• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TAHUNAN. Inspektorat Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN TAHUNAN. Inspektorat Utama Badan Pengawas Obat dan Makanan"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TAHUNAN

2020

Inspektorat Utama

Badan Pengawas Obat dan Makanan

(2)
(3)

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI

HIGHLIGHT KEGIATAN TAHUN 2020 BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang B. Tugas dan Fungsi C. Struktur Organisasi

D. Pernyataan Visi, Misi, dan Tujuan E. Sasaran Strategis

F. Budaya Organisasi

G. Komitmen Inspektorat Utama Badan POM H. Dasar Hukum

I. Kegiatan Pengawasan

J. Mitra Pengawasan Inspektorat Utama

BAB 2 PENGELOLAAN SUMBER DAYA

A. Sumber Daya Manusia B. Sarana dan Prasarana C. Anggaran

BAB 3 HASIL KEGIATAN INSPEKTORAT UTAMA

Dalam mendukung Sasaran Strategis:

A. Capaian Sasaran Program 1 - Terwujudnya Organisasi Badan POM yang Efektif

B. Sasaran Program 2 - Terkelolanya Keuangan Badan POM secara Tranparan dan Akuntabel

C. Capaian Sasaran Program 3 - Meningkatnya Pelayanan Pengawasan Intern yang Efektif dan Efisien

D. Capaian Sasaran Program 4 - Tersedianya Kebijakan Pengawasan Intern yang Efektif dan Efisien

E. Capaian Sasaran Program 5 - Implementasi Pengawasan Intern yang Efektif dan Efisien

F. Capaian Sasaran Program 6 - Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Pengawasan Intern dan Pengaduan yang Efektif G. Capaian Sasaran Program 7 - Terwujudnya Tata Kelola Pemerintah yang Optimal di Lingkup Inspektorat Utama

H. Capaian Sasaran Program 8 - Terwujudnya SDM Inspektorat Utama yang Berkinerja Optimal

I. Capaian Sasaran Program 9 - Menguatnya Pengelolaan Data dan Informasi Pengawasan Obat dan Makanan Inspektorat Utama J. Capaian Sasaran Program 10 - Terkelolalnya Keuangan secara Akuntabel

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Saran

i ii iii

1

1 2 2 4 6 7 8 8 8 9

10

10 13 14

15

16 27 30 32 35 42 49 52 57 61

64

64 65

ii

(4)

HIGHLIGHT

FGD Penyamaan Persepsi Telaah Sejawat 18 Desember 2020

FGD Penyamaan Persepsi Telaah Sejawat 18 Desember 2020

KEGIATAN INSPEKTORAT UTAMA

01

02 03

Sosialiasi Petunjuk Pelaksanaan Penerapan Manajemen Risiko 2020 16 – 17 November 2020

FGD Desain Upaya Strategis sebagai Respon atas Risiko Fraud dan Risiko Strategis di Lingkungan Badan POM

23 November 2020 di Hotel Lumire Jakarta

Kegiatan Lokakarya Peningkatan Akuntabilitas LK BPOM 28 Desember 2020

04

(5)

HIGHLIGHT

Penilaian Mandiri Pelaksanaan Zona Integritas (ZI)

KEGIATAN INSPEKTORAT UTAMA

Entry Meeting Evaluasi Reformasi Birokrasi BPOM oleh KemenPAN RB

1 Oktober 2020

05

Pelaksanaan Audit Eksternal Quality Management Systems (QMS) ISO 9001:2015

06 07

08

Rapat Pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat Tahun 2020

(6)

A. LATAR BELAKANG

Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) berdiri atas dasar Keputusan Presiden Nomor 103 tahun 2001, tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non Departemen sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 145 Tahun 2015.

Dengan terbentuknya Badan POM sebagai LPND—kemudian menjadi Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK)—maka dibentuk Inspektorat sebagai unit pengawasan internal pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Kepala Badan POM Nomor 02001/SK/BPOM tanggal 26 Februari 2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan POM, sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Kepala Badan POM Nomor HK.00.05.21.4231 tahun 2004.

Seiring dengan perubahan lingkungan internal dan eksternal organisasi Badan POM serta kebutuhan untuk memberikan nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi Badan POM.

Badan POM yang mempunyai fungsi strategis nasional dalam upaya perlindungan dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia dan untuk mendukung daya saing nasional, dan dalam rangka meningkatkan efektivitas pengawasan Obat dan Makanan, pemerintah memandang perlu didukung penguatan kelembagaan di bidang pengawasan Obat dan Makanan.

Atas dasar pertimbangan tersebut, pada tanggal 9 Agustus 2017, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Salah satu perubahan yang ada pada Peraturan tersebut adalah transformasi fungsi pengawasan internal serta perubahan organisasi dan tata kerja Inspektorat menjadi Inspektorat Utama.

Selanjutnya dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan tentang keuangan dan sistem anggaran berbasis kinerja yang selalu diperbaharui secara dinamis melalui adanya Peraturan Pemerintah mengharuskan Instansi Pemerintah, termasuk Badan POM, menyusun Rencana Strategis (Renstra) dan Laporan Kinerja pada akhir tahun, serta menyusun Laporan Tahunan sebagai dasar dan bahan pertimbangan dalam menyusun perencanaan kegiatan tahun anggaran berikutnya.

1 PENDAHULUAN

(7)

informasi bentuk pertanggungjawaban administratif yang dibuat setahun sekali di akhir tahun anggaran. Laporan tahunan ini mencerminkan alur kegiatan yang dilaksanakan oleh Inspektorat Utama dalam mengawal tugas dan fungsi Badan POM. Dalam proses pelaksanaan tugas yang diemban, Inspektorat

Utama terbuka terhadap masukan dan saran dari seluruh anggota organisasi maupun pihak terkait untuk kesempurnaan kinerja.

B. TUGAS DAN FUNGSI

Sesuai Peraturan Badan POM Nomor 21 tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan; Inspektorat Utama mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan intern di lingkungan BPOM. Dalam melaksanakan tugasnya, Inspektorat Utama menyelenggarakan fungsi penyusunan kebijakan teknis pengawasan intern; pelaksanaan pengawasan intern terhadap kinerja dan keuangan melalui audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawan lainnya; pelaksanaan pengawasan untuk tujuan tertentu atas penugasan Kepala Badan; penyusunan laporan hasil pengawasan; dan pelaksanaan administrasi Inspektorat Utama.

C. STRUKTUR ORGANISASI

Berdasarkan Peraturan Badan POM Nomor 21 tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan, Inspektorat Utama Badan POM secara struktural berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Kepala BPOM. Inspektorat Utama dipimpin oleh seorang Inspektur Utama. Struktur organisasi Inspektorat Utama terdiri dari Inspektorat I, Inspektorat II, Bagian Tata Usaha dan Kelompok Jabatan Fungsional. Adapun struktur kelembagaan organisasi Inspektorat Utama digambarkan sebagai berikut:

(8)

Gambar 1.1 Struktur Organisasi BPOM

Struktur organisasi Inspektorat Utama BPOM sebagaimana bagan berikut:

Gambar 1.2 Struktur Organisasi Inspektorat Utama BPOM

(9)

Renstra Inspektorat Utama Badan POM 2020–2024 disusun dalam koridor Renstra Badan POM 2020–2024 untuk memenuhi tugas pokok dan fungsi Badan POM. Dengan memperhatikan Renstra Badan POM, Inspektorat Utama Badan POM menyusun Rencana Strategis yang diawali dengan penyusunan visi dan misi.

Dengan ditetapkannya visi dan misi dalam koridor tersebut, maka pemenuhan tugas pokok dan fungsi Inspektorat Utama Badan POM dapat dilakukan secara lebih terarah dan terkendali serta senantiasa secara dinamis mengakomodasikan dan mengantisipasi perubahan internal dan eksternal yang terjadi. Tahap akhir dari proses adalah diformulasikannya program dan kegiatan yang sepenuhnya mendukung pencapaian Visi dan Misi.

Visi

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, Inspektorat Utama mempunyai komitmen bersama mulai dari unsur pimpinan sampai unsur pelaksana untuk mendukung terwujudnya visi Badan POM yaitu Obat dan Makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong. Dukungan tersebut diimplementasikan melalui pelaksanaan pengawasan fungsional yang mampu mendorong peningkatan kinerja Badan POM yang transparan dan akuntabel, sehingga ditetapkanlah visi sebagai berikut:

Misi

Sebagai bentuk nyata dari visi tersebut, maka ditetapkanlah misi yang menggambarkan hal yang seharusnya terlaksana, sehingga hal yang masih terlihat abstrak pada visi tampak lebih nyata pada misi tersebut. Inspektorat Utama menetapkan misi sebagai berikut:

Mewujudkan tata kelola pemerintahan Badan POM yang bersih, akuntabel, dan kapabel untuk memberikan

pelayanan publik yang prima.

1

Mewujudkan pengawasan intern melalui penjaminan mutu (assurance) dan konsultasi (trusted advisor) yang mampu menciptakan nilai tambah bagi kinerja organisasi, mengawal

perubahan, dan menjaga nilai (value) Badan POM di bidang Obat dan Makanan.

2

Obat dan Makanan aman, bermutu, dan berdaya saing untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat,

mandiri, dan berkepribadian berlandaskan gotong royong.

(10)

pengawasan dalam manajemen BPOM, memberikan jaminan atas penyelenggaraan pemerintahan yang memenuhi prinsip-prinsip good governance dan terhindar dari tuntutan hukum administrasi, perdata dan pidana sehingga tercapai tata kelola pemerintahan yang baik pada setiap jenjang dan struktur organisasi di lingkungan BPOM, serta mendorong penguatan akuntabilitas kinerja BPOM. Dengan demikian diharapkan pada semua unit kerja di lingkungan BPOM akan tumbuh budaya transparansi, partisipasi, dan berakuntabilitas.

Inspektorat Utama secara sadar patuh pada suatu standar dan etika profesi dan meyakini bahwa keberadaannya lebih kepada upaya penciptaan proses tata kelola pemerintahan yang baik dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan penerapan sistem pengendalian manajemen, guna mendukung pencapaian visi dan misi BPOM.

Tujuan

Dalam rangka mencapai visi dan misi Inspektorat Utama, maka visi dan misi tersebut harus dirumuskan ke dalam bentuk yang lebih terarah dan operasional berupa perumusan tujuan strategis (strategic goals) organisasi. Tujuan merupakan implementasi dari pernyataan misi organisasi yang ingin dicapai pada periode Renstra dalam kurun waktu satu sampai dengan lima tahun. Tujuan yang ditetapkan Inspektorat Utama BPOM adalah: (1) Mewujudkan organisasi Badan POM yang berintegritas dengan menerapkan Tata Kelola (Governance), Manajemen Risiko (Risk) dan Pengendalian Intern (Control) yang handal, dengan indikator Nilai Survei Internal Internal Integritas Organisasi; dan (2) Memberikan keyakinan yang memadai bahwa pengawasan intern telah menjamin pengelolaan sumber daya Badan POM sesuai dengan peraturan dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme, dengan indikator Nilai Survei Eksternal Persepsi Korupsi.

Gambar 1.3 Tujuan dan Indikator Tujuan Inspektorat Utama

(11)

dan fungsinya sebagai aparat pengawas internal secara optimal sehingga terselenggara pengawasan internal yang efektif dan efisien. Inspektorat Utama memiliki peranan penting dalam upaya penciptaan proses tata kelola pemerintahan yang baik dan bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) dan penerapan sistem pengendalian manajemen, guna mendukung pencapaian visi dan misi BPOM.

E. SASARAN STRATEGIS

Sasaran Inspektorat Utama merupakan penjabaran dari tujuan yang telah ditetapkan secara lebih spesifik dan terukur, yang menggambarkan sesuatu yang akan dihasilkan dalam kurun waktu 5 (lima) tahun dan dialokasikan dalam 5 (lima) periode secara tahunan melalui kegiatan yang akan dijabarkan lebih lanjut dalam suatu Rencana Kinerja (Performance Plan).

Penetapan sasaran strategis ini diperlukan untuk memberikan fokus pada penyusunan kegiatan dan alokasi sumber daya organisasi dalam kegiatan atau operasional organisasi tiap-tiap tahun dalam kurun waktu 5 (lima) tahun. Sasaran yang ditetapkan sepenuhnya mendukung pencapaian tujuan strategis yang terkait. Dengan demikian, apabila sasaran yang ditetapkan telah dicapai diharapkan bahwa tujuan juga telah dapat dicapai.

Rincian sasaran strategis Inspektorat Utama sebagai berikut:

Gambar 1.4 Sasaran Program Tujuan Inspektorat Utama 2020-2024

(12)

Budaya kerja Inspektorat Utama mengadopsi budaya kerja Badan POM yang merupakan nilai-nilai luhur yang diyakini dan harus dihayati dan diamalkan oleh seluruh anggota organisasi dalam melaksanakan tugas. Nilai-nilai luhur yang hidup dan tumbuh kembang dalam organisasi menjadi semangat bagi seluruh anggota organisasi dalam berkarsa dan berkarya.

✔ PROFESIONAL, menegakkan profesionalisme dengan integritas, objektivitas, ketekunan dan komitmen yang tinggi.

✔ INTEGRITAS, konsistensi dan keteguhan yang tak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan.

✔ KREDIBILITAS, dapat dipercaya dan diakui oleh masyarakat luas, nasional dan internasional.

✔ KERJASAMA TIM, mengutamakan keterbukaan, saling percaya dan komunikasi yang baik.

✔ INOVATIF, mampu melakukan pembaruan dan inovasi-inovasi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi terkini.

✔ RESPONSIF/CEPAT TANGGAP, antisipatif dan responsif dalam mengatasi masalah.

PROFESIONAL

INTEGRITAS

KREDIBILITAS

KERJASAMA TIM INOVATIF

RESPONSIF/

CEPAT TANGGAP

BUDAYA KERJA INSPEKTORAT

UTAMA

Gambar 1.5 Budaya Kerja

(13)

Inspektorat Utama BPOM berkomitmen untuk terus-menerus meningkatkan serta memelihara standar audit untuk:

● Menjadi unit kerja yang mampu mengawal akuntabilitas kinerja.

● Memberikan solusi atas permasalahan.

● Menjadi inisiator perubahan.

H. DASAR HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127);

4. Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 180);

5. Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan Nomor 21 Tahun 2020 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Pengawas Obat dan Makanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1745).

I. KEGIATAN PENGAWASAN

Sebagai bagian integral Badan POM, Inspektorat Utama Badan POM sepenuhnya mendukung Badan POM dalam menjalankan tugas dan fungsinya mewujudkan obat dan makanan yang aman guna meningkatkan kesehatan masyarakat dan daya saing bangsa melalui fungsi pengawasan intern.

Inspektorat Utama mengejawantahkan fungsi pengawasan internal tersebut selaras dengan paradigma pengawasan intern yang baru. Inspektorat Utama memperluas peran pengawasan yang telah diembannya menjadi mitra strategis dan trusted advisor bagi mitra pengawasan intern melalui 2 (dua) kegiatan besar yaitu fungsi assurance (penjaminan mutu) dan fungsi consulting (konsultasi)

a. Fungsi assurance (penjaminan mutu)

Pola-pola pengawasan konvensional seperti audit operasional, audit investigatif dan audit kinerja tidak ditinggalkan, melainkan memperluasnya dengan kegiatan penjaminan mutu seperti reviu, evaluasi, pemantauan; dan

(14)

APIP dapat memberikan masukan kepada pembuat kebijakan mengenai upaya preventif yang perlu dipertimbangkan agar pembuat kebijakan tidak terkait dalam kasus pelanggaran hukum.

Kedua fungsi ini pada gilirannya akan menurunkan penyimpangan dan sekaligus meningkatkan akuntabilitas organisasi.

Auditor intern harus dapat menjadi mata dan telinga dari manajemen ataupun pimpinan instansi pemerintah dan dapat memberikan early warning system sebelum terjadinya penyimpangan.

J. MITRA PENGAWASAN INSPEKTORAT UTAMA

Berdasarkan Peraturan Badan POM Nomor 26 Tahun 2017 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan POM, mitra pengawasan Inspektorat I dan II dibedakan sebagai berikut:

Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif,

Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Suplemen Kesehatan, dan Kosmetik

Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia Pengawasan Obat dan Makanan

Pusat Pengembangan Pengujian Obat dan Makanan Nasional

Pusat Riset dan Kajian Obat dan Makanan

Inspektorat II

Unit Pelaksana Teknis BPOM di wilayah Provinsi Aceh, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Papua Barat, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sumatera Selatan.

Inspektorat I

Deputi Bidang Pengawasan Pangan Olahan

Deputi Bidang Penindakan

Sekretariat Utama

Pusat Data dan Informasi Obat dan Makanan

Inspektorat I

Unit Pelaksana Teknis BPOM di wilayah Provinsi Bali, Bangka Belitung, Banten, Bengkulu, Daerah Istimewa Yogyakarta, Jawa Tengah, Kalimantan Barat, Kepulauan Riau, Maluku, Maluku Utara, Papua, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Utara, dan Gorontalo.

Inspektorat II

(15)

A. SUMBER DAYA MANUSIA 1. Data Kepegawaian

SDM Inspektorat Utama Badan POM per Desember tahun 2020 berjumlah 84 (delapan puluh empat) orang pegawai, yang terdiri dari 1 (satu) Inspektur Utama, 2 (dua) Inspektur, 1 (satu) Kepala Bagian Tata Usaha, 32 (tiga puluh dua) Auditor, 1 (satu) orang Pengawas Farmasi Makanan (PFM), 1 (satu) Analis Kepegawaian, 1 (satu) Analis Anggaran, 1 (satu) Analis Pengelolaan Keuangan APBN, 1 (satu) Auditor Kepegawaian, 1 (satu) Pustakawan, 3 (tiga) Pelaksana sedang menjalani tugas belajar, 9 (sembilan) Pelaksana Calon Pemangku JF, 14 (empat belas) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan 16 (enam belas) Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN).

Gambar 2.1 Komposisi SDM Inspektorat Utama Berdasarkan Jabatan

JABATAN JUMLAH

Eselon I 1 orang

Eselon II 2 orang

Eselon III 1 orang

Auditor Madya 5 orang

Auditor Muda 9 orang

Auditor Pertama 18 orang

Jabatan Fungsional Lainnya:

PFM Madya

Analis Kepegawaian Muda

Analis Anggaran Muda

Analis Pengelolaan Keuangan APBN

Auditor Kepegawaian Pertama

Pustakawan Mahir

1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang Pelaksana (PNS tubel) 3 orang Pelaksana (PNS calon

pemangku JF) 9 orang

CPNS 14 orang

PPNPN 16 orang

Jumlah 84 orang

2 PENGELOLAAN

SUMBER DAYA

PENGAWASAN

(16)

Gambar 2.2 Komposisi SDM Inspektorat Utama Berdasarkan Golongan

PENDIDIKAN JUMLAH

S2 7 orang

Profesi Apoteker 14 orang

S1 54 orang

Diploma III 5 orang

SLTA 3 orang

SLTP 1 orang

Jumlah 84 orang

Gambar 2.3 Komposisi SDM Inspektorat Utama Berdasarkan Pendidikan

2. Kebutuhan Pegawai

Inspektorat Utama telah menghitung kebutuhan pegawai berdasarkan analisis beban kerja (ABK). Kondisi pemenuhan pegawai Inspektorat Utama adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Pemenuhan Kebutuhan Pegawai Inspektorat Utama

Unit Kerja/Bagian ABK (orang)

Bezzeting

2020 (orang) Gap (orang) Keterangan

Inspektorat I 53 26 27

Bezzeting termasuk 4 orang CPNS calon pemangku Jabatan Fungsional (JF)

Inspektorat II 52 29 23 Bezzeting termasuk 4 orang CPNS

pemangku JF Bagian Tata Usaha

Inspektorat Utama 18 12 6

Termasuk Inspektur Utama

Bezzeting termasuk 6 orang CPNS pemangku JF

Jumlah 123 67 56

GOLONGAN JUMLAH

Golongan IV 11 orang Golongan III 53 orang Golongan II 4 orang

PPNPN 16 orang

Jumlah 84 orang

(17)

Berdasarkan tabel di atas, bezzeting pegawai sebanyak 67 orang dari kebutuhan berdasarkan ABK sebanyak 123 orang, sehingga persentase pemenuhan pegawai di Inspektorat Utama per 31 Desember 2020 adalah sebesar 54,47%. Untuk mengisi gap ini, Inspektorat Utama merekrut tenaga Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) sebanyak 16 orang untuk pekerjaan yang bersifat administrasi.

Adapun kondisi pemenuhan jabatan fungsional auditor di Inspektorat Utama sebagai berikut:

Tabel 2.2 Pemenuhan Kebutuhan Auditor Jabatan Fungsional

Auditor

ABK (orang)

Bezzeting 2020 (orang)

Gap (orang)

% pemenuhan

Auditor Utama 2 0 2 0

Auditor Madya 6 5 1 83,33

Auditor Muda 18 9 9 50

Auditor Pertama 54 18 36 33,33

PNS Calon Auditor - 7 (7) -

CPNS Calon Auditor - 2 (2) -

Auditor yang diberhentikan karena

tubel

- 2 (2) -

Total 80 43 (37) 53,75

3. Peningkatan Kompetensi SDM

Berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) pasal 70 bahwa setiap pegawai ASN memiliki hak dan kesempatan untuk mengembangkan kompetensi dan Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2017 tentang Manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) pasal 203 bahwa pengembangan kompetensi bagi setiap PNS dilakukan paling sedikit 20 (dua puluh) jam pelajaran dalam 1 (satu) tahun, maka pada tahun 2020 Inspektorat Utama merencanakan pengembangan kompetensi dengan mempertimbangkan pemenuhan standar minimal jam pelajaran (JP) yang telah ditetapkan.

Pada tahun 2020, seluruh ASN Inspektorat Utama (100%) telah mengikuti kegiatan pengembangan kompetensi berupa diklat fungsional, diklat teknis substantif, sertifikasi, maupun workshop dengan minimal 20 JP.

Rincian kegiatan pengembangan kompetensi dapat dilihat pada Lampiran.

(18)

B. SARANA DAN PRASARANA

Per 31 Desember 2020 Inspektorat Utama masih menempati Gedung A Lantai 1 untuk ruang kerja Inspektur Utama dan Ruang Rapat Inspektur Utama. Sementara Ruang Kerja Inspektur I, Inspektur II, Auditor, dan Tata Usaha menempati Gedung I lantai 2. Dengan adanya perubahan OTK baru dan pembangunan gedung yang sedang dilaksanakan di Lingkungan BPOM, penempatan ruangan pegawai masih belum terpadu.

Tabel 2.3 Perkembangan Sarana Kerja Inspektorat Utama Tahun 2016 s.d. 2020

NO NAMA BARANG 2016 2017 2018 2019 2020

Aset Tetap

1 Mini Digital Video Recorder 0 unit 0 unit 1 unit 1 unit 1 unit 2 Mini Bus (Penumpang 14 orang ke

bawah)

2 unit 2 unit 4 unit 4 unit 3 unit

3 Sepeda Motor 2 unit 2 unit 5 unit 5 unit 5 unit

4 Lemari Penyimpan 0 unit 0 unit 4 unit 4 unit 2 unit

5 Mesin ketik listrik 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

6 Mesin Penghitung Uang 0 unit 0 unit 0 unit 1 unit 1 unit

7 Mesin Fotocopy Electronic 1 unit 1 unit 1 unit 0 unit 0 unit

8 Lemari Besi/Metal 12 unit 12 unit 13 unit 19 unit 19 unit

9 Lemari Kayu 18 unit 18 unit 22 unit 23 unit 47 unit

10 Brandkas 0 unit 0 unit 2 unit 2 unit 2 unit

11 Locker 5 unit 5 unit 5 unit 5 unit 5 unit

12 White Board 2 unit 2 unit 2 unit 2 unit 2 unit

13 Alat Penghancur Kertas 1 unit 1unit 4 unit 7 unit 7 unit

14 LCD Projector/Infocus 2 unit 3 unit 6 unit 11 unit 11 unit

15 Binding Machine 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

16 Meja kerja Besi/Metal 0 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

17 Meja Kerja Kayu 15 unit 15 unit 36 unit 42 unit 33 unit

18 Kursi Besi/Metal 52 unit 52 unit 106 unit 106 unit 85 unit

19 Kursi Kayu 0 unit 0 unit 0 unit 6 unit 6 unit

20 Sice 0 unit 2 unit 4 unit 4 unit 4 unit

21 Meja Rapat 3 unit 3 unit 2 unit 2 unit 2 unit

22 Meja Makan Kayu 0 unit 0 unit 1 unit 1 unit 1 unit

23 Gantungan Jas 0 unit 0 unit 0 unit 1 unit 1 unit

24 Workstation 0 unit 0 unit 2 unit 2 unit 6 unit

25 Lemari Es 0 unit 0 unit 2 unit 3 unit 4 unit

26 Teko Listrik 0 unit 0 unit 0 unit 2 unit 2 unit

27 Oven Listrik 0 unit 0 unit 0 unit 1 unit 1 unit

28 Televisi 1 unit 1 unit 1 unit 2 unit 3 unit

29 Dispenser 0 unit 0 unit 0 unit 8 unit 8 unit

30 Slide Projector 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

31 Camera digital 2 unit 2 unit 2 unit 3 unit 3 unit

32 Telephone (PABX) 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

33 Intermediate/Key Telephone 8 unit 8 unit 8 unit 8 unit 8 unit

34 Pesawat Telephone 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

35 Facsimile 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 1 unit

36 Kursi Zeis 0 unit 0 unit 50 unit 50 unit 30 unit

37 Lightweight Concrete Test Hammer 0 unit 0 unit 2 unit 2 unit 2 unit

38 P.C Unit 20 unit 20 unit 30 unit 32 unit 37 unit

39 Note Book 31 unit 31 unit 60 unit 69 unit 94 unit

(19)

NO NAMA BARANG 2016 2017 2018 2019 2020

40 Tablet PC 0 unit 0 unit 3 unit 3 unit 3 unit

41 Printer (Peralatan Personal Komputer) 26 unit 26 unit 30 unit 39 unit 40 unit 42 Scanner (Peralatan Personal Komputer) 3 unit 3 unit 2 unit 2 unit 2 unit 43 External/Portable Hardisk 5 unit 5 unit 3 unit 3 unit 3 unit

44 Server 0 unit 0 unit 1 unit 1 unit 1 unit

45 Software Komputer 0 unit 0 unit 3 unit 5 unit 4 unit

Aset Tetap Lainnya

46 Monografi 114 unit 114 unit 114 unit 114 unit 114 unit

47 Buku Lainnya 18 unit 18 unit 18 unit 18 unit 18 unit

C. ANGGARAN

Anggaran Inspektorat Utama Tahun 2020 yaitu sebesar 21.495.137.000, namun sehubungan dengan arahan Presiden terkait penghematan anggaran dalam rangka penanganan Pandemi Covid-19, pada APBN-P I 2020, anggaran Inspektorat mengalami penyesuaian menjadi Rp16.110.999.000,- dengan realisasi sampai dengan periode triwulan IV sebesar 15.821.544.087 (98,20%).

Tabel 2.4 Realisasi Anggaran Inspektorat Utama TA 2020 (per Kegiatan)

NAMA KEGIATAN

BIAYA (Rp)

Pagu (Rp) Realisasi (Rp) Persentase Realisasi 4115 Pengawasan dan Peningkatan

Akuntabilitas Aparatur I

13.170.745.000 13.126.073.424 98,08%

4116 Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur II

2.940.254.000 2.695.470.663 98,2,8%

TOTAL 16.110.999.000 15.821.544.087 98,20%

Gambar 2.4 Realisasi Anggaran Inspektorat Utama TA 2020 (per Jenis Belanja)

(20)

Pada tahun 2020 telah ditetapkan 10 (sepuluh) Sasaran Program dengan 18 (delapan belas) indikator kinerja, yang keseluruhannya merupakan indikator kinerja utama (IKU). Pencapaian Sasaran Program dan IKU Inspektorat Utama sebagaimana yang tertuang dalam Perjanjian Kinerja tahun 2020 secara ringkas adalah sebagai berikut:

Tabel 3.1 Capaian Sasaran Program dan Capaian IKU Inspektorat Utama Tahun 2020

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target Realisasi

2020 Capaian NPS SS1 Terwujudnya

Organisasi BPOM yang Efektif

IKSS1 Nilai Reformasi Birokrasi BPOM Penguatan Sistem Pengawasan

6,43 6,35 98,76 94,27

IKSS2 Nilai Evaluasi Internal Akuntabilitas Kinerja BPOM

8,11 7,77 95,81

IKSS3 Indeks Pemenuhan Maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) BPOM

3,4 3,00 88,24

SS2 Terkelolanya Keuangan BPOM secara

Transparan dan Akuntabel

IKSS4 Persentase Kesalahan Material dalam Laporan Keuangan yang Ditoleransi

1 0,06 100,95 103,58

IKSS5 Persentase Rekomendasi Hasil Pemeriksaan BPK yang ditindaklanjuti BPOM

88 93,47 106,22

SS3 Meningkatnya Pelayanan Pengawasan Intern yang Berkualitas

IKSS6 Indeks Kepuasan Mitra Pengawasan Intern Mitra Kerja Inspektorat Utama

82 85,84 104,68 104,68

Capaian Perspective Stakeholder (Bobot 40%) 40,34

SS4 Tersedianya Kebijakan Pengawasan Intern yang Efektif dan Efisien

IKSS7 Indeks Kemanfaatan Kebijakan Pengawasan Intern

80 86,91 108,64 108,64

SS5 Implementasi Pengawasan Intern yang Efektif dan Efisien

IKSS8 Persentase Laporan Pengawasan Intern pada Mitra Kerja yang Sesuai Standar Mutu

100 119,44 119,44 109,71

IKSS9 Nilai Peer Review terhadap Pengawasan Intern

75 74,99 99,99

SS6 Pemantauan Tindak Lanjut Rekomendasi Pengawasan Intern dan Pengaduan yang Efektif

IKSS10 Persentase Rekomendasi Pengawasan Intern yang Ditindaklanjuti

90 92,98 103,31 101,66

IKSS11 Persentase Pengaduan yang Ditindaklanjuti secara Tuntas

80 80,00 100,00

Capaian Internal Process Perspective (Bobot 30%) 32,00

SS7 Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang optimal dilingkup Inspektorat utama

IKSS12 Indeks Reformasi Birokrasi Inspektorat utama

91 83,56 91,82 92,84

IKSS13 Nilai Akuntabilitas Inspektorat Utama

81 79,75 98,46

3 HASIL KEGIATAN

INSPEKTORAT UTAMA

(21)

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Sasaran Strategis (IKSS) Target Realisasi

2020 Capaian NPS IKSS14 Indeks Pemenuhan Elemen

Kapabilitas inspektorat utama

3,4 3,00 88,24

SS8 Terwujudnya SDM Inspektorat Utama yang Berkinerja Optimal

IKSS15 Indeks Profesionalitas ASN BPOM 85 85,30 100,35 100,35

SS9 Menguatnya

Pengelolaan Data dan Informasi Pengawasan Obat dan Makanan Inspektorat Utama

IKSS16 Indeks Pengelolaan Data dan Informasi Inspektorat Utama yang Optimal

1,5 0,00 0,00 0,00

SS10 Terkelolanya Keuangan Inspektorat Utama secara Akuntabel

IKSS17 Nilai Kinerja Anggaran Inspektorat Utama

93 97,32 104,65 94,94

IKSS18 Tingkat Efisiensi Penggunaan Anggaran Inspektorat Utama

88 75 85,23

Capaian Learning & Growth Perspective (Bobot 30%) 21,61

NPS TOTAL 93,95

Sumber Data: e-performance 2020

Sebagai implementasi dari kebijakan yang telah diuraikan tersebut, seluruh kegiatan Inspektorat Utama dirangkum dalam Program Pengawasan dan Peningkatan Akuntabilitas Aparatur Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pencapaian sasaran program Inspektorat Utama Tahun 2020 tersebut, dilaksanakan melalui strategi dan kegiatan sebagai berikut:

A. CAPAIAN SASARAN PROGRAM 1 – TERWUJUDNYA ORGANISASI BADAN POM YANG EFEKTIF

1. Pengawalan Komponen Hasil RB dan Survei Kepuasan Masyarakat terkait Pelayanan Publik

Dalam rangka peningkatan implementasi Reformasi Birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang salah satu tujuannya adalah mampu melayani publik maka diperlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik. Seiring dengan kebutuhan akan peningkatan kualitas pelayanan publik sebagai perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat, maka Badan Pengawas Obat dan Makanan senantiasa berupaya memperbaiki pelayanan yang diberikan kepada masyarakat terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan.

Tahun 2020, Inspektorat Utama melaksanakan Survei Kepuasan Masyarakat atas Unit Pelayanan Publik di Lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Pusat dan Balai). Survei dilakukan terhadap 14 (empat belas) unit pelayanan Pusat dan 33 (tiga puluh tiga) Unit Pelaksana Teknis di Daerah yang memberikan layanan kepada masyarakat. Responden dalam survei ini adalah pengguna layanan dan berinteraksi secara langsung dengan unit pelayanan publik di Badan POM.

(22)

Survei dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2020 sampai dengan 30 Agustus 2020 dan finalisasi laporan pada bulan November 2020. Survei dilakukan secara online melalui 2 (dua) metode yaitu metode online melalui aplikasi layanan publik yang diintegrasikan pada aplikasi SIMOLEKDESI dan langsung melakukan pengisian pada aplikasi SIMOLEKDESI.

2. Sosialisasi Program Anti Korupsi BPOM (Bidang Penguatan Pengawasan) Dalam rangka menjaga integritas dan akuntabilitas serta mendorong terlaksananya tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih dari korupsi di Lingkungan Badan POM, maka Badan POM melakukan upaya pengendalian Gratifikasi sesuai Peraturan KPK Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pelaporan Gratifikasi dan Peraturan Kepala Badan POM Nomor 20 Tahun 2017 tentang Pengendalian Gratifikasi di Lingkungan Badan Pengawas Obat Dan Makanan serta perubahannya.

Pengendalian gratifikasi merupakan serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengendalikan penerimaan gratifikasi melalui peningkatan pemahaman dan kesadaran pelaporan gratifikasi secara transparan dan akuntabel sesuai peraturan perundang-undangan. Keberhasilan implementasi pengendalian gratifikasi di lingkungan Badan POM, sangat ditentukan dari kesadaran bahwa setiap pegawai adalah pelayan masyarakat. Inspektorat Utama telah melakukan sosialisasi tentang kesadaran pegawai tentang pentingnya pengendalian gratifikasi, salah satunya dengan cara melakukan publikasi awareness mengenai gratifikasi melalui media sosial Inspektorat I maupun Inspektorat II, pembagian bahan cetakan dan kalender bertemakan gratifikasi kepada satuan kerja Pusat di Badan POM. Meskipun sosialisasi terkait kebijakan pengendalian gratifikasi telah dilaksanakan namun internalisasi berkelanjutan harus tetap dijalankan untuk meningkatkan pemahaman pegawai di lingkungan Badan POM mengenai kewajiban menolak dan/atau menerima selanjutnya melaporkan setiap pemberian gratifikasi.

3. Survei Kepuasan Masyarakat Tahun 2020

Dalam rangka peningkatan implementasi Reformasi Birokrasi untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang salah satu tujuannya adalah mampu melayani publik maka diperlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan publik. Seiring dengan kebutuhan akan peningkatan kualitas pelayanan publik sebagai perwujudan dari fungsi aparatur negara sebagai abdi masyarakat, maka Badan POM

(23)

senantiasa berupaya memperbaiki pelayanan yang diberikan kepada masyarakat terkait dengan pengawasan Obat dan Makanan.

Tahun 2020 ini, Inspektorat Utama BPOM melaksanakan Survei Kepuasan Masyarakat atas Unit Pelayanan Publik di lingkungan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Pusat dan Balai). Survei dilakukan terhadap 14 (empat belas) unit pelayanan Pusat dan 33 (tiga puluh tiga) Unit Pelaksana Teknis di Daerah yang memberikan layanan kepada masyarakat. Responden dalam survei ini adalah pengguna layanan dan berinteraksi secara langsung dengan unit pelayanan publik di BPOM.

Pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat mengacu pada Permenpan Nomor 14 Tahun 2017 dimulai dari tanggal 14 Mei 2020 s.d 31 Agustus 2020 dan dilakukan pada 53 jenis pelayanan pada Unit Pelayanan Pusat dan 3 jenis pelayanan pada Unit Pelayanan Balai Besar/Balai POM.

Survei dilakukan melalui:

1) Metode online melalui aplikasi layanan publik yang diintegrasikan pada aplikasi SIMOLEKDESI.

2) Metode manual yang selanjutnya diinput pada aplikasi SIMOLEKDESI.

Hasil penilaian Survei Kepuasan Masyarakat Badan POM Tahun 2020 dengan total 5.380 responden pada 14 (empat belas) unit kerja di lingkungan Badan POM Pusat dan 33 (tiga puluh tiga) Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia, menghasilkan nilai Survei Kepuasan Masyarakat (SKM) terhadap penyelenggaraan pelayanan publik sebesar 87,00 (delapan puluh tujuh). Dengan demikian berdasarkan nilai tersebut dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan mutu pelayanan Badan POM Pusat mendapatkan kategori B yaitu persepsi kinerja unit pelayanan Baik.

Gambar 3.1 Rapat Pelaksanaan Survei Kepuasan Masyarakat Tahun 2020

(24)

4. Rapat Pelaksanaan LHKPN, Gratifikasi dan Benturan Kepentingan

Keberhasilan pencegahan dan pemberantasan korupsi di Indonesia tergantung pada pencapaian pelaksanaan aksi-aksi yang dikembangkan berdasarkan enam strategi, yaitu pencegahan; penegakan hukum; harmonisasi peraturan perundang-undangan;

kerjasama internasional dan penyelamatan aset hasil tipikor; pendidikan dan budaya anti korupsi; serta mekanisme pelaporan pelaksanaan pemberantasan korupsi.

Pelaksanaan sosialisasi program anti korupsi berupa sosialisasi tentang pelaporan LHKPN dan pengendalian serta pelaporan gratifikasi.

Salah satu bentuk penguatan pengawasan yang dilakukan oleh APIP yaitu pemantauan LHKPN di lingkungan Badan POM. Kegiatan ini bertujuan untuk memonitor pelaporan LHKPN yang dilaksanakan oleh wajib lapor. Selain itu juga dilaksanakan pemantauan pelaporan gratifikasi serta benturan kepentingan. Hal ini dimaksudkan untuk menjamin bahwa seluruh entitas Badan POM bersih dari tindakan maupun potensi terjadinya korupsi dan penyalahgunaan wewenang.

Kepatuhan Badan POM dalam melaksanakan program antikorupsi telah diwujudkan dengan persentase kepatuhan penyampaian Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) 100% serta kewajiban pelaporan gratifikasi, berupa penerimaan maupun penolakan gratifikasi. Program tersebut memiliki payung hukum berupa Peraturan Badan POM tentang Pengendalian Gratifikasi dan Penanganan Benturan Kepentingan di Lingkungan Badan POM, dan telah diimplementasikan sebagai wujud komitmen integritas Aparatur Sipil Negara (ASN) Badan POM. Selain itu, sejak tahun 2019 Badan POM telah melaksanakan Aksi Nasional Pencegahan Korupsi berupa implementasi Konfirmasi Status Wajib Pajak (KSWP).

5. Public Campaign Pengawasan Intern/Anti Korupsi

Pemberantasan korupsi membutuhkan keseragaman pemahaman dan kebersamaan dalam pencegahannya. Tak hanya berupa tindakan represif, perkuatan tindakan preventif/pencegahan juga perlu dijalani salah satunya dengan kampanye antikorupsi.

Peran aktif antar elemen dalam menyelaraskan kampanye antikorupsi menjadi kunci Indonesia dapat terbebas dari belenggu kejahatan korupsi.

Sadar akan bahaya dan potensi laten korupsi, Badan POM selaku regulator di bidang pengawasan obat dan makanan bersama Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Asosisasi Pengusaha Obat dan Makanan menyuarakan pesan antikorupsi secara aktif

(25)

melalui label obat dan makanan. Pencantuman pesan antikorupsi tersebut diresmikan melalui forum webinar “Memperkuat Sinergi dan Penggalangan Komitmen Antara Badan POM, KPK dan Pelaku Usaha melalui Pencantuman Pesan Antikorupsi Pada Label Obat dan Makanan Untuk Indonesia Sehat dan Unggul”, pada tanggal 17 Desember 2020.

Forum ini diselenggarakan dalam rangka menyosialisasikan Surat Edaran Kepala Badan POM tentang Himbauan Pencantuman Pesan Antikorupsi pada Label Obat dan Makanan sekaligus sebagai wadah diskusi antara Badan POM, KPK dan pelaku usaha terkait pencantuman pesan antikorupsi.

Pesan antikorupsi akan dicantumkan pada kemasan label obat dan makanan, dengan harapan pesan tersebut dapat terbaca oleh konsumen sehingga terbangun stimulus budaya antikorupsi yang masuk sebagai sugesti ke dalam alam bawah sadar seluruh masyarakat Indonesia.

Penyelenggaraan forum ini merupakan rangkaian peringatan Hari Antikorupsi Sedunia (HAKORDIA) tahun 2020 yang bertujuan untuk meningkatkan sinergisme antar elemen bangsa dalam memerangi bahaya perilaku korupsi.

6. Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani

Proses pembangunan Zona Integritas merupakan tindak lanjut pencanangan yang telah dilakukan oleh pimpinan Badan POM. Proses pembangunan Zona Integritas difokuskan pada penerapan program Manajemen Perubahan, Penataan Tatalaksana, Penataan Manajemen SDM, Penguatan Pengawasan, Penguatan Akuntabilitas Kinerja, dan Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik yang bersifat konkrit.

Dalam membangun Zona Integritas, pimpinan instansi pemerintah menetapkan satu atau beberapa unit kerja yang diusulkan sebagai Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK)/Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM). Pemilihan unit kerja yang diusulkan sebagai WBK/WBBM memperhatikan beberapa syarat yang telah ditetapkan, diantaranya: 1) dianggap sebagai unit yang penting/strategis dalam melakukan pelayanan publik; 2) mengelola sumber daya yang cukup besar, serta 3) memiliki tingkat keberhasilan Reformasi Birokrasi yang cukup tinggi di unit tersebut.

(26)

Pada tahun 2020, Inspektorat Utama telah melakukan pendampingan/intervensi dan penilaian internal dalam proses pengusulan unit kerja dengan predikat WBK dan WBBM ke Kementerian PAN dan RB. Inspektorat Utama melaksanakan intervensi pemenuhan indikator WBK dan WBBM pada tahun 2020 pada beberapa Balai Besar/Balai POM yaitu Balai Besar/Balai POM di Padang, Ambon, Sofifi, Banda Aceh, Medan, Manado, Bandar Lampung, Semarang, Serang, Yogyakarta, Mamuju, Makassar, Jayapura, Pekanbaru, Jambi, dan Loka POM di Ende

Intervensi pemenuhan indikator WBK dan WBBM juga dilaksanakan di Unit Kerja pusat, yaitu Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Tinggi dan Teknologi Baru;

Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha; Direktorat Pengawasan Pangan Risiko Rendah dan Sedang; Biro Hubungan Masyarakat dan Dukungan Strategis Pimpinan; Biro Umum dan Sumber Daya Manusia; Biro Kerja Sama;

Direktorat Standardisasi Obat, Narkotika, Psikotropika, Prekursor, dan Zat Adiktif;

Direktorat Pengawasan Produksi Obat, Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor; dan Direktorat Registrasi Obat Tradisional dan Suplemen Kesehatan.

7. Implementasi IACM - Maturitas SPIP

a) FGD Maturitas SPIP-MRI & Kapabilitas APIP (IACM)

Dalam meningkatkan perannya sebagai Quality Assurance dan trusted advisor, Inspektorat Utama selalu mendorong implementasi SPIP secara berkesinambungan. Hal ini merupakan perwujudan fungsi pengawasan internal yang semakin penting dalam memberikan jasa assurance dan consulting kepada organisasi Badan POM seiring dengan semakin strategis dan kompleks tantangan yang dihadapi organisasi.

Penerapan maturitas SPIP, Manajemen Risiko dan kapabilitas APIP merupakan bagian dari Pengawasan Intern Berbasis Risiko (PIBR) oleh Inspektorat Utama dalam mengawal pelaksanaan reformasi birokrasi di lingkungan Badan POM.

Untuk meningkatkan maturitas Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dan kapabilitas Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) menuju level 4 serta memperoleh data awal kualitas penerapan manajemen risiko di lingkungan Badan POM melalui pelaksanaan penilaian Manajemen Risiko Indeks (MRI), Inspektorat Utama menyelenggarakan FGD Maturitas SPIP-MRI & Kapabilitas APIP (IACM) pada tanggal 4 Desember 2020 di Hotel Borobudur Jakarta, dengan mengundang narasumber dari Tim Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

(27)

Adapun maksud dan tujuan pelaksanaan FGD Maturitas SPIP, Manajemen Risiko Indeks (MRI), dan Kapabilitas APIP (IACM) di Lingkungan Badan POM yaitu untuk mendapatkan gambaran menyeluruh terkait penilaian manajemen risiko sebagai gambaran implementasi SPIP serta dalam rangka meningkatkan Kapabilitas APIP.

Pada acara ini terdapat pemaparan mengenai MRI-New SPIP-IACM, Pedoman Penilaian Penyelenggaraan SPIP pada K/L/D (Result-Based SPIP), dan Evaluasi Mandiri (Self Assessment) Kapabilitas APIP.

Inspektorat Utama senantiasa mengawal penilaian Maturitas SPIP, MRI, IEPK dan Kapabilitas APIP. Pada saat ini Badan POM sudah menerapkan manajemen risiko dimana seluruh Unit dan Satuan Kerja telah memiliki daftar risiko dan telah melakukan mitigasi serta monitoring risiko. Dengan ini diharapkan dapat memberikan nilai tambah terhadap penilaian yang dilakukan oleh BPKP. Selain itu, hasil penilaian juga diharapkan dapat meningkatkan indeks Reformasi Birokrasi dengan perbaikan sistem kerja di lingkungan Badan POM terkait tata kelola, pengendalian intern dan penerapan manajemen risiko.

Gambar 3.2 Focus Group Discussion Maturitas SPIP Manajemen Risiko Indeks (MRI) dan Kapabilitas APIP (IACM) di Lingkungan Badan POM

(28)

b) FGD Penyamaan Persepsi Telaah Sejawat

Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 (PP 60/2008) tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), dalam rangka menjaga mutu hasil pengawasan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) antara lain harus memenuhi dua hal, yaitu adanya standar audit dan pedoman telaahan sejawat (peer review).

PP 60/2008 pasal 55 ayat 1 menyebutkan bahwa untuk menjaga mutu hasil audit aparat pengawasan intern pemerintah, secara berkala dilakukan telaahan sejawat.

Selanjutnya dalam penjelasan PP 60/2008 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “telaahan sejawat” adalah kegiatan yang dilaksanakan unit pengawas yang ditunjuk guna mendapatkan keyakinan bahwa pelaksanaan kegiatan audit telah sesuai dengan standar audit.

Tujuan dilakukannya telaah sejawat yaitu:

1. Mendorong kesesuaian kegiatan pengawasan intern dengan definisi pengawasan intern dan standar serta penerapan kode etik oleh auditor

2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan pengawasan intern termasuk pemenuhan harapan pemangku kepentingan

3. Mengidentifikasi peluang untuk peningkatan (opportunities for improvement) Dalam rangka persiapan pelaksanaan telaah sejawat yang rencananya akan dilaksanakan pada 4 s.d. 8 Januari 2021, Inspektorat Utama telah melaksanakan Focus Group Discussion (FGD) Penyamaan Persepsi Telaah Sejawat pada tanggal 18 Desember 2020 dengan mengundang tim Telaah Sejawat dari Inspektorat Jenderal Kementerian Kesehatan.

Gambar 3.3 FGD Penyamaan Persepsi Telaah Sejawat

(29)

8. Penilaian Risiko dan Pemantauan SPIP

Sehubungan dengan mulai berlakunya Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.02.02.1.7.07.20.267 tahun 2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Manajemen Risiko di lingkungan Badan POM mulai 1 Januari 2020, menggantikan Keputusan Kepala BPOM Nomor HK.04.01.1.23.08.17.3896 tahun 2017, Inspektorat Utama telah melaksanakan Sosialiasi Petunjuk Pelaksanaan Penerapan Manajemen Risiko 2020 pada tanggal 16 – 17 November 2020 melalui aplikasi zoom.

Kegiatan ini diikuti oleh 248 orang peserta yang terdiri dari pegawai Inspektorat Utama, Unit Pusat, Balai/ Balai Besar POM, dan Loka POM. Peserta sebagian besar merupakan Satgas SPIP, Management Representative, maupun Auditor Internal Sistem Manajemen Mutu

Narasumber pada kegiatan ini auditor Inspektorat Utama yang memiliki kompetensi dalam bidang manajemen risiko/telah bersertifikasi Certified Risk Management Professionals (CRMP) dan Certified Risk Management Officer (CRMO).

Diharapkan dengan adanya sosialisasi ini, seluruh unit kerja di Badan POM dapat melakukan penyusunan daftar risiko, identifikasi risiko, analisis risiko dan monitoring risiko sebagai salah satu wujud penerapan manajemen risiko.

Gambar 3.4 Sosialiasi Petunjuk Pelaksanaan Penerapan Manajemen Risiko 2020

(30)

9. Workshop Fraud Control Plan

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Inspektorat Utama bekerjasama dengan Deputi Bidang Investigasi BPKP melaksanakan penilaian risiko kecurangan dan risiko strategis di lingkungan Badan POM. Hal ini dilakukan bertujuan untuk meningkatkan kualitas penerapan SPIP dan kapabilitas APIP Badan POM dalam Program Pencegahan Korupsi atau Fraud Control Plan melalui penerapan manajemen risiko khususnya manajemen risiko keuangan. Inspektorat Utama akan mengawal pelaksanaan penilaian risiko kecurangan dari risiko strategis (lintas sektor) dalam : 1. Penyelenggaraan Kegiatan Prioritas Penguatan Sistem Kesehatan dan

Pengawasan Obat dan Makanan Tahun 2020-2024

2. Pencegahan dan penanggulangan penyebaran Covid-19 di lingkungan Badan POM

3. Isu-isu terkait berkaitan poin nomor 1 dan 2 dalam konteks Identifikasi risiko

Untuk meningkatkan peran pencegahan serta sebagai upaya antisipatif dan mitigatif, maka pendekatan berbasis risiko fraud (Fraud Control Plan-FCP) menjadi metode yang paling tepat dalam menjalankan fungsi pengawasan. Diharapkan hasil pengawasan ini dapat menjadi bahan pertimbangan Badan POM dalam pencapaian target-target dalam kegiatan prioritas.

Gambar 3.5 Workshop Fraud Control Plan

(31)

10. Sharing session/FGD Desain Upaya Strategis sebagai Respon atas Risiko Fraud dan Risiko Strategis di Lingkungan Badan POM

Senin, 23 November 2020 di Hotel Lumire Jakarta

Kegiatan FGD Desain Upaya Strategis sebagai Respon atas Risiko Fraud dan Risiko Strategis di Lingkungan Badan POM bertujuan untuk meningkatkan kualitas penerapan Sistem Pengendalian Intern dan meningkatkan kapabilitas pengawas intern BPOM dalam menerapkan manajemen risiko, khususnya manajemen risiko kecurangan serta merumuskan rekomendasi strategis terkait pelaksanaan kegiatan pengawasan terhadap kegiatan Prioritas Nasional dalam RPJMN 2020-2024 sebagai upaya penguatan peran strategis BPOM dlm mendukung program prioritas nasional dan penanganan pandemi Covid-19.

Pada kesempatan ini hadir pula Bapak Sutrisno, SE, CfrA, QIA selaku Direktur Investigasi II BPKP, Constantianus Christiadji, Ak., M.Si., CA,. CRMP, CFE selaku Kepala Sub Direktorat Pencegahan Korupsi II BPKP beserta Tim BPKP. Tim BPKP telah melakukan Fraud Risk Assesment pada 13 (tiga belas) balai dan 1 (satu) loka sehingga menghasilkan 255 risiko yang terdiri dari 6 risiko kegiatan Informasi dan komunikasi, 64 risiko kegiatan pengawasan/pemeriksaan, 52 risiko kegiatan Tata Usaha, 48 risiko kegiatan pengujian, 53 risiko kegiatan penindakan dan 12 risiko kegiatan sertifikasi-registrasi. Terhadap risiko tersebut dilakukan desk dengan Unit Teknis Pusat terkait sehingga diperoleh beberapa risiko yang akan diangkat ke level nasional.

Badan POM sebagai lembaga pemerintah berkomitmen melaksanakan reformasi birokrasi dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Pelaksanaan Program Pengendalian Kecurangan/Fraud Control Plan diharapkan turut mendukung pelaksanaan Reformasi Birokrasi serta penerapan zona integritas menuju WBK/WBBM.

Dengan komitmen pimpinan dan upaya seluruh pegawai diharapkan dapat memperkuat integritas, menghambat dan menekan sekecil mungkin potensi kecurangan, meningkatkan pencapaian program-program strategis, kualitas pelayanan publik yang semakin baik, menjamin obat dan makanan aman, bermutu serta berdaya saing untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat dan mandiri.

(32)

Gambar 3.6 FGD Desain Upaya Strategis sebagai Respon atas Risiko Fraud dan Risiko Strategis di Lingkungan Badan POM

Dalam mencapai sasaran Terwujudnya Organisasi Badan POM yang Efektif ini terealisasi anggaran sebesar Rp696.744.148,- (108,42%) dari total anggaran Rp642.631.000,-

B. CAPAIAN SASARAN PROGRAM 2 – TERKELOLANYA KEUANGAN BADAN POM SECARA TRANSPARAN DAN AKUNTABEL

Kegiatan di Inspektorat I

1. Asistensi Dalam Rangka Persiapan Pemeriksaan BPK

Salah satu tugas pokok Inspektorat dalam melakukan fungsi consulting adalah Asistensi. Asistensi dilakukan dalam rangka persiapan unit kerja guna menghadapi pengawasan BPK atas laporan keuangan Badan POM TA 2019. Pada tahun 2020, asistensi dilakukan pada 4 balai yaitu:

1. Balai Besar POM di Palembang.

2. Balai Besar POM di Banda Aceh.

3. Balai Besar POM di Serang.

4. Balai Besar POM di DKI Jakarta.

Kegiatan Asistensi dalam Rangka Persiapan Pemeriksaan BPK ini menyerap anggaran sebesar Rp60.972.200,00 dari alokasi anggaran sebesar Rp60.973.000,00 atau mencapai 99,99%.

2. Pendampingan Pemeriksaan BPK

Pada saat BPK RI melakukan pemeriksaan lapangan, Inspektorat Utama turut melakukan pendampingan untuk memfasilitasi komunikasi antara BPK dengan satker/unit kerja yang menjadi objek pemeriksaan.

(33)

Adapun tujuan pendampingan ini antara lain:

a. memberikan asistensi/pendampingan pemenuhan data dan informasi yang diminta oleh BPK-RI, termasuk saat pengecekan/pemantauan fisik oleh Tim BPK-RI, b. membantu penyamaan persepsi antara tim auditor BPK dengan auditi mengenai

suatu permasalahan yang ditemui pada saat pemeriksaan

c. memberikan rekomendasi atas temuan atau permasalahan yang ditemukan, dengan memberikan saran/masukan untuk tanggapan kepada Tim BPK-RI.

Pada tahun 2020, dilaksanakan pendampingan pada 6 (enam) UPT, yaitu Balai Besar/Balai POM di Palembang, Banda Aceh, Banjarmasin, Serang, Jakarta, dan Sofifi.

3. Workshop Ketua Tim Penilai dan Evaluasi Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan (PIPK)

Sebagai bagian dari upaya dalam meningkatkan keandalan Laporan Keuangan, maka Pemerintah Pusat menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 17/PMK.09/2019 tentang Pedoman Penerapan, Penilaian, Dan Reviu Pengendalian Intern Atas Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.

Untuk memberikan pemahaman mengenai PMK 17 tahun 2019, Inspektorat Utama menyelenggarakan Workshop Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan melalui aplikasi Zoom pada tanggal 24 s.d. 28 September 2020 dengan narasumber dari Kementerian Kesehatan dan Kementerian Keuangan. Peserta merupakan perwakilan tim penilai PIPK dari seluruh Satuan Kerja di Lingkungan BPOM.

Workshop ini dirancang agar peserta workshop memiliki pengetahuan serta kemampuan:

a. Memahami konsep dasar dalam penerapan PIPK b. Menyusun perencanaan pelaksanaan penilaian PIPK

c. Melakukan penilaian tingkat entitas maupun penilaian tingkat proses dan transaksi d. Melakukan penilaian PIPK secara keseluruhan dan mengambil kesimpulan atas

efektivitas pengendalian.

Realisasi kegiatan ini menyerap anggaran sebesar Rp98.684.695,00 dari alokasi anggaran sebesar Rp98.800.000,00 atau mencapai 99,88%.

(34)

Gambar 3.7 Workshop Pengendalian Intern atas Pelaporan Keuangan

4. Pertemuan Teknis Pembahasan Hasil Pemeriksaan Kinerja BPK atas Penanganan Pandemi Covid-19 pada Bidang Kesehatan di Badan POM

Dalam rangka peningkatan akuntabilitas dan penyamaan persepsi serta mengawal dan menjamin Laporan Keuangan telah disusun sesuai Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), Inspektorat Utama telah menyelenggarakan pertemuan teknis “Pembahasan Hasil Pemeriksaan Kinerja BPK atas Penanganan Pandemi Covid-19 pada Bidang Kesehatan di Badan POM” pada tanggal 28 Desember 2020. Kegiatan ini merupakan bentuk komitmen nyata Inspektorat Utama untuk menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK RI dalam rangka meningkatkan kinerja BPOM.

Gambar 3.8 Kegiatan Lokakarya Peningkatan Akuntabilitas LK BPOM

(35)

Dalam mencapai sasaran Terkelolanya Keuangan Badan POM Secara Transparan dan Akuntabel ini terealisasi anggaran sebesar Rp486.344.854,- (99,96%) dari total anggaran Rp486.533.000,-.

C. CAPAIAN SASARAN PROGRAM 3 – MENINGKATNYA PELAYANAN PENGAWASAN INTERN YANG EFEKTIF DAN EFISIEN

1. Survei Kepuasan Mitra Pengawasan Intern

Pengawasan intern oleh auditor pada masa lalu dilakukan dengan paradigma watchdog, atau sebagai pemeriksa yang mencari adanya pelanggaran terhadap ketentuan yang berlaku. Pada akhir pemeriksaan, auditor internal akan menyampaikan temuan, dan rekomendasi yang pada prakteknya tidak terlalu dibutuhkan oleh unit kerja. Perspektif pengawasan intern yang demikian menjadi tidak relevan dalam era persaingan organisasi dan risiko perubahan. Teknologi, selera konsumen, dan lingkungan sosial politik yang berubah sangat cepat merupakan risiko yang harus dimaknai oleh auditor internal untuk mentransformasi organisasi kerja, cara atau metode kerja, dan kompetensi sehingga dapat memenuhi ekspektasi stakeholders.

Auditor internal masa kini diharapkan dapat menjadi mitra strategis dan konsultan yang bisa dipercaya bagi manajemen dan seluruh unit kerja di organisasi. Dengan adanya perubahan paradigma dari konsep watchdog menjadi fungsi assurance dan consulting, auditor internal diharapkan dapat selangkah lebih maju lagi, berperan

sebagai trusted advisor.

Untuk mengetahui kepuasan mitra atas layanan yang diberikan, Inspektorat Utama melaksanakan survei kepada satuan kerja/unit kerja atas pengawasan intern yang telah dilakukan. Konsep yang digunakan dalam survei kepuasan mitra pengawasan intern adalah Service Quality (ServQual) yang merupakan salah satu konsep layanan jasa yang diberikan organisasi. ServQual memiliki lima aspek utama, yakni Reliability, Assurance, Tangible, Empathy, dan Responsiveness (RATER).

a. Wujud Fisik (Tangible); Aspek ini mengacu pada segala sesuatu yang bersifat wujud fisik dan memengaruhi kualitas layanan kepada mitra pengawasan intern.

Gambar

Gambar 1.2  Struktur Organisasi Inspektorat Utama BPOM
Gambar 1.3  Tujuan dan Indikator Tujuan Inspektorat Utama
Gambar 1.5  Budaya Kerja
Gambar 2.1 Komposisi SDM Inspektorat Utama Berdasarkan Jabatan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kegiatan pembelajaran tematik tema lingkungan dengan menggunakan lingkungan alam (sawah dan hutan), terlihat bahwa skor hasil belajar siswa kelas III SD

Sebelum melakukan penelitian dengan menggunakan metode triangulasi, peneliti harus terlebih dahulu menghitung dan memperkirakan apakah hasil yang akan diperoleh

Gambar 4, menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis pada organoleptik rasa naget rajungan dengan substitusi daging ikan lele dan daging rajungan yang paling tinggi

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode ATC/DDD yang terdapat dalam Guideline WHO Collaborating Centre tahun 2011 dan DU 90% untuk mengetahui

Sebelum membagikan soal tes, guru dan peneliti bersepakat untuk tidak menyajikan soal open ended karena masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal

Dengan hormat kami informasikan bahwa dalam rangka penyelesaian tugas pasca pelatihan dan persiapan pelatihan kurikulum 2013 bagi kepala sekolah sasaran, Pusat Pengembangan

Berdasarkan pembahasan penelitian dalam dua siklus dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Search Solve

Post Test – Only Control Group Design. Populasi dalam penelitian ini 266 orang siswa. Sedangkan sampel penelitiannya sebanyak 80 orang siswa. Data motivasi