumpulkan dari 3 buku Tafsir, yaitu Tafsir Al-Mishbah, Tafsir An-Nur dan Tafsir Hamka sebagai buku pokok atau dikenal dengan sumber primer, sebagaimana Sugiyono (2013:308), menyatakan bahwa sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data. Sedangkan untuk sumber data sekunder diperoleh data-data terkait dari buku sumber lainnya, juga dari sumber tertulis lainnya, seperti website.

Sebagai panduan langkah- langkah operasionalnya, penelitian ini juga menggunakan metode tafsir Maudu’i , metode tafsir Maudu’i (tematik) ialah metode yang ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara menghimpun seluruh ayat-ayat al-Qur`ān yang berbicara tentang suatu tema atau msalah tertentu serta mengarah kepada satu pengertian yang utuh, sekalipun ayat-ayat tadi turunnya berbeda waktu dan tempat serta tersebar pada berbagai surat dalam al-Qur`ān. Kemudian, ia menentukan ayat-ayat itu sesuai dengan masa turunnya, mengemukakan sebab turunnya sepanjang ayat itu ada sebab turunnya, menguraikannya dengan sempurna menjelaskan makna dan tujuan, mengkaji terhadap seluruh segi. Sehingga satu tema itu dapat dipecahkan secara tuntas berdasarkan seluruh ayat al-Qur`ān yang ada(Abdullah, 2011, hal. 171).

Menurut Syeikh Syaltut (dalam Abdullah, 2011, hal. 171-172) tafsir

Maudu’i adalah metode tafsir yang paling ideal yang perlu diperkenalkan

(19)

38

teoritis tanpa memiliki hubungan yang ril denga n apa yang dialami oleh individu dan masyarakat, serta sedala aspek kehidupan mereka.

Dalam penelitian ini, permasalahan yang dikaji adalah konsep khalīfaħ. Maka, dalam langkah operasionalnya, peneliti menghimpun ayat-ayat

Al-Qur`ān yang memuat kata khalīfaħ, khulafā` dan khalā`if.

C. Definisi Operasional

Untuk menghindari kemungkinan salah penafsiran pembaca terhadap istilah- istilah dalam penelitian ini, maka akan dikemukakan penjelasan beberapa istilah tersebut, yakni sebagai berikut.

1. Khalīfaħ; Khalīfaħ seringkali diartikan sebagai "pengganti” (karena

yang menggantikan selalu berada atau datang di belakang, sesudah yang digantikannya). Adapun makna khalīfaħ dalam tafsir Al-Mishbah, tafsir An-Nur, tafsir Hamka hal itulah yang hendak dicari dalam penelitian ini.

2. Pendidikan; pendidikan yang dimaksud dalam judul penelitian ini adalah usaha mendewasakan atau mengarahkan perilaku peserta didik ke arah yang lebih baik sesuai dengan tuntunan Allah Swt. untuk menjadi manusia kamil (insan kamil).

3. Implikasi; makna implikasi dalam penelitian ini, sesuai dengan maknanya dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Departemen Pendidikan Indonesia, 2008: 529) yang berarti keterlibatan. Salah satu hal yang dicari dalam penelitian ini ialah keterlibatan peran manusia sebagai khalīfaħ.

D. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2015, hal. 148).

(20)

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah untuk diolah.

Sementara itu Nurul Zuriah (2007:168), menyatakan bahwa instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam mengumpulkan data. Berkenaan dengan hal tersebut, Sugiyono (2008: 222-223), menyebutkan bahwa yang menjadi instrumen atau alat penelitian dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Lebih lanjut Sugiyono mengatakan, bahwa peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafs irkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Lebih lanjut Sugiyono

menyampaikan bahwa “the researcher is the key instrumen”, artinya peneliti adalah instrumen kunci dalam penelitian kualitatif.

Senada dengan pendapat Sugiyono, Nasution (dalam Sugiyono, 2008: 223) menyatakan:

“Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan

manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semua tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat

satu-satunya yang dapat mencapainya.”

E. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan objek penelitian berupa buku-buku tafsir

Al-Qur`ān dan literatur lainnya. Jenis penelitian pustaka ini termasuk ke dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif sebagaimana Putra dan Lisnawati (dalam Arifah, 2014, hal. 35) memasukkan jenis penelitian pustaka ini kedalam salahsatu jenis penelitian kualitatif, di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci.

(21)

40

Dalam penelitian ini, merujuk pendapat Silalahi (2012,:289-291) yakni ada dua jenis data yang digunakan dalam penelitian, yakni data primer dan data sekunder.

1. Sumber data primer

Sumber data primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya langsung, yaitu teks al-Qur`ān dan terjemahan al-Qur`ān beserta uraian penjelasan yang bersumber dari buku tafsir Al-Mishbah, tafsir An-Nurdan tafsir Hamka. Dari sumber ini akan dikumpulkan ayat-ayat yang memuat kata khalīfaħ serta akar katanya. Adapun ayat-ayat yang dipilih dalam penelitian ini adalah data primer adalah sebagai berikut; QS. Ṣād [38]:26, QS. al-A’rāf [7]:69 dan 74, QS. Fāṭir [35]:39, QS. al-Naml [27]:62, QS. Yūnus [10]:14 dan 73, QS. al-An’ām [6]:165, QS. al-Baqarah [2]:30.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung. Data-data sekunder digunakan sebagai pelengkap data primer dalam penelitian ini. Adapun sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah tafsir-tafsir dan literatur lainnya yang menunjang sumber data primer, untuk memperkaya hasil pembahasan serta sebagai pembanding dalam penelitian ini.

F. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2008: 224), teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

(22)

Adapun langkah- langkah yang ditempuh oleh peneliti sebagaimana Abdullah (2011:172-173), adalah sebagai berikut.

1. Menentukan permasalahan atau topik yang akan dikaji.Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah penyebaran ayat-ayat yang berkaitan dengan khalīfaħ, pendapat mufassir mengenai ayat-ayat tersebut dan implikasi edukatif konsep khalīfaħ dalam tafsir Al-Mishbah, tafsir An-Nurdan tafsir Hamka.

2. Menentukan kata kunci mengenai permasalahan itu dan padanannya dalam al-Qur`ān. Kata kunci dari penelitian ini adalah khalīfaħ, pendidikan dan tafsir Al-Mishbah, tafsir An-Nurdan tafsir Hamka.

3. Mengumpulkan ayat-ayat yang berbicara mengenai topik tersebut, yang tersebar dalam berbagai surat.Setelah menentukan batasan masalah penelitian ini, yaitu terfokus pada ayat-ayat yang mengandung redaksi yang berakar katakhalīfaħ, khulafā`, khalā`if kemudian ditemukan 9 ayat yang memuatnya.

4. Menyusun ayat-ayat itu sesuai dengan kronologis turunnya.Setelah di susun berdasarkan waktu turunnya, urutan 9 ayat tersebut adalah QS. Ṣād [38]:26, QS. al-A’rāf [7]:69 dan 74, QS. Fāṭir [35]:39, QS. al-Naml

[27]:62, QS. Yūnus [10]:14 dan 73, QS. al-An’ām [6]:165, QS. al-Baqarah [2]:30.

5. Menghimpun penafsiran ayat-ayat tersebut dari tafsir Al-Mishbah, tafsir An-Nurdan tafsir Hamka. Himpunan tafsir tersebut dapat dilihat di lampiran. Dari 9 ayat tersebut selanjutnya ayat-ayat tersebutlah yang dikaji lebih dalam.

6. Menjelaskan maksud ayat-ayat tersebut berdasarkan penjelasan dalam tafsir Al-Mishbah, tafsir An-Nurdan tafsir Hamkadan ditunjang dengan tafsir-tafsir lain dan beberapa literatur lain yang berkaitan dengan pembahasan.

(23)

42

G. Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, manjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Sugiyono, 2008, hal. 244).

Senada dengan hal tersebut, Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2012, hal. 248) menyatakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah- milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.

Penelitian ini menggunakan metode analisis ilālaħ dan

munāsabaħ. ilālaħ menurut Amir Syarifuddin (2009: 132-133) adalah

memahami sesuatu dari sesuatu yang lain. Sesuatu yang petama disebut adalah al-ma lūl, dan segala sesuatu yang kedua disebut al- āll (petunjuk, penerang, atau yang memberi dalil). Sedangkan munāsabaħ menurut Quraish Shihab (dalam Anwar, 2009, hal. 61), adalah adanya keserupaan dan kedekatan di antara berbagai ayat, surat dan kalimat yang melibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut dapat berbentuk keterkaitan makna antar ayat dan macam-macam hubungan, atau kemestian dalam pikiran (nalar).

Selain itu Miles dan Huberman (dalam Sutopo & Arief, 2010, hal. 10), menyatakan bahwa analisis data kualitatif terdiri dari tiga kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu terdiri dari reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi.

Ketiga langkah dalam pendapat Miles dan Huberman tersebut dan aplikasinya dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.

(24)

ayat-ayat yang memuat redaksi yang berakar kata khalīfaħ, khulafā`,

khalā`if, yang kemudian ditemukan sebanyak sembilan ayat.

(25)

97

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Konsep khalīfaħ di turunkan oleh Allah dalam al-Qur`ān memiliki arti untuk memposisikan manusia sebagai mahluk yang harus mengambil peran dan tanggung jawab untuk memakmurkan bumi dan kehidupan dalam arti seluas- luasnya. Sesuai dengan arti aslinya sebagai pengganti, maka manusia dalam menjalankan tugas ini tidak melakukan berdasarkan hawa nafsunya, tetapi diorientasikan untuk merealisasikan pesan dan ajaran yang Allah turunkan.

Di dalam al-Qur`ān terdapat dua bentuk pengungkapan kata khalīfaħ, yang pertama dalam bentuk tunggal khalīfaħ, dan dalam bentuk jamak yaitu khalā`if

dan khulafā`. Dalam bentuk tunggal terulang dua kali, yakni dalam surat

al-Baqarah [2]:30 dan surat Ṣad [38]:26, yang sasarannya Nabī yaitu NabīᾹdam

dan Nabī Dāwūd. Sedangkan dalam bentuk jamak terulang tujuh kali, yakni

kata khalā`if terdapat dalam surat Yūnus [10]:73 dan 14, surat al-An’ām

[6]:165 dan surat Fāṭir [35]:39,dan kata jamak khulafā` terdapat dalam surat al-A’rāf [7]:69 dan 74 dan al-Naml [27]:62, yang sasarannya manusia secara keseluruhan.

Dua bentuk pengungkapan tersebut menunjukan adanya dua macam makna, yaitu makna khusus dan makna umum. Dua macam makna tersebut tidak diperlakukan saling tarik menarik dan saling mereduksi satu sama lain. Tapi masing- masing dibiarkan pada porsinya, yakni yang khusus tetap pada kekhususannya untuk Nabī dan yang umum untuk manusia pada umumnya.

Untuk melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai khalīfaħ di bumi, tentu manusia harus mempunyai kemampauan yang mendukung untuk melaksanakan hal tersebut. Diantaranya yaitu menegakan hukum yang berasal dari Allah, berlaku adil terhadap semua pihak, memiliki pengetahuan yang luas serta mampu bekerja sama dengan orang lain.

(26)

tujuan pendidikan Islam.Berkenaan dengan itu, tujuan pendidikan Islam dirumuskan berdasarkan konsep manusia sebagai khalīfaħ.Yaitu manusia yang mampu mengembangkan potensi dirinya sebagai hamba Allah, berkomunikasi dengan pihak lain secara proporsional dan memberdayakan lingkungan secara tepat dan benar sesuai dengan tujuan penciptaannya.

B. Rekomendasi 1. Pembaca

Peneliti merekomandasikan bagi pembaca baik yang terjun langsung dalam lembaga pendidikan formal maupun penanggung jawab di lembaga pendidikan nonformal, untuk tidak hanya berorientasi hanya pada kemampuan kognitif atau IQ (Intelligence Quotient) anak. Tetapi perhatikan juga EQ (Emotional Quotient) atau EI (emotional intelligent) dan SQ (Spiritual Quotient)nya. Agar tidak ada lagi orang-orang yang hanya pintar namun

menyalah gunakan kepintarannya tersebut.Sehingga manusia mampu melaksanakan tugas kekhalifahannya.

2. Penelitian Berikutnya

Secara konseptual konsep khalīfaħ sudah terungkap dan dibahas, namun secara aktual dalam wujud indikator yang melekat pada diri Khalīfaħ masih perlu diteliti.Maka dari itu peneliti merekomendasikan untuk penelitian selanjutnya untuk menurunkannya menjadi perilaku kongkrit dan terukur. 3. Prodi IPAI

(27)

99

DAFTAR PUSTAKA

………(2005). Al-Jumānatul ‘Alī Al-Qur`ān danTerjemahannya(Penerj. Dep.

Agama RI). Bandung: CV Penerbit J-Art.

Al-Fahim, A. I. (2007). 200 Hadits Pilihan. (A. Radjab, Penyunt., & B. Hartono,Penerj.) Jakarta: Kalimah Publishing.

Al-Jazairi, S. A. (2008). Tafsir Al-Aisar (1 ed., Vol. 5). Jakarta: Darus Sunnah Press.

Al-Mahali, I. J., & As-Suyuti, I. J. (2009). Terjemahan Tafsir Jalalain Beikut Asbabun Nuzul. (B. Abubakar, Penerj.) Bandung: Sinar Bru Algesindo.

Al-Maragi, A. M. (1992). Terjemah Tafsir Al-Maragi; Juz X. (A. U. Sitanggal, H. N. Aly, & B. Abu Bakar, Penerj.) Semarang: CV. Toha Putra.

Al-Maragi, A. M. (1993). Tafsir Al-Maragi; Juz XIX. (H. N. K. Anshori Umar Sitanggal, Trans.) Semarang: PT. Karya Toha Putra.

Al-Mawardi, I. (2014). Al-Ahkamu As-Sulthaniyah : Hukum-hukum Penyelenggaraan Negara dalam Syari'at Islam. (F. Bahri, Penerj.) Jakarta: PT. Darul Falah.

Al-Qurthubi, S. I. (2008). Tafsir Al Qurthubi. (S. Rosadi, Fathurrahman, & A. Hotib, Penerj.) Jakarta: Pustaka Azzam.

Ar-Rais, D. a.-D. (1985). Islam dan Khalīfaħ . (A. Mohammad, Penerj.) Bandung: Pustaka.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000.a.I). Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur (Vol. 1). Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000.b.II). Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur (Vol. 2). Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2000.c.IV). Tafsir Al-Qur'anul Majid An-Nur (Vol. 4). Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Ash-Shiddieqy, T. M. (2002.a.I). Al-Bayan; Tafsir Penjelas Al-Qur'anul Karim (Vol. 1). Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Ash-Shiddiedy, T. M. (2002.b.II). Al-Bayan; Tafsir Penjelas Al-Qur'anul Karim (Vol. 2). Semarang: Pustaka Rizki Putra.

Ali, M. D. (2010). Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Anwar, A. (2009). Ulumul Qur'an; Sebuah Pengantar. Pekanbaru: Amzah.

(28)

Arifin, H. M. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. Arikunto, S. (2006.a). Metodelogi penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara.

Arikunto, S. (2006.b). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.

Asy’arie, M. (1992). Manusia Pembentuk Kebudayaan dalam Al-Qur’an.

Yogyakarta: LSIF.

Azra, A. (2008). Kajian Tematik Al-Qur'an Tentang Konstruksi Sosial. (A. Nata, Ed.) Bandung: Penerbit Angkasa.

Azwar, S. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Barowi, & Suwandi. (2008). Memahami Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT Rineka Cipta.

BBC.(2013, agustus 22).KPU tetapkan DCT pemilu 2014.[Online]. Diaksesdari: http//www.bbc.com

Djajasudarma, T. F. (2006). Metode Linguistik; Ancaman Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: Refika Aditama.

Daradjat, Z. (2006). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.

Firdaus, E. (2006). Imam Perempuan Dekonstruksi Perspektif Gender; Keniscayaan Kontekstualisasi Politisi Ajaran Islam di Indonesia. Bandung: Emas Yayasan Pena.

Hamka, A. A. (1983.VII-IX). Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. Hamka, A. A. (1988.XXI-XXIII). Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. Hamka, A. A. (1992.a.I-III). Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. Hamka, A. A. (1992.b.X-XII). Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas. Hamka, A. A. (TT.XVII-XX). Tafsir Al-Azhar. Jakarta: Pustaka Panjimas.

Hasan, H. I. (2001). Sejarah dan Kebudayaan Islam. (H. A. Baharuddin, Peneri.) Jakarta: Kalam Mulia.

Husein, M. (2008). Hakikat Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Idi, A. (2011). Sosiologi Pendidikan; Individu, Masyarakat, dan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Kamaluddin, U. (2012). Filsafat Manusia; Sebuah Perbandingan antara Islam dan Barat. Bandung: CV Pustaka Setia.

(29)

101

Katsir, I. (2006). Tafsir Ibnu Katsir(Vol. 4).(M. A. Ghoffar, & A. I. al-Atsari, Penerj.)Jakarta: Pustaka Imam Asy-Syafi'i.

Latief, J. (2006). Manusia, Filsafat, dan Sejarah. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Muhaimin, dkk,. N. (2008). Paradigma pendidikan Islam di Sekolah. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mujib, A. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana.

Muthaharri, M. (1995). Perspektif Al-Qur’an tentang Manusia dan Agama. Jakarta: Mizan.

Nahlawi, A. A. (1995). Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat. Jakarta: Gema Insani.

Nasional, D. P. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Nata, A. (2001). Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Neviyarni. (2009). Pelayanan Bimbingan dan Konseling Berorientasi Khalīfaħ Fil Ardh. Bandung: Alfabeta.

Saputera, A. (2011, Februari 18). Petunjuk Al-Qur'an dalam Memilih Pemimpin. [Online]. Diakses dari http://riau1.kemenag.go.id.

Satori, D., & Komariah, A. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Shihab, M. Q. (1999). Membumikan Al-Qur'an. Bandung: Penerbit Mizan.

Shihab, M. Q. (2002). Tafsir Al-Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian

al-Qur’an (Vol. 1). Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, M. Q. (2007). Wawasan Al-Qur'an cet. XIX. Bandung: PT Mizan Pustaka. Shihab, M. Q. (2007). Tafsir Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian

Al-Qur'an (Vol. 1). Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, M. Q. (2008.a.IV). Tafsir Al Mishbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian al-Qur'an (Vol. 4). Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, M. Q. (2008.b.V). Tafsir Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an (Vol. 5). Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, M. Q. (2008.c.VI). Tafsir A-Misbah; Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Qur'an (Vol. 6). Jakarta: Lentera Hati.

(30)

Shihab, M. Q. (2009.b.XI). Tafsir Mishbah; Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur'an (Vol. 11). Jakarta: Lentera Hati.

Shihab, M. Q. (2014). Karya-karya M. Quraish Shihab.[Online]. Diakses dari http://www.quraishshihab.com/Karya-KaryaM.QuraishShihab/Muhammad Quraish Shihab.html

Silalahi, U. (2012). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, T. (2011). Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Sutopo, A. H., & Arief, A. (2010). Terampil mengolah Data Kualitatif dengan NVivo. Jakarta: Kencana.

Syarifuddin, A. (2009). Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Tafsir, A. (2011). Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: Rosdakarya. Thabathaba'i, S. M. (2010). Tafsir Al-Mizan (Vol. 1). Jakarta: Penerbit Lentera. Umar, B. (2010). Ilmu pendidikan Islam. Jakarta: Amzah.

Zaini, M. (1984) Mengenal Manusia Lewat Al-Qur`an, Surabaya: Bina Ilmu. Zed, M. (2008). Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Zulkabir, dkk. (1993). Islam Konseptual dan Kontekstual. Bandung: Itqan.

Referensi

Dokumen terkait

Pertandingan yang menghasilkan lebih dari empat gol antara lain tercipta saat Spanyol dipermalukan Belanda 1-5 dan ketika Australia ditundukkan Belanda 2-3.. Pertandingan yang

Permasalahan mendasar dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “Bagaimana maningkatkan kemampuan berhitung pada siswa kelas SDN Sukaharja 2, bertolak dari pemasalahan

Mengadakan kegiatan IHT (In House Training) di tingkat sekolah yang dilakukan selama 4 hari kegiatan ini dilakukan setiap awal tahun pelajaran sebagai bentuk

4.8.1 Unsur-unsur struktur gedung yang memiliki kepekaan yang tinggi terhadap beban gravitasi seperti balkon, kanopi dan balok kantilever berbentang panjang, balok transfer

Gambar 4.4 Grafik Persentase Ketuntasan Hasil Belajar sebelum. siklus,siklus I, dan siklus II

Setelah halaman web google map terbuka masukkan alamat kecamatan dan kabupaten pada search atau pencarian dan lakukan pembesaran untuk mengetahui gambar / alamat dari madrasah..

[r]

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Program Strata 1 Pada Jurusan Sipil Fakultas Teknik. Universitas Diponegoro