Skripsi
Oleh
HADYAN AHMAD NIM : 109091000065
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M / 1438 H
ii
PENENTUAN KELAYAKAN PENERIMA SEDEKAH MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY METODE
TSUKAMOTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S.Kom) Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh
HADYAN AHMAD NIM : 109091000065
PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2017 M / 1438 H
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PENENTUAN KELAYAKAN PENERIMA SEDEKAH MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY METODE TSUKAMOTO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S.Kom) Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Oleh
HADYAN AHMAD NIM : 109091000065
Menyetujui, Pembimbing I
Anif Hanifa Setyaningrum, M.Si NIDN. 0728020340389997
Pembimbing II
Siti Ummi Masruroh, M.Sc NIP. 19820823 201101 2 013
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Informatika
Arini, MT
NIP. 19760131 200901 2 001
iv
PENGESAHAN UJIAN
Skripsi yang berjudul “Penentuan Kelayakan Penerima Sedekah Menggunakan Logika Fuzzy Metode Tsukamoto” disusun oleh Hadyan Ahmad, NIM 109091000065 telah diujikan dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Kamis, 22 Desember 2016. Skripsi ini telah diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Teknik Informatika.
Menyetujui, Penguji I
Ria Hari Gusmita, M.Kom NIP. 19820817 200912 2 002
Penguji II
Dewi Khairani, M.Sc NIP. 19820522 201101 2 009 Pembimbing I
Anif Hanifa Setyaningrum, M.Si NIDN. 0728020340389997
Pembimbing II
Siti Ummi Masruroh, M.Sc NIP. 19820823 201101 2 013
Mengetahui, Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi
DR. Agus Salim, M.Si NIP. 19720816 199903 1 003
Ketua
Program Studi Teknik Informatika
Arini, MT
NIP. 19760131 200901 2 001
v
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR- BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH SAYA AJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAUPUN LEMBAGA MANAPUN.
Jakarta, Desember 2016
HadyanAhmad NIM. 109091000065
vi
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : Hadyan Ahmad NIM : 109091000065 Program Studi : Teknik Informatika
Fakultas : Fakultas Sains dan Teknologi Jenis Karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-Exclussive Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
Penentuan Kelayakan Penerima Sedekah Menggunakan Logika Fuzzy Metode Tsukamoto
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencamtumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Jakarta
Pada Tanggal : 22 Desember 2016
Hadyan Ahmad
vii ABSTRAK
Hadyan Ahmad (109091000065) ”Penentuan Kelayakan Penerima Sedekah Menggunakan Logika Fuzzy Metode Tsukamoto”, dibawah bimbingan Anif Hanifa Setianingrum, M.Si dan Siti Ummi Masruroh, M.Sc.
Penyaluran sedekah yang ideal adalah sedekah yang sampai kepada orang yang layak menerimanya. Beberapa kriteria yang menjadi pertimbangan kelayakan penerima sedekah adalah jumlah tanggungan, kualitas tempat tinggal, jumlah pendapatan perbulan, dan attitude (sikap). Griya Yatim & Dhuafa selaku lembaga penyalur sedekah yang dipercaya masyarakat untuk menyalurkan sedekah, melakukan rapat internal untuk menentukan kelayakan penerima sedekah dengan menganalisa data-data calon penerima sedekah yang didapat dari surveyor yang melakukan survey secara langsung terhadap penerima sedekah. Penilaian surveyor terhadap keadaan penerima sedekah bisa berbeda dengan surveyor yang lain.
Penentuan kelayakan dalam rapat internal ditentukan oleh pendapat dengan argumentasi terkuat. Proses penentuan kelayakan tersebut memiliki kecenderungan subjektif. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengusulkan penentuan kelayakan penerima sedekah menggunakan logika fuzzy Tsukamoto untuk meminimalisir kecenderungan subjektifitas dalam penentuan kelayakan penerima sedekah. Logika fuzzy metode Tsukamoto merupakan salah satu dasar perhitungan yang mampu mengakomodir berbagai input, termasuk input yang bersifat subjektif. Tahapan-tahapan dari logika fuzzy metode Tsukamoto adalah fuzzyfikasi, pembentukan basis pengetahuan fuzzy, mesin inferensi, dan defuzzyfikasi. Penelitian ini menggunakan dua jenis metode, yaitu metode pengumpulan data dan metode pegembangan sistem. Metode pengumpulan data terdiri dari studi pustaka dan wawancara. Sedangkan metode pengembangan sistem yang digunakan adalah metode RAD (Rapid Application Development). Bahasa pemrograman yang digunakan adalah Java dan MySQL sebagai database-nya. Hasil dari penelitian ini adalah sebuah aplikasi yang dapat digunakan oleh lembaga penyalur sedekah untuk menentukan kelayakan penerima sedekah. Berdasarkan hasil pengujian, aplikasi penentuan kelayakan dengan logika fuzzy metode Tsukamoto memiliki kelemahan dalam mengatasi subjektifitas. Hal ini ditandai dengan terdapat 3 data yang nilai kelayakannya dinilai tidak tepat berdasarkan penilaian Griya Yatim & Dhuafa, namun penggunaan aplikasi kelayakan menghemat waktu proses penentuan kelayakan hingga 80%.
Kata Kunci: Penerima Sedekah, Fuzzy Metode Tsukamoto, Sistem Penunjang Keputusan (SPK), RAD (Rapid Application Development), Java
Daftar Pustaka: 26 (2002-2016)
Jumlah Halaman: VI Bab + 161 Halaman + xx Halaman + 36 Tabel + 53 Gambar + Daftar Pustaka + Lampiran
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
Shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan ajaran Agama Islam dan membawa manusia dari kegelapan jahiliyah kepada cahaya keimanan yang memberikan kita ketenangan dan kemudahan dalam menjalani hidup ini.
Penyusunan skripsi ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Program Studi Teknik Informatika yang berjudul “Penentuan Kelayakan Penerima Sedekah Menggunakan Logika Fuzzy Metode Tsukamoto”.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai segi moral dan material dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi.
2. Ibu Arini, MT selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika dan Bapak Feri Fehrianto M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Teknik Informatika.
3. Ibu Anif Hanifa Setyaningrum, M.Si selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Siti Ummi Masruroh, M.Sc selaku Dosen Pembimbing II Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakrta yang secara bijaksana dan kooperatif memberikan bimbingan, bantuan, dan dukungan baik secara
ix
moral maupun teknis dan telah memberikan semangat, dukungan, dan motivasi selama melakukan penelitian ini.
4. Ibu Ria Hari Gusmita, M.Kom selaku Penguji I dan Ibu Dewi Khairani, M.Sc selaku Penguji II, yang memberikan kritik, masukan, dan saran kepada penulis dalam sidang munaqosyah.
5. Bapak Nasrullah selaku Manajer HRM Griya Yatim dan Dhuafa (GYD) atas kesediannya untuk memberikan informasi mengenai pelaksanaan penentuan kelayakan penerima sedekah sehingga penelitian ini bisa diselesaikan dengan baik.
6. Keluarga penulis, Abi Gandung Supriyono, Ummi Nur Faizah serta adik- adik penulis, Hibban Basysyar, Marsa Fat Hanallah, dan Ajrina Salsabila yang telah memberikan doa, semangat, dukungan, dan motivasi dalam setiap langkah penulis.
7. Teman-teman baik penulis, Fahmy Ardiman, Ardo Zulfitrian, Ariani Indrawati, Dwinda Faradita, serta teman-teman TIB, TI 2009, UKM Bahasa-FLAT, dan Kelompok KKN 70 CY.COM atas dukungan, bantuan, dan do‟anya.
8. Sahabat-sahabat penulis, Hadha Muflikhun, Ardinur, Pandjie Pasha, serta sahabat Gema Shubuh dan Soul Foundation atas motivasinya kepada penulis.
9. Teman-teman penulis, Fahmi Afriyadi, Windi Sarastika, Yusri Nur Fadhillah, Uswatun Hasanah, teman-teman Kumon Merpati Residence, Komunitas One Day One Juz (ODOJ), ODOJ DPA Tangerang Selatan,
x
Muda Berdakwah, dan Muslim Berbagi yang berkenan berbagi pengalaman yang berharga kepada penulis.
10. Bapak Faiz Rohman S.Si, Sarifudin, S.Pd, Jajang Jaenudin, PPKT MA- KK 2017, serta Dewan Guru dan para siswa kelas Madrasah Aliyah Khazanah Kebajikan.
11. Dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung membantu penulis selama penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis juga memohon maaf yang sebenar-benarnya dan menyadari bahwa skripsi ini belumlah sempurna, maka penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan pihak lain untuk penulisan karya ilmiah dalam jenjang selanjutnya yang lebih baik.
Akhir kata penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi lembaga penyalur sedekah sehingga sedekah tersalurkan kepada penerima yang tepat, dan umumnya bagi umat Islam. Aamiin Allahumma aamiin.
Jakarta, Desember 2016
Hadyan Ahmad NIM. 109091000065
xi DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
PENGESAHAN UJIAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR SIMBOL ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 3
1.3. Batasan Masalah ... 3
1.4. Tujuan Penelitian ... 4
1.5. Manfaat Penelitian ... 5
1.6. Metode Penelitian ... 5
1.6.1 Metode Pengumpulan Data ... 5
1.6.2 Metode Pengembangan Perangkat Lunak ... 6
1.6.3 Metode Pengujian... 6
1.7. Sistematika Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORI ... 8
2.1 Sedekah ... 8
2.2 Sistem Pendukung Keputusan ... 9
2.3 Konsep Logika Fuzzy ... 10
2.3.1 Pengertian Logika Fuzzy... 10
2.3.2 Himpunan Fuzzy ... 12
2.3.3 Fungsi Keanggotaan ... 14
2.3.4 Operator Dasar Zadeh untuk Operasi Himpunan Fuzzy ... 15
2.3.5 Penalaran Monoton ... 16
xii
2.3.6 Sistem Inferensi Fuzzy ... 16
2.3.7 Sistem Inferensi Fuzzy Metode Tsukamoto ... 17
2.4 Metodologi Penelitian ... 18
2.4.1 Metode Pengumpulan Data ... 18
2.4.2 Metode Pengembangan Perangkat Lunak ... 20
2.5 RAD (Rapid Application Development) ... 20
2.5.1 Pengertian RAD (Rapid Application Development) ... 20
2.5.2 Tahapan Model Proses RAD ... 22
2.6 UML (Unified Modelling System) ... 23
2.6.1 Pengertian UML ... 23
2.6.2 Diagram-diagram UML ... 24
2.7 Basis Data ... 29
2.7.1 Konsep Basis Data ... 29
2.8 Java ... 32
2.9 Pengujian Perangkat Lunak ... 33
2.9.1 Pengujian Metode Black Box ... 33
2.10 Penelitian Sejenis ... 35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 39
3.1 Metode Pengumpulan Data ... 39
3.1.1 Studi Pustaka ... 39
3.1.2 Wawancara ... 40
3.2 Metode Pengembangan Perangkat Lunak... 40
3.2.1 Perencanaan Syarat-syarat ... 40
3.2.2 Workshop Desain ... 42
3.2.3 Implementasi ... 44
3.3 Kerangka Berfikir ... 45
BAB IV ANALISIS, PERANCANGAN SISTEM, IMPLEMENTASI, DAN PENGUJIAN SISTEM ... 46
4.1 Perencanaan Syarat-syarat ... 46
4.1.1 Profil Griya Yatim & Dhuafa ... 46
4.1.2 Analisis Sistem ... 50
4.1.3 Pengajuan Sistem Usulan ... 54
4.2 Workshop Desain ... 56
4.2.1 Perancangan Logika Fuzzy ... 56
xiii
4.2.2 Perancangan Use Case ... 81
4.2.3 Perancangan Activity Diagram ... 89
4.2.4 Perancangan Sequence Diagram ... 98
4.2.5 Perancangan Class Diagram ... 106
4.2.6 Perancangan Database ... 107
4.2.7 Perancangan Antarmuka Aplikasi ... 109
4.2.8 Pengkodean ... 116
4.3 Implementasi ... 127
4.3.1 Pengujian Aplikasi ... 128
4.3.2 Penyerahan Sistem ... 128
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 129
5.1 Hasil Tampilan Antarmuka ... 129
5.1.1 Antarmuka Menu Home ... 129
5.1.2 Antarmuka Menu Utama ... 129
5.1.3 Antarmuka Menu Domain... 131
5.1.4 Antarmuka Menu About ... 133
5.2 Hasil Pengujian Aplikasi ... 134
5.2.1 Pengujian Fungsional (Functional Testing) ... 135
5.2.2 Pengujian Skenario (Scenario Testing) ... 139
5.2.3 Pengujian Kelayakan Pengguna (User Acceptance Testing) ... 140
5.3 Hasil Perhitungan Kelayakan Mustahiq ... 154
BAB VI PENUTUP ... 159
6.1 Kesimpulan ... 159
6.2 Saran ... 160
DAFTAR PUSTAKA ... 162
LAMPIRAN ... 165
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Studi Literatur Sejenis ... 35
Tabel 2.2 Tabel Perbandingan Input, Proses dan Output ... 36
Tabel 4.1 Tabel Pembentukan Aturan Fuzzy ... 59
Tabel 4.2 Tabel Identifikasi Aktor ... 81
Tabel 4.3 Tabel Identifikasi Kebutuhan Use Case ... 81
Tabel 4.4 Use Case Scenario Mengelola Data Mustahiq... 84
Tabel 4.5 Use Case Scenario Menentukan Domain Tanggungan ... 85
Tabel 4.6 Use Case Scenario Menentukan Domain Tempat Tinggal ... 85
Tabel 4.7 Use Case Scenario Menentukan Domain Pendapatan ... 86
Tabel 4.8 Use Case Scenario Menentukan Domain Attitude ... 87
Tabel 4.9 Use Case Scenario Menentukan Domain Kelayakan Sedekah ... 87
Tabel 4.10 Use Case Scenario Melihat Perhitungan... 88
Tabel 4.11 Use Case Scenario Melihat Kelayakan Mustahiq ... 88
Tabel 4.12 Use Case Scenario Melihat Laporan Kelayakan Mustahiq ... 89
Tabel 4.13 Daftar Nama Tabel ... 107
Tabel 4.14 Rincian Tabel Mustahiq ... 108
Tabel 4.15 Rincian Tabel Variabel Fuzzy ... 108
Tabel 4.16 Rincian Tabel Derajat Fuzzy ... 108
Tabel 5.1 Pengujian Fungsional Pada Menu Home ... 135
Tabel 5.2 Pengujian Fungsional Pada Menu Mustahiq ... 135
Tabel 5.3 Pengujian Fungsional Pada Menu Hitung ... 136
Tabel 5.4 Pengujian Fungsional Pada Menu Kelayakan ... 136
Tabel 5.5 Pengujian Fungsional Pada Menu Domain Tanggungan ... 137
Tabel 5.6 Pengujian Fungsional Pada Menu Domain Tempat Tinggal ... 137
Tabel 5.7 Pengujian Fungsional Pada Menu Domain Pendapatan ... 138
Tabel 5.8 Pengujian Fungsional Pada Menu Domain Attitude ... 138
Tabel 5.9 Pengujian Fungsional Pada Menu Domain Kelayakan Sedekah 138 Tabel 5.10 Pengujian Fungsional Pada Menu Tentang Aplikasi ... 139
Tabel 5.11 Pengujian Fungsional Pada Menu Student ... 139
Tabel 5.12 Pengujian Skenario... 139
Tabel 5.13 Pengujian Kelayakan Pengguna ... 140
xv
Tabel 5.14 Hasil Rapat Penentuan Kelayakan ... 154
Tabel 5.15 Hasil Perhitungan Menggunakan Aplikasi ... 155
Tabel 6.1 Hasil Perhitungan α-predikat dan zi dari Tiap-tiap Aturan ... 223
Tabel 6.2 Hasil Perhitungan Kelayakan Penerima Sedekah ... 224
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Pemetaan Input-Output (Galley, 2000 dalam Kusumadewi
dan Hari, 2010:2) ... 11
Gambar 2.2 Workflow perancangan model RAD... 22
Gambar 3.1 Kerangka Berfikir... 45
Gambar 4.1 Rich Picture Alur Sistem Berjalan ... 51
Gambar 4.2 Rich Picture Alur Sistem yang Diusulkan ... 54
Gambar 4.3 Alur Logika Fuzzy Tsukamoto dalam Penentuan Kelayakan Penerima Sedekah ... 80
Gambar 4.4 Use Case Diagram Aplikasi Penentu Kelayakan Penerima Sedekah ... 83
Gambar 4.5 Activity Diagram Mengelola Data Mustahiq ... 90
Gambar 4.6 Activity Diagram Menentukan Domain Tanggungan ... 92
Gambar 4.7 Activity Diagram Menentukan Domain Tempat Tinggal... 93
Gambar 4.8 Activity Diagram Menentukan Domain Pendapatan ... 94
Gambar 4.9 Activity Diagram Menentukan Domain Attitude... 95
Gambar 4.10 Activity Diagram Menentukan Domain Kelayakan Sedekah... 95
Gambar 4.11 Activity Diagram Melihat Perhitungan ... 96
Gambar 4.12 Activity Diagram Melihat Kelayakan Mustahiq ... 97
Gambar 4.13 Activity Diagram Melihat Laporan Kekayaan Mustahiq ... 98
Gambar 4.14 Sequence Diagram Mengelola Data Mustahiq ... 99
Gambar 4.15 Sequence Diagram Menentukan Domain Tanggungan ... 100
Gambar 4.16 Sequence Diagram Menentukan Domain Tempat Tinggal ... 101
Gambar 4.17 Sequence Diagram Menentukan Domain Pendapatan ... 102
Gambar 4.18 Sequence Diagram Menentukan Domain Attitude ... 103
Gambar 4.19 Sequence Diagram Menentukan Domain Kelayakan Sedekah ... 104
Gambar 4.20 Sequence Diagram Melihat Perhitungan ... 104
Gambar 4.21 Sequence Diagram Melihat Kelayakan Mustahiq ... 105
Gambar 4.22 Sequence Diagram Melihat Laporan Kelayakan Mustahiq ... 106
Gambar 4.23 Class Diagram Aplikasi Penentu Kelayakan Penerima Sedekah 107 Gambar 4.24 Relasi Tabel pada Basis Data Aplikasi Penentu Kelayakan Penerima Sedekah ... 109
xvii
Gambar 4.25 Hirarki Antarmuka Aplikasi Penentu Kelayakan Penerima Sedekah
... 110
Gambar 4.26 Perancangan Antarmuka Menu Home ... 111
Gambar 4.27 Perancangan Antarmuka Menu Mustahiq ... 111
Gambar 4.28 Perancangan Antarmuka Menu Hitung ... 112
Gambar 4.29 Perancangan Antarmuka Menu Kelayakan ... 112
Gambar 4.30 Perancangan Antarmuka Menu Domain Tanggungan ... 113
Gambar 4.31 Perancangan Antarmuka Menu Domain Tempat Tinggal ... 113
Gambar 4.32 Perancangan Antarmuka Menu Domain Pendapatan ... 114
Gambar 4.33 Perancangan Antarmuka Menu Domain Attitude ... 114
Gambar 4.34 Perancangan Antarmuka Menu Domain Kelayakan Sedekah .... 115
Gambar 4.35 Perancangan Antarmuka Menu Tentang Aplikasi ... 115
Gambar 4.36 Perancangan Antarmuka Menu Student ... 116
Gambar 5.1 Antarmuka Menu Home ... 129
Gambar 5.2 Antarmuka Menu Mustahiq ... 130
Gambar 5.3 Antarmuka Menu Hitung ... 130
Gambar 5.4 Antarmuka Menu Kelayakan ... 131
Gambar 5.5 Antarmuka Menu Domain Tanggungan... 131
Gambar 5.6 Antarmuka Menu Domain Tempat Tinggal ... 132
Gambar 5.7 Antarmuka Menu Domain Pendapatan ... 132
Gambar 5.8 Antarmuka Menu Domain Attitude ... 133
Gambar 5.9 Antarmuka Menu Domain Kelayakan Sedekah ... 133
Gambar 5.10 Antarmuka Menu Tentang Aplikasi ... 134
Gambar 5.11 Antarmuka Menu Student ... 134
Gambar 5.12 Hasil Perhitungan α-predikat Menggunakan Aplikasi ... 156
Gambar 5.13 Hasil Perhitungan z pada tiap Aturan Menggunakan Aplikasi ... 157
Gambar 5.14 Hasil Perhitungan Menggunakan Aplikasi ... 157
xviii
DAFTAR SIMBOL
1. Use Case Diagram
Nama Komponen Simbol Keterangan
Actor Actor adalah pengguna sistem. Actor
tidak terbatas hanya manusia saja, jika sebuah sistem berkomunikasi dengan aplikasi lain dan membutuhkan input atau memberikan output, maka aplikasi
tersebut juga bisa dianggap sebagai actor.
Use Case Use case digambarkan sebagai lingkaran
elips dengan nama use case dituliskan di dalam elips tersebut.
Associations Asosiasi digunakan untuk
menghubungkan actor dengan use case.
Asosiasi digambarkan dengan sebuah garis yang menghubungkan antara Actor dengan Use Case.
Uses Uses digunakan untuk menunjukkan
sebuah use case merupakan bagian dari use case yang lain
Extends Extend digunakan untuk membuat use
case baru dengan menambahkan langkah- langkah pada use case yang sudah ada.
2. Activity Diagram
Nama Komponen Simbol Keterangan
Initial State Initial state merupakan awal dari aktivitas modul sistem aplikasi.
Final State Stop state menunjukkan akhir dari
aktivitas modul sistem aplikasi.
Activity Activity menunjukkan aktivitas yang
dilakukan.garis yang menghubungkan antara Actor dengan Use Case.
Decision Decision menunjukkan aktivitas yang
harus dipilih atau cabang suatu keputusan.
xix
Control Flow Urutan perpindahan suatu aktivitas.
Transition (Fork) Kegiatan yang dilakukan secara parallel.
Transition (Join) Menunjukkan kegiatan yang digabungkan.
3. Sequence Diagram
Nama Komponen Simbol Keterangan
Object Lifeline Menyatakan kehidupan suatu objek.
Actor Orang atau divisi yang terlibat dalam
suatu sistem.
Message Menyatakan arah tujuan antara object
lifeline.
Message (Call) Menyatakan arah kembali dalam 1 object lifeline.
Message (Return) Menyatakan arah kembali antara object lifeline.
Activation Menyatakan objek dalam keadaan aktif
dan berinteraksi.
4. Class Diagram
Nama Komponen Simbol Keterangan
Class Class adalah blok - blok pembangun pada
pemrograman berorientasi obyek. Sebuah class digambarkan sebagai sebuah kotak yang terbagi atas 3 bagian.
xx
Bagian atas adalah bagian nama dari class. Bagian tengah mendefinisikan property/atribut class. Bagian akhir mendefinisikan method-method dari sebuah class.
Association Relasi antar kelas.
1 1.1. Latar Belakang
Sedekah merupakan kewajiban setiap muslim sebagaimana hadist Rasul saw Dari „Adi ibn Hatim dari Nabi saw bersabda: “Barang siapa yang dapat melindungi dirinya dari api neraka, hendaklah ia bersedekah sekalipun hanya dengan sebutir korma. Kalau itu pun tidak ada, maka dengan kata-kata yang baik. (HR. Ahmad). Dari hadist tersebut dapat diketahui bahwa sedekah sangat penting bagi setiap muslim yang mampu bersedekah untuk menghindarkan dari api neraka. Mengetahui orang yang tepat untuk menerimanya merupakan hal yang tidak kalah penting.
Sedekah diberikan kepada orang yang membutuhkan. Diantara orang yang berhak untuk menerima sedekah berdasarkan QS. At-Taubah ayat 60 adalah kaum fakir dan miskin.
Sebagian umat Islam menyalurkan sedekahnya melalui lembaga penyalur sedekah agar sedekah tersalurkan kepada yang berhak menerimanya. Oleh karena itu, lembaga penyalur sedekah seperti Griya Yatim dan Dhuafa melakukan membuat sebuah mekanisme tertentu untuk menentukan kelayakan penerima sedekah.
Untuk mendapatkan data mustahiq yang valid, Griya Yatim dan Dhuafa mengirimkan surveyor untuk melakukan pengamatan secara
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
langsung kepada mustahiq. Data yang didapat oleh surveyor seperti jumlah tanggungan, kualitas tempat tinggal, jumlah pendapatan, dan attitude mustahiq kemudian dianalisa dan didiskusikan di rapat internal Griya Yatim dan Dhuafa. Para peserta rapat mengemukakan pendapatnya dalam menyeleksi mustahiq. Para mustahiq yang terseleksi merupakan hasil dari pendapat peserta rapat dengan argumentasi terkuat.
Proses untuk mendapatkan data mustahiq tersebut memiliki beberapa kelemahan, yakni:
 Penilaian surveyor terhadap keadaan mustahiq memiliki kecenderungan subjektif. Penilaian mengenai kualitas tempat tinggal dan attitude mustahiq bisa berbeda antara satu surveyor yang satu dengan surveyor lain.
 Rapat penentuan kelayakan memiliki kecenderungan subjektif karena
mendasarkan kelayakan mustahiq kepada pendapat dengan argumentasi terkuat. Selain itu, pelaksanaan rapat penentuan kelayakan tentu memerlukan waktu dan tenaga.
Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem untuk meminimalisir subjektifitas dalam penentuan kelayakan penerima sedekah dan agar proses penentuan kelayakan penerima sedekah tersebut menjadi lebih cepat. Sistem yang membantu haruslah memiliki dasar hitungan yang mengikut sertakan faktor-faktor yang mendukung penentuan kelayakan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
penerima sedekah tersebut. Sistem tersebut pun haruslah memiliki dasar hitungan yang baik.
Logika fuzzy metode Tsukamoto merupakan salah satu dasar perhitungan yang mampu mengakomodir berbagai input, termasuk input yang bersifat subjektif. Menurut Cox (dalam Kusuma dan Hari, 2010:2), salah satu alasan penggunaan logika fuzzy adalah logika fuzzy sangat fleksibel, artinya mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan, dan ketidakpastian yang menyertai permasalahan.
Berdasarkan uraian diatas, penulis mengajukan skripsi yang berjudul ” PENENTUAN KELAYAKAN PENERIMA SEDEKAH MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY METODE TSUKAMOTO. ”
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan sebelumnya, maka dapat dirumuskan permasalahan ke dalam beberapa pokok persoalan, yaitu:
1. Apakah logika fuzzy metode Tsukamoto dapat meminimalisir subjektifitas dalam penentuan kelayakan penerima sedekah?
2. Apakah Aplikasi Penentu Kelayakan Sedekah dapat mengefisiensi proses penentuan kelayakan penerima sedekah?
1.3. Batasan Masalah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Untuk menghindari meluasnya permasalahan pada penelitian ini, penulis membatasi penelitian pada hal-hal tertentu, yakni:
1. Metode Fuzzy yang digunakan dalam penelitian ini adalah Fuzzy Metode Tsukamoto.
2. Golongan mustahiq (penerima sedekah) yang menjadi objek penelitian ini adalah fakir dan miskin.
3. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah tanggungan kepala keluarga, kualitas tempat tinggal, pendapatan kepala keluarga, dan attitude kepala keluarga yang didapat dari Griya Yatim dan Dhuafa.
4. Batasan nilai minimum dan maksimum dari variabel jumlah tanggungan kepala keluarga, kualitas tempat tinggal, pendapatan kepala keluarga, dan attitude merupakan hasil wawacara penulis dengan narasumber dari Griya Yatim dan Dhuafa.
5. Aplikasi yang dikembangkan pada penelitian ini adalah Aplikasi berbasis desktop yang dibangun dengan bahasa pemograman Java.
1.4. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengembangkan aplikasi penentu kelayakan penerima sedekah.
2. Menerapkan Fuzzy metode Tsukamoto dalam menentukan kelayakan sedekah.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapatkan dalam melakukan penelitian dan penulisan skripsi ini adalah:
1. Bagi Lembaga Penyalur Sedekah
a. Membantu dalam menentukan kelayakan penerima sedekah.
b. Membantu agar sedekah yang tersalurkan lebih tepat sasaran.
2. Bagi Penulis
a. Menerapkan teori yang diterima selama perkuliahan, terutama di bidang pemograman berorientasi objek, rekayasa perangkat lunak, sistem basis data, logika fuzzy, dan pengujian perangkat lunak.
3. Bagi Universitas
a. Menciptakan kerjasama dengan instansi/lembaga lain untuk mengembangkan pendidikan mahasiswa.
b. Sebagai bahan referensi penelitian selanjutnya, khususnya dalam penerapan logika fuzzy terutama Sistem Inferensi Fuzzy sebagai dasar penunjang keputusan.
1.6. Metode Penelitian
1.6.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Wawancara
Metode ini dilakukan dengan cara mengadakan wawancara terhadap pihak penyalur sedekah.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Studi Pustaka
Studi ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data dan informasi melalui literatur-literatur yang diperoleh dari buku-buku referensi, hasil penelitian sejenis maupun pencarian internet yang terkait dengan penentuan keputusan menggunakan logika fuzzy terutama Sistem Inferensi Fuzzy beserta implementasinya.
1.6.2 Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Metode pengembangan sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Rapid Application Development (RAD).
1.6.3 Metode Pengujian
Metode pengujian sistem yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode black box.
1.7. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini dibagi menjadi lima bab dengan beberapa sub pokok bahasan. Adapun sistematika penulisan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini merupakan deskripsi mengenai latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada bab ini menguraikan mengenai tinjauan pustaka yang berisi literatur-litearatur yang digunakan dalam penelitian ini dan landasan teori, yakni dasar-dasar teori yang digunakan dalam pembahasan penulisan skripsi ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi metode yang dilakukan serta langkah-langkah yang digunakan terkait dengan penelitian yang dilakukan.
BAB IV ANALISIS, PERANCANGAN SISTEM,
IMPLEMENTASI, DAN PENGUJIAN SISTEM
Bab ini membahas analisis, perancangan sistem, implementasi serta pengujian sistem dengan menggunakan metode yang telah ditetapkan sebelumnya.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini membahas hasil penelitian.
BAB VI PENUTUP
Pada bab ini merupakan akhir penulisan skripsi, yang berisi kesimpulan dari apa yang telah dibahas sebelumnya dan saran-saran untuk penelitian selanjutnya.
8 2.1 Sedekah
Sedekah adalah adalah pemberian seorang Muslim kepada orang lain secara sukarela dan ikhlas tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Sedekah lebih luas dari sekadar zakat maupun infak. Karena sedekah tidak hanya berarti mengeluarkan atau menyumbangkan harta.
Namun sedekah mencakup segala amal atau perbuatan baik. Dalam sebuah hadis digambarkan, “Memberikan senyuman kepada saudaramu adalah sedekah.” Berikut ini adalah beberapa keutamaan sedekah:
1. Sedekah dapat menghapus dosa
2. Orang yang bersedekah akan mendapatkan naungan di hari akhir 3. Sedekah memberi keberkahan pada harta
4. Allah melipagandakan pahala orang yang bersedekah
5. Terdapat pintu surga yang hanya dapat dimasuki oleh orang yang bersedekah
6. Sedekah akan menjadi bukti keimanan seseorang 7. Sedekah dapat membebaskan dari siksa kubur
8. Sedekah dapat mencegah pedagang melakukan maksiat dalam jual beli 9. Orang yang bersedekah merasakan dada yang lapang dan hati yang
bahagia
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10. Pahala sedekah terus berkembang
11. Sedekah menjauhkan diri dari api neraka 12. Boleh iri kepada orang yang dermawan
2.2 Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan (decision support systems, disingkat DSS) adalah bagian dari sistem informasi berbasis komputer (termasuk sistem berbasis pengetahuan (manajemen pengetahuan)) yang dipakai untuk mendukung pengambilan keputusan dalam suatu organisasi atau perusahaan.
Dapat juga dikatakan sebagai sistem komputer yang mengolah data menjadi informasi untuk mengambil keputusan dari masalah semi- terstruktur yang spesifik.
Menurut Moore and Chang, SPK dapat digambarkan sebagai sistem yang berkemampuan mendukung analisis ad hoc data, dan pemodelan keputusan, berorientasi keputusan, orientasi perencanaan masa depan, dan digunakan pada saat-saat yang tidak biasa.
1. Tahapan SPK:
2. Definisi masalah
3. Pengumpulan data atau elemen informasi yang relevan
4. Pengolahan data menjadi informasi baik dalam bentuk laporan grafik maupun tulisan
5. Menentukan alternatif-alternatif solusi (bisa dalam persentase)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tujuan dari SPK:
1. Membantu menyelesaikan masalah semi-terstruktur 2. Mendukung manajer dalam mengambil keputusan
3. Meningkatkan efektifitas bukan efisiensi pengambilan keputusan Dalam pemrosesannya, SPK dapat menggunakan bantuan dari sistem lain seperti Artificial Intelligence, Expert Systems, Fuzzy Logic, dan lain-lain.
2.3 Konsep Logika Fuzzy 2.3.1 Pengertian Logika Fuzzy
Logika fuzzy merupakan salah satu pembentuk soft computing.
Logika fuzzy pertama kali diperkenalkan oleh Prof. Lotfi A. Zadeh pada tahun 1965. Dasar logika fuzzy adalah teori himpunan fuzzy.
Pada teori himpunan fuzzy, peranan derajat keanggotaan sebagai penentu keberadaan elemen dalam suatu himpunan sangatlah penting.
Nilai keanggotaan atau derajat keanggotaan atau membership function menjadi ciri utama dari penalaran dengan logika fuzzy tersebut. Dalam banyak hal, logika fuzzy digunakan sebagai suatu cara untuk memetakan permasalahan dari input menuju ke output yang diharapkan. (Kusumadewi dan Hari, 2010:1)
Dengan teori fuzzy set, kita dapat merepresentasikan dan menangani masalah ketidakpastian yang dalam hal ini bisa berarti
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
keraguan, ketidaktepatan, kekurangan lengkapan informasi, dan kebenaran yang bersifat sebagian. (Suyanto, 2011:92)
Gambar 2.1 Contoh Pemetaan Input-Output (Galley, 2000 dalam Kusumadewi dan Hari, 2010:2)
Logika fuzzy dapat dianggap sebagai kotak hitam yang menghubungkan antara ruang input menuju ke ruang output (Galley, 2000). Kotak hitam tersebut berisi cara atau metode yang dapat digunakan untuk mengolah data input menjadi output dalam bentuk informasi yang baik.
Logika fuzzy dapat dianggap sebagai kotak hitam yang menghubungkan antara ruang input menuju ke ruang output (Galley, 2000). Kotak hitam tersebut berisi cara atau metode yang dapat digunakan untuk mengolah data input menjadi output dalam bentuk informasi yang baik.
Menurut Cox (dalam Kusuma dan Hari, 2010:2), ada beberapa alasan mengapa orang menggunakan logika fuzzy, antara lain:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Karena logika fuzzy mengunakan dasar teori himpunan, maka konsep matematis yang mendasari penalaran fuzzy tersebut cukup mudah untuk dimengerti.
2. Logika fuzzy sangat fleksibel, artinya mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan, dan ketidakpastian yang menyertai permasalahan.
3. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data yang tidak tepat.
Jika diberikan sekelompok data yang cukup homogen, dan kemudian ada beberapa data yang “eksklusif”, maka logika fuzzy memiliki kemampuan untuk menangani data eksklusif tersebut.
4. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi nonlinear yang sangat kompleks.
5. Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman- pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan. Dalam hal ini, sering dikenal dengan nama Fuzzy Expert Systems menjadi bagian terpentng.
6. Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara konvesional. Hal ini umumnya terjadi pada aplikasi di bidang teknik mesin maupun teknik elektro.
7. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami. Logika fuzzy menggunakan bahasa sehari-hari sehingga mudah dimengerti.
2.3.2 Himpunan Fuzzy
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada himpunan tegas (crisp), nilai keanggotaan suatu item x dalam suatu himpunan A, yang sering ditulis dengan , memiliki dua kemungkinan, yaitu (Kusumadewi dan Hari, 2010:3):
1. Satu (1), yang berarti bahwa suatu item menjadi anggota dalam suatu himpunan, atau
2. Nol (0), yang berarti bahwa suatu item tidak menjadi anggota dalam suatu himpunan.
Kalau pada himpunan crisp, nilai keanggotaan hanya ada 2 kemungkinan, yaitu 0 atau 1, pada himpunan fuzzy nilai keanggotaan terletak pada rentang 0 sampai 1. Apabila x memiliki nilai keanggotaan fuzzy berarti x tidak menjadi anggota himpunan A, demikian pula apabila x memiliki nilai keanggotaan fuzzy berarti x menjadi anggota penuh pada himpunan A.
Himpunan fuzzy memiliki 2 atribut, yaitu:
1. Linguistik, yaitu penamaan suatu grup yang mewakili suau keadaan atau kondisi tertentu dengan menggunakan bahasa alami, seperti: muda, parobaya, tua.
2. Numeris, yaitu suatu nilai (angka) yang menunjukkan ukuran dari suatu variabel seperti: 40, 25, 50, dan sebagainya.
Ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy, yaitu:
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Variabel fuzzy, yaitu variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy. Contoh: umur, temperatur, permintaan, dan sebagainya.
2. Himpunan fuzzy, yaitu suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan tertentu dalam suatu variabel fuzzy.
3. Semesta pembicaraan, yaitu keseluruhan nilai yan diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Semesta pembicaraan merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai semesta pembicaraan dapat berupa bilangan positif maupun negatif.
Adakalanya nilai semesta pembicaraan ini tidak dibatasi batas atasnya.
4. Domain himpunan fuzzy, yaitu keseluruhan nilai yang diizinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy. Seperti halnya semesta pembicaraan, domain merupakan himpunan bilangan real yang senantiasa naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan. Nilai domain dapat berupa bilangan positif maupun negatif.
2.3.3 Fungsi Keanggotaan
Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai keanggoaannya (sering juga disebut dengan derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara 0 sampai 1. Salah satu cara yang dapat
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
digunakan untuk mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan fungsi. (Kusumadewi dan Hari, 2010:8)
2.3.4 Operator Dasar Zadeh untuk Operasi Himpunan Fuzzy
Seperti halnya himpunan konvensional, ada beberapa operasi yang didefinisikan secara khusus untuk mengkombinasi dan memodifikasi himpunan fuzzy. Nilai keanggotaan sebagai hasil dari operasi 2 himpunan sering dikenal dengan nama fire strength atau α- predikat. Ada 3 operator dasar yang diciptakan oleh Zadeh, yaitu (Cox dalam Kusumadewi dan Hari, 2010:23)
1. Operator AND
Operator ini berhubungan dengan operasi interseksi pada himpunan. α-predikat sebagai hasil operasi dengan operator AND diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terkecil antarelemen pada himpunan-himpunan yang bersangkutan.
2. Operator OR
Operator ini berhubungan dengan operasi union pada himpunan. α-predikat sebagai hasil operasi dengan operator OR diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terbesar antarelemen pada himpunan-himpunan yang bersangkutan.
3. Operator NOT
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Operator ini berhubungan dengan operasi komplemen pada himpunan. α-predikat sebagai hasil operasi dengan operator NOT diperoleh dengan mengurangkan nilai keanggotaan elemen pada himpunan yang bersangkutan dari 1.
2.3.5 Penalaran Monoton
Metode penalaran secara monoton digunakan sebagai dasar untuk teknik implikasi fuzzy. Meskipun penalaran ini sudah jarang sekali digunakan, namun terkadang mash digunakan untuk penskalaaan fuzzy. Jika 2 daerah fuzzy direlasikan dengan implikasi sederhana sebagai berikut (Cox dalam Kusumadewi dan Hari, 2010:25):
IF x is A THEN y is B Transfer fungsi:
maka sistem fuzzy dapat berjalan tanpa harus melalui komposisi dan dekomposisi fuzzy. Nilai output dapat diestimasi secara langsung dari nilai keanggotaan yang berhubungan dengan antesedennya.
2.3.6 Sistem Inferensi Fuzzy
Sistem Inferensi Fuzzy (Fuzzy Inference System atau FIS) merupakan suatu kerangka komputasi yang didasarkan pada teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy berbentuk IF-THEN, dan penalaran
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
fuzzy. Secara garis besar, diagram blok proses inferensi fuzzy terlihat pada gambar
Sistem inferensi fuzzy menerima input crisp. Input ini kemudian dikirim ke basis pengetahuan yang berisi n aturan fuzzy dalam bentuk IF-THEN. Fire strength akan dicari pada setiap aturan.
Apabila jumlah aturan lebih dari satu, maka akan dilakukan agregasi dari semua aturan. Selanjutnya, pada hasil agregasi akan dilakukan defuzzy untuk mendapatkan nilai crisp sebagai output sistem.
(Kusumadewi dan Sri, 2010)
2.3.7 Sistem Inferensi Fuzzy Metode Tsukamoto
Metode Tsukamoto merupakan perluasan dari penalaran monoton. Pada metode Tuskamoto, setiap konsekuen pada aturan yang berbentuk IF-THEN harus direpresentasikan dengan suatu himpunan fuzzy dengan fungsi keanggotaan yang monoton. Sebagai hasilnya, output hasil inferensi dari tiap-tiap aturan diberikan secara tegas (crisp) berdasarkan α-predikat (fire strength). Hasil akhirnya diperoleh dengan menggunakan rata-rata terbobot. (Kusumadewi dan Hari, 2010:31)
Dalam inferensinya, metode Tsukamoto menggunakan tahapan berikut: (T. Sutojo, 2011)
1. Fuzzyfikasi, yang meliputi:
 Penentuan variabel fuzzy
 Penentuan domain himpunan fuzzy
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Pembentukan basis pengetahuan Fuzzy (Rule dalam bentuk IF…THEN)
3. Mesin inferensi, yang meliputi:
 Menghitung Derajat Keanggotaan/Membership Function (µ)
 Mencari α-predikat dan Nilai crisp pada tiap Aturan
Menggunakan fungsi implikasi MIN untuk mendapatkan nilai α-predikat tiap-tiap rule (α1, α2, α3,… αn).
Kemudian masing-masing nilai α-predikat ini digunakan untuk menghitung output hasil inferensi secara tegas (crisp) masing- masing rule (z1, z2, z3, … zn)
4. Defuzzyfikasi, menggunakan metode rata-rata (Average)
2.4 Metodologi Penelitian
2.4.1 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data ialah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data. Metode (cara atau teknik) menunjukkan suatu kata yang abstrak dan tidak diwujudkan dalam benda, tetapi hanya dapat diperlihatkan penggunaanya melalui: angket, wawancara, pengamatan, ujian (tes), dokumentasi, dan lainnya. Peneliti dapat menggunakan salah satu atau gabungan, tergantung pada masalah yang dihadapi (Suryo dkk., 2011:125).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1. Studi Pustaka
Studi Pustaka adalah kegiatan mengkaji teori-teori yang mendasari penelitian, baik teori berkenaan dengan bidang ilmu yang diteliti maupun metodologi. Studi Pustaka mengkaji pula hal- hal bersifat empiris yang bersumber dari temuan-temuan penelitian terdahulu (Suryo dkk., 2011:18).
2. Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan kebutuhan yang paling umum digunakan. Langkah-langkah dasar dalam teknik wawancara adalah:
a. Memilih target wawancara
b. Mendesain pertanyaan-pertanyaan untuk wawancara c. Persiapan wawancara
d. Melakukan wawancara
e. Menindak lanjuti hasil wawancara
Wawancara adalah metode yang paling mudah digunakan, jika sistem yang dianalisis tidak terlalu besar (Al Fatta, 2007:69).
Pengumpulan data dengan menggunakan wawancara mempunyai beberapa keuntungan sebagai berikut (Rosa dan Shalahuddin, 2011):
a. Lebih mudah dalam menggali bagian sistem mana yang dianggap baik dan bagian mana yang dianggap kurang baik.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Jika ada bagian tertentu yang perlu digali lebih dalam, dapat langsung menanyakan kepada narasumber.
c. Dapat menggali kebutuhan user secara bebas.
d. User dapat mengungkapkan kebutuhannya secara lebih bebas.
Selain mempunyai kelebihan tersebut, teknik wawancara juga mempunyai beberapa kelemahan. Berikut ini adalah beberapa kelemahan dari teknik wawancara (Rosa dan Shalahuddin, 2011):
a. Wawancara akan sulit dilakukan jika narasumber kurang dapat mengungkap kebutuhannya.
b. Pertanyaan dapat menjadi tidak terarah, terlalu fokus pada hal- hal tertentu dan mengabaikan bagian lainnya.
2.4.2 Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Pada pengembangan aplikasi dalam penelitian ini penulis menggunakan metode RAD (Rapid Application Development).
2.5 RAD (Rapid Application Development)
2.5.1 Pengertian RAD (Rapid Application Development)
Rapid Application Development (RAD) adalah strategi siklus hidup yang ditujukan untuk menyediakan pengembangan yang jauh lebih cepat dan mendapatkan hasil dengan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan hasil yang dicapai melalui siklus tradisional (McLeod, 2002). RAD merupakan gabungan dari bermacam-macam teknik terstruktur dengan teknik prototyping dan teknik
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pengembangan joint application untuk mempercepat pengembangan sistem/aplikasi (Bentley, 2004). Dari definisi-definisi konsep RAD ini, dapat dilihat bahwa pengembangan aplikasi dengan menggunakan metode RAD ini dapat dilakukan dalam waktu yang relatif lebih cepat.
Pemaparan konsep yang lebih spesifik lagi dijelaskan oleh Pressman (2005) dalam bukunya,“Software Engineering: A Practition’s Approach”. Ia mengatakan bahwa RAD adalah proses model perangkat lunak inkremental yang menekankan siklus pengembangan yang singkat. Model RAD adalah sebuah adaptasi
“kecepatan tinggi” dari model waterfall, di mana perkembangan pesat dicapai dengan menggunakan pendekatan konstruksi berbasis komponen. Jika tiap-tiap kebutuhan dan batasan ruang lingkup projek telah diketahui dengan baik, proses RAD memungkinkan tim pengembang untuk menciptakan sebuah “sistem yang berfungsi penuh” dalam jangka waktu yang sangat singkat. Dari penjelasan Pressman (2012) ini, satu perhatian khusus mengenai metodologi RAD dapat diketahui, yakni implementasi metode RAD akan berjalan maksimal jika pengembang aplikasi telah merumuskan kebutuhan dan ruang lingkup pengembangan aplikasi dengan baik.
Sedangkan menurut Kendall (2010), RAD adalah suatu pendekatan berorientasi objek terhadap pengembangan sistem yang mencakup suatu metode pengembangan serta perangkat-perangkat lunak. RAD bertujuan mempersingkat waktu yang biasanya diperlukan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam siklus hidup pengembangan sistem tradisional antara perancangan dan penerapan suatu sistem informasi. Pada akhirnya, RAD sama-sama berusaha memenuhi syarat-syarat bisnis yang berubah secara cepat.
Gambar 2.2 Workflow perancangan model RAD 2.5.2 Tahapan Model Proses RAD
Tahap-tahap model RAD dapat dijelaskan secara ringkas sebagai berikut:
1. Perencanaan Syarat-syarat
Dalam fase ini, pengguna dan penganalisis bertemu untuk mengidentifikasikan tujuan-tujuan aplikasi atau sistem serta untuk mengidentifikasi syarat-syarat informasi yang ditimbulkan dari tujuan-tujuan tersebut. Fase ini memerlukan peran aktif mendalam dari kedua kelompok tersebut, tidak hanya menunjukkan proposal atau dokumen. Selain itu, juga melibatkan pengguna dari beberapa level yang berbeda dalam organisasi. Orientasi dalam fase ini ialah
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menyelesaikan problem-problem perusahaan. Meskipun teknologi informasi dan sistem bisa mengarahkan sebagian dari sistem yang diajukan, fokusnya akan selalu tetap pada upaya pencapaian tujuan-tujuan perusahaan.
2. Workshop Desain
Fase ini adalah fase untuk merancang dan memperbaiki yang bisa digambarkan sebagai workshop. Selama workshop desain, pengguna merespon working prototype yang ada dan penganalisis memperbaiki modul-modul yang dirancang berdasarkan respon pengguna.
3. Implementasi
Penganalisis bekerja dengan para pengguna secara intens selama workshop untuk merancang aspek-aspek bisnis dan nonteknis dari perusahaan. Segera sesudah aspek-aspek ini disetujui dan sistem- sistem dibangun dan disaring, sistem-sistem baru atau bagian dari sistem diuji coba dan kemudian diperkenalkan kepada organisasi.
2.6 UML (Unified Modelling System) 2.6.1 Pengertian UML
Menurut Munawar (2005:17) UML (Unified Modeling Languagei) adalah salah satu alat bantu yang sangat handal di dunia pengembangan sistem yang berorientasi objek. Menurut Widodo (2011:5) UML bukan hanya sekedar diagram tetapi juga menceritakan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
konteksnya. UML pertama kali dikenalkan pada tahun 1994 oleh three amigos, yaitu : Jim Rumbergh, Grady Booch, dan Ivar Jacobson.
Mereka menggabungkan ide-ide mereka untuk membangun notasi standar OOP untuk Software Rational IBM.
Pendekatan UML memiliki nilai yang sangat baik dalam penyelidikan dan penelitian. Perangkat UML distandarkan sebagai peralatan untuk dokumen analisis dan perancangan dari sistem perangkat lunak. Peralatan UML termasuk diagram yang memberikan gambaran seseorang untuk menampilkan konstruksi dari sebuah sistem berorientasi objek.
UML sendiri juga memberikan standar penulisan sebuah sistem blue print, yang meliputi konsep bisnis proses, penulisan kelas-kelas dalam bahas program yang spesifik, skema database, dan komponen- komponen yang diperlukan dalam perangkat lunak.
UML diaplikasikan untuk maksud tertentu, biasanya untuk:
1. Merancang perangkat lunak.
2. Sarana komunikasi antara perangkat lunak dengan proses bisnis.
3. Menjabarkan sistem secara rinci untuk analisis dan mencari apa yang diperlukan sistem.
4. Mendokumentasikan sistem yang ada, proses-proses dan organisasinya.
2.6.2 Diagram-diagram UML
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Ada beberapa diagram yang disediakan dalam UML antara lain:
1. Diagram use case (use case diagram) 2. Diagram aktivitas (activity diagram) 3. Diagram sekuensial (sequence diagram) 4. Diagram kolaborasi (collaboration diagram) 5. Diagram kelas (class diagram)
6. Diagram statechart (statechart diagram) 7. Diagram komponen (component diagram) 8. Diagram deployment (deployment diagram)
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan use case diagram, activity diagram, sequence diagram, dan class diagram.
2.6.2.1 Use Case Diagram
Diagram Use case bersifat statis. Diagram ini memperlihatkan himpunan use-case dan aktor-aktor (suatu jenis khusus dari kelas). Diagram ini sangat penting untuk mengorganisasi dan memodelkan prilaku suatu sistem yang dibutuhkan serta diharapkan pengguna (Widodo, 2011:10).
Use case bekerja dengan cara mendeskripsikan tipikal interaksi antar user (pengguna) sebuah sistem dengan sistemnya sendiri melalui sebuah cerita bagaimana sebuah sistem dipakai (Munawar, 2005:63).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pooley (2003:15) mengatakan bahwa model use case dapat dijabarkan dalam diagram use case, tetapi yang perlu diingat, diagram tidak identik dengan model, karena model lebih luas dari diagram.
Menurut Widodo (2011:16) Diagram use case memiliki tiga komponen yang merincikan diagram use case tersebut, yaitu:
a. Aktor (actor), menggambarkan pihak-pihak yang berperan dalam sistem.
b. Use case, aktivitas/sarana yang disiapkan oleh bisnis/sistem.
c. Hubungan (link), aktor mana saja yang terlibat dalam use case tersebut.
Di dalam use case terdapat teks untuk menjelaskan urutan kegiatan yang disebut use case spesification, yang terdiri dari:
a. Nama Use case
Mencantumkan nama dari use case yang bersangkutan.
Sebaiknya di awali dengan kata kerja untuk menunjukkan suatu aktivitas.
b. Deskripsi Singkat (brief description)
Menjelaskan secara singkat dalam satu atau dua kalimat tentang tujuan dari use case tersebut.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Aliran Normal (basic flow)
Ini adalah inti dari use case. Menjelaskan interaksi antara aktor dan sistem. Dalam kondisi normal, yaitu segala sesuatu berjalan baik, tanpa halangan atau hambatan dalam mencapai tujuan.
d. Aliran Alternatif (alternative flow)
Merupakan perlengkapan dari basic flow karena tidak ada yang sempurna dalam setiap kali use case berlangsung.
Di dalam alternative flow dijelaskan apa yang terjadi bila suatu halangan terjadi sewaktu use case berlangung.
e. Kondisi Sebelum (pre-condition)
Menjelaskan persyaratan yang harus dipenuhi sebelum use case di mulai.
f. Kondisi Sesudah (post-condition)
Menjelaskan kondisi yang berubah atau terjadi saat use case selesai di eksekusi.
2.6.2.2 Activity Diagram
Activity Diagram adalah tipe khusus dari diagram status yang memperlihatkan aliran dari suatu aktivitas ke aktivitas lainnya dalam suatu sistem. Diagram ini terutama penting dalam pemodelan fungsifungsi suatu sistem dan memberi tekanan pada aliran kendali antar objek (Widodo, 2011:11).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Diagram aktivitas lebih memfokuskan diri pada ekesekusi dan alur sistem dari pada bagaimana sistem itu dirakit. Diagram mempunyai peran seperti halnya flowchart, akan tetapi perbedaannya dengan flowchart adalah activity diagram bisa mendukung prilaku paralel, sedangkan flowchart tidak bisa (Munawar, 2005:109).
2.6.2.3 Sequence Diagram
Sequence Diagram berarti Diagram Urutan, diagram urutan adalah diagram interaksi yang menekankan pada pengiriman pesan dalam suatu waktu tertentu (Widodo, 2011:11). Diagram urutan merupakan salah satu dari pemodelan skenario interaksi pada UML. Diagram Urutan bersifat dinamis.
Menurut Munawar (2005:87) sequence diagram digunakan untuk menggambarkan perilaku pada sebuah scenario.
Anggota interaksi digambarkan dengen persegi panjang yang diberi nama garis hidup (lifeline). Anggota interaksi digambarkan dengan garis putus-putus dari persegi panjang turun ke bawah yang memperlihatkan berapa lama objek eksis dalam diagram (Widodo, 2011:175).
2.6.2.4 Class Diagram
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Class Diagram memperlihatkan himpunan kelas- kelas, antarmuka-antarmuka, kolaborasi-kolaborasi, serta relasi-realasi. Diagrami ini umum dijumpai pada pemodelan sistem berorientasi objek (Widodo, 2011:10). Secara teknis, (Pender, 2003:bab5) mengartikan sebuah kelas sebagai suatu definisi sumber daya yang termasuk di dalam informasi- informasi yang menggambarkan fitur suatu entitas dan bagaimana penggunaannya. Sedangkan objek adalah entitas yang bersifat unik yang megikuti aturan-aturan yang sudah didefinisikan dalam kelasnya (Widodo, 2011:39)
Menurut Munawar (2005:219) class diagram bisa memberikan pandangan global atas sebuah sistem. Hal tersebut tercermin dari kelas-kelas yang ada relasinya satu dengan lainnya. Itulah sebabnya class diagram menjadi diagram paling populer di UML.
2.7 Basis Data
2.7.1 Konsep Basis Data
Basis Data terdiri atas 2 kata, yaitu Basis dan Data. Basis kurang lebih dapat diartikan sebagai markas atau gudang, tempat bersarang/berkumpul. Sedangkan Data adalah representasi fakta dunia nyata yang mewakili suatu ojek seperti manusia (pegawai, siswa, pembeli, pelanggan), barang, hewan, peristiwa, konsep, keadaan, dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagainya, yang direkam dalam bentuk angka, huruf, simbol, teks, gambar, bunyi, atau kombinasinya. Basis Data sendiri dapat didefinisikan dalam sejumlah sudut pandang seperti (Fathansyah, 2007):
 Himpunan kelompok data (arsip) yang saling berhubungan yang
diorganisasi sedemikian rupa agar kelak dapat dimanfaatkan kembali dengan cepat dan mudah.
 Kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara
bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redundansi) yang tidak perlu , untuk memenuhi berbagai kebutuhan.
 Kumpulan file/tabel/arsip yang saling berhubungan yang disimpan
dalam media penyimpanan elektronis.
Basis Data dan lemari arsip sesungguhnya memiliki prinsip kerja dan tujuan yang sama. Prinsip utamanya adalah pengaturan data/arsip. Dan tujuan utamanya adalah kemudahan dan kecepatan dalam pengambilan kembali data/arsip. Perbedaannya hanya terletak pada media penyimpanan yang digunakan. Jika lemari arsip menggunakan lemari dari besi atau kayu sebagai media penyimpanan, maka basis data menggunakan media penyimpanan elektronis seperti disk. Hal ini merupakan konsekuensi yang logis karena lemari arsip langsung dikelola/ditangani melalui perantaraan alat/mesin pintar elektronis (yang kita kenal sebagai komputer). Perbedaan media ini yang selanjutnya melahirkan perbedaan-perbedaan lain yang
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menyangkut jumlah dan jenis metoda/cara yang dapat digunakan dalam upaya penyimpanan. (Fathansyah, 2007)
Satu hal yang juga harus diperhatikan, bahwa basis data bukan hanya sekedar penyimpanan data secara elektronis (dengan bantuan komputer). Artinya, tidak semua bentuk penyimpanan data secara elektronis bisa disebut basis data. Kita dapat menyimpan dokumen berisi data dalam file teks (dengan program pengolah kata), file spread sheet, dan lain-lain, tetapi tidak bisa disebut sebagai basis data. Karena di dalamnya tidak ada pemilahan dan pengelompokkan data sesuai jenis/fungsi data, sehingga akan menyulitkan pencarian data kelak.
Yang sangat ditonjolkan dalam basis data adalah pengaturan/pemilahan/pengelompokkan/pengorganisasian data yang akan kita simpan sesuai fungsi/jenisnya.
Pemilahan/pengelompokkan/pengorganisasian ini dapat berbentuk sejumlah file/tabel terpisahatau dalam bentuk pendefinisian kolom- kolom/field-field data dalam setiap file/tabel. (Fathansyah, 2007)
Menurut Simarmata (2009), basis data biasanya memiliki dua bagian utama. Pertama, file yang memegang basis data fisik. Kedua, perangkat lunak sistem manajemen basis data (DBMS) menggunakan aplikasi untuk mengakses data. DBMS bertanggung jawab menguatkan struktur basis data, termasuk:
 Memelihara hubungan antardata di dalam basis data.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
 Memastikan bahwa data tersimpan secara tepat, dan menetapkan aturan hubungan data agar tidak dilanggar.
 Pemulihan (recovery) semua data dari kegagalan sistem.
2.8 Java
Bahasa Java merupakan karya Sun Mycrosystem Inc. Rilis resmi level beta dilakukan pada November 1995. Dua bulan berikutnya Netscape menjadi perusahaan pertama yang memperoleh lisensi bahasa Java dari Sun.
Sebagian besar bahasa pemograman modern berdiri diatas pustaka- pustaka kelas yang telah ada untuk mendukung fungsionalitas. Pada bahasa Java, kelompok-kelompok kelas yang berkaitan erat dimasukkan di satu paket, bervariasi sesuai edisi Java. Masing-masing paket untuk maksud tertentu: applet, aplikasi standar, skala enterprise, dan produk konsumer.
Java adalah bahasa yang dapat dijalankan di semabarang platform, di beragam lingkungan: internet, consumer electronic products, dan computer applications. The Java 2 Platform tersedia dalam tiga edisi untuk keperluan berbeda berikut: (Hariyanto, 2011)
a. Java 2 Standard Edition (J2SE), b. Java 2 Enterprise Edition (J2EE), c. Java 2 Micro Edition (J2ME).
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.9 Pengujian Perangkat Lunak
Pengujian sistem adalah bagian dari siklus hidup tersebut yang melibatkan verifikasi apakah setiap unit yang dikembangkan telah memenuhi kebutuhan sistem yang didefinisikan pada tahapan sebelumnya.
Pengujian sistem sering diasosiasikan dengan pencarian bug, ketidaksempurnaan program, kesalahan pada baris program yang menyebabkan kegagalan pada eksekusi sistem perangkat lunak (Al Fatta, 2007:169). Dalam penelitian ini penulis menggunakan pengujian metode black box.
2.9.1 Pengujian Metode Black Box
Menurut Al Fatta (2007: 172) pengujian Black Box terfokus pada apakah unit program memenuhi kebutuhan (requirement) yang disebutkan dalam spesifikasi. Pada pengujian Black Box, cara pengujian hanya dilakukan dengan menjalankan atau mengeksekusi unit atau modul, kemudian diamati apakah hasil dari unit itu sesuai dengan proses yang dinginkan.
Klasifikasi Pengujian Black Box
Simarmata (2010: 316) mengkasifikasikan pengujian Black Box menjadi 15, yakni: pengujian fungsional (functional testing), pengujian tegangan (stress testing), pengujian beban (load testing), pengujian khusus (ad-hoc testing), pengujian penyelidikan (exploratory testing), pengujian usabilitas (usability testing), pengujian asap (smoke testing), pengujian pemlihan (recovery testing), pengujian volume (volume
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
testing), pengujian domain (domain testing), pengujian skenario (scenario testing), pengujian regresi (regression testing), penerimaan pengguna (user acceptance), pengujian alfa (alpha testing), pengujian beta (beta testing).
Dalam melakukan pengujian black box pada penelitian ini, penulis menggunakan pengujian fungsional (functional testing), pengujian scenario (scenario testing), dan pengujian kelayakan (user acceptance testing).
Pengujian Fungsional (Functional Testing)
Pada pengujian ini, perangkat lunak diuji untuk persyaratan fungsional. Pengujian dilakukan dalam bentuk tertulis untuk memeriksa apakah aplikasi berjalan seperti yang diharapkan.
Walaupun pengujian fungsional sudah sering dilakukan di bagian akhir dari siklus pengembangan, bahkan sebelum sistem berfungsi, pengujian ini sudah dapat dilakukan pada seluruh sistem. Pengujian fungsional meliputi seberapa baik sistem melaksaakan fungsinya, termasuk perintah-perintah pengguna, manipulasi data, pencarian dan proses bisnis, pengguna layar, dan integrasi. Pengujian fungsional juga meliputi permukaan yang jelas dari jenis fungsi-fungsi, serta operasi back-end (seperti, keamanan dan bagaimana meningkatkan sistem).
(Simarmata, 2010: 316)
Pengujian Skenario (Scenario Testing)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pengujian skenario adalah pengujian yang realistis, kredibel dan memotivasi stakeholder, tantangan untuk program dan mempermudah penguji untuk melakukan evaluasi.
Pengujian Kelayakan (User Acceptance)
Pada jenis pengujian ini, perangkat lunak akan diserahkan kepada pengguna untuk mengetahui apakah perangka lunak memenuhi harapan pengguna dan bekerja seperti yang diharapkan.
2.10 Penelitian Sejenis
Sumber penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah hasil dari penelitian sejenis yang telah dilakukan sebelumnya. Penulis membagi studi literatur menjadi dua bagian, pertama tentang sistem penunjang keputusan untuk menentukan kelayakan dan kedua tentang logika fuzzy Tsukamoto. Berikut ini adalah rinciannya:
1. Studi Penelitian Sejenis Terkait Sistem Penunjang Keputusan untuk Menentukan Kelayakan
Tabel 2.1 Tabel Perbandingan Studi Literatur Sejenis
No. Judul & Keterangan Kelebihan Kekurangan 1 Perancangan Sistem Pendukung
Keputusan Seleksi Kelayakan Penerimaan Bantuan Beras Miskin (Raskin) untuk Masyarakat Miskin dengan Metode TOPSIS (The Technique for Order Preferences by Similarity to an Ideal Solution) (Studi Kasus : Kelurahan Kaligangsa Kulon, Kabupaten
 Mengimplementa sikan metode TOPSIS untuk mengukur tingkat kemiskinan bagi calon penerima Raskin
berdasarkan rasio variabel
 Lingkup penelitian adalah tingkat kelurahan/de sa dan masih offline.
 Variabel kriteria calon