44 BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1 Tinjauan Perusahaan
CV. GTT merupakan salah satu industri tahu yang terletak di daerah Dusun Besuk, Desa Toyoresmi, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. perusahaan ini didirikan oleh bapak Gatot Siswanto sejak tahun 1993. Jumlah pekerja yang ada sebanyak 16 orang, dimana sebagian besar (mayoritas) pekerjanya berjenis kelamin laki-laki.
4.1.1. Struktur Organisasi
Pada perusahaan ini dpimpin oleh seorang pimpinan, struktur organisasi pada perusahaan ini yaitu sebagai berikut :
Pimpinan/Pemilik
Administrasi Pengawas Produksi Pemasaran
Gambar 4.1 Bagan struktur organisasi CV. GTT Tabel 4.1 Deskripsi struktur organisasi CV. GTT
No. Bagian Deskripsi
1. Pimpinan/Pemilik
Pimpinan/pemilik adalah sepenuhnya yang mempunyai kewenangan terbesar
dalam pengambilan keputusan serta memiliki hak penuh untuk mengendalikan industrinya.
2. Administrasi
Bertugas sebagai pengelolah keuangan industry tahu serta bertugas membuat
laporan bulanan atas pengeluaran,
pemasukan, dan pendapatan.
3. Pengawas
Bertugas dalam mengawasi jalannya produksi agar proses produksi
terkendali dengan baik.
4. Produksi
Terdiri dari berbagai macam bagian, yang bertugas sebagai pelaksana dalam
proses pembuatan tahu mulai dari bahan baku sampai jadi.
5. Pemasaran
Sebagai perantara antara produsen dengan konsumen, dimana bagian ini
bertugas untuk memasarkan hasil produksi ke took-toko dan dan mengantarkan pesanan tahu yang telah
jadi ke para konsumen.
4.1.2. Proses Produksi Tahu
CV. GTT memproduksi produknya setiap hari. Untuk membuat tahu dalam 1 kali masakan membutuhkan 12kg kedelai dan setiap harinya industri ini memproduksi hingga 60 kali masakan.
Sehingga dibutuhkan kedelai sebanyak 360 kg untuk membuat tahu setiap harinya pada perusahaan ini. Proses produksinya masih bersifat sederhana, sebab sebagian besar peralatan yang digunakan masih bersifat manual. Adapun proses produksi tahu, dapat dijelaskan sebagai berikut :
Proses Perendaman & Pencucian
Proses Penggilingan
Proses Masak
Proses Penyaringan
Proses Pencetakan & Pengepresan
Proses Pemotongan
Proses Finishing
Gambar 4.2 Proses Pembuatan Tahu
1. Proses Perendaman dan Pencucian
Pada proses ini bahan baku yang berupa kedelai direndam terlebih dahulu selama kurang lebih 15 menit, Kemudian kedelai yang sudah direndam baru dilakukan pencucian. Proses tersebut membutuhkan waktu 30 menit.
2. Proses Penggilingan
Pada proses penggilingan, kedelai yang telah dicuci dimasukkan ke dalam mesin giling untuk proses penghalusan. Pada tahap ini waktu yang dibutuhkan adalah 10 menit.
3. Proses Masak
Semua kedelai yang sudah dihaluskan (digiling) dimasukkan ke dalam ember untuk diangkut dan dipindahkan ke dalam tungku masak dengan ditambahkan sedikit air, Kemuadian
dimasak dengan cara dialiri uap air untuk mendidihkan kedelai cair. Proses ini membutuhkan waktu sekitar 15 menit.
4. Proses Penyaringan
Pada proses ini, kedelai yang telah selesai dimasak kemudian diangkut dengan menggunakan ember ke dalam tempat penyaringan/tungku stainless yang sebelumnya telah diletakkan alat saringan dan kain syfon diatasnya. Kemudian dilakukan proses penyaringan. Proses ini dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan dan dilakukan secara berulang hingga kedelai cair yang berada dalam tungku masak habis. Waktu yang dibutuhkan dalam satu kali proses penyaringan adalah 15 menit.
5. Proses Pencetakan & Pengepresan
Kedelai cair yang telah disaring kemudian diangkut dan diletakkan kedalam cetakan untuk dicetak yang sebelumnya dilapisi kain syfon dan kemudian dipress dengan menggunakan batu.
6. Proses Pemotongan
Pada proses pemotongan, tahu yang sudah dicetak kemudian dipotong sesuai ukuran yang telah ditentukan atau yang diinginkan oleh konsumen.
7. Proses Finishing
Proses finishing merupakan proses terakhir pada proses produksi, pada proses ini tahu yang telah dipotong sesuai ukuran kemudian dibungkus dengan.
4.2 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh informasi awal ditempat penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan mengidentifikasi masalah proses penyaringan tahu, dokumentasi gambar, dan wawancara.
4.2.1. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan dengan pengambilan gambar pada saat pekerja melakukan aktivitas menyaring tahu. Pola aktivitas
penyaringan tahu yang dilakukan oleh pekerja dapat dilihat pada table berikut :
Tabel 4.2 Pola aktivitas penyaringan tahu
No. Dokumentasi Aktivitas Sikap Kerja
1.
Akvitas pertama yaitu memasang kain syfon
dengan cara mengaitkan ke dalam
pengait yang sudah tersedia
Sikap kerja bertumpu pada bagian lengan dan
pergelangan tangan.
Postur ini dilakukan secara berulang –
ulang.
2.
Aktivitas pada saat pekerja memindahkan
kedelai cair (bubur kedelai) panas dari tungku masak ke tungku penyaringan
Sikap kerja dilakukan dengan cara berdiri punggung, bahu, dan
leher agak sedikit membungkuk ke depan
posisi tangan memegang wadah atau
ember yang berisi adonan kedelai cair sehingga pergelangan tangan menjangkau ke
depan dan posisi tangan menahan beban
dari adonan tersebut.
lengan serta pergelangan tangan bertumpu pada kedua
kaki. Postur ini dilakukan secara berulang – ulang.
3.
Aktivitas pekerja pada saat melakukan
proses menyaring
Sikap kerja pada aktivitas ini yaitu
kepala dan leher merunduk, bagian lengan bawah dan pergelangan tangan
menahan beban, punggung membungkuk, lengan
bawah dan pergelangan tangan bergerak maju mundur
dengan mencengkram kain syfon yang telah dikaitkan pada pengait.
Postur ini dilakukan secara berulang –
ulang.
4.2.2. Wawancara
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dari pekerja bagian penyaringan mengenai kesulitan dan keluhan yang dialami pada aktivitas menyaring tahu. Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja bagian penyaringan tahu diketahui bahwa rata-rata yang diperlukan untuk melakukan satu kali aktivitas penyaringan secara keseluruhan selama 30 menit.
4.2.3. Data Nordic Body Map
Dalam pengolahan data menggunakan metode Assessment of Repetitive Task (ART) Tools. maka diperlukan beberapa data untuk mendukung penelitia yang dilakukan salah satunya data kuesioner.
Jenis kuesioner yang digunakan dalam metode ini adalah kuesioner Nordic Body Map. Kesioner diberikan kepada pekerja bagian
penyaringan, Tujuan dari pengisian kuesioner Nordic Body Map adalah mengetahui bagian-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak nyaman (agak sakit) sampai sangat sakit. Pada pengisian kuesioner dilakukan langsung dengan cara memberikan tanda silang (x) pada bagian tubuh yang mengalami keluhan. Pengukuran dilakukan pada saat pekerja selesai melakukan aktivitas penyaringan.
a. Hasil kuisoner Nordic Body Map pekerja bagian penyaringan Berikut data kuisioner Nordic Body Map yang dibagikan kepada seluruh pekerja pada bagian penyariangan.
1. Pekerja 1 Nama : Pak Saji Umur : 35 Tahun
Tabel 4.3 Kuesioner Nordic Body Map pekerja 1
No Jenis Keluhan
Tingkat Keluhan Tidak
Sakit
Agak
Sakit Sakit Sakit Sekali
1 Sakit pada leher bagian atas ✓
2 Sakit pada leher bagian bawah ✓
3 Sakit pada bahu kiri ✓
4 Sakit pada bahu kanan ✓
5 Sakit pada lengan atas kiri ✓
6 Sakit pada punggung ✓
7 Sakit pada lengan atas kanan ✓
8 Sakit pada pinggang ✓
9 Sakit pada bokong ✓
10 Sakit pada pantat ✓
11 Sakit pada siku kiri ✓
12 Sakit pada siku kanan ✓
13 Sakit pada lengan bawah kiri ✓
14 Sakit pada lengan bawah kanan ✓
15 Sakit pada pergelangan tangan
kiri ✓
16 Sakit pada pergelangan tangan
kanan ✓
17 Sakit pada tangan kiri ✓
18 Sakit pada tangan kanan ✓
19 Sakit pada paha kiri ✓
20 Sakit pada paha kanan ✓
21 Sakit pada lutut kiri ✓
22 Sakit pada lutut kanan ✓
23 Sakit pada betis kiri ✓
24 Sakit pada betis kanan ✓
25 Sakit pada pergelangan kaki kiri ✓ 26 Sakit pada pergelangan kaki
kanan
✓
27 Sakit pada kaki kiri ✓
28 Sakit pada kaki kanan ✓
2. Pekerja 2
Nama : Pak Widodo Umur : 35 Tahun
Tabel 4.4 Kuesioner Nordic Body Map pekerja 2
No Jenis Keluhan
Tingkat Keluhan Tidak
Sakit
Agak
Sakit Sakit Sakit Sekali
1 Sakit pada leher bagian atas ✓
2 Sakit pada leher bagian bawah ✓
3 Sakit pada bahu kiri ✓
4 Sakit pada bahu kanan ✓
5 Sakit pada lengan atas kiri ✓
6 Sakit pada punggung ✓
7 Sakit pada lengan atas kanan ✓
8 Sakit pada pinggang ✓
9 Sakit pada bokong ✓
10 Sakit pada pantat ✓
11 Sakit pada siku kiri ✓
12 Sakit pada siku kanan ✓
13 Sakit pada lengan bawah kiri ✓
14 Sakit pada lengan bawah kanan ✓
15 Sakit pada pergelangan tangan kiri
✓
16 Sakit pada pergelangan tangan kanan
✓
17 Sakit pada tangan kiri ✓
18 Sakit pada tangan kanan ✓
19 Sakit pada paha kiri ✓
20 Sakit pada paha kanan ✓
21 Sakit pada lutut kiri ✓
22 Sakit pada lutut kanan ✓
23 Sakit pada betis kiri ✓
24 Sakit pada betis kanan ✓
25 Sakit pada pergelangan kaki kiri ✓ 26 Sakit pada pergelangan kaki
kanan
✓
27 Sakit pada kaki kiri ✓
28 Sakit pada kaki kanan ✓
3. Pekerja 3
Nama : Pak Riyadi Umur : 34 Tahun
Tabel 4.5 Kuesioner Nordic Body Map pekerja 3
No Jenis Keluhan
Tingkat Keluhan Tidak
Sakit
Agak
Sakit Sakit Sakit Sekali
1 Sakit pada leher bagian atas ✓
2 Sakit pada leher bagian bawah ✓
3 Sakit pada bahu kiri ✓
4 Sakit pada bahu kanan ✓
5 Sakit pada lengan atas kiri ✓
6 Sakit pada punggung ✓
7 Sakit pada lengan atas kanan ✓
8 Sakit pada pinggang ✓
9 Sakit pada bokong ✓
10 Sakit pada pantat ✓
11 Sakit pada siku kiri ✓
12 Sakit pada siku kanan ✓
13 Sakit pada lengan bawah kiri ✓
14 Sakit pada lengan bawah kanan ✓ 15 Sakit pada pergelangan tangan
kiri ✓
16 Sakit pada pergelangan tangan
kanan ✓
17 Sakit pada tangan kiri ✓
18 Sakit pada tangan kanan ✓
19 Sakit pada paha kiri ✓
20 Sakit pada paha kanan ✓
21 Sakit pada lutut kiri ✓
22 Sakit pada lutut kanan ✓
23 Sakit pada betis kiri ✓
24 Sakit pada betis kanan ✓ 25 Sakit pada pergelangan kaki kiri ✓
26 Sakit pada pergelangan kaki
kanan ✓
27 Sakit pada kaki kiri ✓
28 Sakit pada kaki kanan ✓
b. Menghitung Presentase Kuisioner Nordic Body Map
Setelah selesai merekap kuisioner berdasarkan hasil keluhannya kemudian hasil kuisioner tersebut diolah untuk dihitung presentase keluhan rasa sakit yang dirasakan oleh pekerja.
Tabel 4.6 Presentase Kuisioner Pekerja Bagian Penyaringan
No Jenis Keluhan
Presentase Kuisioner Pekerja Bagian Penyaringan
(0) TS (1) AS (2) S (3) SS
Jumlah
Pekerja % Jumlah
Pekerja % Jumlah
Pekerja % Jumlah Pekerja % 1
Sakit pada leher bagian atas
0 0% 2 67% 1 33% 0 0%
2
Sakit pada leher bagian bawah
0 0% 2 67% 1 33% 0 0%
3 Sakit pada
bahu kiri 0 0% 0 0% 2 67% 1 33%
4 Sakit pada
bahu kanan 0 0% 0 0% 2 67% 1 33%
5
Sakit pada lengan atas kiri
0 0% 1 33% 2 67% 0 0%
6 Sakit pada
punggung 0 0% 0 0% 0 0% 3 100
% 7
Sakit pada lengan atas kanan
0 0% 0 0% 2 67% 1 33%
8 Sakit pada
pinggang 0 0% 0 0% 0 0% 3 100
% 9 Sakit pada
bokong 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%
10 Sakit pada
pantat 3 100
% 0 0% 0 0% 0 0%
11 Sakit pada
siku kiri 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%
12 Sakit pada
siku kanan 0 0% 2 67% 1 33% 0 0%
13 Sakit pada 0 0% 1 33% 1 33% 1 33%
lengan bawah kiri
14
Sakit pada lengan bawah kanan
0 0% 0 0% 2 67% 1 33%
15
Sakit pada pergelangan tangan kiri
0 0% 0 0% 2 67% 1 33%
16
Sakit pada pergelangan tangan kanan
0 0% 0 0% 2 67% 1 33%
17 Sakit pada
tangan kiri 0 0% 1 33% 2 67% 0 0%
18
Sakit pada tangan kanan
0 0% 0 0% 2 67% 1 33%
19 Sakit pada
paha kiri 0 0% 3 100
% 0 0% 0 0%
20 Sakit pada
paha kanan 0 0% 3 100
% 0 0% 0 0%
21 Sakit pada
lutut kiri 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%
22 Sakit pada
lutut kanan 1 33% 2 67% 0 0% 0 0%
23 Sakit pada
betis kiri 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%
24 Sakit pada
betis kanan 1 33% 2 67% 0 0% 0 0%
25
Sakit pada pergelangan kaki kiri
2 67% 1 33% 0 0% 0 0%
26
Sakit pada pergelangan kaki kanan
2 67% 1 33% 0 0% 0 0%
27 Sakit pada
kaki kiri 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%
28 Sakit pada
kaki kanan 2 67% 1 33% 0 0% 0 0%
= 67%
Tabel 4.7 Keterangan skor nordic body map
Keterangan Scoring Keterangan Tingkat Resiko Berdasarkan Skor Hasil Skor 0 Tidak Sakit 0-20 Rendah (tidak diperlukan perbaikan)
Skor 1 Agak Sakit 21-41 Sedang (Sebaiknya dilakukan perbaikan) Skor 2 Sakit 42-62 Tinggi (diperlukan perbaikan)
Skor 3 Sangat Sakit 63-84 Sangat Tinggi (diperlukan perbaikan segera)
Tabel diatas menunjukkan presentase keluhan rasa sakit yang dirasakan oleh para pekerja bagian penyaringan. Pengolahan data tersebut berdasarkan dengan kuisioner yang telah diisi oleh para pekerja bagian penyaring.
Dari tabel tersebut berdasarkan perhitungan presentase kuisioner nordic body map diketahui bahwa jenis keluhan tertinggi dengan kategori sangat sakit dengan nilai skor 3, yaitu sakit pada punggung dan pinggang dengan presentase sebesar 100% dan sakit pada bahu, lengan, dan pergelangan tangan dengan skor 2 sebesar 67%. Hal ini menandakan bahwa keluhan rasa sakit yang dirasakan oleh pekerja bagian penyaringan terdapat pada bagian tubuh tersebut dan perlu adanya tindakan perbaikan.
4.2.4. Pengukuran Time Study
Time study diperlukan dalam melakukan pengambilan data untuk ART Tools. Time study dilakukan secara langsung untuk mendapatkan waktu siklus setiap pekerja dalam melakukan repetitive task. Time study dilakukan dengan cara menghitung waktu setiap tidakan teknis dari masing-masing pekerja. Tindakan teknis tersebut merupakan suatu tindakan manual yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu kegiatan dalam satu siklus kerja dengan melibatkan alat gerak tubuh bagian atas. Berikut adalah hasil Time Study pada stasiun penyaringan :
Tabel 4.8 Time Study Aktivitas Pemasangan Kain Syfon
Stasiun Kerja
Aktivitas Kerja
Tindakan Teknis Jumlah Tindakan
Rata- rata Durasi (detik)
Kiri Kanan Kiri Kanan
Penyaringan Pemasangan kain syfon
Mengambil kain syfon
Mengambil
kain syfon 1 1 5
Memposisikan kain syfon diatas tungku penampungan
Memposisikan kain syfon diatas tungku penampungan
1 1 15
Memegang pengait
Memasangkan kain pada
pengait
4 4 40
Total 6 6 60
Waktu Siklus (detik) 60 60
frekuensi 6 6
Total waktu yang diperoleh pada aktivitas pemasangan kain syfon adalah 60 detik dalam satu siklus melakukan pemasangan kain.
Tabel 4.9 Time Study Pemindahkan Kedelai Cair
Stasiun Kerja
Aktivitas Kerja
Tindakan Teknis Jumlah Tindakan
Rata- rata Durasi (detik)
Kiri Kanan Kiri Kanan
Penyaringan
Pemindahkan kedelai cair
(bubur kedelai) panas dari
tungku masak ke
tungku penyaringan
Memegang ember serta mengambil adonan pada
tungku
Memegang ember serta mengambil adonan pada
tungku
3 3 18
Memegang ember dan meletakkan
adonan ke tungku penyaringan
Memegang ember dan meletakkan
adonan ke tungku penyaringan
3 3 18
Total 6 6 36
Waktu Siklus (detik) 36 36
frekuensi 10 10
Total waktu yang diperoleh pada aktivitas pemindahan kedelai cair adalah 36 detik dalam satu siklus melakukan pemindahan sampai saringan penuh.
Tabel 4.10 Time Study Menyaring Adonan Kedelai
Stasiun Kerja
Aktivitas Kerja
Tindakan Teknis Jumlah Tindakan
Rata- rata Durasi (detik)
Kiri Kanan Kiri Kanan
Penyaringan
Menyaring adonan kedelai
Memegang pengait dan mendorong saringan ke arah
depan
Memegang pengait dan mendorong saringan ke arah depan
150 150 300
Memegang pengait dan menarik saringan ke arah belakang
Memegang pengait dan menarik saringan ke
arah belakang
150 150 300
Total 300 300 600
Waktu Siklus (detik) 600 600
frekuensi 30 30
Total waktu yang diperoleh pada aktivitas pemasangan kain syfon adalah 60 detik dalam satu siklus melakukan pemasangan kain.
4.3 Pengolahan Data
4.3.1. Identifikasi Risiko ULDS Pekerja dengan Metode Assessment of Repetitive Task (ART) Tools
Identifikasi risiko pada pekerja bagian penyaringan dilakukan penilaian menggunakan ART Tools. Penilaian tersebut dilakukan pada pada bagian tangan kanan dan tangan kiri sesuai dengan 4 tahap ART Tools yaitu tahapan A frekuensi Gerakan dan perulangan gerakan, tahap B merupakan gaya atau level kekuatan, tahap C postur kerja dan tahapan D faktor tambahan. Pada tahapan A terdiri dari faktor risiko A1 pergerakan lengan dan A2 repetisi. Tahapan B merupakan faktor risiko dari level kekuatan yang dirasakan oleh pekerja. Tahap C terdiri
dari C1 postur kepala atau leher, C2 postur canggung, C3 postur lengan, C4 postur pergelangan tangan, C5 postur genggaman atau jari.
Untuk tahap D terdiri dari D1 istirahat, D2 tempo kerja, D3 faktor lain, D4 durasi dan D5 faktor psikososial. Berikut merupakan identifikasi risiko ULDs pada setiap aktivitas pekerja bagian penyaringan sesuai dengan tahap-tahap yang berada pada ART Tools.
4.3.1.1 Identifikasi risiko ULDs dengan ART Tools pada aktivitas pemasangan kain syfon
Pekerja ini bertugas melakukan pemasangan kain syfon ke pengait yang sudah tersedia. Berikut ini merupkan penjelasan identifikasi risiko ULDs pada aktivitas pemasangan kain syfon dengantahapn yang ada pada ART Tools.
1. Tahap A (pengulangan)
Berikut ini merupakan penjelasan tentang faktor risiko pola Gerakan lengan (A1) dan frekuensi teknis (A2) pada aktivitas pemasangan kain syfon.
a. Pola gerakan lengan (A1)
Kanan : Pergerakan lengan kanan tergolong sering karena lengan kanan aktif bergerak saat mengambil lalu memposisikan kain diatas tungku penyaringan dan mengaitkan kain syfon ke pengait..gerakan ini diselingi beberapa jeda. Maka risk score untuk pola gerakan lengan kanan adalah 3 dan tergolong medium risk.
Kiri : Pola gerakan lengan kiri pada aktivitas ini tergolong aktif pada saat memposisikan kain diatas tungku, akan tetapi pada saat tangan kanan mengaitkan salah satu sisi kain ke pengait, tangan kiri memegang gagang pengait dengan tanpa Gerakan sehingga dianggap jeda. Oleh karena itu risk score untuk pola gerakan lengan
kiri adalah 3 dan tergolong medium risk.
b. Frekuensi Tindakan teknis (A2)
Berdasarkan Tabel 4.8 Dapat diketahui bahwa frekuensi Tindakan teknis pada tangan kanan dan tangan kiri adalah 6 tindakan/menit, maka tergolong low risk dengan risk score 0.
2. Tahap B (level kekuatan)
Berdasarkan pengamatan langsung terhadap pekerja, Pada saat pekerja mengaitkan kain ke pengait, dimana tangan kanan digunakan untuk mengambil salah satu sisi kain untuk dikaitkan, sedangkan tangan kiri digunakan untuk memegang dan menahan gagang pengait.
Pada aktivitas ini membutuhkan kerja otot lengan, tangan atau jari. Serta gaya yang diberikan tinggi, kuat dan berat karena pada posisi ini kain sudah di isi dengan air. Maka level kekuatan yang diberikan pekerja untuk tangan kanan dan tangan kiri digolongkan strong force dengan skor 6 3. Tahap C (postur kerja)
Dalam penilaian risiko dari postur kerja,
Gambar 4.3 Aktivitas pemasangan kain syfon
a. Postur kepala/leher (C1)
Berdasarkan gambar 4.3 dapat dilihat bahwa pekerja pada saat pemasangan kain syfon ke pengait, posisi kepala/leher sedikit menunduk untuk melihat objek, posisi ini bisa dikatakan mendekati netral dan tidak membentuk sudut lebih dari 20°. Sehingga postur kepala/leher tergolong dalam kategori medium risk dengan skor 1.
b. Postur punggung (C2)
Postur punggung pekerja pada saat aktivitas pemasangan kain syfon selama melakukan pekerjaan tugas mengaitkan kain berada pada posisi statis atau tidak bergerak sehingga kondisi punggung adalah netral. Sehingga postur punggung termasuk dalam low risk dengan skor 0.
c. Postur lengan (C3)
Kanan : Pada gambar 4.3 Dapat dilihat bahwa bagian siku lengan kanan terangkat setinggi dada tidak jauh dari tubuh dan tidak bertumpu pada meja.
Jadi, postur lengan kanan termasuk high risk dengan skor 4.
Kiri : Pada gambar 4.3 Dapat dilihat bahwa bagian siku lengan kiri terangkat setinggi dada tidak jauh dari tubuh dan tidak bertumpu pada meja.
Jadi, postur lengan kiri termasuk high risk dengan skor 4.
d. Postur pergelangan tangan (C4)
Kanan : Pergelangan tangan kanan membengkok atau memutar pada saat mengaitkan atau memasangkan kain ke pengait, dan diselingi beberapa jeda pada saat pemasangan sisi kain
yang lain, sehingga postur pergelangan tangan kanan termasuk medium risk dengan skor 2.
Kiri : Postur pergelangan tangan kiri pada saat memegang gagang pengait yaitu agak sedikit menyimpang atau membengkok ke bawah. dan diselingi beberapa jeda pada saat pemasangan sisi kain yang lain. sehingga postur pergelangan tangan kiri termasuk medium risk dengan skor 2.
e. Postur genggaman tangan/jari (C5)
Kanan : Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa genggaman jari pada tangan kanan yaitu menggenggam kain yang akan dikaitkan ke pengait dengan genggaman yang kuat atau tidak canggung. Jadi, postur genggaman tangan kanan pada aktivitas ini tergolong dalam kategori low risk dengan skor 0
Kiri : Pada gambar 4.3 dapat dilihat bahwa genggaman jari pada tangan kiri yaitu menggenggam gagang kayu yang digunakan sebagai pengait dengan genggaman yang kuat atau tidak canggung. Jadi, postur genggaman tangan kiri pada aktivitas ini tergolong dalam kategori low risk dengan skor 0 4. Tahap D (faktor tambahan)
Penilaian pada faktor tambahan meliputi penilaian waktu istirahat, kecepatan kerja, faktor lingkungan kerja fisik, durasi, dan faktor psikososial pekerja.
a. Waktu istirahat (D1)
Pada stasiun penyaringan pekerja melakukan pekerjaannya yaitu selama 6 - 5.8 jam dalam sehari, sedangkan jam kerja yang ada pada CV.GTT adalah 7 jam. Pekerja mempunyari waktu istirahat selama 1 jam,
Artinya pekerja melakukan pekerjaannya secara terus- menerus, tanpa istirahat dalam waktu 4 jam atau lebih, maka tergolong dalam kategori high risk dengan skor 8.
b. Kecepatan kerja (D2)
Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja pada aktivitas pemasangan kain syfon dinilai tidak merasa kesulitan untuk mempertahankan tempo kerja.
Jadi, tempo kerja pekerja tergolong low risk dengan skor 0.
c. Faktor lingkungan kerja fisik (D3)
Pada penilaian lingkungan kerja fisik terdapat satu faktor yaitu pekerja berada dalam lingkungan kerja dengan kondisi suhu disekitar tungku sebesar 32º C.
Lingkungan kerja dengan suhu yang panas tentunya mempengaruhi kinerja pekerja. Oleh karena itu faktor lain tergolong dalam kategori medium risk dengan skor 1.
d. Durasi kerja (D4)
Total durasi pekerja pada stasiun penyaringan dengan tiga aktivitas yaitu selama 5.8 jam. Maka berdasarkan table penilaian durasi kerja maka faktor pengalinya adalah 1 karena durasi pada range 4-8 jam.
e. Faktor Psikososial (D5)
Melalui wawancara dengan pekerja secara langsung, pekerja mengatakan bahwa pada aktivitas pemasangan kain syfon ini membutuhkan tingkat perhatian dan konsentrasi yang tinggi.
Setelah mendapatkan risk score untuk setiap faktor risiko, maka selanjutnya adalah menghitung exposure score dan menentukan exposure level. Pada tabel 4.11 Menunjukkan
perhitungan exposure score lengan kanan dan kiri pekerja pada aktivitas pemasangan kain syfon.
Tabel 4.11 Perhitungan Exposure Score pada Aktivitas Pemasangan Kain Syfon
Faktor Risiko Lengan Kiri Lengan Kanan Warna Nilai Warna Nilai
A1. Pergerakan lengan 3 3
A2. Frekuensi Gerakan teknis 0 0
B. Level kekuatan 6 6
C1. Postur kepala/leher 0 0
C2. Postur punggung 0 0
C3. Postur lengan 4 4
C4. Postur pergelangan tangan 2 2
C5. Genggaman tangan 0 0
D1. Waktu istirahat 8 8
D2. Tempo kerja 0 0
D3. Faktor lingkungan kerja
fisik 1 1
Total Score 24 24
D4. Faktor pengali durasi x 1 x 1
Exposure Score 24 24
Exposure Level High High
D5. Faktor Psikososial : Tingkat perhatian dan konsentrasi yang tinggi
Berdasarkan table 4.11 Diketahui bahwa nilai exposure score pada lengan kiri dan kanan sebesar 24. Penilaian pada kedua lengan tergolong pada high risk Karena pada range 22 atau lebih sehingga diperlukan penyelidikan lebih lanjut dengan segera
4.3.1.2 Identifikasi risiko ULDs dengan ART Tools pada aktivitas pemindahkan kedelai cair (bubur kedelai) panas dari tungku masak ke tungku penyaringan.
Pekerja ini bertugas melakukan pemindahkan kedelai cair (bubur kedelai) panas dari tungku masak ke tungku penyaringan. Berikut ini merupkan penjelasan identifikasi risiko ULDs pada aktivitas pemasangan kain syfon dengantahapn yang ada pada ART Tools.
1. Tahap A (pengulangan) a. Pola gerakan lengan (A1)
Kanan : Pergerakan lengan kanan tergolong sering karena lengan kanan aktif bergerak saat melakukan pengambilan adonan dan penuangan adonan, Gerakan ini dilakukan sampai tempat penyaringan terisi penuh. Maka gerakan lengan kanan tergolong high risk dengan skor 6.
Kiri : Pergerakan lengan kiri sama seperti Gerakan lengan kanan. Maka gerakan lengan kiri juga tergolong high risk dengan skor 6.
b. Frekuensi Tindakan teknis (A2)
Berdasarkan Tabel 4.9 Dapat diketahui bahwa frekuensi Tindakan teknis pada tangan kanan dan tangan kiri adalah 10 tindakan/menit, maka tergolong low risk dengan risk score 0.
2. Tahap B (level kekuatan)
Berdasarkan pengamatan langsung terhadap pekerja, Pada aktivitas ini pekerja memindahkan adonan dari tungku masak ke tempat penyaringan dengan menggunakan fasilitas angkut yaitu ember berkapasitas 5 liter. Maka level kekuatan yang diberikan pekerja untuk
tangan kanan dan tangan kiri digolongkan strong force dengan skor 6
3. Tahap C (postur kerja)
Gambar 4.4 Posisi pekerja saat mengambil adonan pada tungku
a. Postur kepala/leher (C1)
Berdasarkan gambar 4.5 dapat dilihat bahwa pekerja pada saat mengambil adonan dan meletakkan adonan ke penyaringan, posisi kepala/leher sedikit menunduk untuk melihat objek, posisi ini bisa dikatakan mendekati netral dan tidak membentuk sudut lebih dari 20°. Sehingga postur kepala/leher tergolong dalam kategori medium risk dengan skor 1.
b. Postur punggung (C2)
Postur punggung pada saat pekerja mengambil adonan pada tungku masak dinilai terlalu membungkuk dan memutar karena posisi tungku yang terlalu jauh dari penyaringan. sehingga pekerja merasa tidak nyaman, postur ini diselingi jeda pada saat melakukan penuangan adonan ke tempat penyaringan, maka postur punggung termasuk dalam medium risk dengan skor 1 c. Postur lengan (C3)
Kanan : Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa bagian siku lengan kanan pada saat menuangkan adonan ke tempat penyaringan terangkat setinggi dada tidak jauh dari tubuh dan tidak bertumpu pada meja.
Jadi, postur lengan kanan termasuk high risk dengan skor 4.
Kiri : Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa bagian siku lengan kiri pada saat menuangkan adonan ke tempat penyaringan terangkat setinggi dada tidak jauh dari tubuh dan tidak bertumpu pada meja.
Jadi, postur lengan kiri termasuk high risk dengan skor 4.
d. Postur pergelangan tangan (C4)
Kanan : Pergelangan tangan kanan agak sedikit membengkok atau menyamping ke bawah postur pergelangan tangan kanan hampir terus menerus terjadi sampai proses pemindahan adonan selesai, sehingga postur pergelangan tangan kanan termasuk high risk dengan skor 4.
Kiri : Pergelangan tangan kanan agak sedikit membengkok atau menyamping ke bawah postur pergelangan tangan kiri hampir terus menerus terjadi sampai proses pemindahan adonan selesai, sehingga postur pergelangan tangan kanan termasuk high risk dengan skor 4.
e. Postur genggaman tangan/jari (C5)
Kanan : Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa genggaman jari pada tangan kanan yaitu menggenggam bagian atas ember (bibir ember) yang digunakan untuk memindahkan adonan. Posisi ini dilakukan terus menerus sampai adonan memenuhi
saringan. Jadi, postur genggaman tangan kanan pada aktivitas ini tergolong dalam kategori high risk dengan skor 4
Kiri : Pada gambar 4.5 dapat dilihat bahwa genggaman jari pada tangan kiri yaitu menggenggam bagian katel ember yang digunakan untuk memindahkan adonan. Posisi ini dilakukan terus menerus sampai adonan memenuhi saringan. Jadi, postur genggaman tangan kanan pada aktivitas ini tergolong dalam kategori high risk dengan skor 4 4. Tahap D (faktor tambahan)
a. Waktu istirahat (D1)
Pada stasiun penyaringan pekerja melakukan pekerjaannya yaitu selama 6 - 5.8 jam dalam sehari, sedangkan jam kerja yang ada pada CV.GTT adalah 7 jam. Pekerja mempunyari waktu istirahat selama 1 jam, Artinya pekerja melakukan pekerjaannya secara terus- menerus, tanpa istirahat dalam waktu 4 jam atau lebih, maka tergolong dalam kategori high risk dengan skor 8.
b. Kecepatan kerja (D2)
Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja pada aktivitas pemindahan adonan kedelai dinilai tidak merasa kesulitan untuk mempertahankan tempo kerja.
Jadi, tempo kerja pekerja tergolong low risk dengan skor 0.
c. Faktor lingkungan kerja fisik (D3)
Pada penilaian lingkungan kerja fisik terdapat satu faktor yaitu pekerja berada dalam lingkungan kerja dengan kondisi suhu disekitar tungku sebesar 32º C.
Lingkungan kerja dengan suhu yang panas tentunya mempengaruhi kinerja pekerja. Oleh karena itu faktor
lain tergolong dalam kategori medium risk dengan skor 1.
d. Durasi kerja (D4)
Total durasi pekerja pada stasiun penyaringan dengan tiga aktivitas yaitu selama 5.8 jam. Maka berdasarkan table penilaian durasi kerja maka faktor pengalinya adalah 1 karena durasi pada range 4-8 jam.
e. Faktor Psikososial (D5)
Melalui wawancara dengan pekerja secara langsung, pekerja mengatakan bahwa pada aktivitas pemindahkan kedelai cair (bubur kedelai) panas dari tungku masak ke tungku penyaringan dilakukan dengan tuntutan pekerjaan yang berlebihan.
Setelah mendapatkan risk score untuk setiap faktor risiko, maka selanjutnya adalah menghitung exposure score dan menentukan exposure level. Pada tabel 4.12 Menunjukkan perhitungan exposure score lengan kanan dan kiri pekerja pada aktivitas pemindahan adonan kedelai.
Tabel 4.12 Perhitungan Exposure Score pada aktivitas pemindahkan kedelai cair (bubur kedelai) panas dari tungku masak ke tungku
penyaringan.
Faktor Risiko Lengan Kiri Lengan Kanan Warna Nilai Warna Nilai
A1. Pergerakan lengan 6 6
A2. Frekuensi Gerakan teknis 0 0
B. Level kekuatan 6 6
C1. Postur kepala/leher 1 1
C2. Postur punggung 1 1
C3. Postur lengan 4 4
C4. Postur pergelangan
tangan 4 4
C5. Genggaman tangan 4 4
D1. Waktu istirahat 8 8
D2. Tempo kerja 0 0
D3. Faktor lingkungan kerja
fisik 1 1
Total Score 32 32
D4. Faktor pengali durasi x1 x1
Exposure Score 32 32
Exposure Level High High
D5. Faktor Psikososial : Tuntutan pekerjaan yang berlebihan Berdasarkan table 4.12 Diketahui bahwa nilai exposure score pada lengan kiri dan kanan sebesar 32. Penilaian pada kedua lengan tergolong pada high risk Karena pada range 22 atau lebih sehingga diperlukan penyelidikan lebih lanjut dengan segera
4.3.1.3 Identifikasi risiko ULDs dengan ART Tools pada aktivitas menyaring adonan kedelai
Pekerja ini bertugas melakukan proses menyaring.
Berikut ini merupkan penjelasan identifikasi risiko ULDs pada aktivitas pemasangan kain syfon dengantahapn yang ada pada ART Tools.
1. Tahap A (pengulangan) a. Pola gerakan lengan (A1)
Kanan : Pergerakan lengan kanan tergolong sering karena lengan kanan aktif bergerak saat melakukan aktivitas penyaringan, disini lengan bergerak mengoyang-goyangkan saringan, Gerakan ini dilakukan sampai penyaringan selesai. Maka gerakan lengan kanan tergolong high risk dengan skor 6
Kiri : Pergerakan lengan kiri sama seperti Gerakan lengan kanan. Maka gerakan lengan kiri juga
tergolong high risk dengan skor 6 b. Frekuensi Tindakan teknis (A2)
Berdasarkan Tabel 4.10 Dapat diketahui bahwa frekuensi Tindakan teknis pada tangan kanan dan tangan kiri adalah 30 tindakan/menit, maka tergolong high risk dengan risk score 6
2. Tahap B (level kekuatan)
Berdasarkan pengamatan langsung terhadap pekerja, Pada aktivitas ini pekerja mendorong atau mengoyang-goyangkan saringan kearah depan dan belakang dengan beban yang cukup berat. Maka level kekuatan yang diberikan pekerja untuk tangan kanan dan tangan kiri digolongkan strong force dengan skor 6
3. Tahap C (postur kerja)
Gambar 4.5 Aktivitas menyaring adonan kedelai
a. Postur kepala/leher (C1)
Berdasarkan gambar 4.6 dapat dilihat bahwa pekerja pada saat penyaringan, posisi kepala/leher sedikit menunduk untuk melihat objek, posisi ini bisa dikatakan mendekati netral dan tidak membentuk sudut
lebih dari 20°. Sehingga postur kepala/leher tergolong dalam kategori medium risk dengan skor 1.
b. Postur punggung (C2)
Postur punggung pekerja pada saat aktivitas penyaringan berada pada posisi statis atau tidak bergerak sehingga kondisi punggung adalah netral.
Sehingga postur punggung termasuk dalam low risk dengan skor 0.
c. Postur lengan (C3)
Kanan : Pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa postur lengan kanan pada saat melakukan penyaringan menekuk serta terangkat agak dekat dari dada tidak jauh dari tubuh dan tidak bertumpu pada meja. Jadi, postur lengan kanan termasuk high risk dengan skor 4.
Kiri : Pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa postur lengan kiri pada saat melakukan penyaringan menekuk serta terangkat agak dekat dari dada tidak jauh dari tubuh dan tidak bertumpu pada meja. Jadi, postur lengan kanan termasuk high risk dengan skor 4.
d. Postur pergelangan tangan (C4)
Kanan : Pergelangan tangan kanan agak sedikit membengkok atau menyamping ke atas postur pergelangan tangan kanan hampir terus menerus terjadi sampai proses penyaringan selesai, sehingga postur pergelangan tangan kanan termasuk high risk dengan skor 4.
Kiri : Postur pergelangan tangan kiri pada aktivitas ini sama dengan postur pergelangan tangan kanan, sehingga postur pergelangan tangan kanan
termasuk high risk dengan skor 4.
e. Postur genggaman tangan/jari (C5)
Kanan : Pada gambar 4.6 dapat dilihat bahwa genggaman jari pada tangan kanan yaitu menggenggam gagang pengait pada saringan. Posisi ini dilakukan terus menerus sampai adonan memenuhi saringan. Jadi, postur genggaman tangan kanan pada aktivitas ini tergolong dalam kategori high risk dengan skor 4
Kiri : Postur genggaman tangan/jari kiri pada aktivitas ini sama dengan postur genggaman tangan/jari kanan, sehingga postur pergelangan tangan kanan termasuk high risk dengan skor 4.
4. Tahap D (faktor tambahan) a. Waktu istirahat (D1)
Pada stasiun penyaringan pekerja melakukan pekerjaannya yaitu selama 6 - 5.8 jam dalam sehari, sedangkan jam kerja yang ada pada CV.GTT adalah 7 jam. Pekerja mempunyari waktu istirahat selama 1 jam, Artinya pekerja melakukan pekerjaannya secara terus- menerus, tanpa istirahat dalam waktu 4 jam atau lebih, maka tergolong dalam kategori high risk dengan skor 8.
b. Kecepatan kerja (D2)
Berdasarkan hasil wawancara dengan pekerja pada aktivitas pemasangan kain syfon dinilai tidak merasa kesulitan untuk mempertahankan tempo kerja.
Jadi, tempo kerja pekerja tergolong low risk dengan skor 0.
c. Faktor lingkungan kerja fisik (D3)
Pada penilaian lingkungan kerja fisik terdapat satu faktor yaitu pekerja berada dalam lingkungan kerja
dengan kondisi suhu disekitar tungku sebesar 32º C.
Lingkungan kerja dengan suhu yang panas tentunya mempengaruhi kinerja pekerja. Oleh karena itu faktor lain tergolong dalam kategori medium risk dengan skor 1.
d. Durasi kerja (D4)
Total durasi pekerja pada stasiun penyaringan dengan tiga aktivitas yaitu selama 5.8 jam. Maka berdasarkan table penilaian durasi kerja maka faktor pengalinya adalah 1 karena durasi pada range 4-8 jam.
e. Faktor Psikososial (D5)
Sesuai wawancara dengan pekerja secara langsung, pekerja mengatakan bahwa pekerjaan ini bersifat monoton sehingga mudah membuat pekerja menjadi bosan dan seringkali bekerja dengan tekanan waktu yang ketat karena mengejar target output.
Setelah mendapatkan risk score untuk setiap faktor risiko, maka selanjutnya adalah menghitung exposure score dan menentukan exposure level. Pada tabel 4.13 Menunjukkan perhitungan exposure score lengan kanan dan kiri pekerja pada aktivitas menyaring.
Tabel 4.13 Perhitungan Exposure Score pada aktivitas menyaring adonan kedelai
Faktor Risiko Lengan Kiri Lengan Kanan Warna Nilai Warna Nilai
A1.Pergerakan lengan 6 6
A2.Frekuensi Gerakan teknis 6 6
B. Level kekuatan 6 6
C1. Postur kepala/leher 1 1
C2. Postur punggung 0 0
C3. Postur lengan 4 4
C4. Postur pergelangan
tangan 4 4
C5. Genggaman tangan 4 4
D1. Waktu istirahat 8 8
D2. Tempo kerja 0 0
D3. Faktor lingkungan kerja
fisik 1 1
Total Score 40 40
D4. Faktor pengali durasi x1 x1
Exposure Score 40 40
Exposure Level High High D5. Faktor Psikososial : Pekerjaan bersifat monoton
Berdasarkan table 4.13 Diketahui bahwa nilai exposure score pada lengan kiri dan kanan sebesar 40. Penilaian pada kedua lengan tergolong pada high risk Karena pada range 22 atau lebih sehingga diperlukan penyelidikan lebih lanjut dengan segera.