• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN MENULIS: Suatu Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menulis dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KECAKAPAN MENULIS: Suatu Penelitian dan Pengembangan Model Pembelajaran Menulis dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II MODEL PEMBELAJARAN MENULIS BAHASA INDONESIA A. Hakikat Pembelajaran ... 12

B. Hakikat dan Fungsi Bahasa Indonesia ... 68

C. Hakikat Kecakapan Menulis ... 72

D. Hasil Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 118

E. Kerangka Berpikir ... 122

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 126

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 127

(2)

D. Instrumen Pengumpulan Data ………. 133

E. Prosedur Penelitian ... 134

F. Teknik Analisis Data ... 138

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Hasil Studi Pendahuluan ... 150

2. Pengembangan Model Pembelajaran Menulis MPM ... 181

a. Desain Awal Model Pembelajaran ... 182

b. Uji Coba Model ... 196

c. Model Akhir, Model Pembelajaran Menulis MPM ... 217

3. Uji Efektifitas Model Pembelajaran Menulis MPM .……… 230

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 237

BAB V SIMPULAN, DAN SARAN A. Simpulan ... 261

B. Saran ... 264

DAFTAR PUSTAKA ... 265

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 275

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pendidikan merupakan bagian integral memiliki peran yang strategis

dalam upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia sesuai gerak perkembangan

masyarakat yang bersifat dinamis dan menantang manusia supaya tetap survive.

Pendidikan memiliki peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan

perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara.

Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan satu

sistem pendidikan nasional sebagaimana tercantum dalam UU RI No. 20 Tahun

2003 bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan

kesempatan pendidikan, peningkatan mutu, serta relevansi dan efisiensi manajemen

pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan

kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan

pendidikan secara terencana, terarah, dan berkesinambungan. Sebagaimana dalam

Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional yang dimaksud dengan

pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Sebagai upaya mengimplementasikan pembelajaran dalam rangka mencapai

(4)

yang dikemukakan Colin Marsh (1996: 12), menyatakan bahwa:

“Guru harus memiliki kompetensi mengajar, memotivasi peserta didik, membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan pembelajaran, dan mengevaluasi. Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar.”

Hal serupa disampaikan oleh Sardiman (2004: 24), yang menyatakan bahwa:

“Guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi, teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.”

Sistem pendidikan yang diterapkan di Indonesia tidak diikuti oleh kualitas

pendidikan itu sendiri. Kualitas pendidikan yang cenderung menurun dikarenakan

oleh beberapa hal, salah satu yang dapat penulis lihat dan amati adalah menurunnya

hasil pendidikan seperti menurunnya kualitas pembelajaran khususnya

pembelajaran menulis pada mata pelajaran bahasa Indonesia, sedangkan kecakapan

menulis memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan

emosional peserta didik dan merupakan penunjang dalam mempelajari semua

bidang studi, namun demikian mata pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah

khususnya dalam pembelajaran menulis masih belum berhasil untuk

dikembangkan.

Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan, berkembangnya

ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini, guru memegang peranan yang

sangat penting dalam proses pembelajaran, mereka mengatur, mengarahkan

suasana kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan

nasional yang dimaksud. Oleh karena itu, guru dituntut untuk lebih profesional,

inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

Permasalahan yang pokok dalam penelitian ini adalah permasalahan

kecakapan menulis siswa sekolah menengah atas sangat lemah, sedangkan

kecakapan menulis sangat penting dalam kehidupan, tidak hanya penting dalam

kehidupan pendidikan, tetapi juga sangat penting dalam kehidupan masyarakat.

(5)

berbahasa yang harus dimiliki oleh siswa. Dengan menulis siswa dapat

mengungkapkan atau mengekspresikan gagasan atau pendapat, pemikiran, dan

perasaan yang dimiliki. Selain itu, dapat mengembangkan daya pikir dan kreativitas

siswa dalam menulis. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang

dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Kecakapan menulis

seseorang penting untuk mengungkapkan ide, pikiran, gagasan, pengetahuan, ilmu,

dan pengalaman sebagai suatu kecakapan yang produktif. Menulis dipengaruhi oleh

keterampilan produktif lainnya, seperti aspek berbicara maupun keterampilan

reseptif yaitu aspek membaca dan menyimak serta pemahaman kosa kata, diksi,

keefektifan kalimat, penggunaan ejaan dan tanda baca. Pemahaman berbagai jenis

karangan serta pemahaman berbagai jenis paragraf juga mempengaruhi kemampuan

menulis dalam hasil penelitian ditemukan bahwa kecakapan menulis siswa di

tingkat SMA masih sangat lemah, mereka kesulitan untuk dapat membedakan

jenis-jenis paragraf, terutama antara paragraf argumentasi dan paragraf eksposisi. Agar

dapat menulis kadang-kadang siswa perlu dipacu dengan menggunakan teknik dan

media yang menarik. Untuk itu guru perlu berupaya membuat siswa tertarik agar

siswa dapat menulis dengan baik. Pembelajaran menulis juga sering

membingungkan siswa karena pemilahan-pemilahan yang kaku dalam

mengajarkan jenis-jenis tulisan. Pengategorian yang kaku itu membuat siswa

menulis terlalu berhati-hati karena takut salah, tidak sesuai dengan jenis karangan

yang dituntut. Padahal, ketakutan untuk berbuat salah tersebut dapat mematikan

kreativitas siswa untuk menulis. Selain itu, dari penelitian Samal Soni (2007:2)

ditemukan bahwa menulis menjadi suatu hal yang kurang diminati dan kurang

mendapat respon yang baik dari siswa. Siswa mengalami kesulitan ketika diminta

menulis. Siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis

dimulai. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai

paragraf. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang diinstruksikan oleh

guru. Pada kenyataannya, di dalam pengajaran menulis di sekolah, guru sudah

menggunakan berbagai metode maupun pendekatan tetapi hasilnya belum

maksimal. Seperti halnya di beberapa SMA di kota Bandung, guru telah

(6)

Selain itu juga, guru sudah menggunakan media-media pembelajaran agar kegiatan

belajar mengajar menulis lebih kondusif. Akan tetapi, hasil pembelajaran menulis

siswa masih belum memuaskan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dijelaskankan bahwa kecakapan menulis

siswa lemah. Samal Soni (2007:2) menambahkan bahwa ada beberapa faktor yang

mempengaruhi yaitu kesibukan selain pembelajaran menulis, rutinitas, rendahnya

motivasi, dan kurangnya sarana pendukung. Faktor-faktor itulah yang

menyebabkan seseorang tidak memiliki karya yang kreatif. Siswa perlu dipacu agar

bisa aktif dan produktif serta menggunakan cara berpikir yang teratur

mengungkapkan ide dalam bahasa tulis. Selain faktor-faktor di atas, keterampilan

menulis argumentasi di kelas hanya diajarkan pada saat pembelajaran menulis.

Sebenarnya pembelajaran keterampilan menulis argumentasi dapat dipadukan atau

diintegrasikan dalam setiap proses pembelajaran di kelas. Pengintegrasian itu dapat

bersifat internal dan eksternal. Pengintegrasian internal berati pembelajaran

kecakapan menulis diintegrasikan dengan pembelajaran keterampilan berbahasa

yang lain. Menulis dapat pula diintegrasikan secara eksternal dengan mata pelajaran

selain mata pelajaran Bahasa Indonesia. Kecenderungan lain yang terjadi adalah

pola pembelajaran menulis di kelas yang dikembangkan dengan sangat terstruktur

dan mekanis, mulai dari menentukan topik, membuat kerangka, menentukan ide

pokok paragraf, kalimat utama, kalimat penjelas, ketepatan penggunaan tanda baca

dan sebagainya. Pola tersebut selalu berulang tiap kali pembelajaran menulis. Pola

tersebut tidak salah, tetapi pola itu menjadi kurang bermakna jika diterapkan tanpa

variasi strategi dan teknik lain. Akibatnya, waktu pembelajaran pun lebih tersita

untuk kegiatan tersebut, sementara kegiatan menulis yang sebenarnya tidak

terlaksana atau sekedar menjadi tugas di rumah. Kegiatan menulis seperti ini bagi

siswa menjadi suatu kegiatan yang prosedural dan menjadi tidak menarik.

Penekanan pada hal yang bersifat mekanis adakalanya membuat kreativitas menulis

tidak berkembang karena hal itu tidak mengizinkan gagasan tercurah secara alami,

bahkan, Tompkins (Samal Soni, 2007:4) menegaskan bahwa terlalu menuntut

kesempurnaan hasil tulisan dari siswa justru dapat menghentikan kemauan siswa

(7)

Pembelajaran menulis biasanya hanya terfokus pada kepentingan teoritis

tanpa mempertimbangkan konteks sosial masyarakat yang sedang berkembang.

Siswa hanya pandai dalam hal bentuk dan struktur tulisan, kurang mampu

memperhatikan segi isi dan kualitas tulisan. Selain itu, guru hanya melihat hasil

tulisan siswa tanpa membelajarkan dan memantau proses kreatifnya, yang pada

akhirnya kemampuan menulis siswa hanya terbatas pada segi intelektual.

Pembelajaran menulis masih dilakukan secara konvensional dengan

berorientasi pada hasil tulisan siswa bukan pada proses yang seharusnya dilakukan.

Siswa diberikan teori-teori tentang tata cara penulisan dan biasanya siswa dipaksa

langsung menulis dengan memilih topik atau judul karangan dari beberapa pilihan

yang telah ditentukan sebelumnya oleh guru. Setelah selesai, hasil tulisan langsung

dikumpulkan, dikoreksi, dan dinilai oleh guru. Demikianlah pembelajaran menulis

yang terjadi di sekolah-sekolah. Akibatnya pembelajaran menulis dianggap sebagai

pembelajaran yang tidak menyenangkan karena monoton dan siswa kurang bisa

aktif untuk mengeksplorasi diri menjadi kreatif dalam menulis. Pembelajaran

menulis sebaiknya menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi

peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan

masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari

materi pelajaran (Isa Muhammad Said, 2008:2). Untuk itu guru sebaiknya

menggunakan model pembelajaran yang tepat yang bisa memacu kreativitas siswa,

salah satunya yaitu dengan model pembelajaran dengan strategi pemodelan,

Seperti dungkapkan oleh Albert Bandura, yaitu belajar dari model. Sebagian besar

belajar yang dialami manusia tidak dibentuk dari konsekuensi-konsekuensi, tetapi

manusia tersebut belajar dari suatu model. Belajar dengan cara ini tidak melalui

proses pembentukan (shaping process), tetapi dapat segera menghasilkan respon

yang benar.

Hal tersebut sangat berlawanan dibandingkan dengan pembelajaran yang

menggunakan model konvensional. Dalam pembelajaran konvensional, guru

memberikan pengetahuan baru, lalu menyajikan masalah kepada siswa untuk

(8)

Dengan model pembelajaran menulis MPM, siswa mulai diarahkan untuk belajar

mandiri menganalisis dan menyelesaikan masalah.

Permasalahan tersebut merupakan dampak dari model pembelajaran

menulis konvensional yang digunakan saat ini. Sebagaimana penulis temukan

dalam proses pembelajaran, yaitu: (1) guru menganggap kemampuan siswa sama,

padahal dalam satu kelas terdapat beragam potensi yang berbeda yang perlu

mendapat pelayanan secara proforsional; (2) menggunakan kelas sebagai

satu-satunya tempat belajar, padahal proses pembelajaran bisa dilaksanakan di luar kelas

untuk mendapatkan insfirasi dan inovasi belajar; (3) mengajar lebih banyak

menggunakan metode ceramah, hal ini bisa membosankan siswa itu sendiri dan

membuat siswa tidak kreatif; (4) memberikan kegiatan yang tidak bervariasi selalu

monoton membuat siswa jenuh dan potensi siswa tidak terfasilitasi; (5)

berkomunikasi dengan satu arah sedangkan pembelajaran yang dapat membuat

siswa aktif dan kreatif perlu dibangun komunikasi multi arah; (6) mengajar hanya

menggunakan buku sebagai belajar dan informasi dari guru, padahal sekarang

sumber informasi begitu luas untuk bisa didapat dan dipelajari oleh siswa; (7)

mengutamakan hasil daripada proses, sehingga banyak siswa yang hanya

memikirkan nilai hasil belajar tanpa melakukan proses pembelajaran yang benar;

(8) pembelajaran berpusat pada guru, sehingga hal ini membuat siswa tidak kreatif.

Selain permasalahan tersebut, fakta di lapangan ternyata masih banyak guru

belum mengetahui model pembelajaran yang efektif dapat meningkatkan hasil

belajar. Hal ini sesuai dengan data hasil studi pendahuluan melalui pengedaran

angket yang diisi oleh guru. Dengan demikian, pembelajaran yang sedang

berlangsung belum maksimal. Untuk itu perlu dikembangkan suatu model

pembelajaran yang dapat memecahkan permasalahan pembelajaran dan efektif

dapat meningkatkan hasil belajar.

Sesuai dengan pendapat Siahaan (1987:130), bahwa

permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, yaitu:

(9)

dan hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh para peneliti seperti yang dijelaskan oleh Siahaan (1987:130) hasil penelitiannya seperti berikut: 1. Pengajaran Bahasa Indonesia terlalu menekankan pada teori, dan kurang

pada praktik, 2. Pengajaran Bahasa Indonesia terlalu banyak tentang bahasa, kurang pada penguasaan bahasa itu sendiri, 3. Pengajaran bahasa, banyak membicarakan unsur bahasa, seperti: fonologi, morfologi, dan sintaksis.

Saat ini berdasarkan data empirik hasil penelitian pendahuluan , kecakapan

menulis siswa Sekolah Menengah Atas sangat lemah, sedangkan kecakapan

menulis sangat penting dan merupakan modal dasar dalam penulisan karya tulis

pada jenjang pendidikan selanjutnya. Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa

kecakapan menulis siswa SMA sangat rendah, antara lain faktor guru dalam

membelajarkan keterampilan menulis pada siswa tidak tepat, model pembelajaran

yang digunakan guru tidak sesuai dengan harapan dari tujuan pelajaran menulis,

sehingga yang sering ditemukan adalah bahwa hanya guru mengajarkan

pengetahuan menulis dan bukan keterampilan menulis yang dilatihkan. (Sumber

hasil penelitian : Dr.Tintin)

Kondisi masalah tersebut, membuktikan kelemahan dalam pembelajaran

Bahasa Indonesia, khususnya dalam kecakapan menulis. Gambaran tersebut,

memberi petunjuk bahwa kecakapan menulis siswa, masih tergolong lemah.

Kelemahan tersebut bermuara pada unsur-unsur kebahasaan terutama unsur

gramatikal,yaitu kesalahan terdapat pada penulisan tanda baca atau ejaan, penulisan

huruf, pemakaian kata sambung yang kurang tepat, koherensi kalimat dan

kesalahan pada unsur kohesi. Masih banyak kesalahan yang dilakukan siswa dalam

menulis suatu karangan yang dicobakan di beberapa SMA Negeri di kota Bandung.

Secara keseluruhan kegagalan hasil tulisan siswa dapat dijelaskan sebagai berikut:

(10)

keterampilan berbahasa secara integratif. (Hasil penelitian Neneng Tintin (2005).

Dari data empirik melalui eksperimen , diperoleh fakta bahwa kondisi awal

rata-rata nilai kecakapan menulis pada siswa kelas X sekolah menengah atas hanya

65, jauh di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 72 dan

siswa yang tuntas hanya 15 orang (29,4 %). Yang mencapai nilai KKM dari total

40 siswa kelas X sekolah menengah atas, sedangkan 25 siswa (70,6 %) yang lain

nilainya masih dibawah KKM.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas ternyata kecakapan menulis siswa

sekolah menengah atas masih lemah. Hal ini memiliki keterkaitan dengan

faktor-faktor:

1) faktor guru, alasannya guru memegang peranan yang paling penting bagi

keberhasilan belajar siswa, karena peran guru tak akan bisa digantikan dalam proses

pembelajaran. Adapun peran guru adalah sebagai pengajar yang ahli, motivator,

mengelola siswa, dan lingkungan belajar, selama ini guru menggunakan pendekatan

masih monoton, kurang bervariasi, dan kurang mengaktifkan siswa untuk berlatih

menulis;

2) faktor siswa, alasannya siswa dengan beragam potensi yang ada yang perlu

difasilitasi, siswa belum memiliki motivasi yang kuat untuk menulis, kurangnya

kemampuan membaca pemahaman, minimnya kosa kata yang diketahui, serta

kurangnya pengetahuan tentang materi yang akan dituangkan dalam menulis;

3) Faktor kurikulum, alasannya merupakan pegangan guru dan siswa dalam

melaksanakan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar yang dihapkan.

4) faktor pembelajaran, alasannya pembelajaran mengacu pada kurikulum yang

berlaku. Pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional sudah tidak sesuai

dengan harapan dari tujuan pembelajaran , sehingga yang sering ditemukan adalah

bahwa hanya guru mengajarkan pengetahuan menulis dan bukan kecakapan

(11)

5) Faktor sumber belajar, alasannya sumber belajar merupakan komponen

kurikulum yang tidak terpisahkan dari pembelajaran, selama ini sumber belajar

yang digunakan terpaku pada satu buku atau buku teks, sedangkan sumber belajar

bisa dari media elektronik seperti internet, media surat kabar, sehingga essensi

pembelajaran lebih luas dan tidak membosankan.

6) Faktor lingkungan belajar siswa, faktor ini berkaitan dengan lingkungan yang

lebih besar tempat dimana guru dan siswa harus menyesuaikan diri seperti

masyarakat, sekolah, kurikulum yang digunakan dan kebijakan-kebijakan lokal atau

kebijakan sekolah, daerah atau kebijakan dengan tataran nasional, selama ini

kondisi lingkungan belajar siswa yang kurang mendukung atau kurang kondusif.

Mengingat isinya faktor-faktor yang memiliki keterikatan dengan

kecakapan menulis siswa, maka dalam kajian ini dibatasi pada paktor pembelajaran.

Fokus kajian ini akan dilakukan di Sekolah Menengah Atas (SMA) di kota

Bandung.

C. Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas,

permasalahan dalam penelitian ini, yang akan menjadi kajian adalah “bagaimana

pengembangan model pembelajaran untuk meningkatkan kecakapan menulis siswa

sekolah menengah atas di kota Bandung”. Usulan untuk menindaklanjuti

pembahasan masalah di atas, maka digunakan pertanyaan-pertanyaan penelitian

sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi awal pembelajaran menulis bahasa Indonesia di Sekolah

Menengah Atas?

2. Model pembelajaran menulis yang bagaimana yang dapat meningkatkan

kecakapan menulis peserta didik Sekolah Menengah Atas ?

3. Bagaimana implementasi model pembelajaran menulis yang dapat

meningkatkan kecakapan menulis siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia

di sekolah menengah atas?

4. Bagaimana efektivitas pengembangan model pembelajaran terhadap

(12)

F. Tujuan Penelitian

Penelitian ini secara umum bertujuan mengembangkan model

pembelajaran untuk meningkatkan kecakapan menulis dalam mata pelajaran

bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas.

Tujuan umum tersebut di atas, dapat dirinci ke dalam rumusan yang lebih

khusus, yaitu:

1. memperoleh gambaran kondisi awal Pembelajaran Menulis mata pelajaran

bahasa Indonesia saat ini di Sekolah Menengah Atas;

2. memperoleh gambaran pengembangan model Pembelajaran yang sesuai

untuk meningkatkan kecakapan menulis peserta didik dalam mata pelajaran

Bahasa Indonesia Sekolah Menengah Atas;

3. memperoleh gambaran tentang implementasi model pembelajaran untuk

meningkatkan kecakapan Menulis peserta didik Sekolah Menengah Atas;

4. memperoleh gambaran empiris efektivitas penggunaan model pembelajaran

dalam meningkatkan kecakapan menulis peserta didik Sekolah Menengah

Atas.

G. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis, para siswa, dan

para pengajar dalam pembelajaran bahasa Indonesia serta untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran bahasa Indonesia khususnya aspek menulis, dengan

pengembangan model pembelajaran menulis MPM dalam meningkatkan

kecakapan menulis siswa. Sehingga model tersebut memiliki manfaat teoretis dan

praktis

Manfaat Teoretis

1. Kajian ini akan melengkapi konsep-konsep dasar yang berkaitan dengan upaya

peningkatan kecakapan menulis.

2. Kajian ini menguji, melengkapi dan memperbaiki konsep-konsep kecakapan

menulis yang sudah ada.

(13)

khususnya menulis, dapat dijadikan salah satu alternatif pembelajaran menulis

untuk menangani kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa dalam pembelajaran

menulis.

Manfaat Praktis

Disamping manfaat teoretis, diharapkan hasil penelitian dan pengembangan ini

memiliki manfaat praktis, yaitu model pembelajaran menulis MPM dapat dipakai

sebagai referensi bagi guru-guru SMA dalam mengadakan perubahan, perbaikan

dan peningkatan pembelajaran sesuai dengan karakter siswa.

1. Memberi pengalaman praktis kepada siswa SMA dari model MPM terhadap

menulis dengan memperhatikan kemampuan berkreativitas, dalam

pembelajaran yang dapat berpengaruh terhadap kualitas siswa, kualitas mata

pelajaran bahasa Indonesia, yang dapat dijadikan menulis sebagai suatu

kegiatan yang bermanfaat, sehingga berdaya guna dan berhasil guna.

2. Melalui model MPM dapat memperbaiki persepsi terhadap mata pelajaran

bahasa Indonesia khususnya menulis, dan melalui model MPM, dapat

dijadikan salah satu alternatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran

menulis, dan dapat mengatasi kesulitan pembelajaran, sehingga dapat

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiah, dkk. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, Jakarta: Erlangga.

_____. 1989. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia, Jakarta: Erlangga.

Alwasilah, A. Chaedar. Pokoknya Menulis: Cara Baru Menulis dengan Metode Kolaborasi. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Ansari, B. I. (2003). Menumbuhkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematis Siswa SMU melalui Strategi Think -Talk-Write. Disertasi pada PPs UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktik). Jakarta: Rineka Cipta.

Badan Standar Nasional Pendidikan. 2006. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: BSNP.

Badudu, J. S. 1996. Pelik-pelik Bahasa Indonesia. Bandung: Pustaka Prima.

Bandura, Albert, 1977.Sosial Learning Theory.Englewood Cliffs, N.J.:Prentice-Hall.

Beach, R. W. 1990. Teaching Literature in the Secondary School. Orlando: Harcourt Brace Javanovich, Inc.

Blenkin, G. M. 1988. Early Childhood Education: Developmental Curriculum. London: Paul Chapman Publising Ltd.

Bloom, B.S. (1971). Evaluation To Improve Learning. New York: Mc. Grow Hill Book Company.

Bloom, B.S., J.T. Hastings & G.F. Madaus. 1956. Taxonomy of Educational Objectives. The Classification of Educational Goals. Hanbook I: Cognitive Domain. New York: David McKay Company, Inc.

Boediono. 2002. Pelaksanaan Kurikulum Berbasis Kompetensi. Jakarta: Balitbang Depdiknas.

Bogdan, Robert, C; Biklen, Knopp Sari. 1982. Qualitative Research for Education. An Introduction to Theory and Methods; Allyn and Bacon: Boston London.

Borg, R. Walter, & Gall, M.D. 1979. Educational Research: An Introduction. New York: Logman Inc.

(15)

Bram, Barli. (2002). Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. London: Longman Group Limited.

Brannen, Julia. 2004. Memadu Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar Offset.

Brown, H. Douglas. 2000. Language Assessment: Principles and Classroom Practices. White Plains. Ny: Pearson Education.

_____. 2004. Teaching by Principles and Interactive Approach to Language Pedagogy. Second Edition White Plains. Ny: Pearson Education.

Bruce Joyce, Marsha Weil, dan Emily Calhoun. (2009). Models of Teaching.Diterjemahkan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Bruner, Jerome S. (1960). The Process of Education. New York: Vintage Books.

Bryant, Jennings and Mary Beth Oliver. 2009. Media Effect: Advances in Theory and Research Communication Series,3rd ed. London: Routledge.

Bungin, Burhan. (2003). Analisis Data Penelitian Kualitatif, Pemahaman Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Campbell, D.T., & Stanley, J.C. 1978. Experimental and Quasi Experimental Design for Research. Cicago: Rand McNally College Publishing Company.

Chauhan, S. S. 1979. Innovation in Teaching - Learning Process. New Delhi, Vikas Publising House PVT LTD.

Chauhard, Paul. 1983. Bahasa dan Pikiran (Terjemahan Widyamartaya). Jogyakarta: Kanisius.

Colin Marsh. (1996). Handbook For Beginning Teachers. Sydney: Addison Wesley Longman Australia Pry Limited.

Cooper, J. D. 1993. Literacy: Helping Children Construct Meaning. Boston Toronto: Hongton Miffin Company.

Cox, Carole. 1999. Teaching Language Arts: A Student and Response-Centered Classroon. California State Univessity, Long Beach.

Dahlan, M. D. 1990. Model-model Mengajar. Bandung: Diponegoro.

Darsono, Max. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

(16)

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1980. Bahasa Indonesia: Buku Petunjuk Guru. Jakarta: Depdikbud.

_____. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Balai Pustaka Restindo Mediatama.

Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 SMA Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

_____. 2003. Kurikulum 2004 SMA: Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Depdiknas: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktoran Pendidikan Menengah Umum.

DePorter, Bobbi & Hernacki, Mike. 2000. Quantum Learning: Unleashing the Genius in You. New York: Dell Publishing.

Derocher, R. P,. Kilpatrick, J,. Six Supply Chain Lessons for the Millenium. Winter

Dilworth, J.B. (1992). Operations Management: Design, Planning and Control for Manufacturing and Services. Singapore : McGraw-Hill, Inc.

Djiwandono, M.S. (1996). Tes Bahasa dalam Pengajaran. Bandung: ITB.

Donovan, Timothy R., Ben W. McCleland,. 1980. Eight Approaches to Teaching Composition. Illinois: National Council of Teachers of English.

Dulay, H. Dan M. Burt. 1986. Remark on Creativity in Language Aquisition. dalam William C. Ritchie, ed. Second Language Aquisition Research. New York: Regents Publishing Co.

Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno. (2009). Pembelajaran Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.

Fraenkel, Jack R. dan Norman E. Wallen.1993. How to Design and Evaluate Research in Education New York: McGraw-Hill Inc.

Gagne, Robert, M. 1976. Essential of Learning for Intruction. New York: Holt, Rinehart and Winston Inc.

_____ 1979. Principles of Intructional Design. New York: Holt, Rinehart and Winston

Gay, L.R. 1987. Educational Research: Competencies for Analysis and Application. London: Merrill Publishing Company.

Gebhardt dan Dawn Rodrigues. (1989). The Cambridge Encyclopedia of Language. Cambridge: Cambridge University Press.

(17)

Giles, William Campbell. 1972. From and Style in Thesis Writing. Boston: Houghton Mifflin Company.

Gordon, Thomas and Brusch, Noel. 1974. T. E. T. Teachers Effectiveness Training. New York: David McKay Co. Inc.

_____. 1985. Beginning and Beyond Foundation in Early Childhood Education. New York: Delmar Publisher, Inc.

Gould, Eric, Robert DiYanni, dan William Smith. (1989). The Educated Child. New York: The Free Press.

Graves, Donal H. 1999. Build a Literate Classroom. Portsmounth, N. H: Heinemana. _____. 1994. A Fresh Look at Writing. Canada: Irwin Publishing.

Gropper, G. L. 1983. A Metatheory of Instruction: A Framework for Analyzing and Evaluating Instructional Theories and Models. Dalam (C.M. Regeluth ed). Instrucional Design Theories and Models. Hilldall N. J. Lawrence Erlbaum.

Hamzah B. Uno. (2006). Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Haryadi, dan Zamzami. 1997. Peningkatan Keterampilan Berbahasa Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti.

Hipple, Theodore W. (1973). Teaching English in Secondary Schools. New York: The Macmillan Company.

Hughes, A. 1989. Testing for Language Teacher. New York: Cambridge University Press.

Ibrahim & Nana Syaodih S. (1996). Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Isjoni, (2009). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Jones, Paull. 1993. Writing Scientific Papers and Reports. Brown Co. Publishers, Dubuque, Lowa.

Joyce, Bruce, dan Weil, Marsha. 1980. Model of Teaching. Second Edition Englewood New Jersey: Preantice Hall, Inc.

_____. 2000. Model of Teaching. Amerika: A Pearson Education Company.

Keraf, Gorys. 2001. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah.

_____. 1992. Argumentasi dan Narasi. Ende Flores: Nusa Indah.

Kosasih. 2004. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan. Bandung. Irama idya.

(18)

Lado, Robert. 1986. Language Teaching: A Scientific Approach. Bombay New Delhi: Tata Mc Graw Publishing Co. Ltd.

Lahane, Stephen. 1979. The Creative Child: How to Encourange the Natural Creativity of Your Preschooler. New Jersey: Prentics Hall, Inc.

Larser-Freeman, Diane. 1986. Techniques and Principles in Language Teaching. Oxford: Oxford University Press.

Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. 1985. Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-Press.

Logan, L. M. dan Logan, V. G. dan Paterson, L. 1972. Creative Communicative Teaching the Language arts. Taronto: McGraw Hill Ryerson Limited.

Lyons. John. 1985. Language and Linguistics: An Intoduction (Fifth Edition). Combridge: University Press.

McCrimmon, James M. 1984. Writing With a Purpose. Boston: Houghton Mifflin Company.

McRobert, Richard. 1986. Writing Workshop: A Student’s Guide to the Craft of Writing. Australia: the Macmillan Company.

Miller, R. Dan Seller Wayne. 1967. Perspectives on Educational Change. New York: Appleton-Century-Crofts.

Moeliono, Anton. 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Moleong, Lexy J. 1990. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Bandung: Remaja Karya.

Morris, Alton C. 1988. Learning Theories for Teachers. USA: Harper & Row, Publisher, Inc

Mulyani Sumantri. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Maulana.

Mulyanto, Sumardi. 1988. Pengajaran Bahasa Indonesia di Sekolah: Gramatika atau

Komunikasi. Makalah pada Konggres Bahasa Indonesia V, 28 Oktober – 2

November 1988 Jakarta.

_____. 1988. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Mulyono, Iyo. 2003. Bahasa Indonesia Pengembangan Paragraf. Bandung: STBA Yapari

Muslich. 2004. Pelajaran Bahasa Indonesia, Modul I. Jakarta: Universitas Terbuka.

(19)

Nitko, A.J. 1996. Educational Assesment of Student. New Jersey. Merrill, an Imprint of Pretice Hall.

Nurgiantoro, Burhan. (1988). Sastra Anak. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Parera, Jos Daniel. 1984. Menulis Tertib dan Sistematis. Jakarta:Erlangga.

_____. 1997. Linguistik Educational: Morfologi Pembelajaran Bahasa Analisis Konstrastif, Analsisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta:Erlangga

Patton, Michael Quinn. 1987. Qualitative Evaluation Methods. Beverly Hills: Sage Publication.

Poerwadarminta, W. J. S. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Prahalad, CK., dan Venkatram Ramaswamy. 2004. The Future of Competition: Harvard Business School Press.

Presthus, Robert. (1975). Public Administration. New York, The Ronald Press Company.

Richards, Jack, and Rodges. Theodore S 1985. Longman Dictionary of Applied Linguistics. Harlow Essex: Longman Group Limited.

Rifai A. dan Sudjana. 1997. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru.

Rivers, Wilga M. 1986. Communicating Naturally in a Second Language: Theory and Practice in Language Teaching. Cambridge: Cambridge: University Press.

Rusyana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro.

_____. 1988. Para Guru Perlu Melakukan Kegiatan Menulis. Bandung: FPBS IKIP Bandung.

Sadiman, Arief, dkk. 1996. Media Pendidikan: Pengertian Pengembangan, dan Pemanfaatan. Jakarta. Raja Grafino Persada.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sakri, Adjad. (1998). Belajar Menulis Lewat Paragraf. Bandung: ITB

Sardiman. (2004). Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Press.

Semi, M. Atar. (2007). Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung: Angkasa

(20)

Eksplorasif pada Beberapa SMA di Katamadya Manado. Tesis S2 FPS IPS IKIP. IKIP Bandung.

Siahaan, Bistok A. 1987. Pengembaangan Materi Pengajaran Bahasa. FPS 626. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.

Silverius, Suke. 1991. Evaluasi Hasil Belajar dan Umpan Balik. Jakarta: Gramedia.

Singleton, John and Mary Lucxkhursf. 1996. The Creative Writing: Handbook Teachiques for New Writers. London: Macmillan.

Soehendro, Bambang. 2006. Pedoman Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Soemanto, Wasty. (2003). Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta.

St. Y. Slamet. (2008). Dasar-Dasar Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS Press.

Stephen, J. Ansuini. 1995. The Improvement Engine: Creativyti & Innovation Throught Employee Involvement. United of America: Productivity Press.

Sudiawan, Awan. 2008. KTSP: Pengembangan Model Pembelajaran. Bandung: Dunia Pendidikan.

Sudjana. 2000. Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipasif. Bandung: Falah Production

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 1988. Prinsip dan Landasan Pengembangan Kurikulum. Jakarta: P2LPTK Depdikbud.

_____. 2004. Kurikulum dan Pembelajaran Kompetensi. Bandung: Yayasan Kesuma Karya.

Suparno & Yunus. 2002. Keterampilan Dasar Menulis Modul I. Jakarta: UniversitasTerbuka.

Surakhmad, Winarno. 1972. Dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito.

Surya, Muhammad. 2004. Psikologi Pembelajaran & Pengajaran. Bandung: Pustaka Bani Quraisy.

Syafi’ie, Iman. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan

(21)

Tabrani, A. (1992). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.

Tarigan, Henry Guntur. 1982. Membaca Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: IKIP dan STIA.

Taylor, Stanford. 1964. Grade Level Norms for the Components of the Pundamental Reading Skill (Reseach and Inpormation). Buletin: Nomor 3, N. Y. : Educational Depelopmental Laboratoriza.

Tintin, Neneng. 2005. Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Pengembangan Penilaian Portofolio untuk Meningkatkan Kemampuan Belajar Siswa (Tesis). PPS. UPI.

Tompkins, Gail E. 1990. Teaching Writing Balancing Process and Product. New York: McMillan Publishing Company.

Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (laporan buku, makalah, tesis, disertasi). Bandung: Departemen Pendidikan Nasional UPI

Weaver, Richard M. 1961. Composition. New York: Holt Pinhart and Winston.

Weil,C. J. 1990. Communication Language Testing. New York: Prentice Hall.

White, Ronald V. 1988. The ELT Curriculum : Design Inovation and Management. New York: Basil Backweel Inc.

Wittig. (1981). Psykology of Learning. Shaum‟s Out-line Series. New York: Mc. Grow Hill Book Company.

Yalden, Janice. 1987. Principles of Course Design for Language Teaching

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya suatu sistem kendali yang terdistribusi maka semua proses yang dikendalikan dengan menggunakan sistem kendali terdistribusi akan dapat mendistribusikan kontrol ke

Berdasarkan penelitian yang dilakukan menghasilkan aplikasi pemesanan bus pariwisata yang dapat diakses oleh perangkat android yang terdapat pembayaran online

Berat badan lahir adalah ukuran berat badan bayi waktu lahir (kategori lebih: ≥4,0 kg, normal: <4 kg), uru - tan kelahiran adalah urutan anak yang dila- hirkan dari ibu

PE2V1ERINTAH KABUPATEN MUSI BANYUASIN DINAS PU.CIPTA KARYA DAN PENGAIRAN..

Kegiatan pengembangan kurikulum merupakan hal penting karena pekerjaan utama madrasah adalah mengelola pembelajaran sehingga anak didik dapat mencapai potensi

Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan bapak H. Nasrun selaku Ketua Fraksi Partai Golongan Karya pada hari Rabu tanggal 18 September 2008 di ruangan Kerja Kantor Dewan,

280.. front-line employees from an emphasis on providing customer service to selling financial products. New remuneration practices mandated that employee performance was to be

Variabel yang memperlihatkan kondisi perairan estuaria pada ekosistem mangrove dalam pemodelan ini adalah DIN (Dissolved Inorganic Nitrogen/ nitrogen anorganik