• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan di Industri Penggergajian CV. Mitra Leveransir, Tebing Tinggi, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) terhadap Kinerja Karyawan di Industri Penggergajian CV. Mitra Leveransir, Tebing Tinggi, Sumatera Utara"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI

INDUSTRI PENGGERGAJIAN

CV. MITRA LEVERANSIR, TEBING TINGGI, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

HARDO DANIEL HUTABARAT 161201131

PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022

(2)

ii

PENGARUH KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA (K3) TERHADAP KINERJA KARYAWAN DI

INDUSTRI PENGGERGAJIAN

CV. MITRA LEVERANSIR, TEBING TINGGI, SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Oleh:

HARDO DANIEL HUTABARAT 161201131

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan di Fakultas Kehutanan

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

FAKULTAS KEHUTANAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2022

(3)

i

(4)

ii

PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertanda tangan di bawah ini

:

Nama : Hardo Daniel Hutabarat

NIM : 161201131

Judul Skripsi : Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Di Industri Penggergajian CV. Mitra Leveransir, Tebing Tinggi, Sumatera Utara

menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya sendiri. Pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan skripsi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.

Medan, April 2022

Hardo Daniel Hutabarat 161201131

(5)

iii

ABSTRAK

HARDO DANIEL HUTABARAT. Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Di Industri Penggergajian CV. Mitra Leveransir, Tebing Tinggi, Sumatera Utara di bimbing oleh MUHDI.

Perkembangan dunia industri tentu diikuti dengan peningkatan produktifitas kerja karyawan. Perusahaan yang menyadari pentingnya produktivitas kerja karyawan akan selalu memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan salah satunya program K3.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terhadap kegiatan pengergajian kayu di Industri Penggergajian CV. Mitra Leveransir Wood, Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif berupa kuisioner dan menggunakan teknik analisis regresi berganda dibantu dengan program SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel kesehatan kerja dan keselamatan kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan di CV. Mitra Leveransir Wood sebesar 67.1% sementara sisanya dipengaruhi oleh faktor lain diluar dari penelitian ini.

Kata kunci: kesehatan kerja, keselamatan kerja, kinerja karyawan, penggergajian

(6)

iv

ABSTRACT

HARDO DANIEL HUTABARAT. The Effect of Occupational Health and Safety (K3) on Employee Performance in the Sawmill Industry CV. Leveransir Partners, Tebing Tinggi, North Sumatra guided by MUHDI.

The development of the industrial world is certainly followed by an increase in employee productivity. Companies that realize the importance of employee work productivity will always pay attention to factors that affect employee productivity levels, one of which is the K3 program. The purpose of this study was to analyze the effect of occupational health and safety (K3) on sawmill activities in the Sawmill Industry CV. Mitra Leveransir Wood, Tebing Tinggi, North Sumatra. This study uses descriptive analysis with a quantitative approach in the form of questionnaires and uses multiple regression analysis techniques assisted by the SPSS program.

The results showed that the variables of occupational health and safety had a significant effect on employee performance at CV. Mitra Leveransir Wood is 67.1%

while the rest is influenced by other factors outside of this study.

Keywords: occupational health, work safety, employee performance, sawing

(7)

v

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tebing Tinggi pada tanggal 5 November 1998. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara dari sepasang orang tua yang bernama Sinton Hutabarat sebagai ayah dan Ibu yang bernama Berliana Silitonga. Adapun pendidikan formal yang penulis tempuh bermula dari sekolah tingkat dasar di SD Negeri 163080 Tebing Tinggi pada tahun 2004-2010, pendidikan sekolah tingkat menengah pertama di SMP Negeri 1 Tebing Tinggi pada tahun 2010-2013, pendidikan tingkat sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Tebing Tinggi pada tahun 2013-2016. Pada tahun 2016, penulis melanjutkan pendidikan Sarjana melalui jalur UMB dan diterima di Program Studi Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.

Penulis memilih minat Manajemen Hutan. Semasa menjadi mahasiswa, penulis aktif dalam beberapa organisasi di kampus. Organisasi yang diikuti penulis dikampus adalah HIMAS-USU (Himpunan Mahasiswa Sylva Indonesia Kehutanan USU) sejak tahun 2017.

Semasa kuliah penulis telah mengikuti Praktik Pengenalan Ekosistem Hutan (P2EH) di Kawasan Hutan Mangrove, Desa Lubuk Kertang, Kec. Brandan Barat, Kab. Langkat pada tanggal 10-19 Juli 2018. Pada tanggal 1-30 Juli 2019 penulis juga telah menyelesaikan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Yayasan Pesona Tropis Alam Indonesia (PETAI). Pada tahun 2021 penulis melaksanakan penelitian dengan judul “Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Di Industri Penggergajian CV. Mitra Leveransir, Tebing Tinggi, Sumatera Utara” yang pada awalnya dibimbing oleh Bapak Dr. Ir. Muhdi, S.Hut., M.Si., IPU

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas Berkat dan Rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Adapun skripsi yang dibuat berjudul “Pengaruh Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Terhadap Kinerja Karyawan Di Industri Penggergajian CV. Mitra Leveransir, Tebing Tinggi, Sumatera Utara” yang dilaksanakan pada bulan Juni sampai Agustus 2021 dan disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan pada Fakultas Kehutanan Universitas SumateraUtara.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Maka penulis menyampaikan banyak terimakasih kepada pihak-pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini terutama kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Muhdi, S.Hut., M.Si., IPU sebagai pembimbing utama yang telah membimbing dan memberikan arahan kepada penulis selama penyusunan skripsi dan kepada Bapak Onrizal, S.Hut., M.Si., Ph.D., Ibu Harisyah Manurung, S.Hut., M.Si. dan Ibu Ridahati Rambey, S.Hut., M.Si.

selaku dosen penguji sidang meja hijau skripsi saya yang telah membimbing dan memeberikan masukan maupun saran kepada penulis dalam dalam menyelesaikan skripsi ini

2. Kedua orang tua serta keluarga yang memberikan kasih sayang, dukungan moril dan materil serta doa yang diucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa untuk penulis.

3. Sahabat dan rekan-rekan seperjuangan di Fakultas Kehutanan khususnya Hut D stambuk 2016 untuk dukungan dan kerjasamanya selama ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas segala kebaikan yang telah diberikan dengan melimpah Rahmat serta Karunia-Nya kepada kita semua. Dalam penyajian skripsi ini penulis menyadari masih belum mendekati kesempurnaan, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai bahan masukan yang bermanfaat demi perbaikan dan peningkatan diri dalam bidang ilmu pengetahuan.

Medan, April 2022

Hardo Daniel Hutabarat

(9)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ORISINALITAS ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

RIWAYAT HIDUP ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2Tujuan ... 3

1.3 Kegunaan Penelitian... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Industri Penggergajian ... 4

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 5

2.3 Penyakit akibat Kerja ... 7

2.4 Kecelakaan Kerja ... 8

2.5 Risiko ... 10

2.6 APD (Alat Pelindung Diri)... 11

2.7 Kinerja Karyawan ... 12

2.8 Skala Likert ... 14

2.9 Penelitian Terdahulu ... 15

III. METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.2 Alat dan Bahan ... 17

3.3 Prosedur Penelitian... 17

3.3.1 Pemilihan Responden ... 17

3.3.2 Pengumpulan Data ... 18

3.3.3 Analisis Data ... 19

3.3.4 Skala Pengukuran ... 19

3.3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 20

3.3.5.1 Uji Validitas ... 20

3.3.5.2 Uji Reliabilitas ... 20

(10)

viii

3.3.6 Uji Asumsi Klasik ... 21

3.3.6.1 Uji Normalitas ... 21

3.3.6.2 Uji Multikolinieritas ... 22

3.3.6.3 Uji Heteroskedastisitas ... 22

3.3.7 Uji Hipotesis ... 22

3.3.7.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F) ... 23

3.3.7.2 Uji Signifikan Parsial (Uji T). ... 24

3.3.7.3 Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 24

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum dan Visi Misi Perusahaan ... 25

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 25

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ... 25

4.2 Karakteristik Responden ... 26

4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 27

4.3.1 Uji Validitas ... 27

4.3.2 Uji Reliabilitas ... 29

4.4 Analisis Deskriptif Variabel ... 29

4.4.1 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kesehatan Kerja (X1) ... 30

4.4.2 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keselamatan Kerja (X2) ... 31

4.4.3 Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja Karyawan (Y) ... 33

4.5 Uji Asumsi Klasik ... 34

4.5.1 Uji Normalitas ... 34

4.5.2 Uji Multikolinieritas ... 34

4.5.3 Uji Heteroskedastisitas ... 35

4.6 Uji Hipotesis ... 36

4.6.1 Uji Regresi Berganda ... 36

4.6.2 Uji Signifikasi Simultan (Uji F) ... 36

4.6.3 Uji Signifikasi Parsial (Uji T) ... 37

4.6.4 Uji Determinasi (R2) ... 38

4.7 Pembahasan ... 39

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 42

5.2 Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

LAMPIRAN ... 47

(11)

ix

DAFTAR TABEL

No Teks Halaman

1. Alternatif Jawaban dan Bobot Nilai ... 14

2. Tetapan Nilai Terhadap Pilihan Jawaban Responden ... 20

3. Kategori Rata-Rata ... 20

4. Karakteristik Responden ... 26

5. Hasil Uji Validitas ... 28

6. Hasil Uji Reliabilitas ... 29

7. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kesehatan Kerja (X1) ... 30

8. Deskripsi Nilai Rata-Rata Variabel Kesehatan Kerja (X1)... 31

9. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Keselamatan Kerja (X2) .. 31

10. Deskripsi Nilai Rata-Rata Variabel Keselamatan Kerja ... 32

11. Distribusi Jawaban Responden Terhadap Variabel Kinerja Karyawan (Y) ... 33

12. Deskripsi Nilai Rata-Rata Variabel Kinerja Karyawan ... 33

13. Deskripsi Nilai Rata-Rata ... 34

14. Uji Normalitas ... 34

15. Uji Multikolinieritas ... 35

16. Uji Heteroskedastisitas ... 35

17. Uji Regresi Berganda ... 36

18. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 37

19. Uji Signifikan Parsial (Uji T) ... 37

20. Uji Determinasi ... 38

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Teks Halaman 1. Kuisioner Penelitian ... 47 2. Data Penelitian ... 51 3. Dokumentasi Penelitian ... 53

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selama ini kayu masih dianggap sebagai hasil utama dari hutan tropis Indonesia, khususnya di luar pulau Jawa. Kebutuhan dasar manusia akan bahan dan pelalatan yang berasal dari kayu, dari waktu ke waktu terus bertambah. Kebutuhan bahan kayu untuk perumahan, perusahaan perkayuan, industri turunan kayu, dan beberapa industri lainnya yang memanfaatkan kayu dari hari ke hari semakin besar.

Di sisi lain, pemanfaatan, pemanenan dan pengeloaan sumber daya hutan, baik hutan alam (hutan tropis Indonesia) dan hutan tanaman industri (jati, pinus, damar atau akasia) perlu dilakukan untuk menambah penghasilan negara (devisa), menciptakan lapangan kerja dan kegiatan berusaha atau investasi. Pemanfaatan sumber daya hutan tersebut juga untuk meningkatkan nilai tambah dari sumber daya alam yang terbaharukan ini.

Industri penggergajian disamping berperan kewajiban untuk mengolah hasil hutan kayu, industri penggergajian kayu berperan dalam menciptakan lapangan kerja dan menciptakan iklim berusaha, menyediakan bahan baku kayu untuk industri kayu, dan menghasilkan uang atau devisa untuk pembangunan. Pada bagian lain, industri penggergajian juga berperan dalam menyukseskan pembangunan nasional, khususnya penyediaan kayu untuk industri perumahan dan perusahan-perusahaan kayu lanjutan lainnya. Kewajiban dan peran dari industri penggergajian kayu tersebut, berlaku di luar pulau Jawa, seperti sumatera, kalimantan, Papua, dan lainnya dan di pulau Jawa.

Konsumsi kayu gergajian dalam negeri yang terbesar adalah untuk bahan baku industri maupun kebutuhan perumahan, baik untuk furniture (mebel), panel maupun fungsi struktural (konstruksi). Konsumsi kayu gergejian tersebut terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk. Kebutuhan kayu untuk industri perkayuan di Indonesia diperkirakan sebesar 70 juta m3 per tahun dengan kenaikan rata-rata sebesar 14,2 % per tahun, sedangkan produksi kayu bulat

(14)

diperkirakan hanya sebesar 25 juta m3 per tahun, dengan demikian terjadi defisit sebesar 45 juta m3. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya daya dukung hutan sudah tidak dapat memenuhi kebutuhan kayu baik untuk kebutuhan individu (perumahan) maupun kebutuhan industri.

Dunia industri sekarang berkembang pesat termasuk ditanah air. Hal ini tentunya berdampak positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Bisnis yang sarat akan persaingan sekarang ini menimbulkan berbagai cara bagi perusahaan untuk meningkatkan produktivitas. Salah satu cara yang dilakukan adalah upaya peningkatan produktivitas karyawan. Tidak dapat dipungkiri bahwa, teknologi mutakhir sangat lebih dari menunjang produktivitas, akan tetapi bagaimanapun juga motor penggerak teknologi tetaplah manusia (karyawan).

Perusahaan yang menyadari pentingnya produktivitas kerja karyawan akan selalu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat produktivitas kerja karyawan salah satunya program K3. sejalan dengan pemikiran-pemikiran yang ada dewasa ini menuntut perlunya kenyamanan dan keamanan manusia bekerja. Pemikiran ini dilandasi oleh filosofi manusia sebagai motor penggerak tadi atau titik sentral dalam pembangunan nasional untuk mencapai tingkat kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik, baik material maupun spiritual.

Kecelakaan kerja di industri sangat sering terjadi. Terdapat banyak pekerja yang mengalami cedera akibat pekerjaan tiap harinya. Cedera akibat pekerjaan merupakan faktor resiko utama pada kesehatan pekerja, yang mengakibatkan dampak negatif pada kesehatan, sosial dan ekonomi pekerja.

Berdasarkan penelitian terdahulu kepastian Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan berdampak positif pada produktivitas kerja karyawan (Aini, 2021). Jika karyawan merasa puas dengan kondisi kerja mereka maka karyawan akan cenderung semangat dalam bekerja. Uraian tadi mendorong peneliti untuk melihat identifikasi sejauh mana Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Karyawan terutama pada di Industri Penggergajian CV. Mitra Leveransir Wood mengingat CV. Mitra Leveransir Wood merupakan salah satu perusahaan

(15)

penggergajian kayu di Medan agar menjadi studi penelitian terutama dibidang pengolahan kayu.

1.2 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kesehatan dan keselamatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan pada kegiatan pengergajian kayu di Industri Penggergajian CV. Mitra Leveransir Wood, Tebing Tinggi, Sumatera Utara.

1.3 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Dapat di gunakan oleh Pemerintah atau instansi Pemerintahan yang bersinggungan dengan Ketenagakerjaan untuk pengawasan.

2. Dapat digunakan sebagai sumbangan pengetahuan mengenai pengaruh keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terhadap kinerja karyawan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Dapat di gunakan untuk pihak-pihak yang membutuhkan untuk penelitian lanjutan di dalam bidang penelitian serupa sebagai bahan referensi.

(16)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Penggergajian

Menurut Nuryawan (2008) kegiatan mengkonversi pohon menjadi ukuran sortimen-sortimen kayu tertentu dengan cara menggergaji log searah panjang pohon merupakan aktivitas utama dalam penggergajian. Sortimen-sortimen kayu tersebut dalam Bahasa Inggris disebut sebagai lumber, dimana produk turunannya kita kenal sebagai kaso (joist), papan (plank), balok (beam), gelegar (stringer), tiang (post and timber), dan lain-lain.

Penggergajian kayu termasuk dalam bagian dari proses awal di mana kayu bulat (log) mulai diolah untuk menghasilkan kayu gergajian (sawn timber). Kayu log sering juga dinamakan dengan kayu penghara (rawmaterial), kayu bulat, atau dolog. Pada intinya proses penggergajian kayu, hanya melibatkan dua proses utama, yaitu proses memotong (cutting) dan membelah (ripping). Bahan baku utama dari suatu industri penggergajian kayu adalah kayu bulat, dan menghasilkan produk akhir yang berupa kayu juga, hanya berbeda ukuran, bentuk, dan kenampakkan (penampilan). Oleh karenanya, proses penggergajian kayu sering dinamakan juga sebagai pengkonversian kayu, yaitu dari kayu bulat ke bentuk lain, seperti balok, papan lebar (papan) dan papan tebal (balok). Karena proses pengkonversian tersebut menggunakan gergaji, maka kegiatan tersebut dinamakan dengan penggergajian kayu. Sedangkan produk-produk dari pengergajian kayu dinamakan kayu gergajian (Wahyudi, 2013).

Industri perkayuan di Indonesia ada tiga macam industri kayu yang secara dominan mengkonsumsi kayu dalam jumlah relatif besar, yaitu penggergajian, vinir/kayu lapis dan pulp/kertas. Masalah yang timbul adalah limbah penggergajian yang kenyataannya dilapangan masih ada yang di tumpuk sebagian dibuang ke aliran sungai (pencemaran air), atau dibakar secara langsung (ikut menambah emisi karbon di atmosfir). Dengan asumsi bahwa jumlah limbah yang terbentuk 54.24 persen dari produksi total maka dihasilkan limbah penggergajian sebanyak 1.4 juta

(17)

m3 per tahun; angka ini cukup besar karena mencapai sekitar separuh dari produksi kayu gergajian (Sutarman, 2013).

Industri penggergajian kayu menghasilkan limbah sebesar 40,48 % volume, terdiri atas sebetan (22,32 %), potongan kayu (9,39 %) dan serbuk gergaji (8,77 %). Sedangkan limbah industri kayu lapis sebesar 54,81 % volume dengan rincian potongan dolok (3,69 %), sisa kupasan dolok (18,25 %), venir basah (8,50

%), penyusutan (3,69 %), venir kering (9,60 %), pengurangan tebal (venir kering) (1,90 %), potongan tepi kayu lapis (3,90 %), serbuk gergaji (2,2 %) dan debu kayu lapis (3,07 %). Pemanfaatan pada kedua jenis limbah tersebut antara lain sebagai bahan bakar, inti papan blok, papan blok, papan partikel, dan sambungan venir inti, atau venir belakang kayu lapis (Purwanto, 2009).

Dalam industri penggergajian kayu dan kayu lapis, dimana dolok/kayu bulat/gelondongan diolah menjadi produk kayu gergajian dan kayu lapis dengan berbagai bentuk dan ukuran, saat proses pengolahan kayu bulat dihasilkan berbagai jenis limbah. Menurut (Purwanto, 2009), yang dimaksud dengan limbah adalah sisa-sisa atau bagian-bagian kayu yang dianggap tidak ekonomis lagi dalam suatu proses, waktu, dan tempat tertentu, akan tetapi mungkin masih dapat dimanfaatkan pada proses, tempat, dan waktu yang berbeda.

2.2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif (PP No. 50 Tahun 2012).

Berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 86 ayat (1) Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas keselamatan dan kesehatan kerja, moral dan kesusilaan dan perlakuan yang sesuai

(18)

dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama. Dan pada ayat (2) untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja.

Kesehatan (Health) berarti derajat/ tingkat keadaan fisik dan psikologi individu/seseorang (the degree of physiological and psychological wellbeing of the individual).Kesehatan Kerja merupakan suatu ilmu untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja yang diwujudkan melalui pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan asupan makanan yang bergizi (Jerusalem dan Khayati, 2010).

Keselamatan kerja menyangkut semua proses produksi dan distribusi baik itu barang maupun jasa. Keselamatan kerja merupakan tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta masyarakat pada umumnya. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat, dan kematian sebagai akibat dari kecelakaan.

Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.

Kecelakaan selain menjadi hambatan langsung, juga merugikan secara tidak langsung yakni kerusakan mesin dan peralatan kerja, terhentinya proses produksi untuk beberapa saat, kerusakan pada lingkungan kerja, dan lain-lain. Keselamatan kerja juga meliputi penyediaan alat pelindung diri (APD), perawatan mesin, serta pengaturan jam kerja yang manusiawi. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan hal yang penting dan harus mendapatkan perhatian serius. Perhatian dunia internasional terhadap keselamatan dan kesehatan kerja semakin tinggi sejak lahirnya Occupational and Safety Management Systems atau sering disingkat dengan OHSAS 18001: 1999 diterbitkan oleh British Standard International (BSI) dan badan-badan sertifikasi dunia yang berisi standar manajemen K3 (Wulandari, 2018).

Menurut Samahati (2020), Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya, dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budaya untuk menuju masyarakat adil dan makmur. Kesehatan dan

(19)

Keselamatan Kerja diartikan sebagai bidang kegiatan yang ditujukan untuk mencegah semua jenis kecelakaan yang ada kaitannya dengan lingkungan dan situasi kerja. Kesehatan dan Keselamatan Kerja di filosopikan sebagai suatu pemikiran serta upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasil karya dan budayanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Dalam Kesehatan dan Keselamatan Kerja, ada tiga norma yang selalu harus dipahami, yaitu:

1) Aturan berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja 2) Diterapkan untuk melindungi tenaga kerja

3) Risiko kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

2.3 Penyakit akibat Kerja

Penyakit akibat kerja adalah penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan, alat kerja, bahan, proses maupun lingkungan kerja. Sejalan dengan hal tersebut, terdapat pendapat lain yang menyatakan bahwa penyakit akibat kerja (PAK) ialah gangguan kesehatan baik jasmani maupun rohani yang ditimbulkan ataupun diperparah karena aktivitas kerja atau kondisi yang berhubungan dengan pekerjaan (Alam, 2019).

Terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat menjadi penyebab PAK, faktor-faktor tersebut umum terjadi di tempat kerja, berikut beberapa jenis yang digolongkan berdasarkan penyebab dari penyakit yang ada di tempat kerja. Faktor yang merupakan penyebab terjadinya kecelakaan pada umumnya dapat diakibatkan oleh 4 faktor penyebab utama (Husni, 2003) yaitu :

1. Faktor manusia yang dipengaruhi oleh pengetahuan, ketrampilan, dan sikap.

2. Faktor material yang memiliki sifat dapat memunculkan kesehatan atau keselamatan pekerja.

3. Faktor sumber bahaya yaitu: Perbuatan berbahaya, hal ini terjadi misalnya karena metode kerja yang salah, keletihan/kecapekan, sikap kerja yang tidak sesuai dan sebagainya; Kondisi/keadaan bahaya, yaitu keadaan yang tidak

(20)

aman dari keberadaan mesin atau peralatan, lingkungan, proses, sifat pekerjaan.

4. Faktor yang dihadapi, misalnya kurangnya pemeliharaan/perawatan mesin/peralatan sehingga tidak bisa bekerja dengan sempurna.

2.4 Kecelakaan Kerja

Word Health Organization (WHO) mendefinisikan kecelakaan kerja sebagai suatu kejadian yang tidak dapat dipersiapkan penanggulangan sebelumnya, sehingga menghasilkan cidera yang riil. Kecelakaan kerja adalah kejadian tak terduga dan tidak diharapkan. Tak terduga, oleh karena dibelakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan, lebih-lebih dalam bentuk perencanaan. Maka dari itu, peristiwa sabotase atau tindakan kriminal diluar ruang lingkup kecelakaan yang sebenarnya. Tidak diharapkan, oleh karena peristiwa kecelakaan disertai kerugian material ataupun penderitaan dari yang paling ringan sampai kepada yang paling berat.

Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang jelas tidak dikehendaki, sering kali tidak terduga semula yang dapat menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya. Kecelakaan kerja merupakan risiko yang dihadapi oleh setiap tenaga kerja yang melakukan pekerjaan dengan kerugian tidak hanya korban jiwa dan materi bagi pekerja, serta pengusaha, tetapi juga dapat mengganggu proses produksi secara keseluruhan dan merusak lingkungan yang pada akhirnya berdampak langsung dengan masyarakat sekitar (Hamsiah, 2013).

Berdasarkan Wahyuni dan Andayani (2020) sebuah studi yang dikumpulkan menunjukkan bahwa pekerja industri yang pernah mengalami kecelakaan kerja sebanyak 29,9% dengan cedera sendi pinggul-tungkai atas (40,2%), kepala (24,8%) dan pergelangan tangan (14,3%). Luka akibat kerja adalah luka terbuka (37,2%), lecet (29,6%) dan cedera mata (14,8%). Kecelakaan kerja sering terjadi pada jenis industri baja (11,2%) yaitu mata kemasukan benda (gram) (10%), industri spare part (8,2%) yaitu tertusuk (6,1%) dan industri

(21)

garmen (3,7%) yaitu tertusuk (43,1%). Suatu studi yang menganalisis kecelakaan akibat kerja di Indonesia menunjukkan bahwa jenis kecelakaan kerja yang terjadi adalah listrikan tegangan tinggi (115 kasus), diikuti jatuh dari ketinggian (91 kasus) dan tertimpa benda (83 kasus). Penyebab kecelakaan akibat tindakan tidak aman sebesar 61% dan kondisi tidak aman 39%. Paling kecelakaan dapat dikategorikan fatal (68%), serius (16%) dan katastropik (14%).

Pada UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 172 Pekerja/buruh yang mengalami sakit berkepanjangan, mengalami cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 (dua belas) bulan dapat mengajukan pemutusan hubungan kerja dan diberikan uang pesangon 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (2), uang penghargaan masa kerja 2 (dua) kali ketentuan Pasal 156 ayat (3), dan uang pengganti hak 1 (satu) kali ketentuan Pasal 156 ayat (4).

Penyebab dari kecelakaan kerja bisa datang kapan, di mana dan kepada siapa saja, terhadap yang beresiko mengalami kecelakaan kerja yang ditimbulkan karena faktor kesengajaan atau tidak. Dari sebuah Modul tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Tempat Kerja bahwa, potensi bahaya keselamatan dan kesehatan kerja dapat di mana dan kepada siapa saja. Resiko bisa berakibat fatal atau hanya kecelakaan kecil, tergantung pada tingkat peluang bahaya yang ada.

Penyebab dari gangguan kesehatan dan keselamatan kerja dikarenakan suatu bahaya kesehatan akan muncul apabila seseorang kontak dengan sesuatu yang dapat menyebabkan gangguan atau kerusakan bagi tubuh ketika terjadi pekerjaan yang berlebih. Bahaya kesehatan dapat menyebabkan penyakit yang disebabkan oleh pekerjaan suatu sumber bahaya di tempat kerja. Potensi bahaya kesehatan biasanya berasal dari lingkungan kerja diantaranya faktor kimia, faktor fisik, faktor biologi, faktor ergonomis, dan faktor psikologi. Maka dari itu Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangat penting untuk kepentingan diri sendiri dan lingkungan tempat kita bekerja (Tampubolon, 2020).

(22)

2.5 Risiko

Definisi risiko menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah akibat yang kurang menyenangkan (merugikan, membahayakan) dari suatu perbuatan atau tindakan. Menurut Ramli (2010), risiko K3 adalah risiko yang berkaitan dengan sumber bahaya yang timbul dalam aktivitas bisnis yang menyangkut aspek manusia, peralatan, material, dan lingkungan kerja. Risiko adalah peluang terjadinya sesuatu yang akan mempunyai dampak terhadap sasaran, diukur dengan hukum sebab akibat. Risiko diukur berdasarkan nilai probability dan consequences. Konsekuensi atau dampak hanya akan tejadi bila ada bahaya dan kontak atau exposure antara manusia dengan peralatan ataupun material yang terlibat dalam suatu interaksi.

Berdasarkan Wiratmani (2010) Kesalahan dalam menggunakan sarana, dalam hal ini adalah peralatan, bisa berdampak negative seperti kecelakaan kerja, kebakaran, pencemaran lingkungan serta penyakit yang disebabkan karena pekerjaan. Bahaya-bahaya tersebut akan menimbulkan kerugiaan jiwa, material, bahkan masyarakat luas. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka sudah sewajarnya suwatu perusaan memperhatikan masalah Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

Menurut Kolluru (1996) ada 5 macam tipe risiko, yaitu :

1. Risiko Keselamatan Risiko keselamatan memiliki probabilitas rendah, tingkat paparan dan konsekuensi tinggi, bersifat akut, dan jika terjadi kontak akan langsung terlihat efeknya. Penyebab risiko keselamatan lebih dapat diketahui serta lebih berfokus pada keselamatan manusia dan pencegahan kecelakaan di tempat kerja.

2. Risiko Kesehatan Risiko kesehatan memiliki probabilitas tinggi, tingkat paparan dan konsekuensi rendah, dan bersifat kronis.Penyebab risiko kesehatan sulit diketahui serta lebih berfokus pada kesehatan manusia.

3. Risiko Lingkungan dan Ekologi Risiko lingkungan dan ekologi melibatkan interaksi yang beragam antara populasi, komunitas.Fokus risiko lingkungan

(23)

dan ekologi lebih kepada dampak yang ditimbulkan terhadap habitat dan ekosistem yang jauh dari sumber risiko.

4. Risiko Finansial Risiko finansial memiliki risiko jangka panjang dan jangka pendek dari kerugian properti terkait dengan perhitungan asuransi dan pengembalian asuransi.Fokus risiko finansial lebih kepada kemudahan pengoperasian dan aspek keuangan.

5. Risiko Terhadap Masyarakat Risiko terhadap masyarakat memperhatikan pandangan masyarakat terhadap kinerja organisasi dan produksi, semua hal pada risiko terhadap masyarakat terfokus pada penilaian dan persepsi masyarakat.

2.6 APD (Alat Pelindung Diri)

Alat Pelindung Diri adalah suatu alat yang dipakai oleh tenaga kerja dengan maksud menekan ataumengurangi penyakit akibat kerja dan kecelakaan kerja.Menurut ILO (2013) Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja dari bahaya di tempat kerja (ILO, 2013). Menurut OSHA atau Occupational Safety and Health Administration, personal protective equipment atau alat pelindung diri (APD) didefinisikan sebagai alat yang digunakan untuk melindungi pekerja dari luka atau penyakit yang diakibatkan oleh adanya kontak dengan bahaya di tempat kerja, baik yang bersifat kimia, biologis, radiasi, fisik, elektrik, mekanik dan lainnya.

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu cara untuk menghindari bahaya kecelakaan. APD adalah seperangkat alat kerja yang digunakan oleh tenaga kerja untuk melindungi seluruh atau sebagian tubuhnya dari adanya kemungkinan potensi bahaya untuk kecelakaan kerja. APD tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh tetapi akan mengurangi tingkat keparahan kecelakaan yang terjadi. Meskipun telah menggunakan alat pelindung diri usaha pencegahan secara teknis adalah yang paling utama oleh karena itu manfaat yang pokok pada penggunaan APD yaitu untuk menghindari dan mengurangi terjadinya kecelakaan atau gangguan kesehatan

(24)

tenaga kerja yang membawa implikasi yang positif bagi karyawan dan perusahaan (Indrayani dan Sukmawaty, 2018).

Indonesia sebagai negara yan terbuka dalam pergaulan internasional tidak dapat menghindarkan diri dari pengaruh globalisasi, sehingga globalisasi harus disikapi dengan cermat oleh dunia usaha Indonesia karena salah satu kunci untuk menjawab tantangan perkembangan global adalah sumber daya manusia yang berkualitas. Seiring dengan sumber daya yang berkualitas, efisiensi perusahaan pun harus diupayakan, diantaranya dengan penggunaan Alat Pelindung Diri (APD).

Terjadinya kecelakaan kerja tentu saja menjadikan masalah yang besar bagi kelangsungan sebuah perusahaan. Kerugian yang di derita tidak hanya berupa kerugian materi yang cukup besar namun lebih dari itu adalah timbulnya korban jiwa yang tidak sedikit jumlahnya. Kehilangan sumber daya manusia ini merupakan kerugian yang sangat besar karena manusia adalah satu-satunya sumber daya yang tidak dapat digantikan oleh teknologi apapun.

Berdasarkan UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pemberi kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dalam mempekerjakan tenaga kerja wajib memberikan perlindungan yang mencakup kesejahteraan, keselamatan, dan kesehatan baik mental maupun fisik tenaga kerja.

2.7 Kinerja Karyawan

Menurut UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat.

Setiap dari diri manusaia pasti telah memiliki potensi untuk melakukan segala kegiatan atau aktivitas hal ini secara naluri telah ada sejak manuasia lahir.

Potensi untuk berperilaku tertentu itu disebut ability (kemampuan) sedangkan ekspresi dan potensi lain dikenal sebagai performance (kinerja). Menurut Gultom (2015) kinerja adalah hasil kerja yang dapat di capai oleh seseorang atau dari kelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

(25)

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan norma maupun etika. Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu:

a. Human performance atau bahasa lainnya adalah penampilan seseorang.

Penampilan juga berpengaruh terhadap kinerja, seseorang yang memiliki penampilan rapi dan teratur akan berpengaruh terhadap kinerjanya.

b. Motivasi merupakan suatu dorongan seseorang untuk melakukan sesuatu aktivitas atau pekerjaan. Seseorang yang memiliki motivasi yang kuat atau tinggi maka bisa dikatakan hasil kerjanya juga akan lebih baik dibandingkan dengan seseorang yang bekerja dengan motivasi yang rendah.

c. Ability atau kemampuan adalah suatu hal juga turut mempengaruhi kinerja seseorang. Bagaimanapun kinerja seseorang akan meningkatapabila didukung oleh kemampuan yang memadai. Adalah suatu hal yang mustahil menginginkan hasil kerja yang optimal tapi tidak didukung oleh kemampuan yang memadai

Penilaian kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan.

Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan seseorang sepatutnya memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan (Hasibuan, 2017).

Menurut Yani (2012) Suatu perusahaan melakukan penilaian kinerja didasarkan pada 2 alasan pokok, yaitu : 1. Manajer memerlukan evaluasi yang obyektif terhadap kinerja karyawan pada masa lalu yang digunakan untuk membuat keputusan di bidang SDM dimasa yang akan datang. 2. Manajer memerlukan alat yang memungkinkan untuk membantu karyawan memperbaiki kinerja, merencanakan pekerjaan, mengembangkan kemampuan dan keterampilan untuk perkembangan karier dan memperkuat hubungan antar manajer yang bersangkutan

(26)

dengan karyawannya. Dalam melakukan penilaian kinerja terdapat beberapa indikator yang mempengaruinya. Menurut Sumaki et al., (2015), Kinerja karyawan ialah hasil kerja yang dapat dicapai oleh karyawan dalam suatu perusahaan sesuai wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka mencapai tujuan perusahaan tersebut.Adapun Indikator dalam melakukan penilaan kerja yaitu:

1. Pekerja mampu bekerja sesuai target.

2. Proyek dikerjakan sesuai dengan kurun waktu yang ditentukan.

3. Tidak adanya kecelakaan kerja di lingkungan kerja.

4. Tidak adanya kesalahan dalam melakukan pekerjaan.

5. Pekerja memperhatikan keselamatan dalam menjalankan pekerjaannya dan pekerja hadir (masuk) sesuai dengan jadwal kerja.

2.8 Skala Likert

Menurut Sugiyono (2017), skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, persepsi seseorang atau kelonpok tentang fenomena sosial. Skala Likert ini digunakan dalam pengisian kuesioner. Data yang telah terkumpul melalui angket, kemudian penulis olah ke dalam bentuk kuantitatif, yaitu dengan cara menetapkan skor jawaban dari pernyataan yang telah dijawab oleh responden, dimana pemberian skor tersebut didasarkan pada ketentuan jumlah jawaban.

Tabel 1. Alternatif Jawaban dan Bobot Nilai

Alternatif jawaban Bobot nilai (+)

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Ragu-ragu 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Skala likert merupakan skala pengukuran yang dikembangkan oleh Likert.

Skala likert disebut juga sebagai skala psikometrik yang biasa digunakan dalam kuisioner dan skala yang paling banyak digunakan dalam riset dan survey. Skala likert mempunyai lima atau lebih butir pertanyaan yang dikombinasikan sehingga menghasilkan indicator dalam bentuk skor/nilai yang menggambarkan sifat dari setiap individu seperti persepsi seseorang terhadap sesuatu, pengetahuan, sikap dan

(27)

perilaku. Pada saat responden menanggapi pertanyaan dalam skala likert, responden menentukan tingkat persetujuan mereka terhadap jawaban yang telah disediakan.

Biasanya paling banyak dilakukan adalah lima pilihan respons saja (misalnya sangat mengetahui, mengetahui, kurang mengetahui, tidak mengetahui, sangat tidak mengetahui).

Berdasarkan Hanifah (2016), Skala Likert merupakan skala respon psikometri terutama digunakan dalam kuesioner untuk mendapatkan preferensi responden atas sebuah pernyataan atau serangkaian laporan. Skala Likert paling banyak digunakan untuk pengukuran perilaku. Skala yang terdiri dari pernyataan dan disertai jawaban setuju-tidak setuju, sering-tidak pernah, cepat-lambat, baik- buruk dan sebagainya (tergantung dari tujuan pengukuran). Tujuan menggunakan Skala Likert adalah untuk menggambarkan secara kasar posisi individu dalam kelompoknya (posisi relatif), membandingkan skor subyek dengan kelompok normatifnya, dan menyusun skala pengukuran yang sederhana dan mudah dibuat.

2.9 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang pertama adalah Novianti et al., (2005) dengan judul penelitian Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dengan Kejadian Kecelakaan Kerja di Treat And Ship Operations–Facility Operations PT Chevron Pacific Indonesia Duri. Tujuan penelitian ini untuk meneliti mengenai penerapan SMK3 dengan kejadian kecelakaan kerja di Treat and Ship Operations – Facility Operation PT Chevron Pacific Indonesia Duri.

Penelitian ini menyimpulkan bahwa penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di bagian Treat and Ship Operations – Facility Operations PT Chevron Pacific Indonesia Duri kategori baik yaitu sebesar 98.3% (59 pekerja). Pada penerapan program Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja antara lain Fundamental Safe Work Practice (FSWP), Behaviour Based Safety (BBS), Hazard Identification (HAZID), Stop

(28)

Work Authority (SWA) dan Self Stop Work Authority (SSWA) efektif menurunkan kecelakaan kerja.

Penelitian yang kedua adalah Vania et al., (2018) Identifikasi Sumber Bahaya (Hazard) dalam Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Indutri Penggergajian Kayu Berkat Shalawat Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi sumber bahaya (hazard) dalam penerapan keselamatan dan kesehatan kerja di industri penggergajian kayu Berkat Shalawat Kecamatan Tembilahan Kabupaten Indragiri Hilir.

(29)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di industri penggergajian CV. Mitra Leveransir Wood. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2021 sampai dengan Agustus 2021.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah alat tulis, kamera digital, Software Microsoft office dan SPSS untuk mengolah data. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah panduan pertanyaan untuk wawancara dan lembar kuesioner untuk mengambil data angket dari responden.

3.3 Prosedur Penelitian

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan kuantitatif dan menggunakan teknik analisis regresi berganda dibantu dengan program SPSS. Metode kuantitatif yaitu suatu metode yang menggunakan sistem pengambilan sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner terstruktur sebagai alat pengumpulan data.

3.3.1 Pemilihan Responden

Dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling dimana peneliti menentukan pengambilan sampel dengan cara menetapkan ciri-ciri khusus responden yang sesuai dengan tujuan penelitian yaitu pada responden pekerja penggergajian, penyortir, adminsistrasi dan mandor. Adapun penelitian ini menggunakan rumus Slovin, pengumpulan data primer berupa data yang diperoleh melalui wawancara dengan responden yang terpilih mewakili karyawan CV. Mitra Leveransir Wood. Wawancara dilakukan secara terstruktur,

(30)

jumlah responden yang diambil yaitu sebanyak 19 responden

3.3.2 Pengumpulan Data

Data yang diambil dari penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, data primer adalah data yang diperoleh langsung dari lapangan termasuk laboratorium. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang dikumpulkan secara langsung dari objek penelitian yaitu data yang diperoleh dari responden melalui hasil kuisioner yang akan diajukan. Data sekunder adalah data atau sumber yang didapat dari bahan bacaan. Data sekunder didapat dari perusahaan yang didapat dari profil perusahaan, jurnal sebgai refrensi serta informasi lain yang berhubungan dengan penelitian

Data penelitian yang diolah merupakan data primer yang diperoleh dari hasil kuisioner dan wawancara terhadap 19 responden pekerja penggergajian, penyortir, adminsistrasi dan mandor. Analisis kompetensi dilakukan pada masing-masing bidang kerja yaitu pengergajian. Analisis ini tidak mempertimbangkan perbedaan lokasi kerja responden karena pada dasarnya lokasi kerja memiliki kondisi lingkungan yang relatif sama meskipun berada pada wilayah kerja yang berbeda.

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu: survey, wawancara dan observasi. Survei dilakukan dengan menggunakan kuisioner. Kuisioner yang digunakan untuk mengetahui kompetensi pekerja (mandor lapangan dan pengergajian) berdasarkan penilaian diri sendiri dalam aspek skill, knowledge dan attitude. Dalam penelitian ini digunakan istilah self assessment. Kuisioner yang digunakan adalah kuisioner yang berasal dari penelitian K3 sebelumnya.

Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sama dengan kuisioner yang dibagikan hanya saja dalam wawancara peneliti langsung menanyakan kepada responden dan menilai berdasarkan standar (peraturan yang berlaku). Dalam penelitian ini digunakan istilah control base assessment.

(31)

3.3.3 Analisis Data

Sebelum melakukan analisis data perlu mengetahui definisi operasional variabel dan indikator pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Kesehatan kerja (X1)

Kesehatan kerja dalam penelitian ini adalah kondisi yang dapat mempengaruhi kesehatan para pekerja.

b. Keselamatan kerja (X2)

Keselamatan kerja dalam penelitian ini adalah sebagai kondisi yang bebas dari resiko kecelakaan atau kerusakan atau dengan kata lain resiko yang relatif sangat kecil dibawah tingkat tertentu.

c. Pengetahuan Karyawan (Y)

Pengetahuan karyawan dalam penelitian adalah hasil dari pelatihan yang diberikan kepada yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Setelah mengetahui operasional variabel dan indikatornya maka dilakukan analisis data ini meliputi:

3.3.4 Skala Pengukuran

Pilihan jawaban dalam kuisioner untuk masing-masing responden ditentukan berdasarkan skala Likert yang telah diberi bobot tertentu sesuai dengan jawaban pertanyaan. Skala Likert merupakan skala pengukuran ordinal yang memberikan hasil berupa pemeringkatan dan berfungsi untuk menunjukkan tanggapan responden (self assessment) terhadap pertanyaan yang diberikan.

Penilaian responden dengan menggunakan skala Likert yang telah ditentukan bobotnya dapat dilihat pada Tabel 2. Kegiatan observasi merupakan metode pengumpulan data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap kondisi riil di lingkungan kerja yang berkaitan dengan kompetensi penerapan K3 pada bidang pekerjaan penggergajian.

(32)

Tabel 2. Tetapan Nilai Terhadap Pilihan Jawaban Responden

Kriteria Skor

Sangat Setuju 5

Setuju 4

Kurang Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Berdasarkan Tabel 2, nilai rata-rata dari masing-masing responden dapat dikelompokkan dalam kelas interval dengan jumlah kelas sama dengan 5 sebagai intervalnya (Lelly et al., 2016) dapat dihitung sebagai berikut:

Interval = 𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑎𝑥𝑖𝑚𝑎𝑙−𝑛𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑙𝑎𝑠

Interval = 5−1

5

Interval = 0.8

Berdasarkan rumus diatas, interval yang dihasilkan sebesar 0.8 digunakan dalam mengkategorikan rata-rata. Berikut rentangan yang dihasilkan sebagai skala distribusi pendapat responden:

Tabel 3. Kategori Rata-Rata

Rata-Rata Kategori

1.00 – 1.80 Sangat Buruk

1.81 – 2.60 Buruk

2.61 – 3.40 Kurang Baik

3.41 – 4.20 Baik

4.21 – 5.00 Sangat Baik

3.3.5 Uji Validitas dan Reliabilitas 3.3.5.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui kelayakan butir-butir dalam suatu daftar (konstruk) pertanyaan dalam mendefinisikan suatu variabel. Pengujian validitas dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows, dengan kriteria sebagai berikut:

1. Jika r hitung > r table maka pertanyaan dinyatakan valid.

2. Jika r hitung < r table maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

3.3.5.2 Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah menguji apakah hasil kuesioner atau angket dapat

(33)

dipercaya atau tidak. Pengujian reliabilitas instrumen dapat dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal dapat dilakukan dengan test retest (stability), eguivalent, dan gabungan keduanya. Uji reliabilitas merupakan kelanjutan dari uji validitas, dimana item yang diuji adalah hanya item yang valid.

(Engkus, 2019).

Alat ukur yang akan digunakan adalah cronbach alpha melalui program komputer Excel Statistic Analysis & SPSS. Reliabilitas suatu konstruk variabel dikatakan baik jika memiliki nilai cronbach alpha lebih besar dari 0,60. Untuk menghtung Reliabilitas digunakan rumus:

rac = ( k

𝑘 − 1) [1 −∑ 𝜎 𝑏2 𝜎𝑡2 ] Keterangan :

rac : Koefisien Reliabilitas Alpha cronbach

∑ 𝜎 𝑏2 : Jumlah/Total varians per butir pertanyaan/item pertanyaan 𝜎𝑡2 : Jumlah atau total varians

k : Banyak butir / item pertanyaan

3.3.6 Uji Asumsi Klasik

Untuk mengetahui apakah model regresi benar-benar menunjukkan hubungan yang signifikan dan representatif, maka model tersebut harus memenuhi asumsi klasik regresi. Uji asumsi klasik yang dilakukan adalah uji normalitas, multikolinearitas, dan heteroskedastisitas.

3.3.6.1 Uji Normalitas

Uji Normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel pengganggu atau residual mempunyai distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2011). Jika terdapat normalitas, maka residual akan terdistribusi secara normal dan independen. Model yang paling baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Uji ini dilakukan melalui Kolmogorov Smirnov, dengan pedoman sebagai berikut:

− Ho diterima jika nilai p-value pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed) > level of

(34)

significant (α =0,05), sebaiknya Ha ditolak.

− Ho ditolak jika nilai p-value pada kolom Asymp. Sig. (2-tailed)< level ofsignificant (α =0,05), sebaiknya Ha diterima.

Keterangan:

Ho : Data residual berdistribusi normal.

Ha : Data residual tidak berdistribusi normal 3.3.6.2 Uji Multikolinieritas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model sebuah regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2011).

Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antar variabel independen. Uji multikolinearitas memiliki beberapa ketentuan yaitu:

1. Bila nilai Variance Inflation Factor (VIF) > 5, berarti terdapat masalah yang serius pada multikolinearitas.

2. Bila nilai Variance Inflation Factor (VIF) < 5, berarti tidak terdapat masalah yang serius pada multikolinearitas.

3.3.6.3 Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2011). Jika varians dari residual suatu pengamatan kepengamatan yang lain tetap, maka disebut heteroskedastisitas.

Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Bentuk pengujian yang digunakan uji heteroskedasitas dengan uji Glejser. Dasar analisisnya yaitu:

1. Tidak terjadi heteroskedasitas, jika nilai thitung lebih kecil dari ttabel dan nilai signifikasi lebih besar dari 0,05.

2. Terjadi heteroskedasitas, jika nilai thitung lebih besar dari ttabel dan nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05.

3.3.7 Uji Hipotesis

Penelitian ini menggunakan Analisis regresi berganda yang bertujuan untuk

(35)

menganalisis seberapa besar hubungan dan pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS. Adapun bentuk umum persamaan regresi yang digunakan menurut (Sugiyono, 2017), adalah sebagai berikut:

Y = ßo + ß1X1 + ß2 X2 + e Keterangan:

Y = Variabel dependen (Pengetahuan karyawan).

ßo = Konstanta

ß1, ß2 = Koefisien regresi e = Standart error

X1 = Kesehatan Kerja X2 = Keselamatan Kerja

Pengujian hipotesis dilakukan melalui:

3.3.7.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh secara bersama-sama variabel bebas secara signifikan terhadap variabel terikat. Jika Fhitung> Ftabel maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas dapat menerangkan variabel terikatnya secara serentak. Sebaliknya apabila Fhitung < Ftabel maka variabel bebas tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikatnya. Untuk mengitung nilai F hitung digunakan rumus:

𝐹 = 𝑘; 𝑛 − 𝑘

Keterangan :

F : Nilai F hitung

k : Jumlah Variabel Independen n : Jumlah Sampel

(36)

3.3.7.2 Uji Signifikan Parsial (Uji T).

Uji t digunakan untuk mengetahui apakah masing-masing variabel bebasnya secara sendiri-sendiri atau parsial berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikatnya. Apabila t hitung > t tabel maka dapat dikatakan signifikan, yaitu terdapat pengaruh antara variabel bebas yang diteliti dengan variabel terikatnya.

Sebaliknya jika t hitung < t tabel maka dapat dikatakan tidak signifikan. Untuk mempermudah perhitungan analisis data guna mendapatkan data yang akurat dan meminimalkan kesalahan, pengolahan data dilakukan dengan bantuan Software Statistical Program of Social Science (SPSS) ver. 19 for Windows. Untuk

menghtung Nilai t hitung digunakan rumus:

𝑡 =r√n − 2

√1 − r2 Keterangan :

t : Nilai t hitung

r : Keofisien Determinasi n : Jumlah Sampe

3.3.7.3 Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan varabel dependen. Koefisien determinan (R2) ini berkisar antara nol sampai dengan satu (0≤R≤1). Jika koefisien determinasi (R2) semakin besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan semakin kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika R2 semakin kecil (mendekati nol), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel bebas (X) adalah kecil terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.

(37)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum dan Visi Misi Perusahaan 4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

CV. Mitra Leveransir Wood, Tebing Tinggi, Sumatera Utara merupakan usaha yang bergerak di bidang industri penggergajian kayu yang beralamat di Jalan Kutilang, Kelurahan Bulian, Kecamatan Bejanis. Usaha ini telah berdiri sejak tahun 2006 dan dikelola oleh pemilik Bernama Bapak Mitro Kaswen. CV. Mitra Leveransir Wood saat ini memiliki 13 mesin penggergajian dimana 8 diantaranya dapat dioperasikan dengan baik. Masing-masing mesin penggergajian dioperasikan oleh 3-5 orang. Kayu yang biasa diolah di unit usaha ini berjenis kayu rambung dan kayu sembarang. Dalam sehari jumlah kayu yang diolah dapat mencapai 30 ton dengan ukuran rata-rata hasil sortimen 5 x 10 x 100 cm3.

Selain itu, CV. Mitra Leveransir Wood juga memberikan fasilitas jaminan Kesehatan bagi para karyawannya. Dimana fasilitas ini berupa pengecekan Kesehatan rutin bagi para keryawan dan biaya santunan apabila terjadi kecelakaan kerja pada karyawan saat melaksanakan pekerjaan. Semua biaya akan ditanggung oleh CV. Mitra Leveransir Wood.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

CV. Mitra Leveransir Wood berdedikasi untuk menyediakan produk kayu yang berkualitas bagi konsumen dan membangun kepercayaan dalam hubungannya denga konsumen. CV. Mitra Leveransir Wood melakukannya dengan integritas dan professional.

Misi CV. Mitra Leveransir Wood adalah:

1. Menjadi industri berkualitas dalam bisnis hasil kayu, yang ramah lingkungan 2. Menjadi pelayanan yang terbaik dalam memberikan produk yang berkualitas

tinggi pada harga yang tepat dan pengiriman tepat waktu

(38)

4.2 Karakteristik Responden

Dalam penelitisn ini, instrument yang digunakan adalah daftar pernyataan (kuisioner). Jumlah keseluruhan pernyataan adalah 32 butir pernyataan, yakni 12 butir untuk pernyataan variabel Kesehatan Kerja (X1), 12 butir untuk variabel Keselamatan Kerja (X2), dan 10 butir untuk variabel Kinerja Karyawan (Y).

Kuisioner diberikan kepada 19 responden dengan metode wawancara. Kuesioner berisikan deskripsi responden dan jawaban atas pernyataan yang diberikan.

Karakteristik responden dalam penelitian ini adalah berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, masa kerja dan jenis pekerjaan. Berikut ini merupakan data karakteristik responden yang di peroleh dari hasil pengisian kuisioner identitas responden yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik Responden

Karakteristik Kategori Responden %

Jenis Kelamin Laki-Laki 19 100

Perempuan 0 0

Tingkat Pendidikan Dibawah SMA 3 15.8

SMA 16 84.2

Usia

21-30 9 47.4

31-40 4 21.1

41-50 5 26.3

>50 1 5.3

Masa Kerja 0-10 Tahun 12 63.2

>20 Tahun 7 36.8

Sumber: Pengolahan data SPSS versi 25

Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa dari 19 responden yang diteliti di CV. Mitra Leveransir Wood, mayoritas responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19 orang atau 100%, sementara untuk responden perempuan berjumlah 0. Karyawan laki-laki cenderung memiliki fisik yang lebih kuat dibanding perempuan, sehingga lebih cocok untuk melakukan pekerjaan dibidang penggergajian dikarenakan beban kerja yang lebih besar dan membutuhkan tenaga yang lebih besar pula. Sementara untuk karakteristik responden tingkat pendidikan dibagi menjadi 6 kategori yakni dibawah SMA, SMA, Diploma, S1, S2 dan S3.

(39)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa responden dengan tingkat Pendidikan dibawah SMA berjumlah 3 orang dan responden dengan tingkat Pendidikan SMA berjumlah 16 orang. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa mayoritas tingkat Pendidikan karyawan di CV. Mitra Leveransir Wood ialah SMA.

Karakteristik responden berdasarkan usia menunjukkan hasil yang cukup beragam. Dari Tabel 3 dapat diketahui bahwa responden dangan usia 21-30 tahun berjumlah 9 orang, usia 31-40 tahun 4 orang, usia 41-50 tahun 5 orang dan usia >50 tahun 1 orang. Dapat disimpulkan bahwa mayoritas usia karyawan di CV. Mitra Leveransir Wood ialah 21-30 tahun. Menurut Saraswati et al., (2021), usia dapat mempengaruhi keselamat kerja dimana 22% angka kecelakaan kerja meningkat seiring usia yang bertambah. Karyawan dengan usia diatas 30 tahun cenderung lebih sering mengalami kecelakaan kerja ringan seperti terjatuh dibanding dengan karyawan yang berusia dibawah 30 tahun. Sedangkan karakteristik responden berdasarkan masa kerja terbagi menjadi 2 kategori yakni karyawan dengan masa kerja dibawah 10 tahun dan karyawan dengan masa kerja lebih dari 20 tahun.

Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa karyawan dengan masa kerja di bawah 10 tahun berjumlah 12 orang dan karyawan dengan masa kerja lebih dari 20 tahun berjumlah 7 orang. Sehingga dapat disimpulkan bawah mayoritas masa kerja karyawan di CV. Mitra Leveransir Wood ialah berusia dibawah 10 tahun.

4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas 4.3.1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengukur tingkat keefektifan media atau alat ukur yang dipakai untuk memperoleh data. Dalam hal ini, uji validitas digunakan untuk mengukur seberapa valid suatu kuisioner untuk memperoleh data lebih tepat untuk pertanyaan yang diajukan di kuesioner (Janna dan Herianto, 2021). Dalam uji pengukuran validitas terdapat dua macam yaitu Pertama, mengkorelasikan antar skor butir pertanyaan (item) dengan total item.

Kedua, mengkorelasikan antar masing-masing skor indikator item dengan total skor konstruk. Pada Tabel 5 disajikan hasil analisis uji validitas daftar kuisioner.

(40)

Tabel 5. Hasil Uji Validitas N

o Variabel Butir

Pertanyaan

R Hitung

R Tabel (a=5%)

Hasil Validitas 1

Kesehatan Kerja (X1)

X1.1 0.265 0.456 Tidak Valid

2 X1.2 0.13 0.456 Tidak Valid

3 X1.3 0.421 0.456 Tidak Valid

4 X1.4 0.611 0.456 Valid

5 X1.5 0.825 0.456 Valid

6 X1.6 0.221 0.456 Tidak Valid

7 X1.7 1 0.456 Valid

8 X1.8 0.417 0.456 Tidak Valid

9 X1.9 0.745 0.456 Valid

10 X1.10 0.614 0.456 Valid

11 X1.11 0.736 0.456 Valid

12 X1.12 0.832 0.456 Valid

13

Keselamatan Kerja (X1)

X2.1 0.922 0.456 Valid

14 X2.2 0.801 0.456 Valid

15 X2.3 0.872 0.456 Valid

16 X2.4 0.751 0.456 Valid

17 X2.5 0.818 0.456 Valid

18 X2.6 0.793 0.456 Valid

19 X2.7 0.335 0.456 Tidak Valid

20 X2.8 0.577 0.456 Valid

21 X2.9 0.675 0.456 Valid

22 X2.10 0.108 0.456 Tidak Valid

23

Kinerja Karyawan (Y)

Y1 0.003 0.456 Tidak Valid

24 Y2 0.509 0.456 Valid

25 Y3 0.292 0.456 Tidak Valid

26 Y4 0.301 0.456 Tidak Valid

27 Y5 0.493 0.456 Valid

28 Y6 0.088 0.456 Tidak Valid

29 Y7 0.368 0.456 Tidak Valid

30 Y8 0.923 0.456 Valid

31 Y9 0.727 0.456 Valid

32 Y10 0.396 0.456 Tidak Valid

Sumber : Pengolahan data SPSS 25

Pengujian validitas dapat dilakukan dengan menggunakan bantuan software SPSS. Kesimpulan diperoleh dengan membandingkan nilai Rhitung dengan nilai Rtabel, dimana jika nilai Rhitung lebih besar dari nilai Rtabel maka dinyatakan valid begitu juga sebaliknya. Berdasarkan pengujian validitas dari Tabel 4 dapat dilihat bahwa dari 32 butir pertanyaan terdapat 13 butir pertanyaan yang dinyatakan

(41)

tidak valid dimana hasil Rhitung lebih kecil dari 0.456 sedangkan 19 butir sisanya dinyatakan valid karena nilai Rhitung lebih besar dari 0.456.

4.3.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat pengukur yang digunakan dapat diandalkan dan tetap konsisten jika pengukuran tersebut diulang. Pengujian reliabilitas pada data kuisioner umumnya menggunakan metode Cronbach’s Alpha dengan bantuan software SPSS. Berikut merupakan hasil analisis data uji reliabilitas.

Tabel 6. Hasil Uji Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha N Of Item’s

X1 0.842 7

X2 0.909 8

Y 0.735 4

Sumber: Pengolahan data SPSS 25

Berdasarkan Tabel 6 dapat dilihat bahwa ketiga variable dari item pertanyaan yang diteliti adalah reliabel karena Cronbach’s alpha lebih dari 0.60.

Pertanyaan dikatakan reliabel apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran reliabilitas pada dasarnya dapat dilakukan dengan dua cara pertama Repeated Measure, pertanyaan ditanyakan pada responden berulang pada waktu yang berbeda, (misalnya sebulan kemudian), dan kemudian dilihat apakah ia tetap konsisten dengan jawabannya.

Kedua One Shot, di sini pengukurannya hanya sekali dan kemudian hasilnya dibandingkan dengan pertanyaan lain. Pada umumnya pengukuran reliabilitas sering dilakukan dengan one shot dengan beberapa pertanyaan. Pengujian reliabilitas dimulai dengan menguji validitas terlebih dahulu. Jika pertanyaannya tidak valid, maka pertanyaan tersebut dibuang. Pertanyaan yang sudah valid baru secara bersama-sama diukur reliabilitasnya (Janti, 2014).

4.4 Analisis Deskriptif Variabel

Responden dalam penelitian ini adalah karyawan CV. Mitra Leveransir Wood yang berjumlah 19 responden. Terdapat 32 butir pertanyaan yang terdiri dari 12

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

SUB DINAS PENYULUHAN SUB DINAS KONSERVASI TANAH DAN USAHA KEHUTANAN SUB DINAS PRODUKSI DAN USAHA PERKEBUNAN SEKSI PENGEMBANGAN HUTAN RAKYAT SEKSI PERLINDUNGAN

[r]

Sebelum penjurian, semua karya peserta yang masuk akan diperiksa oleh panitia penyelenggara pada tanggal 30-31 Agustus2016, untuk memastikan bahwa materi atau dokumen yang

[r]

26 Agustus 2016 panitia telah melakukan evaluasi administrasi, teknis dan harga sebagaimana tercantum dalam Berita Acara Evaluasi Nomor BAE- 01

Dari keempat jenis ikan Channidae tersebut di atas, kalau diurutkan berdasarkan panjang dan berat tubuh, maka dapat diurutkan sebagai berikut : urutan pertama,

Ketidakpastian lingkungan merupakan salah satu hal yang menjadi kendala dalam penyusunan anggaran.Ketidakpastian lingkungan yang tinggi mengurangi kemampuan individu

bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 189 Tahun 2004 tentang Pembatalan Peraturan Daerah Kabupaten Murung Raya Nomor 22 Tahun 2003 tentang Retribusi Pelayanan