• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERCERAIAN APARATUR SIPIL NEGARA/PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PERSPEKTIF TOKOH-TOKOH NAHDLATUL ULAMA DI PENGADILAN AGAMA BANYUWANGI SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERCERAIAN APARATUR SIPIL NEGARA/PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PERSPEKTIF TOKOH-TOKOH NAHDLATUL ULAMA DI PENGADILAN AGAMA BANYUWANGI SKRIPSI"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH:

ACHMAD AMIN PURNOMO NPM. 21701012047

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

2021

(2)

i

NEGERI SIPIL DALAM PERSPEKTIF TOKOH-TOKOH NAHDLATUL ULAMA DI PENGADILAN AGAMA

BANYUWANGI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Malang Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1)

Pada Program Studi Hukum Keluarga Islam

Oleh :

ACHMAD AMIN PURNOMO NPM. 21701012047

UNIVERSITAS ISLAM MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM

PROGAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

2021

(3)

v

Agama Islam, Universitas Islam Malang. Pembimbing 1: Drs. H.

Fathurrahman Alfa, M.Ag. Pembimbing 2: Dr. H. Syamsu Madyan, Lc, MA.

Kata Kunci: Perceraian, Aparatur Sipil Negara, Nahdlatul Ulama

Perceraian adalah terputusnya hubungan dalam rumah tangga seseorang dengan sebab atau alasan tertentu yang menyebabkan suatu konflik yang terus menerus hingga menimbulkan suatu pertengkaran. Setiap orang yang melakukan perceraian harus mengajukan suatu persyaratan yang sudah diatur dalam Kompilasi Hukum Islam. Namun dalam penelitian ini lebih memfokuskan terkait perceraian ASN (Aparatur Sipil Negara) atau PNS (Pegawai Negeri Sipil), yang mana dalam prosedur mengajukan gugatan ini berbeda dengan perceraian yang biasanya (Non ASN/PNS). Fokus penelitian yang dibahas dalam pengajuan skripsi ini, yaitu, syarat perceraian ASN menurut KHI, pandangan tokoh-tokoh NU terhadap syarat perceraian ASN dalam KHI, konflik dan dampak perbedaan yang terjadi dalam kasus perceraian ASN di Pengadilan Agama Antara pandangan KHI dan tokoh- tokoh NU.

Penelitian ini menyuguhkan sebuah permasalahan dan pandangan yang di kaji dalam konsep dan perilaku di kehidupan sosial, yakni penelitian kualitatif dengan jenis penelitiap deskriptif. Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian tersebut, hasil penelitian menunjukkan bahwa, pertama, syarat utama dalam prosedur perceraian ASN/PNS yakni dengan mengajukan perizinan gugatan cerai kepada atasan atau pihak yang berwenang. Kedua, tokoh-tokoh NU lebih memakai dasar hukum Islam sebagaimana talak yang sah adalah talak yang di ucapkan suami kepada istri, walaupu dalam keadaan sungguh-sungguh atau bercanda. Ketiga, adanya suatu perbedaan pendapat terkait prosedur perceraian ASN/PNS Antara Kompilasi Hukum Islam dan tokoh-tokoh NU yang disebabkan kurangnya sosialisasi hukum perceraian ASN/PNS tersebut.

(4)

1

PENDAHULUAN

A. Konteks Penelitian

Islam merupakan agama untuk penyerahan diri semata-mata kepada Allah SWT dan agama semua Nabi, agama yang cocok dengan fitrah manusia, agama yang jadi petunjuk manusia, mengatur ikatan antara manusia dengan tuhannya serta manusia dengan lingkungannya. Agama rahmat untuk semesta alam, serta salah satunya agama yang diridhoi Allah SWT, agama yang sempurna. Dengan beragama Islam, tiap muslim mempunyai landasan tauhidullah, dan melaksanakan kedudukan dalam hidup berbentuk ibadah (pengabdian vertical) serta khilafah (pengabdian horizontal) serta bertujuan mencapai ridha serta karunia Allah SWT. Islam yang mulia serta utama akan jadi realitas dalam kehidupan duniawi, apabila betul-betul diimani, dimengerti, dihayati, serta diamalkan oleh semua kalangan kaum Muslimin secara keseluruhan.

Dalam Islam tidak bisa lepas dari namanya hukum Islam ataupun syariat Islam, mengenai tingkah laku mukallaf (orang yang sudah dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya. Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk melaksanakannya secara total. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diperintahkan Allah SWT untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan dengan amaliyah. (Eva,

(5)

2017:24). Syariat Islam menurut bahasa berarti jalan yang harus dilalui oleh umat manusia untuk menuju kepada Allah Ta’ala. Dan ternyata Islam bukanlah hanya sebuah agama yang mengajarkan tentang bagaimana menjalankan ibadah kepada tuhannya saja. Keberadaan aturan atau sistem ketentuan Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah Ta’ala dan hubungan manusia dengan sesamanya. Aturan tersebut bersumber pada seluruh ajaran Islam, khususnya didalam Al-Qur’an dan Hadist.

Dalam Pengadilan Agama menerapkan atau memakai KHI (Kompilsai Hukum Islam) yang mana isisnya terdapat beberapa aturan-aturan atau ketetapan- ketetapan hukum Islam yang dituliskan dan disusun secara teratur. Adapun tujuan perumusan kompilasi hukum Islam di Indonesia adalah untuk menyiapkan pedoman yang seragam bagi hakim Pengadilan Agama dan menjadi hukum positif yang wajib dipatuhi oleh seluruh bangsa Indonesia yang beragama Islam.

(Abdurahman, 1992:20). Dengan demikian, tidak ada lagi kesimpangsiuran keputusan Pengadilan agama. Hal seperti itu sering terjadi kasus yang sama, keputusan yang berbeda. Ini sebagai akibat dari refrensi hakim kepada kitab-kitab fiqh yang sesuai dengan karakteristiknya sebagai rumusan para fuqaha yang sangat dipengaruhi oleh situasi dan lingkungan dimana fuqaha itu berada. Yang semula semestinya sebagai rahmat, kadang justru menimbulkan laknat. Wajar jika Bustanul Arifin mempersoalkan, hukum Islam yang mana? Jika dalam suatu masalah tertentu di dalamnya terdapat banyak pendapat. Menurut dia, suatu peraturan harus jelas dan sama bagi semua orang, yakni harus ada kepastian hukum. (Abdurahman, 1992:20)

(6)

Dengan adanya Kompilasi Hukum Islam yang merupakan peraturan- peraturan hukum Islam yang sesuai dengan kondisi kebutuhan hukum dan kesadaran hukum umat Islam di Indonesia. Ia bukan merupakan mazhab baru dalam fiqh Islam, melainkan merupakan wujud dan penerapan berbagai mazhab fiqh yang ada untuk menjawab persoalan yang ada di Indonesia sesuai dengan kesadaran hukum masyarakat Islam Indonesia.

Perkawinan menunjukkan proses pembentukan keluarga sebagai suami dan istri antara pria dan wanita, di mana perkawinan menjadikan keduanya memiliki status hukum baru. Status hukum ini yang melahirkan hak-hak dan kewajiban baru, baik sebagai (pria) suami maupun sebagai (wanita) istri. Menyoal perkawinan secara lebih parsial harus dimulai dalam kerangka definitif. Dalam hal ini, definisasi perkawinan menurut Undang-Undang (UU) No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dijelaskan dalam Pasal 1, yakni: “Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.”

Selain itu, perkawinan juga dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI), di mana dijelaskan dalam Pasal 2 KHI, yakni: “Perkawinan menurut hukum Islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau miitsaaqan ghaliidhan untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah.”

Pegawai Negeri sebagai unsur Aparatur Negara, Abdi Negara dan Abdi Masyarakat yang bertugas menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan.

Dalam hal ini kedudukan Pegawai Negeri menjadi sangat penting sebab lancar dan tidak lancarnya pemerintahan dan pembangunan negara tidak terlepas dari peranan

(7)

dan keikut sertaan Pegawai Negeri. (Gufron, 1991:4). Pegawai Negeri Sipil (PNS) menurut kamus umum bahasa Indonesia, “Pegawai” berarti “orang yang bekerja pada pemerintah (perusahaan dan sebagainya) sedangkan “Negeri” berarti negara atau pemerintah, jadi PNS adalah orang yang bekerja pada Pemerintah atau Negara.

(Poerwadarminta, 1986:478)

Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara dan abdi masyarakat harus menjadi teladan yang baik bagi masyarakat dalam tingkah laku,tindakan dan ketaatan kepada Peraturan Perundang-undangan yang berlaku, termasuk dalam menyelenggarakan kehidupan berkeluarga. Pernikahan dan perceraian seorang Pegawai Negeri Sipil diatur dalam PP No. 45 Tahun 1990 jo PP No. 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan dan Perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil. Pegawai Negeri Sipil sebagai unsur aparatur Negara, abdi Negara, abdi masyarakat serta teladan bagi masyarakat, sebisa mungkin untuk tidak melakukan perceraian. Dalam perceraian ASN ini, berbeda prosedurnya dengan perceraian Non ASN dikarenakan dalam perbedaan ini diatur dalam KHI (Kompilsai Hukum Islam) seperti harus mendapatkan perizinan dari atasan. Dalam perceraian ASN ini memang sedikit agak rumit dalam melakukan persyaratannya dikarenakan untuk menjaga nama baik bagi pengabdi Negara (ASN).

Di Kabupaten Banyuwangi, angka perceraian sangat melonjak tinggi dalam setahun khususnya di kalangan Pegawai Negeri Sipil. dan perceraian ini terjadi dikarenakan adanya perselingkuhan dan ketidakharmonisan dalam berumah tangga, sehingga hal tersebut dapat menyebabkan adanya perceraian tersebut. Selama ini

(8)

Pemerintah Banyuwangi sudah memperketat dalam pemberian izin perceraian bagi kalangan PNS. Namun, PNS yang akan bercerai terlebih dahulu harus memperoleh surat rekomendasi atau surat izin dari Bupati Banyuwangi.

Dalam beberapa prosedur perceraian yang berbeda antara PNS dengan Non PNS ini yang sudah diatur dalam dalam Undang-Undang Pemerintahan, apakah ada beberapa pendapat Ulama terhadap perbedaan prosedur perceraian PNS?, khususnya dalam pandangan para tokoh ulama Nahdlatul Ulama terhadap peraturan yang sudah diatur dalam Undang-Undang Pemerintahan tersebut. Karena menurut peneliti sendiri, dalam KHI yakni perkumpulan suatu beberapa pendapat ulama yang berbeda-beda organisasi seperti NU dan Muhammadiyah. Oleh karena itu, peneliti mengambil judul “Perceraian Aparatur Sipil Negara/Pegawai Negeri Sipil Dalam Perspektif Tokoh-Tokoh Nahdltul Ulama Di Pengadilan Agama Banyuwangi”.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana perceraian Aparatur Sipil Negara/Pegawai Negeri Sipil di Pengadilan Agama Banyuwangi?

2. Bagaimana pandangan tokoh Nahdlatul Ulama terhadap syarat-syarat perceraian Aaparatur Negeri Sipil/Pegawai Negeri Sipil dalam Kompilasi Hukum Islam?

3. Apa konflik dan dampak perbedaan yang terjadi dalam kasus perceraian Aparatur Sipil Negara di Pengadilan Agama Banyuwangi antara pandangan KHI dan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama tersebut?

(9)

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui syarat-syarat perceraian Aparatur Sipil Negara/Pegawai Negeri Sipil di Pengadilan Agama Banyuwangi

2. Mengetahui pandangan tokoh NU terhadap syarat-syarat perceraian Aparatur Sipil Negara/Pegawai Negeri Sipil dalam KHI

3. Mengetahui konflik dan dampak perbedaan yang terjadi dalam kasus perceraian ASN/PNS di Pengadilan Agama Banyuwangi antara pandangan KHI dan tokoh-tokoh Nahdlatul Ulama tersebut

D. Kegunaan Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan hukum Islam.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi hukum khususnya tentang konsep pengambilan hukum Islam.

c) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang hukum khususnya tentang konsep pengambilan hukum Islam.

d) Memberikan sumbangan akademis kepada Fakultas Agama Islam Universitas Islam Malang, khususnya penerapan ilmu yang sudah didapatkan dari masa perkuliahan.

2. Manfaat Praktis

a) Sebagai Syarat menempuh gelar Strata Satu.

b) Hasil Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi masyarakat sehingga masyarakat menjadi tahu tentang konsep pengambilan hukum Islam.

(10)

c) Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi masyarakat sehingga dapat dijadikan rujukan untuk mengambil suatu hukum Islam.

d) Hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi berupa masukan bagi pemerintah terutama dalam pengambilan kebijakan terkait pengambilan hukum Islam.

E. Definis Operasional

1. Kompilasi Hukum Islam adalah kegiatan pengumpulan dari berbagai bahan tertulis yang diambil dari berbagai buku/tulisan mengenai suatu persoalan tertentu.

2. Nahdlatul Ulama adalah organisasi Islam terbesar di Indonesia yang bermanhaj atau berpegang teguh pada ajaran Ahlussunnah Waljamaah.

3. Perceraian adalah pengakhiran suatu perkawinan karena suatu sebab dengan keputusan hakim atas tuntutan dari salah satu pihak atau kedua belah pihak dalam perkawinan.

4. ASN atau Aparatur Sipil Negara adalah istilah kelompok profesi bagi pegawai yang bekeja pada instansi pemeintah.

5. PNS kepanjangan dari Pegawai Negeri Sipil.

6. Pengadilan Agama adalah pengadilan tingkat pertama yang melaksanakan kekuasan kehakiman dilingkungan peradilan agama yang berkedudukan di ibu kota atau kabupaten.

(11)

68 BAB VI

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Perceraian adalah terlepasnya tali ikatan pernikahan atau bubarnya dalam hubungan rumah tangga antara suami dengan istri. Perceraian bisa terjadi kapan saja dan bagi siapa saja, khususnya dalam skripsi ini yang dibahas dalam kalangan ASN (Aparatur Sipil Negara) atau PNS (Pegawai Negeri Sipil). Namun dalam perceraian ini berbeda dengan perceraian biasanya (masyarakat yang Non ASN/Non PNS. Yakni hal utama yang berbeda dari perceraian Non ASN/PNS yakni perizinan perceraian yang diajukan dari ASN/PNS kepada pihak yang berwenang atau atasannya. Perbedaan ini juga di atur dalam Peraturan Pemerintahan Undang-Undang nomor 45 Tahun 1990 atas perubahan Undang- Undang nomor 10 tahun 1983 yang mengatur tentang izin perkawinan dan perceraian bagi Pegawai Negeri Sipil atau Aparatur Sipil Negara.

Dalam perbedaan ini, pandangan tokoh organisasi Islam di Indonesia khususnya di kalangan tokoh Nahdlatul Ulama mempunyai pandangan tersendiri dalam hal perizinan ASN atau PNS kepada atasan atau pihak yang berwenang.

Maka berdasarkan penelitian dan kajian mendalam yang penulis lakukan sesuai dengan uraian pada Bab di atas mengenai Perceraian ASN/PNS di Pengadilan Agama Perspektif Tokoh NU, maka kesimpulan yang dapat di ambil adalah, sebagai berikut:

(12)

1. Syarat dalam perceraian ASN/PNS di Pengadilan Agama yang berbeda dari perceraian Non ASN/PNS. Pertama, PNS/ASN wajib mendapatkan izin atau surat keterangan dari atasan atau pejabat yang berwenang. Kedua, PNS/ASN yang mempunyai kedudukan sebagai penggugat atau kedudukan sebagai tergugat harus memperoleh izin atau surat keterangaan dan harus mengajukannya dengan secara tertulis. Ketiga, Dalam surat izin adanya gugatan perceraian harus mencantumkan alasan yang lengkap yang menyebabkan adanya gugatan perceraian tersebut.

2. Pandangan tokoh Nahdlatul Ulama dalam syarat perceraian ASN/PNS di Pengadilan agama, yakni lebih memakai dalam hukum Islam khususnya bermanhaj Ahlussunnah Wal Jamaah, yang mana dasar hukum yang dipakai dari 4 sumber, antara lain: Al-Qur’an, As-Sunnah, Ijma’, dan Qiyas. Namun aturan atau undang-undang yang tertera pada Peraturan Pemerintahan Undang- undang nomor 45 Tahun 1990 atas perubahan Peraturan Pemerintahan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1983 terkait perizinan pernikahan dan perceraian bagi ASN/PNS. Yang mana dalam peraturan tersebut sudah di sepakati bersama yang diikuti oleh Mahkamah Agung dan juga para petinggi organisasi Islam di Indonesia khususnya NU. Maka dalam hal ini juga berpendapat bahwa dalam perbedaan ini, ketika tidak keluar dari syariat Islam dan muhdlaratnya sedikit dan memberikan manfaat, maka boleh untuk di ikuti dan di taati.

3. Konflik dan dampak perbedaan yang terjadi dikalangan masyarakat Nanhdlatul Ulama terkait prosedur perizinan ASN atau PNS yakni salah satu tokoh

(13)

Nahdlatul Ulama mengatakan suatu pendapat yang mana peneliti mengambil kesimpulan, suatu perbedaan apabila tidak keluar dari syariat Islam, tidak menimbulkan mudlarat dan memberikan manfaat, maka hal tersebut boleh untuk dilakukan atau ditaati bersama. dan dalam sikap toleransi dari tokoh NU harus di implementasikan yakni dengan menghargai suatu ketetapan hukum atau aturan-aturan yang sudah disepakati secara bersama-sama.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas tentunya penulis mengharapkan dalam penulisan skripsi ini dapat menjadikan manfaat bagi pembaca, khususnya bagi penulis pribadi. Maka ada beberapa saran yang dapat dijadikan sebagai rujukan yang kontrukif. Adapun saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini, sebagai berikut:

1. Bagi masyarakat Nahdlatul Ulama suatu peraturan atau undang-undang khususnya dalam undang-undang yang ada di Kompilasi Hukum Islam harusnya sering dikaji bersama organasi Islam yang ada di Indonesia. Agar dalam aturan tersebut bisa dilakukan dan di taati secara bersama-sama tanpa ada suatu permasalahan yang dapat menimbulkan perpecahan satu sama lain.

2. Kita sebagai warga Indonesia khususnya yang beragama Islam, apalagi sebagai warga Nahdlatul Ulama, seharusnya menghargai peraturan dan undang-undang yang ada di Indonesia, yang mana peraturan tersebut sudah disepakati bersama- sama. Agar tidak terjadi suatu konflik yang dapat menimbulkan suatu perdebatan hingga perpecahan.

(14)

3. Nahdlatul Ulama harusnya sering-sering mensosialisasikan suatu ketetapan pemerintahan yang mana dalam ketetapa tersebut juga dihadiri oleh para petinggi atau pemimpin NU. Agar masyarakat NU dapat memahaminya dengan seksama.

(15)

72

DAFTAR RUJUKAN

Abdurrahman. (1992). Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia. cet. Ke-1, Jakarta:

Akademika Pressindo.

Abdurrahman. (2007). Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia. cet. Ke-5, Jakarta:

Akademika Pressindo.

Al-Jaziri, Abdurrahman. (2004). Al-Fiqh ‘Ala al-Madzahib al-Arba’ah, Kairo:

Daarul Hadits.

Al-Khin, Mustafa. (2009). Al Fiqh Al Manhaji Mazhab Al Syafie, (Selangor: Darul Syakir, Enterprise.

Armia. (2016). Fikih Munakahat. Medan: Manhaji

Asrianti. (2012). Pembaruan Hukum Islam dalamTerapan dan Perundang- Undangan Di Indonesia, Vol. 1. No. 10. UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.

Awy A, Qolawun. (2015). Tentang Perempuan dari Seks Dalam Rumah Tangga Hingga Bohong pada Suami. Jakarta: Mizzani.

Burhan, Umar. (1998). Hari-Hari Lahir NU. Jakarta: Aula.

Furkon, Muhammad. (2012). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Kewajiban Memperoleh Izin Pejabat Dalam Perceraian Pegawai Negeri Sipil (Studi Pasal 3 (1) Pp No. 10 Tahun 1983 Tentang Izin Perkawinan Dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil).

Hasyim, Masykur. (2002). Merakit Negeri Berserakan. Surabaya: Yayasan 95.

Ida, Laode. (2004). NU Muda. Jakarta: Erlangga.

Inayatul, Syarifa. (2017). Hukum Islam Tentang Prosedur Perceraian Pegawai Negeri Sipil. (Analisis Terhadap PP No. 45 Tahun 1990). Tesis, UIN Raden Intan Lampung.

Iryani, Eva. (2017). Hukum Islam, Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, dalam Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol. 17 No.2

Malik, H. Rusdi. (2010). Memahami Undang-Undang Perkawinan. Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti.

Moleong, Lexy J. (2000) Metodelogi penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Munawwir, Ahmad Warson. (1998) Kamus Al-Munawwir Arab-Indonesia.

Surabaya: Pustaka Progressif.

Musanef, Rosdakarya. (2007). Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta:

Gunung Agung.

Muzadi, A. Hasyim. (1999). Nahdlatul Ulama’ di tengah agenda persoalan.

Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu.

(16)

Narbuko, Cholid. (2003). Metode Penelitian, Jakarta: PT Bumi Akasara.

Nardadi, zulfan. (2015). Penerapan Sanksi Bagi Pegawai Negeri Sipil Akibat Tidak Terpenuhinya Hak Mantan Isteru dan Anak Setelah Perceraian. Semarang:

Universitas Negeri Semarang. (Skripsi)

Poerwadarminta, W.J.S. (1986). Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka.

Rachmadi, Usman. (2006). Aspek- Aspek Hukum Perorangan dan Kekeluargaan di Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.

Rofiq, Ahmad. (2015). Hukum Perdata Islam di Indonesia. Jakarta: Rajawali Pers.

Sajastani, Abu Dawud Sulaiman. (2000). Sunan Abu Dawud. Kairo: Mustafa Al- Babi Al-Halabi.

Saleh, K. Wantjik. (1976). Hukum Perkawinan Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Salendu, Anggy Lavencia Mauren. (2016). Tinjauan Hukum Terhadap Izin Perceraian Pegawai Negeri Sipil Menurut Peraturan Pemerintahan NO. 45 TAHUN 1990. Lex Privatum, Vol. IV.

Sri Hartini Setiajeng Kardasih dan Tedi Sudrajat. (2008). Hukum Kepegawaian di Indonesia. Sinar Grafika, Jakarta

Sudarsono, Ahmad Ghufron. (1991). Hukum Kepegawaian di Indonesia. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sulfanwandi. (2020). Kompilasi Hukum Islam Penyusunan dan Kaitannya dengan Ushul Fiqh. V0l. 9 N0. 2. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2020. Banda Aceh

Sunggono, Bambang. (2009), Metodologi Penelitian Hukum, Jakarta: Rajawali Pers.

Syaifudin, Muhammad. (2012). Hukum Perceraian. Palembang: Sinar Gravika.

Syarifuddin, Amir. (2006). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia: Antara Fikih Munakahat dan UndangUndang Perkawinan, Jakarta: Kencana.

Syarifuddin, Muhammad. Dkk. (2014). Hukum Perceraian. Jakarta: Sinar Grafika.

Widjaja, A. W. (2006). Administrasi Kepegawaian. Jakarta: Rajawali.

www.nu.or.id/post/read/20987/prof-bustanul-arifin-gus-dur-berjasa-menggolkan- khi, (Kamis, 7 Januari 2010, 20:01 WIB)

Referensi

Dokumen terkait

Perspektif Administrasi Publik Vol.. merupakan salah satu cara efektif untuk mengajak mereka ikut serta dalam proses kampanye atau politik, mengingat bahwa mereka

menyegarkan kembali bagian kaki sehingga memulihkan sistem keseimbangan dan membantu relaksasi sehingga tekanan darah menurun 9. Berdasarkan hasil penelitian yang

Pegawai Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya disebut Pegawai ASN adalah Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Pemerintah Dengan Perjanjian Kerja yang diangkat

JCI mencoba breakout Resistance 5.987, bila berhasil berpeluang melanjutkan penguatan dengan mencoba next Resistance 6.027 dan 6.050. Namun, bila JCI tidak berhasil breakout

Pendidikan jasmani dan olahraga pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik (jasmani) dan olahraga untuk menghasilkan perubahan yang lebih

Hipotesis Nol (Ho) diterima, dengan demikian hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa hasil belajar Agama Islam siswa yang memiliki religiusitas tinggi lebih tinggi dibandingkan

[r]

Rapat anggota dilaksanakan setiap tahun sekali yang biasa disebut dengan RAT (Rapat Anggota Tahunan). RAT bertujuan melaporkan pertanggung jawaban pengurus kepada