23 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Film
2.1.1 Pengertian Film
Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, film terdapat dua pengertian yaitu, pertama sebagai selaput tipis yang terbuat dari seluloid yang berfungsi sebagai tempat gambar negative (yang akan dibuat potret) atau untuk tempat gambar positif (yang akan dimainkan di bioskop), kedua sebagai lakon atau cerita gambaran hidup. Film juga termasuk bagian dari komunikasi yang dimana dari suatu sistem yang digunakan oleh individu maupun kelompok yang berfungsi untuk mengirim dan menerima sebuah pesan.
Pengaruh film dalam kehidupan sehari-hari sangat besar dan dapat mengubah pola pikir seseorang. Pengaruh terbesar yang ditimbulkan salah satunya yaitu imitasi atau peniruan. Jika film yang di konsumsi tidak sesuai norma budaya bangsa (seperti penggunaan narkoba dan sex bebas) dapat merusak para generasi muda khususnya para remaja.
2.1.2 Fungsi Film
Sebagai alat penyaluan bakat dan alat hiburan bagi masyarakat, film juga memiliki fungsi yang luas diantaranya:
1. Sebagai Media Pendidikan
Film berfungsi menunjukan sebagai fakta dari sebuah peristiwa atau realita agar dapat dimengerti oleh masyarakat.
2. Sebagai Media Hiburan
Ketika seseorang sedang dalam masalah, biasanya mereka mencari sebuah hiburan dengan cara menonton film agar dapat membangkitkan semagat lagi.
24 3. Sebagai Media Komunikasi
Film juga berfugsi sebagai media penyampaian pesan dan menjalin hubungan social komunikasi dua arah.
4. Sebagai Media Transformasi Kebudayaan
Film juga berfungsi sebagai media transformasi kebudayaan antar generasi ke generasi berikutnya.
2.1.3 Unsur Unsur Film
Film memiliki dua unsur yaitu unsur sinematik dan unsur naratif. Kedua unsur tersebut saling berhubungan satu sama lain agar terbentuk sebuah film. Karena keduanya saling berhubungan maka jika hanya memakai salah satu tidak akan terbentuk.
1. Unsur Sinematik
Unsur sinematik merupakan gaya atau aspek dalam pembentukan sebuah film. Unsur sinematik dibagi menjadi 4 bagian yaitu:
a. Sinematografi
Yaitu teknik pengambilan sebuah gambar hingga membentuk sebuah cerita.
b. Mise en scene
Merupakan sesuatu yang dapat dilihat dari sebuah frame film. Mise en scene meliputi beberapa aspek yaitu, actor, setting, lighting, dan makeup.
c. Suara
Merupakan hal yang dapat ditangkap dalam kamera dengan menggunakan indera pendengar.
d. Editing
Proses pemberian efek dan penyatuan sebuah video atau gambar.
2. Unsur Naratif
Unsur naratif merupakan rangkaian dari beberapa peristiwa antara satu sama lain yang berhubungan dengan tema film. Unsur naratif terdiri dari beberapa bagian:
a. Tokoh
25
Terdapat dua peranan penting dalam film, yaitu tokoh antagonis dan protagonis.
Biasanya pemeran utama yaitu protagonis dan pemeran pendukung yaitu antagonis agar muncul suatu konflik dalam film tersebut.
b. Lokasi
Lokasi berperan penting dalam pembuatan sebuah film. Hal ini mendukung sebuah penghayatan dalam alur cerita film.
c. Waktu
Dalam film waktu menunjukan pola dalam perjalanan sebuah film.
d. Tujuan
Dalam cerita film pasti pemeran utama memiliki suatu tujuan tertentu.
e. Konflik
Dalam film selalu ada suatu permasalahan atau konflik. Yang bertujuan untuk menghambat tujuan dari pemeran protagonis.
2.1.4 Jenis Film
Dalam pengolahannya film dibedakan menurut jenis jenis nya. Ada beberapa jenis film yang dikenal masyarakat hingga saat ini yaitu sebagai berikut:
1. Film Kartun (Cartoon Film)
Film tersebut dibuat khusus untuk para anak anak. Seiring perkembangan nya, film yang menyulap dari gambar lukisan menjadi gambar hidup ini diminati para berbagai kalangan. Titik berat pembuatan film kartun adalah seni lukis dan setiap lukisan memerlukan ketelitian (Effendy, 2003:216). Langkah yang dilakukan ialah melukis satu persatu lalu kemudian di potret kemudian hasil pemotretan itu akan diputar dalam proyektor film sehingga memunculkan efek gerak dan hidup.
2. Film Cerita (Story Film)
Film jenis ini merupakan film yang sering diputar di gedung-gedung bioskop. Film cerita megangkat dari cerita fiktif maupun kisah nyata yang di modifikasi sehingga memiliki unsur menarik mulai dari jalan ceritanya maupun segi gambar yang lebih artistik.
3. Film Berita (News Reel)
26
Film berita merupakan film yang terdiri dari sebuah fakta dari sebuah peristiwa yang sedang terjadi.
4. Film Dokumenter (Documentary Film)
Film dokumenter menceritakan sebuah fakta dalam suatu kejadian. Perbedaan film dokumenter dengan film berita terletak pada durasi.
5. Film Jenis Jenis Lain:
a. Iklan Televisi
Iklan televisi memiliki tujuan yaitu menyebarkan sebuah informasi mulai dari iklan produk maupun iklan layanan masyarakat yang bersifat persuasive.
b. Program Televisi
Program televise dibagi menjadi dua jenis yaitu cerita dan non cerita yang disajikan untuk para penikmat layanan televisi.
c. Video Klip
Video klip merupakan sarana yang dilakukan para produser musik untuk memasarkan produknya melalui layanan televise.
d. Profil Perusahaan
Film profil perusahaan di produksi dari sebuah institusi yang terikat pekerjaan mengenai suatu proyek.
2.1.5 Genre Film
Terdapat beberapa macam genre dalam film sebagai berikut:
1. Drama
Menceritakan tentang kehidupan sehari-hari yang menyangkut hubungan antar manusia. Ciri khas genre ini adalah emosional antar para tokoh.
2. Komedi
Genre yang paling banyak dicari karena dapat menghilangkan rasa stress di sela-sela pekerjaan. Cerita dalam film komedi pun disajikan dengan sangat ringan agar mudah dipahami.
3. Horror
Genre ini menguji nyali para penonton dengan menebar ketakutan dalam penyajiannya.
4. Aksi
27
Film genre ini menyajikan sebuah pertarungan dalam ceritanya. Pada genre ini terdapat satu pahlawan dan penjahat sehingga para penonton dengan mudah menilah dan berpihak.
5. Animasi
Genre ini menampilkan film yang dibuat dengan teknik menggambar atau animasi dalam sebuah komputer. Animasi yang disajikan berupa 2 Dimensi, 3 Dimensi, dll.
6. Petualangan
Film genre ini menyajikan beberapa kisah petualangan dari satu tempat ke tempat lain dengan membawa misi tertentu.
7. Keluarga
Film yang selalu diminati para penonton dari kalangan muda bahkan tua. Cerita film ini mengulas tentang kehidupan sehari-hari yang terdapat pada keluarga.
8. Fiksi Ilmiah
Film fiksi ilmiah menampilkan imajinasi ilmu pengetahuan yang diterapkan dalam kehidupan manusia. Film dengan genre ini biasanya menampilkan sebuah robot, alien, monster.
9. Thriller
Ciri khas genre ini adalah para penonton akan terpacu adrenalinnya sepanjang menonton film karena banyaknya adegan yang menegangkan.
10. Misteri
Berbeda dengan film horror, film genre misteri lebih berfokus pada sesuatu yang belum jelas sehingga mencari dengan cara penyelidikan karena dalam alur ceritanya menyuguhkan berbagai macam teka-teki.
11. Musikal
Genre ini menampilkan beberapa adegan yang di iringi dengan tarian dan nyanyian oleh para pemerannya.
12. Romantis
Genre ini berfokus pada kisah cinta antara sepasang kekasih. Biasanya genre ini banyak diminati para kalangan muda anak sekolah ataupun mahasiswa. Biasanya genre ini bersanding dengan genre drama.
13. Fantasi
28
Kisah dalam film ini hanya menampilkan sebuah fantasia tau imajinasi dari para pembuatnya dan tokoh yang disajikan tidak ada di dunia nyata.
14. Documenter
Film pada genre ini merupakan dokumentasi dari suatu hal yang diulas secara rinci dengan maksud menyampaikan pesan t ertentu.
2.2 Komunikasi Massa
2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. Dapat diketahui bahwa komunikasi massa harus menggunakan media massa. Media massa yang dimaksud ialah media elektronik (radio, televisi), media cetak (surat kabar, majalah), dan media digital (internet). Pesan yang terkandung dalam komunikasi massa cukup luas yang berisi tentang gagasan, pikiran, ide dan pesan yang disampaikan kepada komunikan bersifat umum atau terbuka. Komunikasi massa dapat dikatakan efektif apabila pesan yang disampaikan kepada khalayak menciptakan suatu perubahan sesuai apa yang dimaksud dari sumber.
2.2.2 Karakteristik Komunikasi Massa
Komunikasi massa memiliki sifat yang beda dibandingkan komunikasi antarpesona dan komunikasi kelompok. Berbedaan itu meliputi komponen yang ada di dalam komunikasi tersebut. Namun, komunikasi massa memiliki karakteristik yang lebih jelas.
Karakteristik komunikasi massa adalah sebagai berikut:
1. Bersifat Kompleks
Komunikasi massa memiliki sifat yang lebih kompleks dibanding dengan komunikasi lainnya karena pesan yang disampaikan kepada khalayak harus ada pihak yang bertanggung jawab. Pada faktanya, banyak masyarakat yang menyalah gunakan media massa salah satunya media massa elektronik seperti internet.
2. Bersifat Umum
29
Komunikasi massa memiliki sifat umum yang artinya dapat dilakukan atau di tujukan kepada khalayak umum secara luas. Pesan yang disampaikan cepat menyebar ke masyarakat karena karena media komunikasi tersebut mudah ditemukan dan di gunakan sehungga masyarakat umum cepat menerima informasi dari komunikasi massa tersebut.
3. Bersifat Satu Arah
Komunikasi massa bersifat satu arah karena antara komunikator dengan komunikan tidak melakukan tatap muka secara langsung. Komunikator mempersiapkan pesan yang akan di sampaikan sedangkan komunikan akan menerima pesan tersebut.
4. Bersifat Serempak
Informasi yang disebarkan kepada khalayak akan diterima dengan serempak karena dengan pengirimannya yang hanya dilakukan satu kali yang memiliki tujuan utama yaitu umum. Sehingga pesan yang disampaikan kepada khalayak dengan mudah dan cepat tersampaikan dengan serempak.
2.2.3 Proses Komunikasi Massa
Proses produksi konten media media massa cukup menghabiskan biaya yang sangat besar dan melibatkan banyak orang. Meskipun demikian, lembaga media massa memproduksi dengan ciri khasnya yaitu dalam berupa informasi dan hiburan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Proses produksi yang berlangsung telah lolos penyeleksian atau penyaringan dari bahan informasi tersebut.
Pekerja media seperti wartawan, fotografer dan editor menghasilkan konten yang berpotensi mempengaruhi kehidupan masyarakat. Maka para pekerja diminta menyadari posisi mereka dalam melakukan relasi antara media dengan khalayak. Hal ini bertujuan agar tetap mengutamakan manfaat produk atau karyanya bagi khalayak. Proses produksi media selalu dipengaruhi oleh aspek ruang dan waktu. Proses seleksi redaksi sering dilakukan secara tergesa-gesa yang dapat menimbulkan konsekuensi para dimensi teknis dan esensi. Hal ini akan berpengaruh terhadap nilai obyektivitas berita yang diterima oleh khalayak.
30
Filter utama yang dimiliki khalayak adalah indera yang dapat dipengaruhi oleh tiga kondisi yaitu:
1. Psikologikal
Pesan yang disampaikan oleh media akan diberi arti sesuai dengan frame of referece dan field of experience khalayak.
2. Fisikal
Kondisi dari fisik seseorang secara internal maupun eksternal yang akan mempengaruhi khalayak dalam memahami isi dari media massa.
3. Budaya
Pesan yang disampaikan media massa memiliki arti berbeda sesuai latar belakan budaya para khalayak.
2.2.4 Fungsi Komunikasi Massa
Dari beberapa penjelasan diatas, ada pula fungsi dari komunikasi massa itu sendiri sebagai berikut:
1. Komunikasi Massa sebagai Informasi
Komunikasi media massa ini dapat menyampaikan sebuah informasi yang didapatkan dari sumber terpercaya kemudian disebar luaskan kepada para masyarakat.
2. Komunikasi Massa sebagai Hiburan
Selain sebagai informasi, juda dapat dijadikan sebagai media hiburan misal menonton acara di siaran televisi.
3. Komunikasi Massa sebagai Persuasi
Dengan adanya fungsi persuasi, masyarakat dapat melakukan sesuatu yang ditawarkan oleh media massa tersebut
4. Komunikasi Massa sebagai Pengawasan
Fungsi pengawasan bertujuan agar media tidak melanggar batas prosedur yang telah di tetapkan sehingga dapat berjalan dengan baik.
5. Komunikasi Massa sebagai Korelasi
31
Fungsi ini bertujuan sebagai penghubung antara masyarakat dengan pemerintah.
Masyarakat dengan mudah menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah melalui media massa.
6. Komunikasi Massa sebagai Keyakinan
Masyarakat yakin dan percaya kepada media apa yang telah disampaikan karena sebagian masyarakat saat ini sudah banyak yang bergantung pada media untuk mendapatkan informasi terbaru.
2.2.5 Film sebagai Komunikasi Massa
Film merupakan media komunikasi yang dapat menyampaikan pesan dari komunikator ke komunikan namun tidak hanya dua orang melainkan ke semua. Maka, film dianggap sebagai media yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya. Film mampu menceritakan beberapa kejadian dalam waktu singkat. Dari pernyataan diatas dapat di simpulkan bahwa film merupakan media komunikasi massa yang dapat menghubungkan antara komunikator dengan komunikan dalam jumlah banyak bahkan berbeda wilayah.
2.3 Perempuan dan Kecantikan
2.3.1 Kecantikan
Kecantikan selalu identik dengan perempuan berkulit putih, langsing, sexy dan memiliki rambut panjang. Hal ini menyebabkan bahwa pada akhirnya menjadi sorotan utama dalam mempengaruhi persepsi masyarakat. Terkait munculnya ideologi di masyarakat, kecantikan sebagai wujud kritik dalam menegaskan bagaimana whiteness mampu menjadi batasan yang di artikulasikan sebagai gagasan kecantikan perempuan, dimana ini tak terlepas dari konsep gender. Tetapi, secara tidak langsung konsep kecantikan tersebut selalu dijadikan diskriminasi bagi para perempuan. Kecantikan merupakan hubungan yang sempurna antara objek, perilaku, dan sikap yang muncul dari dalam dirinya. Hal ini sesuai terhadap ungkapan kecantikan yang memiliki arti daya tarik fisik yang mempesona bagi indera manusia, yaitu indera penglihatan, kecerdasan, dan moralitas. Selain kecantikan fisik, ada hal yang lebih penting yaitu kebaikan moral dan budi pekerti atau yang biasa disebut sebagai inner beauty. Kecantikan tersebut tidak dapat
32
dipandang langsung melainkan melalui sikap, perilaku, kesopanan, hingga cara berbicara.
Jadi, inti dari kecantikan adalah sebuah perpaduan antara fisik yaitu wajah, tubuh dan kulit dengan kecantikan yang ada didalam diri seseorang yaitu hati dan pikiran yang saling seimbang satu sama lain.
2.3.2 Kriteria Kecantikan
Kriteria kecantikan akan selalu berubah dan berkembang di dalam masyarakat dari dulu hingga sekarang yang perkembangan nya selalu menyesuaikan trend di setiap masanya. Menutut Fallon (Grogan, 1999):
1. Pada tahun 1980-an, seseorang dianggap cantik ketika memiliki tubuh ideal dengan bentuk tubuh gemuk, pinggul besar, dada besar dan memiliki perut gendut. Hal tersebut merupakan simbol kemakmuran dari setiap individu
2. Pada tahun 1920-1950, seseorang dianggap cantik ketika memiliki tubuh langsing dan memiliki dada besar.
3. Pada tahun 1960-1980, seseorang dianggap cantik ketika memiliki tubuh langsing bahkan nyaris kurus.
4. Pada tahun 1990-sekarang, seseorang dianggap cantik ketika memiliki tinggi badan dan berat badan yang seimbang. Kecantikan tersebut tentunya diimbangi dengan kecantikan yang ada dalam diri mereka (hati dan pikiran).
Saat ini media massa juga berperan penting terhadap pandangan kecantikan dalam masyarakat. Banyaknya media massa yang memunculkan gambaran atau sosok seseorang yang dianggap mampu memiliki paras cantik dan ideal sehingga banyak masyarakat yang terbangun dari sosok yang selalu ditanyangkan dalam media tersebut.
Dari segi fisik, wanita ingin memiliki wajah yang cantik; wajah tirus, alis mata melengkung, mata bulat hitam, bulu mata lentik, bibir merah agak tipis, rambut lebat lurus, tubuh yang ideal; langsing, tinggi, ramping, dada berisi, kaki kecil, pinggul ramping didukung dengan kulit yang putih mulus, bersih, serta wajah tidak berjerawat (Wahyu, 2005). Dengan memiliki tubuh ideal seperti yang menjadi trend saat ini, wanita merasa bahwa dirinya cantik. Kecantikan fisik dapat diusahakan dengan menggunakan berbagai
33
kosmetik dan dapat berubah sesuai zaman tersebut tetapi, sedangkan kecantikan dari dalam tidak membutuhkan itu karena sudah ada secara alamiah dari diri seseorng. Maka, setiap wanita memiliki standar kecantikan dan keunikan yang berbeda.
2.3.3 Aspek-Aspek Kecantikan
Setelah memahami makna kecantikan dan kriteria kecantikan, selanjutnya akan memahami beberapa aspek kecantikan meliputi:
1. Kecantikan dari Fisik
Merupakan kecantikan yang dilihat secara langsung menggunakan indera penglihatan yaitu memiliki paras wajah cantik (rahang tirus, alis yang melengkung rapi, bola mata bulat, bulu mata yang lentik, bibir tipis, dan rambut panjang yang lurus), selain itu juga memiliki tubuh yang ideal (badan kurus langsing, kulit putih dan bersih, pinggul ramping, dan kaki kecil)
2. Kecantikan Non Fisik
Merupakan kecantikan yang muncul secara alamiah dari dalam diri seseorang atau biasa disebut dengan inner beauty dan kecantikan yang dimiliki setiap masing masing individu pasti berbeda. Kecantikan non fisik tersebut meliputi:
a. Intelektual yang baik (ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas, cerdas, dan selalu berpikir positif)
b. Kecantikan hati (rendah hati, dapat mengontrol emosi, lebih mencintai diri sendiri dan orang lain)
c. Moral yang baik (tingkah laku yang baik sesuai norma di masyarakat dan berpakaian sopan)
2.3.4 Mitos Kecantikan
Dari zaman dulu, perempuan sudah identik dengan kecantikan dan keindahannya.
Karena dari kecantikan tersebut dapat menarik perhatian orang lain terutama dari lawan
34
jenis. Dari berbagai sudut pandang masyarakat, bahwa kecantikan dan keindahan mampu membahagiakan dan menjadi tujuan hidup seseorang.
Setiap harinya para perempuan diyakinkan dengan adanya mitos-mitos kecantikan yang dapat menjerumuskan kepada pemujaan terhadap kecantikan. Beberapa mitos kecantikan dapat dimaknai secara terang sebagai berikut:
1. Tubuh perempuan yang cantik selain dari kecantikan wajahnya juga identic dengan kulit yang putih dan mulus, hidung mancung, bentuk bibir sensual dan bentuk tubuh yang langsing.
2. Perempuan yang cantik akan selelu berhubungan terhadap dandanan, cara berpakaian, dan aksesoris yang menghiasi tubuh mereka. Tempat yang selalu dikunjungi yaitu salon kecantikan, klinik kecantikan, spa, dan toko kosmetik juga diminati untuk merubah dirinya agar terlihat cantik.
3. Perempuan cantik yaitu perempuan yang bertubuh seksi.
4. Pola kehidupan perempuan modern perkotaan sudah mengalami perubahan dari feminitas lembut dan anggun menjadi modern yang identik dengan modis.
5. Perempuan cantik ialah perempuan yang dicintai dan akan selalu merasa bahagia.
Kecantikan dan feminitas perempuan tidak terlepas dari budaya patriaki yang memberikan kuasa pada laki-laki untuk memberi sebuah pengakuan atas feminitas perempuan dari satu sisi dan perempuan selalu mencari pengakuan atas feminitas dari pihak laki-laki. Menurut De Beauvior pemujaan seperti ini hanya dijadikan fantasi laki- laki, symbol rasa aman yang dicari laki-laki, symbol kesucian dan keindahan yang bersifat palsu. Berdasarkan sudut pandang feminism ditemukan beberapa persoalan kecantikan sebagai berikut:
1. Kecantikan ialah salah satu faktor yang berkontribusi dalam penekanan dan penindasan seorang perempuan.
2. Narsisme perempuan memiskinkan sekaligus memperkaya mereka.
3. Perempuan yang memiliki paras lebih cantik akan dijadikan fantasi oleh laki-laki, symbol rasa aman yang dicari laki-laki, symbol kesucian, dan keindahan sifatnya palsu.
35
4. Cantik bukanlah sebuah kebaikan yang dimiliki seseorang, melainkan kejahatan atau kekerasan terhadap diri sendiri.
Mitos sering digunakan untuk mengontrol agar dapat membiasakan diri untuk menjadi dirinya sendiri. Dengan menjadi diri sendiri, seorang perempuan akan merasa dirinya lebih istimewa dan nyaman terhadap tubuh yang dimilikinya. Tetapi jika perempuan dapat berdamai dengan dirinya, maka ia akan merasa cantik dan lebih bersyukur.
2.4 Beauty Privilege
Beauty Privilege adalah perlakuan atau hak istimewa terhadap orang yang memiliki tampilan fisik yang lebih menarik. Seseorang yang berpenampilan lebih menarik akan diperlakukan lebih baik di banding orang yang berpenampilan kurang menarik. Hal ini membawa dampak besar bagi orang yang termakan konstruksi namun mereka tidak sanggup untuk memenuhi standar tersebut. Di asumsikan bahwa seseorang yang mengingkari adanya standar kecantikan adalah seseorang yang tidak dapat memenuhi standar kecantikan. Adanya situasi sosial tersebut, mendorong rasa cemas seseorang terhadap rupa dirinya dan mereka berusaha melakukan berbagai cara untuk memenuhi standar kecantikan tersebut bahkan jika seseorang tidak berhasil melakukan nya orang tersebut melakukan bunuh diri. Dapat disimpulkan bahwa perempuan di tuntut untuk memenuhi standar kecantikan agar dapat mendapatkan beauty privilege guna untuk bertahan dalam situasi sosial.
2.5 Analisis Resepsi
Resepsi berasal dari kata recipere (latin), reception (inggris) yang artinya sebuah penerimaan. Analisis resepsi berfokus antara teks dengan pembaca (media dengan audience). Teori resepsi mementingkan pendapat dari khalayak yang terdapat pada isi sebuah media, pendapat tersebut bersifat umum yang bisa berubah terhadap suatu karya.
Terdapat tiga elemen pokok dalam metode resepsi yang biasa disebut sebagai “the collection, analysis, and interpretation of reception data” (pengumpulan, analisis, dan interpretasi data penerimaan) (Jensen, 1999:139).
36
1. Pengumpulan data dari khalayak atau audience
Data tersebut diperoleh dengan melalui wawancara mendalam (individu maupun kelompok). Wawancara berlangsung untuk mendapatkan informasi yang terkait antara media dengan khalayak.
2. Menganalisis hasil
Hasil data wawancara di kaji melalui focus group discussion (FGD) agar dapat dirapikan sesuai kategori yaitu pertanyaan, pernyataan, dan komentar.
3. Melakukan interpretasi terhadap pengalaman bermedia dari khalayaknya.
Analisis resepsi diperkenalkan oleh Stuart Hall, yang merupakan tokoh penting dalam kajian budaya (culture studies) dalam menjelaskan proses encoding-decoding.
Metode encoding-decoding menurut Stuart Hall berfokus pada produksi, teks, dan khalayak yang membentuk satu kerangka agar dapat dianalisis. Didalam suatu proses produksi dan teks yang dijalankan oleh media ada sebuah tahapan penyandian (encode) yang kemudian akan dipecahkan (decode) oleh khalayak ketika mereka menerima teks tersebut (O’Sullivan, 1994).
Menurut Stuart Hall ada 3 tahapan khalayak dalam melakukan decoding yaitu posisi hegemoni dominan, negosiasi dan oposisi.
1. Posisi Hegemoni Dominan
Audience sejalan dengan kode-kode program yang telah disampaikan dan menerima penuh apa yang telah di sediakan program tersebut.
2. Posisi Negosiasi
Audience sejalan dengan kode-kode program yang disampaikan namum memodifikasi sedemikian rupa sesuai minat pribadi.
3. Posisi Oposisi
Audience tidak sejalan dengan kode program dan menolak media yang telah disodorkan kemudian menentukan frame alternatif sendiri dalam menginterpretasi program.
37 2.6 Penelitian Terdahulu
NO. JUDUL PENELITIAN DAN NAMA PENELITI
METODE DAN OBJEK PENELITIAN
HASIL
1.
Skripsi:
Penerimaan Khalayak Perempuan Terhadap Konsep Kecantikan Iklan
Televisi Produk Citra Penulis:
Amelia Agustina Herlianto
Metode:
Reception Analysis
Objek Penelitian:
Perempuan Surabaya
Citra merupakan salah satu iklan yang mengangkat tengtang konsep kecantikan perempuan Indonesia. Hasil penelitian ini
adalah Citra berhasil memperkenalkan kulit Indonesia yang berwarna putih agak kekuningan, informan juga menangkap hal
yang sama pula.
2.
Jurnal:
Pemaknaan Body Positivity dalam Film Imperfect Pada Kalangan
Remaja di Jakarta Penulis:
Ayu Reni Anisa, Septia Winduwati
Metode:
Reception Analysis
Objek Penelitian:
Remaja Jakarta
Dalam film Imperfect menceritakan hal yang sering dialami oleh para perempuan
yaitu masalah bentuk tubuh. Hasil dari penelitian ini, informan setuju dengan penokohan dan cerita yang disampaikan dalam film yaitu tentang Body Positivity.
38
Dari kedua penelitian diatas dengan yang akan peneliti teliti adalah kedua penelitian tersebut menggunakan metode reception analysis. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelirtian yang sekarang terdapat pada isu yang diangkat, penelitian sebelumnya membahas tentang body positivity sedangkan penelitian yang sekarang mengangkat isu tentang beauty privilege dan objek penelitiannya yaitu Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang.