• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pembahasan tinjauan pustaka merupakan hasil penelusuran literatur yang telah dilakukan oleh peneliti melalui buku – buku juga jurnal yang berkaitan dengan komunikasi interpersonal dan ta’aruf. Peneliti membagi menjadi empat bagian pembahasan berdasarkan kata kunci yang ada di judul penelitian yang meliputi komunikasi interpersonal, pesan komunikasi, media dan ta’aruf.

Peneliti harus belajar dari peneliti lain, untuk menghindari duplikasi dan pengulangan penelitian atau kesalahan yang sama seperti yang dibuat oleh peneliti sebelumnya (Masyhuri & Zainudin, 2008). Maka dari itu peneliti, menggunakan penelitian – penelitian terdahulu sebagai referensi. Terdapat dua penelitian terdahulu yang sedikit dijabarkan dalam bab ini :

2.1. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Berikut ulasan mengenai dua penelitian terdahulu dengan keyword, komunikasi interpersonal, pesan komunikasi dan ta’aruf yang peneliti jadikan referensi dalam membuat konsep penelitian ;

a) Proses..Adaptasi..antara..Suami..Istri..Melalui..Komunikasi..Interpersonal..

(Studi.pada.Istri.Pasangan.yang.Menikah.dengan.Proses.Ta’aruf)

Riset yang di lakukan oleh Pristiwati Fitrianne Rosa, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang 2013. Dalam penelitiannya membahas fenomena keberagaman budaya dan kemungkinan akulturasi islam sehingga terlihat adanya keragaman dalam penerapan Islam sebagai bentuk komunikasi yaitu ta’aruf.

(2)

10 Ide pemikiran penelitian Pristiwati yaitu dengan menjelaskan pengalaman sebagai pasangan yang sah berkeluarga melalui proses ta’aruf.

Membahas tentang individu yang dapat menyesuaikan perbedaan terhadap pasangannya dengan cara berinteraksi satu sama lain. Hasil penelitian nya menunjukan adanya komunikasi interpersonal yang di inisiasi oleh pihak istri sebagai salah satu cara mempunyai perasaan saling memiliki sampai dengan mengembangkan perasaan cinta yang sebelumnya tidak ada di awal pernikahan . (Rosa, 2018)

Tabel 2.1.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu

A

B

Pesan Komunikasi Interpersonal pada proses online via whatsapp (studi pada instagram ta’aruf peserta ta’aruf.islami)

Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian

Proses Adaptasi Antara Suami Istri Melalui Komunikasi Interpersonal

(Studi Pada Istri Pasangan Yang Menikah

dengan Proses Ta’aruf)

- Dasar penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif

- Teori yang digunakan menggunakan teori penetrasi sosial - Subjek penelitian

melakukan proses

- Adanya perbedaan dalam komponen komunikasi interpersonalnya.

Penelitian A meneliti Proses Pesan dan B Proses Adabtasi - Adanya perbedaan

status pada subjek

(3)

11 Sumber : Dikelola Oleh Peneliti

b) Komunikasi Interpersonal Pasangan Ta’aruf Pranikah dengan Mediator ta’aruf

Kartika Setya Palupi berkonsentrasi pada broadcasting di Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Prapanca. Penelitian ini memiliki tujuan untuk tau proses komunikasi interpersonal pada calon peserta ta’aruf melalui mediaotor ta’aruf. Sumber data utamanya merupakan informan yang menjalani proses ta’aruf beserta moderatornya. Hasil dari penelitiannya ditemukan adanya pemenuhan lima karakteristik pada komunikasi interpersonal yaitu, keterbukaan, empati, dukungan, rasa positif, dan kesetaraan. Peserta ta’aruf yang gagal tidak dapat memenuhi lima karakter tersebut. (Palupi, 2016)

ta’aruf untuk menikah penelitian A yang merupakan peserta ta’aruf dan B

pasangan yang sudah menikah - Ta’aruf yang

dilakukan

menggunakan cara yang berbeda yaitu dengan cara online

(4)

12 Tabel 2.1.2 Perbandingan Penelitian Terdahulu

A

B

Pesan Komunikasi Interpersonal pada proses online via whatsapp (studi pada instagram ta’aruf peserta ta’aruf.islami)

Persamaan Penelitian Perbedaan Penelitian

Komunikasi Interpersonal Pasangan Ta’aruf Pranikah dengan mediator ta’aruf

- Dasar penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif

- Status subjek penelitian masih merupakan peserta ta’aruf dan

melakukan proses ta’aruf

- Adanya perbedaan teori, pada penelitian A menggunakan teori penetrasi sosial dan B karakteristik

komunikasi interpersonal

- Ta’aruf yang dilakukan menggunakan cara yang berbeda yaitu dengan cara online - Moderator penelitian A

komunikasinya dilakukan dengan media online via whattsapp dan B komunikasi langsung

(5)

13 Sumber : Dikelola Oleh Peneliti

2.2. Komunikasi Interpersonal (Komunikasi Antar Pribadi) 2.2.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal (interpersonal communication) merupakan interaksi pribadi dengan orang lain, melibatkan tempat, lambang, pesan yang efektif dalam bentuk bahasa. Joseph A Devito, menjelaskan padangan nya bahwa komunikasi antar pribadi adalah proses pengiriman dan penerimaan pesan – pesan yang terjadi antara minimal dua individu atau sekelompok orang dengan efek dan feedback yang terjadi secara langsung.

Pandangan Wilbur Schramm, dalam (Soyomukti, 2010) komunikasi antarpribadi akan memiliki kesamaan dan kesederajatan yang disebut sebagai frame of reference (kerangka referensi) atau field of experience (kesamaan bidang pengalaman).

Seiler dan Beall menyebutkan komunikasi interpersonal (Liliweri, 2015) adalah komunikasi yang berhubungan dengan aktivitas menciptakan dan memberi makna antara individu dalam berhubungan.

Komunikasi interpersonal lebih efektif dilakukan secara dialog antara komunikator dan komunikan. Keduanya saling memberikan pesan dan informasi, saling menerima dan memberi. Jadi proses komunikasi interpersonal itu berjadi karena berbagai faktor yaitu latar belakang, efek, situasi, motivasi, tujuan dan kepentingan.

(6)

14 2.2.2. Unsur – Unsur Komunikasi Interpersonal

Setiap aktivitas komunikasi akan melibatkan unsur pendukung komunikasi. Unsur komunikasi menentukan efektifitas komunikasi. Menurut Lasswell dalam karyanya The structure and Function of Communication in Society dalam (Effendy, 2013) komunikasi ialah menjelaskan pertanyaan sebagai berikut : Whos Says What In Which Channel To Whom With What Effect?. Lasswel menjelaskan bahwa komunikasi meliputi lima unsur yaitu komunikator, pesan, media, komunikan dan efek .

John Dominick mengatakan bahwa aktivitas dalam berkomunikasi melibatkan delapan poin komunikasi yang mencakup : sumber, enkoding, pesan, saluran, decoding, penerima, umpan balik, dan gangguan. Unsur – unsur yang disebutkan oleh kedua nya saling melengkapi satu dengan yang lain, berikut penjelasan dari unsur – unsur tersebut :

a. Sumber (Komunikator)

Sumber informasi atau komunikan bisa dikatakan sebagai pengambil keputusan untuk menyampaikan pesan yang akan disampaikan, atau memilih dari pesan yang ada (Fiske, 2012). Sumber informasi yang dapat dipercaya akan memperkuat nilai informasi yang disampaikan (Morissan, 2014).

b. Enkoding

Enkoding diartikan sebagai aktivitas komunikator untuk menerjemahkan pikiran, ide dan gagasan dalam suatu bentuk yang

(7)

15 diterima oleh komunikan Enkoding prosesmya terjadi di otak hanya berupa gagasan, ide, imajinasi, dan pikiran. (Morissan, 2014)

c. Pesan (Message)

Pesan mempunyai bentuk (physical) yang dapat dirasakan atau diterima oleh indra. Dominick menjelaskan pesan sebagai : the actual physical product that the source encodes yaitu pesan adalah bentuk fisik aktual yang telah di enkoding sumber). Pesan merupakan proses enkoding yang berwujud dan disampaikan kepada penerima pesan atau komunikan (Morissan, 2014). Pesan yang terwujud dalam bentuk verbal yaitu kata dan bahasa, dan non verbal berupa gerakan tubuh, tanda, tindakan, dan objek individu.

d. Saluran (Channel)

Saluran atau channel adalah media atau sarana yang digunakan untuk mengirimkan pesan kepada komunikan (Morissan, 2014). Media merupakan perantara komunikator dengan komunikan. Media dapat berupa udara, tulisan, dan gelombang electromagnetic, penentuan media yang digunakan dapat memperngaruhi isi pesan, jumlah penerima, situasi dan lain- lain.

e. Dekoding

Dekoding merupakan aktifitas untuk menerjemahkan pesan – pesan fisik ke dalam suatu bentuk yang memiliki makna bagi penerima (Morissan, 2014).

(8)

16 f. Penerima (Komunikan)

Penerima atau receiver disebut juga komunikan merupakan sasaran atau target dari pesan (Morissan, 2014). Penerima biasa disebut dengan komunikan Penerima pesan dapat berhubungan secara langsung juga dapat dipisah oleh ruang dan waktu.

g. Umpan Balik (Feedback)

Umpan balik atau feedback adalah jawaban atau respon dari komunikan yang dapat membentuk dan mengubah pesan yang akan disampaikan oleh komunikator. Feedback menjadi tempat bertukaranya arus komunikasi. Feedback terdiri dari feedback positif, mendorong proses komunikasi dan Feedback negatif, mengakhiri proses komunikasi. (Morissan, 2014)

h. Gangguan

Gangguan yang sangat kecil bisa diabaikan dan yang terlalu banyak dapat menghambat pesan. Ada tiga macam gangguan yaitu gangguan semantik (perbedaan bahasa dengan ungkapan yang sama, gangguan mekanik (alat komunikasi), gangguan lingkungan. (Morissan, 2014)

i. Efek

Efek atau dampak adalah perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan,dan dilakukan oleh komunikan sebelum dan sesudah

(9)

17 menerima pesan. Pengaruh terjadi dalam bentuk perubahan perbuatan dan pengetahuan antara sebelum dan sesudah pesan dikirimkan (Nurudin, 2017). Ada tiga efek dalam komunikasi yaitu kognitif (mengetahui sesuatu), afektif (sikap setuju tidak setuju), konatif (tindakan) (Daryanto, 2010).

2.2.3. Tujuan Komununikasi Interpersonal

Tujuan sebagai kata benda adalah sesuatu yang harus dikejar atau diusahakan untuk mendapatkan kepuasan (Liliweri, 2015). Dalam hal komunikasi, seseorang mempunyai tujuan tertentu untuk melakukan interaksinya. Komunikasi interpersonal merupakan suatu Action Oriented tindakan yang bertujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal ada berbagai ragam, diantaranya dijelasakan dalam buku Ilmu Komunikasi (Riswandi, 2009)

a. Mengenal diri sendiri dan orang lain

Dengan berinteraksi dengan orang lain dapat lebih mengenal diri sendiri, memahami sikap, dan perilaku secara pribadi juga pada orang lain.

b. Mengetahui dunia luar

Berinteraksi dapat menginpretasikan lingkungan dengan baik seperti obyek dan kejadian/peristiwa. Hasil intekraksi dengan orang lain memungkinan untuk mendapatkan informasi yang beragam

c. Menciptakan dan memelihara dan menjadi lebih bermakna

(10)

18 Manusia sebagai makhluk sosial, cenderung untuk mencari dan berhubungan dengan manusia lain. Ia akan bercerita, berkeluh kesah, dan menyampaikan isi hati.

d. Mengubah sikap dan perilaku

Komunikasi interpersonal berusaha untuk mengubah sikap dan tindakan terhadap orang lain. Singkatnya mempergunakan waktu untuk mempersuasi orang lain.

e. Bermain dan mencari hiburan

Dengan melakukan interaksi secara personal yang tujuan untuk menghilangkan kejenuhan juga ketengangan.

f. Memberikan bantuan

Dengan melakukan komunikasi interpersonal dapat memberikan bantuan dan memberikan saran kepada orang lain. Dalam kegiatan profesi, menggunakan komunikasi interpersonal untuk mengarahkan kliennya.

2.2.4. Ciri Komunikasi Interpersonal

Pandangan Alo Liliweri, terdapat delapan perbedaan ciri spesifik komunikasi interpersonal. Berikut beberapa spesifiknya :

1. Komunikasi terjadi secara langsung atau spontan 2. Komunikaasi tidak mempunyai tujuan pada awalnya 3. Terjadinya secara kebetulan atau tidak di sengaja

4. Mempunyai efek yang dapat disengaja dan tidak disengaja

5. Interkasi berlangsung secara terus menerus atau berbalas – balasan

(11)

19 6. Peserta komunikasi melibatkan minimal dua individu dengan situasi dan kondisi yang berbeda – beda juga terdapat pengaruh dalam interkasinya

7. Tidak memprioritaskan hasil

8. Menggunakan simbol non verbal yang bermakna

2.2.5. Karakteristik Komunikasi Interpersonal

Hubungan antar pribadi dapat di identifikasi dengan dua karakteristik. Pertama adalah hubungan yang berlangsung sama mulai dari tahapan interaksi awal sampai dengan pemutusan. Yang kedua, hubungan yang bervariasi dalam keluasan (breadth) dan kedalamannya (depth) (Devito, 2011). Karakteristik keefektifan komunikasi antar pribadi berdasarkan tiga sudut pandang yaitu sudut pandang humananitis atau pendekatan lunak, pendekatan pragmatis atau pendekatan keras dan pergaulan sosial atau pendekatan manfaat (Devito, 2011).

a. Humanitis / Pendekatan Lunak

Menurut Brochner & Kelly di kutip dari buku Joseph A Devito, perspektif ini melibatkan pada empati, sikap, keterbukaan, sikap mendukung, dan kualitas – kuliatas yang melibatkan interaksi yang bermakna jujur dan memuaskan.

 Keterbukaan

Kualitas kertebukaan memiliki tiga poin dalam komunikasi interpersonal. Pertama, keterbukaan orang yang berinteraksi.

Kedua, kesediaan sumber untuk berinteraksi secara terbuka

(12)

20 terhadap respon yang akan diterima atau memperlihatkan keterbukaan dengan berinterkasi secara spontan. Ketiga, ketebukaan perasaan dan pikiran yang disampaikan kepada orang lain memang pengalaman pribadi dan bertanggung jawab secara pribadi.

 Empati

Henry backrock mendefiniskan empati sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui yang sedang terjadi pada seseorang dalam waktu tertentu. Truax mengatakan empati melibatkan kepekaan terhadap perasaan secara verbal dan non verbal dalam mengkomunikasikannya.

Langkah petama dalam empati, menahan untuk menilai, dan mengkritik. Langkah kedua, semakin banyak mengenal seseorang dari keinginannya, pengalamannya, kemampuannya dan ketakutannya maka akan semakin mampun melihat yang dirasakan. Yang ketiga, merasakan yang dirasakan dari sudut pandang diri sendiri.

Mengkomunikasikan empati secara non verbal dengan melibatkan diri melalui ekspresi, gerakan yang sesuai, memberikan sentuhan secukupnya.

 Sikap Mendukung

Proses interaksi yang berlangsung dengan suasana yang terbuka dapat menunjukkan peilaku mendukung dengan cara bersikap deskriptif, membantu menciptakan suasana yang

(13)

21 mendukung (spontan) dan bersikap tentatif (pikiran terbuka) dengan mendengarkan sudut pandang komunikan.

 Sikap Positif

Memberikan sikap yang baik dalam komunikasi ini dilakukan dengan menyatakan sikap dan dorongan. Sikap yang positif yang ditanamkan terhadap diri sendiri dan perasaan positif dalam interaksi. Sedangkan memberikan dorongan untuk saling menghormati keadaan dan pentingnya orang lain. Dorongan yang positif akan membuat seseorang merasa yang lebih baik.

 Kesetaraan

Suasana komunikasi ini secara tidak langsung memiliki pengakuan sama – sama bernilai, berharga dan masing – masing pihak memiliki hal yang penting untuk diberikan.

b. Pragmatis/Pendekatan Keras

Pendekatan pragmatis atau perilaku, menekankan perilaku spesifik (keterampilan fisik) kedalam kelas perilaku umum yang akan digunakan untuk memdapatkan hasil yang diinginkan. Spitzberg &

Cupach mengatakan pendekatan ini memiliki lima kualitas efektifitas yaitu : kepercayaan diri, kebersatuan, manajeman interaksi, daya ekspresi, penyesuaian diri

c. Sudut Pandang Pergaulan Sosial

Teori pergaulan sosial menururt Kelley & Thibaut mengatakan menciptakan hubungan manfaatnya lebih menguntungkan pada biaya yang harus dikeluarkan. Pendekatan ini mengambarkan hubungan

(14)

22 manusia merupakan mitra yang saling memberikan imbalan dan biaya yang ditukarkan berdasarkan model ekonomi imbalan dan biaya.

2.2.6. Tahapan – Tahapan Komunikasi Interpersonal

Mark Knapp telah menguraikan kerangka tahapan dalam proses komunikasi antar personal dimana setiap tahapan sangat bermanfaat bagi perkembangan interaksi dengan orang lain (Liliweri, 2015). Kelima tahapan komunikasi interpersonal dimulai dari kontak, keterlibatan, keakraban, perusakan, hingga pemutusan (Devito, 2011).

a. Kontak

Membuat kontak atau mulai berinteraksi di empat menit pertama. Hal ini dapat memutuskan sesorang akan untuk terus berhubungan atau memutuskan hubungan.

b. Keterlibatan

Tahapan keterlibatan merupakan tahapan perkenalan lebih dalam. Seseorang memutuskan untuk mengenal lebih dalam orang lain dan juga mengungkapkan diri sendiri.

c. Keakraban

Tahapan ini terjadi Ketika seseorang akan terlibat lebih jauh terhadap orang lain. Dalam tahapan ini membentuk hubungan yang lebih di prioritaskan dimana orang akan bersahabat baik atau kekasih.

d. Perusakan

(15)

23 Tahapan perusakan dimulai adanya penurunan hubungan antara kedua pihak yang melemah. Kedua pihak menjauh dan semakin berkurang waktu yang bersama, saling berdiam diri dan tidak mengungkapan diri lagi.

e. Pemutusan

Tahapan pemutusan adalah memutuskan ikatan yang mempersatuakan keduanya. Jika bentuk yang mengikat adalah pernikahan, pemutusan hubungan di lambangkan dengan percerai.

2.3. Pesan sebagai Komponen Komunikasi

Pesan adalah hal – hal yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima (Mulyana, 2002). Definisi lain yang ungkapkan oleh Onong Uchjana Effendi pesan atau message merupakan seperangkat lambang dan makna yang disampaikan oleh komunikator. Pesan komunikasi disampaikan melalui simbol yang bermakna pada komunikan (Effendy, 2013).

Menurut penulis sendiri pesan merupakan salah satu unsur yang berkaitan dengan interaksi. Dapat juga berarti ide, gagasan dari pemikiran seseorang yang diolah dalam bentuk bahasa, tingkah laku dan lambang yang mempunyai makna untuk disampaikan kepada orang lain dengan tujuan tertentu. Tujuan dari pesan sendiri untuk mengubah sikap, pandangan, pendapat dan tingkah laku penerima pesan.

(16)

24 Pandangan Wilbur Schramm dalam bukunya The Condition Of Succes In Communication terdapat empat syarat untuk menyampaikan pesan kepada komunikan yaitu :

a. Pesan haruslah direncanakan untuk menarik perhatian komunikan

b. Pesan haruslah menggunakan lambang pada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan untuk sama – sama mengerti.

c. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi dan menyarankan cara - cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.

d. Pesan harus menyarankan untuk memperoleh kebutuhan yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan respon atau tanggapan yang dikehendaki.

(Abdullah, 2019)

2.3.1. Organisasi Pesan

Alan H. Monroe pada tahun 1930, menyarankan lima langkah penyusunan organisasi pesan :

a. Tahap perhatian, berusaha untuk menarik perhatian dengan bahasa yang dapat di mengerti.

b. Tahap kebutuhan, berusaha menyampaikan gagasan yang menjadi kebutuhan dan keinginan peserta.

c. Tahap pemuasan, berusaha agar peserta dapat menyetujui / menyakinkan gagasan sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan.

d. Tahap visualisasi, membayangkan / menggambarkan pelaksanaan gagasan yang akan datang secara positif dan negatif,

(17)

25 e. Tahap tindakan, melakukan tindakan dari apa yang divisualisasikan.

(Rakhmat, 1986) 2.4. Media Sosial

Kemajuan teknologi dan informasi saat ini seperti menghadirkan “dunia dalam genggaman”. Hal ini sama seperti yang dikatakan Thomas L. Friedman (2007) “the world is flat” yang artinya dunia semakin rata dan bisa mengakses apapun dari sumber manapun. Dalam buku Alo Liliweri, menyebutkan new media menghasilkan estetika baru, karena media baru menyediakan strategi untuk meningkatkan kualitas estetika konten.

Laughey menyebutkan media disebut sebagai alat komunikasi dan menurut Fuchs, sosial terkait dengan informasi dan kesadaran. Teori sosial yang di kembangkan oleh Durkheim menyimpulkan media sosial dapat dilihat dari perkembangan hubungan pribadi dengan perangkat media. Rulli menjelaskan beberapa karakteristik media sosial yaitu jaringan sesama pengguna, informasi, arsip (penyimpanan informasi), interaksi sosial, simulasi sosial, dan konten. (Nasrullah, 2017)

Media sosial yang yang diamati dalam penelitian ini adalah media Instagram sebagai media pertama untuk informasi terkait peserta ta’aruf, dan media perantara terjadinya komunikasi interpersonal adalah WhatsApp.

a. Instagram

Nama Instagram, berasal dari kata "insta" yang berarti instan, atau serba cepat atau mudah dalam penggunaan kamera instan biasa disebut dengan kamera polaroid. Kata kedua, gram di petik dari kata telegram yang

(18)

26 artinya sebagai media mengirim informasi dengan cepat. Platform Instagram adalah media sosial yang memuat gambar untuk diinformasikan dalam waktu cepat. Disimbolkan dari penggunaan logo instagram yang berupa kamera polaroid. Hal ini menggambarkan sebuah platform untuk berbagi foto dan video (Sendari, 2009). Seiring berkembangannya mengikuti keinginan netizen (warga internet) sebagai media sosial, instagram dapat untuk membagikan informasi penting atau sekedar membagikan keseharian. Aplikasi yang diciptakan oleh Kevin Systrom dan Mike Krieger adalah aplikasi yang paling banyak digunakan aktif oleh pengguna di Indonesia sebanyak 79% dengan peringkat ke 4 pada tahun 2020.

Gambar 2.4.1. Penggunaan Media Sosial Indonesia

Sumber : https://datareportal.com/reports/digital-2020-indonesia slideshow page 43

Akun instagram taaruf.islami, kontennya berisi gambar – gambar yang ditampilkan bukan sebuah gambar potret seorang peserta melainkan

(19)

27 sebuah gambar berwarna hitam untuk laki – laki atau Ikhwan dan background putih untuk wanita atau akhowat dengan nama kode mereka sebagai peserta ta’aruf, untuk peserta wanitanya berada di akun bimbingan.taaruf.islami. Kedua akun ini berisi terkait testimoni pasangan yang akan mengadakan acara akad nikah/pernikaha dengan cara memberikan undangan kepada kepengurusan TI (Taaruf Islami). Selain itu juga pada akun merupakan bertukarnya formulir satu yang berisi biodata peserta untuk ditujukan kepada pasangan yang mau diajak taaruf.

b. WhatsApp

Nama WhatsApp merupakan plesetan dari kata What’s Up yang artinya Apa Kabar (Tentang WhatsApp, 2009). Aplikasi yang dibangun oleh Jan Koum dan Brian Acton dimulai sebagai alternatif pengganti SMS (layanan pesan singkat) yang menggunakan biaya pulsa berganti menggunakan data internet, produknya berkembang mulai dari mengirim dan menerima pesan sampai dapat mengirim berbagai variasi media seperti teks, foto, video, dokumen, lokasi dan panggilan suara.

Aplikasi chatting pengguna paling aktif di Indonesia (gambar 2.4.1) ini merupakan media komunikasi personal yang digunakan para peserta untuk bertukar informasi. Disinilah proses taaruf sedang terjadi dan berlangsung secara online di temani admin anggota TI sebagai mediator, keluarga atau teman untuk mempertimbangan kelanjutan proses taaruf ini berjalan.

(20)

28 2.5. Kerangka Teori

Teori yang akan digunakan adalah kerangka teori yang disusun oleh Irwin Altman dan Dalmas Taylor mengenai keterbukaan diri atau self disclosure (Morissan, 2014) . Teori penetrasi sosial berupaya mengidentifikasi proses peningkatan keterbukaan dan keintiman seseorang dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Karyanya merupakan penelitian di bidang perkembangan hubungan atau relationship development. Teori ini digambarkan seperti bentuk bola, yang mana semakin mendekati keinti dari bola tersebut semakin terjadi keterbukaan yang mendalam. Pada tahapan terbentuknya suatu bola atau hubungan biasanya ditandai dengan kesempitan (narrowness) – topik yang dibahas hanya sedikit dan kedangkalan (shallowness) – topik yang dibahas secara dangkal (Devito, 2011).

Menurut Alman dan Dalmas, teori penetrasi sosial akan mengetahui diri sendiri dengan cara “masuk ke dalam” (penetrating) bola dari orang yang bersangkutan.. Bola diri seseorang itu memiliki dua aspek yaitu keluasan atau breadth dan aspek kedalaman atau depth. Dengan dua aspek tersebut seseorang dapat mengetahui informasi orang lain secara luas dan mandalam ketika hubungan mereka berkembang. Altman dan taylor menyebutkan ada empat tahapan perkembangan hubungan antar individu

a. Tahap Orientasi

Komunikasi yang terjadi bersifat tidak pribadi (impersonal) hanya terlibat menyampaikan informasi umum.

b. Tahap pertukaran efek eksploratif (exploratory affective exchange) Tahapan komunikasi muncul gerakan keterbukaan yang lebih dalam c. Tahap pertukaran afektif (affective exchange)

(21)

29 Munculnya perasaan kritis dan evaluative pada level yang mendalam.

d. Tahap pertukaran stabil (stable exchange)

Adanya keintiman, individu mulai memprediksi Tindakan dan memberikan tanggapan yang baik

Teori penetrasi sosial bersifat dialektis karena pengelolaan ketegangan tanpa akhir antara informasi bersifat umum atau pribadi, dan bersifat siklus bergerak maju mundur dalam pola melingkar. Perkembangan hubungan dianggap suatu siklus stabilitas atau siklus perubahan. Hubungan yang berkembang memiliki keterbukaan yang lebih besar daripada hubungan yang tidak berkembang. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor terutama dalam penyampaian pesan. Dalam hubungan yang berkembang mampu melakukan koordinasi terhadap siklus keterbukaan. Dalam proses ta’aruf ini, pesan sebagai peran utama untuk keterbukaan hubungan individu. Komunikasi interpersonal merupakan suatu komunikasi untuk menyampaikan pesan. Dalam teori penetrasi sosial ini, peneliti akan fokus terhadap perkembangan individu yang berkaitan dengan pesan yang menjadi peserta ta’aruf.

(22)

30 Tabel 2.5 Kerangka yang berkaitan dengan komunikasi, teori dan ta’aruf

Sumber tabel : diolah oleh peneliti

2.6. Tinjauan Tentang Ta’aruf

Kata ta’aruf terdapat dalam Al – Qur’an surat Al – Hujarat ayat 13 dari lafadz , menggunakan kata a-ro-fa yang artinya mengenal (Akbar, 2015) .

2.6.1. Pengertian Ta’aruf

Ta’aruf dalam arti luas adalah pendekatan, perkenalan, dengan calon suami atau istri dengan cara yang luwes dan mampu menyesuaikan dengan

(23)

31 kondisi apapun (Thobroni & Munir, 2010). Menurut Hid`ayat ta’aruf adalah interkasi timbal balik antara pria dan wanita untuk saling mengenal dan saling memperkenalkan diri (Akbar, 2015).

Ta’aruf bertujuan untuk saling mengenal kepribadian, latar belakang sosial, budaya, pendidikan, keluarga, maupun agama. Semakin kuat pengenalan satu pihak kepada selainnya, semakin terbuka peluang untuk saling memberi manfaat (Hamdi, 2017)

2.6.2. Persiapan ta’aruf

Taaruf menjadi suatu persiapan yang harus maksimal, karena tujuannya adalah menikah. Hal – hal berikut haruslah dipersiapkan sebelum memulai ta’aruf. Dalam karya (Mahmud, 2016) menyebutkan perlunya mempersiapkan rohani, mental, ekonomi, dan fisik, berikut penjelasnya :

1. Persiapan Rohani

Niat ibadah dan taqarrub kepada Allah sebagai tujuan menikah.

Dalam islam pernikahan dia anggap sebagai menyempurnakan ibadah.

Karena sebagian sisa umurnya akan dihabisan dengan ibadah bersama pasangannya. Ketakwaan dijadikan sebagai dasar untuk mencari pasangan, membina rumah tangga, dan menambahkan keturunan. Dasar ketakwaan inilah yang dimaksud dengan ibadah. Seperti dalam Al - Qur’an An-Nisa ayat 1 :

(24)

32

“ hai manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang terlah menciptakan kamu dari seorang diri dan darinya Allah menciptakan isterinya; dan dari keduanya Allah mengembangbiakkan laki – laki dan perempuan yang banyak..” (Mahmud, 2016)

Persiapan spiritual dapat dilakukan dengan melakukan ibadah wajib dan sunnah. Meminta kepada yang maha Kuasa untuk diberikan kekuatan dan keyakinan hati dalam kebenaran. Bisa juga dengan bersama – sama dengan komunitas muslim dalam kebaikan untuk memperbaiki diri sesuai aturan islam . (Takariawan, 2010)

2. Persiapan mental

Kesiapan mental banyak bentuknya, dalam buku Kado Pernikahan Istimewa karya M. As’ad Mahmud dibagi menjadi empat yaitu kesiapan rohani, mental, ekonomi dan fisik. Berikut penjelasannya

a) Kesiapan bertanggung jawab;

Persiapan ini dapat dilihat dalam bentuk berlatih disiplin dan menata hidupnya lebih baik, seperti disiplin dan teratur dalam ibadah, disiplin waktu, disiplin dalam aktivitas dan melatih untuk mengatur keuangan. Bagian dari bertanggung jawab juga dapat memberikan yang terbaik bagi pasangan dan keluarganya. Tugas utama bagi laki – laki ketika sudah menikah adalah memimpin keluarga, mencari nafkah, membimbing anak dan istri juga memberikan perlindungan kepada mereka. Sedangkan bagi perempuan adalah menaati pasangannya, mendidik anak, menyelesaikan tugas – tugas rumah.

Hal – hal seperti ini sudah harus dilatih dan terbiasa sejak sebelum menikah, sebelum membicarakan hak yang akan diperoleh.

(25)

33 Tanamkan sikap mental untuk memberi kepada orang lain. (Mahmud, 2016)

b) Kesiapan menerima dan berlapang dada;

Pernikahan adalah sarana melengkapi kekurangan dengan kelebihan, menyelesaikan tantangan dengan segala keterbatasan.

Tidak hanya memberi yang terbaik, juga harus siap menerima yang kurang baik. Dalam islam, pemilihan jodoh hendaknya memiliki kriteria yang baik tanpa harus menjadi idealis. untuk mendapatkan pasangan yang baik, diperlukan usaha untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas diri. Seperti pada surah an nur ayat 26 :

yang artinya “perempuan yang keji untuk laki – laki yang keji. Dan laki – laki yang keji untuk perempuan yang keji pula. Perempuan yang baik untuk laki – laki yang baik. Dan laki–laki yang baik untuk perempuan yang – wanita yang baik pula” . (Mahmud, 2016)

c) Kesiapan untuk mandiri;

Mandiri dalam prakteknya harus belajar mengambil keputusan sendiri dan tidak mengandalkan orang lain dalam urusan pribadi dan rumah tangga. Dalam pernikahan akan terjadi hal – hal yang sebelumnya belum kita jalani. Di bagian ini sebagai pasangan harus siap menjalani bersama dalam keadaan suka dan duka.

d) Kesiapan ilmu.

Islam sangat menghargai ilmu karena keimanan berdasarkan landasan keilmuan. Perintah untuk mencari ilmu lebih diprioritaskan dibandingkan dengan perintah untuk m empraktekkan ilmunya

(26)

34 (Takariawan, 2010). Oleh karena itu menjadi tuntutan dalam proses ta’aruf untuk mengetahui ilmu sebelum dan setelah menikah.

Keilmuan ini dapat dilakukan dengan cara berdiskusi, bertanya kepada ahlinya, mengikuti kajian – kajian tentang pranikah dan pembekalan menikah.

3. Persiapan ekonomi

Kewajiban ekonomi dalam pernikahan ada di pihak laki – laki. Laki – laki wajib menyediakan kehidupan bagi pasangannya dan seluruh biaya rumah tangganya sedangkan perempuan mengatur keuangan. Rasulullah bersabda “cukuplah seseorang itu berdosa bila dia menyia-nyiakan orang yang di tanggung nya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud) dalam (Mahmud, 2016). Bahkan ulama menggolongkan makruh hukumnya jika menikah belum memiliki penghasilan. Hal ini didukung dalam riwayat Jabir bin Abdullah, Rasulullah ﷺ berkata “Dan kalian wajib memberikan nafkah kepada istri – istri dan memberi pakaian secara makruf” (HR. Muslim)

Penghasilan yang didapatkan bukan menjadi tolak ukur utama untuk menilai persiapan menikah. Adanya usaha untuk mencari nafkah bagi laki – laki dengan kemampuan yang dimiliki. Dalam islam, perempuan tidak diwajibkan untuk bekerja, namun untuk mengantisipasi kemungkinan yang tidak diingikan sebaiknya bekerja produktif dirumah tanpa harus meninggalkan kewajiban utama dengan ijin pasangannya.

(Takariawan, 2010)

(27)

35 4. Persiapan fisik

Persiapan fisik ditandai dengan kesehatan yang memadai sehingga pasangan mampu melaksanakan kewajiban. Konteks kesehatan adalah pada kesehatan fisik dan reproduksi, untuk mengetahui penyakit dan kesuburan (Mahmud, 2016). Memastikan agar keduanya merasa tenang dan aman untuk memiliki keturunan sebagai salah satu dari tujuan pernikahan. Hal ini juga menjadi pertimbangan untuk memutuskan melanjutkan menikah atau tidak.

Bagi muslim, sholat menjadi olahraga rutin untuk menjaga kesehatan dan kebugaran diri. Kedua hal ini penting untuk mencapai keharmonisan keluarga. Dengan badan yang sehat dapat menjalani keseharian lebih efektif dan normal sehingga tidak malas – malasan dan tidak mudah Lelah. Hidup teratur, cukup istirahat, makan seimbang dan bergizi, dan olahraga merupakan langkah menjaga kesehatan.

2.6.3. Adap dalam Ta’aruf

Ari Pusparini dalam bukunya Agar Ta’aruf Cinta Berbuah Pahala, menjelaskan adab – adap dalam berta’aruf terdiri dari :

a. Menghadirkan perantara

Perantara merupakan solusi dalam proses berta’aruf.

Menjalankan ta’aruf dapat membantu terhindar dari fitnah. Perantara yang dapat dijadikan untuk ta’aruf adalah ustadz atau ustadzah, orang tua, kerabat, teman, ataupun orang yang dapat dipercaya. Syarat untuk menjadi perantara dalam proses ini haruslah sesorang yang mempunyai

(28)

36 ilmu agama tinggi, menjaga amanah, diprioritaskan yang sudah menikah, dan ada kedekatan dengan yang bersangkutan.

b. Tidak ada memiliki rasa

Dalam proses ta’aruf, tidak boleh adanya perasaan yang terlalu dalam karena belum memiliki satu sama lain. Diperbolehkan adanya ketertarikan namun tetap ada batasan tertentu.

c. Kemauan pribadi

Sama seperti pernikahan, ta’aruf harus dilakukan atas keinginan sendiri. Tidak boleh ada paksaan atau tekanan.

d. Adanya niat baik diantara peserta ta’aruf

Pada waktu menjalani proses ta’aruf, peserta harus memiliki niat yang baik. Niat yang diawali dengan baik akan mendorong untuk saling memberikan yang terbaik.

e. Terjaganya Rahasia

Pada saat proses ta’aruf dan setelahnya segala informasi dapat dijaga kerahasiaannya. Hal ini agar tidak dapat menimbulkan fitnah ketika sesorang terpaksa untuk tidak melanjutka proses tersebut.

f. Mengatakan apa adanya

Ta’aruf biasanya saling memberikan informasi, pendapat atau gagasanya dengan jujur. Tetapi perlu mengkonfrimasi informasi yang didapatkan dari berbagai pihak untuk mengetahui kebenarannya.

(Pusparini, 2013)

(29)

37 2.7. Menentukan Pasangan

Menentukan pilihan dalam proses taaruf dengan mempertimbangkan agama harus menjadi prioritas utama sebelum mempertimbangakan kecantikan, kedudukan, keturunan dan juga kekayaan. Dalam islam, hal sedetail ini sudah di atur dalam kitab suci dan hadist. Aturan tersebut untuk kepentingan manusia didunia dan diakhirat. Menentukan pilihan bagi laki – laki dan perempuan prinsipnya adalah sama.

1.7.1. Agama dan Akhlaknya

Untuk memilih calon harus selektif dan jelas kriterianya. Hal ini diperlukan agar tidak melihat penampilan luar tanpa mempertimbangakan hal lain. Islam mengatur bagaimana laki – laki memilih pasangan nya, dalam hadits HR. Bukhari dan Muslim (Takariawan, 2010) Rosulullah ﷺ bersabda, perempuan itu dinikahi karena empat hal, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya atau karena agamanya, maka pilihlah berdasarkan agamanya agar selamat dirimu (Takariawan, 2010).

Dalam hadist tersebut disarankan untuk memilih perempuan yang ahli agama dan berakhlak mulia. Karena perempuan yang salehah dapat dapat melindungi diri sendiri dan harta suaminya, hal ini dikarenakan ia mengerti posisinya di hadapan Allah sehingga mampu untuk menjaga kebaikan, Dalam hadist Rasulullah ﷺ berkata sesungguhnya dunia dan seluruhnya adalah perhiasan dan sebaik – baik perhiasan adalah wanita yang salehah (HR. Muslim) dalam buku (Takariawan, 2010). Kriteria berdasarkan agamanya dapat dilihat dari,

(30)

38 a. Kepercayaannya

Pria dan wanita yang akan menjadi calon pasangan harus mempunyai kepercayaan yang sama yaitu islam. Ini sebagai syarat utama dan tidak bisa ditawar. Dengan mempunyai kepercayaan yang sama dapat membuktikan bahwa keduanya menaati aturan agama.

b. Dapat melaksanakan kewajiban dalam agama

Dapat melakukan kewajiban sebagai seorang muslim pada umumnya seperti sholat, puasa, zakat, haji dan menutup aurat.

Kewajiban ini sebagai identitas agama islam yang membedakan dengan agama laiinya

c. Berakhlak mulia

Mengetahui kebaikan agamanya, dapat dilihat dari akhlak nya.

Akhlak ini dapat diketahui dari tutur kata, bahasa dan tingkah lakunya dalam kehidupan bermasyarakat. Akhlak dapat ditanyakan kepada orang – orang disekitar calon untuk menyakinkan pilihan.

Hal ini boleh diketahui oleh calon dan juga dapat dilakukan tanpa sepengetahuan yang bersangkutan.

d. Senantiasa memperbaiki diri sendiri

Dalam surat (Al Baqorah: 148) Allah berfirman, berlomba – lombalah kamu dalam kebaikan, para sahabat rosullullah ﷺ memahami bahwa harus saling berlomba untuk kebahagian akhirat dengan cara beramal dalam kebaikan. Kebaikan yang dimaksud adalah kebaikan untuk memperbaiki diri sendiri dengan mendekat kepada yang kuasa dengan cara meningkatkan dalam hal ibadah

(31)

39 dan juga kebaikan untuk orang lain dengan cara beramal sholeh.

Keduanya diharapkan berjalan seimbang agar menjadi manusia yang dapat bermanfaat.

e. Mengajak orang dalam berdakwah

Dakwah menjadi suatu hal yang wajib dijalankan bagi setiap muslim. Walaupun tidak dalam skala besar, dalam skala kecil pun bisa dilakukan. Dengan memberikan pengetahuan agama dalam kehidupan sehari – hari sebagai cara untuk mengajak orang lain melakukan kebaikan dan menjauhkan dari keburukan. Hal kecil yang dapat dicontohkan dengan cara memberikan pengetahuan terkait yang benar dan yang salah, contoh mengigatkan sesorang dengan minum sambil duduk, atau sekedar mengucapkan baslamah sebelum melakukan sesuatu.

1.7.2. Kecantikannya

Fitrah manusia cenderung meilihat kepada keindahan. Keindahan pada laki – laki dan perempuan bersifat relatif dan sementara. Memilih pasangan berdasarkan kecantikanya, kaya harta dan keturunan yang tinggi namun tidak berdasarkan kebaikan agama akan mempegaruhi ketenangan dan ketentraman dalam berkeluarga nanti. Karna ketiga faktor tersebut bersifat sementara, Rosulullah ﷺ memberikan penjelasan mengenai memilih pasangan,

“barang siapa menikahi perempuan hanya karena kemuliaannya, Allah tidak akan menambahkan kepada-Nya kecuali kehinaan, barang siapa menikahi seorang perempuan hanya karna hartanya, Allah tidak akan menambah kepada-Nya kecuali kehinaan, dan barang siapa yang menikahi perempuan karna keturunan, Allah tidak akan menambah kepadanya-Nya kecuali kerendahan (Takariawan, 2010).

(32)

40 Bukannya tidak diperbolehklan memilih seorang laki – laki dan perempuan yang tampan atau cantik sebagai calon pasangan. Namun, Ketika karakter calon pasangan berkontradiksi dengan agama maka yang harus didahulukan adalah agamanaya. (Tihami & Sohari, 2010)

Cerita ketika Mughirah bin Syu’bah akan meminang seseorang perempuan Rosulullah ﷺ memberikan nasehat “lihatlah terlebih dahulu perempuan itu, sebab yang demikian akan lebih menentukan bagi kebaikan hidupmu selanjutnya (HR. Bukhari dan Muslim)”. Singkatnya, pemilihan calon berdasarkan landasan agama tetap di utamakan dengan mempertimbangakan sesuatu yang bersifat manusiawi.

1.7.3. Penuh Kasih Sayang

Buku Fiqih Munakahat (Azzam, 2009) menjelaskan Rosullullah ﷺ menganjurkan untuk menikahi seorang wanita yang penuh kasih sayang (al-wadud) dan subur yang mampu memberikan keturunan yang banyak (al-walud). Hal ini merupakan kepentingan sosial sebagai salah satu tujuan menikah yaitu memiliki seorang penerus atau anak. Rosullullah dalam (Usamah, n.d.) berkata “menikahlah, karena sesungguhnya aku akan membangga – banggakan jumalh kalian …….” Riwayat Abu Umamah RA.

Dalam hal ini untuk menjalin kehidupan rumah tangga yang harmonis dan tenang. Dengan memiliki kecintaan kepada Allah, kemungkinan akan mengerti bahwa tugas untuk saling memberikan kasih sayang juga berlaku pada sesama mahluk hidup. Selain itu,

(33)

41 jumlah muslim yang semakin banyak akan banyak jalan dakwah di masa depan.

1.7.4. Nasab dan Keturunannya

Alangkah baiknya mencari pasangan yang jauh hubungan nasab dan keturunanya. Menurut Umar Radhiallahu’ Anhu, (Azzam, 2009) pernikahan kerabat akan menghasilkan keturunan yang lemah dan serta turunnya semangat bersenang – senang. Sebalikknya, perempuan yang kerabatnya jauh, kecintaanya semakin bertambah dan menghasilkan keturunan yang kuat.

Gambar

Tabel 2.1.1 Perbandingan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.4.1. Penggunaan Media Sosial Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Kesesuaian dengan tujuan prakerin butir satu setelah dilakasanakan prakerin siswa akan lebih siap menghadapi dunia kerja yang sesuai dengan kompetensi keahlian

Pada tahun 2016 sendiri terjadi beberapa peristiwa penting yang juga berimbas pada pasar modal, antara lain: pencabutan sanksi ekonomi Iran yang artinya setealah

Ketika waktu mengerjakan di mulai, pertanyaan terkait soal tidak akan dijawab oleh dewan juri untuk memastikan perlombaan yang adil bagi semua peserta lomba. 08:30

Ketidaksetaraan akibat pendidikan meningkatkan peluang unmetneed, KTD dan kehamilan remaja serta pemanfaatan akses layanan maternal yang lebih banyak oleh kelompok

Grant memberi contoh bagi siswa tentang bagaimana menilai proyek mereka dengan menggunakan rubrik, dan ia mengamati dan membuat catatan-catatan kecil saat mereka bekerja..

Oleh karena itu,perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kepadatan bakteri yang ada pada telapak tangan mahasiswa sebelum dan setelah mencuci tangan.Penelitian

tahannya kurang. Kebugaran organik dan dinamik, kedua-duanya harus dipertimbangkan dalam mengadakan evaluasi kebugaran jasmani, karena keduanya sangat penting. Selanjutnya

Memberhentikan dengan hormat Drs. I, Golongan Ruang III/b untuk melanjutkan sisa masa jabatan sebagai sekretaris Jurusan Geografi Fakultas Ilmu sosial Universitas