• Tidak ada hasil yang ditemukan

Biosorpsi Ion Logam Berat Cu2+ Menggunakan Selulosa dari Limbah Kubis (Brassica Oleracea var. capitata L.) Teraktivasi NaOH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Biosorpsi Ion Logam Berat Cu2+ Menggunakan Selulosa dari Limbah Kubis (Brassica Oleracea var. capitata L.) Teraktivasi NaOH."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

i

BIOSORPSI ION LOGAM BERAT Cu

2+

MENGGUNAKAN

SELULOSA DARI LIMBAH KUBIS (Brassica oleracea var.

capitata L.) TERAKTIVASI NaOH

Disusun Oleh :

WIRENI

M0311072

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Sains dalam bidang ilmu kimia

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul

“BIOSORPSI ION LOGAM BERAT Cu2+ MENGGUNAKAN SELULOSA

DARI LIMBAH KUBIS (Brassica oleracea var. capitata L.) TERAKTIVASI

NaOH” belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga belum pernah ditulis atau

dipublikasikan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini

dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, November 2015

(4)

iv

BIOSORPSI ION LOGAM BERAT Cu2+ MENGGUNAKAN SELULOSA DARI LIMBAH KUBIS (Brassica oleracea var. capitata L.)

TERAKTIVASI NaOH

WIRENI

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret

ABSTRAK

Biosorpsi ion Cu2+ dalam larutan menggunakan selulosa dari limbah kubis telah dipelajari. Biosorben diaktivasi dengan NaOH pada konsentrasi 0,01; 0,1; 1 dan 2 M. Kondisi optimum biosorpsi dipelajari dengan pH awal (2-8), dosis biosorben (0,005-0,025) g, waktu kontak (15-90) menit, dan konsentrasi ion logam (10-100) ppm dengan metode batch. Konsentrasi ion Cu2+ dianalisis menggunakan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Biosorben dikarakterisasi menggunakan Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Surface Area Analyzer (SAA), dan Scanning Electron Microscopy (SEM). Data eksperimental dianalisis dalam dua model kinetik seperti pseudo orde satu dan pseudo orde dua. Model isoterm Langmuir dan Freundlich diterapkan untuk menggambarkan proses biosorpsi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biosorben limbah kubis yang diaktivasi menggunakan NaOH 0,1 M meningkatkan efisiensi biosorpsi sebesar 19,674% dengan kapasitas biosorpsi 12,260 mg/g pada kondisi optimum pH 5, dosis biosorben 0,02 g/ 25 mL Cu2+ 10 ppm, dan waktu kontak 75 menit. Kinetika biosorpsi telah ditentukan sesuai dengan model pseudo orde dua dengan konstanta laju 0,091 g/mg.min dan isoterm biosorpsi digambarkan dengan baik oleh model isoterm Langmuir dengan kapasitas biosorpsi maksimum sebesar 37,037 mg/g dan energi biosorpsi sebesar 25,865 kJ/mol pada 302 K. Desorpsi terpisah dilakukan dengan menggunakan akuades, CH3COONH4, HCl, dan Na2EDTA. Persentase desorpsi terbesar diperoleh dengan menggunakan Na2EDTA yaitu sebesar 85,324%. Hasil desorpsi terpisah menunjukkan bahwa interaksi antara Cu2+ dengan selulosa dari limbah kubis teraktivasi merupakan interaksi yang kuat dan didominasi oleh pembentukan kompleks.

(5)

v

BIOSORPTION OF HEAVY METAL IONS Cu2+ BY CELLULOSE FROM NaOH-ACTIVATED CABBAGE (Brassica oleracea var. capitata L.)

WASTE

WIRENI

Departement of Chemsitry, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Sebelas Maret University

ABSTRACT

The biosorption of Cu2+ ionsfrom aqueous solutionsusing cellulose from cabbage waste has been studied. Biosorbent was activated by NaOH at concentrations of 0.01; 0.1; 1 and 2 M. The biosorption optimum conditions were studied with initial pH (2-10), biosorbent dosage (0.005-0.025) g, contact time (15-90) minutes, and metal ion concentrations (10-100) ppm in batch method. Concentrations of Cu2+ ions was analyzed using Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). Biosorbent was characterized using Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR), Surface Area Analyzer (SAA) and Scanning Electron Microscopy (SEM). Experimental data were analyzed in terms of two kinetic models such as pseudo-first order and pseudo-second order. Langmuir and Freundlich isoterm models were applied to describe the biosorption prossess. The results showed that biosorbent of cabbage waste activated by 0.1 M NaOH enhanced biosorption efficiency of Cu2+ of 19.674% with biosorption capacity of 12.260 mg/g at optimum condition of pH 5, biosorbent dosage 0.02 g/ 25 mL Cu2+ 10 ppm and contact time 75 minutes. The kinetic biosorption was determined to be appropriate to the pseudo-second order model with biosorption constant rate of 0.091 g/mg.min and isoterm biosorption was described well by the Langmuir isotherm model with maximum biosorption capacity of 37.037 mg/g and the biosorption energy of 25.865 kJ/mol at 302 K. The Separated desorption by using distilled water, CH3COONH4, HCl, and Na2EDTA has been done. The highest desorption percentage was obtained using Na2EDTA of 85.324%. The separated desorption result showed that the interaction between Cu2+ with cellulose from activated cabbage waste was strongly interaction and dominated by complex formation.

(6)

vi

MOTTO

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah : 153)

“Knowlage is something extraordinary in case someone does not have to spend

his life on it”

(Albert Einstein)

“Reasearch is what I’m doing when I don’t know what I’m doing”

(7)

vii

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan untuk :

1. Kedua orang tuaku bapak dan mamah

2. Kakak-kakakku

3. Teman terdekatku depi, depe, lani, shanti, mayul, wiek, asit, muti, jule

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan

karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta

salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SWA

sebagai pembimbing umat manusia.

Skripsi ini dapat terselesaikan karena adanya bantuan, petunjuk, dan

bimbingan dari berbagi pihak baik berupa moril maupun materiil. Oleh karena itu,

penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Triana Kusumaningsih, M.Si selaku kepala program studi

kimia FMIPA UNS.

2. Bapak Dr. Eddy Heraldy, M.Si selaku pembimbing I sekaligus dosen

pembimbing akademis.

3. Ibu Dr.rer.nat Witri Wahyu Lestari, M.Sc selaku pembimbing II.

4. Bapak dan Ibu Dosen program studi kimia FMIPA UNS atas ilmu

yang telah diberikan.

5. Kedua orang tua dan kakak-kakaku yang selalu memberikan dukungan

serta doa bagi penulis.

6. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011 yang saling menyemangati

dan saling mendoakan.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan. Harapan

penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang

membutuhkan.

Surakarta, November 2015

(9)

ix

2.1.1 Potensi Limbah Kubis (Brassica oleracea var. capitata L.) Sebagai Sumber Material Lignoselulosa ... 7

2.1.2 Lignoselulosa ... 8

(10)

x

2.1.4 Adsorpsi Cu2+ Menggunakan Biosorben ... 13

2.1.5 Analisis Instrumentasi ... 16

2.1.6 Penentuan Kinetika Adsorpsi dan Isoterm Adsorpsi ... 19

2.2Kerangka Pemikiran ... 21

3.4.3 Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 27

3.4.4 Penentuan Konsentrasi Optimum NaOH ... 27

3.4.5 Optimasi Biosorpsi ... 27

3.4.6 Uji Efektivitas Biosorben ... 28

3.4.7 Karakterisasi Biosorben ... 28

3.4.8 Desorpsi ... 29

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 29

3.6 Teknik Analisis Data ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

4.1Karakterisasi Biosorben Awal ... 32

4.2Aktivasi Biosorben Limbah Kubis dengan NaOH ... 34

4.3Studi Biosorpsi Cu2+ Menggunakan Biosorben Limbah Kubis Teraktivasi ... 39

4.3.1 Pengaruh pH Terhadap Biosorpsi Cu2+... 39

4.3.2 Pengaruh Dosisi Biosorben Terhadap Biosorpsi Cu2+ ... 40

(11)

xi

4.3.4 Pengaruh Konsentrasi Awal Ion Cu2+ ... 43

4.4Karakterisasi Biosorben Setelah Biosorpsi Cu2+ ... 44

4.4.1 Analisis Gugus Fungsi ... 44

4.4.2 Analisis Morfologi Permukaan ... 46

4.5Penentuan Kinetika Biosorpsi ... 47

4.6Penentuan Isoterm Biosorpsi ... 49

4.7Kajian Interaksi Cu2+ dengan Biosorben ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 54

5.1Kesimpulan ... 54

5.2Saran ... 54

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(12)

xii

Gambar 4. Struktur hemiselulosa (a) xilan (homopolimer) dan (b) glukomannan (heteropolimer) ... 10

Gambar 5. Struktur selulosa ... 11

Gambar 6. Spektra FTIR tandan kosong kelapa sawit (a) sebelum dan setelah adsorpsi (b) Cu2+ (c) Pb2+ (d) Zn2+ ... 18

Gambar 7. Morfologi SEM serbuk gergaji (a) sebelum dan (b) setelah adsorpsi Cu2+ pada perbesaran 10.000x ... 19

Gambar 8. Spektra FTIR biosorben limbah kubis ... 32

Gambar 9. Mekanisme delignifikasi ... 35

Gambar 10. Efektivitas biosorben ... 36

Gambar 11. Spektra FTIR (a) biosorben limbah kubis dan (b) biosorben limbah kubis teraktivasi ... 37

Gambar 12. Pengaruh pH terhadap kapasitas biosorpsi ... 39

Gambar 13. Pengaruh dosis biosorben terhadap (a) efisiensi biosorpsi dan (b) kapasitas biosorpsi ... 41

Gambar 14. Pengaruh waktu kontak terhadap kapasitas biosorpsi ... 42

Gambar 15. Pengaruh konsentrasi awal Cu2+ terhadap (a) efisiensi biosorpsi dan (b) kapasitas biosorpsi ... 43

Gambar 16. Spektra FTIR biosorben limbah kubis teraktivasi (a) sebelum dan (b) setelah biosorpsi Cu2+ ... 45

Gambar 17. Morfologi biosorben limbah kubis teraktivasi (a) sebelum dan (b) setelah biosorpsi Cu2+ pada perbesaran 5000x ... 47

Gambar 18. Grafik (a) pseudo orde satu dan (b) pseudo orde dua ... 48

Gambar 19. Grafik isoterm biosorpsi (a) Langmuir dan (b) Freundlich .... 50

(13)

xiii

Gambar 21. Reaksi pembentukan kompleks Cu-selulosa ... 52

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Jumlah produksi kubis di Indonesia ... 7

Tabel 2. Kandungan lignoselulosa kubis kering ... 8

Tabel 3. Serapan khas material lignoselulosa ... 17

Tabel 4. Serapan FTIR biosorben limbah kubis ... 33

Tabel 5. Data analisis permukaan biosorben ... 36

Tabel 6. Perbandingan serapan FTIR biosorben limbah kubis sebelum dan setelah aktivasi ... 38

Tabel 7. Perbandingan serapan FTIR biosorben limbah kubis teraktivasi sebelum dan setelah biosorpsi Cu2+ ... 45

Tabel 8. Parameter kinetika biosorpsi ... 48

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data penentuan konsentrasi NaOH optimum ... 62

Lampiran 2. Data penentuan pH optimum ... 62

Lampiran 3. Data penentuan dosis optimum ... 63

Lampiran 4. Data penentuan waktu kontak optimum ... 63

Lampiran 5. Data variasi konsentrasi awal Cu2+ ... 64

Lampiran 6. Data efektivitas biosorben ... 64

Lampiran 7. Data penentuan kinetika biosorpsi ... 65

Lampiran 8. Data penentuan isoterm biosorpsi ... 66

Lampiran 9. Data desorpsi ... 67

Lampiran 10. Gambar biosorben kubis limbah sebelum dan setelah aktivasi ... 69

Lampiran 11. Spektra FTIR biosorben limbah kubis ... 70

Lampiran 12. Spektra FTIR biosorben limbah kubis teraktivasi NaOH 0,1 M ... 71

Lampiran 13. Spektra FTIR biosorben limbah kubis teraktivasi setelah biosorbsi Cu2+ ... 72

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi frekuensi faal paru berdasarkan masa kerja didapat hasil uji statistik sebanyak 3 responden atau sebesar 13,00% mempunyai status faal paru tidak normal dari total

Hemoroid internal yang prolaps dalam stadium awal masih dapat masuk ke dalam rektum sendiri; jika stadiumnya meningkat, maka seringkali penderita perlu memasukkan

Dengan kondisi sekarang, maka setiap pengguna internet dimungkinkan untuk melakukan penyerangan ke jaringan Intranet STM IK Amikom, padahal jaringan intranet menjadi

“Rumah saya ada di Surabaya tetapi saya berusaha tidak pernah terlambat kecuali ada hal yang tidak bisa ditinggalkan. Kalau kepala sekolah menurut saya

Hasil penelitian ini adalah mayoritas responden menilai tingkat kepentingan penumpang atau importance tentang kualitas layanan Lion Air yang ditinjau dari dimensi

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa ekstrak biji kesumba keling ( Bixa orellana ) yang diekstrak dengan menggunakan lima perbandingan pelarut dapat mewarnai kayu

Daerah Pemerintah Kota Batam terkait dengan Penataan Ruang dan peta padu serasi yang harus mendapatkan persetujuan dari berbagai lembaga teknis seperti pihak

Karakteristik peternak yang bekerja sama dengan TTP sebagian besar dalam usia produktif, dengan pendidikan formal yang rendah, sudah berpengalaman lebih dari 10