PENGEMBANGAN KATALIS HETEROGEN HIJAU FUNGSI GANDA BERBAHAN BAKU CANGKANG KEPITING LIMBAH SEAFOOD:
MODIFIKASI, KARAKTERISASI, DAN
APLIKASINYA UNTUK KONVERSI MINYAK BEKAS KULINER MENJADI BIODIESEL
Oleh:
I Nengah Simpen I Made Sutha Negara
Sofyan Dwi Jayanto Prodi Kimia FMIPA
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
PENDAHULUAN
Latar Belakang
• Bahan baku untuk produksi energi terbarukan (biodiesel) pengganti fosil diesel mendesak diperlukan.
• Minyak bekas kuliner (minyak jelantah) sebagai bahan baku sangat menjanjikan, karena ketersediaan melimpah sehingga murah dan mudah didapat serta bersifat ramah lingkungan dan renewable. Penggunaan ini, juga dapat mengatasi pembuangan minyak bekas berlebih, yang berbahaya bagi tubuh bila dipakai berulang untuk
memasak (lebih dari 4 kali pakai).
• Dalam produksi biodiesel, diperlukan katalis asam untuk esterifikasi dan katalis basa untuk transesterifikasi.
• Saat ini menggunakan katalis homogen (asam sulfat atau feri sulfat dan NaOH atau KOH). Hasil (yield)
biodiesel relatif lebih tinggi, tetapi susah pemisahan dan pemurnian produk, kurang ramah lingkungan dan tidak ekonomis serta menimbulkan korosif pada mesin.
• Solusinya adalah menggunakan katalis heterogen hijau fungsi ganda karena keunggulannya (sedikit unit
pemisahan, kemudahan proses pemisahan dan
pemurnian produk, juga non-toksik dan non-korosif serta dapat diregenerasi).
• Saat ini, katalis heterogen CaO/TiO2 telah digunakan oleh Salinas et al, 2010; K2O/CaO-ZnO telah digunakan Istadi et al., 2015. Namun, keduanya menggunakan CaO sintetik, yang dapat membentuk fasta dengan metanol saat diinteraksikan, akibatnya menjadi kurang stabil.
• Berlandaskan hal tersebut, penelitian ini yaitu,
pengembangan katalis heterogen hijau CaO berbahan baku cangkang kepiting sebagai matriks, diembankan K2O sebagai penyedia situs basa dan TiO2 sebagai penyedia situs asam secara solid state reaction, selanjutnya dilakukan uji katalitik untuk proses
sinambung reaksi esterifikasi-transesterifikasi minyak jelantah menjadi biodiesel.
METODELOGI
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Karakteritik Katalis:
1. Luas permukaan dan ukuran partikel
Luas permukaan spesifik CaO meningkat dengan
pengembanan K2O dan menurun dengan penambahan TiO2. Sementara, berbalikan dengan ukuran partikel (D). Ukuran partikel dikatagorikan nanopartikel (1-100 nm).
2. Keasaman-kebasaan dan jumlah situs permukaan
• Kebasaan meningkat setelah K2O diembankan, namun menurun dengan peningkatan TiO2.
Sedangkan keasaman, meningkat dengan pengembanan TiO2 pada CaO/K2O.
• Berdasarkan karakteritik luas muka dan situs aktif, katalis CaO/K2O:TiO2 rasio 3:1, menghasilkan
karakteristik terbaik.
3. Gugus fungsional permukaan
Ca=O muncul pada bilangan gelombang 500 cm-1. K=O
disekitar CaO muncul pada 800 cm-1.
Sementara, adanya Ti muncul pada 1600 cm- 1 sebagai Ti-OH.
Perbedaan rasio TiO2 menyebabkan
pergeseran bilangan gelombang. Artinya, K2O dan TiO2 telah masuk dalam struktur CaO.
4. Kristalinitas
CaO, K2O, dan TiO2 semua tergolong kristalin dan semi kristalin. K2O muncul pada 2-theta 28,57o dengan
intensitas relatif 29,90 counts. TiO2 muncul pada 2-theta 25,19o dengan intensitas relatif 67,45 counts. Artinya, K2O dan TiO2 telah masuk dalam struktur kristal CaO.
5. Morfologi permukaan
Menampilkan bentuk partikel yang tidak beraturan
(irregular shaped particles) dengan membentuk lipatan- lipatan, dominan pada CaO/K2O, berkurang pada
CaO/K2O:TiO2 (3:1) dan sangat sedikit pada CaO.
B. Uji Aktivitas Katalis:
1. Optimasi Rasio Massa
2. Optimasi waktu reaksi
3. Optimasi rasio metanol/minyak Kondisi optimum
diperoleh pada rasio massa katalis 5%, waktu reaksi 60 menit, dan rasio
metanol/minyak 9:1.
5. Aktivitas katalis CaO, CaO/K2O, dan CaO/K2O:TiO2 (3:1) pada kondisi optimum
6. Karakterisasi biodiesel: hasil analisis GC-MS
Konversi
minyak menjadi biodiesel telah berhasil
membentuk metil ester dengan 6
puncak utama.
7. Karakterisasi biodiesel: sifat fisik kimia
Sifat fisik kimia biodiesel yang diperoleh telah sesuai
beberapa
parameter SNI- 04-7182-2006.
KESIMPULAN
• Karakteristik terbaik diperoleh pada katalis CaO/K2O:TiO2 rasio 3:1.
• Konversi minyak jelantah menjadi biodiesel, diperoleh optimum pada rasio massa katalis 5%, waktu reaksi 60 menit, dan rasio molar metanol/minyak 9:1 dengan yield 88,24% lebih tinggi dibandingkan katalis CaO (64,09%) dan CaO/K2O (65,03%).
• Analisis GC-MS menunjukkan, minyak jelantah telah berhasil dikonversi menjadi biodiesel dengan terbentuknya metil ester dan telah sesuai beberapa parameter SNI-04- 7182-2006.