• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH : Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM

PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung)

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Ditulis oleh:

Dinan Afifah Firdaus 0906686

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM

PEMBELAJARAN SEJARAH

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung)

Oleh:

Dinan Afifah Firdaus

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Dinan Afifah Firdaus 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

April 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

HALAMAN PENGESAHAN

DINAN AFIFAH FIRDAUS

PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK

MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM

PEMBELAJARAN SEJARAH

(PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI KELAS XI IPS 3

SMA PASUNDAN 1 BANDUNG)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd

NIP : 19570408 198403 1 003

Pembimbing II

Yeni Kurniawati Sumantri, M.Pd

NIP : 19770602 200312 2 001

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd

(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari masalah yang terjadi di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti didapatkan data bahwa keterampilan sosial siswa di kelas XI IPS 3 pada pembelajaran sejarah masih tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada siswa yang masih berkelompok-kelompok, sehingga siswa belum mampu berbaur dengan teman sekelasnya. Siswa belum mampu menunjukkan sikap dan bahasa yang sopan santun. Selain itu, siswa belum mampu mengolah dan menggunakan informasi yang didapat. Dalam memecahkan masalah tersebut, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan model Kemmis & Tagart. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung?”. Tujuan dari penelitian ini adalah, 1) menyusun desain perencanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung, 2) menjelaskan tahapan-tahapan penerapan metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung, 3) memaparkan hasil peningkatan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode Cooperative Learning tipe STAD di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung, 4) mendeskripsikan solusi dalam menghadapi kesulitan pada saat menerapkan metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama empat siklus, dapat diperoleh data bahwa penerapan metode Cooperative Learning tipe STAD berhasil meningkatkan keterampilan sosial siswa di kelas XI IPS 3. Namun, pada siklus 2 ke siklus 3 tidak mengalami perubahan sama sekali. Maka dari itu peneliti merubah anggota kelompok, sehingga terjadi peningkatan pada aspek keterampilan sosial siswa. Indikator pencapaian yang menonjol pada setiap siklusnya adalah keterampilan mencari, memilah, dan menggunakan informasi. Siswa mampu menyaring informasi yang berkaitan dengan materi sebelum menggunakannya dalam mengerjakan LKS. Diharapkan untuk peneliti berikutnya untuk selalu membentuk kelompok baru dalam pembelajaran STAD pada sekitar 2-3 periode STAD agar keterampilan sosial siswa dapat meningkat dengan baik.

(5)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Abstract

This research begins with a problem that occurs in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung. Based on the observation that the social skill of the students in XI IPS 3 on the learning of history is still relatively low. It can be seen in students who are still in groups, so that students have not been able to mingle wih their classmates. Students have not been able to demonstrate the attitude and language that is polite. Beside it, the students have not been able to process and use the information obtained. To solve the problem, researcher use action research method by Kemmis & Taggart model. The main problem in this research is “How the application of Cooperative Learning method STAD type to enhance student`s social skill in the learning of history in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung?”. The goal of this research is, 1) preparing learning plan design history by applying cooperative learning method STAD type to enhance social skill of students in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung, 2) explain the steps of the application of cooperative learning method STAD type to enhance social skill of students in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung 3) present the result of student`s social skill enhancement role in the learning of History by applying cooperative learning method STAD type in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung 4) describe the solution to face dificulity when applying cooperative learning method STAD type to enhance social skill of students in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung. Based on the research for four cycles, can be obtained from the data that the application of cooperative learning method STAD type can increase student`s social skill in XI IPS 3 succesfully. But, at 2nd cycle to 3rd do not change at all. Researcher then change the member of the group, so that aspect of social skill increase. Salient aspect of social skill in every cycle is search, select, and process information skill. Students are able to filter out information relate to the material before using it in doing worksheet. Expected for the next researcher to constantly form new group in the STAD at about 2-3 SAD period in order to increase students`social skill well.

(6)

DAFTAR ISI

JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR GRAFIK ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Keterampilan Sosial ... 10

1. Pengertian Keterampilan Sosial ... 10

2. Ciri-Ciri Keterampilan Sosial ... 11

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial ... 12

4. Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Sejarah ... 16

B. Cooperative Learning ... 18

1. Pengertian Cooperative Learning ... 18

(7)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Karakteristik Cooperative Learning ... 21

4. Kelemahan dan Kelebihan Cooperative Learning ... 29

C. Student Team – Achievement Division (STAD) ... 33

1. Pengertian STAD ... 33

2. Komponen Utama STAD ... 34

3. Hubungan Cooperative Learning Tipe STAD dengan keterampilan sosial siswa dalam Pembelajaran Sejarah ... 35

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 39

B. Desain Penelitian... 39

C. Metode Penelitian ... 42

D. Definisi Operasional ... 44

1. Keterampilan Sosial ... 44

2. Student Team – Achivement Division (STAD) ... 45

E. Teknik Pengumpulan Data ... 45

1. Observasi ... 45

2. Catatan Lapangan ... 46

3. Studi Dokumentasi ... 46

F. Alat Pengumpul Data ... 46

1. Lembar Panduan Observasi ... 46

2. Catatan Lapangan ... 47

3. Task ... 47

4. Rubrik... 47

G. Teknik Analisis Data ... 47

1. Reduksi Data ... 48

2. Display Data ... 48

3. Verifikasi Data ... 48

H. Validasi Data ... 48

1. Member Check ... 48

(8)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50

A. Perencanaan Pembelajaran Sejarah dengan Menerapkan Metode Cooperative Learning Tipe STAD untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung ... 50

1. Langkah-Langkah Perencanaan ... 53

2. Deskripsi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 54

B. Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Metode Cooperative Learning Tipe STAD untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung ... 54

1. Analisis Tahapan Kegiatan ... 54

a. Kegiatan Pendahuluan... 55

b. Kegiatan Inti ... 55

c. Kegiatan Penutup ... 56

2. Deskripsi Kegiatan Tahapan Siklus ... 56

a. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1... 56

1. Perencanaan ... 56

2. Tindakan... 57

3. Observasi ... 62

4. Refleksi ... 64

b. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2... 66

1. Perencanaan ... 66

2. Tindakan... 67

3. Observasi ... 72

4. Refleksi ... 74

c. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 3... 74

1. Perencanaan ... 74

2. Tindakan... 75

3. Observasi ... 79

4. Refleksi ... 81

(9)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Perencanaan ... 82

2. Tindakan... 88

3. Observasi ... 83

4. Refleksi ... 87

C. Hasil Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Sejarah dengan Menerapkan Metode Cooperative Learning Tipe STAD di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung ... 88

1. Analisis dan Pengolahan Data Siklus... 89

a. Analisis dan Pengolahan Data Siklus 1... 89

b. Analisis dan Pengolahan Data Siklus 2... 95

c. Analisis dan Pengolahan Data Siklus 3... 102

d. Analisis dan Pengolahan Data Siklus 4... 109

2. Analisis Hasil Penelitian ... 114

D. Solusi dalam Menghadapi Kendala Pada Saat Menerapkan Metode Cooperative Learning Tipe STAD... 122

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 125

B. Rekomendasi ... 127

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini Social Skill atau keterampilan sosial perlu dikembangkan oleh

setiap pengajar di sekolah-sekolah. Mengingat bahwa proses pembelajaran bukan

hanya transfer of knowledge saja, melainkan guru harus mampu mengembangkan

keterampilan-keterampilan yang bermanfaat bagi siswa. Keterampilan sosial

merupakan salah satu diantaranya. Selain itu, sekolah diharapkan mampu

mencetak peserta didik yang memiliki keterampilan sosial agar mampu

beradaptasi dan bekerja sama dengan masyarakat global.

Mengembangkan keterampilan sosial siswa sangat penting karena hal

tersebut akan menentukan kemampuan siswa untuk menyesuaikan diri dalam

kondisi apapun. Idealnya keterampilan sosial mulai dilatih dan dikembangkan

sejak anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup untuk bermain

dengan teman sebayanya dan memberikan tanggung jawab sesuai dengan masa

perkembangannya.

Melatih dan mengembangkan keterampilan sosial pada siswa dapat

menjadikannya sebagai manusia yang bertanggung jawab jika diarahkan dengan

tepat. Berdasarkan tulisan Joyce & Alleman Brooks, Bellack & Hersen, Kolko &

Milan, dan Knoff (Supardan, 2008: 2), pengembangan keterampilan sosial

diarahkan pada enam unsur yaitu “keterampilan survival di sekolah, keterampilan

intrapersonal, keterampilan interpersonal, keterampilan bekerjasama, keterampilan memecahkan masalah, dan keterampilan resolusi konflik”. Keterampilan sosial merupakan salah satu aspek yang diharapkan dalam

pendidikan ilmu sosial, seperti yang dipaparkan oleh The National Council for

The Social Studies (NCSS) (Jarolimek, 1977: 5) bahwa tujan dari keterampilan

(11)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(a) Living and working together, taking turns, respecting the rights of others, and being socially sensitive;

(tinggal dan bekerja sama, bergiliran, menghormati hak orang lain, dan sensitif secara sosial)

(b) Learning self-control and self-direction; (belajar mengendalikan dan mengarahkan diri) (c) Sharing ideas and experiences with others.

(berbagi ide dan pengalaman dengan yang lainnya)

Selain itu, berdasarkan NASP (National Association of School Psychologist)

(NASP, http://www.nsaponline.org/resources/factsheets/socialskill), “the extent to

which children and adolescents posses good social skills can influence their

academic performance, behavior, social and family relationship, and involvement

in extracurricular activities”. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa anak-anak

dan remaja yang memiliki keterampilan sosial yang baik dapat mempengaruhi

kinerja akademik, perilaku, hubungan sosial dan keluarga, dan kegiatan

ekstrakulikulernya.

Pengembangan keterampilan sosial juga menjadi hal yang sangat penting

ketika siswa sudah menginjak masa remaja, karena pada masa inilah siswa sudah

memasuki dunia pergaulan yang luas dan lingkungan sosial yang kompleks. Jika

siswa tidak memiliki keterampilan sosial, maka yang akan terjadi adalah

kurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan sekitarnya.

Sehingga yang akan timbul dalam diri siswa adalah rasa rendah diri, berperilaku

yang kurang normatif, kenakalan remaja, tindakan kekerasan, dan sebagainya.

Kondisi serupa juga ditemukan oleh Tyron dan Merrel (Muijs, 2008: 203) bahwa “di kalangan remaja, kurangnya keterampilan sosial ditemukan berhubungan

dengan depresi dan kecemasan”. Cartlede & Milburn (Spence, 1983: 170)

menemukan bukti yang menunjukkan bahwa “poor social skills are realted to

impaired cognitive and academic performance”. Pendapat tersebut dapat diartikan

bahwa kurangnya keterampilan sosial berkaitan erat dengan terhambatnya kinerja

kognitif dan akademis. Selain itu, Anderson, dkk (Kasser, 2013: 1) menyatakan

bahwa “The long-term outcomes for students whose social skills problems go

unremediated include: cycle of failure, peer rejection, poor school outcomes, and

(12)

jangka panjang bagi siswa yang bermasalah dengan keterampilan sosialnya

meliputi: siklus kegagalan, penolakan teman sebaya, hasil belajar yang buruk, dan

masalah penyesuaian sebagai orang dewasa.

Melalui sekolah, keterampilan sosial dapat dikembangkan dengan melakukan

proses pembelajaran yang melibatkan guru, siswa, dan lingkungan belajarnya.

Banyak sekali keterampilan sosial yang dapat dikembangkan guru dalam proses

pembelajaran. Quin, dkk (Kaser, 2013: 1) menjelaskan bahwa “social skills that

teachers may want to work on with their students include: self-control, listening,

problem solving, negotiating, working together, taking turns, conflict

management, encouraging others, and giving positive feedback”. Pendapatnya

dapat diartikan bahwa keterampilan sosial yang diajarkan guru kepada siswanya

meliputi: pengendalian diri, mendengarkan, memecahkan masalah, bernegosiasi,

bekerja sama, bergiliran, manajemen konflik, mendorong orang lain, dan

memberikan timbal balik yang positif.

Mengembangkan keterampilan sosial dalam mata pelajaran sejarah di

Sekolah Menengah Atas tidak sulit. Diperlukan seorang guru atau pendidik yang

mempunyai kemampuan bukan saja untuk mengajarkan materi pelajaran saja,

melainkan dituntut untuk menjadi guru yang mempunyai kemampuan untuk

mengembangkan, mencontohkan, dan melatih para siswanya untuk mempunyai

keterampilan sosial dalam pembelajarannya.

Namun pada kenyataannya, kondisi ideal selalu bersebrangan dengan

kenyataan. Para guru belum mampu mengembangkan keterampilan sosial dalam

pembelajaran sejarah pada siswanya. Berdasarkan pandangan Supriatna (2007)

bahwa kondisi pembelajaran sejarah di Indonesia masih cenderung pada

kurikulum yang berorientasi penguasaan materi subjek (esensialisme) sehingga

belum mampu mengembangkan keterampilan sosial siswa secara maksimal.

Paradigma esensialisme lebih menekankan pada transfer of knowledge sehingga

mengabaikan aspek afektif siswa. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan

paradigma ini memposisikan guru sebagai pusat belajar dan siswa sebagai objek

yang pasif. Kondisi tersebut memberikan waktu yang lebih banyak kepada guru

(13)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sosial yang ditinggalkan. Hal tersebut sesuai dengan kondisi pembelajaran sejarah

di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung. Berdasarkan hasil observasi dapat

dikatakan bahwa keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas

XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung masih tergolong rendah. Pertama, di dalam

kelas siswa masih terlihat berkelompok-kelompok. Mereka belum mampu berbaur

dengan teman sekelasnya. Kedua, siswa belum mampu menunjukkan sikap dan

bahasa yang sopan terhadap guru dan temannya. Hal tersebut terlihat ketika guru

dan siswa sedang melakukan tanya jawab di kelas. Siswa cenderung menjawab

pertanyaan guru dengan asal-asalan dan tidak menggunakan bahasa yang sopan

santun. Ketiga, ketika menjawab pertanyaan guru, siswa hanya membacakan

informasi yang ada di buku paket saja tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Hal

ini dapat dikatakan bahwa siswa belum mampu mengolah dan menggunakan

sumber informasi yang didapat.

Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya keterampilan sosial siswa

dalam pembelajaran sejarah. Sukardi (Wiyanarti, 2008: 135) menjelaskan bahwa

ketidakmampuan guru sejarah mengembangkan keterampilan sosial siswa

disebabkan oleh “jarang guru sejarah yang mampu mencari kaitan antara

pengalaman masa lampau masyarakat di lingkungan mereka dengan persoalan

kehidupan kompleks kekinian”. Di samping itu, menurut Gresham, dkk (Kaser,

2013: 1) bahwa “There are various reasons why students may not perform

appropriate social skills; they do not know a skill or because they do not know

how or when to use it”. Pendapatnya dapat diartikan bahwa ada berbagai alasan

mengapa siswa tidak menunjukan keterampilan sosialnya; mereka tidak

mengetahui kemampuannya atau mereka tidak mengetahui bagaimana dan kapan

menggunakannya. Jadi, jika dilihat dari pendapat tersebut kurangnya keterampilan

sosial pada siswa bukan hanya ketidakmampuan guru untuk mengembangkannya,

tetapi jika siswa tidak menggali keterampilannya maka keterampilan sosialnya

pun tidak akan berkembang.

Melatih dan mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam proses

pembelajaran dapat diintegrasikan melalui beberapa metode pembelajaran, salah

(14)

mampu mendobrak kelas dengan siswa yang individual dengan mengacu pada

pendapat Slavin (2005: 8) bahwa “Dalam metode pembelajaran kooperatif, para

siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang

untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru”. Melalui kerja kelompok

siswa tidak akan bekerja secara individual lagi, melainkan akan bekerja sama

dengan teman satu kelompoknya. Hal tersebut akan mendorong siswa untuk

membantu teman satu kelompoknya dalam melakukan usaha secara maksimal.

Dalam rangka mengembangkan keterampilan sosial, Anderson, dkk (Kaser, 2013:

2) menyatakan bahwa “Social skils can be taught as a separate subject using direct

instruction or though cooperative learning, or the skills can be integrates into the

academic curriculum”. Pendapatnya dapat diartikan bahwa keterampilan sosial

dapat diajarkan sebagai mata pelajaran terpisah atau melalui pembelajaran

kooperatif, atau dapat diitegrasikan dalam kurikulum akademik. Dalam metode

Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif mengandung pelatihan untuk

mengembangkan keterampilan sosial siswa. Dengan dasar bekerja dalam

kelompok siswa tidak hanya mengerjakan tugas dari guru saja, melainkan siswa

juga dilatih untuk memiliki keterampilan sosial seperti bekerja sama,

berkomunikasi, saling menghargai dan menghormati antar anggota kelompok,

mengelola konflik, berbagi tugas, dan sebagainya. Keterampilan sosial dalam

proses pembelajaran bukan hal yang tidak disengaja namun mengacu pada tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, seperti yang dijelaskan oleh Sja`roni (2008:

http://warungdiskusisosial.wordpress.com/2008/02/22/artikel-pendidikan/) bahwa

“Social skill dirumuskan dalam tujuan pembelajaran sebagai bentuk latihan yang

disengaja dan dirancang bersama dengan tujuan akademik”. Karakteristik yang dimiliki Cooperative Learning seperti interpedensi positif, interaksi promotif,

akuntabilitas individu, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dan

pemrosesan kelompok mampu mengembangkan keterampilan sosial siswa apabila

dilakukan secara intensif dan sesuai dengan prosedur.

Terdapat berbagai tipe dalam metode Cooperative Learning, namun dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode Cooperative Learning tipe Student

(15)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan sosial siswa. Menurut Slavin (2005: 11), gagasan utama dari metode

Cooperative Learning tipe STAD adalah “untuk memotivasi siswa supaya dapat

saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan

yang diajarkan oleh guru”. Maka dari itu, STAD mampu membuat siswa

mempunyai rasa tanggung jawab peduli terhadap teman satu kelompoknya. Selain

itu, peranan metode Cooperative Learning tipe STAD dapat membantu siswa

yang merasa rendah diri menjadi lebih percaya diri dan mampu berkomunikasi

dengan baik. Hal tersebut dikarenakan metode Cooperative Learning tipe STAD

mampu menggabungkan siswa yang kemampuannya berbeda-beda, sehingga

mereka dapat saling membantu satu sama lain untuk memiliki keterampilan sosial

yang baik. Beberapa aspek keterampilan sosial yang didapatkan oleh siswa

dengan menggunakan STAD, diantaranya adalah kemampuan siswa dalam

bekerjasama untuk mencapai satu tujuan, interaksi diantara siswa, siswa ikut

berpartisipasi dalam kelompok, siswa dapat berkomunikasi dengan baik, dan

menjaga keutuhan kelompok agar terhindar dari konflik.

Berdasarkan kesenjangan antara keterampilan sosial yang seharusnya di

kembangkan dalam pembelajaran sejarah dengan kondisi nyata di kelas XI IPS 3,

SMA Pasundan 1 Bandung, peneliti mengkaji masalah dengan judul “Penerapan

Metode Cooperative Learning tipe STAD untuk Meningkatkan Keterampilan

Sosial Siswa dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI

IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung).

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas yang menjadi rumusan masalah

pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Penerapan Metode Cooperative

Learning tipe STAD untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa dalam

Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung)?”. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah guru sejarah merencanakan pembelajaran sejarah dengan

(16)

meningkatkan keterampilan sosial siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan

1 Bandung?

2. Bagaimanakah mengembangkan tahapan-tahapan penerapan metode

Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial

siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1

Bandung?

3. Bagaimanakah hasil peningkatan keterampilan sosial siswa dalam

pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode Cooperative Learning

tipe STAD di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung?

4. Bagaimanakah solusi dalam menghadapi kesulitan pada saat menerapkan

metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan

keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan penerapan

metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan

sosial siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1

Bandung, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan dalam

rumusan masalah:

1. Menyusun desain perencanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan

metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan

keterampilan social siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.

2. Menjelaskan tahapan-tahapan penerapan metode Cooperative Learning

tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan social siswa dalam

pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.

3. Memaparkan hasil peningkatan keterampilan sosial siswa dalam

pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode Cooperative Learning

tipe STAD di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.

4. Mendeskripsikan solusi dalam menghadapi kesulitan pada saat

menerapkan metode Cooperative Learning tipe STAD untuk

mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah di

(17)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara praktis, yakni:

1. Bagi sekolah, dapat dijadikan rekomendasi untuk menggunakan metode

Student Teams-Achievement Divisions atau STAD dalam pembelajaran

sejarah di kelas.

2. Bagi guru, dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan sosial dengan

menggunakan metode STAD.

3. Bagi siswa, dapat mengembangkan keterampilan sosial dalam bekerjasama

dengan kelompok baik di dalam kelas maupun di masyarakat.

4. Bagi peneliti, dapat dijadikan rekomendasi untuk mengembangkan

keterampilan sosial melalui metode STAD di kesempatan berikutnya.

5. Bagi peneliti berikutnya, dapat dijadikan metode metode alternatif untuk

lebih meningkatkan aspek keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran

sejarah.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi penulisan skripsi, sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang penelitian, indentifikasi

dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, strutkur organisasi

skripsi.

BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Bab

ini melitputi konsep-konsep/ teori-teori/ dalil-dalil/ hukum-hukum/ model-model/

rumus/ rumus utama dan turunannya dalam bidang yang dikaji; penelitian

terdahulu yang relavan dengan bidang yang diteliti, termasuk prosedur, subjek,

dan temuannya; dan posisi teoritik peneliti yang berkenaan dengan masalah yang

diteliti, yang diturunkan dengan sub-judul “Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian”.

BAB III Metode Penelitian. Bab ini meliputi lokasi dan subjek populasi/

sampel penelitian, cara pemilihan sampel serta justifikasi dari pemilihan lokasi

serta penggunaan sampel, desain penelitian dan justifikasi dari pemilihan desain,

(18)

operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik

pengumpulan data dan alasan rasionalnya, dan analisis data.

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini meliputi pengolahan data

atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah

penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan

atau analisis temuan.

BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan

(19)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan subjek populasi di

kelas XI IPS 3, SMA Pasundan 1 Bandung. Ada beberapa alasan peneliti

menggunakan XI IPS 3 sebagai kelas penelitian. Pertama, selama pra-penelitian,

peneliti mengobservasi kegiatan belajar mengajar di kelas XI IPS 3 selama tiga

kali pertemuan. Kedua, peneliti menemukan masalah penting pada kegiatan

belajar mengajar untuk dipecahkan di kelas XI IPS 3. Ketiga, peneliti

memecahkan masalah pada kegiatan belajar mengajar di kelas XI IPS 3 dengan

melakukan penelitian tindakan kelas.

B. Desain Penelitian

Dalam menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), peneliti

memilih desain model spiral Kemmis dan Taggart untuk rancangan

penelitiaannya. Terdapat empat tahapan dalam desain model spiral Kemmis dan

Taggart, yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), observasi (observation), dan

refleksi (reflection). Arikunto (2010), menjelaskan empat tahapan model spiral

Kemmis dan Taggart yaitu:

1. Menyusun rancangan tindakan (planning)

Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,

dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Kemudian

peneliti mencari mitra atau kolaborator untuk mengamati proses jalannya

tindakan. Hal tersebut dikenal dengan istilah penelitian kolaboratif. “Cara ini

(20)

Selain itu berdasarkan penjelasan Arikunto (2010: 18) yang menjelaskan

bahwa:

Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik focus peristiwa yang perlu mwndapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.

2. Pelaksanaan tindakan (acting)

Tahap ini merupakan implementasi dari rancangan yang sudah dibuat pada

tahap menyusun rancangan tindakan (planning). Dalam melakukan tindakan

sebaiknya harus sesuai dengan rancangan tindakan yang sudah disusun

sebelumnya.

3. Pengamatan (observing)

Dalam tahap ini, observer mengamati dengan baik jalannya proses

tindakan. Tahap pengamatan sebenarnya dilakukan bersamaan dengan

tindakan. “Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama” (Arikunto:

2010: 19). Di samping itu, peneliti ada baiknya mencatat apa yang terjadi agar

mendapatkan data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya.

4. Refleksi (reflecting)

Tahapan ini merupakan tahapan yang terakhir pada desain spiral Kemmis

& Taggart. Tahap refleksi merupakan “kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan” (Arikunto, 2010: 19). Kegiatan ini dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan

kolaborator untuk menyusun rancangan tindakan berikutnya. Dalam kegiatan

ini, peneliti mengevaluasi dirinya setelah melakukan diskusi dengan

kolaborator, sehingga peneliti mengetahui tindakan harus diperbaiki atau

dihentikan.

Adapun alasan peneliti menggunakan desain spiral Kemmis & Taggart.

Penelitian yang dilakukan tidak akan memakan waktu yang lama sehingga tidak

diperlukan dua atau tiga tindakan dalam satu siklus, mengingat metode

cooperative learning tipe STAD bukan metode yang sangat rumit.

Berikut adalah empat tahapan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

(21)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Perencanaan (Plan)

Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Menentukan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.

b. Melakukan observasi pra-penelitian di kelas yang akan menjadi subjek

penelitian.

c. Meminta persetujuan kolaborator atau mitra untuk mengamati jalannya

proses tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti.

d. Menentukan waktu untuk melaksanakan penelitian.

e. Menyusun instrumen untuk mendapatkan data yang akurat dari

jalannya proses tindakan. Instrument yang digunakan peneliti meliputi

lembar panduan observasi, rubrik penilaian aspek keterampilan sosial,

lembar panduan observasi untuk menilai keterampilan sosial, dan

catatan lapangan.

f. Menentukan materi ajar yang akan disampaikan kepada siswa.

g. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai

pedoman atau acuan mengajar ketika penelitian.

h. Menentukan media untuk mendukung jalannya proses tindakan.

i. Membuat pre-test untuk pembentukkan kelompok.

j. Membuat kuis sebagai bahan evaluasi terhadap aspek kognitif siswa.

2. Tindakan (Act)

Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Melaksanakan tindakan dengan menerapkan metode cooperative

learning tipe STAD dalam pembelajaran sejarah sesuai dengan silabus

dan rencana pelaksanaan pembelajaran.

b. Mengamati aspek keterampilan sosial siswa yang sedang melakukan

pembelajaran dengan menggunakan rubrik.

c. Menukar siswa dalam setiap kelompok dengan membentuk kelompok

baru.

d. Menerapkan metode cooperative learning tipe STAD dalam

pembelajaran sejarah sesuai dengan silabus dan rencana pelaksanaan

(22)

3. Pengamatan (Observe)

Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan lembar panduan

observasi, rubrik keterampilan sosial siswa, dan lembar panduan

observasi untuk menilai keterampilan sosial.

b. Mengambil dokumentasi (foto) pada saat tindakan sedang berlangsung.

c. Mencatat apa yang terjadi selama proses tindakan berlangsung dalam

catatan lapangan.

4. Refleksi (Reflection)

Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:

a. Melakukan diskusi dengan kolaborator mengenai tindakan yang telah

dilakukan sebagai evaluasi untuk siklus berikutnya.

b. Memutuskan dirubah atau tidaknya, ataupun dilanjutkan atau tidaknya

tindakan pada siklus berikutnya.

C. Metode Penelitian

Berdasarkan masalah yang dikaji oleh peneliti mengenai “Penerapan metode cooperative learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa

dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS SMA Pasundan 1 Bandung”, maka

metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas.

Berdasarkan pendapat Kusumah (2010: 9), penelitian tindakan kelas adalah

“Penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat”.

Definisi lain dikemukakan oleh T Raka Joni (Hasan, 2011: 72) yang

mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai:

Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran itu dilakukan.

Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama

(23)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kualitas pembelajaran di kelas. Hal tersebut sesuai dengan hakikat dari penelitian

tindakan kelas yang dikemukakan oleh McNiff (Kusumah, 2010) bahwa hasil dari

penelitian tindakan kelas bisa dijadikan sebagai alat ukur untuk pengembang

keahlian dalam mengajar.

Adapun alasan peneliti menggunakan metode penelitian kelas sebagai metode

penelitian. Pertama, metode penelitian tindakan kelas merupakan solusi tepat

untuk mengkaji masalah mengenai Upaya mengembangkan keterampilan sosial

dalam pembelajaran sejarah melalui metode cooperative learning tipe STAD di

kelas XII IPS 5 SMA Pasundan 1 Bandung. Kedua, dengan menggunakan metode

penelitian tindakan kelas, peneliti memperbaiki, mengembangkan, dan

meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah melalui

metode cooperative learning tipe STAD.

D. Definisi Operasional

1. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi berdasarkan

rumusan dari Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pendidikan

Dasar dan Menengah. Di dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan tiga

dari lima poin keterampilan sosial yang sudah dirumuskan. Alasan peneliti

menggunakan tiga poin tersebut karena sesuai dengan permasalahan yang timbul

di kelas yang dijadikan subjek penelitian. Selain itu, ketiga poin tersebut sesuai

dengan karakeristik metode Cooperative Learning tipe STAD. Adapun

(24)

Tabel 3.1. Indikator Pencapaian Keterampilan Sosial Siswa

Siswa mampu mencari, memilah, dan mengolah informasi dari berbagai sumber

Siswa mampu mencari informasi dari berbagai sumber secara berkelompok. Siswa mampu memilah informasi yang berhubungan dengan materi pembelajaran secara berkelompok. Siswa mampu menggunakan sumber belajar dengan baik secara berkelompok.

Siswa mampu mengolah informasi yang sudah dipilih terlebih dahulu secara berkelompok.

Siswa memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan

Siswa mampu memberikan pendapat pada bagian guru menjelaskan materi. Siswa mampu memberikan pendapat pada saat berdiskusi dengan masing-masing kelompok dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa.

Siswa mampu menggunakan bahasa yang sopan santun pada saat berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing. Siswa mampu membuat uraian sesuai dengan lembar kegiatan siswa yang diberikan oleh guru berdasarkan hasil diskusi masing-masing kelompok. Siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya masing-masing.

Siswa mampu memahami,

menghargai, dan mampu bekerja sama dengan orang lain yang majemuk

Siswa mampu bekerjasama di dalam masing-masing kelompok untuk mengerjakan lembar kegiatan siswa yang diberikan oleh guru.

Siswa mampu menghargai pendapat dari anggota kelompoknya dengan tidak memotong pembicaraan.

(25)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. STAD

Student Team Achievement Divission (STAD) yang dimaksud dalam

penelitian ini mengadaptasi pendapat dari Slavin (2005). Berikut merupakan

langkah-langkah metode Cooperative Learning tipe Student Team Achievement

Divission (STAD).

Tabel 3.2. Tahap Pembelajaran STAD

Persiapan

Guru memberikan pre-test kepada siswa untuk membentuk kelompok STAD

Guru membentuk kelompok STAD sesuai dengan hasil pre-test.

Guru mempersiapkan materi ajar yang akan dijelaskan kepada siswa.

Guru membuat Lembar Kegiatan Siswa dan kuis.

Pengajaran

Guru mempresentasikan materi ajar kepada siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya maupun berpendapat.

Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa yang menjawab.

Belajar Tim

Siswa duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing. Guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa.

Siswa mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa secara berkelompok.

Guru berkeliling kelas untuk membimbing setiap kelompok.

Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.

Kuis Siswa mengerjakan kuis setelah dua periode pembelajaran

STAD.

Rekognisi Tim Guru memberikan reward kepada kelompok yang unggul.

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan instrumen, maka teknik

pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi.

Menurut Arikunto (2010: 127), “observasi adalah kegiatan pengamatan

(26)

dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe STAD. Peneliti

menggunakan teknik observasi dari pra-penelitian hingga tindakan penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti ikut berkontribusi sebagai observer atau sebagai

participant observer. Metode obervasi yang digunakan oleh peneliti adalah

observasi terfokus. Alasan peneliti menggunakan observasi terfokus agar pada

saat observer mengamati tindakan penelitian fokus pada permasalahan.

2. Catatan lapangan

Menurut Wiriaatmadja (2010: 125) catatan lapangan adalah hal yang sangat

penting yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan

pengamatan/observasi. Peneliti menggunakan teknik catatan lapangan untuk

mencatat proses pembelajaran dari awal sampai akhir tindakan. Penggunaan

cataan lapangan ini sangat bermanfaat bagi peneliti karena semua kegiatan yang

berlangsung di dalam kelas tercatat dalam catatan lapangan.

3. Studi dokumentasi.

Dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini adalah:

a. Silabus

b. RPP

c. Hasil skor pre-test

d. Hasil skor kuis

Peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk mengambil data-data yang

dapat mendukung kelompok. Silabus dan RPP digunakan untuk data perencanaan,

hasil pre-test dan kuis digunakan sebagai pedoman untuk membentuk kelompok.

F. Alat Pengumpulan Data

Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengambilan data, maka

instrument yang mendukung dalam penelitian ini adalah:

1. Lembar panduan observasi.

Lembaran panduan observasi merupakan instrumen yang digunakan peneliti

dari mulai observasi pra-penelitian hingga tindakan berlangsung. Lembar panduan

observasi berguna untuk mencatat hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada

(27)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aspek keterampilan sosial siswa pada saat pembelajaran STAD. Format lembar

panduan observasi yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada lampiran 1.

2. Catatan lapangan.

Catatan lapangan dapat juga digunakan sebagai instrumen penelitian. Peneliti

menggunakan catatan lapangan untuk mencatat aktivitas di kelas selama

penelitian berlangsung. Format catatan lapangan yang digunakan peneliti dapat

dilihat pada lampiran 2.

3. Task.

Task merupakan salah satu prinsip dari asesmen kinerja. Seperti yang

dijelaskan oleh Zainul (2011: 11), bahwa:

tugas-tugas kinerja (performance task) dapat berupa suatu proyek, pameran, portofolio, atau tugas-tugas yang mengharuskan mahasiswa memperlihatka kemampuan menangani hal-hal yang kompleks melalui penerapan pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk yang paling nyata (real-world application).

Peneliti menggunakan instrumen task untuk mengambil data berupa tugas

kelompok. Tugas kelompok siswa dibuat dalam bentuk lembar kegiatan siswa.

Format lembar kegiatan siswa dapat dilihat pada lampiran 3 (siklus 1), 4 (siklus

2), 5 (siklus 3), dan 6 (siklus 4).

4. Rubrik.

Peneliti menggunakan analytic rubric dalam penelitian ini. Format rubrik

yang digunakan berserta lembar penilaiannya dapat dilihat pada lampiran 7.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data pada metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sudah dilakukan

sejak awal observasi pra-penelitian. Di samping itu, melalui cacatan lapangan

peneliti sudah dapat langsung menganalisis apa yang diamati, situasi dan suasana

kelas, cara guru mengajar, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan

lain-lain. Dalam menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisis data

model Milles & Huberman. Mengenai teknik analisis data, Milles & Huberman

(Sugiyono, 2013: 337) menjelaskan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif

(28)

sehingga datanya sudah jenuh. Langkah-langkah teknik analisis data model

Milles & Huberman terdiri dari empat langkah, diantaranya adalah:

1. Reduksi Data

Dalam reduksi data, peneliti memilih dan merangkum data yang penting dari

catatan lapangan, lembar panduan observasi, dan hasil aspek keterampilan sosial.

Kemudian membuang data-data yang dianggap tidak penting.

2. Display Data

Display data merupakan tindak lanjut dari reduksi data. Dalam display data

atau penyajian data, peneliti menyusun dan mengorganisasikan hasil dari reduksi

data ke dalam suatu naratif yang tersusun secara sistematis.

3. Verifikasi Data

Dalam verifikasi data, peneliti mengambil kesimpulan atas data-data yang

telah disajikan pada langkah display data. Peneliti mengambik kesimpulan dengan

menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan berdasarkan data-data yang

valid.

Adapun alasan peneliti menggunakan model Milles & Huberman dalam

menganalisis data. Teknik analisis data model Milles & Huberman memudahkan

peneliti dalam mengorganisasikan data. Selain itu, data-data yang dianggap tidak

penting tidak akan muncul dalam penelitian ini karena sudah direduksi terlebih

dahulu.

H. Validasi Data

Dalam memvalidasi data peneliti menggunakan dua jenis validasi data untuk

mendukung penelitian ini.

1. Member Check

Pada tahap ini peneliti “memeriksa kembali keterangan atau informasi data

yang diperoleh selama observasi atau wawancara apakah keterangan/ informasi itu tidak berubah atau ajeg” (Hasan, 2011: 73). Peneliti menggunakan pengujian ini untuk memeriksa apakah data berupa hasil observasi yang dilakukan oleh

mitra, catatan lapangan yang dilakukan oleh peneliti, dan sosiometri yang

(29)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Expert Opninion

Pada tahap ini peneliti meminta pakar/ahli untuk “memeriksa semua tahapan

penelitian dan memberikan pendapat dan arahan atau judgement terhadap masalah

ataupun langkah-langkah dalam penelitian” (Hasan, 2011: 80). Peneliti

menggunakan pengujian ini untuk meminta pendapat ahli mengenai masalah yang

dikaji. Selain itu karena ini penelitian tindakan kelas pertama yang dilakukan

peneliti maka arahan dari ahli sangat diperlukan. Expert opinion digunakan untuk

menguji data berupa lembar kegiatan, kuis siswa, dan tindakan penelitian yang

dilakukan peneliti. Lembar kegiatan dan kuis siswa menggunakan soal-soal yang

sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam pembuatan soal, peneliti memerlukan

pakar/ahli untuk dapat membantu dalam pengujian data ini. Selain itu, peneliti

juga memerlukan pendapat ahli dalam membuat instrumen untuk mengukur

(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti

terhadap hasil temuan penelitian. Dalam menafsirkan hasil temuan penelitian,

peneliti mengacu kepada rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.

Selain itu, pada bab ini juga peneliti menjelaskan rekomendasi bagi penelitian

selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil temuan penelitian, terdapat beberapa hal yang dapat

disimpulkan oleh peneliti. Pertama, perencanaan pembelajaran merupakan hal

yang penting bagi seorang guru. Mengingat bahwa dengan adanya perencanaan,

proses pembelajaran di kelas memiliki tujuan yang pasti dan pembelajaran terasa

lebih bermakna. Perencaaan pembelajaran yang baik perlu memperhatikan

beberapa kondisi, yaitu kondisi kurikulum, sekolah, karateristik siswa, dan

kondisi guru. Demikian pula dengan perencanaan pembelajaran sejarah dengan

menggunakan metode Cooperative Learning tipe STAD di Kelas XI IPS 3 SMA

Pasundan 1 Bandung. Adapun perencanaan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu

mempersiapkan materi pembelajaran, mempersiapkan media pembelajaran,

membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat Lembar Kegiatan

Siswa, membuat kuis sebagai alat evaluasi, membuat rubrik untuk menilai aspek

keterampilan sosial siswa, dan membuat pre-test untuk pembentukan kelompok.

Karena pada dasarnya, STAD memiliki prinsip untuk mengelompokkan siswa

berdasarkan kemampuannya.

Kedua, pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode Cooperative

Learning tipe STAD dengan melakukan beberapa langkah, diantaranya adalah (1)

guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 6-7 siswa

dengan kemampuan yang berbeda-beda. (2) guru menjelaskan materi

pembelajaran sebagai pengetahuan dasar siswa dalam mengerjakan Lembar

(31)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berdiskusi dalam mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa yang diberikan oleh guru.

Pada bagian diskusi kelompok, peneliti berkeliling kelas untuk membimbing

siswa bukan saja dalam aspek kognitif, melainkan lebih fokus pada aspek

keterampilan sosialnya. (4) siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di

depan kelas.

Ketiga, metode Cooperative Learning tipe STAD merupakan metode yang

menekankan bukan hanya aspek kognitf saja, melainkan aspek afektif juga.

Penelitian ini membuktikan bahwa dengan penerapan metode Cooperative

Learning dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan keterampilan sosial

siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung. Aspek eterampilan sosial

yang menonjol pada setiap siklusnya adalah keterampilan mencari, memilah, dan

mengolah informasi. Siswa mampu menyaring informasi yang berkaitan dengan

materi pembelajaran sebelum menggunakannya pada saat mengerjakan LKS.

Dengan adanya prinsip STAD yang mengelompokkan siswa berdasarkan

kemampuan membuat siswa dapat belajar beradaptasi dengan teman satu

kelompoknya, sehingga siswa pun belajar mempunyai keterampilan sosial.

Peningkatan keterampilan sosial di kelas XI IPS 3 tidak meningkat dengan

mudah, apalagi ketika dilakukan pembentukan kelompok baru. Siswa

membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan teman satu kelompoknya. Setelah

cukup waktu beradaptasi, keterampilan sosial siswa dapat meningkat . Jadi, siswa

kelas XI IPS 3 membutuhkan sekitar 2-3 periode STAD untuk dapat

meningkatkan keterampilan sosialnya. Jika dalam jangka waktu yang panjang

selalu dilakukan pergantian kelompok dalam 2-3 periode STAD, maka siswa

dapat meningkatkan keterampilan sosialnya dengan maksimal. Siswa dapat

mempunyai keterampilan sosial di lingkungan kelas, kemudian meluas hingga

lingkungan sekolah, bahkan meluas kembali ke lingkungan masyarakat.

Keempat, dalam melakukan penelitian ini, peneliti menemukan

kendala-kendala yang menghambat proses penelitian. Kendala-kendala-kendala tersebut

diantaranya adalah siswa belum terbiasa jika dikelompokkan bukan dengan teman

sepermainannya, tidak semua siswa mempunyai buku paket pelajaran sejarah,

(32)

manejmen waktu yang kurang baik, dan observer yang berganti-ganti. Namun,

peneliti mampu mengatasi kendala-kendala yang terjadi pada saat proses

penelitian.

Adapun solusi yang ditawarkan peneliti dalam menghadapi kendala-kendala

tersebut. Pertama, mengenai ketidaksiapan siswa dalam berkelompok, peneliti

membimbing siswa dengan memberikan pengertian bahwa tujuan

dikelompokannya siswa menurut kemampuan ini adalah supaya siswa dapat

membantu temannya untuk menguasai materi. Sehingga kemampuan dalam satu

kelompok dapat merata. Kemudian peneliti juga menekankan kepada siswa bahwa

metode Cooperative Learning tipe STAD bukan metode yang bertujuan untuk

meningkatkan penguasaan materi siswa saja melainkan dapat meningkatkan

keterampilan sosial siswa. Kedua, mengenai siswa yang tidak mempunyai buku

paket dan jaringan hotspot yang tidak terjangkau, peneliti meminta siswa untuk

meminjam buku teks sejarah dari perpustakaan. Selain itu, peneliti meminta siswa

yang bisa mengakses internet di handphonenya untuk berbagi dengan siswa yang

lain. Ketiga, mengenai kondisi kelas yang gaduh, Peneliti bersikap tegas dalam

menghadapi siswa supaya lebih kondusif dalam melaksanakan proses

pembelajaran. Keempat, mengenai manajemen waktu yang kurang baik, peneliti

menyusun ulang perencanaan pembelajaran agar mempunyai perkiraan mengenai

kondisi apa saja yang akan terjadi pada saat proses pembelajaran. Kelima,

mengenai observer yang berganti-ganti, peneliti mendiskusikan jadwal dengan

observer yang akan membantu peneliti dalam penelitian ini, sehingga peneliti dan

observer bisa menyesuaikan dengan jadwal yang sudah disetujui sebelumnya.

B. Rekomendasi

Adapun rekomendasi atau saran yang ditawarkan oleh peneliti, diantaranya

adalah pertama, dengan penerapan metode Cooperative Leanirng tipe STAD

dalam pembelajaran sejarah dapat menjadi metode alternatif bagi sekolah dan

guru untuk lebih mengembangkan aspek keterampilan sosial siswa di kelas. Hal

tersebut dapat mendobrak anggapan bahwa pelajaran sejarah yang bersifat hafalan

(33)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

siswa, yaitu dengan mengembangkan dan meningkatkan keterampilan sosial

siswa. Namun, dalam hal ini bukan berarti guru menghilangkan aspek kognitif

siswa.

Kedua, dengan penerapan metode Cooperative Learning tipe STAD di kelas

dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih mengenal keterampilan

sosial yang dimilikinya. Kemudian dapat mengembangkan dan meningkatkan

keterampilan sosialnya secara maksimal.

Ketiga, bagi peneliti dapat dijadikan rekomendasi untuk mengembangkan

keterampilan sosial melalui metode STAD dalam pembelajaran sejarah di

kesempatan berikutnya. Keempat, bagi peneliti berikutnya yang akan menjadikan

metode Cooperative Learning tipe STAD sebagai acuan dalam penelitiannya,

disarankan untuk lebih mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa dengan kreatif

agar memotivasi siswa untuk mengerjakannya lebih semangat. Selain itu,

disarankan setelah 2-3 kali periode pembelajaran STAD untuk membentuka

kelompok baru dengan anggota yang baru pula. Hal tersebut dilakukan untuk

(34)

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Eggen, P. (2013). Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Belajar. Jakarta: Indeks.

Hasan, H. (2011). Buku Ajar Penelitian Pendidikan Sejarah. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah.

Huda, M. (2013). Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Jakarta: Pustaka Pelajar

Jacobsen, D. (2009). Method for Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jarolimek, J. (1983). Social Studies Competencies and Skills, Learning to Teach as Intern. New York: Macmillan.

Kochar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta: Grasindo.

Kusumah, W. dan Dwitagama, D. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks.

Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.

Milan, M.A. (1885). Handbook of Social Skills Training and Research. Canada: John Wiley & Sons.

Muijs, D. dan Reynolds, D. (2008). Effective Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

(35)

Dinan Afifah Firdaus, 2014

Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Hisoria Utama Press.

Syaodih, N. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Tn. (2012). Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Yusuf LN, S. (2010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Zainul, A. (2001). Alternative Assesment. Jakarta: PAU-PAI.

2. Makalah

Supardan, D. (2008). “Pengembangan Social Skills Anak Emotional

Disturbance Gifted & Talented dalam Pembelajaran IPS. Makalah pada Seminar Internasional dalam Pembelajaran Sosial Skills di Sekolah, Bandung.

3. Skripsi

Lestari, A.I . (2007). Upaya peningkatan keterampilan sosial siswa melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (Student Team Achievent Division) dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-3 di SMP Negeri 1 Bandung). Skripsi Pada FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

Salamudd, R. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu (Studi Eksperimen Terhadap Siswa Tunarungu Kelas V di SDN Mandriri 1). Skripsi Pada FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.

(36)

Yanti, D. (2005). Keterampilan Sosial Pada Anak Menengah Akhir yang Mengalami Gangguan Perilaku. Skripsi Sarjana pada Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara.

4. Internet

Cartledge, G dan Milburn, J.F. (1978). The Case for Teaching Social Skill in

The Classroom: A Review. [Online]. Tersedia:

http://www.jstor.org/stable/1169912. [17 Juli 2013]

Kamarga, H. (2010). “Pengembangan Social & Academic Skills Melalui Model Social Inquiry dalam Interaksi Belajar-Mengajar Sejarah”.

[Online]. Tersedia:

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195609 021987032

HANSISWANY_KAMARGA/KARYA_TULIS_ARTIKEL/Makala h_Pengembangan_Social_Skills.pdf. [3 Juli 2013]

Kaser, C.H. (2004). Teaching Social Skiils. [Online]. Tersedia: http://education.odu.edu/esse/docs/socialskills.pdf. [4 Juli 2013]

Mu’tadin, Z. (2002). Mengembangkan Keterampilan Sosial Pada Remaja.

[Online]. Tersedia:

http://www.batan.go.id/repo_msm/e_book/ratnas/Local%20Disk%20 (C)/New%20Folder/Umum/PRIBADOS/Kepribadian/RUMAH%20 TANGGA/Mengembangkan%20Ketrampilan%20Sosial%20Pada%2 0Remaja.doc. [3 Juli 2013].

NASP. (____). Social Skills: Promoting Positive Behaviour, Academic Succes,

and School Safety. [Online]. Tersedia:

Gambar

Tabel 3.1. Indikator Pencapaian Keterampilan Sosial Siswa
Tabel 3.2. Tahap Pembelajaran STAD

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pembelajaran dengan Pendekatan Metaphorical Thinking untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Matematik, Komunikasi Matematik dan Kepercayaan Diri Siswa Sekolah Menengah

metode dempster shafer menghasilkan nilai persentase peluang terkena cerebral palsy dengan tingkat akurasi terhadap fakta sebesar 41%, sedangkan metode bayes menentukan level

Mangkunegara, Anwar Prabu, (2000), Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan , Cetakan Kedua, Remaja Rosdakarya Offset, Bandung.. Mathis dan Jackson, (2002), Manajemen

(1) Dalam hal langkah-langkah penertiban dan pendayagunaan tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, 16, 17, 18 dan Pasal 19, Pemegang Hak Atas Tanah atau pihak yang telah

Penerapan Analisis SWOT Dalam Strategi Pemasaran Produk Tabungan Pada BMI Cabang Pembantu Magelang.. Sekolah Tinggi Agama Islam

Pengaruh Konflik Peran Ganda Sebagai Ibu Rumah Tangga dan Pekerja Terhadap Tingkat Stres Wanita Karir (Studi Kasus Pada Pegawai Negeri Sipil Wanita di Kota Semarang Jawa

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan. © Anisa Suciati Wardhani 2015 Universitas