Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM
PEMBELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung)
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah
Ditulis oleh:
Dinan Afifah Firdaus 0906686
JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM
PEMBELAJARAN SEJARAH
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung)
Oleh:
Dinan Afifah Firdaus
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Dinan Afifah Firdaus 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
April 2014
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
HALAMAN PENGESAHAN
DINAN AFIFAH FIRDAUS
PENERAPAN METODE COOPERATIVE LEARNING TIPE STAD UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN SOSIAL SISWA DALAM
PEMBELAJARAN SEJARAH
(PENELITIAN TINDAKAN KELAS DI KELAS XI IPS 3
SMA PASUNDAN 1 BANDUNG)
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing I
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd
NIP : 19570408 198403 1 003
Pembimbing II
Yeni Kurniawati Sumantri, M.Pd
NIP : 19770602 200312 2 001
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd
ABSTRAK
Penelitian ini berawal dari masalah yang terjadi di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti didapatkan data bahwa keterampilan sosial siswa di kelas XI IPS 3 pada pembelajaran sejarah masih tergolong rendah. Hal tersebut dapat dilihat pada siswa yang masih berkelompok-kelompok, sehingga siswa belum mampu berbaur dengan teman sekelasnya. Siswa belum mampu menunjukkan sikap dan bahasa yang sopan santun. Selain itu, siswa belum mampu mengolah dan menggunakan informasi yang didapat. Dalam memecahkan masalah tersebut, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas dengan model Kemmis & Tagart. Permasalahan utama dalam penelitian ini adalah “Bagaimana penerapan metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung?”. Tujuan dari penelitian ini adalah, 1) menyusun desain perencanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung, 2) menjelaskan tahapan-tahapan penerapan metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung, 3) memaparkan hasil peningkatan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode Cooperative Learning tipe STAD di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung, 4) mendeskripsikan solusi dalam menghadapi kesulitan pada saat menerapkan metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama empat siklus, dapat diperoleh data bahwa penerapan metode Cooperative Learning tipe STAD berhasil meningkatkan keterampilan sosial siswa di kelas XI IPS 3. Namun, pada siklus 2 ke siklus 3 tidak mengalami perubahan sama sekali. Maka dari itu peneliti merubah anggota kelompok, sehingga terjadi peningkatan pada aspek keterampilan sosial siswa. Indikator pencapaian yang menonjol pada setiap siklusnya adalah keterampilan mencari, memilah, dan menggunakan informasi. Siswa mampu menyaring informasi yang berkaitan dengan materi sebelum menggunakannya dalam mengerjakan LKS. Diharapkan untuk peneliti berikutnya untuk selalu membentuk kelompok baru dalam pembelajaran STAD pada sekitar 2-3 periode STAD agar keterampilan sosial siswa dapat meningkat dengan baik.
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Abstract
This research begins with a problem that occurs in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung. Based on the observation that the social skill of the students in XI IPS 3 on the learning of history is still relatively low. It can be seen in students who are still in groups, so that students have not been able to mingle wih their classmates. Students have not been able to demonstrate the attitude and language that is polite. Beside it, the students have not been able to process and use the information obtained. To solve the problem, researcher use action research method by Kemmis & Taggart model. The main problem in this research is “How the application of Cooperative Learning method STAD type to enhance student`s social skill in the learning of history in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung?”. The goal of this research is, 1) preparing learning plan design history by applying cooperative learning method STAD type to enhance social skill of students in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung, 2) explain the steps of the application of cooperative learning method STAD type to enhance social skill of students in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung 3) present the result of student`s social skill enhancement role in the learning of History by applying cooperative learning method STAD type in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung 4) describe the solution to face dificulity when applying cooperative learning method STAD type to enhance social skill of students in XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung. Based on the research for four cycles, can be obtained from the data that the application of cooperative learning method STAD type can increase student`s social skill in XI IPS 3 succesfully. But, at 2nd cycle to 3rd do not change at all. Researcher then change the member of the group, so that aspect of social skill increase. Salient aspect of social skill in every cycle is search, select, and process information skill. Students are able to filter out information relate to the material before using it in doing worksheet. Expected for the next researcher to constantly form new group in the STAD at about 2-3 SAD period in order to increase students`social skill well.
DAFTAR ISI
JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN KEASLIAN NASKAH
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR GRAFIK ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Keterampilan Sosial ... 10
1. Pengertian Keterampilan Sosial ... 10
2. Ciri-Ciri Keterampilan Sosial ... 11
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Sosial ... 12
4. Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Sejarah ... 16
B. Cooperative Learning ... 18
1. Pengertian Cooperative Learning ... 18
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Karakteristik Cooperative Learning ... 21
4. Kelemahan dan Kelebihan Cooperative Learning ... 29
C. Student Team – Achievement Division (STAD) ... 33
1. Pengertian STAD ... 33
2. Komponen Utama STAD ... 34
3. Hubungan Cooperative Learning Tipe STAD dengan keterampilan sosial siswa dalam Pembelajaran Sejarah ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 39
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 39
B. Desain Penelitian... 39
C. Metode Penelitian ... 42
D. Definisi Operasional ... 44
1. Keterampilan Sosial ... 44
2. Student Team – Achivement Division (STAD) ... 45
E. Teknik Pengumpulan Data ... 45
1. Observasi ... 45
2. Catatan Lapangan ... 46
3. Studi Dokumentasi ... 46
F. Alat Pengumpul Data ... 46
1. Lembar Panduan Observasi ... 46
2. Catatan Lapangan ... 47
3. Task ... 47
4. Rubrik... 47
G. Teknik Analisis Data ... 47
1. Reduksi Data ... 48
2. Display Data ... 48
3. Verifikasi Data ... 48
H. Validasi Data ... 48
1. Member Check ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 50
A. Perencanaan Pembelajaran Sejarah dengan Menerapkan Metode Cooperative Learning Tipe STAD untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung ... 50
1. Langkah-Langkah Perencanaan ... 53
2. Deskripsi Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 54
B. Tahapan-Tahapan Pelaksanaan Metode Cooperative Learning Tipe STAD untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Sejarah di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung ... 54
1. Analisis Tahapan Kegiatan ... 54
a. Kegiatan Pendahuluan... 55
b. Kegiatan Inti ... 55
c. Kegiatan Penutup ... 56
2. Deskripsi Kegiatan Tahapan Siklus ... 56
a. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 1... 56
1. Perencanaan ... 56
2. Tindakan... 57
3. Observasi ... 62
4. Refleksi ... 64
b. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 2... 66
1. Perencanaan ... 66
2. Tindakan... 67
3. Observasi ... 72
4. Refleksi ... 74
c. Deskripsi Pelaksanaan Siklus 3... 74
1. Perencanaan ... 74
2. Tindakan... 75
3. Observasi ... 79
4. Refleksi ... 81
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1. Perencanaan ... 82
2. Tindakan... 88
3. Observasi ... 83
4. Refleksi ... 87
C. Hasil Peningkatan Keterampilan Sosial Siswa dalam Pembelajaran Sejarah dengan Menerapkan Metode Cooperative Learning Tipe STAD di Kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung ... 88
1. Analisis dan Pengolahan Data Siklus... 89
a. Analisis dan Pengolahan Data Siklus 1... 89
b. Analisis dan Pengolahan Data Siklus 2... 95
c. Analisis dan Pengolahan Data Siklus 3... 102
d. Analisis dan Pengolahan Data Siklus 4... 109
2. Analisis Hasil Penelitian ... 114
D. Solusi dalam Menghadapi Kendala Pada Saat Menerapkan Metode Cooperative Learning Tipe STAD... 122
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 125
B. Rekomendasi ... 127
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Dewasa ini Social Skill atau keterampilan sosial perlu dikembangkan oleh
setiap pengajar di sekolah-sekolah. Mengingat bahwa proses pembelajaran bukan
hanya transfer of knowledge saja, melainkan guru harus mampu mengembangkan
keterampilan-keterampilan yang bermanfaat bagi siswa. Keterampilan sosial
merupakan salah satu diantaranya. Selain itu, sekolah diharapkan mampu
mencetak peserta didik yang memiliki keterampilan sosial agar mampu
beradaptasi dan bekerja sama dengan masyarakat global.
Mengembangkan keterampilan sosial siswa sangat penting karena hal
tersebut akan menentukan kemampuan siswa untuk menyesuaikan diri dalam
kondisi apapun. Idealnya keterampilan sosial mulai dilatih dan dikembangkan
sejak anak-anak, misalnya dengan memberikan waktu yang cukup untuk bermain
dengan teman sebayanya dan memberikan tanggung jawab sesuai dengan masa
perkembangannya.
Melatih dan mengembangkan keterampilan sosial pada siswa dapat
menjadikannya sebagai manusia yang bertanggung jawab jika diarahkan dengan
tepat. Berdasarkan tulisan Joyce & Alleman Brooks, Bellack & Hersen, Kolko &
Milan, dan Knoff (Supardan, 2008: 2), pengembangan keterampilan sosial
diarahkan pada enam unsur yaitu “keterampilan survival di sekolah, keterampilan
intrapersonal, keterampilan interpersonal, keterampilan bekerjasama, keterampilan memecahkan masalah, dan keterampilan resolusi konflik”. Keterampilan sosial merupakan salah satu aspek yang diharapkan dalam
pendidikan ilmu sosial, seperti yang dipaparkan oleh The National Council for
The Social Studies (NCSS) (Jarolimek, 1977: 5) bahwa tujan dari keterampilan
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
(a) Living and working together, taking turns, respecting the rights of others, and being socially sensitive;
(tinggal dan bekerja sama, bergiliran, menghormati hak orang lain, dan sensitif secara sosial)
(b) Learning self-control and self-direction; (belajar mengendalikan dan mengarahkan diri) (c) Sharing ideas and experiences with others.
(berbagi ide dan pengalaman dengan yang lainnya)
Selain itu, berdasarkan NASP (National Association of School Psychologist)
(NASP, http://www.nsaponline.org/resources/factsheets/socialskill), “the extent to
which children and adolescents posses good social skills can influence their
academic performance, behavior, social and family relationship, and involvement
in extracurricular activities”. Penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa anak-anak
dan remaja yang memiliki keterampilan sosial yang baik dapat mempengaruhi
kinerja akademik, perilaku, hubungan sosial dan keluarga, dan kegiatan
ekstrakulikulernya.
Pengembangan keterampilan sosial juga menjadi hal yang sangat penting
ketika siswa sudah menginjak masa remaja, karena pada masa inilah siswa sudah
memasuki dunia pergaulan yang luas dan lingkungan sosial yang kompleks. Jika
siswa tidak memiliki keterampilan sosial, maka yang akan terjadi adalah
kurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan sekitarnya.
Sehingga yang akan timbul dalam diri siswa adalah rasa rendah diri, berperilaku
yang kurang normatif, kenakalan remaja, tindakan kekerasan, dan sebagainya.
Kondisi serupa juga ditemukan oleh Tyron dan Merrel (Muijs, 2008: 203) bahwa “di kalangan remaja, kurangnya keterampilan sosial ditemukan berhubungan
dengan depresi dan kecemasan”. Cartlede & Milburn (Spence, 1983: 170)
menemukan bukti yang menunjukkan bahwa “poor social skills are realted to
impaired cognitive and academic performance”. Pendapat tersebut dapat diartikan
bahwa kurangnya keterampilan sosial berkaitan erat dengan terhambatnya kinerja
kognitif dan akademis. Selain itu, Anderson, dkk (Kasser, 2013: 1) menyatakan
bahwa “The long-term outcomes for students whose social skills problems go
unremediated include: cycle of failure, peer rejection, poor school outcomes, and
jangka panjang bagi siswa yang bermasalah dengan keterampilan sosialnya
meliputi: siklus kegagalan, penolakan teman sebaya, hasil belajar yang buruk, dan
masalah penyesuaian sebagai orang dewasa.
Melalui sekolah, keterampilan sosial dapat dikembangkan dengan melakukan
proses pembelajaran yang melibatkan guru, siswa, dan lingkungan belajarnya.
Banyak sekali keterampilan sosial yang dapat dikembangkan guru dalam proses
pembelajaran. Quin, dkk (Kaser, 2013: 1) menjelaskan bahwa “social skills that
teachers may want to work on with their students include: self-control, listening,
problem solving, negotiating, working together, taking turns, conflict
management, encouraging others, and giving positive feedback”. Pendapatnya
dapat diartikan bahwa keterampilan sosial yang diajarkan guru kepada siswanya
meliputi: pengendalian diri, mendengarkan, memecahkan masalah, bernegosiasi,
bekerja sama, bergiliran, manajemen konflik, mendorong orang lain, dan
memberikan timbal balik yang positif.
Mengembangkan keterampilan sosial dalam mata pelajaran sejarah di
Sekolah Menengah Atas tidak sulit. Diperlukan seorang guru atau pendidik yang
mempunyai kemampuan bukan saja untuk mengajarkan materi pelajaran saja,
melainkan dituntut untuk menjadi guru yang mempunyai kemampuan untuk
mengembangkan, mencontohkan, dan melatih para siswanya untuk mempunyai
keterampilan sosial dalam pembelajarannya.
Namun pada kenyataannya, kondisi ideal selalu bersebrangan dengan
kenyataan. Para guru belum mampu mengembangkan keterampilan sosial dalam
pembelajaran sejarah pada siswanya. Berdasarkan pandangan Supriatna (2007)
bahwa kondisi pembelajaran sejarah di Indonesia masih cenderung pada
kurikulum yang berorientasi penguasaan materi subjek (esensialisme) sehingga
belum mampu mengembangkan keterampilan sosial siswa secara maksimal.
Paradigma esensialisme lebih menekankan pada transfer of knowledge sehingga
mengabaikan aspek afektif siswa. Pembelajaran sejarah dengan menggunakan
paradigma ini memposisikan guru sebagai pusat belajar dan siswa sebagai objek
yang pasif. Kondisi tersebut memberikan waktu yang lebih banyak kepada guru
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sosial yang ditinggalkan. Hal tersebut sesuai dengan kondisi pembelajaran sejarah
di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung. Berdasarkan hasil observasi dapat
dikatakan bahwa keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas
XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung masih tergolong rendah. Pertama, di dalam
kelas siswa masih terlihat berkelompok-kelompok. Mereka belum mampu berbaur
dengan teman sekelasnya. Kedua, siswa belum mampu menunjukkan sikap dan
bahasa yang sopan terhadap guru dan temannya. Hal tersebut terlihat ketika guru
dan siswa sedang melakukan tanya jawab di kelas. Siswa cenderung menjawab
pertanyaan guru dengan asal-asalan dan tidak menggunakan bahasa yang sopan
santun. Ketiga, ketika menjawab pertanyaan guru, siswa hanya membacakan
informasi yang ada di buku paket saja tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Hal
ini dapat dikatakan bahwa siswa belum mampu mengolah dan menggunakan
sumber informasi yang didapat.
Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya keterampilan sosial siswa
dalam pembelajaran sejarah. Sukardi (Wiyanarti, 2008: 135) menjelaskan bahwa
ketidakmampuan guru sejarah mengembangkan keterampilan sosial siswa
disebabkan oleh “jarang guru sejarah yang mampu mencari kaitan antara
pengalaman masa lampau masyarakat di lingkungan mereka dengan persoalan
kehidupan kompleks kekinian”. Di samping itu, menurut Gresham, dkk (Kaser,
2013: 1) bahwa “There are various reasons why students may not perform
appropriate social skills; they do not know a skill or because they do not know
how or when to use it”. Pendapatnya dapat diartikan bahwa ada berbagai alasan
mengapa siswa tidak menunjukan keterampilan sosialnya; mereka tidak
mengetahui kemampuannya atau mereka tidak mengetahui bagaimana dan kapan
menggunakannya. Jadi, jika dilihat dari pendapat tersebut kurangnya keterampilan
sosial pada siswa bukan hanya ketidakmampuan guru untuk mengembangkannya,
tetapi jika siswa tidak menggali keterampilannya maka keterampilan sosialnya
pun tidak akan berkembang.
Melatih dan mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam proses
pembelajaran dapat diintegrasikan melalui beberapa metode pembelajaran, salah
mampu mendobrak kelas dengan siswa yang individual dengan mengacu pada
pendapat Slavin (2005: 8) bahwa “Dalam metode pembelajaran kooperatif, para
siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang
untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru”. Melalui kerja kelompok
siswa tidak akan bekerja secara individual lagi, melainkan akan bekerja sama
dengan teman satu kelompoknya. Hal tersebut akan mendorong siswa untuk
membantu teman satu kelompoknya dalam melakukan usaha secara maksimal.
Dalam rangka mengembangkan keterampilan sosial, Anderson, dkk (Kaser, 2013:
2) menyatakan bahwa “Social skils can be taught as a separate subject using direct
instruction or though cooperative learning, or the skills can be integrates into the
academic curriculum”. Pendapatnya dapat diartikan bahwa keterampilan sosial
dapat diajarkan sebagai mata pelajaran terpisah atau melalui pembelajaran
kooperatif, atau dapat diitegrasikan dalam kurikulum akademik. Dalam metode
Cooperative Learning atau pembelajaran kooperatif mengandung pelatihan untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa. Dengan dasar bekerja dalam
kelompok siswa tidak hanya mengerjakan tugas dari guru saja, melainkan siswa
juga dilatih untuk memiliki keterampilan sosial seperti bekerja sama,
berkomunikasi, saling menghargai dan menghormati antar anggota kelompok,
mengelola konflik, berbagi tugas, dan sebagainya. Keterampilan sosial dalam
proses pembelajaran bukan hal yang tidak disengaja namun mengacu pada tujuan
pembelajaran yang akan dicapai, seperti yang dijelaskan oleh Sja`roni (2008:
http://warungdiskusisosial.wordpress.com/2008/02/22/artikel-pendidikan/) bahwa
“Social skill dirumuskan dalam tujuan pembelajaran sebagai bentuk latihan yang
disengaja dan dirancang bersama dengan tujuan akademik”. Karakteristik yang dimiliki Cooperative Learning seperti interpedensi positif, interaksi promotif,
akuntabilitas individu, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, dan
pemrosesan kelompok mampu mengembangkan keterampilan sosial siswa apabila
dilakukan secara intensif dan sesuai dengan prosedur.
Terdapat berbagai tipe dalam metode Cooperative Learning, namun dalam
penelitian ini peneliti menggunakan metode Cooperative Learning tipe Student
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
keterampilan sosial siswa. Menurut Slavin (2005: 11), gagasan utama dari metode
Cooperative Learning tipe STAD adalah “untuk memotivasi siswa supaya dapat
saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan
yang diajarkan oleh guru”. Maka dari itu, STAD mampu membuat siswa
mempunyai rasa tanggung jawab peduli terhadap teman satu kelompoknya. Selain
itu, peranan metode Cooperative Learning tipe STAD dapat membantu siswa
yang merasa rendah diri menjadi lebih percaya diri dan mampu berkomunikasi
dengan baik. Hal tersebut dikarenakan metode Cooperative Learning tipe STAD
mampu menggabungkan siswa yang kemampuannya berbeda-beda, sehingga
mereka dapat saling membantu satu sama lain untuk memiliki keterampilan sosial
yang baik. Beberapa aspek keterampilan sosial yang didapatkan oleh siswa
dengan menggunakan STAD, diantaranya adalah kemampuan siswa dalam
bekerjasama untuk mencapai satu tujuan, interaksi diantara siswa, siswa ikut
berpartisipasi dalam kelompok, siswa dapat berkomunikasi dengan baik, dan
menjaga keutuhan kelompok agar terhindar dari konflik.
Berdasarkan kesenjangan antara keterampilan sosial yang seharusnya di
kembangkan dalam pembelajaran sejarah dengan kondisi nyata di kelas XI IPS 3,
SMA Pasundan 1 Bandung, peneliti mengkaji masalah dengan judul “Penerapan
Metode Cooperative Learning tipe STAD untuk Meningkatkan Keterampilan
Sosial Siswa dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas XI
IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung).
B. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas yang menjadi rumusan masalah
pada penelitian ini adalah “Bagaimanakah Penerapan Metode Cooperative
Learning tipe STAD untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa dalam
Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung)?”. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah guru sejarah merencanakan pembelajaran sejarah dengan
meningkatkan keterampilan sosial siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan
1 Bandung?
2. Bagaimanakah mengembangkan tahapan-tahapan penerapan metode
Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial
siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1
Bandung?
3. Bagaimanakah hasil peningkatan keterampilan sosial siswa dalam
pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode Cooperative Learning
tipe STAD di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung?
4. Bagaimanakah solusi dalam menghadapi kesulitan pada saat menerapkan
metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan
keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan penerapan
metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan
sosial siswa dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1
Bandung, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah diajukan dalam
rumusan masalah:
1. Menyusun desain perencanaan pembelajaran sejarah dengan menerapkan
metode Cooperative Learning tipe STAD untuk meningkatkan
keterampilan social siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.
2. Menjelaskan tahapan-tahapan penerapan metode Cooperative Learning
tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan social siswa dalam
pembelajaran sejarah di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.
3. Memaparkan hasil peningkatan keterampilan sosial siswa dalam
pembelajaran sejarah dengan menerapkan metode Cooperative Learning
tipe STAD di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung.
4. Mendeskripsikan solusi dalam menghadapi kesulitan pada saat
menerapkan metode Cooperative Learning tipe STAD untuk
mengembangkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah di
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara praktis, yakni:
1. Bagi sekolah, dapat dijadikan rekomendasi untuk menggunakan metode
Student Teams-Achievement Divisions atau STAD dalam pembelajaran
sejarah di kelas.
2. Bagi guru, dapat melatih siswa untuk memiliki keterampilan sosial dengan
menggunakan metode STAD.
3. Bagi siswa, dapat mengembangkan keterampilan sosial dalam bekerjasama
dengan kelompok baik di dalam kelas maupun di masyarakat.
4. Bagi peneliti, dapat dijadikan rekomendasi untuk mengembangkan
keterampilan sosial melalui metode STAD di kesempatan berikutnya.
5. Bagi peneliti berikutnya, dapat dijadikan metode metode alternatif untuk
lebih meningkatkan aspek keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran
sejarah.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Struktur organisasi penulisan skripsi, sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang penelitian, indentifikasi
dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, strutkur organisasi
skripsi.
BAB II Kajian Pustaka, Kerangka Pemikiran, dan Hipotesis Penelitian. Bab
ini melitputi konsep-konsep/ teori-teori/ dalil-dalil/ hukum-hukum/ model-model/
rumus/ rumus utama dan turunannya dalam bidang yang dikaji; penelitian
terdahulu yang relavan dengan bidang yang diteliti, termasuk prosedur, subjek,
dan temuannya; dan posisi teoritik peneliti yang berkenaan dengan masalah yang
diteliti, yang diturunkan dengan sub-judul “Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian”.
BAB III Metode Penelitian. Bab ini meliputi lokasi dan subjek populasi/
sampel penelitian, cara pemilihan sampel serta justifikasi dari pemilihan lokasi
serta penggunaan sampel, desain penelitian dan justifikasi dari pemilihan desain,
operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik
pengumpulan data dan alasan rasionalnya, dan analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini meliputi pengolahan data
atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah
penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis, tujuan penelitian, dan pembahasan
atau analisis temuan.
BAB V Kesimpulan dan Saran. Bab ini menyajikan penafsiran dan
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Populasi Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti menggunakan subjek populasi di
kelas XI IPS 3, SMA Pasundan 1 Bandung. Ada beberapa alasan peneliti
menggunakan XI IPS 3 sebagai kelas penelitian. Pertama, selama pra-penelitian,
peneliti mengobservasi kegiatan belajar mengajar di kelas XI IPS 3 selama tiga
kali pertemuan. Kedua, peneliti menemukan masalah penting pada kegiatan
belajar mengajar untuk dipecahkan di kelas XI IPS 3. Ketiga, peneliti
memecahkan masalah pada kegiatan belajar mengajar di kelas XI IPS 3 dengan
melakukan penelitian tindakan kelas.
B. Desain Penelitian
Dalam menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK), peneliti
memilih desain model spiral Kemmis dan Taggart untuk rancangan
penelitiaannya. Terdapat empat tahapan dalam desain model spiral Kemmis dan
Taggart, yaitu perencanaan (plan), tindakan (act), observasi (observation), dan
refleksi (reflection). Arikunto (2010), menjelaskan empat tahapan model spiral
Kemmis dan Taggart yaitu:
1. Menyusun rancangan tindakan (planning)
Dalam tahap ini, peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan,
dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Kemudian
peneliti mencari mitra atau kolaborator untuk mengamati proses jalannya
tindakan. Hal tersebut dikenal dengan istilah penelitian kolaboratif. “Cara ini
Selain itu berdasarkan penjelasan Arikunto (2010: 18) yang menjelaskan
bahwa:
Dalam tahap menyusun rancangan ini peneliti menentukan titik focus peristiwa yang perlu mwndapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrument pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung.
2. Pelaksanaan tindakan (acting)
Tahap ini merupakan implementasi dari rancangan yang sudah dibuat pada
tahap menyusun rancangan tindakan (planning). Dalam melakukan tindakan
sebaiknya harus sesuai dengan rancangan tindakan yang sudah disusun
sebelumnya.
3. Pengamatan (observing)
Dalam tahap ini, observer mengamati dengan baik jalannya proses
tindakan. Tahap pengamatan sebenarnya dilakukan bersamaan dengan
tindakan. “Jadi, keduanya berlangsung dalam waktu yang sama” (Arikunto:
2010: 19). Di samping itu, peneliti ada baiknya mencatat apa yang terjadi agar
mendapatkan data yang akurat untuk perbaikan pada siklus berikutnya.
4. Refleksi (reflecting)
Tahapan ini merupakan tahapan yang terakhir pada desain spiral Kemmis
& Taggart. Tahap refleksi merupakan “kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan” (Arikunto, 2010: 19). Kegiatan ini dilakukan ketika peneliti sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan
kolaborator untuk menyusun rancangan tindakan berikutnya. Dalam kegiatan
ini, peneliti mengevaluasi dirinya setelah melakukan diskusi dengan
kolaborator, sehingga peneliti mengetahui tindakan harus diperbaiki atau
dihentikan.
Adapun alasan peneliti menggunakan desain spiral Kemmis & Taggart.
Penelitian yang dilakukan tidak akan memakan waktu yang lama sehingga tidak
diperlukan dua atau tiga tindakan dalam satu siklus, mengingat metode
cooperative learning tipe STAD bukan metode yang sangat rumit.
Berikut adalah empat tahapan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Perencanaan (Plan)
Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Menentukan kelas yang akan menjadi subjek penelitian.
b. Melakukan observasi pra-penelitian di kelas yang akan menjadi subjek
penelitian.
c. Meminta persetujuan kolaborator atau mitra untuk mengamati jalannya
proses tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti.
d. Menentukan waktu untuk melaksanakan penelitian.
e. Menyusun instrumen untuk mendapatkan data yang akurat dari
jalannya proses tindakan. Instrument yang digunakan peneliti meliputi
lembar panduan observasi, rubrik penilaian aspek keterampilan sosial,
lembar panduan observasi untuk menilai keterampilan sosial, dan
catatan lapangan.
f. Menentukan materi ajar yang akan disampaikan kepada siswa.
g. Menyusun silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran sebagai
pedoman atau acuan mengajar ketika penelitian.
h. Menentukan media untuk mendukung jalannya proses tindakan.
i. Membuat pre-test untuk pembentukkan kelompok.
j. Membuat kuis sebagai bahan evaluasi terhadap aspek kognitif siswa.
2. Tindakan (Act)
Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Melaksanakan tindakan dengan menerapkan metode cooperative
learning tipe STAD dalam pembelajaran sejarah sesuai dengan silabus
dan rencana pelaksanaan pembelajaran.
b. Mengamati aspek keterampilan sosial siswa yang sedang melakukan
pembelajaran dengan menggunakan rubrik.
c. Menukar siswa dalam setiap kelompok dengan membentuk kelompok
baru.
d. Menerapkan metode cooperative learning tipe STAD dalam
pembelajaran sejarah sesuai dengan silabus dan rencana pelaksanaan
3. Pengamatan (Observe)
Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Mengamati proses pembelajaran dengan menggunakan lembar panduan
observasi, rubrik keterampilan sosial siswa, dan lembar panduan
observasi untuk menilai keterampilan sosial.
b. Mengambil dokumentasi (foto) pada saat tindakan sedang berlangsung.
c. Mencatat apa yang terjadi selama proses tindakan berlangsung dalam
catatan lapangan.
4. Refleksi (Reflection)
Dalam tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah:
a. Melakukan diskusi dengan kolaborator mengenai tindakan yang telah
dilakukan sebagai evaluasi untuk siklus berikutnya.
b. Memutuskan dirubah atau tidaknya, ataupun dilanjutkan atau tidaknya
tindakan pada siklus berikutnya.
C. Metode Penelitian
Berdasarkan masalah yang dikaji oleh peneliti mengenai “Penerapan metode cooperative learning tipe STAD untuk meningkatkan keterampilan sosial siswa
dalam pembelajaran sejarah di kelas XI IPS SMA Pasundan 1 Bandung”, maka
metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas.
Berdasarkan pendapat Kusumah (2010: 9), penelitian tindakan kelas adalah
“Penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, (3) merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat”.
Definisi lain dikemukakan oleh T Raka Joni (Hasan, 2011: 72) yang
mendefinisikan penelitian tindakan kelas sebagai:
Suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan-tindakan yang dilakukannya serta untuk memperbaiki kondisi-kondisi dimana praktek-praktek pembelajaran itu dilakukan.
Berdasarkan kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa tujuan utama
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kualitas pembelajaran di kelas. Hal tersebut sesuai dengan hakikat dari penelitian
tindakan kelas yang dikemukakan oleh McNiff (Kusumah, 2010) bahwa hasil dari
penelitian tindakan kelas bisa dijadikan sebagai alat ukur untuk pengembang
keahlian dalam mengajar.
Adapun alasan peneliti menggunakan metode penelitian kelas sebagai metode
penelitian. Pertama, metode penelitian tindakan kelas merupakan solusi tepat
untuk mengkaji masalah mengenai Upaya mengembangkan keterampilan sosial
dalam pembelajaran sejarah melalui metode cooperative learning tipe STAD di
kelas XII IPS 5 SMA Pasundan 1 Bandung. Kedua, dengan menggunakan metode
penelitian tindakan kelas, peneliti memperbaiki, mengembangkan, dan
meningkatkan keterampilan sosial siswa dalam pembelajaran sejarah melalui
metode cooperative learning tipe STAD.
D. Definisi Operasional
1. Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial dalam penelitian ini, peneliti mengadaptasi berdasarkan
rumusan dari Departemen Pendidikan Nasional melalui Direktorat Pendidikan
Dasar dan Menengah. Di dalam penelitian ini peneliti hanya menggunakan tiga
dari lima poin keterampilan sosial yang sudah dirumuskan. Alasan peneliti
menggunakan tiga poin tersebut karena sesuai dengan permasalahan yang timbul
di kelas yang dijadikan subjek penelitian. Selain itu, ketiga poin tersebut sesuai
dengan karakeristik metode Cooperative Learning tipe STAD. Adapun
Tabel 3.1. Indikator Pencapaian Keterampilan Sosial Siswa
Siswa mampu mencari, memilah, dan mengolah informasi dari berbagai sumber
Siswa mampu mencari informasi dari berbagai sumber secara berkelompok. Siswa mampu memilah informasi yang berhubungan dengan materi pembelajaran secara berkelompok. Siswa mampu menggunakan sumber belajar dengan baik secara berkelompok.
Siswa mampu mengolah informasi yang sudah dipilih terlebih dahulu secara berkelompok.
Siswa memiliki keterampilan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan
Siswa mampu memberikan pendapat pada bagian guru menjelaskan materi. Siswa mampu memberikan pendapat pada saat berdiskusi dengan masing-masing kelompok dalam mengerjakan lembar kegiatan siswa.
Siswa mampu menggunakan bahasa yang sopan santun pada saat berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing. Siswa mampu membuat uraian sesuai dengan lembar kegiatan siswa yang diberikan oleh guru berdasarkan hasil diskusi masing-masing kelompok. Siswa mampu mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya masing-masing.
Siswa mampu memahami,
menghargai, dan mampu bekerja sama dengan orang lain yang majemuk
Siswa mampu bekerjasama di dalam masing-masing kelompok untuk mengerjakan lembar kegiatan siswa yang diberikan oleh guru.
Siswa mampu menghargai pendapat dari anggota kelompoknya dengan tidak memotong pembicaraan.
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. STAD
Student Team Achievement Divission (STAD) yang dimaksud dalam
penelitian ini mengadaptasi pendapat dari Slavin (2005). Berikut merupakan
langkah-langkah metode Cooperative Learning tipe Student Team Achievement
Divission (STAD).
Tabel 3.2. Tahap Pembelajaran STAD
Persiapan
Guru memberikan pre-test kepada siswa untuk membentuk kelompok STAD
Guru membentuk kelompok STAD sesuai dengan hasil pre-test.
Guru mempersiapkan materi ajar yang akan dijelaskan kepada siswa.
Guru membuat Lembar Kegiatan Siswa dan kuis.
Pengajaran
Guru mempresentasikan materi ajar kepada siswa. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya maupun berpendapat.
Guru memberikan pertanyaan kepada siswa dan siswa yang menjawab.
Belajar Tim
Siswa duduk berdasarkan kelompoknya masing-masing. Guru membagikan Lembar Kegiatan Siswa.
Siswa mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa secara berkelompok.
Guru berkeliling kelas untuk membimbing setiap kelompok.
Siswa mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas.
Kuis Siswa mengerjakan kuis setelah dua periode pembelajaran
STAD.
Rekognisi Tim Guru memberikan reward kepada kelompok yang unggul.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memudahkan peneliti dalam pengambilan instrumen, maka teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Observasi.
Menurut Arikunto (2010: 127), “observasi adalah kegiatan pengamatan
dengan menggunakan metode Cooperative Learning tipe STAD. Peneliti
menggunakan teknik observasi dari pra-penelitian hingga tindakan penelitian.
Dalam penelitian ini peneliti ikut berkontribusi sebagai observer atau sebagai
participant observer. Metode obervasi yang digunakan oleh peneliti adalah
observasi terfokus. Alasan peneliti menggunakan observasi terfokus agar pada
saat observer mengamati tindakan penelitian fokus pada permasalahan.
2. Catatan lapangan
Menurut Wiriaatmadja (2010: 125) catatan lapangan adalah hal yang sangat
penting yang dibuat oleh peneliti/mitra peneliti yang melakukan
pengamatan/observasi. Peneliti menggunakan teknik catatan lapangan untuk
mencatat proses pembelajaran dari awal sampai akhir tindakan. Penggunaan
cataan lapangan ini sangat bermanfaat bagi peneliti karena semua kegiatan yang
berlangsung di dalam kelas tercatat dalam catatan lapangan.
3. Studi dokumentasi.
Dokumen-dokumen yang mendukung penelitian ini adalah:
a. Silabus
b. RPP
c. Hasil skor pre-test
d. Hasil skor kuis
Peneliti menggunakan teknik dokumentasi untuk mengambil data-data yang
dapat mendukung kelompok. Silabus dan RPP digunakan untuk data perencanaan,
hasil pre-test dan kuis digunakan sebagai pedoman untuk membentuk kelompok.
F. Alat Pengumpulan Data
Untuk memudahkan peneliti dalam melakukan pengambilan data, maka
instrument yang mendukung dalam penelitian ini adalah:
1. Lembar panduan observasi.
Lembaran panduan observasi merupakan instrumen yang digunakan peneliti
dari mulai observasi pra-penelitian hingga tindakan berlangsung. Lembar panduan
observasi berguna untuk mencatat hasil pengamatan terhadap aktivitas guru pada
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
aspek keterampilan sosial siswa pada saat pembelajaran STAD. Format lembar
panduan observasi yang digunakan oleh peneliti dapat dilihat pada lampiran 1.
2. Catatan lapangan.
Catatan lapangan dapat juga digunakan sebagai instrumen penelitian. Peneliti
menggunakan catatan lapangan untuk mencatat aktivitas di kelas selama
penelitian berlangsung. Format catatan lapangan yang digunakan peneliti dapat
dilihat pada lampiran 2.
3. Task.
Task merupakan salah satu prinsip dari asesmen kinerja. Seperti yang
dijelaskan oleh Zainul (2011: 11), bahwa:
tugas-tugas kinerja (performance task) dapat berupa suatu proyek, pameran, portofolio, atau tugas-tugas yang mengharuskan mahasiswa memperlihatka kemampuan menangani hal-hal yang kompleks melalui penerapan pengetahuan dan keterampilan tentang sesuatu dalam bentuk yang paling nyata (real-world application).
Peneliti menggunakan instrumen task untuk mengambil data berupa tugas
kelompok. Tugas kelompok siswa dibuat dalam bentuk lembar kegiatan siswa.
Format lembar kegiatan siswa dapat dilihat pada lampiran 3 (siklus 1), 4 (siklus
2), 5 (siklus 3), dan 6 (siklus 4).
4. Rubrik.
Peneliti menggunakan analytic rubric dalam penelitian ini. Format rubrik
yang digunakan berserta lembar penilaiannya dapat dilihat pada lampiran 7.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data pada metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sudah dilakukan
sejak awal observasi pra-penelitian. Di samping itu, melalui cacatan lapangan
peneliti sudah dapat langsung menganalisis apa yang diamati, situasi dan suasana
kelas, cara guru mengajar, hubungan guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan
lain-lain. Dalam menganalisis data peneliti menggunakan teknik analisis data
model Milles & Huberman. Mengenai teknik analisis data, Milles & Huberman
(Sugiyono, 2013: 337) menjelaskan bahwa “aktivitas dalam analisis data kualitatif
sehingga datanya sudah jenuh”. Langkah-langkah teknik analisis data model
Milles & Huberman terdiri dari empat langkah, diantaranya adalah:
1. Reduksi Data
Dalam reduksi data, peneliti memilih dan merangkum data yang penting dari
catatan lapangan, lembar panduan observasi, dan hasil aspek keterampilan sosial.
Kemudian membuang data-data yang dianggap tidak penting.
2. Display Data
Display data merupakan tindak lanjut dari reduksi data. Dalam display data
atau penyajian data, peneliti menyusun dan mengorganisasikan hasil dari reduksi
data ke dalam suatu naratif yang tersusun secara sistematis.
3. Verifikasi Data
Dalam verifikasi data, peneliti mengambil kesimpulan atas data-data yang
telah disajikan pada langkah display data. Peneliti mengambik kesimpulan dengan
menjawab rumusan masalah yang telah ditentukan berdasarkan data-data yang
valid.
Adapun alasan peneliti menggunakan model Milles & Huberman dalam
menganalisis data. Teknik analisis data model Milles & Huberman memudahkan
peneliti dalam mengorganisasikan data. Selain itu, data-data yang dianggap tidak
penting tidak akan muncul dalam penelitian ini karena sudah direduksi terlebih
dahulu.
H. Validasi Data
Dalam memvalidasi data peneliti menggunakan dua jenis validasi data untuk
mendukung penelitian ini.
1. Member Check
Pada tahap ini peneliti “memeriksa kembali keterangan atau informasi data
yang diperoleh selama observasi atau wawancara apakah keterangan/ informasi itu tidak berubah atau ajeg” (Hasan, 2011: 73). Peneliti menggunakan pengujian ini untuk memeriksa apakah data berupa hasil observasi yang dilakukan oleh
mitra, catatan lapangan yang dilakukan oleh peneliti, dan sosiometri yang
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Expert Opninion
Pada tahap ini peneliti meminta pakar/ahli untuk “memeriksa semua tahapan
penelitian dan memberikan pendapat dan arahan atau judgement terhadap masalah
ataupun langkah-langkah dalam penelitian” (Hasan, 2011: 80). Peneliti
menggunakan pengujian ini untuk meminta pendapat ahli mengenai masalah yang
dikaji. Selain itu karena ini penelitian tindakan kelas pertama yang dilakukan
peneliti maka arahan dari ahli sangat diperlukan. Expert opinion digunakan untuk
menguji data berupa lembar kegiatan, kuis siswa, dan tindakan penelitian yang
dilakukan peneliti. Lembar kegiatan dan kuis siswa menggunakan soal-soal yang
sesuai dengan karakteristik siswa. Dalam pembuatan soal, peneliti memerlukan
pakar/ahli untuk dapat membantu dalam pengujian data ini. Selain itu, peneliti
juga memerlukan pendapat ahli dalam membuat instrumen untuk mengukur
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Bab kesimpulan dan saran menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti
terhadap hasil temuan penelitian. Dalam menafsirkan hasil temuan penelitian,
peneliti mengacu kepada rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.
Selain itu, pada bab ini juga peneliti menjelaskan rekomendasi bagi penelitian
selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil temuan penelitian, terdapat beberapa hal yang dapat
disimpulkan oleh peneliti. Pertama, perencanaan pembelajaran merupakan hal
yang penting bagi seorang guru. Mengingat bahwa dengan adanya perencanaan,
proses pembelajaran di kelas memiliki tujuan yang pasti dan pembelajaran terasa
lebih bermakna. Perencaaan pembelajaran yang baik perlu memperhatikan
beberapa kondisi, yaitu kondisi kurikulum, sekolah, karateristik siswa, dan
kondisi guru. Demikian pula dengan perencanaan pembelajaran sejarah dengan
menggunakan metode Cooperative Learning tipe STAD di Kelas XI IPS 3 SMA
Pasundan 1 Bandung. Adapun perencanaan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu
mempersiapkan materi pembelajaran, mempersiapkan media pembelajaran,
membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat Lembar Kegiatan
Siswa, membuat kuis sebagai alat evaluasi, membuat rubrik untuk menilai aspek
keterampilan sosial siswa, dan membuat pre-test untuk pembentukan kelompok.
Karena pada dasarnya, STAD memiliki prinsip untuk mengelompokkan siswa
berdasarkan kemampuannya.
Kedua, pelaksanaan pembelajaran dengan menerapkan metode Cooperative
Learning tipe STAD dengan melakukan beberapa langkah, diantaranya adalah (1)
guru membagi siswa ke dalam 7 kelompok. Satu kelompok terdiri dari 6-7 siswa
dengan kemampuan yang berbeda-beda. (2) guru menjelaskan materi
pembelajaran sebagai pengetahuan dasar siswa dalam mengerjakan Lembar
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berdiskusi dalam mengerjakan Lembar Kegiatan Siswa yang diberikan oleh guru.
Pada bagian diskusi kelompok, peneliti berkeliling kelas untuk membimbing
siswa bukan saja dalam aspek kognitif, melainkan lebih fokus pada aspek
keterampilan sosialnya. (4) siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya di
depan kelas.
Ketiga, metode Cooperative Learning tipe STAD merupakan metode yang
menekankan bukan hanya aspek kognitf saja, melainkan aspek afektif juga.
Penelitian ini membuktikan bahwa dengan penerapan metode Cooperative
Learning dalam pembelajaran sejarah dapat meningkatkan keterampilan sosial
siswa di kelas XI IPS 3 SMA Pasundan 1 Bandung. Aspek eterampilan sosial
yang menonjol pada setiap siklusnya adalah keterampilan mencari, memilah, dan
mengolah informasi. Siswa mampu menyaring informasi yang berkaitan dengan
materi pembelajaran sebelum menggunakannya pada saat mengerjakan LKS.
Dengan adanya prinsip STAD yang mengelompokkan siswa berdasarkan
kemampuan membuat siswa dapat belajar beradaptasi dengan teman satu
kelompoknya, sehingga siswa pun belajar mempunyai keterampilan sosial.
Peningkatan keterampilan sosial di kelas XI IPS 3 tidak meningkat dengan
mudah, apalagi ketika dilakukan pembentukan kelompok baru. Siswa
membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan teman satu kelompoknya. Setelah
cukup waktu beradaptasi, keterampilan sosial siswa dapat meningkat . Jadi, siswa
kelas XI IPS 3 membutuhkan sekitar 2-3 periode STAD untuk dapat
meningkatkan keterampilan sosialnya. Jika dalam jangka waktu yang panjang
selalu dilakukan pergantian kelompok dalam 2-3 periode STAD, maka siswa
dapat meningkatkan keterampilan sosialnya dengan maksimal. Siswa dapat
mempunyai keterampilan sosial di lingkungan kelas, kemudian meluas hingga
lingkungan sekolah, bahkan meluas kembali ke lingkungan masyarakat.
Keempat, dalam melakukan penelitian ini, peneliti menemukan
kendala-kendala yang menghambat proses penelitian. Kendala-kendala-kendala tersebut
diantaranya adalah siswa belum terbiasa jika dikelompokkan bukan dengan teman
sepermainannya, tidak semua siswa mempunyai buku paket pelajaran sejarah,
manejmen waktu yang kurang baik, dan observer yang berganti-ganti. Namun,
peneliti mampu mengatasi kendala-kendala yang terjadi pada saat proses
penelitian.
Adapun solusi yang ditawarkan peneliti dalam menghadapi kendala-kendala
tersebut. Pertama, mengenai ketidaksiapan siswa dalam berkelompok, peneliti
membimbing siswa dengan memberikan pengertian bahwa tujuan
dikelompokannya siswa menurut kemampuan ini adalah supaya siswa dapat
membantu temannya untuk menguasai materi. Sehingga kemampuan dalam satu
kelompok dapat merata. Kemudian peneliti juga menekankan kepada siswa bahwa
metode Cooperative Learning tipe STAD bukan metode yang bertujuan untuk
meningkatkan penguasaan materi siswa saja melainkan dapat meningkatkan
keterampilan sosial siswa. Kedua, mengenai siswa yang tidak mempunyai buku
paket dan jaringan hotspot yang tidak terjangkau, peneliti meminta siswa untuk
meminjam buku teks sejarah dari perpustakaan. Selain itu, peneliti meminta siswa
yang bisa mengakses internet di handphonenya untuk berbagi dengan siswa yang
lain. Ketiga, mengenai kondisi kelas yang gaduh, Peneliti bersikap tegas dalam
menghadapi siswa supaya lebih kondusif dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Keempat, mengenai manajemen waktu yang kurang baik, peneliti
menyusun ulang perencanaan pembelajaran agar mempunyai perkiraan mengenai
kondisi apa saja yang akan terjadi pada saat proses pembelajaran. Kelima,
mengenai observer yang berganti-ganti, peneliti mendiskusikan jadwal dengan
observer yang akan membantu peneliti dalam penelitian ini, sehingga peneliti dan
observer bisa menyesuaikan dengan jadwal yang sudah disetujui sebelumnya.
B. Rekomendasi
Adapun rekomendasi atau saran yang ditawarkan oleh peneliti, diantaranya
adalah pertama, dengan penerapan metode Cooperative Leanirng tipe STAD
dalam pembelajaran sejarah dapat menjadi metode alternatif bagi sekolah dan
guru untuk lebih mengembangkan aspek keterampilan sosial siswa di kelas. Hal
tersebut dapat mendobrak anggapan bahwa pelajaran sejarah yang bersifat hafalan
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa, yaitu dengan mengembangkan dan meningkatkan keterampilan sosial
siswa. Namun, dalam hal ini bukan berarti guru menghilangkan aspek kognitif
siswa.
Kedua, dengan penerapan metode Cooperative Learning tipe STAD di kelas
dapat memberikan kesempatan bagi siswa untuk lebih mengenal keterampilan
sosial yang dimilikinya. Kemudian dapat mengembangkan dan meningkatkan
keterampilan sosialnya secara maksimal.
Ketiga, bagi peneliti dapat dijadikan rekomendasi untuk mengembangkan
keterampilan sosial melalui metode STAD dalam pembelajaran sejarah di
kesempatan berikutnya. Keempat, bagi peneliti berikutnya yang akan menjadikan
metode Cooperative Learning tipe STAD sebagai acuan dalam penelitiannya,
disarankan untuk lebih mengembangkan Lembar Kegiatan Siswa dengan kreatif
agar memotivasi siswa untuk mengerjakannya lebih semangat. Selain itu,
disarankan setelah 2-3 kali periode pembelajaran STAD untuk membentuka
kelompok baru dengan anggota yang baru pula. Hal tersebut dilakukan untuk
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.
Eggen, P. (2013). Strategi dan Model Pembelajaran: Mengajarkan Konten dan Keterampilan Belajar. Jakarta: Indeks.
Hasan, H. (2011). Buku Ajar Penelitian Pendidikan Sejarah. Bandung: Jurusan Pendidikan Sejarah.
Huda, M. (2013). Cooperative Learning, Metode, Teknik, Struktur, dan Model Penerapan. Jakarta: Pustaka Pelajar
Jacobsen, D. (2009). Method for Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Jarolimek, J. (1983). Social Studies Competencies and Skills, Learning to Teach as Intern. New York: Macmillan.
Kochar, S.K. (2008). Pembelajaran Sejarah. Jakarta: Grasindo.
Kusumah, W. dan Dwitagama, D. (2011). Mengenal Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Indeks.
Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Jakarta: Grasindo.
Milan, M.A. (1885). Handbook of Social Skills Training and Research. Canada: John Wiley & Sons.
Muijs, D. dan Reynolds, D. (2008). Effective Teaching. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Slavin, R.E. (2005). Cooperative Learning. Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Dinan Afifah Firdaus, 2014
Penerapan Metode Cooperative Learning Tipe Stad Untuk Meningkatkan Keterampilan Sosial Siswa Dalam Pembelajaran Sejarah
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Supriatna, N. (2007). Konstruksi Pembelajaran Sejarah Kritis. Bandung: Hisoria Utama Press.
Syaodih, N. (2003). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Tn. (2012). Pedoman Karya Tulis Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.
Trianto. (2007). Model-Model Pembelajaran Inovatif berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
Wiriaatmadja, R. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Yusuf LN, S. (2010). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Zainul, A. (2001). Alternative Assesment. Jakarta: PAU-PAI.
2. Makalah
Supardan, D. (2008). “Pengembangan Social Skills Anak Emotional
Disturbance Gifted & Talented dalam Pembelajaran IPS. Makalah pada Seminar Internasional dalam Pembelajaran Sosial Skills di Sekolah, Bandung.
3. Skripsi
Lestari, A.I . (2007). Upaya peningkatan keterampilan sosial siswa melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD (Student Team Achievent Division) dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VII-3 di SMP Negeri 1 Bandung). Skripsi Pada FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Salamudd, R. (2012). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Investigasi Kelompok Terhadap Keterampilan Sosial Siswa Tunarungu (Studi Eksperimen Terhadap Siswa Tunarungu Kelas V di SDN Mandriri 1). Skripsi Pada FPIPS UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
Yanti, D. (2005). Keterampilan Sosial Pada Anak Menengah Akhir yang Mengalami Gangguan Perilaku. Skripsi Sarjana pada Fakultas Kedokteran Program Studi Psikologi Universitas Sumatera Utara.
4. Internet
Cartledge, G dan Milburn, J.F. (1978). The Case for Teaching Social Skill in
The Classroom: A Review. [Online]. Tersedia:
http://www.jstor.org/stable/1169912. [17 Juli 2013]
Kamarga, H. (2010). “Pengembangan Social & Academic Skills Melalui Model Social Inquiry dalam Interaksi Belajar-Mengajar Sejarah”.
[Online]. Tersedia:
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/195609 021987032
HANSISWANY_KAMARGA/KARYA_TULIS_ARTIKEL/Makala h_Pengembangan_Social_Skills.pdf. [3 Juli 2013]
Kaser, C.H. (2004). Teaching Social Skiils. [Online]. Tersedia: http://education.odu.edu/esse/docs/socialskills.pdf. [4 Juli 2013]
Mu’tadin, Z. (2002). Mengembangkan Keterampilan Sosial Pada Remaja.
[Online]. Tersedia:
http://www.batan.go.id/repo_msm/e_book/ratnas/Local%20Disk%20 (C)/New%20Folder/Umum/PRIBADOS/Kepribadian/RUMAH%20 TANGGA/Mengembangkan%20Ketrampilan%20Sosial%20Pada%2 0Remaja.doc. [3 Juli 2013].
NASP. (____). Social Skills: Promoting Positive Behaviour, Academic Succes,
and School Safety. [Online]. Tersedia: