BIAYA DIBAYAR DIMUKA
KELOMPOK :
1. ASRINDA ELVIRA PUTRI (201310170311167) 2. NIMAS AYU VERANIKA (201310170311185) 3. INDAH ENGGAR ADELIA (201310170311187)
PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
BAB I BAB I
PENDAHULUAN
Biaya dibayar dimuka merupakan biaya-biaya yang belum merupakan kewajiban perusahaan untuk membayarnya pada periode yang bersangkutan, tapi perusahaan sudah membayarnya terlebih dahulu. Karena jumlah yang dibayarkan tersebut belum merupakan beban perusahaan untuk periode yang bersangkutan, maka jumlah yang telah dibayarkan tersebut merupakan uang muka dan termasuk dalam Aktiva Lancar (Current Assets).
Biaya dibayar muka dimaksudkan sebagai biaya yang telah terjadi, yang akan digunakan untuk aktivitas perusahaan yang akan datang. Pajak dibayar di muka adalah pajak yang dibayar oleh perusahaan setiap bulan atau dipotong/dipungut oleh pihak ketiga dan akan diperhitungkan sebagai kredit pajak di akhir tahun (untuk pajak penghasilan) atau di akhir bulan (untuk PPN).Pemeriksaan biaya dibayar dimuka dan pajak dibayar dimuka juga mempunyai tujuan dan prosedur pemeriksaan yang dilakukan secara tersendiri.
Oleh karena itu, penulis menulis makalah yang berjudul “Pemeriksaan Biaya Dibayar di Muka dan Pajak Dibayar di Muka“. Semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dan terutama bagi penulis.
BAB II
PSAK DAN PERATURAN PERPAJAKAN
Menurut Wild dan Kwok (2011: 118), beban dibayar di muka adalah pos-pos (items) yang pada awalnya dicatat sebagai harta tetapi diharapkan menjadi beban di kemudian hari setelah melampui kegiataan normal perusahaan. Beban dibayar di muka biasanya dikelompokan ke dalam aset lancer. Beban dibayar di muka ini dapat berupa beban dibayar di muka atas asuransi,sewa, dan pajak.Untuk akuntasi komersial, pencatatn beban dibayar di muka dapat dilakukan dengan dua pendekatan yaitu pendekatan harta dan pendekatan beban.
ASURANSI DIBAYAR DI MUKA
Asuransi dibayar dimuka tidak dikenakan PPN maupun Pajak penghasilan.
SEWA DIBAYAR DI MUKA
Sewa atas Tanah dan/atau Bangunan
Penghasilan yang diterima/diperoleh orang pribadi atau badan dari persewaan tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah susun, apartemen, kondominium, gedung perkantoran, rumah kantor, took, gudang, dan indusrti dikenakan PPh final yaitu PPh Pasal 4 ayat (2) dengan tariff 10% dari jumlah bruto nilai persewaan tanah dan/atau bangunan(PP 5 Tahun 2002 jo. KMK-120/KMK.03/2002 jo. KEP-227/PJ/2002).
Persewan tanah dan/atau bangunan akan dipotong oleh penyewa pada saat pembayaran atau pembebanan biaya, dan pihak penyewa tersebut yang akan membayar atau menyetor PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut ke Kas Negara dengan menggunakan Surat Setoran Pajak (SSP) paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan melaporkannya ke Kantor Pelayanan Pajak (KKP) dengan menggunakan Surat Pemberitauan (SPT) Masa PPh final Pasal 4 ayat (2) paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya.
Apabila tidak dipotong oleh pihak penyewa maka pihak yang menyewakan tanah dan/atau bangunan tersebut wajib menyetor sendiri PPh Pasal 4 ayat (2) tersebut ke Kas Negara dengan menggunakan SSP tanggal 15 bulan berikutnya dan melaporkan ke KPP
dengan menggunakan SPT masa PPh final Pasal 4 ayat (2) tanggal 20 bulan berikutnya sesuai dengan PMK-184/PMK.03/2007 jo. PMK-80/PMK.03/2010.
SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN HARTA Mulai tahun 2009 sesuai dengan UU PPh Nomor 36 tahun 2008 Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 1, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenakan PPhPasal 4 ayat (2) dikenakan PPh 23 sebesar 2% dari jumlah bruto.
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 tahun 2008 Pasal 23 ayat (1a),besarnya pungutan dibedakan antara WP yang ber-NPWP denganWP yang tidak ber-NPWP. Tariff WP yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100% daripada tariff yang ditetapkan terhadap WP yang dapat menunjukan NPWP.
Sebelum tahun 2009 (PER-70/PJ./2007) sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta dikenakan PPh 15% dari perkiraan penghasilan neto. Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunan harta tersebut dibagi atas:
1. Sewa Atas Kendaraan Angkutan Darat
Dalam PER-70/PJ./2007 Tanggal 9 April 2007 tentang jenis jasa lain dan perkiraan penghasilan neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c angka 1 UU PPh mengatur mengenai penghasilan sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunan harta khusus kendaraan angkutan darat dipotong PPh 23 sebesar perkiraan penghasilan netonya adalah 10% dari jumlah bruto tidak termasuk PPN. Jadi , tariff efektifnya adalah sebesar 1,5% (15% × 10%) × jumlah bruto tidak termasuk PPN.
2. Sewa Atas Aset Tetap Lainya
Sesusai PER-70/PJ./2007 Tanggal 9 April 2007 tentang jenis lain dan perkiraan penghasilan neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (1) huruf c UU PPh,atas penghasilan dan peghasilan lain sehubungan dengan pengunaan harta,selain kendaraan angjutan darat, untuk jangka waktu tertentu berdasarkan kontrak atau perjanjian tertulis maupuan tidak tertulis, kecuali sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan persewaan tanah dan/atau bangunan yang telah dikenakan PPh yang bersifat final, maka akan dipotong PPh 23 sebesar 15%
dari perkiraan penghasilan neto oleh pihak yang wajib membayar. Dan besarnya perkiraan penghasilan netonya adalah 30%. Jadi, tarif efektifnya adalah sebesar 4,5% (15% × 30%) × jumlah bruto tidak termasuk PPN.
Pajak Penghasilan 22
Badan Pemungut Pajak Penghasilan 22
Sesuai PMK-154/PMK.03/2010 jo. PER-15/PI/2011 tentang Pemungutan PPh 22
sehubungan dengan pembayaran atas penyerahaan barang dan kegiatan di bidang impor/
kegiatan usaha di bidang lain, adalah sebagai berikut,
a) Bank Devisa dan Dirjen Bea dan Cukai (DJBC), atas impor barang
b) Bendahara Pemerintah dan Penguasa Anggaran (KPA) sebagai pemungut pajak pada pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Instalasi/Lembaga Pemerintah dan lembaga-lembaga Negara lainnya berkenan dengan pembayaran atas pembelian barang
c) Bendahar pengeluaran untuk pembayaran yang dilakukan dengan mekanisme Uang Persediaan (UP)
d) KPA/penjabat penerbit surat perintah Membayar yang di beli delegasi KPA, untuk pembayaran kepada pihak ketiga yang di lakukan dengan mekanisme Pembayaran Langsung (LS)
e) Badan Usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, kertas, baja, dan otomotif yang di tunjuk oleh kepala KPP, atas penjualan hasil produksi dalam Negeri
f) Produsen atau impotir bahan bakar minyak, gas, dan plumas atas penjualan bahan bakar minyak , gas, minyak, dan plumas
g) Indutri dan exportir yang bergerak dalam sektor perhutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan yang ditunuk oleh kepala KPP atas pembelian bahan bahan untuk keperluan industri atau expor mereka dari pedagang pengepul . Tarif Pajak Penghasilan 22
Berdasarkan UU PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 22 ayat (3) jo PMK-154/PMK.03/2010 besarnya pungutan di bedakan antara WP yang ber-NPWP dengan WP yang ber-NWP tarif WP yang tidak memiliki NPWP lebih tinggi 100%dari pada tarif yang di terapkan terhadapWP yang dapat menunjukan NPWP tarif ini berlaku hanya untuk pemungutan PPh 22 yang tidak final.
1) Untuk transaksi impor barang yang di pungut oleh Bank Devisa dan DIBC, kecuali yang mendapat fasilitas pembebasan, maka PPh 22 di karnakan atas;
a) Impor barang di mana importir dengan API :
• Dikarenakan tarif sebesar 2,5% dan nilai impor untuk impor barang selain kedelai, gadum, dan tepung terigu
• Dikarenakn tarif 0,5% dari nilai impor untuk impor kedelai, gadum dan tepung terigu
b) Impor barang di mana importir non – API dikenakan tarif 7,5% dari nilai impor.
Nilai impor = nilai CIF (Cost + Insurance +fright )+ bea masuk ( pungutan berdasarkanUU Kepehean)
Nilai di kurskan menggunakan kurs KMK, apabila nilai impor dalam mata uang asing.
c) Hasil lelang atasw barang yang tidak kuasai dan dilakukan pelelangan oleh Dirjen Kekayaan dan Lekang Negara atau DBJB. Pemenang yang beli barang dari hasil lelang DJBJ, maka di kenakan biaya 7,5% dari harga jual lelang.
d) Pungutan PPh 22 merupakan pembayaran pendahuluan yang dapat di perhitungkan dengan pajak terutang untuk tahun pajak yang bersangkutan ( tidak final )
e) PPh 22 PPN dan PPnBM harus di lunasi bersama pada saat pembayaran bea Masuk dan dalam hal apabila Bea Masuk di tunda atau di bebaskan, maka pajak pajak di atas harus di lunasi pada saat penyelesaian dokumen pemberitahuan impor barang ( PIB).
f) PPh 22, PPN dan PPnBM ini disetor ke atas negara melalui kantor Pos, Bank Devisa, atau Bank yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan oleh DJBJ selambat lambatnya 1 hari kerja setrelah di lakukan pemungutan pajak tersebut, atau oleh importir yang bersangkutan dengan menggunakan formulir (SSPCP) yang berlaku sebagai bukti pemungutan pajak.
g) PPh 22,PPN dan PPnBM wajib dilaporkan hasil pemungutan dengan menggunakan SPT masa ke KPP dengan batas pelapor paling lama pada hari terakhir minggu berikutnya .
2) Berdasarkan PMK-154/PMK.03/2010 jo PER-15/PJ/2011 untuk transaksi pembayaran yang berhubungan dengan bendahara pemerintah dan KPA berkenan dan pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000 dan tidak merupakan
pembayaran yang terpecah-pecah di kenakan PPh 22 sebesar 1,5% dari harga pembelian ( belum termasuk PPN) . pungutan PPh 22 merupakan pembayaran pendahuluan yang dapat diperhitungkan dengan pajak tentang untuk tahun pajak
yang bersangkutan ( tidak final).
PPh 22 atas pembelian barang oleh pemungutan pajak teutang dan dipungut pada saat pembayaran. PPh 22 wajib di setor oleh pemungut ke atas negara mellui kantor Pos, Bank Devisa, atau Bank yang di tunjuk olek Kementerian Keuangn dengan menggunakan SSP yang telah di isi ats rekanan serta di tanda tangani oleh pemungut pajak, pada hari yang sama saat memungut pajak tersebut.
Penyetoran PPh 22 dengan menggunakan formulir SSP yang berku sebagai Bukti Pemungutan Pajak. PPh 22 wajib di laporkan hasil pemungutanya dengan menggunakan SPT masa ke KPP dalam batas aktu paling lambat 14 hari setrelah masa pajak berakhir. Masa pajak berakhir, yaitu paling lambat tanggal 14 Mei 2012.
3) Untuk transaksi hubunga dengan industri tertentu (PMK-154/PMK.03/2010) yang terdiri atas berikut ini.
• Industri semen di kenakan tarif PPh 22 sebesar 0,25% dari harga jual
• Industri kertas di kenakan tarif PPh 22 sebesar 0,10% dari harga jual
• Indutri baja di kenakan tarif PPh 22 sebesar 0,30% dari harga jual.
Badan usaha yang bergerak di badan usaha industri baja adalah industri baja yang merupakan industri hulu, di mana mengola memproses lebih lanjut sebagian atau seluruh hasil produknya menjadi produknya antara dan/ atau produk hiulir sehingga badan usaha tersebutr melakukan kegiatan produksi secara terintergrasi maka PPh 22 di pungut atas penjualan produk hulu, produk antara, dan produk hilir (PER 15/PI/2011)
• Industri otomotif di kenakan tarif PPh 22 sebesar 0,45% dari harga jual;
( termasuk juga WP importir kendaraan dalam keaadan CBU yang di jual di dalam negeri, dengan tujuan memberikan pemberlakuan yang sama dengan industri otomotif (dalam negri). Badan usaha yang bergerak di bidang usaha industri otomotof adalah badan industri otomotif, termasuk agen tunggal pemegang Marek (APTM), Agen Pemegang Merek (APM) dan importir umum kendaraan bermotor (PER 15/PI/2011).
PPh 22 terutang dan di pungut pad saat penjualan. Penyetoran PPh tersebut wajib di setorkan ke kas Negara melalui kantor Pos , Bank Devisa
atau Bank yang di tunjuk oleh Mentri Keuangan dengan menggunakan SSP selambat lambatnya tanggal 10 bulan berikutnya dan pelaporan ke KPP selambat lambatnya 20 hari. Pemungut wajib menerebitkan Bukti Pemungutan . PPh 22 dalam rangkap 3 yaitu: (a) lembar ke-1 untuk WP: (b) lembar ke-2 sebagai lapiran laporan bulanan kepada KPP yang di lampirkan pada SPT masa PPh 22: dan (c) lembar ke -3 sebagai arsip pemungutan pajak yang bersangkutan SPT masa ke KPP.
Menurut PER-15/PI/2011 apabila terjadi pengambilan barang hasil produksi yang di beli dari badan usaha sebagai pemungut PPh 22 setelah masa pajak terjadi penjualan, maka pembeli harus membuat dan menyapaikan nota retur kepada pemungut PPh 22. Nota retur harus di buat dalam masa pajak terjadi pengambilan barang hasil produksi. Retur paling sedikit hasil perpajakan di buat rangkap 3 yaitu: (a)lembar ke-1 untuk pemungutan pajak;
(b) lembar ke-2 sebagai lampiran pada SPT masa PPh 22; dan (c) lembar ke-3 sebagai arsip untuk WP pembeli.
4) Untuk taransaksi yang berhubungan dengan PT Pertamina serta badan usaha yang bergerak di bidang bahan bakar minyak jenis premix, super TT, dan gas dikenakan PPh dengan tarif sebagai berikut,
Uraian
SPBU Bukan
Pertamina SPBU Pertamina
(% dari penjualan ) (%dari penjualan) Premium/solar/premix/super
TT 0,30% 0,25%
Minyak Tanah, Gas LPG 0,30% 0,30%
Oli/Plumas Minyak
Pertamina 0,30% 0,30%
Pemungutan PPh 22 atau penjualan bahan bakar minyak, gas dan pelumas minyak kepada penyalur atau agen bersifat final,. Tetapi, apabila penjualanya bukan kepada penyalur atau agen muka pungutan PPh 22 bersifat tdak final (PMK-154/PMK.03/2010 jo.SE.92/PI/2010).
PPh 22 di pungut saat penerbitan Surat Perintah Pengeluaran Barang (Delivery Order-DO). Penyetor PPh tersebut wajib di setorkan ke kas Negara melalui kantor Pos, Bnak Devisa, atau Bank yang di tunjuk Kementrian Keuangan
menggunakan SSP.Penyetor PPh 22 tersebut 10 hari berikutnya setelah masa pajak berakhir dengan menggunakan SPT masa ke KPP.
Pemungut pajak Wajib menerbitkan Bukti pemungutan PPh 22 dalam rangka 3 yaitu: (a) lembar ke-1 untuk WP; (b) lembar ke-2 sebagai lapiran laporan bulanan kepada KPP yang di lampirkan pada SPT masa PPh 22; dan (c) lembar ke-3 sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkuatan.
5) Untuk transaksi yang berhubungan dengan industri dan exportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perikanan dikenakan tarif PPh 22 sebesar 0,25% x harga pembelian (tidak termasuk PPN ) bahan untuk keperluan indusri saat expor dari pedagang pengepul, PMK-154/PMK.03/2010 (industri plywood, tepung tapioka, exportir kayu glondongan, industri ikan kaleng, penghasil cold storage).
Pedagang pengumpul adalah badan atau orang pribadi yang kegiatan usahanya; (a) mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, dan perkanan; dan (b) menjual hasil tersebut kepada badan usaha industri dan exportir yang bergerak dalam sektor kehutanan, pertanian, perkebunan, perikanan. PPh 22 atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengepul terutang dan di pungut pada saat pembelian.
Penyetoran PPh tersebut wajib di storkan ke kas Negara melalui Kntor Pos, Bank Devisa, atau Bank yang di tunjuk oleh Kementrian Keuangan dengan menggunakan SSP, Dimana penyetoran PPh 22 yang di pungut pada saat pembelian, adalah paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Sedangkn pelapor PPh 22 paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir Pemungut pajak waji menerbitkan Bukti Pemungutan PPh 22 dalam rangkap 3 yaitu; (a) lembar ke-1 WP ; (b) lembar ke-2 sebagai lampran laporan bulanan kepada KPP yang di lampirak pada SPT masa PPh 22; dabn (c) lembar ke-3 sebagai arsip pemungut pajak yang bersangkutan.
6) Berdasarkan PMK-253/PMK.03/2008 jo.SE-13/PJ/2009 untuk transaksi penjualan barang yang tergolong sangat mewah dikenakah PPh 22 sebesar 5% dari harga jual tidak termasuk PPN dan PPnBM.
Barang yang tergolng sangat mewah meliputi:
a) Pesawat terbang pribadi dengan harga jual lebih dari Rp 20 Miliar
b) Kapal Pesiar dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 10 Miliar.
c) Rumah berserta Tanahnya dengan harga jual atau harga pengaliahanya lebih dari Rp 10 Miliar dan luas bangunan lebih dari 500 m2.
d) Apartemen, kondominium dan sejenisnya dengan harga jual atau harga pengalihanya lebih dari Rp 10 Miliar dan / luas bangunan lebih dari 400 m2.
e) Kendaraan bermotor roda 4 pengangkutan orang kurang dari 10 orang berupa sedan , jeep, sport utility vehilce (suv), multi purpose vehicle (mpv), minibus, dan sejenisnya dengan harga jual lebih dari Rp 5 Miliar dan dengan kapasitan silinder lebih dari 3.000 cc.
PPh 22 di pungut pemungut pajak pada saat melakukan penjualan barang yang tergolong sangat mewah. Pajak tersebut dapat di perhitungkan sebagai pembayaran PPh dalam tahun berjalan bagi WP yang melakukan pembelian barang tersebut/ PPh 22 di setorkan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dengan menggunakan SSP dan di laporkan paling lambat 20 hari setelah masa pajak berakhir.
PAJAK PENGHASILAN 23
PPh 23 adalah pajak penghasilan yang pemenuhan kewajibannya dilakukan dengan cara pemotongan atas pembayaran penghasilan yang diterima oleh WP dalam negeri dan bentuk usaha tetap (BUT) yang berasal dari penghasilan dari harta-modal, penyerahan jasa, atau penyeenggaraan kegiatan selain yang telah dipotong PPh 21.
Pemotong PPh 23 adalah (a) badan pemerintah , (b) subyek pajak dalam negeri;
(c) penyelenggaraan kegiatan; (d) BUT atau perwakilan perusahaan luar negeri; dan ( e) orang pribadi sebagai WP dalam negeri yang ditunjuk dirjen pajak, yaitu akuntan, arsitek, dokter, notaris/PPAT kecuali camat, penilai, aktuaris, pengacara, dan konsultan yang melakukan pekerjaan bebas serta orang pribadi yang menjalankan usaha dengan menyelenggarakan pembukuan atau pembayaran berupa sewa.
Pemotongan PPh 23 dilakukan pada saat dibayarkan, disediakan untuk dibayar, atau telah jatuh tempo. Setelah dilakukan pemotongan PPh 23 maka pemotongan pajak harus menerbitkan bukti PPh 23, dimana pemotong memiliki kewajiban untuk menyetorkan dan melaporkannya ke KPP. Penyetoran paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan dilakukannya pemotongan. Sedangkan, pelaaporan pajaknya menggunakan SPT masa PPh pasal 23/26 dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnyasetelah bulan dilakukan pemotongan pajak tersebut.