• Tidak ada hasil yang ditemukan

Formulasi dan uji aktivitas sediaan gel penyembuh luka terbuka insisi dari ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan CMC-Na sebagai gelling agent.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Formulasi dan uji aktivitas sediaan gel penyembuh luka terbuka insisi dari ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan CMC-Na sebagai gelling agent."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL PENYEMBUH LUKA TERBUKA INSISI DARI EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda

citrifolia L.) DENGAN CMC-NA SEBAGAI GELLING AGENT

Giacinta Puspananda Christara 118114091

INTISARI

Ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) diketahui memiliki kandungan senyawa kimia seperti flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid yang merangsang proses penyembuhan luka. Aktivitas penyembuhan luka akan lebih efektif apabila diaplikasikan langsung pada tempat terjadinya luka, sehingga ekstrak daun mengkudu diformulasikan menjadi sediaan gel. Sifat fisik dan stabilitas fisik gel dipengaruhi oleh komposisi gelling agent. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh sodium carboxymethyl cellulose (CMC-Na) sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.).

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni. Pada formula dilakukan penambahan CMC-Na dengan variasi konsentrasi 2,5; 3; 3,5; 4% (b/b). Sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan dilihat berdasarkan organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar selama penyimpanan 28 hari. Aktivitas penyembuh luka gel diukur berdasarkan pengurangan panjang luka yang dihasilkan. Data viskositas dan daya sebar dianalisis secara statistik menggunakan R 3.1.2 dengan taraf kepercayaan 95% untuk mencari pengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan. Sediaan gel dengan konsentrasi CMC-Na 3% yang digunakan pada uji aktivitas penyembuh luka terbuka insisi.

Hasil penelitian menunjukkan CMC-Na memiliki efek signifikan terhadap viskositas dan daya sebar. Gel ekstrak daun mengkudu stabil secara organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar dalam penyimpanan 28 hari. Sediaan gel memiliki kemampuan menyembuhkan luka.

(2)

FORMULATION AND ACTIVITY TEST OF OPEN INCISION WOUND HEALING GEL PREPARATION FROM NONI LEAF EXTRACT (MORINDA CITRIFOLIA L.) WITH CMC-NA AS GELLING AGENT

Giacinta Puspananda Christara 118114091

ABSTRACT

Noni leaf extract (Morinda citrifolia L.) known to contain chemical compounds such as flavonoids, alkaloids and triterpenoids that stimulate the wound healing process. Wound healing activity would be more effective when applied directly to the site of the wound, so that noni leaf extract was formulated into a gel formulation. The physical properties and physical stability of the gel is affected by the composition of the gelling agent. This study aims to observe the effect of sodium carboxymethyl cellulose (CMC-Na) as a gelling agent on the physical properties and physical stability of the noni leaf extract gel (Morinda citrifolia L.).

This research was used pure experimental design. CMC-Na was added in the gel formula with concentration variation 2,5; 3; 3,5; 4% (b/b). The physical properties and physical stability were tested by observe organoleptic, pH, viscosity, and spreadability during the 28 days storage. Wound-healing gel activity was measured based on the decreasing of how long the wound was made. The data viscosity and spreadability were analyzed statistically using R 3.1.2 with confidence level 95% to find out the influence towards the physical properties and physical stability. Noni leaves extract gel with 3 % concentration of CMC-Na was used to measured the open incision wound healing activity.

The result of this research showed that CMC-Na had the significant effect towards viscosity and spreadability. The gel extract of noni leaves were stable in organoleptic, pH, viscosity, and spreadability in the 28 days storage. The gel has ability to recover the incision wound.

(3)

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL PENYEMBUH LUKA TERBUKA INSISI DARI EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda

citrifolia L.) DENGAN CMC-NA SEBAGAI GELLING AGENT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Giacinta Puspananda Christara NIM : 118114091

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(4)

FORMULASI DAN UJI AKTIVITAS SEDIAAN GEL PENYEMBUH LUKA TERBUKA INSISI DARI EKSTRAK DAUN MENGKUDU (Morinda

citrifolia L.) DENGAN CMC-NA SEBAGAI GELLING AGENT

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh:

Giacinta Puspananda Christara NIM : 118114091

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(5)
(6)
(7)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dalam kegelapan Kau terangi jalanku

Lewat jurang curam Tuhanlah penujuk jalan

Di saat kujatuh Tuhan menutunku

Pulang ke rumahMu yang penuh kasih

Bimbinglah kami menurut teladanMu

Teguh setia dalam tiap cobaaan

Walau badai hidup kuat menerjang

Bidukku takkan tenggelam

Segala mata dan hati kan terbuka

Segala cemas dan gelisah kan sirna

Bila kau percaya akan janjiNya

Tuhan mengubah hidupmu

-Andreas Yongky D.-

(8)
(9)
(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih, berkat, dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Formulasi Dan Uji Aktivitas Sediaan Gel Penyembuh Luka Terbuka Insisi dari Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda citrifolia L.) dengan CMC-Na Sebagai Gelling Agent”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama menyelesaikan perkuliahan, penelitian, dan penulisan skripsi ini peneliti mendapatkan dukungan, semangat, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ignatius Suhardjuno dan Dian Pratiwi selaku orang tua penulis, dan adik, Agatha Kintan Oktara, yang selalu memberi doa dan dukungan penuh kepada penulis selama menyelesaikan program studi S1 Farmasi

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

3. Bapak Dr. T. N. Saifullah S., M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, kritik dan saran selama pembuatan proposal, penelitian, dan penyusunan naskah skripsi

4. Ibu Beti Pudyastuti, M.Sc., Apt. dan Ibu Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt. selaku penguji skripsi yang telah banyak memberikan waktu, bimbingan, kritik dan saran

5. Ibu Prof. Sri Noegrohati, selaku Dosen Pembimbing Akademik atas pendampingan selama perkuliahan

(11)

7. Teman-teman PSM Cantus Firmus tersayang (Novi, Ayuk, Mela, Mas Paul, April, Albeta, Widha, Regin, Kris, Anton, Vania, Susi, Deka, Andi, Danang, Sita, Arini, Nourmalita, dan masih banyak yang tidak bisa disebutkan satu per satu) yang sudah mengajarkan banyak hal tentang kekeluargaan, perjuangan, dan kegilaan menghadapi suatu pilihan hidup serta konsekuensinya, atas semangat dan doa serta dukungan semangat, doa, penguatan kepada penulis untuk segera menyelesaikan perkuliahan

8. Anak-anak tercinta 2014 di PSM Cantus Firmus (Lia, Arin, Mirna, Gita, Bagas, dan Herman) untuk perhatian dan kasih sayang yang selalu menghadirkan kebahagiaan, kebanggaan, serta keistimewaan bagi penulis

9. Ella, Vania, Sari, Aloy, Meta, Rio, Aik, Yolanda Agnes, Gita Mentari, Ardha, Sheilla, Henzu, untuk nasehat yang diberikan, pengalaman berbagi suka duka selama menyelesaikan S1 Farmasi

10.Sahabat-sahabat spesial yang jauh di sana (Via, Christy, Lintang) untuk motivasi, perhatian, dan doanya

11.Segenap pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan, doa, dan bantuannya

Penulis menyadari keterbatasan dan kekurangan yang dilakukan selama penelitian hingga penyusunan naskah ini. Saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk membenahi segala hal agar lebih baik untuk ke depannya. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna untuk seluruh pihak yang membutuhkan.

Yogyakarta, 14 Desember 2015

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING….. ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN………. ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………. ... v

PRAKATA... ... vii

DAFTAR ISI….. ... ix

DAFTAR TABEL………….. ... xii

DAFTAR GAMBAR…….. ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN…. ... xiv

INTISARI…….. ... xv

ABSTRACT………. ... xvi

BAB I. PENGANTAR……. ... 1

A. Latar Belakang………… ... 1

B. Perumusan Masalah……. ... 4

C. Keaslian Penelitian…….. ... 5

D. Manfaat Penelitian…….. ... 5

E. Tujuan Penelitian………… ... 6

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA………... 7

A. Luka…... 7

(13)

C. Gel….. ... 10

D. Monografi Bahan-Bahan… ... 13

E. Ekstraksi…….. ... 15

F. Landasan Teori……. ... 16

G. Hipotesis…….. ... 17

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN……. ... 18

A. Jenis dan Rancangan Penelitian….. ... 18

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 18

1. Variabel Penelitian ... 18

2. Definisi Operasional... 19

C. Alat Penelitian ... 21

D. Bahan Penelitian... 22

E. Hewan Percobaan ... 22

F. Tata Cara Penelitian ... 23

G. Analisis Data ... 29

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Determinasi dan Ekstraksi Daun Mengkudu ... 31

B. Uji Karakterisasi, Uji Kualitatif, dan Uji Kuantitatif Ekstrak Daun Mengkudu ... 32

C. Pengujian Sifat Fisik Gel Ekstrak Daun Mengkudu ... 35

D. Pengujian Stabilitas Gel Ekstrak Daun Mengkudu ... 40

E. Uji Aktivitas Gel Ekstrak Daun Mengkudu ... 45

(14)

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 60

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula gel hasil orientasi ... 24 Tabel II. Hasil uji karakterisasi ekstrak daun mengkudu ... 32 Tabel III. Hasil uji kualitatif dan uji kuantitatif ekstrak daun mengkudu ... 34 Tabel IV. Hasil pengamatan organoleptis dan pH gel ekstrak daun mengkudu 35 Tabel V. Nilai pH gel ekstrak daun mengkudu selama masa penyimpanan

28 hari ... 41 Tabel VI. Perubahan viskositas gel ekstrak daun mengkudu selama masa

penyimpanan 28 hari ... 42 Tabel VII. Perubahan daya sebar gel ekstrak daun mengkudu selama masa

penyimpanan 28 hari ... 44 Tabel VIII. Pengurangan panjang luka uji aktivitas ekstrak dan gel ekstrak

(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur CMC-Na ... 13 Gambar 2. Ekstrak daun mengkudu hasil ekstraksi ... 31 Gambar 3. Hasil uji kualitatif terpenoid dan alkaloid pada ekstrak daun

mengkudu ... 33 Gambar 4. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap viskositas sediaan gel

ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2 ... 37 Gambar 5. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap daya sebar sediaan

gel ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2 ... 38 Gambar 6. Gel ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2 dan hari ke-28 ... 40 Gambar 7. Grafik stabilitas viskositas gel ekstrak daun mengkudu selama

penyimpanan 28 hari ... 42 Gambar 8. Grafik stabilitas daya sebar gel ekstrak daun mengkudu selama

penyimpanan 28 hari ... 44 Gambar 9. Panjang luka terbuka insisi dari hari ke-1 sampai hari ke-7 pada

uji aktivitas gel ... 49 Gambar 10. Luka tikus pada hari ke-7 dengan pegaplikasian kontrol negatif

dan kontrol positif ... 53 Gambar 11. Luka tikus pada hari ke-7 dengan pegaplikasian gel ekstrak

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil uji determinasi daun mengkudu ... 61

Lampiran 2. Pengujian karakterisasi ekstrak daun mengkudu ... 62

Lampiran 3. Sertifikat pembelian hewan uji... 63

Lampiran 4. Pengujian kualititatif ekstrak daun mengkudu ... 64

Lampiran 5. Pengujian kuantitatif ekstrak daun mengkudu ... 66

Lampiran 6. Ethics committee approval penggunaan hewan uji ... 72

Lampiran 7. Pengujian sifat fisik gel ekstrak daun mengkudu ... 73

Lampiran 8. Dokumentasi sifat fisik gel ekstrak daun mengkudu ... 77

Lampiran 9. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap viskositas gel ekstrak daun mengkudu ... 78

Lampiran 10. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap daya sebar gel ekstrak daun mengkudu ... 80

Lampiran 11. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap perubahan viskositas gel ekstrak daun mengkudu ... 82

Lampiran 12. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap perubahan daya sebar gel ekstrak daun mengkudu ... 86

Lampiran 13. Perbandingan viskositas dan daya sebar antar formula berdasarkan nilai p-value ... 91

Lampiran 14. Pengujian aktivitas ekstrak daun mengkudu dan sediaan gel terhadap penyembuhan luka insisi ... 93

(18)

INTISARI

Ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.) diketahui memiliki kandungan senyawa kimia seperti flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid yang merangsang proses penyembuhan luka. Aktivitas penyembuhan luka akan lebih efektif apabila diaplikasikan langsung pada tempat terjadinya luka, sehingga ekstrak daun mengkudu diformulasikan menjadi sediaan gel. Sifat fisik dan stabilitas fisik gel dipengaruhi oleh komposisi gelling agent. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh sodium carboxymethyl cellulose (CMC-Na) sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu (Morinda citrifolia L.).

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental murni. Pada formula dilakukan penambahan CMC-Na dengan variasi konsentrasi 2,5; 3; 3,5; 4% (b/b). Sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan dilihat berdasarkan organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar selama penyimpanan 28 hari. Aktivitas penyembuh luka gel diukur berdasarkan pengurangan panjang luka yang dihasilkan. Data viskositas dan daya sebar dianalisis secara statistik menggunakan R 3.1.2 dengan taraf kepercayaan 95% untuk mencari pengaruh terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan. Sediaan gel dengan konsentrasi CMC-Na 3% yang digunakan pada uji aktivitas penyembuh luka terbuka insisi.

Hasil penelitian menunjukkan CMC-Na memiliki efek signifikan terhadap viskositas dan daya sebar. Gel ekstrak daun mengkudu stabil secara organoleptis, pH, viskositas, dan daya sebar dalam penyimpanan 28 hari. Sediaan gel memiliki kemampuan menyembuhkan luka.

(19)

ABSTRACT

Noni leaf extract (Morinda citrifolia L.) known to contain chemical compounds such as flavonoids, alkaloids and triterpenoids that stimulate the wound healing process. Wound healing activity would be more effective when applied directly to the site of the wound, so that noni leaf extract was formulated into a gel formulation. The physical properties and physical stability of the gel is affected by the composition of the gelling agent. This study aims to observe the effect of sodium carboxymethyl cellulose (CMC-Na) as a gelling agent on the physical properties and physical stability of the noni leaf extract gel (Morinda citrifolia L.).

This research was used pure experimental design. CMC-Na was added in the gel formula with concentration variation 2,5; 3; 3,5; 4% (b/b). The physical properties and physical stability were tested by observe organoleptic, pH, viscosity, and spreadability during the 28 days storage. Wound-healing gel activity was measured based on the decreasing of how long the wound was made. The data viscosity and spreadability were analyzed statistically using R 3.1.2 with confidence level 95% to find out the influence towards the physical properties and physical stability. Noni leaves extract gel with 3 % concentration of CMC-Na was used to measured the open incision wound healing activity.

The result of this research showed that CMC-Na had the significant effect towards viscosity and spreadability. The gel extract of noni leaves were stable in organoleptic, pH, viscosity, and spreadability in the 28 days storage. The gel has ability to recover the incision wound.

(20)

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Luka memberikan angka morbiditas yang cukup besar di seluruh dunia karena dapat mengganggu fungsi jaringan (Webster, Scuffham, Sherriff, Stankiewicz, and Chaboyer, 2012). Munculnya luka pada kulit sering membuat penderita merasa tidak nyaman akibat rasa sakit yang ditimbulkan. Luka akan semakin parah dan menjadi luka kronis apabila luka tersebut tidak segera ditangani. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya komplikasi seperti infeksi dan perdarahan (Stevens, Bordui, and Weyde, 1999). Jika luka itu sudah menjadi luka kronis, maka akan sangat sulit untuk disembuhkan. Infeksi karena luka menjadi perhatian khusus bagi para pelayan kesehatan. Infeksi disebabkan oleh adanya kontaminan dari luka terbuka. Kontaminan-kontaminan tersebut bisa berasal dari bakteri, jamur, atau mikroba lainnya. Infeksi karena adanya kontaminan patogen, dapat memperlambat terjadinya penyembuhan luka.

(21)

penyembuh luka, jaringan kulit yang rusak dapat lebih cepat disembuhkan atau mempersingkat proses penyembuhan luka. Penyembuhan luka dapat dilakukan dengan obat modern maupun obat tradisional. Menurut Babu, Gnanamani, Radhakrishan, and Priya (2002) obat tradisional atau obat herbal lebih banyak digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit kulit oleh hampir 80% populasi di dunia. Obat herbal dalam manajemen luka melibatkan desinfeksi dan menyediakan lingkungan yang lembab untuk mendorong pembentukan lingkungan yang sesuai untuk proses penyembuhan alami (Purna and Babu, 2000). Beberapa keunggulan obat herbal yaitu ketersediaan bahan baku yang mudah, serta sedikitnya biaya dan efek samping merugikan yang ditimbulkan, mendorong peneliti untuk membuat suatu sediaan topikal dari bahan alam.

Mengkudu (Morinda citrifolia L.) merupakan salah satu tanaman obat tradisional Indonesia yang kaya akan manfaat, terutama pada bagian buah dan daunnya. Daun mengkudu berguna sebagai obat luka karena senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya. Menurut Nayak, Sandiford, and Maxwell (2009) ekstrak daun mengkudu mengandung beberapa senyawa seperti triterpenoid, alkaloid, dan flavonoid yang diduga merupakan senyawa yang merangsang penyembuhan luka. Ketiga senyawa tersebut saling bersinergi dalam menyembuhkan luka. Ekstrak daun mengkudu berperan dalam meningkatkan kontraksi luka, laju epitelisasi, dan berat jaringan granulasi. Adapun studi lain yang menyatakan bahwa ekstrak etanol daun mengkudu yang diberikan secara topikal mampu menyembuhkan luka eksisi pada tikus Wistar (Yuslianti, Sabirin,

(22)

membuat penelitian formulasi suatu sediaan yang mampu menyembuhkan luka dari ekstrak daun mengkudu tersebut. Pengaplikasian ekstrak pada kulit yang terluka secara langsung dirasa kurang acceptable, maka perlu dibuat sediaan yang dapat menempel pada permukaan kulit dalam waktu cukup lama sehingga efektif menyembuhkan luka, yaitu sediaan semisolid dalam bentuk gel.

Ekstrak daun mengkudu yang diformulasi dalam bentuk sediaan gel diharapkan mampu mempercepat penyembuhan sediaan gel ini cukup nyaman dan bisa diterima pada kulit. Gel dipilih karena sediaan ini transparan sehingga tidak terlihat berminyak saat diaplikasikan di kulit yang terluka, selain itu gel juga memberikan sensasi dingin setelah diaplikasikan sehingga mudah diterima. Alasan lain yaitu masih sedikitnya penyembuh luka yang berbentuk semi solid khususnya yang berupa sediaan gel yang beredar di pasaran karena kebanyakan masih berbentuk liquid. Sediaan yang berbentuk liquid ini memiliki beberapa kelemahan, salah satunya ialah sediaan kurang acceptable saat diaplikasikan pada kulit yang terluka sehingga mudah hilang. Oleh karena itu sediaan gel lebih dipilih dibandingkan sediaan-sediaan lainnya.

(23)

mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas sediaan selama penyimpanan yang meliputi viskositas dan pergeseran viskositas, serta daya sebar dan pergeseran daya sebar. Konsentrasi CMC-Na yang ditambahkan terlalu besar tentunya akan mempengaruhi sifat fisik sediaan gel yang dihasilkan. Penelitian Kaur, Garg, and Gupta (2010) pada sediaan gel minoxidil yang diformulasikan dengan variasi konsentrasi gelling agent menunjukkan perbedaan sifat fisik dan pelepasan obat pada masing-masing konsentrasi. Hal ini menunjukkan bahwa variasi konsentrasi

gelling agent dalam sediaan gel sangat berpengaruh terhadap sifat fisik sediaan.

Sediaan gel yang memiliki sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik akan diujikan untuk melihat aktivitas farmakologi sediaan sebagai penyembuh luka. Efektivitas sediaan gel ekstrak daun mengkudu akan dibandingkan dengan sediaan topikal penyembuh luka yang ada di pasaran yang berbentuk semi solid (salep Betadine®).

B. Perumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh perbedaan konsentrasi gelling agent CMC-Na yang digunakan terhadap sifat fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu?

2. Bagaimana stabilitas sediaan gel ekstrak daun mengkudu yang mempunyai variasi konsentrasi gelling agent CMC-Na selama masa penyimpanan 28 hari pada suhu kamar?

(24)

C. Keaslian Penelitian

Penelitian yang terkait mengenai aktivitas penyembuh luka dari bahan alam yang pernah dilakukan ialah :

1. “Evaluation of the Wound-healing Activity of Ethanolic Extract of Morinda citrifolia L. Leaf”’ yang dilakukan oleh Nayak et al. pada tahun 2009.

Penelitian tersebut mengevaluasi aktivitas penyembuhan luka dengan model luka eksisi dan dead space dari ekstrak etanol daun mengkudu dengan dosis tertentu yang dilakukan secara oral pada tikus putih jantan galur Sprague

Dawley.

2. “Effect of Topical Ethanol Extract of Morinda citrifolia L. Leaves on Excisional Wound Healing” yang dilakukan oleh Yuslianti et al. pada tahun 2013. Penelitian tersebut mengetahui pengaruh penyembuhan luka eksisi dari ekstrak etanol daun mengkudu yang dilakukan secara topikal.

Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang formulasi dan uji aktivitas sediaan gel penyembuh luka terbuka insisi dari ekstrak daun mengkudu dengan CMC-Na sebagai geliing agent belum pernah dilakukan sebelumnya.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

(25)

2. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan sediaan gel ekstrak daun mengkudu dengan gelling agent CMC-Na yang memiliki sifat fisik yang baik dan stabil selama penyimpanan, serta memiliki efektivitas dan efisiensi dalam menyembuhkan luka terbuka insisi.

E. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Mengetahui formula sediaan gel ekstrak daun mengkudu memiliki sifat fisik yang baik dan stabil dalam penyimpanan, serta memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka.

2. Tujuan khusus

1) Mengetahui pengaruh perbedaan konsentrasi gelling agent CMC-Na terhadap sifat fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu

2) Mengetahui stabilitas gel ekstrak daun mengkudu yang mempunyai variasi konsentrasi gelling agent CMC-Na selama masa penyimpanan 28 hari pada suhu kamar

(26)

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A.Luka

Kulit memiliki berbagai fungsi, termasuk melindungi individu dari cedera. Ketika kulit tertembus, proses inflamasi respon imun individu bekerja untuk menyingkirkan materi asing jika mungkin, dan menyiapkan area tubuh yang cedera untuk penyembuhan. Area tubuh yang cedera ini disebut luka. Ada enam macam jenis luka yaitu luka insisi, luka kontusio, abrasi, tusukan, laserasi, dan luka tembus. Luka insisi ialah luka yang disebabkan karena benda tajam, seperti pisau atau skalpel. Karakteristik dari luka insisi ini ialah luka yang terbentuk merupakan luka terbuka, terasa nyeri, bentuk luka bisa dalam atau dangkal. Luka terbuka terjadi ketika kulit atau permukaan membran mukosa mengalami kerusakan (Berman, Snyder, Kozier, and Erb, 2009).

(27)

akan terbentuk bekas luka tertutup oleh lapisan kulit yang tipis. Tanda-tanda bekas ini akan memudar dan berkerut (Stevens et al., 1999). Proses fisiologis penyembuhan luka dibagi menjadi 4 fase utama yaitu : respon inflamasi akut terhadap luka, fase destruktif, fase proliferatif, dan fase maturasi (Morison, 2004). Pada proses penyembuhan luka, terdapat beberapa masalah di dalamnya yaitu timbulnya perdarahan dan infeksi pada luka. Perdarahan ini sebagai akibat dari kerusakan pada tempat berlemak yang mengakibatkan tegangan pada luka atau oleh gerakan yang dipaksakan. Infeksi terjadi karena luka menjadi lahan yang subur bagi mikroorganisme (Stevens et al., 1999).

B.Tanaman Mengkudu

Menurut Bangun and Sarwono (2002), tanaman mengkudu yang biasa disebut noni ini memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Sub kelas : Asteridae Ordo : Rubiales Famili : Rubiaceae Genus : Morinda

(28)
(29)

C.Gel

Gel adalah sistem semipadat yang terdiri dari disperse dari partikel anorganik ukuran kecil atau molekul organik yang berukuran besar serta terinterpenetrasi oleh suatu cairan (Allen, Popovich, and Ansel, 2002). Gel dibedakan menjadi dua yaitu organogel dan hidrogel.

Hidrogel memiliki kandungan lembab yang tinggi yang mampu mempertahankan kelembaban pada permukaan luka. Kelembaban lingkungan yang terjaga dapat mencegah dehidrasi jaringan dan kematian sel, mempercepat

angiogenesis, dan meningkatkan pecahnya fibrin dan jaringan mati (Mallefet and

Dweck, 2008). Hidrogel adalah sistem yang menjebak air karena adanya polimer-polimer yang tidak larut yang membentuk jaringan. Hidrogel digunakan sebagai komponen dari sistem penghantaran dan pelepasan obat karena kompatibilitasnya dengan jaringan biologis relatif baik. Karakteristik gel yang digunakan disesuaikan dengan tujuan penggunaan gel. Hidrogel untuk penggunaan dermatologi secara umum mempunyai sifat tidak berminyak, tiksotropi, mudah menyebar, mudah dibersihkan, dan mempunyai sifat emolien (Mohamed, 2004).

(30)

sediaan gel dipengaruhi oleh komposisi bahan gel ekstrak daun mengkudu antara lain organoleptis, pH, daya sebar, viskositas, daya lekat, dan homogenitas

1. Organoleptis

Pada pengujian ini yang diamati ialah warna, bau, tekstur, dan homogenitas. Uji ini dilakukan untuk melihat fisik suatu sediaan secara visual (Muzzafar, Singh, and Chauhan, 2013). Pada pengamatan homogenitas dilakukan dengan mengamati sediaan pada kaca objek di bawah cahaya, diamati apakah terdapat bagian-bagian yang tidak tercampurkan dengan baik (Paye et al, 2001). 2. pH

Nilai pH pada kulit manusia terdapat dalam rentang asam antara 4,5-6,5. Apabila suatu sediaan topikal memiliki pH di atas pH kulit maka kulit akan menjadi kering sedangkan di bawah pH kulit maka akan teriritasi (Muzzafar et

al., 2013).

3. Viskositas

Viskositas merupakan suatu tahanan untuk mencegah zat cair untuk mengalir. Viskositas dapat dikatakan baik tergantung dari basis yang digunakan. Viskositas sediaan semi solid tidak boleh terlalu tinggi agar mudah saat diaplikasikan. Sediaan semi solid yang baik memiliki viskositas antara 150-250 dPa.s (Garg, Aggarwal, Garg, and Singla, 2002).

4. Daya sebar

(31)

Daya sebar berpengaruh terhadap keseragaman dosis. Sediaan semi solid yang baik memiliki daya sebar antara 5-7 cm (Garg et al., 2002).

5. Daya lekat

Daya lekat berkaitan dengan kemampuan sediaan untuk menempel pada lapisan epidermis. Semakin besar daya lekat gel, maka semakin baik penghantaran obatnya. Daya lekat sediaan semisolid sebaiknya ialah lebih dari 1 detik (Zats & Gregory, 1996).

(32)
[image:32.595.101.512.137.614.2]

D. Monografi Bahan-Bahan 1. CMC-Na

Gambar 1. Struktur CMC-Na (Rowe et al., 2009)

CMC-Na (gambar 1) merupakan garam natrium dari polikarboksimetil eter selulosa, mengandung tidak kurang dari 6,5% dan tidak lebih dari 9,5% natrium dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian CMC-Na berupa serbuk atau granul berwarna putih sampai krem, bersifat higroskopik. CMC-Na ini mudah terdispersi dalam air membentuk larutan koloidal, tidak larut dalam etanol, dalam eter dan dalam pelarut organik lain (Departemen Kesehatan RI, 1995).

CMC-Na (karboksimetilselulosa natrium) dapat digunakan sebagai

gelling agent dalam sediaan gel penyembuh luka dari ekstrak daun mengkudu

(33)

CMC-Na ini digunakan sebagai agen pembentuk gel (basis gel) pada kisaran konsentrasi 3,0 – 6,0 %. CMC-Na dapat digunakan dalam terapi pengobatan luka, dermatological patces sebagai pelindung mukosa, menyerap cairan yang keluar dari luka (Rowe et al., 2009). Salah satu keunggulan CMC-Na ialah mampu melindungi mukosa, oleh karena itu gelling agent ini dipilih dalam formulasi hydrogel ekstrak daun mengkudu sehingga dapat melindungi permukaan kulit yang terluka.

2. Propilen glikol

Pemerian propilen glikol ialah jernih, tidak berwarna, kental, biasanya tidak berbau, sedikit tajam seperti gliserol. Berat jenis dari propilen glikol 1,02 g/cm3 dan berat molekulnya 76,09 (Weller, 2009). Propilen glikol sebagai humektan digunakan pada konsentrasi sekitar 15%. Propilen glikol secara kimia stabil ketika dicampur dengan etanol (95%), gliserin, atau air, dan larutannya dapat disterilisasi dengan autoklaf (Rowe et al., 2009).

3. Metil paraben

(34)

Aktivitas antimikroba metil paraben berada dalam rentang pH 4-8. Semakin tinggi pH sistem, maka aktivitas antimikroba semakin turun (Haley, 2009).

E.Ekstraksi

Proses ekstraksi perlu dilakukan untuk mendapatkan senyawa-senyawa yang aktif pada daun mengkudu dalam menyembuhkan luka. Ekstraksi merupakan kegiatan penarikan bahan yang terkandung dengan pelarut cair yang sesuai. Ekstraksi umumnya dapat dilakukan secara maserasi, perkolasi, infusa, refluks, soxhlet, dan destilasi uap (Depkes RI, 2000).

(35)

alkaloid merupakan senyawa yang cukup polar dan larut dalam pelarut organik, sehingga etanol dapat digunakan sebagai pelarut agar senyawa aktif yang didapat maksimal.

F. Landasan Teori

Ekstrak etanol daun mengkudu memiliki kemampuan dalam menyembuhkan luka. Ada beberapa komponen utama ekstrak etanol daun mengkudu yang mampu menyembuhkan luka yaitu flavonoid, triterpenoid, dan alkaloid (Nayak et al., 2009). Flavonoid berperan pada fase proliferasi dan

remodelling jaringan selama proses penyembuhan luka (Patil et al., 2012),

triterpenoid memiliki efek astringent dan antimikroba dalam meningkatkan penyembuhan luka (Soni and Singhai, 2012), serta alkaloid sebagai antibakteri (Wijaya et al., 2014). Ketiga komponen senyawa tersebut mampu meningkatkan kecepatan epitelisasi jaringan luka.

Ekstrak etanol daun mengkudu ini larut dalam air sehingga dapat diformulasikan dalam bentuk sediaan hidrogel. Hidrogel merupakan jaringan tiga dimensi yang terdiri dari polimer-polimer hidrofilik (Winfield and Richards, 2004). Wujud dari hidrogel ini transparan sehingga tidak terlihat berminyak saat sediaan diaplikasikan pada kulit, selain itu juga memberikan sensasi dingin sehingga bisa diterima dan nyaman digunakan penderita luka.

Komponen utama pada hidrogel ialah gelling agent. Peneliti Chandira et

al. (2010) memaparkan tentang sifat fisik (daya sebar dan viskositas) dan

(36)

formula. Salah satu jenis gelling agent yang digunakan ialah CMC-Na. Hasil penelitian tersebut terbukti bahwa konsentrasi gelling agent yang ditambahkan dapat mempengaruhi sifat fisik sediaan gel pada semua formula yang diuji. CMC-Na digunakan sebagai basis gel dalam formulasi gel ekstrak daun mengkudu dengan menggunakan perbedaan konsentrasi CMC-Na dalam menguji sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan. Stabilitas fisik sediaan gel dilihat dengan penyimpanan sediaan selama 28 hari pada suhu kamar. Peneliti Sanjaya (2013) menyatakan gel dari daun petai cina yang berbentuk hidrogel dengan gelling agent CMC-Na dan humektan propilen glikol memiliki stabilitas yang baik selama penyimpanan 1 bulan. Stabilitas fisik meliputi organoleptis, daya sebar, viskositas, dan pH. Komponen-komponen gel berupa CMC-Na dan propilen glikol digunakan dalam formulasi gel ekstrak daun mengkudu dan dilakukan masa penyimpanan selama 28 hari untuk menguji stabilitas fisiknya.

G.Hipotesis

1. Perbedaan konsentrasi gelling agent CMC-Na memberikan pengaruh yang signifikan terhadap sifat fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu meliputi daya sebar dan viskositas

2. Sediaan gel ekstrak daun mengkudu yang memiliki variasi konsentrasi gelling

agent CMC-Na stabil hingga masa penyimpanan 28 hari pada suhu kamar

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini termasuk penelitian eksperimental murni dengan menggunakan rancangan eksperimental murni sederhana, yaitu melihat pengaruh sifat fisik dan stabilitas fisik yang dihasilkan dari pembuatan sediaan gel ekstrak daun mengkudu dengan perbedaan konsentrasi CMC-Na.

B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitan ini adalah variasi jumlah konsentrasi CMC-Na sebagai gelling agent yang dinyatakan dalam satuan persen.

b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik gel (daya sebar dan viskositas) dan stabilitas gel (perubahan viskositas dan daya sebar setelah 28 hari penyimpanan).

(38)

d. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah suhu ruangan, kelembapan ruangan, kondisi penyimpanan gel selama uji stabilitas fisik, jumlah kontaminan yang masuk dalam gel, kecepatan perputaran batang

viscometer, keadaan patofisiologi tikus, dan pergerakan tikus selama uji

aktivitas. 2. Definisi operasional

a. Gel penyembuh luka ekstrak daun mengkudu adalah sediaan semisolid berbentuk gel yang mengandung ekstrak daun mengkudu dengan konsentrasi 5%, menggunakan CMC-Na sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan, yang dibuat dengan formula yang telah ditentukan dalam penelitian ini untuk pengobatan luka terbuka insisi.

b. Simplisia daun mengkudu adalah daun mengkudu yang telah dikeringkan selama beberapa hari dan dihaluskan menjadi serbuk.

c. Ekstrak daun mengkudu adalah ekstrak kental berwarna coklat tua kehitaman dan bau khas daun mengkudu yang diperoleh dengan mengekstraksi simplisia daun mengkudu yang melewati proses maserasi selama 3 hari dan remaserasi selama 3 hari menggunakan pelarut etanol 70%, yang kemudian pelarutnya diuapkan dengan rotary evaporator selama 3 jam pada suhu 60oC dan diuapkan lagi pada penangas air dengan suhu 65oC selama 7 jam.

d. Gelling agent adalah basis pembentuk sediaan gel yang dapat

(39)

e. Sifat fisik adalah parameter untuk mengetahui kualitas sediaan gel penyembuh luka terbuka insisi dari ekstrak daun mengkudu, dengan mengukur besarnya viskositas dan daya sebar sediaan pada hari ke-2 dalam suhu kamar.

f. Stabilitas fisik adalah parameter yang digunakan untuk mengetahui tingkat kestabilan sediaan gel secara fisik, dengan mengukur besarnya perubahan viskositas dan daya sebar sediaan yang diamati pada penyimpanan gel hari ke-7, 14, 21, dan 28 pada suhu kamar.

g. Kondisi uji stabilitas fisik adalah kondisi sediaan gel ektrak mengkudu dalam wadah di dalam ruangan tertutup dengan suhu kamar (27o-30oC) dan kelembapan ruang yang tidak terkendali serta tidak terkena sinar matahari langsung.

h. Viskositas merupakan ukuran kekentalan suatu sediaan gel ekstrak daun mengkudu untuk melihat kemudahan sediaan dikeluarkan dari wadahnya dan kemudahan pengaplikasiannya dengan satuan dPa.s. Kriteria penerimaan nilai viskositas untuk sediaan semi solid sebesar 150-250 dPa.s (Garg, et al., 2002).

(40)

j. Perubahan viskositas adalah selisih nilai viskositas sediaan gel setelah penyimpanan 28 hari dengan nilai viskositas sediaan pada hari ke-2 dibagi viskositas pada hari ke-2 dan kemudian dikali 100%, ditulis dalam satuan %, kriteria penerimaannya < 10%.

k. Perubahan daya sebar adalah selisih nilai daya sebar sediaan gel setelah penyimpanan 28 hari dengan nilai daya sebar sediaan pada hari ke-2 dibagi daya sebar pada hari ke-2 dan kemudian dikali 100%, ditulis dalam satuan %, kriteria penerimaannya < 10%.

l. Uji aktivitas adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui efek penyembuhan luka terbuka insisi yang ditimbulkan setelah pengaplikasian sediaan gel ekstrak mengkudu.

m.Luka terbuka insisi adalah luka sayat yang dibuat sepanjang 5 cm secara horizontal menggunakan silet pada punggung tikus yang bulunya telah dicukur dengan kedalaman luka 2 mm.

n. Pengurangan panjang luka adalah selisih ukuran panjang luka pada hari ketujuh dengan panjang luka awal dibagi panjang luka awal dikali 100%, ditulis dalam satuan %.

C.Alat Penelitian

(41)

(MODEL KT-40, ALP Co. Ltd Midorigouka, Japan), cawan porselen, viscotester seri VT 04F (Rion Japan), mixer (Maspion), indikator pH universal (Merck Germany), horizontal double plate, gunting, scalpel, silet, jarum suntik, pipet tetes, stopwatch, dan penggaris.

D.Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak daun mengkudu, etanol 70% (kualitas farmasetis), aquadest, CMC F-SH (kualitas farmasetis), metil paraben (kualitas farmasetis), propilen glikol (kualitas farmasetis), dan ketamin hidroklorida 10 %. Semua bahan diperoleh dari Laboratorium Formulasi Teknologi Sediaan Padat Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

E.Hewan Percobaan

(42)

F. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan ekstrak daun mengkudu

Simplisia daun mengkudu yang berbentuk serbuk didapat dari laboratorium Biologi Farmasi UGM. Serbuk daun mengkudu ditimbang dan dilarutkan dalam pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1 : 3. Prosedur tersebut mengacu pada penelitian Nayak et al. (2009). Setelah itu, dilakukan maserasi pada campuran tersebut selama 3 hari dan remaserasi selama 3 hari menggunakan orbital shaker dengan penambahan pelarut sama dengan saat maserasi. Maserasi dilakukan pada suhu kamar. Hasil ekstraksi disaring dengan kertas saring Whatman dengan bantuan corong Buchner yang dihubungkan dengan pompa vakum. Filtrat yang didapat dari hasil penyaringan diambil dan diuapkan menggunakan rotary evaporator yang diatur pada suhu 60oC dengan kecepatan pemutaran pada skala 4 sehingga etanol dapat teruapkan. Selanjutnya ekstrak hasil penguapan diuapkan lagi pada penangas air selama sekitar 7 jam pada suhu 65oC. Ekstrak kental yang didapat dilanjutkan pada tahap formulasi dan diuji aktivitasnya dengan mengaplikasikan ekstrak tersebut pada tikus jantan galur Wistar.

2. Karakterisasi, uji kualitatif, dan uji kuantitatif senyawa aktif pada ekstrak daun mengkudu

(43)

triterpenoid, dan senyawa alkaloid. Uji kandungan senyawa tersebut dilakukan secara kualitatif (triterpenoid dan alkaloid) dan kuantitatif (flavonoid dan alkaloid). Pengujian ekstrak dilakukan di LPPT UGM Unit I Yogyakarta.

3. Formulasi sediaan gel a. Formula

[image:43.595.101.531.198.635.2]

Formula yang digunakan dalam percobaan ialah sebagai berikut (Tabel I) :

Tabel I. Formula gel hasil orientasi

Bahan Formula

F I F II F III F IV

Ekstrak daun mengkudu (g) 5 5 5 5

CMC-Na (%) 2,5 3 3,5 4

Propilen glikol (g) Metil paraben (g)

12,5 0,1 12,5 0,1 12,5 0,1 12,5 0,1

Aquadest (mL) 78,4 78,4 78,4 78,4 Keterangan :

F I = Formula gel dengan konsentrasi CMC-Na 2,5 % b/b F II = Formula gel dengan konsentrasi CMC-Na 3 % b/b F III = Formula gel dengan konsentrasi CMC-Na 3,5 % b/b F IV = Formula gel dengan konsentrasi CMC-Na 4 % b/b

Penentuan bahan-bahan pada tabel di atas (tabel I) merupakan bahan umum yang biasa digunakan pada formulasi gel. Penentuan jumlah / konsentrasi berdasarkan hasil orientasi didapatkan dari literatur Rowe et

(44)

sebagai humektan (≤ 15%), dan metil paraben sebagai pengawet (0,02

-0,3%). Konsentrasi ekstrak daun mengkudu didapat dari jurnal penelitian Yuslianti et al. (2013) yang menyebutkan bahwa ekstrak daun mengkudu pada konsentrasi 10 mg/mL efektif menyembuhkan luka. Dari penelitian tersebut konsentrasi ekstrak sebesar 10 mg/mL = 1 g/100 mL atau 1 % b/b, ditingkatkan 5 kalinya menjadi 5% b/b untuk formulasi sediaan gel. b. Formulasi sediaan gel

Peralatan gelas / kaca yang digunakan pada formulasi gel disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit, sedangkan peralatan tidak terbuat dari kaca dicuci / disemprot dengan etanol. CMC-Na dan metil paraben disterilisasi menggunakan oven dengan suhu 160oC selama 1 jam. Propilen glikol dan aquadest disterilisasi dengan autoklaf juga. CMC-Na dikembangkan dengan cara ditaburkan di atas aquadest yang sudah disterilkan dengan autoklaf (campuran A), setelah itu didiamkan selama 24 jam. Metil paraben dicampur dalam propilen glikol yang telah steril hingga terbentuk campuran yang homogen (campuran B). Campuran B dimasukkan dalam campuran A lalu dicampurkan hingga homogen menggunakan mixer selama 3 menit (campuran C). Ekstrak daun mengkudu kemudian dimasukkan ke dalam campuran C, campuran tersebut dihomogenkan hingga menit ke-5 (campuran D). Terakhir

aquadest dimasukkan dalam campuran D sedikit demi sedikit sambil

(45)

di dalam Laminar Air Flow. Sediaan gel dikemas dalam suatu wadah tertutup rapat dan disimpan pada suhu kamar. Prosedur formulasi gel yang dilakukan mengacu pada penelitian Sanjaya (2013) tentang pembuatan gel antiinflamasi dengan ekstrak daun petai cina.

Pada sediaan gel ekstrak daun mengkudu tidak dilakukan uji sterilitas karena berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya yaitu penelitian Patel el al. (2011), Patil et al (2012), dan Sanjaya (2013), tidak dilakukan uji sterilitas pada sediaan penyembuh luka yang dibuat.

4. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel a. Uji organoleptis

Sediaan gel yang sudah jadi diamati warna, bau, dan konsistensinya pada hari ke-2 dan 28. Hasil yang didapat dibandingkan dengan hasil sediaan gel pada hari ke-2.

b. Uji pH

Sediaan gel diukur pHnya pada hari ke- 2 dan 28 dengan pH

stick indikator universal. Hasil yang didapat dibandingkan dengan hasil

sebelumnya untuk melihat apakah terjadi perubahan pH selama penyimpanan 28 hari.

c. Uji viskositas dan perubahan viskositas

(46)

nilai viskositas pada hari ke-2 dengan nilai viskositas pada hari-hari selanjutnya (hari ke- 7, 14, 21, dan 28), kemudian dibagi dengan nilai viskositas gel pada hari ke-2 dan dikali 100.

d. Uji daya sebar dan perubahan daya sebar

Sebanyak 1 gram gel ditimbang, diletakkan pada suatu lempeng kaca bulat berskala. Pada pengukuran daya sebar, di atas lempeng tersebut ditangkupkan lempeng kaca lain berukuran sama (horizontal double plate). Kemudian lempeng tersebut ditindihi dengan beban 125 gram selama 1 menit dan diukur rata-rata diameter sebarnya. Diameter yang diperoleh dihitung nilai daya sebarnya dengan perhitungan sebagai berikut :

Keterangan : S = nilai daya sebar (cm2)

d = rata-rata diameter sebar (cm) π = 3,14

Uji ini dilakukan pada hari ke- 2, 7, 14, 21, dan 28. Perubahan daya sebar diperoleh dengan mengetahui selisih nilai daya sebar gel pada hari ke-2 dengan nilai daya sebar pada hari-hari selanjutnya (hari ke- 7, 14, 21, dan 28), kemudian dibagi dengan nilai daya sebar gel pada hari ke-2 dan dikali 100.

5. Uji aktivitas penyembuh luka

(47)

tikus dicukur dengan pisau cukur steril. Area bulu yang telah dicukur lalu ditandai dengan spidol untuk mengetahui panjang luka yang diinginkan. Luka dibuat secara horizontal dengan cara menyayat bagian yang telah ditandai sepanjang 5 cm dengan kedalaman luka 2 mm.

(48)
[image:48.595.96.517.269.519.2]

setiap hari dari awal tikus dilukai (hari ke-0) hingga hari ke-7. Hewan uji pada kelompok perlakuan yang sudah dilukai, diolesi dengan sediaan gel ekstrak daun mengkudu secara merata sebanyak 1 gram di sepanjang luka yang dibuat selama 7 hari. Tingkat penutupan luka diukur dan dicatat setiap hari hingga hari ke- 7. Hasil pengukuran tersebut kemudian dibuat grafik. Data yang didapatkan dari hasil pengujian dianalisis menggunakan uji Anova. Perhitungan terkait % pengurangan panjang luka diacu dari penelitian Patel et al. (2011) terkait dengan perhitungan aktivitas luka eksisi.

G.Analisis Data

(49)
(50)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Determinasi dan Ekstraksi Daun Mengkudu

Tanaman mengkudu sebagai sampel dalam penelitian diperoleh dari Leses, Manisrenggo, Kabupaten Klaten. Proses determinasi dilakukan di Unit IV Biologi Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (Lampiran 1). Determinasi dilakukan untuk mengetahui kebenaran tanaman yang digunakan dalam penelitian. Pada lampiran hasil determinasi tersebut dinyatakan bahwa sampel merupakan jenis Morinda citrifolia L. dengan suku Rubiaceae. Morinda citrifolia L. merupakan nama ilmiah dari tanaman mengkudu.

[image:50.595.102.513.261.630.2]

Gambar 2. Ekstrak kental daun mengkudu

(51)

berbentuk cairan kental, dengan tujuan agar mudah untuk diformulasi menjadi bentuk sediaan. Ekstrak kental daun mengkudu ditunjukkan pada gambar 2.

B. Uji Karakterisasi, Uji Kualitatif, dan Uji Kuantitatif Ekstrak Daun Mengkudu

[image:51.595.101.516.330.542.2]

Penelitian yang dilakukan pada karakterisasi ekstrak daun mengkudu berupa penetapan kadar air, penetapan kadar sari larut etanol, dan penetapan kadar abu. Karakterisasi ekstrak dilakukan untuk mengetahui mutu dan kualitas ekstrak daun mengkudu. Penelitian terkait karakterisasi ekstrak diujikan di Laboratorium Penelitian dan Pengembangan Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (Lampiran 2).

Tabel II. Hasil uji karakterisasi ekstrak daun mengkudu Karakterisasi ekstrak Presentase (%) Presentase berdasar

MMI Jilid V (%)

Penetapan kadar air 10,844 -

Penetapan kadar sari larut etanol 81,43 ≥ 3,5

Penetapan kadar abu 8,39 ≤ 12

(52)
[image:52.595.100.493.244.470.2]

sangat baik. Begitu juga pada hasil penetapan kadar abu, didapatkan kadar sebesar 8,39 %, kadar tersebut masih masuk persyaratan yang diharapkan. Hal ini membuktikan bahwa ekstrak memiliki kandungan mineral internal dan eksternal yang masih masuk pada batasan seharusnya. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun mengkudu memiliki mutu dan kualitas baik.

Gambar 3. Hasil uji kualitatif terpenoid dan alkaloid pada ekstrak daun mengkudu

Pengujian kualitatif dengan metode KLT dalam melihat hasil positif suatu senyawa diperlukan adanya suatu standar pembanding. Namun apabila standar pembanding dari senyawa golongan yang sama maka dapat dibandingkan dengan hasil pada literatur. Hasil uji kualitatif pada gambar 3 ditunjukkan oleh warna spot yang dihasilkan pada masing-masing pengujian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III.

(53)

akan menghasilkan spot berwarna kuning apabila disinari visibel. Pada pengujian triterpenoid dihasilkan spot berwarna kuning saat disinari visibel. Hasil pengujian sesuai dengan literatur, sehingga dapat dinyatakan ekstrak daun mengkudu positif mengandung triterpenoid.

Pada uji alkaloid dihasilkan spot berwarna orange saat disinari visibel. Kuinin digunakan sebagai standar pembanding pada pengujian ini karena kuinin termasuk dalam golongan alkaloid. Menurut Wagner and Bladt (1996) hasil reaksi reagen Dragendorff dengan senyawa alkaloid akan menghasilkan spot warna

orange apabila disinari visibel (hasil positif). Pada pengujian ini diperoleh hasil

[image:53.595.100.520.238.612.2]

positif pada spot yang dihasilkan, sehingga dapat dinyatakan ekstrak daun mengkudu positif mengandung senyawa alkaloid. Hasil uji kualitatif dapat dilihat di lampiran 4.

Tabel III. Hasil uji kualitatif dan uji kuantitatif ekstrak daun mengkudu Uji Senyawa Reagen Standar

pembanding Hasil uji

Kualitatif

Triterpenoid Carr-price -

Spot berwarna kuning Hasil + nilai Rf 0,10 ;

0,14

Alkaloid Dragendorff Kuinin Spot berwarna orange Hasil + nilai Rf 0,61 Kuantitatif Flavonoid - Kuersetin 0,57 % b/b

Alkaloid - Kuinin 1,66 % b/b

Keterangan : + = hasil senyawa positif

(54)

C. Pengujian Sifat Fisik Gel Ekstrak Daun Mengkudu

[image:54.595.98.500.254.594.2]

Pada gel ekstrak daun mengkudu, sifat fisik yang diuji ialah organoleptis, pH, daya sebar, dan viskositas. Pengujian sifat fisik dilakukan pada hari ke-2 setelah formulasi gel karena sediaan sudah tidak terpengaruh oleh energi selama pembuatan gel, gel sudah berada dalam keadaan stabil untuk diuji.

Tabel IV. Hasil pengamatan organoleptis dan pH gel ekstrak daun mengkudu

Kriteria Formula

I II III IV

Warna Coklat tua Coklat tua Coklat tua Coklat tua Bau Khas ekstrak

daun mengkudu Khas ekstrak daun mengkudu Khas ekstrak daun mengkudu Khas ekstrak daun mengkudu

Konsistensi Gel Gel Gel Gel

pH 6 6 6 6

1. Uji organoleptis dan pH

Uji organoleptis diperlukan untuk melihat penampilan fisik sediaan gel ekstrak daun mengkudu (warna, bau, dan wujud). Dari penampilan fisik tersebut dapat diketahui kestabilan sediaan, seperti perubahan warna atau perubahan konsistensi sediaan. Berdasarkan tabel IV dapat diketahui bahwa sediaan gel dari keempat formula memiliki warna, bau, dan konsistensi yang sama. Gel memiliki warna coklat tua disebabkan karena ekstrak daun mengkudu yang berwarna coklat tua kehitaman. Bau khas sediaan gel berasal dari bau ekstrak daun mengkudu yang ditambahkan ke formula.

(55)

pembuatan formula dapat mempengaruhi nilai pH yang dihasilkan, dengan membuat sediaan gel menjadi semakin basa. Nilai pH 6 pada sediaan gel disebabkan karena penambahan ekstrak daun mengkudu yang bersifat asam

sehingga pH sediaan yang seharusnya ≥ 6,5 dapat turun menjadi 6. Akan

tetapi pada tabel IV, nilai pH dari keempat formula sama meskipun memiliki konsentrasi CMC-Na yang berbeda. Hal ini disebabkan karena variasi konsentrasi CMC-Na yang digunakan antar formula selisihnya tidak terlalu jauh dan CMC-Na yang ditambahkan pada formula masih terbilang rendah yaitu 3-4%, sehingga kondisi ini tidak menyebabkan munculnya perbedaan nilai pH yang dihasilkan dari keempat formula, nilai pH yang dihasilkan tetap sama. Selain itu pengujian pH diperlukan untuk mengetahui kesesuaian pH sediaan yang dibuat dengan kondisi fisiologis kulit. Sediaan topikal yang baik memiliki rentang pH antara 4,5 sampai 6,5, apabila pH sediaan < 4,5 kulit akan mengalami iritasi, sedangkan apabila pHnya > 6,5 kulit akan menjadi kering. Gel ekstrak daun mengkudu dengan perbedaan konsentrasi CMC-Na pada tiap formula terbukti menghasilkan pH yang sesuai dengan pH kulit. 2. Uji viskositas

[image:55.595.100.517.218.595.2]
(56)
[image:56.595.96.506.192.583.2]

dihasilkan. Hal ini disebabkan karena CMC-Na merupakan pembentuk basis gel sehingga penambahan CMC-Na ke formula akan mempengaruhi bentuk sediaan gel yang dihasilkan terutama viskositasnya.

Gambar 4. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap viskositas sediaan gel ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2

Hasil analisis statistik menggunakan Anova dan dilanjutkan dengan

post hoc TukeyHSD, ditampilkan pada tabel a (Lampiran 13). Pada tabel

(57)

Sediaan gel yang baik menurut Garg et al (2002) ialah sediaan tersebut memiliki karakteristik viskositas yang baik apabila memiliki viskositas 150-250 dPa.s. Pada gambar 4, viskositas gel ekstrak daun mengkudu yang dihasilkan dari keempat formula berada pada batasan 100-500 dPa.s. Hal ini berarti hanya beberapa formula yang viskositas sediaannya baik sesuai dengan ketentuan literatur. Dari gambar tersebut terlihat hanya formula I dan formula II yang memiliki viskositas sediaan 150-250 dPa.s. Namun pada uji ini hanya untuk melihat pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap viskositas, pada gambar 4 terbukti bahwa semua formula memiliki pengaruh terhadap nilai viskositas yang dihasilkan.

3. Uji daya sebar

Nilai daya sebar dipengaruhi oleh viskositas, daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas. Semakin kecil nilai viskositas sediaan maka daya sebarnya akan semakin besar sehingga sangat berpengaruh pada penyebaran sediaan di kulit (Garg, et al., 2002). Uji ini dilakukan untuk melihat kemampuan sediaan menyebar di tempat pengaplikasian yang mempengaruhi penghantaran zat aktif di tempat aksi dan kemudahan penggunaannya.

[image:57.595.98.515.260.539.2]
(58)
[image:58.595.96.509.163.577.2]

yang semakin besar membuat sediaan gel semakin kental dan rigid sehingga nilai daya sebarnya akan semakin menurun.

Gambar 5. Pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap daya sebar sediaan gel ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2

Hasil analisis statistik ditunjukkan pada tabel b (Lampiran 13). Pada tabel tersebut didapatkan nilai p value < 0,05 dari keseluruhan perbandingan antar formula. Keseluruhan perbandingan antar formula sediaan yang dimaksud ialah formula I terhadap formula II, III, dan IV ; formula II terhadap formula III dan IV; formula III terhadap formula IV. Semua data yang dihasilkan pada tabel b memiliki hasil yang berbeda bermakna. Hal ini membuktikan bahwa perbedaan konsentrasi CMC-Na memberikan pengaruh signifikan terhadap nilai daya sebar sediaan gel ekstrak daun mengkudu. Hasil tersebut juga sekaligus membuktikan hasil yang didapat pada gambar 5.

(59)

mengkudu yang dihasilkan dari keempat formula berada pada batasan 12,510 -21,637 cm2. Hal ini berarti hanya formula I dan formula II yang daya sebar sediaannya baik sesuai dengan ketentuan literatur. Namun pada uji ini hanya untuk melihat pengaruh konsentrasi CMC-Na terhadap daya sebar, pada gambar 5 terbukti bahwa semua formula memiliki pengaruh terhadap nilai daya sebar yang dihasilkan.

D. Pengujian Stabilitas Gel Ekstrak Daun Mengkudu

Hasil uji stabilitas sediaan gel diukur dari berbagai uji yaitu : organoleptis, pH, perubahan viskositas, dan perubahan daya sebar selama masa penyimpanan 28 hari pada suhu kamar.

1. Uji stabilitas organoleptis dan pH \

Gambar 6. Gel ekstrak daun mengkudu pada hari ke-2 dan hari ke-28 Formula I

Hari ke-2 Hari ke-28

Formula II

Hari ke-2 Hari ke-28

Formula III Hari ke-2 Hari ke-28

[image:59.595.99.511.237.716.2]
(60)
[image:60.595.98.512.257.592.2]

Hasil uji organoleptis yang diperoleh ditunjukkan pada gambar 6. Pada gambar tersebut gel ekstrak daun mengkudu tidak menunjukkan adanya perubahan penampilan fisik gel (warna, bau, dan wujud) pada hari ke-2 dan hari ke-28. Sediaan gel juga tidak berjamur dan tidak ditumbuhi mikroba selama penyimpanan 28 hari. Hasil uji tersebut menunjukkan bahwa gel ekstrak daun mengkudu stabil secara organoleptis.

Tabel V. Nilai pH gel ekstrak daun mengkudu selama penyimpanan 28 hari

Formula pH

Hari ke-2 Hari ke-28

Formula I 6 6

Formula II 6 6

Formula III 6 6

Formula IV 6 6

Hasil uji stabilitas pH ditunjukkan pada tabel V. Pada tabel tidak ditunjukkan adanya peningkatan ataupun penurunan nilai pH pada hari ke-2 dan hari ke-28. Hal ini berarti gel ekstrak daun mengkudu memiliki pH yang stabil selama masa penyimpanan pada suhu kamar.

2. Perubahan viskositas

(61)
[image:61.595.96.508.163.706.2]

viskositas selama masa penyimpanan. Namun dari hasil tersebut, sediaan gel belum bisa dikatakan tidak stabil selama masa penyimpanan.

Gambar 7. Grafik stabilitas viskositas gel ekstrak daun mengkudu selama penyimpanan 28 hari

Pembuktian terjadi perubahan viskositas atau tidak pada sediaan, dilihat dari hasil perhitungan perubahan viskositas yang diperoleh. Sediaan memiliki stabilitas yang baik apabila perubahan viskositasnya kurang dari 10% selama masa penyimpanan. Hasil tersebut ditunjukkan pada tabel VI.

Tabel VI. Perubahan viskositas gel ekstrak daun mengkudu selama masa penyimpanan 28 hari

Formula Perubahan viskositas (%)

Formula I 4,20  1,78 5,91  3,52 5,64  2,82 2,86  1,61 Formula II

Formula III

Formula IV

(62)

Pada tabel VI sediaan gel ekstrak daun mengkudu dari keempat formula memiliki perubahan viskositas kurang dari 10 %. Hal ini berarti sediaan gel dari keempat formula stabil selama penyimpanan 28 hari. Hal ini juga membuktikan bahwa perbedaan konsentrasi CMC-Na pada sediaan gel ekstrak daun mengkudu tidak mempengaruhi stabilitas sediaan secara viskositas.

Hasil analisis statistik dengan uji T berpasangan ditunjukkan pada tabel c (Lampiran 13). Pada tabel tersebut diperoleh nilai p value > 0,05 (data berbeda tidak bermakna), hal ini membuktikan sediaan gel ekstrak daun mengkudu dari keempat formula stabil selama masa penyimpanan 28 hari pada suhu kamar. Sediaan gel tidak mengalami perubahan viskositas selama masa penyimpanan.

3. Perubahan daya sebar

Adanya perubahan viskositas umumnya akan mempengaruhi terjadinya perubahan daya sebar. Pada pembahasan sebelumnya sediaan gel ekstrak daun mengkudu terbukti tidak terjadi perubahan viskositas, maka seharusnya juga tidak terjadi perubahan daya sebar karena viskositas dan daya sebar berhubungan langsung.

[image:62.595.103.513.225.553.2]
(63)
[image:63.595.100.511.165.561.2]

daya sebar. Namun dari hasil tersebut, sediaan gel belum bisa dikatakan tidak stabil selama masa penyimpanan.

Gambar 8. Grafik stabilitas daya sebar gel ekstrak daun mengkudu selama penyimpanan 28 hari

Stabilitas sediaan dibuktikan dengan hasil perhitungan perubahan daya sebar yang diperoleh yang ditunjukkan pada tabel VII. Gel ekstrak daun mengkudu dikatakan stabil apabila perubahan daya sebarnya kurang dari 10%. Pada tabel VII diperoleh hasil perubahan daya sebar sediaan gel kurang 10 % dari keempat formula, sehingga dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak daun mengkudu stabil selama masa penyimpanan 28 hari pada suhu kamar.

Tabel VII. Perubahan daya sebar gel ekstrak daun mengkudu selama masa penyimpanan 28 hari

Formula Perubahan daya sebar (%) Formula I 1,20  0,20

Formula II 2,01  0,28 Formula III 5,31  0,55 Formula IV 4,06  0,36

[image:63.595.180.444.617.730.2]
(64)

Hasil analisis statistik terhadap perubahan daya sebar menggunakan uji T berpasangan ditunjukkan pada tabel d (Lampiran 13). Pada tabel tersebut diperoleh nilai p value > 0,05 dari semua data (data berbeda tidak bermakna). Hal ini membuktikan bahwa gel ekstrak daun mengkudu stabil selama penyimpanan 28 hari pada suhu kamar karena data menunjukkan adanya pengaruh tidak signifikan terhadap perubahan daya sebar. Sediaan gel tidak mengalami perubahan daya sebar selama masa penyimpanan.

E. Uji Aktivitas Gel Ekstrak Daun Mengkudu

Sediaan gel ekstrak daun mengkudu memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka karena di dalamnya terkandung beberapa senyawa yang berperan dalam penyembuhan luka. Senyawa-senyawa tersebut yaitu flavonoid, alkaloid, dan triterpenoid. Berdasarkan literatur yang didapat sebelumnya, telah diketahui masing-masing senyawa memiliki peran masing-masing dalam proses penyembuhan luka. Proses penyembuhan luka secara umum ada empat fase yaitu : fase respon inflamasi akut terhadap luka, fase destruktif, fase proliferatif, fase maturasi.

(65)

flavonoid yang berperan sebagai antiinflamasi. Dalam hal ini flavonoid dan alkaloid ikut berperan dalam fase respon inflamasi akut terhadap luka, walaupun ada pertahanan dalam tubuh yang juga ikut merespon penyembuhan, namun kedua senyawa ini dapat membantu mempercepat penyembuhan. Alkaloid dan triterpenoid juga akan mencegah masuknya bakteri pada luka, sehingga luka tidak semakin parah dan luka tidak ditumbuhi oleh bakteri. Triterpenoid dapat menghambat bakteri-bakteri penginfeksi seperti Streptococcus sp., V.

alginolyticus, C. freundii, V. cholerae, V. harveyi, V. parahaemolyticus, dan V.

vulnificus (Wei, Musa, Sengm, Wee, and Shazili, 2008), sedangkan alkaloid

mampu menghambat pertumbuhan bakteri patogen seperti E.coli, P.putida,

B.cereus, Klebsiella sp., dan S.aureus (Singh, Swapnil, and Verma, 2011).

(66)

Pada uji aktivitas ini awalnya ekstrak daun mengkudu sebelum diformulasi menjadi bentuk sediaan gel, perlu diuji aktivitasnya terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui ada tidaknya aktivitas penyembuh luka dari ekstrak tersebut. Pengujian aktivitas ekstrak daun mengkudu ini digunakan sebagai orientasi untuk mengetahui seberapa besar kemampuan ekstrak daun mengkudu menyembuhkan luka sebelum diformulasi menjadi sediaan gel. Tikus jantan bergalur Wistar dijadikan sebagai hewan uji dalam pengujian aktivitas ini. Hasil perlakuan ekstrak dibandingkan dengan kontrol negatif sehingga diperoleh hasil pengurangan panjang luka.

(67)

menurut Garg et al. (2002) ialah viskositas sediaan sebesar 150-250 dPa.s. dan daya sebar sediaan sebesar 19,625 - 38,465 cm2. Selain itu, kedua formula tidak dipilih karena dikhawatirkan tidak efektif dalam menyembuhkan luka dengan alasan sediaan yang terlalu kental (viskositas besar) membuat penyebaran sediaan tidak merata (daya sebar kecil) pada kulit terluka pada saat diaplikasikan yang bisa menyebabkan zat-zat aktif yang merangsang penyembuhan luka sulit keluar dari basis sediaan sehingga efektivitas sediaan menjadi berkurang dan tidak berjalan sebagaimana mestinya. Formula I juga tidak dipilih dalam uji aktivitas walaupun memiliki sifat fisik yang memenuhi kualifikasi sediaan semi solid yang baik. Formula I tidak dipilih dengan alasan konsentrasi CMC-Na pada formula terlalu kecil sebagai agen pembentuk gel (< 3%) maka dikhawatirkan sediaan gel tidak akan menempel lama (waktu kontak gel dengan kulit terlalu singkat) setelah diaplikasikan pada tempat aksi dan mudah hilang sebelum zat aktif masuk ke target, sehingga formula II lebih dipilih. Formula II memiliki sifat fisik yang memenuhi kualifikasi sediaan semi solid yang baik menurut Garg et al. (2002) dan stabilitas fisiknya terbukti paling baik diantara formula lainnya.

(68)
[image:68.595.104.514.245.541.2]

2007). Pergerakan tikus (aktif dan pasifnya tikus) yang tak terkendali selama uji aktivitas dapat mempengaruhi kekuatan tarik luka yang berujung pada pengurangan luka yang dihasilkan. Hasil pengurangan luka tetap bisa dilihat dan diukur meskipun muncul deviasi pada hasil pengukuran yang disebabkan oleh pergerakan tikus yang tak terkendali. Pengurangan luka pada penelitian ini ditunjukkan dari adanya pengurangan panjang luka.

Gambar 9. Panjang luka terbuka insisi dari hari ke-1 sampai hari ke-7 pada uji aktivitas gel

(69)

daun mengkudu. Dari gambar 9 dapat disimpulkan bahwa gel ekstrak daun mengkudu memiliki kemampuan menyembuhkan luka paling besar. Kemampuan gel ekstrak daun mengkudu dalam menyembuhkan luka insisi lebih baik dibanding ekstrak daun mengkudu karena pengaruh bentuk sediaan yang mendukung cepatnya penyembuhan luka. Hal ini terjadi karena menurut Mallefet

and Dweck (2008) gel dengan jenis hidrogel memberikan kelembaban yang tinggi

[image:69.595.100.518.253.695.2]

sehingga kelembaban permukaan luka (tempat pengaplikasian gel) dapat terjaga. Kelembaban yang terjaga menyebabkan kulit terhidrasi dengan baik sehingga membuka rongga sel kulit dan senyawa aktif (flavonoid, triterpenoid, dan alkaloid) dalam sediaan dapat dengan mudah masuk ke dalam sel serta meningkatkan angiogenesis menyebabkan terjadinya pemulihan sel-sel yang rusak karena luka dapat berjalan baik sehingga proses penyembuhan luka terjadi lebih cepat. CMC-Na sebagai gelling agent juga berperan dalam mengabsorpsi eksudat luka (Rowe, et al., 2009) sedangkan propilen glikol sebagai humektan berperan dalam mempertahankan kelembaban pada sediaan dan memberikan kelembaban pada kulit, sehingga mendukung proses penyembuhan luka.

Tabel VIII. Pengurangan panjang luka uji aktivitas ekstrak dan gel ekstrak daun mengkudu

Pengurangan panjang luka (%)

Ekstrak Gel

Perlakuan (ekstrak) Kontrol tanpa perlakuan Perlakuan (gel ekstrak) Kontrol (-) (basis gel) Kontrol (+) (betadine®) 63,33  8,33 19,33  5,03 81,33  7,57 30,00 10,00 32,00  5,29

(70)

Hasil panjang luka tikus diukur pada hari ke-7 dan didapatkan hasil pengurangan panjang luka yang ditunjukkan pada tabel VIII. Pada tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun mengkudu memiliki aktivitas menyembuhkan luka lebih baik dibanding kontrol negatif yaitu sebesar 63,33 %. Ekstrak daun mengkudu memiliki kemampuan menyembuhkan luka tiga kali lebih cepat apabila dibandingkan dengan kontrol negatif (tanpa ekstrak). Hasil analisis statistik menggunakan uji T diperoleh untuk mengetahui pengaruh ekstrak daun mengkudu dalam penyembuhan luka. Hasil yang didapatkan ialah nilai p

value sebesar 0,003 (p value < 0,05), hal ini membuktikan ada pengaruh

signifikan antara hasil pengurangan panjang luka perlakuan ekstrak daun mengkudu dengan kontrol negatif (Lampiran 14). Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak daun mengkudu memiliki efek atau aktivitas dalam menyembuhkan luka.

Pada tabel VIII juga ditunjukkan hasil pengurangan panjang luka dengan perlakuan gel. Dari tabel diperoleh data bahwa gel ekstrak daun mengkudu memiliki hasil pengurangan panjang luka paling besar dibanding kelompok kontrol. Hal ini membuktikan bahwa sediaan gel ekstrak daun mengkudu memiliki kemampu

Gambar

Tabel I. Formula gel hasil orientasi ...............................................................
Gambar 1. Struktur CMC-Na (Rowe et al., 2009)
Tabel I. Formula gel hasil orientasi
grafik. Data yang didapatkan dari hasil pengujian dianalisis menggunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memformulasikan ekstrak buah mengkudu dalam bentuk sediaan gel yang baik dan mengetahui efek penyembuhan luka bakar dari sediaan gel..

Bagaimana pengaruh variasi konsentrasi gelling agent CMC-Na terhadap viskositas dalam formulasi sediaan gel lendir bekicot (Achatina fulica) dan kecepatan penyembuhan luka bakar

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan perbandingan jumlah gelling agent CMC Na dan humektan propilen glikol, menentukan faktor yang dominan pada gel

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi jumlah CMC-Na dan propilenglikol serta interaksi keduanya terhadap sifat fisik cooling gel ekstrak daun petai cina,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi jumlah CMC-Na dan propilenglikol serta interaksi keduanya terhadap sifat fisik cooling gel ekstrak daun petai cina,

Gelling agent dan humectant sangat berperan penting dalam sifat fisik gel, yaitu peningkatan jumlah gelling agent pada sediaan gel dapat menyebabkan peningkatan viskositas

'Pengaruh Penambahan Konsentrasi CMC-Na sebagai Gelling Agent pada Sediaan Sunscreen Gel Ekstrak Temugiring (Curcuma heyneana Val.) terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Sediaan

Berdasarkan hasil pengujian mutu fisik sediaan gel ekstrak kulit bawang merah dengan variasi konsentrasi gelling agent CMC-Na yang meliputi uji organoleptis, uji