PEMANFAATAN RUANG BERMAIN ANAK DI PERMUKIMAN KAMPUNG DAN PERMUKIMAN FORMAL KECAMATAN LOWOKWARU KOTA MALANG
Silmi Mauludina, Wulan Dwi Purnamasari, I. Nyoman Suluh Wijaya Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886 Email: silmimauludina@student.ub.ac.id
ABSTRAK
Bermain merupakan salah satu hak pada setiap anak, karena dalam bermain anak-anak dapat mengekspresikan tingkah laku yang menyenangkan dan tanpa paksaan. Dalam bermain anak membutuhkan ruang untuk melakukan aktivitasnya. Saat ini ruang bermain anak sebagian besar terdapat pada permukiman formal saja sedangkan di permukiman kampung ketersediaan ruang bermain anak di luar ruangan sangatlah minim, sehingga anak-anak menciptakan ruang bermainnya sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lokasi bermain anak dan aktivitas anak dalam pemanfaatan ruang bermain pada permukiman kampung dan permukiman formal.
Metode analisis yang digunakan adalah analisis mental map Lokasi ruang bermain anak berada pada jalan, taman dan juga lapangan. Berdasarkan permainan yang dilakukan pada permukiman kampung dan permukiman formal merupakan jenis permainan aktif dan pasif. Pada permukiman formal jumlah permainan pasif lebih tinggi dibandingkan permukiman kampung. Jenis permainan di permukiman kampung lebih bervariasi dibandingkan di permukiman kampung.
Kata Kunci: Ruang-Bermain-Anak, Mental-Map, Behaviour-Map ABSTRACT
Playing is one of the rights very child, because they can express fun and free behavior. In playing, children need space to carry out their activities. Currently, most of the children's play spaces are found in formal settlements, while in village settlements the availability of outdoor children's play spaces is very minimal, so children create their own play spaces. This study aims to determine the location of children's play and children's activities in the use of play space in village settlements and formal settlements. The analysis method used are mental map analysis and behavior map. The location of the children's playrooms are on the road, park and field. Based on the games carried out in village settlements and formal settlements, there are type of active and passive play. In formal settlements the number of passive games is higher than in village settlements. The types of games in village settlements are more varied than in village settlements.
Keywords: Children's-Playroom, Mental-map, Behaviour-Map
PENDAHULUAN
Keberhasilan pembangunan bangsa Indonesia ditentukan dari sumber daya manusia sedangkan kualitas sumber daya manusianya ditentukan dari pembangunan kesejahteraan dan perlindungan anak saat ini. Berdasarkan Undang- undang No. 23 Tahun 2002 pasal 11 tentang perlindungan anak menyebutkan bahwa “setiap anak berhak untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebayanya, bermain, berekreasi, berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri”. Oleh karena itu salah satu upaya guna memenuhi kebutuhan tersebut adalah kanalisasi ruang bermain anak yang relevan dengan pemanfaatan ruang terbuka di permukiman sehingga dapat
mendorong tumbuh kembang anak (Ginting, 2002)
Berdasarkan studi terdahulu yaitu Identifikasi Ruang Bermain Anak Di Permukiman Kampung Deret RT 14 Dan Non Deret RT 13, Kelurahan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat didapatkan bahwa anak-anak memanfaatkan ruang bermain seadanya yaitu tidak ada jaminan keselamatan, dan keamanannya seperti jalan umum, taman dan lapangan (marselinus, 2018). Ruang- tersebut dimanfaatkan anak-anak di pagi, siang, sore bahkan hingga malam hari. Hal tersebut terjadi akibat sarana bermain anak tidak memadai karena kurangnya fasilitas bermain, keamanan, dan keselamatan sehingga mereka menciptakan ruang bermain sesuai dengan imajinasi mereka (Lynch, 1991).
Ruang bermain juga termasuk dalam ruang publik. Ruang bermain terbagi menjadi dua tipe yaitu tempat bermain (playground) ruang bermain ini merupakan ruang bermain yang memiliki fasilitas permainan. dan ruang yang berada pada lingkungan rumah Found/Neighborhood Space yaitu berupa ruang seadanya. biasanya memanfaatkan area yang belum terpakai (Darmawan, 2009).
Kecamatan Lowokwaru memiliki luas wilayah sebesar 2.260 Ha dan hanya memiliki luas RTH sebesar 15,201 Ha dari keseluruhan luasan Kecamatan Lowokwaru yang semestinya Kecamatan Lowokwaru membutuhkan RTH sebesar 303 Ha. Luasan RTH Lowokwaru merupakan yang paling luas dibandingkan kecamatan lainnya di Kota Malang. Walaupun memiliki luas RTH paling luas diantara kecamatan lain, luasan tersebut tidak mencukupi standar beraktivitas di Kecamatan Lowokwaru. Sehingga ketersediaan ruang bermain anak juga berpengaruh. Oleh sebab itu pada penelitian ini diperlukan untuk mengetahui ruang-ruang mana sajakah yang digunakan anak untuk bermain dan bagaimana aktivitas bermain dalam pemanfaatan ruang bermain.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan survei primer dan survei sekunder.
Survei primer dilakukan dengan mewawancarai anak-anak terkait persepsi pada ruang bermain dam juga melakukan observasi terhadap perilaku bermain anak. Sedangkan survei sekunder digunakan untuk mendapatkan data wilayah penelitian yaitu persebaran permukiman kampung dan juga permukiman formal.
Variabel Penelitian
Variabel adalah mempelajari dan mengambil kesimpulan pada objek, atribut atau sifat orang yang ditentukan oleh peneliti Berikut merupakan variabel penelitian efektivitas pemanfaatan ruang bermain anak di Permukiman kampung dan permukiman formal Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Pada penelitian ini variable yang digunakan didasarkan pada teori terkait. Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada:
Tabel 1. Variabel Penelitian
Tujuan Penelitian Variabel Mengidentifikasi lokasi dan
Kondisi ruang bermain anak Karakteristik anak Keselamatan Kesehatan
berdasarkan persepsi anak-
anak Kenyamanan
Kemudahan Keamanan Keindahan Mengidentifikasi perilaku
anak-anak dalam bermain Aktivitas Ruang Waktu
Sumber: Setiawan (2006); Laurens (2004); Widyawati (2015);
Baskara (2011); Nur yanto & Sri Rahaju (2007)
Teknik Pengumpulan Data
Sumber data primer adalah pengumpul data mendapatkan data langsung dari sumber data (Sugiyono, 2010). Penelitian ini menggunakan Teknik observasi dan juga wawancara dalam pengumpulan data . Observasi bertujuan untuk mendeskripsikan suatu kejadian serta mengetahui kondisi eksisting wilayah studi dan menyelaraskan data sekunder dengan kondisi di lapangan. Observasi yang dilakukan pada penelitian ini adalah pengamatan langsung terhadap ruang bermain anak.
Wawancara merupakan proses tanya jawab kepada narasumber yang bertujuan untuk memperoleh data. Wawancara ini dilakukan untuk memperjelas sekaligus melengkapi data yang diperlukan. Wawacara ditujukan kepada pengguna taman kota yang telah diobservasi sebelumnya terkait jenis aktivitas yang dilakukan, untuk memperoleh data terkait usia.
Populasi dan Sampel
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang telah ditetapkan. Populasi dalam penelitian ini terdiri dari penduduk usia 5 – 11 tahun yang tinggal pada perumahan kampung dan juga permukiman formal yang berada pada lokasi penelitian dan tidak diketahui secara pasti jumlahnya.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Ukuran sampel adalah jumlah anggota dari populasi yang dipilih sebagai sampel dalam penelitian. Pada penelitian ini menggunakan Linear time fuction.
Rumus linear time fuction menggunakan besarnya anggota sampel yang akan diambil dari kelompok populasi. Penentuan sampel dengan Linear Time Function dilakukan jika jumlah populasi tidak diketahui secara pasti Sehingga metode sampel yang digunakan adalah linear time fuction. Besaran sampel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
𝑛 = 𝑇 − 𝑡0
n : jumlah responden 𝑡1 T : waktu penelitian
T0 : waktu tetap
T1 : waktu yang digunakan setiap sampel Pelaksanaan survei dilakukan pada weekday dan weekend. Weekday dipilih pada hari Rabu dan weekend dipilih pada hari Sabtu dan Minggu, dikarenakan ketiga hari tersebut merupakan hari yang memiliki jumlah anak bermian yang tertinggi. Selain itu, waktu untuk pengisian kuesioner dialokasikan selama 15 menit/responden.
Didapatkan sampel pada weekday sebanyak 200 anak sedangkan pad weekend sebanyak 28 anak. Sehingga pada setiap wilayah amatan pada weekday diambil 9 anak sedangkan weekend diambil 2 anak.
Tabel 2. Sampel penelitian
Lokasi Waktu survei sampling
Permukiman
kampung Weekday 9 responden
Weekend 2 responden Permukiman
formal Weekday 9 responden
Weekend 2 responden
Analisis Lokasi Bermain
Analisis lokasi bermain digunakan untuk mengetahui lokasi bermain berdasarkan persepsi anak. Analisis mental map dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada objek yang akan diteliti. Objek yang akan dileti adalah anak anak dengan rentan umur 5-11 tahun. data yang diperlukan dalam analisis ini adalah lokasi bermian berdasarkan presepsi anak-anak. Pada penelitian ini peneliti melakukan waancara kepadan anak-anak dan menggambarkan lokasi ruang bermain sesuai dengan ingatan anak-anak yang bermain. berikut langkah-langkah yang harus dilakukan pada Teknik ini adalah:
1. Membuat sketsa terkait lokasi sekitar ruang bermain yang digunakan
2. Menandai lokasi-lokasi yang digunakan ketika bermain serta hal-hal penting lain yang dapat digunakan sebagai informasi pada peta dalam bentuk sketsa.
Pada penelitian ini analisis mental map yang seharusnya digambarkan langsung oleh anak, dilakukan oleh peneliti dengan melakuakan wawancara dengan anak-anak, lalu peneliti menggambarkan sesuai yang dijelaskan oleh anak-anak yang menjadi responden.
Analisis Perilaku Bermain
Perilaku menunjukkan manusia dalam aksina, berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara fisik berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya (Laurens, 2004). Analisis perilaku
bermain digunakan untuk mengetahui perilaku anak dalam memanfaatkan dan menggunakan ruang bermain yang berada pada wilayah permukimannya. Metode Analisis yang digunakan adalah behaviour mapping. peneliti mengamati pergerakan objek di lokasi tertentu dengan memperlihatkan aktivitas pengguna ruang dalam memanfaatkan dan menggunakan fasilitas yang telah disediakan pada tempat tertentu pada suatu waktu pengamatan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Ruang Permukiman di kecamatan Lowokwaru
Permukiman di Kecamatan Lowokwaru terdiri dari dua jenis yaitu permukiman kampung dan permukiman formal. Penentuan kampung di Kecamatan Lowokwaru didapatkan dari studi terdahulu melalui beberapa kriteria yaitu tingginya kepadatan penduduk, rendahnya tingkat ketersediaan fasilitas umum dan fasilitas sosial, kurangnya insfrastruktur, tata guna lahan tidak teratur, serta kelayakan rumah atau bangunan. Tahapan analisis identifikasi kampung di Kota Malang antara lain:
1. Menentukan batas RW di Kota Malang 2. Melakukan pengklarifikasian berdasarkan
kepadatan penduduk, ketersediaan insfrastruktur, kondisi prasarana, kelayakan bangunan, dan keteraturan bangunan Kota malang
3. Pembobotan untuk masing-masing kriteria sebanyak 20%, sehingga menghasilkan wilayah kampung dan bukan kampung Sehingga didapatkan 19 permukiman kampung dan 8 Permukiman formal yang dapat ditemukan responden sebagai objek penelitian yaitu anak-anak yang berusia 5-11 tahun. Adapun lokasi tersebut antara lain:
1. Lowokwaru RW 10 2. Lowokwaru RW 07 3. Lowokwaru RW 05 4. Lowokwaru RW 09 5. Dinoyo RW 04 6. Sumbersari RW 05 7. Sumbersari RW 06 8. Tunjungsekar RW 03 9. Tunjungsekar RW 06 10. Tunjungsekar RW 04 11. Tlogomas RW 06 12. Tlogomas RW 01 13. Tasikmadu RW 01 14. Ketawanggede RW 03
15. Ketawanggede RW 04 16. Merjosari RW 04 17. Jatimulyo RW 03 18. Villa bukit Tidar 19. Joyo Grand 20. Graha Sawarna 21. Permata Jingga 22. Griya Shanta 23. Tata Surya
24. Bumi tunggulwulung Indah 25. Bantaran Indah
Gambar 1. Peta Persebaran Pemukiman Formal dan Non Formal
Identifikasi Lokasi Ruang Bermain Anak
Identifikasi lokasi bermain dapat dilakukan dengan menggunakan analisis mental-map.
Analisis mental map dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung pada objek yang akan diteliti. Objek yang akan dileti adalah anak anak dengan rentan umur 5-11 tahun. data yang diperlukan dalam analisis ini adalah lokasi bermain berdasarkan presepsi anak-anak.
Adapun data yang dibutuhkan adalah karakteristik anak, kondisi ruang bermain yang digunakan dan lokasi yang digunakan sebagai ruang bermain.
1. Karakteristik Anak
Karakteristik anak yang dibutuhkan adalah data umur dan juga jenis kelamin anak- anak yang bermain pada ruang luar. Anak- anak yang bermain pada lokasi bermain di Permukiman kampung maupun permukiman formal didominasi oleh anak laki-laki. Pada permukiman kampung laki- laki memiliki jumlah tertinggi yaitu 69%
dari total anak-anak yang bermain di permukiman kampung yaitu sejumlah 201
anak dan sisanya sejumlah 31% anak perempuan atau sejumlah 91 anak.
Sedangkan pada permukiman formal hasil yang didapatkan tidak jauh beda, anak laki- laki lebih dominan sering bermain di luar rumah yaitu sebesar 61% dari total anak yang bermain di permukiman formal atau sejumlah 75 anak dan 39% perempuan atau sejumlah 47 anak. Pada permukiman kampung anak laki-laki sangat mendominasi dibandingkan pada permukiman formal.
Gambar 2. Karakteristik Anak Di Permukiman Kampung
Gambar 3. Karakteristik Anak Di Permukiman Formal.
2. Kondisi Ruang Bermain
Kondisi Kondisi ruang bermain didapat dari kuisioner penilaian berdasarkan presepsi anak. Hasil dari penilaian ini adalah persentase yang didapatkan dari jawaban masing-masing indikator. Indikator tersebut adalah keselamtan, Kesehatan, kenyamanan, kemudahan, keamanan, keindahan. Perbedaan kondisi ruang bermain antara permukiman kampung dan permukiman formal cukup signifikan.
Kondisi ruang bermain pada permukiman kampung dan permukiman formal dapat dilihat pada Tabel 3.
3. Pemilihan Lokasi Bermain
Pemilihan lokasi bermain merupakan alas an anak-anak untuk menjadikan suatu lokasi menjadi ruang bermain.
Tabel 3. Kondisi Ruang Bermain
Variabel Permukiman Kampung Permukiman formal
Keselamatan • Kondisi jalan berpasir membuat anak-anak terpeleset saat bermain
• Bebeapa wilayah memiliki jalanan yang sempit (2-4 meter) dan intensitas kendaraan yang lewat cukup tinggi
• Ruang jalan yang digunakan dengan perkerasan paving terdapat beberapa yang tidak rata sehingga anak-anak pernah tersandung saat bermain.
• Potensi terjadinya kecelakaan lebih rendah karena memiliki
Kesehatan Sampah yang rumah tangga yang dibuang di depan rumah namun menumpuk karena tidak diangkut selama beberapa hari
Anak-anak tidak pernah mencium bau sampah maupun asap kendaraan yang menyengat karena sampah-sampah di permukiman formal di angkut secara rutin sehingga tidak menumpuk
Kenyamanan • Kenyamanan fisik memiliki persentase lebih rendah
• Kenyamanan psikologis memiliki persentase lebih tinggi • Kenyamanan fisik dan psikologis memiliki nilai yang sama-sama tinggi
Kemudahan • Memiliki nilai persentase yang rendah karena di beberapa wilayah anak-anak tidak bisa memainkan seluruh aktivitas karena terhalang tempat
• Memiliki nilai persentase yang tinggi karena anak- anak di permukiman formal dapat memanfaatkan seluruh aktivitas bermain yang mereka inginkan dikarenakan tempat yang memadai
keamanan • Adanya orang gila yang suka berjalan-jalan di sekitar tempat bermain mereka, sehingga mereka merasa terganggu
• Ana-anak tidak pernah merasa terganggu dengan adanya orang asing karena di perumahan tersebut terdapat satpam yang menjaga sehingga orang asing tidak bisa masuk
Keindahan • Pada 2 permukiman terganggu oleh adanya sampah yang menumpuk dari limbah rumah tangga dan juga beberapa orang membuang sampah sembarangan sehinnga terlihat kotor.
• Tidak adanya pepohonan anak-anak merasa tidak sejuk karena terik matahari
• Tempat bermain bersih dan memiliki pepohonan yang ciukup teduh teduh sehingga anak-anak merasa sejuk
Ruang bermain anak yang sering digunakan adalah jalan, lapangan, dan taman. Pada permukiman kampung dan permukiman formal terdapat jumlah yang berbeda beda. Jumlah disetiap lokasi bermain dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 4. Jumlah Anak Berdasarkan Lokasi Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa anak-anak pada permukiman kampung lebih dominan bermain di jalan dan di lapangan alasan mereka bermain di jalan maupun di lapangan adalah dekat dari rumah mereka dan juga pada beberapa lokasi jalan tempat bermain mereka adalah lokasi yang paling luas yang bisa digunakan untuk bermain. Sedangkan pada permukiman formal yang paling dominan adalah jalan dan juga taman. mereka memiliki alasan yang sama dengan anak-anak yang ada dipermukiman kampung yang memilih bermain di jalan dikarenakan dekat dari tempat tinggal mereka. dan beberapa memilih bermain di taman karena selain dekat dengan rumah, mereka merasa aman saat bermain di taman.
Perilaku Bermain
Analisis prilaku bermain dapat dketahui dengan menggunakan teknik behaviour-map.
Analisis behavior mapping dilakukan dengan cara melihat perilaku anak dalam memanfaatkan dan menggunakan ruang bermain yang berada pada wilayah permukimannya. Teknik behaviour mapping yang digunakan adalah place centered mapping. peneliti mengamati pergerakan objek di lokasi tertentu dengan memperlihatkan aktivitas pengguna ruang dalam memanfaatkan dan menggunakan fasilitas yang telah disediakan.
Perilaku menunjukkan manusia dalam aksina, berkaitan dengan semua aktivitas manusia secara fisik berupa interaksi manusia dengan sesamanya ataupun dengan lingkungan fisiknya (Laurens, 2004). Menurut Sri Rahaju B.U.
K dan Nuryanto (2007), komponen pembentuk ruang peristiwa terbagi menjadi 3 komponen yaitu aktivitas yaitu jenis permainan yang dilakukan, ruang yaitu alasan anak-anak memilih suatu lokasi untuk dijadikan ruang bermain dan waktu.
1. Lokasi Bermain
Lokasi ruang bermain yang paling banyak dipilih oleh anak-anak pada permukiman kampung maupun permukiman formal adalah jalan. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan pada beberapa alasan.
Pemilihan lokasi bermain pada permukiman kampung dan permukiman formal antara lain:
a. Dekat dengan penjual makanan b. Berada didepan ketua kelompok
bermain
c. Berada pada jalan yang lebih lebar d. Berada di depan rumah anak
perempuan
e. Berada disekitar rumah kelompok bermain tersebut.
2. Waktu Bermain
Waktu bermain anak pada permukiman kampung dan permukiman formal cenderung sama. Anak-anak pada Weekday tidak ada yang bermain dipagi hari dikarenakan sekolah begitupun juga Weekend dikaranekan terdapat beberapa sekolah hari sabtu masih masuk sekolah.
dan pada hari minggu anak-anak mulai bermain pada saat sore hari. Sedangkan waktu siang hari anak-anak bermain pada pukul 10.00 – 13.00 WIB sedangkan ketika sore hari waktu bermain mereka adlalah pukul 14.00-17.00 WIB.
Gambar 5. Waktu Bermain
Berdasarkan hasil survei dapat diketahui anak-anak pada permukiman kampung maupun formal lebih banyak menggunakan waktu bermain pada sore hari. mereka memilih waktu sore karena pada siang hari mereka masih bersekolah dan rata-rata selesai pukul 13.00 WIB.
Setelah bersekolah mereka bebas bermain pada sore hari meskipun beberapa anak harus mengaji maupun les privat, namun hanya 1-2 jam setelah itu mereka bebas kembali bermain.
3. Aktivitas Bermain Anak
Aktivitas bermian anak dapat dilihat dari hasil behavior mapping. Pada penelitian ini menggunakan Place centered mapping karena meneliti aktivitas bermain anak.
Place centered mapping digunakan karena fokus penelitian hanya pada 1 lokasi saja dan yang diteliti hanya mengamati permainan atau aktivitas apa saja yang
dilakukan anak-anak dalam permainan pada satu lokasi tersebut. Didapatkan pada permukiman kampung terdapat 15 jenis aktivitas bermain dan yang paling banyak adalah permainan sepak bola. Sedangkan pada permukiman kampung jenis aktivitas bermain yang dilakukan adalah sebanyak 8 jenis permainan dan yang paling banyak adalah bermain sepeda. Pada permukiman kampung jumlah permainan aktif lebih banyak jumlahnya sedangkan pada permukiman formal jumlah permainan pasif lebih banyak dibandingkan permukiman kampung.
Tabel 4. Jenis Aktivitas Bermain
Jenis Permainan Aktivitas Permainan Aktif Mobil-mobilan
Sepak Bola Bersepeda Layangan Mencari Ikan Maling-malingan Bermain Boneka Petak Umpet Lari-lari Seluncuran Lompat tali ayunan Bulu Tangkis Gobak Sodor Bermain Pasir Permainan Pasif Bermain Gadged
Gambar 6. Jenis Permainan Permukiman Kampung
Gambar 7. Jenis Permainan Permukiman Formal
14%
37%
3%
20%
0%2%
12%
4% 8%
PERMUKIMAN FORMAL
Permukiman Formal Gobak Sodor Bersepeda Bermain Pasir Sepak Bola Bulutangkis Pedang-pedangan Bermain Gadged Seluncuran Lari-lari
KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dan hasil analisis yang telah dijelaskan, maka dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai Efektivitas ruang bermain anak pada permukiman kampung dan permukiman formal di kecamatan Lowokwaru antara lain:
1. Ruang bermain anak yang ada pada permukiman kampunng dan permukiman formal di Kecamatan Lowokwaru berada di ruang terbuka yaitu di jalan, lapangan dan taman. Pada permukiman kampung dan permukiman formal lokasi yang paling sering dijadikan ruang bermain adalah Jalan hal itu dikarenakan jarang ditemukan ruang khusus bermain pada permukiman kampung. Sedangkan untuk lokasi taman pada permukiman formal jumlah anak yang bermain lebih tinggi dibandingkan permukiman kampung.
2. Lokasi yang dipilih anak-anak untuk dijadikan ruang bermain adala Dekat dengan penjual makanan, berada didepan ketua kelompok bermain, berada pada jalan yang lebih lebar, berada di depan rumah anak perempuan, berada disekitar rumah kelompok bermain tersebut.
3. Permukiman kampung dan permukiman formal didominasi oleh anak laki-laki.
Namun pada permukiman formal jumlah anak laki-laki dan perempuan jumlahnya tidak jauh berbeda. Sedangkan pada permukiman kampung, jumlah anak laki- laki sangat mendominasi. Laki-laki memiliki angka yang mendominasi dikarenakan jenis permainan yang biasa dilakukan oleh anak laki-laki hanya bisa dilakukan di ruang luar yaitu permainan aktif seperti sepakbola, bersepeda, layangan, petak umpet.
4. Jenis Permainan yang dilakukan di permukiman kampung dan permukiman formal adalah permainan aktif dan permainan pasif. Tetapi pada permukiman formal jumlah anak yang bermain permainan pasif lebih banyak dari pada anak-anak di permukiman kampung, permainan yang dilakukan adalah bermain gadged. Permianan di permukiman kampung lebih bervariasi dibandingkan permukiman kampung.
Jumlah aktivitas bermain di permukiman
kampung lebih banyak dibandingkan jumlah aktivitas bermain yang dilakukan di permukiman formal.
DAFTAR PUSTAKA
Bakti Setiawan. 2006. Ruang Bermain Untuk Dikampung Kota: Studi Persepsi Lingkungan, Seting, dan Perilaku di Kampung Code Utara, Yogyakarta. Jurnal Manusia dan Lingkungan Vol.13 No.2 Baskara, Medha. 2011. Prinsip Pengendalian
Perancangan Taman Bermain Anak Di Ruang Publik. Jurnal lansekap Indonesia Vol.3, No. 1, Hal: 1.
Badan Pusat Statistik. 2018. Kota Malang Dalam Angka 2018. Malang: Badan Pusat Statististik
Darmawan, E. 2009. Ruang Publik Dalam Arsitektur Kota. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2009 tentang Kategori Umur Manusia
Ginting,W.,Ginting, N. (2002). Dimana Tempat untuk Anak-anak. Jurnal Jelajah, Edisi 1, Tahun I, Jakarta
Pemerintah Kota Malang.2011. Peraturan Daerah Kota Malang Nomor 4 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Malang Tahun 2010-2030.
Laurens, Joyce Marcella. 2004. Arsitektur dan Perilaku Manusia. Jakarta: PT. Grasindo.
Luru, Marselinus. 2018. Dentifikasi Ruang Bermain Anak Di Permukiman Kampung Deret Rt 14 Dan Non Deret Rt 13, Kelurahan Tanah Tinggi, Jakarta Pusat.
Jakarta: Universitas Trisakti
Lynch, K. 1991. City Sense and City Design:
Writings and Projects of Kevin Lynch edited by Tridib Banerjee and Michael Southworth, London, England.
Masssachusetts: The MIT Press, Cambridge
Peraturan Menteri Negara Pemberdayan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2011 tentang indicator Kabupaten/Kota Layak Anak.
Nuryanto & R,. Sri.2007. Komponen Pembentuk Ruang Peristiwa
Setiawan, Bakti. 2006. Ruang Bermain Untuk Di Kampung Kota : Studi Persepsi Lingkungan, Seting, Dan Perilaku Di
Kampung Code Utara, Yogyakarta. Jurnal Manusia dan Lingkungan. Vol.13 No.2.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta
Widyawati, Karya. 2015. Ruang Bermain Anak Di Kota Depok Sebagai Salah Satu Indikator Tercapainya Kota Layak Anak. Jakarta:
Universitas Indraprasta