ANALISIS PERAN PEMERINTAH DAN MODAL SOSIAL MELALUI ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP KINERJA USAHA BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDes)
DI KABUPATEN JEMBRANA, BALI
G.K. Gandhiadi dan I Putu Eka N Kencana PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS M I P A UNUD
SAINSTEK FMIPA 2019
BUKIT, 8 OKTOBER 2019
LATAR BELAKANG
Lembaga ekonomi seperti Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pendiriannya
didukung peran pemerintah daerah dan didasarkan pada keinginan masyarakat desa.
BUMDes ini diharapkan mampu meningkatkan permintaan pasar berdasarkan pengelolaan yang tepat atas potensi desa yang ada.
Pemerintah daerah sedang menumbuhkan kesadaran berwirausaha bagi
Sumberdaya Manusia (SDM) baik dari kalangan pengelola (manajemen) dan pelaku usaha pada BUMDes di Kabupaten Jembrana.
Kinerja usaha BUMDes akan banyak dipengaruhi oleh kapasistas modal sosial dan budaya wirausaha pengelola dan pelaku usaha disamping peran pemerintah daerah.
Premis dasar obyek penelitian ini adalah peran pemerintah dan modal sosial . diharapkan mampu meningkatkan budaya usaha (orientasi kewirausahaan) pelaku usaha sehingga muaranya dapat meningkatkan kinerja usaha BUMDes.
Tujuan penelitian adalah mengkaji pemodelan persamaan struktural (SEM) atau hubungan peran pemerintah dan modal sosial melalui orientasi kewirausahaan
pelaku usaha dalam peningkatan kinerja usaha BUMDes di Kabupaten Jembrana, Bali
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberi kontribusi pada pemangku
kepentingan (Dinas PMD Kab. Jembrana) dalam merumuskan startegi pembangunan ekonomi pedesaan melalui BUMDes.
Kapasitas seseorang dalam membangun jaringan kerja yang dilandasi dengan
norma, dan rasa percaya serta pemahaman yang memfasilitasi kerja sama diantara atau antar kelompok.
MODAL SOSIAL (Berbasis budaya
lokal Bali)
proses, praktik, dan aktivitas pembuatan keputusan untuk usaha baru (new entry), melalui penciptaan produk atau jasa baru,
meliputi: proses inovatif, proaktif dan pemecaham masalah
ORIENTASI KEWIRA USAHAAN
peran pemerintah dalam pembangunan bidang pariwisata (UMKM) yang efektif dan optimal diwujudkan sebagai: fasilitator,
katalisator, dan regulator
PERAN PEMERINTAH
tingkat pencapaian atau prestasi dari bidang usaha pariwisata dalam periode waktu tertentu, dalam peningkatan : kunjungan wisata, jenis usaha wisata,
pendapatan usaha wisata, serta kemampulabaan.
KEINERJA USAHA
PENGELOLA BUMDES DAN
PERAN PEMERINTAH
State of art
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Program Studi Matematika, Universitas Udayana.
Data penelitian diambil pada BUMDes aktif di semua desa yang ada di wilayah Kabupaten Jembrana, Bali. Penelitian ini membutuhkan waktu selama 8 (delapan bulan), dilaksanakan pada bulan Maret sampai Oktober 2019.
Teknik Pengambilan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pelaku usaha atau pengelola BUMDes di Kabupaten Jembrana, Bali.
Jumlah sampel dipilih sebanyak 2 atau 3 orang pengelola (pelaku usaha) dari setiap BUMDes aktif (sebanyak 37 BUMDes), sehingga ada 90 responden.
Penentuan unit sampel sebagai responden dalam penelitian ini, meliputi pelaku manajemen dan/atau pengelola BUMDes
Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai instrumen persepsi responden dengan metode survey melalui wawancara terstruktur terhadap pegelola BUMDes di Kabupaten Jembrana, Bali.
GAMBAR RANCANGAN PENELITIAN
Hipetisis Penelitian
H
1: Peran pemerintah dan modal sosial masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap orientasi
kewirausahaan peneglola BUMDes di Kabupaten Jembrana.
H
2: Peran pemerintah, modal sosial dan orientasi
kewirausahaan masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha BUMDes di Kabupaten Jembrana.
H
3: Secara tidak langsung peran pemerintah dan modal
sosial melalui orientasi kewirausahaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja usaha BUMDes di Kabupaten
Jembrana.
Variabel laten, indikator (item pertanyaan)
Variabel Laten Orde Dua
Variabel Laten Orde Satu
Indikator (Item Pertanyaan)
Modal Sosial (X1) (Manning, 2017), (Gandhiadi dkk, 2017)
Rasa Percaya (X11)
X111: Sebagian besar orang peduli
X112:Kepercayaan terhadap tokoh agama X113: Rasa saling percaya terhadap karyawan X114: Kepercayaan terhadap teman bisnis lain Norma
(X12)
X121: Keharmonisan sesuai Tri Hitta Karana X122: Kepatuhan terhadap aturan yang ada X123: Kemudahan mencari bantuan modal
X124: Kemudahan memperoleh bantuan pembinaan manajemen Jaringan Kerja
(X13)
X131: Kepadatan jaringan kerja
X132: Kerjasama dengan teman/karyawan (bonding)
X133: Kerjasama dg sesama pengelola BUMDes lain (bridging) X134: Kerjasama dengan teman bisnis lain (linking)
Peran Pemerintah (X2) (Taranggana, 2017)
X21: Fasilitator X22: Katalisator X23: Regulator
Orientasi Kewirausahaan (OK) (Y1)
Inovatif (Y11)
(Gandhiadi,dkk. 2017)
Y111: Kemampuan bernisiatif
Y112: Rajin mencari peluang atau model baru Y113: Kegigihan berusaha (percistence) Y114: Rasa ingin tahu tinggi
(Yunia W, dkk, 2017) Proaktif (Y12)
(Gandhiadi,dkk. 2017)
Y121: Aktif mencari konsumen dan pasar Y122: Proaktif merancang produk baru Y123: Proaktif pada promosi produk
Y124: Proaktif menggalang dukungan pihak lain Pemecahan Masalah
(Y13)
(Gandhiadi,dkk. 2017)
Y131: Assertiveness; ketegasan bertindak Y132: Percaya diri
Y133: Perencanaan sistematik
Y134: Berani ambil keputusan dan risiko Kinerja Usaha
(Y2)
(Suci, 2009)
Y21: Peningkatan omzet penjualan/usaha Y22: Penambahan jenis/kuantitas usaha Y23: Peningkatan pendapatan usaha Y24: Kemampulabaan
Teknik Analsis Data
1) Merancang Outer Model (measurement model) yang sering disebut model pengukuran. Perancangan model pengukuran dimaksudkan untuk
mengidentifikasi sifat indikator (reflektif atau formatif) dari masing-masing variabel laten.
2) Merancang Inner Model yang sering disebut model struktural. Perancangan model struktural (hubungan antar variabel laten) pada PLS dibuat berdasarkan pada hipotesis penelitian dan rumusan masalah yang sudah ditetapkan.
3) Mengkonstruksi diagram jalur
4) Mengkonversi diagram jalur ke dalam sistem persamaan pada Outer Model, Inner Model, dan Weight relation
5) Mengestimasi parameter, dengan metode kuadrat terkecil (least square methods).
6) Uji kecocokan model (Goodness of fit); pada model pengukuran bertujuan untuk memeriksa (menguji) apakah model penelitian sudah valid atau realibel dan pada pada model struktural bertujuan untuk mengetahui seberapa besar informasi yang dapat dijelaskan oleh model struktural, sedangkan uji kecocokan model secara keseluruhan (overall model) adalah ukuran goodness of fit
gabungan antara model pengukuran dan model struktural.
7) Interpretasi dan kesimpulan
Variabel Kategori Frek Persen (%)
Jenis Kelamin Laki-laki 35 38,89
Perempuan 55 61,11
Umur 21-30 tahun 30 33,33
31-40 tahun 17 18,89
41-50 tahun 29 32,22
>51 tahun 14 15,56
Pendidikan Terakhir SMP 2 02,22
SMA/SMK/Sederajat 72 80,00
Diploma I-III 6 06,67
Diploma IV/Sarjana (S1) 10 11,11
Profil Responden
NO KECAMATAN
2016 2017 2018
S C S
K
S TS S C S
K
S TS S C S
K
S TS 1 PEKUTATAN 5 1 1 1 5 1 1 1 7 1 0 0 2 MENDOYO 2 2 5 1 3 2 2 3 4 4 2 0 3 JEMBRANA 2 1 1 2 2 1 1 2 4 0 0 2 4 NEGARA 3 2 3 0 3 2 0 3 3 3 1 1 5 MELAYA 5 0 1 2 6 0 0 3 7 0 1 1 JUMLAH 17 6 11 6 19 6 4 12 25 8 4 4 Keterangan : S = Sehat, CS = Cukup Sehat, KS = Kurang Sehat,
TS = Tidak Sehat (Non Aktif)
Keadaan BUMDes Kabupaten Jembrana menurut tahun
.Uji Kelayakan Kuesioner berdasarkan,
Nilai Cronbach Alpha (α) dan Korelasi Item-Total Dikoreksi
Indikator atau pernyataan yang digunakan untuk mengukur konstruk (varianbel laten) orde satu (Korelasi Item-Total
Dikoreksi) semuanya bernilai diatas 0.300, ini berarti semua indikator tersebut valid.
Sementara itu nilai Cronbach’s Alpha (α) setiap konstruk reflektif bernilai lebih besar dari 0,60, ini berarti instrument pengukuran yang digunakan mengukur konstruk tersebut layak dan dapat dipercaya (reliabel).
Berdasarkan hasil pengujian instrument penelitian (kuesioner) ini yang semuanya valid dan reliabel, maka penelitian dapat
dilanjutkan untuk pengambilan data kuesioner terhadap 90 sampel
menggunakan semua indikator yang telah disusun dan selanjutnya
dilakukan analisis sesuai tahap analisis data.
Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)
(1) validitas konvergen (convergen validity) melalui tingkat signifikansi outer loading factor dari setiap indikator dengan syarat nilai pengukuran harus lebih besar dari 0,50 atau signifikans dalam tingkat uji t tertentu (diambil tingkat α = 5%);
(2) validitas diskriminan (discriminant validity) melalui nilai Average Variance Extracted (AVE) setiap variabel laten (konstruk), yang memenuhi syarat harus lebih besar dari 0,5 atau signifikan dalam taraf uji statistka tertentu.,
(3) reliabilitas komposit (composite reliability) menggunakan Cronbach Alpha dan Composite Reliability (CR). Cronbach Alpha mengukur batas bawah nilai reliabilitas suatu konstruk, sedangkan Composite Reliability mengukur nilai sesung-guhnya atas reliabilitas suatu konstruk (Hair et all, 2017). Kriteria suatu instrumen
dikatakan reliabel jika koefisien reliabilitas (rxy ) Cronbach Alpha atau Composite Reliability lebih besar dari 0,7, tetapi bila hasil yang diperoleh mendekati 0,7 (misal 0,6), masih bisa diterima pada studi yang sufatnya eksploratif (Hair et all, 2013)
(4) Hasil pengujian, semua model pengukuran valid dan reliabel, sebagaimana hasil pengolahan data pada slide berikut,
Hasil Pengolahan Data dg Smart PLS 3.0 (Path Coeff and T_Value)
Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Model struktural dievaluasi menggunakan R-square untuk variabel dependen (endogen) dan nilai signifikannya di uji berdasarkan niali T-values pada setiap path (jalur).
Nilai R square dapat digunakan untuk menghitung nilai Q2 atau Stone Geiser Q-Square test, yaitu, Q2 = 1 – [(1 – 0,754)(1 – 0,655)] = 1 – 0,085 = 0,915
Q2 sebesar 0,915 dikatakan mempunyai predivtive prevalence yang tinggi, sehingga model struktural yang dihasilkan sangat layak digunakan untuk memprediksi.
Nilai sebesar 0,915 dapat diartikan bahwa variasi variabel laten kinerja usaha sebesar 91,5 persen mampu dijelaskan oleh variasi variabel laten modal sosial, peran
pemerintah dan orientasi kewirausahaan usaha dari pengelola BUMDes di
Kabupaten Jembrana, Bali, sedangkan sisanya sebesar 8,5 persen dijelaskan oleh variabel lain diluar model struktural .
Model matematika untuk permasalahan penelitian yang dikaji adalah,
Orientasi Kewirausahaan = 0,721*Modal Sosial + 0,185*Peran Pemerintah + Error Kinerja Usaha = 0,189*Modal Sosial + 0,173*Peran Pemerintah + 0,501*Orientasi Kewirausahaan + Error
Konstruk R Square
Kinerja Usaha 0,655
Orientasi Kewirausahaan 0,754
Hubungan Origin Sample
Std Deviasi T Stat P Val Hasil
X1(MS) Y2(KU) 0,189 0,146 1,300 0,194 Tidak Signifikan (H2) X2(PP) Y2(KU) 0,173 0,106 1,628 0,104 Tidak Signifikan (H2) Y1(OK) Y2(KU) 0,501 0,103 4,842 0,000 Signifikan (H2) X1(MS) Y1(OK) 0,721 0,061 11,814 0,000 Signifikan (H1) X2(PP) Y1(OK) 0,185 0,068 2,713 0,007 Signifikan (H1)
Nilai Path Coefficient
Hubungan Origin Sample
Std Deviasi T Stat P Val Hasil
X1(MS) Y2(KU) Melalui Y1(OK)
0,361 0,081 4,433 0,000 Signifikan (H3)
X2(PP) Y2(KU) Melalui Y1(OK))
0,093 0,309 2,351 0,019 Signifikan (H3)
Nilai Indirect Effect
Hubungan Origin Sample
Std Deviasi
T Stat P Val Hasil Keterangan
X1(MS) Y2(KU) 0,550 0,129 4,265 0,000 Signifikan Mediasi Penuh X2(OK) Y2(KU) 0,266 0,107 2,482 0,013 Signifikan Mediasi
Penuh
Nilai Total Effects
Secara total, konstruk eksogen modal sosial (MS) dan peran pemerintah (PP) berpengaruh positif dan signifikan terhadap konstruk endogen kinerja
usaha (KU). Oleh karena pengaruh langsung konstruk modal sosial (MS) tidak signifikan tetapi pengaruh tidak langsung yang signifikan terhadap kinerja
usaha (KU), maka terjadi mediasi penuh (full mediation) oleh konstruk orientasi kewirausahaan (OK).
Secara total, konstruk peran pemerintah (PP) juga terjadi mediasi penuh (full mediation) oleh konstruk orientasi kewirausahaan (OK) terhadap kinerja usaha (KU), karena ada pengaruh langsung yang tidak signifikan tetapi
signifikan pada pengaruh tidak langsung.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan:
Model pengukuran yang diperoleh valid dan layak. sedangkan model struktural baik dengan Q2 (Stone Geiser Q-Square) yaitu 0,915. dikatakan memiliki prevalensi prediksi yang tinggi.
Sesuai dengan konsep dan fakta empiris peran pemerintah dan modal sosial secara langsung masing-masing berpengaruh positif dan signifikan terhadap orientasi
kewirausahaan pengelola BUMDes. Dilain pihak, modal sosial dan peran pemerintah secara langsung belum signifikan meningkatkan kinerja usaha BUMDes, akan tetapi oreintasi kewirausahaan pengelola BUMDes berpengaruh cukup positif dan signifikan terhadap kinerja usaha BUMDes di Kabupaten Jembrana, Bali.
Secara total modal sosial memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja usaha BUMDes yang sepenuhnya dimediasi oleh orientasi kewirausahaan pengelola BUMDes. Begitu juga. secara total peran pemerintah memiliki dampak positif dan signifikan terhadap kinerja usaha yang sepenuhnya dimediasi oleh orientasi
kewirausahaan pengelola BUMDes di Kabupaten Jembrana, Bali.