• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Halal Tourism merupakan salah satu kebutuhan wisatawan muslim yang kegiatannya dijalankan berdasarkan ketentuan Al-Quran serta Hadits. Adapun konsep dari wisata halal yaitu wujud dari konsep ke-Islaman yang menggunakan nilai halal dan haram sebagai patokan. Artinya segala aspek dalam aktivitas wisata yang dilakukan oleh pelaksana pariwisata harus merujuk pada sertifikasi halal (Satriana, E. D., & Faridah, 2018). Pengembangan halal tourism bermula dari jenis wisata yang dikenal dengan wisata jiarah dan religi pada tahun 1967 yang diselenggarakan oleh World Tourism Organization (WTO) di Cordoba, Spanyol.

Konferensi yang diadakan tersebut mengangkat judul tentang Tourism and Religions: A Contribution to the Dialogue of Cultures, Religions and Civilizations (Jaelani & Kalijaga, 2018). Wisata jiarah merupakan kegiatan wisata yang disesuaikan pada motivasi terhadap nilai religi yang meliputi Islam, Budha, Hindu, Kristen, dan agama lain. Tren wisata ini mengalami perkembangan hingga tidak memiliki batas pada jenis wisata jiarah atau religi tertentu tetapi, menjadi bentuk baru dari nilai-nilai yang sifatnya universal yaitu ciri khas tertentu dengan kearifan lokal yang dapat memberikan manfaat dan unsur pembelajaran bagi masyarakat (Andriani, 2015). Pariwisata halal adalah pariwisata yang ramah pada muslim atau disebut dengan muslim friendly tourism, dimana kegiatan wisata yang dilakukan sesuai dengan prinsip syariah yaitu mengutamakan kenyamanan, kebersihan, dan keamanan bagi wisatawan muslim atapun non muslim yang ingin merasakan kearifan lokal yang disediakan.

Selama ini pengembangan pariwisata hanya berfokus pada pengembangan wisata alam dan wisata budaya padahal berdasarkan data dari Globalreligiusfuture, Indonesia memiliki jumlah penduduk muslim terbanyak di dunia dimana ada sebanyak 209,12 juta jiwa di tahun 2010 atau setara dengan

(2)

2

87% dari jumlah keseluruhan dari populasi negara. Sedangkan pada 2020, diprediksi jumlah penduduk muslim di Indonesia yaitu 229,62 juta jiwa (Kusnandar, 2019). Pada tahun 2024 Kemenparekraf menargetkan 6 juta wisatawan Muslim dari mancanegara yang mengunjungi Indonesia, diprediksi sebanyak 3,6 juta jiwa wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia di tahun 2019 adalah Muslim. Menurut data Global Muslim Travel Index 2019 ada sebanyak 230 juta wisatawan mancanegara yang diprediksi akan datang dari seluruh penjuru dunia. Pariwisata halal di Indonesia tumbuh mencapai 18 persen pada tahun 2018 yaitu sebanyak 2,8 juta dengan jumlah devisa negara Rp 40 triliun (Direktorat Infrastruktur Ekosistem Syariah, 2020). Lebih lanjut, peraturan yang mengatur mengenai pariwisata tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009, dimana yang dimaksud dengan kepariwisataan adalah bagian dari pembangunan nasional yang dilaksanakan dengan sistematis, terencana, terpadu, berkelanjutan, dan bertanggung jawab dengan pasti melakukan proteksi atas nilai-nilai agama, budaya yang tumbuh di masyarakat, kelestarian, kualitas lingkungan hidup, dan kepentingan nasional. Sedangkan menurut Pasal 1, pariwisata merupakan kumpulan dari banyaknya kegiatan yang didukung oleh penyediaan fasilitas dan pelayanan yang berasal dari masyarakat, pengusaha, Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan pengusaha (Indonesia, 2009).

Negara Indonesia mempunyai 34 Provinsi yang terdiri atas 416 kabupaten dan 98 kota atau total 514 kabupaten/kota yang tersebar di wilayah NKRI (Arum Sutrisni Putri, 2020). Dari keseluruhan kabupaten/kota di Indonesia, hanya ada 10 kota/kabupaten perwakilan setiap provinsi yang dipilih oleh Kementerian Pariwisata RI untuk mengembangkan pariwisata ramah Muslim. Dipilihnya 10 provinsi ini karena dianggap paling siap dan telah memiliki komitmen serta kesiapan dalam mengembangkan program halal tourism. Salah satu kota yang berkomitmen mengembangkan pariwisata halal adalah Kota Malang yang mewakili Provinsi Jawa Timur. Kota Malang salah satu kota yang penduduknya paling banyak menganut agama Islam apabila dibandingkan dengan agama lainnya. Berdasarkan data BPS Kota Malang, total jumlah penduduk Muslim di Kota Malang tahun 2017 mencapai 811.067 jiwa dan bertambah sebanyak 811.073 jiwa di tahun 2018 serta mengalami pertambahan pada tahun 2019 yaitu

(3)

3

sebanyak 833.858 jiwa. Sehingga potensi ini kemudian ditangkap oleh Pemerintah Kota Malang untuk mengembangkan halal tourism. Program Pengembangan Halal Tourism merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah pusat yang tertuang dalam Rencana Strategis Pengembangan Pariwisata Halal 2019-2024 Kementerian Pariwisata tahun 2019. Hal ini juga tertuang dalam Visi dan Misi Walikota Malang serta Wakil Walikota Malang yang tertulis dalam RPJMD Kota Malang Tahun 2018-2023. Sebagai upaya untuk mewujudkan Visi Misi ini Pemerintah Kota Malang merumuskan The Future Of Malang. Adapun The Future Of Malang memuat 6 konsep pembangunan Kota Malang yang diantaranya yaitu: Malang City Heritage (Icon Sejarah dan Jejak Perjuangan);

Malang 4.0 (Literasi Teknologi Informasi di segala Bidang); Malang Creative (Centre of Creative Economics); Malang Halal (Centre of Halal Tourism);

Malang Services (Role models Pemerintahan collaborative); Malang Nyaman (Tata kota yang ramah dan berkelanjutan). Malang Halal mempunyai 6 konsep yang meliputi: 1. Pengembangan destinasi wisata halal; 2. Event wisata halal; 3.

Kerjasama pencapaian standar hotel halal; 4. Destinasi kuliner halal; 5. Penguatan kapasitas SDM Pariwisata halal; 6. Promosi paket wisata halal (P. K. Malang, 2018).

Pemerintah Kota Malang secara serius berkomitmen untuk mengembangkan pariwisata halal di Kota Malang, dimana wujud keseriusan ini juga dituangkan dalam MoU Komitmen Bersama Pengembangan Kota Malang sebagai Destinasi Wisata Halal. Komitmen ini telah ditetapkan sejak April tahun 2016 dengan melibatkan tiga pihak diantaranya Kementerian Pariwisata, Pemerintah Kota Malang dan Rektor Universitas Brawijaya. Komitmen bersama tersebut bertujuan untuk mendorong pengembangan pariwisata halal untuk meningkatkan perekonomian Kota Malang. Adapun isi dari komitmen tersebut meliputi Kementerian Pariwisata berkomitmen membantu Kota Malang dalam mengembangkan halal tourism dengan memberikan bantuan di beberapa bidang seperti pemasaran, destinasi, industri, dan kelembagaan (bimbingan teknis, workshop, sosialisasi). Pemerintah Kota Malang juga berperan dalam menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana penunjang yang sesuai dengan prinsip syariah yaitu pemberian sertifikasi halal di berbagai macam usaha pariwisata

(4)

4

termasuk diantaranya restoran, hotel, biro perjalanan, spa, karaoke tentunya dengan memperhatikan kebutuhan wisatawan muslim dalam menggunakan fasilitas beribadah. Sedangkan Universitas Brawijaya sebagai pusat penelitian yang membantu memantau perkembangan dan penyesuaian tren halal tourism di dunia dan sekaligus mendukung penyiapan Kota Malang sebagai destinasi wisata halal melalui penelitian yang dilakukan, sosialisasi, meningkatkan kapasitas, dan sertifikasi dalam mewujudkan percepatan halal tourism bagi Kota Malang (Kementerian Pariwisata RI, 2016).

Berdasarkan data Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata Kota Malang, pada tahun 2015 Kota Malang hanya memiliki 17 destinasi wisata yang terdiri dari beberapa Taman, Kampung Wisata dan Museum. Adapun jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang berkunjung ke Kota Malang ada sebanyak 8.626 orang dan 3.290.071 orang wisatawan nasional. Jumlah kunjungan ini setiap tahunnya mengalami peningkatan hingga di tahun 2019 jumlah wisatawan mancanegara yang datang untuk berwisata meningkat mencapai 16.286 orang, disusul dengan peningkatan jumlah wisatawan nasional yang mencapai 5.186.810 orang. Hal ini juga dipengaruhi oleh upaya Pemerintah Kota Malang dalam meningkatkan jumlah destinasi wisata sebanyak 30 tempat.

Dimana pada tahun 2019, Kota Malang bekerjasama dengan masyarakat setempat serta Perguruan Tinggi yang ada di Kota Malang untuk mengembangkan potensi wilayahnya yang kemudian dikenal dengan istilah Kampung Wisata, yang terus berkembang hingga kini sehingga diharapkan mampu mendorong perekonomian masyarakat setempat dan pendapatan daerah (Disporapar, n.d.).

Pada bulan April 2019, Pemerintah Kota Malang melalui Kementerian Pariwisata secara resmi mengesahkan Kota Malang sebagai salah satu destinasi wisata unggulan di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan diperolehnya Piagam Penghargaan yang diberikan kepada Kota Malang (Malang Raya) dengan kategori Pariwisata Unggulan. Kota Malang bekerjasama dengan Halal Center yang bergerak dibawah naungan lima Perguruan Tinggi di Kota Malang yaitu Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Islam Malang dan Universitas Islam Negeri Malang.

(5)

5

Menurut data Kebangsaan di tahun 2017, lima besar kunjungan wisatawan Muslim mancanegara ke wilayah Malang Raya didominasi oleh Malaysia, Singapura, Uni Emirat Arab (UEA), India, Arab Saudi (Wisnu Rahtomo, n.d.).

Komitmen pelaksanaan halal tourism di Kota Malang sendiri terlihat dari sertifikasi halal yang telah dimiliki oleh beberapa hotel di Kota Malang seperti Hotel Aria Gajayana, Hotel Whiz Prime, Hotel Ev Olino Garden, Hotel Dewarna Sutoyo, Griya UB dan UB Guest House. Sedangkan untuk tempat makan atau restoran yaitu Kobaman (Koperasi Bakso Madani Nusantara), UB Coffee, Kantin Halalan Thoyyiban Universitas Brawijaya Malang yang memiliki sertifikat halal.

Adapun dalam pelaksanaan sertifikasi halal tidak terlepas dari permasalahan dimana Pemerintah Kota Malang mengeluhkan tentang persyaratan pengajuan sertifikasi halal yang dianggap terlalu berbelit-belit sehingga cukup menyulitkan beberapa pengusaha yang ingin mengajukan tempat usahanya untuk menyukseskan pariwisata halal di Kota Malang.

Namun, pengembangan wisata halal sampai dengan saat ini belum bisa dikatakan efektif karena masih belum memenuhi beberapa indikator. Sejak secara resmi ditunjuknya Kota Malang sebagai salah satu kota di Jawa Timur yang masuk dalam 10 daerah destinasi Pariwisata Muslim Friendly, tentunya jumlah hotel atau restoran yang memiliki sertifikasi halal masih tergolong sedikit apabila dibandingkan dengan jumlah keseluruhan hotel maupun restoran yang ada di Kota Malang. Berdasarkan data yang bersumber dari Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, tayangan youtube Malang Menyapa(AB Room, 2019), dan tercatat di (BPS Kota Malang, 2020), pada tahun 2019 saja Kota Malang memiliki jumlah restoran dan jumlah hotel yang termasuk diantaranya hotel berbintang, hotel non bintang, guest house, dan wisma pariwisata seperti yang ditunjukan oleh (BPS Kota Malang, 2021) pada tabel dibawah ini Sedangkan di tahun 2021 tercatat yang sudah memiliki sertifikasi halal hanya sekitar 9 hotel dan restoran, dimana 2 diantaranya merupakan Rumah Potong Ayam yang mendapatkan sertifikasi halal secara mandiri (“Wawancara Ibu Artis Swastini,” 2021). Berikut data yang ditampilkan :

(6)

6

Tabel 0.1 Data Hotel dan Restoran Bersertifikasi Halal di Kota Malang Tahun 2020-2021

No Tahun Bidang Lokasi Jumlah Keterangan

1. 2020 Restoran/Rumah Makan

Kota Malang

0,09% dari 2.015 restoran

2. 2020 Hotel/Penginapan Kota Malang

3,2% dari 217

hotel/penginapan 3. 2021 Restoran/Rumah

Makan

Kota Malang

0,09% dari 2.015 restoran

4. 2021 Hotel/Penginapan Kota Malang

0,5% dari 217

hotel/penginapan Sumber: Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang

Tidak hanya hotel dan restoran, ruang publik seperti tempat wisata ataupun pusat perbelanjaan di Kota Malang memerlukan fasilitas internet untuk menunjang aneka kegiatan berwisata seperti wisata belanja dan wisata kuliner.

Akan tetapi, tidak semuanya menyediakan Free Wi-Fi Area bagi para pengunjung, tercatat hanya ada 38 lokasi area hotspot yang disediakan oleh Pemerintah Kota Malang melalui Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Malang. Adapun ruang publik berupa Taman Kota yang menyediakan fasilitas Free Wifi ada sebanyak 8 lokasi, sisanya atau sebanyak 30 titik berada di lingkungan pemerintahan (Kendedes, n.d.). Adapun metode penelitian yang digunakan untuk menentukan indikator dalam pengembangan halal tourism Kota Malang tahun 2019 - 2020 yaitu berdasarkan pendekatan modifikasi model indikator IMTI (Indonesia Muslim Travel Index) dengan atribut ACES (Access, Communication, Environment, and Service) yang ditunjukan oleh Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) dalam Laporan Perkembangan Pariwisata Ramah Muslim Daerah tahun 2019 – 2020.

Berdasarkan skor IMTI ada beberapa indikator yang masih belum tercapai diantaranya penyediaan sertifikasi halal bagi Restoran halal, Hotel, dan Free Wifi Area sebagai fasilitas serta sarana dan prasarana penunjang pengembangan halal tourism di Kota Malang. Sehingga bagi peneliti pengembangan wisata halal masih belum tercapai sesuai yang diinginkan. Sebab itu, penelitian ini hendak meneliti bagaimana evaluasi pengembangan wisata halal yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang terutama yang menjadi indikator penilaian dari pengembangan halal

(7)

7

tourism yaitu bidang Services yang meliputi Halal Food, fasilitas ibadah, hotel serta bidang Environment meliputi Wi-Fi Area dan komitmen halal tourism.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan wisata religi, wisata sejarah, dan wisata budaya di Kota Malang. Adapun penelitian sejenis yang ada di Kota Malang akan tetapi dengan pembahasan terkait model pengembangan kampung wisata tematik yaitu Kampung Tridi dan Kampung Wisata Warna-warni Jodipan tetapi belum banyak yang membahas mengenai pengembangan Wisata Halal Kota Malang.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan dari latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana evaluasi program pengembangan halal tourism yang dilakukan Pemerintah Kota Malang?

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui jawaban dari rumusan masalah yang menjadi fokus dalam penelitian ini, yaitu:

1. Mengetahui evaluasi program pengembangan halal tourism yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang.

I.4 Definisi Konseptual

Adapun konsep yang dapat diambil sebagai dasar untuk menganalisa penelitian yang berjudul “EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN HALAL TOURISM KOTA MALANG (Studi pada Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata)” yaitu:

I.4.1 Evaluasi Program

Evaluasi menurut pandangan Stufflebeam dan Shinkfield (1985: 159) adalah proses menyajikan suatu informasi yang bisa digunakan untuk membuat perbandingan ketika menetapkan harga dan jasa (the worth and merit) dari tujuan yang akan diraih, desain, implementasi dan dampak dalam membuat keputusan, tanggung jawab dan meningkatkan pemahaman terhadap fenomena. Evaluasi

(8)

8

berarti penyediaan informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Sedangkan evaluasi menurut Komite Studi Nasional tentang Evaluasi dari UCLA (Stark & Thomas, 1994: 12), evaluasi merupakan sebuah proses atau aktivitas yang berupa pemilihan, pengumpulan, analisis dan penyediaan informasi yang bisa dijadikan dasar dalam membuat suatu keputusan dan menyusun program berikutnya (Widoyoko, 2009).

Evaluasi kebijakan publik tidak berkaitan dengan pelaksanaan atau implementasi di lapangan saja akan tetapi berhubungan erat dengan perumusan, implementasi, dan lingkungan kebijakan publik. (William Dunn, 1999) menjelaskan mengenai istilah evaluasi yang dapat diartikan sebagai penaksiran, pemberian angka atau skor, dan penilaian. Atau dalam kata lain, evaluasi berhubungan dengan pengelolaan informasi tentang nilai atau manfaat hasil kebijakan. Pelaksanaan evaluasi dapat menghasilkan informasi yang tepat dan terpercaya khususnya mengenai kinerja kebijakan yang meliputi kebutuhan, nilai dan peluang yang sudah tercapai melalui tindakan publik. Selain itu, evaluasi memberi sumbangsih terhadap penjelasan dan masukan pada nilai-nilai yang digunakan sebagai dasar dalam menentukan target dan tujuan yang hendak dicapai. Kemudian evaluasi juga berkontribusi pada cara penggunaan terhadap metode analisis beberapa kebijakan diantaranya perumusan masalah dan usulan.

Dapat dikatakan bahwasanya evaluasi kebijakan lebih berhubungan erat dengan pelaksanaan dari kebijakan terutama pada implementasi dari kebijakan publik (Dwijowijoto, 2003).

Evaluasi dihubungkan dengan penghasil informasi tentang nilai dan manfaat dari hasil kebijakan, apabila hasil kebijakan tersebut memiliki nilai tentunya turut memberikan sumbangsih terhadap tujuan. Kebijakan atau program dikatakan bisa memperoleh tingkat kinerja yang baik artinya permasalahan dalam kebijakan dapat dipecahkan dengan jelas. William Dunn memberikan gambaran mengenai evaluasi yang melahirkan berbagai ketentuan yang sifatnya evaluatif.

Adapun menurut (William Dunn, 1999) kriteria evaluasi terbagi atas: efektivitas, efisiensi, kecukupan, pemerataan, responsivitas, dan ketepatan. Evaluasi

(9)

9

kebijakan ini dilakukan untuk mengetahui pelaksanaan dan kinerja dari program pengembangan wisata halal Kota Malang.

Evaluasi kebijakan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan berbagai informasi yang berasal dari pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan wisata halal di Kota Malang, peraturan yang digunakan oleh pemerintah, jurnal penelitian terdahulu, hingga dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan pengembangan wisata halal. Segala informasi yang dikumpulkan kemudian dipilih, dibandingkan, dikelola, dan dianalisis agar diperoleh informasi secara valid baik itu permasalahan, manfaat, kekurangan, kritikan ataupun solusi untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Sehingga nantinya informasi ini dapat dijadikan pedoman dalam mencapai tujuan. Hasil dari evaluasi pengembangan wisata halal ini dapat dijadikan patokan apakah tujuan dari pengembangan wisata halal telah tercapai serta untuk mengetahui kekurangan dan hambatan dalam pelaksanaan pengembangan wisata halal di Kota Malang.

I.4.2 Halal Tourism

Menurut Sofyan (2012:33 ), definisi halal tourism atau wisata halal mempunyai arti luas apabila dibandingkan dengan wisata religi. Dimana wisata halal merupakan wisata yang disesuaikan dengan nilai-nilai halal Islam. World Tourism Organization (WTO) menyatakan bahwasanya penikmat wisata halal tidak hanya umat Muslim saja akan tetapi juga mereka umat non Muslim yang juga mau merasakan kearifan lokal. Adapun yang menjadi kriteria umum pariwisata halal diantaranya: berfokus pada kemaslahatan umum; memiliki fokus pada pencerahan, penyegaran, dan ketenangan; menghindari kemusyrikan dan khurafat; menjauhi perbuatan dan perilaku maksiat; mampu memelihara keamanan serta kedamaian; menjaga kelestarian lingkungan; menghargai terhadap nilai-nilai sosial, budaya serta kearifan lokal yang ada dalam masyarakat (Nugraha, 2018).

Pengembangan halal tourism di Kota Malang dapat dikatakan berjalan secara efektif apabila pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah Kota Malang cukup memadai sehingga memudahkan para wisatawan yang datang untuk

(10)

10

berwisata. Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang, Kemenparekraf beserta 5 Perguruan Tinggi Kota Malang yang meliputi Universitas Brawijaya, Universitas Negeri Malang, Universitas Islam Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang, dan Universitas Islam Malang terus bersinergi untuk terus mengembangkan halal tourism di Kota Malang dengan membentuk Laboratorium Halal Center disetiap Perguruan Tinggi. Kehadiran Halal Center adalah sebagai pusat penelitian dan juga memberikan pendampingan, pembinaan dan pelatihan terhadap UMKM dalam mengurus sertifikasi halal sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat ataupun pelaku usaha serta dapat dinikmati oleh wisatawan baik itu wisatawan mancanegara ataupun wisatawan domestik.

Pengembangan halal tourism bukan merupakan wisata secara eksklusif melainkan pariwisata yang dapat dinikmati oleh seluruh wisatawan baik itu muslim maupun wisatawan non-Muslim. Seluruh wisatawan bisa merasakan pelayanan yang disediakan ini dengan menyesuaikan nilai-nilai halal yang telah ditentukan. Wisata halal ini mempunyai lingkup yang luas, tidak hanya dalam lingkup destinasi ziarah dan religi saja, akan tetapi menyediakan berbagai fasilitas pendukung, diantaranya restoran dan hotel yang menyajikan makanan halal dan tempat beribadah bagi umat Muslim, produk dan tour travel wisata, serta destinasi wisata dalam pariwisata halal seperti yang biasa disediakan oleh tempat wisata secara umum (Jaelani & Kalijaga, 2018). Global Muslim Travel Index (Global Muslim Travel Index, 2016:7) merupakan lembaga yang bergerak dalam pengembangan wisata halal dunia memberikan pengertian mengenai pariwisata halal. Pariwisata halal merupakan kegiatan wisata yang dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip Islam dan memiliki tujuan menyediakan sarana dan prasarana serta layanan yang ramah terhadap wisatawan Muslim. Adapun yang menjadi perhatian dalam wisata halal, seperti pemerintah daerah bisa menyediakan fasilitas untuk melakukan ibadah yaitu tempat untuk sholat; menyediakan makanan atau minuman dengan sertifikasi atau label halal, dan fasilitas umum yang memadai (Subarkah, 2018).

(11)

11

Pengembangan pariwisata halal Kota Malang sudah berlangsung sejak secara resmi Kota Malang mendapatkan penghargaan Pariwisata Unggulan di tahun 2019, muncul ikon “Malang Halal” sebagai bentuk komitmen tersebut Pemerintah Kota Malang dalam visi misi yang termuat pada RPJMD Kota Malang tahun 2018-2023. Kebijakan ini didukung dengan adanya MoU atau Komitmen Kesepakatan Bersama Kota Malang sebagai Pengembangan Destinasi Wisata Halal yang telah melalui kesepakatan sejak tahun 2016 lalu. Namun sampai dengan sekarang belum bisa diketahui apakah pengembangan wisata halal Kota Malang berjalan efektif dan efisien atau tidak. Oleh karena itu, diperlukan evaluasi sebagai upaya untuk mengukur sejauh mana pelaksanaan pengembangan wisata halal Kota Malang, hal-hal yang perlu dibenahi, serta hambatan apa saja yang ditemui dalam pelaksanaannya.

I.5 Definisi Operasional

Definisi Operasional menurut (Singarimbun, 2008) merupakan acuan yang digunakan untuk melakukan suatu penelitian dan dijadikan sebagai patokan dalam konsep yang memuat sebuah variabel. Sebab itu variabel yang digunakan untuk melakukan analisa data dalam penelitian ini sebagai berikut:

I.5.1 Evaluasi Program Pengembangan Halal Tourism Kota Malang a). Efektivitas Program Pengembangan Halal Tourism di Kota Malang.

b). Efisiensi pelaksanaan Program Pengembangan Halal Tourism di Kota Malang.

c). Kecukupan Program Pengembangan Halal Tourism dalam mengatasi permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan program halal tourism seperti penyediaan fasilitas, sarana dan prasarana; sertifikasi halal hotel dan restoran di Kota Malang.

d). Pemerataan program sertifikasi halal dalam upaya pengembangan Halal Tourism di Kota Malang.

e). Responsivitas Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang dan Halal Center terhadap pendampingan dalam pelaksanaan program Pengembangan Halal Tourism di Kota Malang.

(12)

12

f). Ketepatan Program Pengembangan Halal Tourism Kota Malang dalam mencapai tujuan.

I.6 Metode Penelitian

I.6.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis pendekatan deskriptif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data di sebuah latar ilmiah dengan metode alamiah, serta dilakukan oleh orang yang tertarik terhadap objek yang diteliti secara alamiah (Lexi J. Moleong, 2005). Sedangkan menurut pandangan lain, penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan dengan cara menginterpretasikan fenomena yang sedang terjadi menggunakan metode yang ada. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman terhadap fenomena atau permasalahan yang dititikberatkan pada gambaran secara lengkap mengenai fenomena yang dikaji.

Hal ini diharapkan untuk mendapatkan pemahaman secara mendalam tentang fenomena yang kemudian menghasilkan suatu teori. Adapun metode penelitian yang digunakan yaitu observasi dan wawancara dengan penelitian deskriptif yang tujuannya adalah untuk menjelaskan suatu kejadian atau fenomena yang terjadi.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian kualitatif yaitu berupa kata-kata, gambar dan bukan angka. Dimana nantinya laporan penelitian berisi kutipan dari buku atau naskah, wawancara, catatan lapangan, foto, video, dan beberapa dokumen resmi lainnya.

I.6.2 Lokasi Penelitian

Lokasi yang menjadi fokus dalam penelitian ini yaitu Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kota Malang yang beralamatkan di Jalan Tenes Stadion Gajayana, Kauman, Kec. Klojen, Kota Malang, Jawa Timur dan UB Coffee.

Adapun alasan peneliti menjadikan lokasi sebagai tempat penelitian :

(13)

13

1. Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang adalah instansi yang memiliki wewenang dan bertanggung jawab dalam mengurus pelaksanaan Program Pengembangan Halal Tourism di Kota Malang.

2. UB Coffee sebagai unit usaha yang turut mendukung pariwisata halal yang menjadi program dari Disporapar Kota Malang dan dibuktikan dengan pemberian sertifikasi halal pada UB Coffee sebagai salah satu syarat pendukung Program Pengembangan Halal Tourism Kota Malang.

I.6.3 Subjek Penelitian

Subjek penelitian yang akan memberikan informasi dalam penelitian ini adalah orang-orang yang memiliki informasi dan terlibat langsung dalam pelaksanaan evaluasi program pengembangan halal tourism Kota Malang. Subyek penelitian ini diantaranya :

1. Ibu Artis Swastini selaku Kepala Seksi Pengembangan Kawasan dan Industri Pariwisata Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang

2. Bapak Agung H. Buana selaku Kepala Seksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang

3. Ibu Elfi Saati selaku Ketua Halal Center Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Ali Ahsan Al Haris selaku Manager Operasional UB COFFEE.

5. Ibu Fitria Noverita, S.Sos, M.AP selaku Kepala Bidang Destinasi dan Industri Pariwisata Disporapar Kota Malang.

6. Bapak Agoes Basuki, SH,SST.Par selaku PLT Ketua BPC PHRI (Badan Pengurus Cabang Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia) Kota Malang.

Subyek dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang valid terkait dengan pelaksanaan program pengembangan halal tourism di Kota Malang.

(14)

14 I.6.4 Jenis dan Sumber Data

Adapun peneliti menggunakan dua macam jenis data diantaranya yaitu data primer dan data sekunder yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a). Data Primer

Dalam penelitian ini, data yang diperoleh adalah yang berhubungan dengan evaluasi program pengembangan halal tourism Kota Malang yang meliputi pelaksanaan dari pengembangan halal tourism di Kota Malang. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui wawancara secara langsung kepada informan yang diantaranya Kasie Pengembangan Kawasan dan Industri Pariwisata Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang; Kepala Seksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang; Ketua Halal Center Universitas Muhammadiyah Malang. Bahasan penelitian ini didukung dengan catatan, foto, rekaman suara handphone.

b). Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dengan mempelajari berbagai literature dari penelitian sebelumnya, jurnal, buku, berita internet, tayangan youtube, dokumen resmi berupa RPJMD, Desain Strategis dan Rencana Aksi (DSRA), Renstra dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian (Hamidi, 2004).

c). Sumber Data

Sumber data digunakan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dari pengembangan halal tourism yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang serta dampak pelaksanaan halal tourism dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan di Kota Malang, maka peneliti membutuhkan data pendukung yang bersumber dari pihak-pihak terkait. Sumber data dipilih secara Purposive Sampling, Purposive Sampling merupakan teknik pengambilan sampel data dengan pertimbangan tertentu (Mamik, 2015).

d). Teknik pengumpulan data

Dalam mendapatkan data yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji, metode pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti diantaranya :

(15)

15 a. Studi Kepustakaan

Proses pengumpulan data dan informasi yang berkaitan dengan permasalahan dalam penelitian ini yang didapatkan dari buku, jurnal, literature, artikel di internet, dokumen resmi, peraturan perundang-undangan, karya-karya tulis ilmiah. Teknik ini menghasilkan data sekunder.

b. Studi Lapangan

Proses pengumpulan data dan informasi yang dilakukan dengan cara turun lapang langsung ke lokasi yang menjadi tempat penelitian dan menemui langsung subyek penelitian agar informasi dan data yang diperoleh sesuai dengan fakta sesuai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan teknik dan instrument pengumpulan data dengan metode sebagai berikut (Basuki, 2010) :

A. Wawancara

Wawancara dengan melakukan tanya jawab secara langsung mengenai pokok permasalahan terhadap objek penelitian. Wawancara memudahkan dalam mendapatkan informasi langsung dari responden yang bersangkutan untuk mendapat informasi jelas dan benar. Adapun peneliti melakukan wawancara dengan melibatkan Ibu Artis Swastini selaku Kepala Seksi Pengembangan Kawasan dan Industri Pariwisata Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang; Bapak Agung H. Buana selaku Kepala Seksi Pengembangan Ekonomi Kreatif Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang; serta Ibu Elfi Saati selaku Ketua Halal Center Universitas Muhammadiyah Malang;

Bapak Ali Ahsan Al Haris selaku Manager Operasional UB COFFEE.

B. Observasi

Peneliti melakukan observasi secara langsung pada Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Kota Malang serta melakukan analisa terhadap evaluasi program pengembangan halal tourism yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang yang bertujuan untuk memperoleh data sebagai bahan untuk dianalisa.

(16)

16 C. Dokumentasi

Mengumpulkan data-data yang tertulis berupa arsip atau dokumen, rekaman suara, foto dan bahan-bahan yang berhubungan dengan objek yang diteliti seperti RPJMD, Renstra, DSRA (Desain Strategis dan Rencana Aksi) Pariwisata Halal Kota Malang, Sertifikasi Halal, Panduan Penyelenggaraan Pariwisata Halal. Untuk mendapatan dokumen-dokumen atau arsip tersebut peneliti melakukan kunjungan ke Kantor Dinas Kepemudaan Olahraga dan Pariwisata Kota Malang dan mencari referensi di internet.

e). Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara dan bahan lainnya sehingga dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca. Dalam penelitian ini, saya menggunakan penelitian deskriptif kualitatif maka dari itu, analisis ini tidak menggunakan model matematika, model statistika dan model hitungan yang lainnya. Berikut tahapan dalam proses analisis data menurut (Sugiyono, 2011) :

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data adalah proses pengumpulan dan pengukuran informasi menganai variable-variabel yang berhubungan dengan penelitian.

2. Reduksi data

Reduksi data merupakan bagian dari analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga dapat menarik kesimpulan akhir.

3. Display data atau Penyajian data

Display data yaitu menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik, dan lain sebagainya. Data yang bertumpuk-tumpuk kurang dapat memberikan gambaran secara menyeluruh, oleh karena itu diperlukan display data.

4. Penarikan Kesimpulan

Hasil penelitian ini terdiri dari ringkasan data temuan yang harus dilakukan pengulangan yang disesuaikan dengan reduksi data serta display

(17)

17

data, tujuannya adalah untuk mendapatkan kesimpulan ditelaah agar bisa disetujui menjadi informasi yang berdasar. Seluruh data yang didapatkan kemudian diolah dan difokuskan agar selanjutnya data dapat ditampilkan dalam bentuk deskripsi dan kesimpulan yang digunakan dalam menanggapi rumusan masalah.

Gambar

Tabel 0.1 Data Hotel dan Restoran Bersertifikasi Halal di Kota Malang  Tahun 2020-2021

Referensi

Dokumen terkait

LAMPIRAN 8 SENARAI INDUK BORANG PEMERIKSAAN PEMBINAAN.. Bidang Tajuk

a) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan sebagai praktisi dalam pemecahan masalah kesehatan. b) Memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk

Struktur pasar monopolistik terjadi manakala jumlah produsen atau penjual banyak dengan produk yang serupa/sejenis, namun di mana konsumen produk tersebut

Berangkat dari masalah yang ditemukan, penulis mengadakan penelitian dengan metode studi pustaka, observasi, perancangan, instalasi, uji coba serta implementasi untuk menemukan

Seringkali apabila tunggakan sewa berlaku ianya dikaitkan dengan masalah kemampuan yang dihadapi penyewa dan juga disebabkan faktor pengurusan yang lemah. Ada pula

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Oleh karena itu, peristiwa turunnya Al Qur’an selalu terkait dengan kehidupan para sahabat baik peristiwa yang bersifat khusus atau untuk pertanyaan yang muncul.Pengetahuan

2006 Festival Programmer – Jakarta Slingshortfest, South East Asia short film festival 2007 Festival Director OK.Video MILITIA – 3 rd Jakarta International Video Festival. 2009