KEKELIRUAN ALASAN SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MENYATAKAN GUGATAN PEMBATALAN PERJANJIAN TIDAK
DAPAT DITERIMA (STUDI PUTUSAN PENGADILAN NEGERI PALEMBANG NOMOR 229/PDT.G/2020/PN.PLG)
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Bagian Program Studi Hukum Perdata
Fakuktas Hukum Universitas Sriwijaya Oleh :
Suci Meysie 0201128182344
UNIVERSITAS SRIWIJAYA FAKULTAS HUKUM
INDRALAYA 2022
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
“Jika Hidupmu Dibawah Banyak Harapan Maka Jadikan Kepercayaan Tersebut sebagai Kekuatan Untuk Berusaha Menjadikannya Layak Atas Kebanggaan Dan Pengakuan.”
Kupersembahkan Kepada :
- Kedua Orangtua dan Keluarga Besar - Teman-Teman, Sahabat dan Adik-Adik
di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
- Almamater Universitas Sriwijaya
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. karena atas berkat dan rahmat-nya saya dapat menyelesaikan Skripsi ini. Skipsi ini diberi
judul dengan “KEKELIRUAN ALASAN SEBAGAI DASAR
PERTIMBANGAN HAKIM MENYATAKAN GUGATAN PEMBATALAN
PERJANJIAN TIDAK DAPAT DITERIMA (STUDI PUTUSAN
PENGADILAN NEGERI PALEMBANG NOMOR
229/PDT.G/2020/PN.PLG)”. Skripsi ini dibuat dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya.
Saya menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman saya sehingga skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, akan tetapi kiranya semoga skripsi ini masih dapat berguna bagi siapa saja yang membacanya terkhusus mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya serta dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang ilmu hukum.
Indralaya, 13 Januari 2022
SUCI MEYSIE 02011281823444
vi
UCAPAN TERIMAKASIH
Segala puji bagi Allah SWT. karena berkat rahmat dan karunia yang telah diberikan kepada kita semua dan saya pribadi sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan meskipun mungkin masih banyak kekurangan didalamnya. Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada :
1. Allah SWT karena atas rahmat dan karunianya yang membantu mempermudah dan melancarkan segala urusan didalam proses penyelesaian skripsi ini. Tidak lupa pula shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan para sahabatnya hingga akhir zaman;
2. Kepada Orangtua saya, Ayah Abdul Kadir dan Ibu Diana Purnama yang telah menjadi sumber kekuatan terbesar, yang selalu mendukung, mendoakan, bekerja keras serta bersabar melewati setiap proses kehidupan saya sampai saat ini;
3. Kepada Adik-adik saya, Dwi Yuliana Putri, Aniatur Rohima, Imam Barakah dan Imam Ibadah. Semoga kelak kalian akan menjadi orang yang sukses dan bermanfaat bagi orangtua dan keluarga besar;
4. Kepada Bapak Dr. Febrian, S.H, M.S. selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Bapak Dr. Mada Apriadi, S.H, MCL. selaku Wakil Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Bapak Dr. Ridwan, S.H., M.Hum, selaku Wakil Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya dan Bapak Drs. Murzal, S.H., M.H. selaku Wakil Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;
5. Kepada Bapak Dr. Muhammad Syaifuddin, S.H., M.Hum selaku Ketua Bagian Hukum Perdata dan selaku Dosen Pembimbing Utama, atas semua arahan, saran dan ilmunya selama bimbingan;
6. Kepada Ibu Sri Turatmiyah, S.H., M.Hum selaku Dosen Pembimbing Pembantu, atas semua arahan, saran dan ilmunya selama bimbingan;
vii
7. Kepada Ibu Vegitya Ramadhani Putri, S.H., S.Ant. M.A., LL.M selaku Pembimbing Akademik saya selama menjadi Mahasiswa di Fakultas Hukum Univeristas Sriwijaya;
8. Kepada seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;
9. Kepada semua staff & pegawai di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya yang telah memberikan layanan terbaik kepada seluruh mahasiswa selama perkuliahan;
10. Kepada seluruh Advokat di Kantor Hukum Fahmi Nugroho, S.H., M.H dan Rekan, atas semua ilmu serta pengalamannya selama Kuliah Kerja Lapangan (KKL);
11. Kepada semua teman-teman seperjuangan angkatan 2018 di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;
12. Kepada Organisasi UKK Resimen Mahasiswa Mahawijaya Satuan 601/PSA Universitas Sriwijaya, atas pendidikan dan pengalaman kegiatannya;
13. Kepada seluruh keluarga besar Asrama Muba Universitas Sriwijaya atas keakraban dan kenyamanan suasana tempat tinggal selama di Indralaya;
14. Kepada semua sahabat-sahabat saya dari alumni SMK Perbankan Alumnika Palembang yang selalu menjadi penyemangat disetiap keadaan sulit hingga saat ini;
15. Serta masih banyak lagi pihak yang sangat berpengaruh dalam proses penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Indralaya, 13 Januari 2022
SUCI MEYSIE 02011281823444
viii
ix DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN PERNYATAAN ... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
UCAPAN TERIMASKASIH ... vi
ABSTRAK ... viii
DAFTAR ISI ... ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 9
D. Manfaat Penelitian ... 10
E. Ruang Lingkup ... 11
F. Kerangka Teori ... 11
1. Teori Kekuasaan Kehakiman ... 11
2. Teori Pertimbangan Hukum Hakim ... 13
3. Teori Perjanjian ... 14
G. Metode Penelitian ... 18
1. Jenis Penelitian ... 18
2. Pendekatan Penelitian ... 19
3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum ... 20
x
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 21
5. Teknik Pengolahan Bahan Hukum... 22
6. Teknik Analisis Bahan Hukum ... 22
7. Teknik Penarikan Kesimpulan ... 23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA TENTANG HAKIM, GUGATAN DAN PERJANJIAN A. Hakim ... 24
1. Kedudukan Hakim dalam Kekuasaan Kehakiman ... 24
2. Kewajiban dan Tanggung Jawab Hakim... 25
3. Pertimbangan Hukum Hakim ... 28
4. Putusan Hakim ... 29
B. Gugatan ... 33
1. Surat Gugatan ... 33
2. Tahapan Pemeriksaan Gugatan di Pengadilan ... 38
C. Perjanjian ... 42
1. Pengertian Perjanjian ... 42
2. Syarat Sahnya Perjanjian... 43
3. Asas-Asas Perjanjian ... 45
4. Unsur-Unsur Perjanjian ... 48
5. Jenis-Jenis Perjanjian ... 49
6. Akibat Hukum Perjanjian ... 52
7. Prestasi dan Wanprestasi ... 53
8. Berakhir atau Hapusnya Perjanjian ... 55
xi BAB III PEMBAHASAN
A. Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah Yang Terdapat Pada Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg Terhadap Syarat Sahnya Perjanjian Berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata ... 59
1. Karakteristik, Bentuk dan Proses Hukum Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah ... 59
2. Analisis Syarat Sahnya Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah ... 69
B. Pertimbangan Hukum Hakim Yang Menyatakan Gugatan Pembatalan Perjanjian Jual Beli Hak Atas Tanah Tidak Dapat Diterima (Niet Ontvankelijke Verklaard/NO) Berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg ... 74
1. Duduk Perkara ... 74
2. Pertimbangan Hukum Hakim ... 77
3. Putusan Hakim ... 82
4. Analisis Putusan ... 89
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan ... 102
B. Saran ... 103
DAFTAR PUSTAKA ... 105 LAMPIRAN
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Hukum merupakan ketentuan aturan yang bertujuan sebagai pedoman kehidupan manusia, hukum memiliki fungsi sebagai alat rekayasa dan kontrol sosial yang memiliki tujuan menciptakan suatu nilai ketertiban dan nilai kedamaian didalam aspek kehidupan masyarakat. Terdapat hal yang tidak dapat dipungkiri dimana masyarakat mengalami perkembangan nilai secara terus menerus, dan jika dikaitkan dengan salah satu ungkapan dari seorang filsuf kelahiran Roma yang memiliki keahlian dibidang hukum yakni Marcus Tullis Cicero (106-43 SM) ia yang menyatakan tentang “ubi societas ibi ius”
maksudnya tidaklah ada hukum kecuali disana ada masyarakat.1
Jalinan antar subjek hukum yang memberikan ikatan dengan subjek hukum yang lain yang akan memberntuk suatu hubungan, dimana hubungan ini seringkali menciptakan adanya benturan-benturan hukum yang menimbulkan persengketaan antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam proses interaksi sosial. Sengketa akan menimbulkan suatu gejolak yang menghadirkan ketidakstabilan dimasyarakat. Salah satu hal yang membentuk awal sengketa yakni dengan adanya hubungan perjanjian antar pihak tertentu dimasyarakat.
Berdasarkan rumusan Pasal 1313 KUH Perdata adalah perjanjian ialah suatu tindakan dengan mana seorang atau lebih mengikatkan diri terhadap seorang atau lebih lainnya. Setiap subjek hukum yang akan mengadakan
1 Darji Darmodihardjo dan Sidharta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995, hlm 208.
2
perjanjian, agar perjanjiannya mengikat maka harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti subjek hukum “orang” (person) harus telah dinyatakan dewasa adapun subjek hukum “badan hukum” (recht persoon) diharuskan memenuhi syarat-syarat formal yang ada pada badan hukum. Didalam hukum perjanjian subjek hukum meliputi pribadi dengan pribadi atau individu dengan individu maupun badan hukum dengan badan hukum. Subjek hukum didalam perjanjian memiliki hak dan kewajibannya masing-masing, selain itu juga dapat melakukan perbuatan hukum seperti penuntutan dan dituntut, menghadap pengadilan dan sebagainya.2
Dalam suatu perjanjian terdapat ketentuan yang harus dipenuhi para pihak dalam melakukan perjanjian, dimana berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata suatu perjanjian dianggap sah secara hukum apabila memenuhi syarat antara lain :
1. Adanya kesepakatan yang terjadi antara para pihak;
2. Perikatan dilakukan para pihak yang telah cakap;
3. Adanya pokok persoalan tertentu atau suatu hal tertentu;
4. Adanya sebab yang tak terlarang.
Salah satu perjanjian yang seringkali dilakukan dimasyarakat ialah perjanjian jual beli. Jual beli berdasarkan rumusan Pasal 1457 KUH Perdata ialah suatu bentuk pengikatan diri para pihak, berdasarkan peristilahan dalam bahasa Belanda koopen verkoop yakni bahwa pihak penjual sebagai verkoopt (menjual) sedang pihak pembeli sebagai koopt (membeli),3 dimana satu pihak melakukan penyerahan atas suatu objek prestasi dan pihak lain melakukan pembayaran harga
2 Joni Emirzon. Dasar-dasar dan teknik penyusunan kontrak, Universitas Sriwijaya.
Palembang. 1998. hlm. 19
3 R. Subekti, Aneka Perjanjian, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, Hlm. 2
3
berdasarkan kesepakatan yang tertuang dalam suatu bentuk perjanjian.4 Perjanjian jual beli menimbulkan suatu bersifat bertimbal balik, dimana perjanjian jual beli memberikan hak dan kewajiban sekaligus bagi para pihak yang melakukan perjanjian ini.
Dalam proses melakukan jual beli penyerahan kepemilikan terhadap suatu benda atau barang haruslah dilakukan berdasarkan hukum kebendaannya masing- masing, didalam hukum kebendaan dikenal dengan tiga jenis yakni barang bergerak, barang tidak bergerak dan barang tak bertubuh. Adapun penyerahannya menurut hukum kebendaan masing-masing antara lain :5
a. Barang bergerak, sebagaimana Pasal 612 KUH Perdata penyerahan dilakukan secara nyata terhadap kebendaan yang dilakukan oleh atau atas nama pemilik, atau dengan menyerahkan kunci dari bangunan dimana kebendaan itu berada kecuali untuk yang tak bertubuh.
b. Barang tidak bergerak, proses penyerahannya dilakukan dengan proses balik nama yang dilakukan dihadapan dan dibuat oleh Pejabat yang berhak hal ini sebagaimana telah diatur berdasarkan Pasal 616 jo 620 KUH Perdata.
c. Barang tak bertubuh, penyerahannya disebut dengan “cessie” dimana berdasarkan Pasal 613 KUH Perdata terhadap piutang atas nama maupun kebendaan tak bertubuh yang lain, proses penyerahannya membutuhkan pembuatan akta baik otentik maupun dibawah tangan,
4 Ibid
5 Ibid, hlm 9-10
4
yang kemudian dilimpahkan atas hak-hak kebendaan tersebut pada orang lain.
Dalam pembuatan suatu perjanjian tidak terikat terhadap suatu bentuk tertentu, hal ini memberikan arti bahwa setiap orang memiliki kebebasan dalam pembuatan perjanjian baik dilakukan secara lisan atau tertulis. Akan tetapi tidak semua perjanjian dapat dilakukan secara lisan, hal ini dikarenakan terhadap perjanjian-perjanjian tertentu terdapat pengaturannya langsung oleh undang- undang dimana bentuk perjanjiannya harus dalam bentuk yang telah diatur oleh undang-undang tersebut. Adapun salah satu perjanjian yang memerlukan bentuk tertentu yang diatur oleh undang-undang adalah perjanjian jual beli hak atas tanah.6
Tanah merupakan objek jual beli yang hukum kebendaannya masuk dalam barang tidak bergerak, tanah dinilai sebagai suatu benda yang bernilai ekonomis bagi bangsa Indonesia selain itu tanah juga memberikan getaran kedamaian sekaligus guncangan didalam masyarakat dan juga seringkali memberikan sendatan dalam proses pembangunan7. Dalam menjamin kepastian hukum terhadap kepemilikan hak atas tanah maka masyarakat harus melakukan pendaftaran tanah, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 19 Ayat (1) Undang- Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang menyatakan bahwa “Dalam upaya memberikan jaminan kepastian hukum maka pemerintah akan mengadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah
6 Annalisa Yahanan, Muhammad Syaifuddin dan Yunial Laili Mutiari. Perjanjian Jual Beli Berklausula Perlindungan Hukum Paten. Universitas Sriwijaya. Palembang. 2009. hlm. 12
7 John Salideho, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Sinar Grafika, Jakarta, 1993, hlm.
23
5
Republik Indonesia sebagaimana ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah”.
Dalam hal seorang pemegang hak atas tanah akan menjual tanahnya maka proses jual beli kepemilikan hak atas tanah, pelaksanaannya harus dilakukan dan dibuat dihadapan pejabat yang berwenang dalam hal ini diberikan kepada Pejabat Pembuat Akta Tanah (selanjutnya disebut dengan PPAT). Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 yang mengatur mengenai jabatan PPAT yaitu
“PPAT merupakan jabatan umum yang mendapatkan kewenangan dalam hal membuat akta otentik yang didalamnya termasuk juga perbuatan hukum terhadap hak atas tanah atau hak milik satuan rumah susun”, dengan Peraturan Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1999 sebagai ketentuan pelaksananya.
Pengaturan lebih lanjut mengenai perjanjian jual beli hak atas tanah harus dilakukan dihadapan PPAT ini diatur dalam Pasal 37 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang pendaftaran tanah yakni : “Proses Pemindahan hak atas tanah hanya bisa dilakukan pendaftaran ketika perbuatan hukum pemindahan hak atas tanahnya dilakukan dan didasarkan pada akta PPAT, kecuali yang melalui lelang”. Jual beli hak atas tanah yang dilakukan dan dibuat dihadapan PPAT bertujuan untuk menghindari perselisihan atau sengketa atas tanah dan juga sebagai bentuk kepastian hukum bagi pemegang hak atas tanah itu sendiri.
Meskipun perjanjian jual beli tanah telah diatur ketentuan pelaksanaannya oleh undang-undang, akan tetapi faktanya dimasyarakat seringkali mengabaikan
6
ketentuan hukum yang berlaku. Salah satu kasus yang terjadi dimasyarakat yakni perkara berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg. Adapun duduk perkara dalam kasus ini dimana pihak penggugat yang sebagai pembeli atas jual beli dengan objek hak atas tanah yang mana perjanjian jual beli ini kesepakatannya dilakukan secara lisan, hal ini sebagaimana tidak adanya bukti tertulis perjanjian baik itu akta dibawah tangan maupun akta otentik sebagai bukti pendukung didalam dalil gugatan.
Berdasarkan keterangan pihak penggugat ia telah melakukan pembayaran secara kredit dan telah lunas sesuai harga yang disepakati para pihak dan pembayaran tersebut telah diterima secara langsung oleh pihak tergugat. Pada saat akan melakukan proses balik nama untuk peralihan hak kepemilikan atas tanah, pihak tergugat menyatakan bahwa ia tidak dapat melakukan balik nama karena tanah tersebut dalam sengketa dan telah diblokir oleh turut tergugat dalam hal ini Kepala Kantor Pertanahan Kota Palembang, padahal berdasarkan keterangan pihak petugas Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kota Palembang menyatakan bahwa tanah tersebut tidak bermasalah dan dapat dilakukan balik nama.
Berdasarkan permasalahan inilah penggugat menganggap tidak adanya itikad baik dari pihak tergugat, itikad baik sendiri merupakan salah satu asas didalam perjanjian dimana bagi para pihak yang akan membuat perjanjian diharapkan memiliki itikad baik dalam melaksanakan perjanjian. Apabila asas itikad baik ini tidak dipenuhi maka akan menyebabkan adanya cacat kehendak.8
8 Helena Primadianti Sulistyaningrum. Prinsip Itikad Baik (Pasal 251 Kuhd) Dalam Hal Terjadinya Penolakan Klaim Asuransi Kepada Tertanggung Sebagai Konsumen (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen). Jurnal Simbur Cahaya Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Volume XXIV, Nomor 1 Januari 2017, Edisi 60.
7
Atas dasar itikad tidak baik tersebut pihak penggugat yang merasa dibohongi, sebelumnya juga pernah melaporkan tergugat ke dalam ranah hukum pidana atas dugaan penipuan dan penggelapan dan tergugat telah divonis selama satu tahun dan enam bulan di Pengadilan Negeri Palembang dengan Putusan Nomor 87/Pid.B/2020/PN.Plg.
Setelah tergugat selesai dari masa hukuman pidananya, pihak penggugat yang tetap merasa dirugikan menginginkan pengembalian uang atas transaksi dalam perjanjian jual beli hak atas tanah yang ia sepakati bersama pihak tergugat.
Pihak penggugat melakukan pengajuan gugatan pembatalan perjanjian dengan nomor register perkara 229/Pdt.G/2020/PN.Plg. Pengajuan gugatan menjadi proses peradilan perdata pertama yang harus dilakukan, dimana pihak berkepentingan hukumlah yang dapat melakukan pengajuan gugatan.
Dalam mengajukan gugatan haruslah memiliki alasan hukum atau dasar hukum, Surat gugatan juga harus memenuhi formulasi gugatan yang jelas fundamentum petendi posita dan petitum yang sesuai dengan sistem dagvaarding
sebagai pemenuhan syarat formil dalam suatu gugatan.9 Uraian setiap peristiwa didalam dalil gugatan dibuat sejelas mungkin dan penentuan alas hukum yang digunakan juga harus tepat agar dapat menjadi penguat gugatan yang diajukan, sehingga tidak menimbulkan kekeliruan serta keraguan maksud pengajuan gugatan. Dasar atau alas hukum yang dapat dijadikan sebagai dasar gugatan yakni dapat berupa wanprestasi, perbuatan melawan hukum, perceraian, waris, pembatalan perjanjian dan lain-lain.
9 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2004, hlm. 51
8
Pengajuan gugatan pembatalan perjanjian dalam perkara berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg memberikan putusan akhir yang menyatakan gugatan pembatalan perjanjian jual beli hak atas tanah tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard/NO).
Terdapat sebab yang menjadi pertimbangan hukum hakim menyatakan gugatan tidak diterima yang berkaitan dengan ketentuan atau syarat formil yang tidak terpenuhi didalam surat gugatan yang diajukan. Adapun pertimbangan hakim didalam putusan ini menitikberatkan hal-hal yang yang dianggap keliru dalam pengajuan alasan gugatan atau dasar gugatan (fundamentum petendi) yakni uraian- uraian mengenai peristiwa atau kejadian (factual grounds) tentang hukum yang dijadikan sebagai dasar yuridis dari gugatan yang diajukan (legal grounds).10
Berdasarkan permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi lebih lanjut dengan judul “Kekeliruan Alasan Sebagai Dasar Pertimbangan Hakim Menyatakan Gugatan Pembatalan Perjanjian Tidak Dapat Diterima (Studi Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg).”
10 Muhammad Abdulkadir, Hukum Acara Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2015, Hlm 37
9 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan mengenai latar belakang permasalahan diatas, penulis menentukan rumusan masalah yang akan dibahas antara lain :
1. Apakah perjanjian jual beli hak atas tanah yang terdapat pada Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg sudah memenuhi syarat sahnya perjanjian berdasarkan Kitab Undang- Undang Hukum Perdata?
2. Bagaimana pertimbangan hukum hakim yang menyatakan gugatan pembatalan perjanjian jual beli hak atas tanah tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard/NO) berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menganalisis sah atau tidaknya perjanjian dan akibat hukum dari perjanjian jual beli hak atas tanah berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg;
2. Menganalisis pertimbangan hukum hakim dalam menyatakan gugatan pembatalan perjanjian hak atas tanah tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard/NO) berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg.
10 D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak untuk diantaranya:
1. Secara Teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengembangan ilmu hukum acara perdata khususnya terhadap pertimbangan hukum hakim dalam menyatakan gugatan pembatalan perjanjian tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard/NO);
2. Secara Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfatkan para pihak dalam mengajukan gugatan ke pengadilan yaitu :
a. Penggugat, dalam hal mengajukan gugatan ke pengadilan untuk mendapatkan keadilan;
b. Tergugat, dalam hal mempertahankan jawaban dan melindungi hak-hak hukumnya;
c. Hakim, dalam hal pertimbangan hukumnya untuk menghasilkan putusan yang seadil-adilnya;
d. Kuasa Hukum Penggugat, dalam hal melakukan proses beracara terutama dalam melindungi hak-hak hukum dan membantu menuntut keadilan bagi pihak penguggat;
e. Kuasa Hukum Tergugat, dalam hal melakukan proses beracara terutama dalam melindungi hak-hak hukum dan membantu mempertahankan keadilan bagi pihak tergugat.
11 E. Ruang Lingkup
Bingkai dari suatu penelitian menjadi batas dari penelitian, dengan tujuan mempersempit serta membatasi pembahasan permasalahan dalam penelitian.11 Oleh karena itu agar tidak meluasnya topik bahasan permasalahan, maka penulis bermaksud untuk membatasi kajian ruang lingkup penulisan skripsi ini dengan menganalisis sah atau tidaknya perjanjian jual beli hak atas tanah berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan menganalisis pertimbangan hukum hakim dalam menyatakan gugatan pembatalan perjanjan jual beli hak atas tanah tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard/NO) berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg.
F. Kerangka Teori
Dalam upaya menjawab permasalahan yang telah dirumuskan, maka penulis menggunakan Teori Kekuasaan Kehakiman, Teori Pertimbangan Hakim dan Teori Perjanjian dalam melakukan analisis terhadap putusan hakim yang telah inkracht dalam Putusan Pengadilan Negeri Pelembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg.
1. Teori Kekuasaan Kehakiman
Indonesia merupakan negara hukum12, dimana negara hukum memiliki ciri pokok yakni asas legalitas, terdapat pengakuan dan penghargaan atas hak asasi manusia serta kebebasan sistem peradilan (the independence of judiciar). Mahfud MD menjelaskan ciri terpenting yang dimiliki negara hukum ialah prinsip pada the
11 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, PT.Raja Grafindo, Jakarta, 2011, hlm 111.
12 Pasal 1 Ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
12
independence of judiciar dimana hal ini berhubungan dengan sistem
demokratisnya suatu negara yang harus ada didalam kekuasaan kehakiman yang independen.13
Nurdjannah memberikan penjelasan tentang Independensi Kekuasaan Kehakiman kedalam 3 pengertian diantaranya :14
1) Structural Independence, yakni independensi dalam kelembagaan dimana terdapat pemisahan bagan organisasi yang meliputi eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
2) Functional independence, yakni dilihat dari pelaksanaan fungsi-fungsi didalam kekuasaan kehakiman yang berusaha agar tidak adanya intervensi ekstra yudisial dalam menjalankan sistem peradilan.
3) Independence of judiciary, yakni suatu fundamental didalam menyelenggarakan proses peradilan dimana hakim diharapkan memberikan keputusan hukum yang sesuai, memberikan keadilan serta memberikan kemanfaatan dimuka persidangan.
Kekuasaan kehakiman telah diatur didalam Pasal 24 dan Pasal 25 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Selain itu kekuasaan kehakiman juga diatur didalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan :
“Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman sebagai tujuan agar menjamin kekuasaan Negara yang merdeka, demi tegaknya
13 Abd. Rasyid As’ad, Prinsip Kekuasaan Kehakiman dan Independensi Peradilan, dalam Varia Peradilan, Majalah Hukum Tahun XXVII Nomor 312 November 2011, hal. 90.
14 Siti Nurdjannah, Op. Cit., hal. 5.
13
penyelenggaraan peradilan yang berlandaskan hukum yang adil sesuai dengan Pancasila, serta demi terselenggaranya tujuan Negara hukum di Republik Indonesia.”
Kaitan antara teori kekuasaan kehakiman terhadap proses penelitian yakni untuk mengkaji apakah proses penyelenggaraan peradilan dalam perkara berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg telah tercipta kekuasaan kehakiman yang bebas dari intervensi pihak lain sebagaimana tujuan dari adanya pengaturan kekuasaan kehakiman itu sendiri.
2. Teori Pertimbangan Hukum Hakim
Dalam upaya mencapai tujuan dari negara hukum yang berkeadilan dan mendatangkan kemanfaatan pihak-pihak didalam perkara dan juga masyarakat, maka seorang hakim didalam putusannya harus menemukan suatu putusan yang bersifat obyektif dan adil. Menurut Roeslan Saleh seorang hakim tentu saja harus menemukan nilai-nilai hukum yang dinilai baik dan juga dibenarkan sesuai dengan Pancasila dan “According to the law of civilizied nations”.15 Oleh karenanya seorang hakim diharapkan dapat memahami hukum secara mendalam agar dapat memberikan hukum yang tepat berdasarkan kebutuhan hukum dalam perkara yang terkait.
Dalam upaya memenuhi kewajiban tersebut berdasarkan rumusan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 seorang
15 Roeslan Saleh, op.cit, hlm. 45
14
hakim diperintahkan didalam kedudukannya untuk menegakan hukum secara adil dengan berkewajiban menggali, mengikuti serta memahami nilai-nilai hukum yang ada dimasyarakat.16 Asas pertimbangan hukum hakim harus menyatakan dasar alasan yang rinci dan jelas, adapun dasar alasan-alasan hukum yang dapat digunakan meliputi : 17
a. Pasal-pasal yang terdapat didalam ketentuan undang-undang;
b. Hukum adat;
c. Yurisprudensi;
d. Ajaran-ajaran hukum.
Kaitan antara teori pertimbangan hukum hakim terhadap permasalahan yang sedang diteliti yakni dalam hal menganalisis serta menilai bagaimana putusan hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg, apakah putusan didasari pada pertimbangan-pertimbangan yang jelas menurut hukum dan rinci sebagaimana ketentuan-ketentuan hukum yang baik dan juga benar.
3. Teori Perjanjian
Dalam menjalani kehidupan masyarakat pasti akan bergantung satu sama lainnya sebagai wujud dari makhluk sosial, perjanjian merupakan salah satu bentuk interaksi yang dilakukan oleh masyarakat yang sering kali mendatangkan permasalahan, oleh
16 M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm 797-798
17 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman
15
karenanya diperlukan pengaturan khusus mengenai perjanjian itu sendiri. Perjanjian menurut J. Satrio menjelaskan bahwa “Suatu perjanjian yang timbul memberikan akibat hukum sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh pembuat perjanjian termasuk juga yang berkaitan dengan perkawinan, perjanjian kawin dan lain-lain.”18 Selain itu menurut I Ketut Oka Setiawan menjelaskan “Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seseorang membuat janji kepada seorang lain atau dimana dua orang itu saling membuat janji untuk menjalankan sesuatu hal.”19
Perjanjian juga telah diatur didalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya disebut KUH Perdata) tepatnya didalam Buku III KUH Perdata, berdasarkan Pasal 1313 KUH Perdata menjelaskan bahwa “Perjanjian ialah suatu tindakan dengan mana seorang atau lebih mengikatkan diri terhadap seorang atau lebih lainnya..”
Adapun unsur-unsur perjanjian yang harus ada dalam melakukan perjanjian menurut Abdulkadir Muhammad antara lain :20
a. Terdapat para pihak yang menjadi subjek dari perjanjian;
b. Terdapat persetujuan yang ditetapkan oleh para pihak;
c. Terdapat tujuan yang ingin dicapai para pihak dalam membuat perjanjian tentunya yang tidak bertentangan
18 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hlm. 28
19 I Ketut Oka Setiawan, Hukum Perikatan, Sinar Grafika, Jakarta, 2015, hlm. 42
20 Abdulkadir Muhammad, Op.Cit, hal.78.
16
rumusan didalam undang-undang, kesusilaan dan juga ketertiban umum;
d. Terdapat prestasi atau kewajiban para pihak yang harus dipenuhi;
e. Terdapat hal tertentu baik dituangkan secara lisan maupun tulisan;
f. Terdapat syarat-syarat yang diperuntukan didalam membuat perjanjian.
Selain itu pendapat lain menerangkan bahwa unsur-unsur perjanjian antara lain :21
a) Unsur Esensialia, yakni unsur yang haruslah ada didalam perjanjian untuk tujuan pemenuhan keabsahan suatu perjanjian yang dibuat;
b) Unsur Naturalia, yakni unsur yang tanpa diperjanjikan secara khusus tetapi melekat didalam perjanjian;
c) Unsur Aksidentalia, yakni unsur yang pernyataannya dibuat secara tegas didalam perjanjian yang dibuat para pihak.
Adapun Syarat sah perjanjian berdasarkan Pasal 1320 KUH Perdata antara lain:
1. Adanya kesepakatan yang terjadi antara para pihak;
21 Kartini Muljadi & Gunawan Widjaja, Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2003), h. 8
17
2. Perikatan dilakukan para pihak yang telah cakap;
3. Adanya pokok persoalan tertentu atau suatu hal tertentu;
4. Adanya sebab yang tidak dilarang.
Perjanjian yang dibuat oleh para pihak dan telah memenuhi syarat sah menciptakan hukum yang mengikat bagi para pihak yang membuatnya (Pacta sunt servanda), tidak hanya terhadap hal-hal yang dinyatakan secara tegas dengan bukti tulisan tetapi juga terhadap suatu kepatutan, kebiasaan dan undang-undang sebagaimana sifat perjanjian. Sedangkan perjanjian yang tidak memenuhi syarat sah perjanjian berdasarkan ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata memiliki akibat hukum dapat dibatalkan (jika tidak memenuhi syarat subjektif sebagaiman rumusan didalam Pasal 1320 KUH Perdata) atau batal demi hukum (jika tidak memenuhi syarat objektif Pasal 1320 KUH Perdata).
Keterkaitan antara teori perjanjian dan permasalahan yang akan diteliti ialah dalam mengkaji apakah perjanjian jual beli hak atas tanah antara para pihak dalam hal ini penggugat dan tergugat dalam perkara Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg telah sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang ada didalam hukum perjanjian.
18 G. Metode Penelitian
Metode penelitian sebagai upaya berpikir mengenai cara meneliti secara teratur dan runtut dengan menggunakan metode-metode ilmiah penelitian guna mencari, menemukan kemudian dikembangkan dalam menguji kebenaran serta ketidakbenaran dari suatu informasi pengetahuan dengan gejala atau hipotesa.
Adapun tujuan dari metode diharapkan bisa berjalan dengan sebaiknya serta memperoleh ketepatan informasi. Metodologi sebagai unsur yang harus ada atau mutlak didalam proses mengembangkan ilmu pengetahuan melalui penelitian.22
Metode penelitian menurut Peter Mahmud Marzuki, menjelaskan mengenai penelitian hukum dimana penelitian ini bertujuan untuk menemukan suatu infomasi yang berhubungan dengan prinsip-prinsip hukum dengan penemuan aturan hukum terutama melalui penemuan doktrin-doktrin hukum guna menambah wawasan sebagai upaya untuk menyelesaikan permasalahan hukum yang dihadapi.23
1. Jenis Penelitian
Proses menemukan prinsip hukum, aturan-aturan hukum serta doktrin-doktrin yang digunakan untuk menjawab permasalahan hukum yang dihadapi.24 Penelitian yang dilakukan ialah Tipe Penelitian Hukum Normatif. Dimana penelitian ini dilakukan dengan melakukan analisa peraturan perundang-undangan maupun putusan hakim, tipe ini juga ditunjang dengan diperolehnya sejumlah data
22 Soerjono Soekanto, Op.Cit, hlm. 7.
23 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Cetakan ke 2, Kencana, Jakarta, 2008, Hlm 35.
24 Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana, Jakarta, 2008, hlm. 35.
19
yang terdapat didalam bahan kepustakaan dan data sekunder sebagai penjelasan terhadap bahan-bahan hukum primer.25
2. Pendekatan Penelitian
Dalam menyusun argumen, penulis melakukannya dengan dua jenis pendekatan (approach) yakni :
a. Pendekatan peraturan perundang-undangan (statute approach) Penelitian ini dilakukan dengan melakukan pendekatan terhadap peraturan perundang-undangan (statue approach) yakni yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang akan dibahas.26 Selain itu pendekatan lainnya juga digunakan dalam memperkaya pertimbangan hukum untuk menjawab permasalahan yang dihadapi.27
b. Pendekatan kasus (case approach)
Ratio decidendi merupakan hal yang diperlukan oleh peneliti
didalam mengkaji kasus yakni berupa pengkajian dalam alasan- alasan hukum yang dijadikan pertimbangan bagi hakim didalam putusannya, dimana didalam penulisan ini penulis mengkaji kasus berdasarkan putusan nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg.
25 Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. PT Raja Grafindo, Jakarta, 2004, hlm 119.
26 Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: Universitas Indonesia Press, 2007, hlm. 96.
27 Jhoni Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Banyumedia Publishing, Malang, 2007, hlm 300
20 3. Jenis dan Sumber Bahan Hukum
a. Bahan hukum primer merupakan cara memperoleh penjelasan yang didapat dari ketentuan bahan hukum yang mengikat antara lain sebagai berikut :
1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
2) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
3) Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
4) Herzien Inlandsch Reglement (HIR)
5) Rechtsreglement Voor De Buitengewesten (RBG)
6) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
7) Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
8) Peraturan Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1999 Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah 9) Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor
229/Pdt.G/2020/PN.Plg
21
b. Bahan hukum sekunder merupakan cara memperoleh penjelasan tentang dari bahan hukum primer, yang didapat dari buku-buku literature, seminar, hasil penelitian serta sumber lain yang memiliki keterkaitan dan relevan dengan penelitian yang akan dikaji.
c. Bahan hukum tersier merupakan cara memperoleh penjelasan dengan menggunakan bahan hukum penunjang guna mendapatkan petunjuk dan penjelasan lebih mendalam terhadap bahan hukum primer dan sekunder yang bisa didapatkan melalui majalah, surat kabar, internet, jurnal ilmiah, kamus tentang hukum serta hal lain yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum
Teknik pengumpulan didalam penelitian ini yakni dengan cara mencari kemudian dikumpulkan sejumlah data-data yang dibutuhkan dengan menggunakan metode studi kepustakaan. Hal ini bertujuan dalam upaya memperoleh bahan hukum agar dapat digunakan dalam pembahasan penulisan ini. Setelah didapatkan kemudian bahan-bahan tersebut dibaca, dikaji kemudian ditelaah guna menganalisis hasil dari putusan yang sebagai pendukung macam sumber yakni bahan hukum primer, sekunder dan tersier.28
28 Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2010, hlm. 107.
22 5. Teknik Pengolahan Bahan Hukum
Dalam melakukan pengolahan bahan hukum dilakukan dengan beberapa tahapan yakni:29
a. Editing, tahapan pemeriksaan terhadap bahan hukum yang diperoleh yang kemudian diperbaiki untuk mencapai kelengkapan bahan hukum yang kemudian diformulasikan kedalam suatu kalimat yang lebih sederhana;
b. Sistematis, tahapan proses klasifikasi penggolongan bahan hukum kemudian disusun secara sistematis dan logis antar bahan hukum;
c. Deskripsi, tahapan untuk menggambarkan bahan hukum yang ditemukan kemudian dilakukan analisis terhadap bahan hukum tersebut.
6. Teknik Analisis Bahan Hukum
Proses analisis sumber bahan hukum yang didapat didalam penelitian dilakukan dengan melakukan inventarisasi serta mengkaji studi kepustakaan, peraturan perundang-undangan serta dokumen- dokumen sebagai penunjang untuk melakukan penafsiran terhadap norma yang terkait, kemudian semua sumber penelitian diolah serta dianalisis untuk mengkaji permasalahan yang diteliti.
29 Mukti Fajar dan Yulianto Achmad, op.cit,. hlm.181
23 7. Teknik Penarikan Kesimpulan
Penelitian ini menggunakan teknik penarikan kesimpulan dengan metode deduktif untuk diterapkan dalam mengkaji permasalahan yang diteliti. Metode deduktif ialah cara penarikan kesimpulan dengan dimulai dengan hal-hal yang bersifat umum yakni hukum itu sendiri kemudian ditarik menuju hal-hal yang bersifat lebih khusus dalam hal ini putusan pengadilan negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Adrian, Sutedi. Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya,Penerbit: Sinar Grafika, 2010.
Amirudin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum, Penerbit: PT Raja Grafindo, Jakarta, 2004.
Aristya, Sandra Dini Febri. Pembuktian Perdata dalam Kasus Malpraktik di Yogyakarta, Mimbar Hukum. 2011.
Arto, Mukti. Praktek Perkara Perdata pada Pengadilan Agama cet V. Penerbit:
Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2004.
Darmodihardjo, Darji dan Sidharta, Pokok-Pokok Filsafat Hukum, Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1995
Emirzon, Joni. Dasar-dasar dan teknik penyusunan kontrak, Universitas Sriwijaya. Palembang. 1998.
Fuady, Munir. Hukum Kontrak: Dari Sudut Pandang Hukum Bisnis, Cet. 2.
Penerbit: PT.Citra Aditya Bakti. Bandung.1999.
Hamzah, Andi. KUHP dan KUHAP, Penerbit: Rineka Cipta. Jakarta, 1996 Harahap, M. Yahya. Segi-Segi Hukum Perjanjian. Cetakan Kedua. Alumni.
Bandung: 1986.
Harahap, M. Yahya. Hukum Acara Perdata. Penerbit: Sinar Grafika. Jakarta. 2006 Ibrahim, Jhoni, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Penerbit:
Banyumedia Publishing, Malang, 2007
Kansil, C.S.T dan Christine.S.T.Kansil, Pokok-Pokok Hukum Cukai dan Materai.
Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 1997
Marzuki, Peter Mahmud, Pengantar Ilmu Hukum, Penerbit: Kencana, Jakarta, 2008
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum Cetakan ke 2, Penerbit: Kencana, Jakarta, 2008
Mertokusumo, Soedikno. Bunga Rampai Ilmu Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1984
Mertokusumo, Soedikno. Mengenal Hukum Suatu Pengantar. Penerbit: Liberty.
Yogyakarta. 1999.
Miru, Ahmadi. Hukum Kontrak & Perancangan Kontrak. Penerbit: PT Rajagrafindo Persada. , Jakarta. 2011.
Muhammad, Abdulkadir, Hukum Acara Perdata Indonesia, Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2015
Muljadi, Kartini & Gunawan Widjaja. Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian.
Penerbit: PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 2003.
Raharjo, Handri, Hukum Perjanjian di Indonesia, Penerbit : Pustaka Yustitia, Yogyakarta, 2009
R.Soepomo, Hukum acara perdata, Penerbit: Pradnya Paramita, Jakarta, 2006 Salideho, John, Masalah Tanah Dalam Pembangunan, Penerbit: Sinar Grafika,
Jakarta, 1993
Salim H.S. Hukum Kontrak. Penerbit: Sinar Grafika. Jakarta. 2006
Salim H.S. Pengantar Hukum Perdata Tertulis.Sinar Grafika,Jakarta,2002
Santoso, Djohari & Achmad Ali. Hukum Perjanjian Indonsia. Perpustakaan FH UII. Yogyakarta. 1989.
Samosir, Djamanat. Hukum Acara Perdata: Tahap-Tahap Penyelesaian Perkara Perdata, Penerbit: Nuansa Aulia. Bandung. 2011
Satrio, J, Hukum Perikatan Yang Lahir Dari Perjanjian, Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001
Setiawan. Pokok-Pokok Hukum Perikatan, Cetakan Kelima. Penerbit: Bina Cipta.
Bandung. 1994
Setiawan, I Ketut Oka, Hukum Perikatan, Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta, 2015 Setiawan, I Ketut Oka. Hukum Perikatan. Penerbit: Sinar Grafika. Jakarta. 2016 Subekti, Hukum acara Perdata, Penerbit: Bina Cipta, Bandung, 1977
Subekti. Aspek-Aspek Hukum Perikatan Nasional, Cet. ke-4. Penerbit: PT. Citra Aditya Bakti. Bandung. 1992
Subekti, Aneka Perjanjian, Penerbit: Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995
Subekti, R dan R. Tjokrosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Penerbit: Pradnya Paramita, Jakarta, 1984
Soedharyo, Soimin, Status Hak Dan Pembebasan Tanah, Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta, 2004
Soeroso, R. Hukum Acara Perdata Lengkap & Praktis HIR, RBg, dan Yurisprudensi. Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta, 2010
Soeroso, R. Perjanjian Dibawah Tangan Pedoman Praktis Pembuatan dan Aplikasi Hukum, Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta, 2011
Sofwan, Sri Soedewi Masjchun, Hukum Perdata Hukum Belanda, Cet, IV, Penerbit: Liberty, Yogyakarta, 1975
Sunarto, Peran Aktif Hakim Dalam Perkara Perdata, Penerbit: Kencana Prenada Media Group, Jakarta. 2014
Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Penerbit: PT.Raja Grafindo, Jakarta, 2011
Syahrani, Riduan. Sistem Peradilan dan Hukum Acara Perdata di Indonesia.
Penerbit: PT Citra Aditya Bakti. Bandung, 2016.
Wantu, Fence M. Idee Des Recht Kepastian Hukum, Keadilan, dan Kemanfaatan (Implementasi Dalam Proses Peradilan Perdata), Penerbit: Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 2011.
Yahanan, Annalisa, Muhammad Syaifuddin dan Yunial Laili Mutiari. Perjanjian Jual Beli Berklausula Perlindungan Hukum Paten. Universitas Sriwijaya.
Palembang. 2009.
Yahya, M. Harahap, Hukum Acara Perdata, Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta, 2009 Yahya, M. Harahap, Hukum Acara Perdata, Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta, 2004 Zainuddin, Ali, Metode Penelitian Hukum, Penerbit: Sinar Grafika, Jakarta, 2010 Zakiyah. Hukum Perjanjian Teori dan Perkembangannya. Penerbit: Lentera
Kreasindo. Yogyakarta. 2015
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
Herzien Inlandsch Reglement (HIR)
Rechtsreglement Voor De Buitengewesten (RBG)
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
Peraturan Menteri Negara Agraria atau Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1999 Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 Tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah Putusan Pengadilan Negeri Palembang Nomor 229/Pdt.G/2020/PN.Plg
Jurnal - Jurnal
Aan Handriani, Keabsahan Perjanjian Jual Beli Secara Tidak Tertulis Berdasarkan Hukum Perdata, Jurnal Ilmu Hukum Vol 1, No 2 Desember 2018, Fakultas Hukum Universitas Pamulang
Dewitasari, Yulia dan Putu Tuni Cakabawa L. Akibat Hukum Terhadap Para Pihak Dalam Perjanjian Apabila Terjadi Pembatalan Perjanjian. Jurnal Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana. 2015
Fansuri, Septian. Akibat Hukum Dalam Perjanjian Jual Beli Barang Yang Akan Ada (Studi Jual Beli Tembakau Desa Kalianyar, Kecamatanterara, Kabupaten Lombok Timur). Fakultas Hukum Universitas Mataram.
Mataram. 2018
Hartana. Hukum Perjanjian (Dalam Perspektif Perjanjian Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara). Volume 2, Nomor 2, Agustus 2016 Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
Hayati, Nur, Peralihan Hak Dalam Jual Beli Hak Atas Tanah (Suatu Tinjauan Terhadap Perjanjian Jual Beli Dalam Konsep Hukum Barat Dan Hukum
Adat Dalam Kerangka Hukum Tanah Nasional). Lex Jurnalica Volume 13 Nomor 3, Desember 2016. Jakarta.
Noor, Muhammad. Penerapan Prinsip-Prinsip Hukum Perikatan Dalam Pembuatan Kontrak. Jurnal Pemikiran Hukum Islam Vol. XIV No.1. 2015 Parmono, Nindyo. Problematika Putusan Hakim Dalam Perkara Pembatalan
Perjanjian. Jurnal Mimbar Hukum Volume 22, Nomor 2, Juni 2010
Rosandi, Baiq Henni Paramita, Akibat Hukum Jual Beli Hak Atas Tanah Yang Belum Didaftarkanthe Legal Impacts Of Purchasing Unregistered Land Rights. Jurnal IuS Vol IV Nomor 3 Desember 2016.
Sulistyaningrum, Helena Primadianti. Prinsip Itikad Baik (Pasal 251 Kuhd) Dalam Hal Terjadinya Penolakan Klaim Asuransi Kepada Tertanggung Sebagai Konsumen (Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen). Jurnal Simbur Cahaya Volume XXIV, Nomor 1 Januari 2017, Edisi 60. Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
Sumber Lainnya
Febriyeni, Barbara, “Analisa Yuridis Perjanjian Jual Beli Tanah Yang Tidak Dilakukan Dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)”
Lubis, Abdul Hamid, “Pembuatan Gugatan atau Permohonan dan Pengajuannya”
Nugroho, Fahmi, “Analisis Yuridis Putusan Hakim Tentang Perkara Perbuatan Melawan Hukum Sengketa Kepemilikan Hak Atas Tanah Di Pengadilan Negeri Palembang (Studi Putusan Nomor 173/Pdt.G/2017/Pn.Plg)”
Pengadilan Tinggi Agama Makassar. Buku Pedoman Kerja Hakim, Panitera dan Jurusita Sewilayah Pengadilan Tinggi Agama Makassar. 2011
Rasyid As’ad, Abd, Prinsip Kekuasaan Kehakiman dan Independensi Peradilan, Dalam Varia Peradilan, Majalah hukum Tahun XXVII Nomor 312 November 2011
Soekanto, Soerjono, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia Press, 2007
Widia, Olga, “Tinjauan Yuridis Terhadap Kewenangan Hakim Membatalkan Akta Notaris Sebagai Alat Bukti di Persidangan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Nomor 347/Pdt.G/2014/Pn Dps)”
Internet
http://pn-tegal.go.id/id/proses-acara-perdata/, diakses pada tanggal 20 Agustus 2021
https://pn-tahuna.go.id/tentang-pengadilan/sistem-pengelolaan-pn/kegiatan- pengadilan/item/perjanjian, diakses pada tanggal 12 Agustus 2021
https://www.neliti.com/id/publications/151547/peralihan-hak-atas-tanah-melalui- jual-beli-tanah-menurut-undang-undang-nomor-5-t, diakses pada tanggal 13 Agustus 2021
https://www.bappenas.go.id/files/kajiantrp/White_Paper_Pengelolaan_Pertanahan _Nasional.pdf diakses pada tanggal 20 Oktober 2021
https://www.jurnalhukum.com/syarat-syarat-sahnya-perjanjian/ diakses pada tanggal 22 Oktober 2021