• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Analisis Perilaku Mencuci Tangan Terhadap Kepadatan Koloni Bakteri Sebelum dan Setelah Mencuci Tangan Pada Mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Studi Analisis Perilaku Mencuci Tangan Terhadap Kepadatan Koloni Bakteri Sebelum dan Setelah Mencuci Tangan Pada Mahasiswa"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

Studi Analisis Perilaku Mencuci Tangan Terhadap Kepadatan

Koloni Bakteri Sebelum dan Setelah Mencuci

Tangan Pada Mahasiswa

Dessy Kartika

1

, Rahmawati

1

, Diah Wulandari Rousdy

1

1Program Studi Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura,

Jl. Prof. Dr. H. Hadari Nawawi, Pontianak, email: dessykartika30@yahoo.com

Abstract

Handwashing with soap is a healthy behavior that has scientifically been proved to prevent the spread of infectious diseases. Students who are active on campus have risk factors of being contaminated by bacteria. This research aims to determine the correlation between the number of bacterial colonies on the palms and handwashing practices among students, and the difference between the number of bacterial colonies before and after washing hands with soap. This research used a pour plate method in accordance with the Standard Plate Count Method. The samples were 35 students. Based on the t-test, handwashing with soap showed a decrease in the number of bacterial colonies than before washing hands with soap, namely 1751.3 CFU / cm2

becoming 905.5 CFU / cm2 after washing hands. The logistic regression analysis and descriptive test showed

that there is a correlation between the number of bacterial colonies on the palms and hand washing practices among students.

Keywords : Handwashing, student, bacteria, pour plate method PENDAHULUAN

Aktivitas yang tinggi menyebabkan tangan terkontaminasi oleh bakteri sehingga tangan dapat menjadi perantara masuknya bakteri kedalam tubuh. Salah satu cara yang paling umum dilakukanuntuk menjaga kebersihan tangan adalah dengan mencuci tangan menggunakan sabun. Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005).

Pentingnya membudidayakan cuci tangan secara baik dan benar didukung oleh data WHO (2009) dan data Diare Departemen Kesehatan (2009) yang menunjukan setiap tahun rata-rata 100.000 anak di Indonesia meninggal dunia akibat diare (Nasrul, 2011). Masalah mencuci tangan sering dianggap masalah yang kurang penting, sehingga banyak yang mengabaikannya, padahal perilaku mencuci tangan mampu mencegah berbagai macam penyakit seperti diare, infeksi saluran pernafasan, flu burung dan cacingan (Rachmawati & Triyana, 2008). Menurut Luby et al (2009), bahaya yang disebabkan dari tangan yang tidak bersih adalah masuknya bakteri ke dalam tubuh diri sendiri seperti melalui mata, hidung atau mulut serta orang lain melalui sentuhan secara langsung. Mencuci tangan terbukti efektif dalam membunuh bakteri yang menempel ditangan. Hasil penelitian yang dilakukan Sina et al. (2010), menunjukkan bahwa sebanyak 88,7% mahasiswa STIKES Citra Husada

mempunyai sikap positif dalam menerapkan cara mencuci tangan yang benar dan baik.

Sikap ini dapat mengurangi kontaminasi oleh bakteri yang menyebabkan penyakit diare. Selain itu penelitian Rosyidah (2014) menemukan hubungan perilaku cuci tangan terhadap kejadian diare pada siswa di SDN Ciputat 02. Sebagian siswa yang mengalami diare disebabkan karena minimnya kebiasaan mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Berdasarkan kedua penelitian tersebut membuktikan bahwa jenjang pendidikan atau tingkat pengetahuan tentang perilaku mencuci tangan dengan sabun dapat mempengaruhi kebiasaan hidup sehat.

Selama ini mahasiswa masih kurang memiliki perilaku gaya hidup sehat seperti mencuci tangan setelah melakukan aktivitas. Seharusnya pola pemikiran dan penalaran mahasiswa terhadap perilaku gaya hidup sehat sudah dikatakan cukup baik. Kebiasaan pola hidup yang tidak sehat dapat menyebabkan meningkatnya penderita penyakit diare dikalangan mahasiswa. Padahal perilaku cuci tangan yang benar dan dilakukan sehari-hari mempunyai dampak positif yang besar terutama dalam pencegahan penyakit. Kebiasaan tidak mencuci tangan sebelum makan dan setelah buang air besar serta kecil atau cuci tangan yang tidak benar, ternyata dapat menyebabkan penularan penyakit, terutama penyakit yang ditularkan melalui air danlingkungan (Maryunani, 2013).

(2)

2 Telapak tangan merupakan bagian tubuh yang

paling sering kontak dengan dunia luar dan digunakan sehari-hari untuk melakukan aktivitas. Hal ini sangat memudahkan terjadinya kontak dengan bakteri ke objek lain. Mahasiswa yang aktif di kampus memiliki faktor resiko terkontaminasi oleh bakteri karena aktivitas sehari-hari mahasiswa yang padat seperti praktikum, penelitian dan lain-lain. Oleh karena itu,perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui kepadatan bakteri yang ada pada telapak tangan mahasiswa sebelum dan setelah mencuci tangan.Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan antara jumlah koloni bakteri pada telapak tangandengan perilaku mencuci tangan pada mahasiswa dan untuk mengetahui perbedaan antara jumlah koloni bakteri sebelum dan setelah mencuci tangan dengan sabun.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan sampel bakteri dari tangan mahasiswa dilakukan di Jurusan “X” yang ada di Universitas Tanjungpura Pontianak. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2016. Perhitungan jumlah koloni bakteri dilakukan di Laboratorium Terpadu Politeknik Kesehatan, Kementerian Kesehatan Pontianak.

Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah akuades, air keran, NaCl 0,9% steril, media Nutrient Agar (NA) dan sabun merek dettol (standar WHO yang mengandung Triclosan 5-chloro-2-(2,4-dichlorophenoxyl) phenol 5%).

Cara Kerja

Sterilisasi Alat

Swab lidi kapas dan cawan petri disiapkan dan

dibungkus dengan kertas. Swab dan cawan petri dimasukkan ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 1800C

.

Pembuatan Media

Kristal Natrium Klorida (NaCl) 0,9 gram ditimbang dan dimasukkan ke dalam erlenmeyer. Akuades ditambahkan sebanyak 100 ml dan dilarutkan hingga homogen. Larutan NaCl 0,9% dimasukan dalam 5 tabung reaksi sebanyak 5 ml dan ditutup rapat menggunakan kapas. Tabung reaksi diberi label dengan angka 10-1,10-2, 10-3, 10 -4, 10-5.

Nutrient Agar (NA) ditimbang dan dimasukan

kedalam erlenmeyer sebanyak 13 gram. Akuades ditambahkan menggunakan gelas ukur sebanyak 1 liter. Larutan dipanaskan pada suhu 800C dalam

penangas air sampai homogen. Medium NA

disterilkan menggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C dan diusahakan media tetap

keadaan cair (>450C) sebelum sampel dimasukkan.

Pengambilan

Sampel

Sampel adalah sebagian atau keseluruhan dari anggota populasi yang dipilih untuk diteliti. Sampel yang digunakan adalah mahasiswa angkatan 2011 Jurusan “X” di Universitas Tanjungpura, Pontianak. Total sampel yang digunakan berjumlah 35 mahasiwa. Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan menggunakan rumus Slovin (Lemesow et al., 1990).

n = N

1 + 𝑁 ∗ 𝛼2

Keterangan:

n : Jumlah sampel

N : Jumlah populasi mahasiswa angkatan 2011 di salah satu jurusan di Universitas Tanjungpura Pontianak

α : Batas toleransi kesalahan (error

tolerance) (α = 0,1)

n = 54

1 + 54 ∗ 0,12 n = 35,0

Jadi, sampel yang diambil sebanyak 35 mahasiswa. Pengambilan sampel menggunakan metode random sampling dengan kriteria sebagai berikut:

1. Mahasiswa angkatan 2011 yang masih aktif. 2. Bersedia menjadi responden.

Cara Pengambilan Sampel Bakteri di Telapak Tangan Mahasiswa

Pengambilan sampel diambil pada saat sebelum dan setelah mencuci tangan dengan sabun. Sebelum dilakukan pengambilan sampel, mahasiswa harus diajarkan terlebih dahulu cara mencuci tangan yang baik sesuai standar WHO.Cara pengambilan sampel menggunakan metode Swab pada telapak tangan dan sela-sela jari tangan mahasiswa (Lennette, 1985). Cawan petri dan Natrium Klorida (NaCl) dibawa ke lokasi penelitian menggunakan box sampel. Swab kapas yang masih terbungkus diambil. Swab kapas disapukan pada bagian tangan serta sela-sela jari tangan mahasiswa. Swab dimasukkan ke dalam tabung yang berisi NaCl 0,9% secara aseptis dan

(3)

3 0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 J um la hK o lo ni B a k ter i (CF U)

Jumlah Mahasiswa (orang)

Gambar 1

.

Grafik Hasil Jumlah Koloni Bakteri Sebelum dan Setelah Mencuci Tangan dengan Sabun

sebelum setelah ditutup rapat. Sampel dimasukan ke dalam box

sampel dan dianalisis di laboratorium

Pemeriksaan Laboratorium.

Isolasi bakteri dilakukan dengan teknik tuang (pour

plate method) sesuai dengan Standart Plate Count Method. Swab kapas diambil dari dalam tabung

NaCl 0,9% secara aseptis. Swab kapas diperas dengan mengulirkan kapas pada dinding tabung hingga tidak ada cairan NaCl yang menetes. Kapas diambil dari tabung reaksi yang bertuliskan label 10-1dan diambil 1ml larutan dari tabung 10-1

bersamaan dengan kapas dimasukkan ke dalam tabung reaksi bertuliskan label 10-2 dan

dihomogenkan. Selanjutnya dilakukan sampai pengenceran 10-5. Larutan 10-5 diambil sebanyak 1

ml lalu dimasukkan kedalam cawan petri, kemudian ditambahkan NA dan dibiarkan sampai membeku, lalu di inkubasikan pada suhu 37°C selama 24 jam di dalam inkubator (Rachmawati &Triyana, 2008).

Perhitungan Jumlah Koloni

Koloni bakteri yang tumbuh setalah 24 jam dihitung dengan cara manual menggunakan alat

colony counter. Menurut Fardiaz (1992), cara

menghitung jumlah koloni bakteri adalah koloni yang menjadi satu merupakan suatu kumpulan koloni yang besar, dapat dihitung sebagai satu koloni dan suatu deretan (rantai) koloni yang terlihat sebagai suatu garis tebal juga dihitung sebagai satu koloni. Menurut Luthfianti, (2008),

jumlah total bakteri normal pada tangan adalah ≤ 1070 CFU/cm2.

Analisis Data

Data yang diperoleh melalui pencatatan hasil perhitungan jumlah koloni bakteri pada masing-masing sampel dianalisis dengan uji statistik. Uji t-berpasangan untuk mengetahui perbedaan jumlah koloni antara sebelum dan setelah mencuci tangan dengan sabun. Uji regresi logistik dan uji deskriptif untuk mengetahui hubungan antara jumlah koloni bakteri pada telapak tangan dengan perilaku mencuci tangan pada mahasiswa (Schefler, 1987). Analisis data dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 2.0.Data yang diperoleh kemudian disajikan dalam bentuk tabel, grafik dan deskripsi

.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Kepadatan Koloni Bakteri Sebelum dan Sesudah Mencuci Tangan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa terjadi penurunan jumlah koloni bakteri pada tangan mahasiswa setelah mencuci tangan dengan sabun. Rata-rata jumlah koloni bakteri sebelum mencuci tangan dengan sabun adalah 1751,3 CFU/cm2 dan setelah mencuci tangan dengan

sabun adalah 905,5 CFU/cm2 (Gambar 1).

.

Penelitian ini menggunakan uji t-test untuk mengetahui hubungan antara jumlah koloni bakteri sebelum dan setelah mencuci tangan pada mahasiswa.Hasil analisis uji t-berpasangan terhadap jumlah koloni bakteri sebelum dan sesudah mencuci tangan menggunakan sabun adalah thitung > ttabel (t11.24661> t1,6909) (p = 0,00 <

0,05). Hasil pengujian menunjukkan bahwa jumlah

koloni bakteri pada telapak tangan mahasiswa setelah mencuci tangan mengalami penurunan signifikan dibandingkan dengan sebelum mencuci tangan dengan sabun. Presentasi penurunan jumlah koloni bakteri pada tangan mahasiswa setelah mencuci tangan dengan sabun berkisar 1,3%-68,8% dengan rata-rata 48,2% (Tabel 1).

(4)

4

Hubungan Perilaku Mencuci Tangan dengan Kepadatan Koloni Bakteri

Penelitian ini menggunakan uji deskriptif berdasarkan perilaku baik dan buruk mahasiswa dalam mencuci tangan, sehingga didapatkan angka valid dalam perilaku mencuci tangan adalah baik sebanyak 40% dan buruk sebanyak 60% (Gambar 2). Hasil persentase tersebut menunjukkan rendahnya mahasiswa yang mempunyai perilaku hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan sehingga mahasiswa dapat dikategorikan buruk dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

Tabel 1. Persentasi Penurunan Jumlah Koloni Bakteri

Setelah Mencuci Tangan dengan sabun

Ket * : Nilai Terendah , ** : Nilai Tertinggi

Gambar 2. Diagram Perilaku MencuciTangan pada Mahasiswa

Hasil kuesioner mahasiswa dihubungkan dengan jumlah koloni bakteri menggunakan uji Regresi

Logistik untuk mengetahui hubungan antara jumlah

koloni bakteri sebelum dan setelah mencuci tangan dengan perilaku mencuci tangan mahasiswa. Berdasarkan hasil uji analisis Regresi Logistik didapatkan hasil yang signifikan yaitu p>0,05 (0,546>0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa

terdapat hubungan antara jumlah koloni bakteri dengan perilaku mencuci tangan pada mahasiswa.

Hasil kuesioner Tabel 2 menunjukkan bahwa kesadaran diri terhadap perilaku hidup bersih dan sehat mahasiswa cukup tinggi, namun sebagian besar mahasiswa mempunyai pengetahuan tentang perilaku mencuci tangan yang rendah Tabel 3.

Tabel 4 menunjukkan hasil bahwa kondisi lingkungan yang ada di kampus kurang memadai untuk mendukung perilaku mencuci tangan yang baik seperti kurang tersedianya tempat untuk mencuci tangan terutama di kantin sehingga akan mempengaruhi perilaku mahasiswa khususnya dalam hal mencuci tangan dengan sabun.

Tabel 2.Hasil Kuesioner Berdasarkan Kesadaran Diri Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat pada mahasiswa

No Kuesioner %

1 Mahasiswa mencuci tangan setelah buang

air besar dan kecil

80

2 Mahasiswa mencuci tangan setelah

beraktivitas diluar rumah

71 No Kode Sampel Persentasi Penurunan JumlahKoloni Bakteri (%) 1 34 44,6 2 28 36,2 3 6 47,7 4 39 55,9 5 18 64,7 6 20 56,8 7 14 43,0 8 46 64,5 9 5 51,7 10 49 39,1 11 19 64,0 12 24 56,3 13 29 49,2 14 35 50,8 15 33 65,8** 16 1 23,8 17 4 31,6 18 12 36,7 19 47 49,9 20 51 7,90 21 3 32,3 22 9 22,8 23 13 8,40 24 23 56,7 25 38 61,8 26 42 43,9 27 50 47,6 28 52 1,30* 29 53 59,3 30 4 31,6 31 7 50,0 32 8 35,6 33 25 56,8 34 32 55,2 35 43 61,7 Rata-rata 48,2

(5)

5 Tabel 3.Hasil Kuesioner Berdasarkan Pengetahuan

Tentang Perilaku Mencuci Tangan pada Mahasiswa

No Kuesioner %

1 Mahasiswa yang tahu cara mencuci tangan

dengan benar berdasarkan WHO

20

2 Mahasiswa menggunakan air mengalir

untuk mencuci tangan

54

3 Sumber air yang digunakan mahasiswa

untuk mencuci tangan berupa air mengalir 54

4 Mahasiswa mencuci tangan sebelum

makan

43

5 Mahaiswa mencuci tangan dengan sabun 14

Tabel 4.Hasil Kuesioner Berdasarkan Perilaku Mahasiswa di Hubungkan Dengan Kondisi Lingkungan di Kampus

No Kuesioner %

1 Mahasiswa yang sering makan di kantin

kampus

49

2 Ketersediaan tempat untuk mencuci tangan

di kantin

14

3 Mahasiswa yang menderita penyakit

infeksi saluran pencernaan seperti diare dan lain-lain

94

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 1 danTabel 1)terjadi penurunan jumlah koloni bakteri setelah mencuci tangan dengan sabun. Namun masih terdapat koloni bakteri pada telapak tangan mahasiswa walaupun sudah dicuci dengan sabun, hal ini dikarenakan masih terdapat bakteri normal yang sulit lepas dari kulit. Menurut Jawetz et al. (2005) lapisan lemak dan jaringan kulit yang mengeras membuat bakteri normal sulit dihilangkan dari kulit meskipun dengan sabun. Sabun hanya membantu mengurangi jumlah koloni bakteri, pelepasan kulit mati dan kotoran yang menempel pada kulit. Bakteri normal biasanya melekat pada folikel rambut dan kelenjar keringat. Menurut Purwanto (1999), bakteri dapat masuk ke kulit ketika pori-pori kulit mengeluarkan minyak yang berlebihan, menyebabkan pori-pori kulit terbuka lebar sehingga bakteri dapat masuk dan melekat di folikel rambut dan kelenjar keringat. Begitu pula halnya bakteri normal pada telapak tangan biasanya melekat di jaringan kulit mati dan mengeras yang mengakibatkan bakteri mudah masuk melewati celah-celah telapak tangan. Bakteri normal bisanya suka hidup dikulit tangan manusia karena telapak tangan merupakan bagian tubuh yang sering kontak dengan lingkungan luar dan digunakan sehari-hari untuk melakukan aktivitas. Hal ini didukung kondisi lingkungan yang buruk serta perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang baik.

Hasil penelitian menunjukan bahwa jumlah koloni bakteri pada tangan berkurang setelah mencuci tangan dengan menggunakan sabun merek Dettol. Menurut Jawetz et al. (2005) Kandungan dari sabun ini yang banyak mengandung senyawa anti bakteri yaitu fenol yang dapat mengganggu proses metabolisme dan merusak membran plasma bakteri, sehingga dapat membunuh bakteri patogen. Menurut Depkes (2009) cuci tangan menggunakan sabun adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan tangandanjari jemari menggunakan air dan sabun agar bersih sehingga dapat memutuskan mata rantai perkembangan bakteri. Mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dikarenakan tangan seringkali menjadi agen yang membawa bakteri sumber penyakit dan bisa menyebabkan berpindah dari satu orang ke orang lain, baik kontak langsung (seperti berjabat tangan, atau sentuhan kulit) maupun tidak langsung (menggunakan permukaan-permukaan lain seperti gelas, sendok, meja atau peralatan makan lainnya).

Banyaknya jumlah bakteri di tangan dapat juga dipengaruhi waktu yang tidak pasti kapan terakhir mencuci tangan sehingga diduga jumlah bakteri telah banyak jumlahnya sebelum mencuci tangan karena sudah terkontaminasi dengan berbagai sumber kontaminan. Mencuci tangan sangat dianjurkan menggunakan sabun sesuai standar Kementerian Kesehatan (Depkes, 2009), yaitu dengan cara menggosok-gosok kedua tangan meliputi seluruh permukaan tangan dan mencucinya dengan air mengalir serta

mengeringkannya secara keseluruhan

menggunakan tisu sekali pakai. Sering mencuci tangan dengan baik adalah kunci untuk mencegah kontaminasi bakteri penyebab diare dan menghilangkan partikel kotoran pada tangan. Winarno et al. (2012) menyatakan bahwa partikel kotoran dapat dihilangkan dengan campuran antara air dan sabun mencuci tangan sebaiknya menggunakan air mengalir dan bersih agar dapat menghilangkan bakteri yang melekat di tangan sehingga bakteri akan ikut terbawa air.

Berdasarkan data kuesioner dari 35 mahasiswa pada Tabel 2 tentang kesadaran diri mahasiswa terhadap perilaku hidup bersih dan sehat menunjukkan bahwa 80% mahasiswa mencuci tangan setelah buang air besar dan kecil serta 71% mahasiswa mencuci tangan setelah beraktivitas di luar rumah. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa lebih sering mencuci tangan hanya saat setelah “BAB” (Buang Air Besar dan Kecil),

(6)

6 namun masih jarang melakukan cuci tangan

sebelum makan dan setelah beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.

Hasil kuesioner pada Tabel 3 berdasarkan pengetahuan tentang perilaku mencuci tangan sebanyak 20% mahasiswa yang tahu cara mencuci tangan dengan benar. Perilaku ini dapat dikategorikan sangat rendah. Rendahnya pengetahuan ini disebabkan karena kurangnya kesadaran mahasiswa terhadap kebersihan dalam mencuci tangan. Ini terlihat bahwa rata-rata jumlah koloni bakteri sebelum mencuci tangan dengan sabun di atas batas normal yaitu sebesar 1751,3 CFU/cm2. Salah satu cara untuk meningkatkan

kesadaran akan kebersihan adalah dengan mendukung program pendidikan kesehatan dikalangan mahasiswa. Adanya program ini mahasiswa mendapatkan berbagai macam pengetahuan tentang perilaku hidup bersih dan

sehat sehingga dapat meningkatkan

kemampuannya untuk memelihara kesehatan khususnya cuci tangan pakai sabun dengan benar sesuai standar WHO melalui berbagai stimulus dan dukungan yang telah diberikan. Perubahan perilaku belajar bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula perubahan dalam sikap dan keterampilannya (Kusbiantoro, 2015).

Hasil kuesioner pada Tabel 4 tentang kondisi lingkungan kampus diperoleh 49 % mahasiswa beraktivitas di kantin untuk makan dan minum. Selain itu, ketersediaan fasilitas untuk mencuci tangan seperti ketersediaan air bersih untuk mencuci tangan masih belum memadai. Berdasarkan hasil respoden (Tabel 4), hanya54% saja tersedianya air bersih dan tempat mengambil air untuk mencuci tangan di kantin. Kurangnya ketersediaan tempat untuk mencuci tangan dikantin dapat menyebabkan mahasiswa menjadi jarang mencuci tangan dan hanya menggunakan tisu untuk

membersihkan tangan sehingga dapat

menyebabkan mahasiswa menderita penyakit infeksi saluran pencernaan seperti diare. Sebanyak 94% mahasiswa menderita penyakit infeksi saluran pencernaan (Tabel 4). Hasil data kuesioner tersebut menunjukkan bahwa perilaku mahasiswa mencuci tangan dengan sabun kurang baik, hal ini dikarenakan berbagai faktor di antaranya pengetahuan dan perilaku mahasiswa dalam mencuci tangan yang benar masih tergolong sangat rendah.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara jumlah koloni bakteri dengan perilaku mencuci tangan pada mahasiswa dan

terjadi penurunan hasil jumlah koloni bakteri pada telapak tangan mahasiswa setelah mencuci tangan dengan sabun terjadi penurunan.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI (Depkes), 2009, Panduan

Penyelenggaraan Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS), Departemen Kesehatan

RI, Jakarta

Fardiaz, S, 1992, Analisis Mikrobiologi Pangan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Jawetz, EJ, Melnic, JL & Adelberg, EA, 2005,

Mikrobiologi Kedokteran EGC, Jakarta

Kusbiantoro, D, 2015, ‘Pemberian Health Education Meningkatkan Kemampuan Mencuci Tangan Pada Anak Prasekolah’, SURYA, vol. 07, no. 02, hal. 7-12

Lemesow, S, Hosmer, DW, Klar, J, & Lwanga, KS, 1990, Besar Sampel dalam Penelitian

Kesehatan, Gadjah Mada University, Press,

Yogyakarta

Lennette, EH, 1985, Manual of Clinical Microbiology, American Society for Microbiology Association Publ, Washington

Luby, SP, Agboatwalla, M, Bowen, A,Kenah, E, Sharker, Y & Hoekstra, RM, 2009, ‘Difficulties in Maintaining Improved Handwashing Behavior, Karachi, Pakistan,

Am. J. Trop. Med.Hyg, vol. 81, no. 1, hal.

140–145

Luthfianti, 2008, Faktor-faktor yang berhubungan

dengan perilaku mencuci tangan memakai sabun pada siswa-siswi di MI Al Istiqomah dan SDN Kedaung Wetan Baru 2 Kedaung Wetan, Kota Tangerang,Skripsi, Universitas

Indonesia, Jakarta

Maryunani, A, 2013, Perilaku hidup sehat untuk

mahasiswa dan petugas kesehatan,Trans Info

Media, Jakarta

Nasrul, F, 2011,Hubungan tingkat Pengetahuan

Sehat-Sakit dengan Sikap Mahasiswa Tentang Hidup Bersih dan Sehat, Jurnal, Universitas

Muhamadyah, Surakarta

Potter & Perry, 2005,Buku Ajar Fundamental

Keperawatan, Konsep, Proses & Praktek,

Edisi. 4, Vol. 1, EGC, Jakarta

Purwanto, H, 1999, Pengantar Perilaku Manusia, EGC, Jakarta

Rachmawati, FJ, & Triyana, SY, 2008, Perbandingan

Angka Bakteri Pada Cuci Tangan Dengan Beberapa Bahan Sebagai Standarisasi Kerjadi Laboratorium Mikrobiologi, Skripsi,

Fakultas Kedokteran Universitas Islam Indonesia

(7)

7 Rosyidah, AN, 2014, Hubungan Perilaku Cuci Tangan

Terhadap Kejadian Diare pada Siswa di Sekolah Dasar Negeri Ciputat 02, Skripsi,

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

Schefler, 1987, Statistika untuk biologi, farmasi, kedokteran dan ilmu yang bertautan, Terbitan kedua diterjemahkan Suroso, ITB Bandung, Bandung

Sina, SS, Lerik, MDC & Limbu, R, 2010, ‘Sikap Terhadap Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Mahasiswa Stikes Citra Husada Mandiri Kupang Tahun 2010,’ MKM, vol. 05, no. 01, vol. 28-32

World Health Organitation (WHO), 2009, WHO guidelines on hand hygiene in health care

first global patient safety challenge,

Switzerland, Global Health Risks

Winarno, W, Dani & Hidayat, M, 2012,Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pekerja Rumah Makandi Kota Bandung Tentang Cuci Tangan Versi WHO Terkini 2012diakses 16

september 2016,

Gambar

Gambar 1 .  Grafik Hasil Jumlah Koloni Bakteri Sebelum dan Setelah    Mencuci Tangan dengan Sabun
Tabel 1. Persentasi Penurunan  Jumlah Koloni Bakteri

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari tugas akhir ini adalah menyelesaikan permasalahan di Toko AF yaitu manajemen transaksi jual beli dan manajemen gudang dengan membuat aplikasi yang bisa

1. Evaluasi yang dilakukan terhadap ke tiga gedung di bandara Fatmawati menunjukkan bahwa, gedung terminal utama dan ATC saja yang layak untuk mendapat

8) Chloride , kandungan chloride yang tinggi didalam sistem dapat menyebabkan terjadinya korosi di material carbon steel (pada material SS dengan temperatur skin &gt; 100

Penyusunan Renja Perubahan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Kabupaten Bantul mengacu pada Rancangan Awal RKPD

BIC merupakan salah satu cara untuk bisa membentuk koordinasi antar tiga lembaga yaitu pemerintah, universitas, dan industri yang nantinya bisa memberikan nilai tambah

Berdasarkan data yang diperoleh, ditunjukkan bahwa nilai absorbansi dari serat kapuk native pada bilangan gelombang tersebut mengalami penurunan setelah serat kapuk melalui

muslupaa marraskuussa 2014 ja sain tutkimusluvan joulukuussa 2014. Aloitin aineiston- keruun Duurissa joulukuussa 2014 ja tiedonkeruun lopetin helmikuussa 2015. Olin sopi- nut

Topik yang akan dibahas meliputi evaluasi Sistem Informasi Persediaan Barang Jadi pada PT TUWBI; Pengendalian terhadap prosedur dan pelaksanaan sistem informasi yang terfokus pada dua