• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tentang : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KMHDI ANGGARAN DASAR KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA PURWAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Tentang : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KMHDI ANGGARAN DASAR KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA PURWAKA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran Ketetapan Mahasabha V KMHDI

Nomor : II/TAP/MAHASABHA V/KMHDI/IV/2006

Tentang : Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KMHDI ANGGARAN DASAR

KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA PURWAKA

Atas Asung Kerta Wara Nugraha Hyang Widhi Wasa, kami menyadari tugas mahasiswa Hindu Indonesia untuk mengabdi bagi agama dan negara. Dengan mendasarkan diri pada nilai-nilai Veda, mahasiswa Hindu Indonesia berusaha mewujudkan intelektual Hindu yang Moksartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma.

Sebagai bagian tak terpisahkan dari bangsa Indonesia, mahasiswa Hindu Indonesia berusaha mencapai tujuan Indonesia Merdeka yang berlandaskan Pancasila.

Mahasiswa Hindu Indonesia berkeyakinan bahwa hukum dan demokrasi harus menjadi dasar praktek kenegaraan sehingga nilai-nilai kebebasan, keadilan dan solidaritas yang dianut oleh rakyat Indonesia dapat dipertahankan dan dikembangkan.

Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, kami,

mahasiswa Hindu Indonesia membentuk organisasi KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA sebagai wadah pemersatu dan alat pendidikan kader yang bertujuan untuk memperbesar jumlah kader mahasiswa Hindu yang berkualitas.

KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA meletakkan tanggung jawab di pundaknya untuk membentuk kader mahasiswa Hindu Indonesia yang religius, humanis, nasionalis serta berpikiran progresif.

Untuk itu disusunlah ANGGARAN DASAR KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA, sebagai berikut :

BAB I

KETENTUAN UMUM

NAMA, WAKTU, DAN TEMPAT KEDUDUKAN Pasal 1

(1) Organisasi ini bernama Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia yang disingkat dengan KMHDI.

(2) KMHDI dibentuk di Denpasar pada Hari Jumat, tanggal 3 September 1993 sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

(3) KMHDI berkedudukan di ibu kota negara.

(2)

BAB II

AZAS, SIFAT DAN TUJUAN Pasal 2

KMHDI berazaskan Pancasila.

Pasal 3

1. KMHDI bersifat nasionalistik dan independen.

2. KMHDI bernafaskan Hindu.

Pasal 4

(1) KMHDI bertujuan menumbuhkembangkan semangat religiusitas, humanisme, nasionalisme dan progresifitas mahasiswa Hindu Indonesia dalam rangka turut serta berperan aktif dalam pembangunan umat dan masyarakat nasional.

(2) KMHDI bertujuan untuk memelihara dan mengembangkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa yang berkeadilan sosial.

(3) KMHDI bertujuan menggali dan mengembangkan potensi mahasiswa Hindu Indonesia.

BAB III

KEGIATAN ORGANISASI Pasal 5

1. Kegiatan KMHDI bercirikan intelektualitas dan profesionalisme.

2. Segala kegiatan organisasi harus sesuai dengan azas, sifat dan tujuan yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

3. Kegiatan KMHDI baik pusat maupun daerah dilaksanakan sesuai dengan program yang tercantum dalam Garis-Garis Besar Haluan Organisasi yang menjadi ketetapan dalam Mahasabha.

4. Dalam melaksanakan programnya, KMHDI dapat mengadakan kerjasama dengan organisasi atau dengan lembaga lainnya.

5. Hubungan kerja sama antara KMHDI dengan lembaga lain diatur dengan ketentuan tersendiri di dalam Anggaran Rumah Tangga.

(3)

BAB IV KEANGGOTAAN

Pasal 6

(1) Anggota KMHDI adalah Mahasiswa Hindu Indonesia yang sedang atau telah menyelesaikan studinya, dan memenuhi persyaratan keanggotan sebagaimana

dimaksud dalam Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan peraturan organisasi.

(2) Keanggotaan KMHDI bersifat aktif.

Pasal 7

Anggota KMHDI seperti yang dimaksud dalam Pasal 6, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :

1. Mahasiswa Indonesia.

2. Beragama Hindu.

3. Mendaftarkan diri sebagai anggota, mentaati, melaksanakan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Garis-garis Besar Haluan Organisasi, dan peraturan KMHDI lainnya yang telah ditetapkan.

4. Umur anggota maksimal 30 tahun bila masih berstatus mahasiswa, atau tiga tahun setelah menyelesaikan masa studi.

5. Aktif mengikuti kegiatan organisasi KMHDI.

Pasal 8

Anggota KMHDI yang telah mencapai umur lebih dari 30 tahun atau telah melebihi tiga tahun purna studinya sebagai Mahasiswa, namun yang bersangkutan masih sedang menjabat dalam kepengurusan KMHDI maka keanggotaannya dapat diperpanjang sampai habis masa jabatannya dan tidak dapat dipilih lagi sebagai pengurus KMHDI.

BAB V

HAK DAN KEWAJIBAN ANGGOTA Pasal 9

Anggota mempunyai hak :

1. Hak Bicara adalah hak untuk bertanya, mengeluarkan pendapat dan mengajukan usulan kepada pimpinan baik secara lisan maupun tulisan.

2. Hak Suara adalah hak untuk ikut ambil bagian dalam pengambilan keputusan sesuai dengan susunan organisasi.

3. Hak Memilih adalah hak untuk menentukan pilihan dalam proses pemilihan.

(4)

4. Hak Dipilih adalah hak untuk dipilih dalam proses pemilihan.

5. Hak Membela Diri adalah hak untuk memberikan penjelasan atas pernyataan, sikap dan tindakan yang langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap KMHDI.

6. Hak memperoleh perlindungan dan perlakuan yang adil dari organisasi . 7. Hak memperoleh pembinaan, pendidikan, dan latihan dari organisasi.

8. Hak meminta dan menilai pertanggungjawaban pimpinan.

Pasal 10 Setiap anggota berkewajiban :

1. Menjunjung tinggi dan menjaga nama baik organisasi.

2. Mematuhi Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, peraturan organisasi dan disiplin organisasi.

3. Aktif melaksanakan program-program KMHDI.

4. Membayar iuran anggota berupa iuran pokok dan iuran wajib.

5. Memberi dukungan secara materiial dan spiritual bagi kegiatan KMHDI.

BAB VI

BERAKHIRNYA KEANGGOTAAN Pasal 11

Status keanggotaan KMHDI berakhir karena : 1. Meninggal dunia.

2. Mengundurkan diri secara tertulis.

3. Menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik maupun underbouwnya.

4. Tidak memenuhi ketentuan administrasi yang diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi.

5. Melanggar ketentuan Disiplin Organisasi yang selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB VII

PERPINDAHAN ANGGOTA Pasal 12

Anggota KMHDI dapat melaksanakan perpindahan administrasi keanggotaan antar struktur pimpinan KMHDI.

(5)

Pasal 13

Perpindahan administrasi anggota KMHDI dilaksanakan atas persetujuan kedua belah pihak yaitu pihak pemohon dan pihak penerima.

BAB VIII

STRUKTUR ORGANISASI Pasal 14

(1) KMHDI di tingkat nasional disebut Pimpinan Pusat KMHDI yang selanjutnya disingkat PP KMHDI.

(2) KMHDI di tingkat propinsi atau wilayah disebut Pimpinan Daerah KMHDI yang selanjutnya disingkat PD KMHDI.

(3) KMHDI di tingkat kabupaten atau kota disebut Pimpinan Cabang KMHDI yang selanjutnya disingkat PC KMHDI.

(4) KMHDI ditingkat basis disebut Komisariat KMHDI.

PIMPINAN PUSAT Pasal 15

1. PP KMHDI adalah badan pelaksana tertinggi KMHDI di tingkat nasional yang diatur dengan syarat-syarat tersendiri dalam Anggaran Rumah Tangga.

2. Mekanisme pemilihan, penetapan dan pengangkatan Pengurus PP KMHDI selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 16 Tugas dan tanggung jawab PP KMHDI meliputi:

1. Memimpin kegiatan organisasi di tingkat nasional baik ke luar maupun ke dalam oraganisasi.

2. Mengkoordinasikan seluruh PD KMHDI dan badan-badan penunjang guna pelaksanaan ketetapan Mahasabha.

3. Pengurus PP KMHDI wajib mempertanggungjawabkan seluruh pelaksanaan kegiatan organisasi kepada Mahasabha.

PIMPINAN DAERAH Pasal 17

1. PD KMHDI adalah badan pelaksana tertinggi KMHDI di tingkat propinsi atau wilayah yang diatur dengan syarat-syarat tersendiri dalam Anggaran Rumah Tangga.

(6)

2. Mekanisme pemilihan, penetapan dan pengangkatan Pengurus PD KMHDI selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 18 Tugas dan tanggung jawab PD KMHDI meliputi:

1. Memimpin seluruh kegiatan organisasi ke luar dan ke dalam sesuai dengan wilayah kerja masing-masing.

2. Mengkoordinasikan seluruh PC KMHDI dan badan-badan penunjang guna pelaksanaan ketetapan Mahasabha dan Lokasabha.

3. Pengurus PD KMHDI wajib mempertanggungjawabkan seluruh pelaksanaan kegiatan organisasi kepada Lokasabha.

PIMPINAN CABANG Pasal 19

1. PC KMHDI adalah badan pelaksana tertinggi KMHDI di tingkat kabupaten atau kota yang diatur dengan syarat-syarat tersendiri dalam Anggaran Rumah Tangga.

2. Mekanisme pemilihan, penetapan dan pengangkatan Pengurus PC KMHDI selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 20 Tugas dan tanggung jawab PC KMHDI meliputi:

1. Memimpin seluruh kegiatan organisasi ke luar dan ke dalam sesuai dengan wilayah kerja masing-masing.

2. Mengkoordinasikan seluruh Komisariat KMHDI dan badan-badan penunjang guna pelaksanaan ketetapan Mahasabha, Lokasabha dan Sabha.

3. Pengurus PC KMHDI wajib mempertanggungjawabkan seluruh pelaksanaan kegiatan organisasi kepada Sabha.

KOMISARIAT Pasal 21

1. Komisariat KMHDI adalah badan koordinasi KMHDI di tingkat basis yang diatur dengan syarat-syarat tersendiri dalam Anggaran Rumah Tangga.

2. Mekanisme pemilihan, penetapan dan pengangkatan Pengurus Komisariat KMHDI selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 22

Tugas dan tanggung jawab Komisariat KMHDI meliputi:

1. Mengkoordinasikan anggota KMHDI guna pelaksanaan ketetapan Mahasabha, Lokasabha, dan Sabha.

(7)

2. Pengurus Komisariat KMHDI wajib mempertanggungjawabkan seluruh tugasnya kepada Rapat Pimpinan organisasi KMHDI yang secara hirarki bertanggung jawab dalam wilayah kerjanya.

BAB IX

PERMUSYAWARATAN Pasal 23

Permusyawaratan KMHDI terdiri dari : 1. Mahasabha.

2. Loka Sabha.

3. Sabha.

4. Sabha Khusus.

5. Rapat Kerja (Raker) 6. Rapat Koordinasi (Rakor) 7. Rapat Pimpinan (Rapim)

Pasal 24

Mahasabha adalah forum tertinggi dari KMHDI yang berwenang:

1. Menetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga yang merupakan aturan tertinggi organisasi KMHDI.

2. Memilih, menetapkan, meminta dan menilai pertanggungjawaban pengurus Pimpinan Pusat KMHDI.

3. Merumuskan dan menetapkan Garis Garis Besar Haluan Organisasi KMHDI.

4. Merumuskan dan menetapkan Struktur Organisasi dan Sistem Kerja Organisasi di tingkat Nasional

5. Menetapkan keputusan dan ketetapan lainnya.

Pasal 25

Lokasabha adalah forum tertinggi dari KMHDI di tingkat propinsi atau wilayah yang berrwenang:

1. Memilih, menetapkan, meminta dan menilai pertanggungjawaban pengurus Pimpinan Daerah.

2. Merumuskan dan menetapkan keputusan tentang Garis Garis Besar Program Kerja Daerah (GBPK).

3. Merumuskan dan menetapkan Struktur Organisasi dan Sistem Kerja Organisasi di tingkat daerah/ wilayah.

4. Menetapkan keputusan dan ketetapan lainnya.

Pasal 26

Sabha adalah forum tertinggi dari KMHDI di tingkat kabupaten atau kota yang berwenang:

(8)

1. Memilih, menetapkan, meminta dan menilai pertanggungjawaban pengurus Pimpinan Cabang

2. Merumuskan dan menetapkan keputusan tentang Garis Garis Besar Program Kerja Cabang (GBPK).

3. Merumuskan dan menetapkan Struktur Organisasi dan Sistem Kerja Organisasi di tingkat cabang.

4. Menetapkan keputusan dan ketetapan lainnya.

Pasal 27

Sabha Khusus adalah permusyawaratan yang sifatnya khusus yang meliputi : 1. Mahasabha Luar Biasa adalah Forum kekuasaan tertinggi organisasi yang

bersifat khusus dan memiliki kekuasaan yang sama dengan Mahasabha dan dapat diadakan setiap saat apabila dikehendaki oleh minimal 2/3 (dua pertiga) dari jumlah PD KMHDI dan PC KMHDI.

2. Lokasabha Luar Biasa adalah Forum kekuasaan tertinggi organisasi ditingkat daerah yang bersifat khusus dan memiliki kekuasaan yang sama dengan Lokasabha dan dapat diadakan setiap saat apabila dikehendaki oleh minimal 2/3 (dua pertiga) jumlah PC KMHDI setempat atau dikehendaki oleh minimal dua pertiga jumlah anggota.

3. Sabha Luar Biasa adalah Forum kekuasaan tertinggi organisasi di tingkat cabang yang bersifat khusus dan memiliki kekuasaan yang sama dengan Sabha dan dapat diadakan setiap saat apabila dikehendaki oleh minimal 2/3 (dua pertiga) jumlah anggota.

Pasal 28

Hal-hal yang bersifat khusus yang dimaksud dalam pasal 27 akan diatur lebih lanjut dalam ART KMHDI

Pasal 28

1. Raker adalah rapat kerja pengurus yang dilaksanakan segera setelah Mahasabha atau Lokasabha atau Sabha.

2. Raker di tingkat PP KMHDI disebut Rapat Kerja Nasional disingkat Rakernas.

3. Raker di tingkat PD KMHDI disebut Rapat Kerja Daerah disingkat Rakerda.

4. Raker di tingkat PC KMHDI disebut Rapat Kerja Cabang disingkat Rakercab.

5. Raker bertujuan untuk merumuskan program kerja pengurus selama 1 (satu) periode kepengurusan sesuai dengan ruang lingkup tugas masing-masing.

Pasal 29

1. Rakor adalah rapat koordinasi antar pimpinan organisasi yang diadakan sesuai dengan susunan organisasi dan dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali diantara 2 permusyawaratan tertinggi dari masing-masing struktur pimpinan KMHDI.

(9)

2. Rakor di tingkat PP KMHDI disebut Rapat Koordinasi Nasional disingkat Rakornas.

3. Rakor di tingkat PD KMHDI disebut Rapat Koordinasi Daerah disingkat Rakorda.

4. Rakor di tingkat PC KMHDI disebut Rapat Koordinasi Cabang disingkat Rakorcab.

5. Rakor bertujuan untuk mengevaluasi dan koordinasi program kerja sesuai dengan ruang lingkup tugas masing-masing.

Pasal 30

1. Rapim adalah rapat koordinasi internal pengurus KMHDI yang dilaksanakan berdasarkan kebutuhan organisasi.

2. Rapim di tingkat PP KMHDI disebut Rapat Pimpinan Nasional disingkat Rapimnas.

3. Rapim di tingkat PD KMHDI disebut Rapat Pimpinan Daerah disingkat Rapimda.

4. Rapim di tingkat PC KMHDI disebut Rapat Pimpinan Cabang disingkat Rapimcab.

5. Rapim berwenang untuk mengambil kebijakan taktis dan strategis organisasi sesuai dengan ruang lingkup tugas masing-masing.

BAB X

DANA ORGANISASI Pasal 31

1. Dana KMHDI bersumber dari iuran anggota, donatur dan sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

2. Hal-hal lain mengenai iuran anggota dan pendanaan organisasi KMHDI ditentukan lebih lanjut dalam peraturan organisasi.

BAB XI

LAMBANG, BENDERA DAN LAGU Pasal 32

Lambang KMHDI adalah ASTA BRAHMACARYA MARGA NUSANTARA sebagaimana ditentukan dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 33

Bendera KMHDI adalah TRI DATU sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Organisasi.

(10)

Pasal 34

Lagu KMHDI adalah Mars KMHDI sebagaimana ditentukan dalam Peraturan Organisasi.

BAB XII

PERUBAHAN ANGGARAN DASAR Pasal 35

Perubahan Anggaran Dasar KMHDI dapat dilaksanakan dalam Mahasabha yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½+1 (setengah plus 1) dari jumlah peserta yang berhak hadir dan disetujui oleh sekurang-kurangnya ½ + 1 (setengah plus satu) dari jumlah peserta yang hadir .

BAB XIII

ATURAN PERALIHAN Pasal 36

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar KMHDI akan diatur dalam

Anggaran Rumah Tangga atau ketentuan-ketentuan tersendiri yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar.

BAB XIV PENUTUP

Pasal 37 Anggaran Dasar ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

(11)

ANGGARAN RUMAH TANGGA

KESATUAN MAHASISWA HINDU DHARMA INDONESIA BAB I

KEANGGOTAAN Pasal 1

1. KMHDI menerapkan Sistem Kaderisasi dalam melakukan pemberdayaan anggota, yang teknis pelaksanaannya diatur dalam peraturan organisasi.

2. Anggota KMHDI yang ingin mengundurkan diri sebagai anggota, wajib melakukannya dengan bertanggung jawab dan membuat pernyataan

pengunduran diri secara tertulis yang ditujukan kepada PC KMHDI dan/atau PD KMHDI ditempat yang bersangkutan terdaftar sebagai anggota KMHDI dengan tembusan kepada PP KMHDI.

3. Anggota KMHDI yang mengundurkan diri atau diberhentikan keanggotaannya sebagai anggota KMHDI, tidak diperbolehkan kembali menjadi anggota KMHDI.

4. Anggota KMHDI akan mendapatkan status sebagai Alumni KMHDI dengan ketentuan :

a. Secara otomatis, jika yang bersangkutan telah habis masa keanggotaannya sesuai ketentuan dalam pasal 7 dan 8 Anggaran Dasar KMHDI atau;

b. Mengundurkan diri sesuai ketentuan ayat 2 dalam pasal ini, dan diakui oleh KMHDI sebagai Alumni KMHDI melalui Surat Keputusan (SK) dari PP KMHDI.

BAB II

SUSUNAN DAN WEWENANG PENGURUS PIMPINAN PUSAT

Pasal 2

1. Susunan pengurus Pimpinan Pusat terdiri dari : 1. Pengurus Inti, yaitu:

a. Presidium PP KMHDI berjumlah 5 (lima) orang.

b. Sekretaris Umum PP KMHDI berjumlah satu orang.

c. Bendahara Umum PP KMHDI berjumlah satu orang.

2. Pengurus non inti, yaitu:

a. Wakil Sekretaris Umum PP KMHDI.

b. Wakil Bendahara Umum PP KMHDI.

c. Ketua Departemen dan Anggota Departemen PP KMHDI.

(12)

1. Penentuan jumlah Pengurus non Inti dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.

1. Pembentukan jumlah Departemen dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.

Pasal 3

1. Pimpinan Pusat KMHDI merupakan badan pelaksana tertinggi organisasi yang berwenang menentukan kebijakan organisasi dan melaksanakannya sesuai dengan AD/ART, keputusan-keputusan dan ketetapan-ketetapan Mahasabha.

2. Presidium PP KMHDI merupakan badan pelaksana tertinggi organisasi ditingkatan PP KMHDI yang bersifat kolektif yang berwenang penuh mengambil kebijakan taktis dan strategis untuk urusan organisasi sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, ketetapan Mahasabha dan Keputusan Organisasi KMHDI lainnya.

3. Sekretaris Umum PP KMHDI berwenang atas urusan administrasi organisasi PP KMHDI dan untuk pertama kalinya menggantikan Presidium PP KMHDI, jika Presidium PP KMHDI berhalangan tidak tetap.

4. Bendahara Umum PP KMHDI berwenang untuk melakukan pengelolaan keuangan dan administrasi keuangan PP KMHDI.

5. Presidium PP KMHDI bersama Sekretaris Umum PP KMHDI berwenang mengesahkan susunan dan personalia PD KMHDI yang terpilih dalam Lokasabha.

6. Jika dalam wilayah atau daerah kerja KMHDI belum terbentuk PD KMHDI, maka PP KMHDI berwenang mengesahkan komposisi dan personalia PC KMHDI yang terpilih dalam sabha.

7. Sekretaris Umum dan Bendahara Umum PP KMHDI bertanggung jawab kepada Presidium PP KMHDI dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

8. Wakil Sekretaris Umum PP KMHDI berwenang menggantikan tugas Sekretaris Umum PP KMHDI bila Sekretaris Umum PP KMHDI berhalangan tidak tetap.

9. Wakil Sekretaris Umum PP KMHDI bertanggung jawab kepada Sekretaris Umum PP KMHDI dalam pelaksanaan fungsi administrasi dan

bertanggungjawab secara langsung kepada Presidium PP KMHDI untuk urusan organisasi secara umum.

10. Wakil Bendahara Umum PP KMHDI berwenang menggantikan tugas Bendahara Umum PP KMHDI bila Bendahara Umum PP KMHDI berhalangan tidak tetap.

11. Wakil Bendahara Umum PP KMHDI bertanggungjawab kepada Bendahara Umum PP KMHDI dalam menjalankan fungsi administrasi keuangan dan bertanggungjawab secara langsung kepada Presidium PP KMHDI untuk urusan organisasi secara umum .

12. Ketua Departemen PP KMHDI bertanggung jawab kepada Presidium PP KMHDI dalam menjalankan fungsinya masing-masing.

13. Anggota Departemen PP KMHDI bertanggung jawab kepada Ketua Departemen PP KMHDI dalam menjalankan tugas sesuai dengan kewenangan Departemen.

(13)

14. Kedudukan Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Ketua Departemen PP KMHDI adalah sejajar.

15. Kedudukan Wakil Sekretaris Umum, Wakil Bendahara Umum dan Anggota Departemen PP KMHDI adalah sejajar.

PIMPINAN DAERAH Pasal 4

1. Susunan pengurus PD KMHDI terdiri dari:

1. Pengurus Inti a. Satu orang Ketua

b. Satu atau dua orang Sekretaris c. Satu orang Bendahara

1. Pengurus Non Inti a. Wakil – Wakil Ketua b. Wakil Sekretaris c. Wakil Bendahara

d. Ketua Biro dan Anggota Biro.

2. Penentuan jumlah pengurus non inti dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.

3. Pembentukan jumlah Biro dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.

Pasal 5

1. Pimpinan Daerah KMHDI merupakan badan pelaksanan organisasi tertinggi di tingkat provinsi atau wilayah.

2. Ketua PD KMHDI berwenang menentukan kebijaksanaan taktis dan strategis organisasi dan melaksanakan di daerahnya sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, ketetapan Mahasabha, Ketetapan Lokasabha dan Keputusan Organisasi KMHDI lainnya.

3. Sekretaris PD KMHDI berwenang atas urusan administrasi organisasi PD KMHDI.

4. Sekretaris PD KMHDI bertanggungjawab langsung kepada Ketua PD KMHDI.

5. Ketua PD KMHDI bersama Sekretaris PD KMHDI berwenang

mengesahkan komposisi dan personalia PC KMHDI yang terpilih dalam Sabha sesuai dengan wilayah kerjanya.

6. Jika dalam wilayah atau daerah kerja KMHDI belum terbentuk PC KMHDI, maka Ketua PD KMHDI bersama Sekretaris PD KMHDI berwenang

mengesahkan komposisi dan personalia Komisariat KMHDI sesuai dengan wilayah kerjanya.

(14)

7. Bendahara PD KMHDI merupakan pengelola administrasi keuangan PD KMHDI.

8. Bendahara PD KMHDI bertanggung jawab langsung kepada Ketua PD KMHDI.

9. Wakil Ketua PD KMHDI betugas membantu tugas ketua dalam urusan organisasi baik ke dalam maupun ke luar.

10. Wakil Ketua PD KMHDI bertanggung jawab langsung kepada Ketua PD KMHDI.

11. Wakil Sekretaris PD KMHDI berwenang menggantikan tugas Sekretaris PD KMHDI bila Sekretaris PD KMHDI berhalangan tetap dan tidak tetap.

12. Wakil Sekretaris PD KMHDI bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris dalam pelaksanaan fungsi administrasi dan bertanggungjawab secara langsung kepada Ketua PD KMHDI untuk urusan organisasi secara umum.

13. Wakil Bendahara PD KMHDI berwenang menggantikan tugas Bendahara PD KMHDI bila Bendahara PD KMHDI berhalangan tetap dan tidak tetap.

14. Wakil Bendahara PD KMHDI bertanggung jawab langsung kepada Bendahara PD KMHDI dalam pelaksanaan fungsi administrasi keuangan dan

bertanggung jawab langsung kepada Ketua PD KMHDI untuk urusan organisasi secara umum.

15. Ketua Biro dan Non Biro PD KMHDI bertanggung jawab langsung kepada Ketua PD KMHDI dalam menjalankan fungsinya masing-masing yang dalam pelaksanaaannya dapat dikoordinasikan oleh Wakil-Wakil Ketua PD KMHDI.

16. Kedudukan Sekretaris, Bendahara, Wakil – Wakil Ketua dan Ketua-Ketua Biro PD KMHDI adalah sejajar.

17. Kedudukan Wakil Sekretaris Wakil Bendahara dan Anggota Biro PD KMHDI adalah sejajar.

18. Jika Ketua PD KMHDI berhalangan tidak tetap maka untuk pertama kalinya sekretaris atau wakil ketua akan menggantikannya.

PIMPINAN CABANG Pasal 6

1. Susunan Pengurus PC KMHDI terdiri dari : 1. Pengurus Inti, yaitu:

a.Satu orang Ketua

b. Satu atau dua orang Sekretaris c.Satu orang Bendahara

2. Pengurus Non Inti, yaitu:

a.Wakil – Wakil Ketua b. Wakil Sekretaris c.Wakil Bendahara

d. Ketua Bidang dan Anggota Bidang

1. Penentuan jumlah Pengurus Non Inti dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.

(15)

1. Pembentukan jumlah Bidang dapat disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.

Pasal 7

1. Pimpinan Cabang KMHDI merupakan badan pelaksanan organisasi tertinggi di tingkat kota atau kabupaten.

2. Ketua PC KMHDI berwenang menentukan kebijaksanaan taktis dan strategis organisasi dan melaksanakan di Cabangnya sesuai dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, ketetapan Mahasabha, Ketetapan Lokasabha dan Keputusan Organisasi KMHDI lainnya.

3. Sekretaris PC KMHDI berwenang atas urusan administrasi organisasi PC KMHDI dan untuk pertama kalinya menggantikan Ketua PC KMHDI, jika Ketua PC KMHDI berhalangan tidak tetap.

4. Sekretaris PC KMHDI bertanggung jawab langsung kepada Ketua PC KMHDI.

5. Ketua PC KMHDI bersama Sekretaris PC KMHDI berwenang

mengesahkan komposisi dan personalia Komisariat KMHDI dalam wilayah kerjanya.

6. Bendahara PC KMHDI merupakan pengelola administrasi keuangan PC KMHDI.

7. Bendahara PC KMHDI bertanggung jawab langsung kepada Ketua PC KMHDI.

8. Wakil - Wakil Ketua PC KMHDI bertugas membantu tugas Ketua PC KMHDI dalam urusan organisasi baik ke dalam maupun ke luar.

9. Wakil – Wakil Ketua PC KMHDI bertanggung jawab langsung kepada Ketua PC KMHDI.

10. Wakil Sekretaris PC KMHDI berwenang menggantikan tugas Sekretaris PC KMHDI bila Sekretaris PC KMHDI berhalangan tetap dan tidak tetap.

11. Wakil Sekretaris PC KMHDI bertanggung jawab langsung kepada Sekretaris dalam pelaksanaan fungsi administrasi dan bertanggungjawab secara langsung kepada Ketua PC KMHDI untuk urusan organisasi secara umum.

12. Wakil Bendahara PC KMHDI berwenang menggantikan tugas Bendahara PC KMHDI bila Bendahara PC KMHDI berhalangan tetap dan tidak tetap.

13. Wakil Bendahara PC KMHDI bertanggung jawab langsung kepada Bendahara dalam pelaksanaan fungsi administrasi keuangan dan bertanggungjawab secara langsung kepada Ketua PC KMHDI untuk urusan organisasi secara umum.

14. Ketua Bidang dan Non Bidang PC KMHDI bertanggung jawab langsung kepada Ketua PC KMHDI dalam menjalankan fungsinya masing-masing yang dalam pelaksanaaannya dapat dikoordinasikan oleh Wakil – Wakil Ketua PC KMHDI.

15. Kedudukan Sekretaris, Bendahara, Wakil – Wakil Ketua dan Ketua-Ketua Bidang PC KMHDI adalah sejajar.

16. Kedudukan Wakil Sekretaris, Wakil Bendahara dan Anggota Bidang adalah sejajar.

(16)

KOMISARIAT Pasal 8 Susunan pengurus Komisariat terdiri dari : 1. Seorang Koordinator

2. Seorang Wakil Koordinator

Pasal 9

Komisariat ditetapkan dan bertanggungj jawab melalui Rapim PD KMHDI atau Rapim PC KMHDI disesuiakan dengan wilayah kerja komisariat tersebut.

DEPARTEMEN, BIRO DAN BIDANG Pasal 10

1. Pada tingkat pusat dibentuk Departemen, pada tingkat daerah dibentuk Biro, dan pada tingkat Cabang dibentuk Bidang.

2. Departemen, Biro dan Bidang adalah badan penunjang organisasi yang merupakan sarana pelaksana kegiatan dan wajib berkoordinasi satu sama lainnya.

3. Restrukturisasi jumlah Departemen, Biro atau Bidang di masing-masing tingkatan organisasi dapat dilakukan dalam Rapim yang telah memenuhi persyaratan quorum.

LEMBAGA-LEMBAGA Pasal 11

1. Lembaga adalah sarana penunjang untuk menjalankan kegiatan organisasi dan kegiatan dalam bidang tertentu, sesuai dengan kebijaksanaan dasar yang ditetapkan oleh pengurus organisasi pada masing-masing tingkatan.

2. Pada setiap tingkatan organisasi dapat dibentuk Lembaga Non Departemen, Lembaga Non Biro, Lembaga Non Bidang yang sesuai dengan kebutuhan.

3. Lembaga tersebut pada pasal 11 ayat 2 ini dapat dibentuk oleh Presidium PP KMHDI atau Ketua PD KMHDI atau Ketua PC KMHDI disesuaikan dengan kebutuhan dan tingkatan organisasi.

4. Mekanisme pembentukan dan jenis Lembaga akan diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi.

(17)

BAB III

PERMUSYAWARATAN Pasal 12

1. Mahasabha dihadiri oleh : 1. Peserta yang terdiri dari :

a. Pengurus PP KMHDI b. Utusan PD KMHDI c. Utusan PC KMHDI

1. Peninjau yang ditentukan oleh PP KMHDI.

1. Mahasabha dilaksanakan 2 (dua) tahun sekali.

2. Pelaksana dan penanggung jawab Mahasabha adalah PP KMHDI.

Pasal 13 1. Lokasabha dihadiri oleh :

1. Peserta yang terdiri dari:

a. Pengurus PD KMHDI.

b. Utusan PC KMHDI dan/atau anggota PD KMHDI.

1. Peninjau yang terdiri dari : a. Utusan PP KMHDI.

b. Peninjau yang telah ditentukan oleh PD KMHDI.

1. Lokasabha dilaksanakan 2 (dua) tahun sekali.

1. Pelaksana dan penanggung jawab Lokasabha adalah PD KMHDI.

2. Untuk pertama kalinya, maka yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan Lokasabha adalah PP KMHDI.

Pasal 14 1. Sabha dihadiri oleh :

1. Peserta yang terdiri dari:

a. Pengurus PC KMHDI.

a. Utusan Komisariat KMHDI dan/atau anggota PC KMHDI.

1. Peninjau yang terdiri dari : a. Utusan PD KMHDI.

b. Peninjau yang telah ditentukan oleh PC KMHDI.

(18)

1. Sabha dilaksanakan 2 (dua) tahun sekali.

1. Pelaksana dan penanggungjawab Sabha adalah PC KMHDI.

2. Untuk pertama kalinya, maka yang bertanggungjawab dalam pelaksanaan Sabha adalah PP KMHDI atau PD KMHDI.

Pasal 15 Rakernas dihadiri oleh :

a. Peserta yaitu pengurus PP KMHDI.

b. Peninjau yaitu utusan PD KMHDI dan/atau peninjau yang ditentukan oleh PP KMHDI.

c. Rakernas dilaksanakan 1 (satu) kali setelah Mahasabha.

d. Pelaksana dan penanggungjawab Rakernas adalah PP KMHDI.

Pasal 16 Rakerda dihadiri oleh :

a. Peserta yaitu pengurus PD KMHDI.

b. Peninjau yaitu utusan PP KMHDI, PC KMHDI dan/atau peninjau yang ditentukan oleh PD KMHDI.

c. Rakerda dilaksanakan 1 (satu) kali setelah Lokasabha.

d. Pelaksana dan penanggungjawab Rakerda adalah PD KMHDI.

Pasal 17 Rakercab dihadiri oleh :

a. Peserta yaitu pengurus PC KMHDI.

b. Peninjau yaitu utusan PD KMHDI dan/atau peninjau yang ditentukan oleh PC KMHDI.

c. Rakercab dilaksanakan 1 (satu) kali setelah Sabha.

d. Pelaksana dan penanggungjawab Rakercab adalah PC KMHDI.

Pasal 18 Rakornas dihadiri oleh :

1. Peserta yaitu pengurus PP KMHDI, utusan PD KMHDI dan utusan PC KMHDI.

2. Peninjau yaitu peninjau yang ditentukan oleh PP KMHDI.

1. Pelaksana dan penanggungjawab Rakornas adalah PP KMHDI.

Pasal 19 Rakorda dihadiri oleh :

(19)

1. Peserta yaitu pengurus PD KMHDI, utusan PC KMHDI dan utusan Komisariat.

2. Peninjau yaitu peninjau yang ditentukan oleh PD KMHDI.

1. Pelaksana dan penanggungjawab Rakorda adalah PD KMHDI.

Pasal 20 Rakorcab dihadiri oleh :

1. Peserta yaitu pengurus PC KMHDI, utusan Komisariat dan atau anggota.

2. Peninjau yaitu peninjau yang ditentukan oleh PC KMHDI.

1. Pelaksana dan penanggungjawab Rakorcab adalah PC KMHDI.

Pasal 21 Rapimnas dihadiri oleh :

1. Peserta yaitu Pengurus Inti dan Pengurus Non Inti PP KMHDI.

2. Peninjau yaitu peninjau yang ditentukan oleh PP KMHDI.

3. Rapimnas dapat dilaksanakan dan disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.

4. Pelaksana dan penanggungjawab Rapimnas adalah PP KMHDI.

Pasal 22 Rapimda dihadiri oleh :

1. Peserta yaitu Pengurus Inti dan Pengurus Non Inti PD KMHDI.

2. Peninjau yaitu peninjau yang ditentukan oleh PD KMHDI.

3. Rapimda dapat dilaksanakan dan disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.

4. Pelaksana dan penanggungjawab Rapimda adalah PD KMHDI.

Pasal 23 1. Rapimcab dihadiri oleh :

1. Peserta yaitu Pengurus Inti dan Pengurus Non Inti PC KMHDI.

2. Peninjau yaitu peninjau yang ditentukan oleh PC KMHDI.

1. Rapimda dapat dilaksanakan dan disesuaikan dengan kebutuhan organisasi.

2. Pelaksana dan penanggungjawab Rapimcab adalah PC KMHDI.

BAB IV

PEMBENTUKAN PIMPINAN CABANG DAN PIMPINAN DAERAH Pasal 24

1. Dalam memperluas dan mempererat jaringan Mahasiswa Hindu Indonesia, KMHDI dapat melakukan pembentukan PC KMHDI atau PD KMHDI yang baru.

2. Persetujuan untuk melakukan pembentukan PC KMHDI atau PD KMHDI yang baru ditentukan oleh PP KMHDI.

(20)

3. Dalam teknis pelaksanaannya, PP KMHDI dapat memberikan penugasan kepada PC KMHDI atau PD KMHDI untuk melakukan pembentukan PC KMHDI atau PD KMHDI yang baru.

4. PP KMHDI dapat melakukan pembentukan PD KMHDI yang baru, apabila dalam suatu wilayah atau provinsi telah terdapat sedikitnya dua PC KMHDI.

5. Aturan lebih lanjut mengenai mekanisme pembentukan PC KMHDI dan PD KMHDI yang baru akan diatur dalam peraturan organisasi.

BAB V

PEMILIHAN, PENETAPAN DAN PENGANGKATAN PENGURUS Pasal 25

1. Presidium PP KMHDI dipilih secara langsung oleh peserta Mahasabha untuk selanjutnya ditetapkan dan diangkat dalam Mahasabha.

2. Pengurus PP KMHDI selain Presidium PP KMHDI, ditentukan oleh Presidium PP KMHDI sebagai hak prerogratif untuk selanjutnya ditetapkan dan diangkat dalam Mahasabha.

3. Pemilihan, penetapan dan pengangkatan Pengurus Lembaga Non Departemen PP KMHDI dapat dilakukan oleh Presidium PP KMHDI dengan menerbitkan Surat Keputusan (SK) dari PP KMHDI.

4. Ketua PD KMHDI atau Ketua PC KMHDI dipilih secara langsung oleh peserta Lokasabha atau Sabha untuk selanjutnya ditetapkan dan diangkat dalam Lokasabha atau Sabha.

5. Pengurus PD KMHDI atau PC KMHDI selain Ketua PD KMHDI atau Ketua PC KMHDI, ditentukan oleh Ketua PD KMHDI atau Ketua PC KMHDI sebagai hak prerogratif untuk selanjutnya ditetapkan dan diangkat dalam Lokasabha atau Sabha.

6. Lokasabha atau Sabha menetapkan dan mengangkat seluruh personalia kepengurusan atau dapat saja hanya menetapkan dan mengangkat personalia kepengurusan inti dari PD KMHDI atau PC KMHDI.

7. Apabila Lokasabha atau Sabha hanya menetapkan dan mengangkat kepengurusan inti saja, maka pemilihan pengurus non inti menjadi hak

prerogratif dari Ketua PD KMHDI atau Ketua PC KMHDI terpilih dan seluruh pengurus non inti wajib telah terbentuk selambat-lambatnya 14 hari pasca Lokasabha atau Sabha.

8. Pemilihan, penetapan dan pengangkatan Pengurus Non Biro PD KMHDI atau Non Bidang PC KMHDI dapat dilakukan oleh Ketua PD KMHDI atau Ketua PC KMHDI dengan menerbitkan Surat Keputusan (SK) dari PD KMHDI atau PC KMHDI.

9. Pengurus Komisariat KMHDI dipilih, ditetapkan dan diangkat oleh Rapat Pimpinan organisasi KMHDI yang secara hirarki bertanggung jawab dalam wilayah kerjanya.

BAB VI

PERGANTIAN PENGURUS ANTAR WAKTU

(21)

Pasal 26

1. Pergantian antar waktu bagi pengurus organisasi yang tidak menjabat sebagai Presidium PP KMHDI, Ketua PD KMHDI atau Ketua PC KMHDI dapat dilakukan oleh masing – masing tingkatan organisasi melalui mekanisme Rapat Pimpinan (Rapim) dengan mempertimbangkan berbagai situasi, kondisi, aspirasi dan keselamatan organisasi.

2. Bila ditengah masa jabatannya, salah satu personalia Presidium PP KMHDI berhalangan tetap yang tidak dikarenakan oleh pelanggaran disiplin organisasi, maka berlaku ketentuan sebagai berikut :

1. Diangkat penggantinya dengan menunjuk Sekretaris Umum PP KMHDI sebagai pelaksana tugas (Plt) Presidium PP KMHDI.

2. Jumlah maksimal Plt Presidium PP KMHDI adalah 2 (dua) orang.

3. Jika Sekretaris Umum PP KMHDI telah diangkat menjadi Plt Presidium PP KMHDI, namun ada lagi Presidium PP KMHDI berhalangan tetap, maka Bendahara PP KMHDI diangkat menjadi Plt Presidium PP KMHDI.

4. Jika ketentuan ayat 2 point 2 dalam pasal ini telah terjadi, namun ada lagi personalia Presidium PP KMHDI yang terpilih pada saat Mahasabha berhalangan tetap, maka Presidium dan Plt Presidium PP KMHDI wajib berkoordinasi untuk menyelenggarakan Mahasabha Luar Biasa selambat- lambatnya enam bulan sejak terjadinya kondisi ini.

1. Bila ditengah masa jabatannya, Ketua PC KMHDI atau Ketua PD KMHDI berhalangan tetap yang tidak dikarenakan oleh pelanggaran disiplin organisasi, maka berlaku ketentuan sebagai berikut :

1. Diangkat penggantinya dengan menunjuk Sekretaris atau wakil ketua PC KMHDI atau PD KMHDI sebagai pelaksana tugas (Plt) Ketua PC atau PD KMHDI.

2. Jika Sekretaris PC atau PD KMHDI berjumlah lebih dari satu orang, maka prioritas penunjukkan Plt didasarkan pada nomor urut pengangkatan Sekretaris PC atau PD KMHDI saat Sabha atau Lokasabha.

1. Plt Ketua PC atau PD KMHDI wajib berkoordinasi untuk

menyelenggarakan Sabha Luar Biasa atau Lokasabha Luar Biasa selambat-lambatnya enam bulan setelah ditunjuk.

2. Plt Ketua PC atau Plt Ketua PD KMHDI diangkat melalui Surat Keputusan (SK) dari pimpinan struktural organisasi yang berada satu tingkat diatasnya.

3. Plt Presidium PP KMHDI diangkat melalui Surat Keputusan (SK) dari PP KMHDI.

4. Selain melaksanakan tugas dan kewajiban barunya sebagai Plt, personalia yang ditunjuk sebagai Plt, tetap harus menjalankan tugas dan kewajibannya yang lama sesuai posisi jabatan saat

pengangkatannya dalam Sabha, Lokasabha atau Mahasabha.

BAB VII

QUORUM DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN Pasal 27

(22)

1. Maha Sabha, Loka Sabha, Sabha, Sabha khusus, Raker, Rakor dan Rapim dinyatakan sah apabila dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½ +1 (setengah plus 1) dari jumlah peserta yang berhak hadir.

2. Semua keputusan diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat, dan apabila tidak tercapai mufakat maka keputusan diambil dengan suara terbanyak.

BAB VIII

HUBUNGAN KELEMBAGAAN Pasal 28

1. KMHDI dapat menjalin hubungan dengan lembaga pemerintah dan non pemerintah baik dalam negeri maupun luar negeri.

2. Hubungan kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam ayat satu pasal ini dapat dilakukan oleh setiap tingkatan organisasi KMHDI baik secara individu maupun secara lembaga.

Pasal 29

Hubungan dengan lembaga/organisasi kemasyarakatan dilakukan dengan memperhatikan:

1. Lembaga/organisasi bersangkutan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, GBHO, ketetapan-ketetapan dan peraturan-

peraturan organisasi KMHDI.

2. Kesetaraan derajat, kebersamaan dan saling menghargai.

BAB IX

DISIPLIN ORGANISASI Pasal 30

1. Anggota dan pengurus organisasi KMHDI dilarang melakukan tindakan- tindakan yang dapat mencemarkan nama baik dan kehormatan organisasi KMHDI.

2. Setiap anggota dan Pengurus organisasi KMHDI wajib menghindari perpecahan dalam organisasi KMHDI.

DISIPLIN KEANGGOTAAN Pasal 31

1. Anggota KMHDI yang melakukan pelanggaran disiplin organisasi baik yang sedang menjabat sebagai pengurus maupun tidak, dapat dikenakan sanksi oleh organisasi.

2. Pelanggaran disiplin organisasi yang dilakukan oleh anggota ditangani oleh pimpinan di masing-masing tingkatan organisasi dan selanjutnya dilakukan

(23)

secara berjenjang oleh pimpinan setingkat diatasnya sebelum ditangani oleh PP KMHDI sebagai pimpinan tertinggi.

3. Sanksi organisasi pada anggota yang melakukan pelanggaran disiplin organisasi, dilakukan secara bertahap berupa tiga kali teguran lisan, tiga kali peringatan tertulis dan pemberhentian sementara oleh pimpinan tertinggi pada masing-masing tingkatan organisasi.

4. Terhadap anggota yang dikenakan sanksi harus diberikan hak membela diri dalam permusyawaratan yang diadakan organisasi KMHDI.

5. Khusus mengenai sanksi berupa pemberhentian anggota yang bersifat

permanen haruslah berupa keputusan Mahasabha, setelah pihak terkena sanksi diberikan kesempatan untuk membela diri seluas-luasnya dalam forum

Mahasabha.

6. Teknis pengenaan disiplin organisasi kepada anggota, diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi.

DISIPLIN PENGURUS Pasal 32

1. Anggota KMHDI yang karena fungsionalitasnya sebagai pengurus KMHDI melakukan pelanggaran disiplin organisasi dapat dikenakan sanksi oleh organisasi.

2. Pelanggaran disiplin organisasi yang dilakukan oleh pengurus ditangani oleh pimpinan di masing-masing tingkatan organisasi.

3. Sanksi organisasi pada pengurus yang melakukan pelanggaran disiplin organisasi, dilakukan secara bertahap berupa dua kali teguran lisan, satu kali peringatan tertulis dan dapat dilanjutkan dengan penonaktifan atau

pemberhentian dari jabatannya.

4. Pengurus organisasi yang terbukti melakukan pelanggaran disiplin organisasi dapat diberhentikan sebagai pengurus oleh pimpinan organisasi di masing masing tingkatan dalam forum Rapim setelah yang bersangkutan diberikan kesempatan untuk membela diri seluas-luasnya.

5. Khusus mengenai penanganan masalah disiplin organisasi dari Ketua PC KMHDI atau Ketua PD KMHDI dilakukan oleh PP KMHDI.

6. Ketua PC KMHDI atau Ketua PD KMHDI yang terbukti melakukan

pelanggaran disiplin organisasi dapat dinonaktifkan atau diberhentikan oleh PP KMHDI, dan selanjutnya PP KMHDI menunjuk seorang Plt Ketua PC KMHDI atau Plt Ketua PD KMHDI yang berasal dari anggota atau pengurus PC KMHDI atau PD KMHDI bersangkutan.

7. Plt Ketua PC atau Plt Ketua PD KMHDI yang ditunjuk oleh PP KMHDI wajib menyelenggarakan sabha atau lokasabha luar biasa selambat-lambatnya enam bulan sejak yang bersangkutan ditunjuk sebagai Plt.

8. Terhadap Ketua PC atau PD KMHDI yang dikenakan sanksi penonaktifan atau pemberhentian harus diberikan hak membela diri dalam sabha atau lokasabha luar biasa yang diadakan organisasi.

9. Personalia Presidium PP KMHDI yang melakukan pelanggaran disiplin organisasi dapat dikenakan sanksi.

10. Sanksi dapat diberikan kepada personali Presidium PP KMHDI apabila ada bukti pelanggaran disiplin organisasi dan disertai dengan bukti pernyataan mosi tidak percaya dari minimal 2/3 jumlah PC dan PD KMHDI.

(24)

11. Sanksi penonaktifan atau pemberhentian kepada personalia Presidium PP KMHDI dapat dilakukan dalam forum Rakornas yang telah memenuhi persyaratan quorum setelah yang bersangkutan diberikan hak membela diri.

12. Forum Rakornas yang dimaksud dalam ayat 11 pasal ini, dapat menunjuk salah satu personalia pengurus PP KMHDI sebagai pelaksana tugas(Plt) Presidium PP KMHDI yang telah dinonaktifkan atau diberhentikan karena pelanggaran disiplin organisasi.

13. Apabila jumlah personalia Presidium PP KMHDI yang dinonaktifkan dan/atau diberhentikan berjumlah lebih dari 2(dua) orang, maka personalia Presidium PP KMHDI yang masih ada wajib melaksanakan Mahasabha Luar Biasa selambat lambatnya enam bulan sejak diputuskannya penonaktifan atau pemberhentian.

14. Teknis pengenaan disiplin organisasi kepada pengurus KMHDI, diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi.

Pasal 33

Pemulihan nama baik atau rehabilitasi dapat diberikan dan dipertanggungjawabkan kepada anggota melalui permusyawaratan anggota, yaitu Sabha atau Lokasabha atau Mahasabha atau Sabha Khusus.

BAB X LAMBANG

Pasal 34

Lambang KMHDI adalah Asta Brahmacarya Marga Nusantara dengan penjelasan sebagaiiberikut:

1. Gambar:

2. Pengertian:

a. Lingkaran

Makna : satu kesatuan utuh yang tidak terpisahkan.

b. Asta Dala

Makna : delapan kemahakuasaan Tuhan (Asta Isawarya), menggambarkan delapan penjuru mata angin; mempunyai pola berfikir multidimensional dan proporsional sehingga senantiasa mempertimbangkan berbagai aspek.

c. Tri Datu (Tiga Warna Suci)

Makna : merah, putih, hitam. Tiga warna ini menggambarkan Tri Murti, yaitu tiga manifestasi Tuhan sebagai pencipta, pemelihara, dan pelebur (Brahma,Wisnu,Siwa).

Dengan kata lain, kader KMHDI harus memiliki daya pikir yang inovatif,siap menjaga dan melestarikan potensi Hindu dengan nilai-nilai Dharma yang dimiliki,

(25)

serta berani tampil di depan untuk mengembalikan serta menegakkan nilai-nilai ajaran Dharma dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara.

d. Segi Lima

Makna : philosofi Agama. Merupakan konsep Panca Srada, yaitu lima dasar kepercayaan dalam Agama Hindu.

e. Buku terbuka dan kosong

Buku terbuka bermakna : bahwa ilmu pengetahuan bersifat universal.

Kosong bermakna : suatu kemurnian pengabdian KMHDI.

f. Nyala obor

Makna : semangat perjuangan untuk mewujudkan tujuan KMHDI.

g. Kepulauan Indonesia

Makna : KMHDI di dalam perjuangannya selalu berwawasan Nasional dan menghargai semboyan Bhineka Tunggal Ika

h. Swastika

Makna : lambang Agama Hindu dan dipercaya sebagai sumber keselamatan dunia.

Hal ini juga menegaskan bahwa KMHDI adalah organisasi yang berdasarkan Hindu.

Pasal 35

Mengenai penggunaan lambang dan atribut organisasi lainnya diatur lebih lanjut dalam peraturan organisasi.

BAB XI

PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 36

Perubahan Anggaran Rumah Tangga KMHDI dapat dilaksanakan dalam Mahasabha yang dihadiri oleh sekurang-kurangnya ½+1 (setengah plus 1) dari jumlah peserta yang berhak hadir dan disetujui oleh sekurang-kurangnya ½ + 1 (setengah plus satu) dari jumlah peserta yang hadir.

(26)

BAB XII

ATURAN PERALIHAN Pasal 37

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Rumah Tangga akan diatur dalam Peraturan Organisasi dan ketentuan-ketentuan tersendiri yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.

BAB XIII PENUTUP

Pasal 38

Anggaran Rumah Tangga ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Lampiran Ketetapan Mahasabha V KMHDI

Nomor : VI/TAP/MAHASABHA V/KMHDI/IV/2006 Tentang : Garis-Garis Besar Haluan Organisasi

GARIS-GARIS BESAR HALUAN ORGANISASI I. PENDAHULUAN

Pembinaan kehidupan beragama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa diarahkan pada peningkatan kesradaan dan bakti terhadap Tuhan Yang Maha Esa karena itu dituntut kesadaran dan peran serta umat beragama dan penganut kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa akan tanggung jawabnya untuk bersama-sama memperkukuh landasan spiritual moral dan etika bagi pembangunan nasional sebagai pengamalan Pancasila.

Pembangunan nasional bertujuan untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur sesuai Pancasila dan cita-cita kemerdekaan yang tercantum dalam Pembukaan

Undang-undang Dasar 1945, dan dijabarkan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara.

Untuk mencapai cita-cita tersebut maka upaya-upaya pemberdayaan masyarakat sipil dalam berbagai bidang kehidupan harus mendapatkan prioritas pelaksanaan. Berkaitan dengan itu, Mahasiswa Hindu sebagai bagian integral bangsa Indonesia, bertekad turut aktif berperan dan mendukungnya secara kritis.

Untuk memberikan dukungan dan peran sertanya, Mahasiswa Hindu menghimpun diri dalam satu wadah organisasi yaitu Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma

Indonesia (KMHDI). Agar tujuan KMHDI sebagaimana tertuang dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KMHDI dapat terlaksana, maka disusunlah haluan organisasi dalam garis besar sebagai acuan pelaksanaan seluruh program kerja KMHDI.

(27)

1. Pengertian Umum

Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) adalah haluan tentang pengembangan organisasi dalam garis-garis besarnya. Penetapan GBHO bertujuan memberikan arah bagi pelaksanaan program organisasi yang dilaksanakan secara bertahap. Dengan demikian pelaksanaan program-program organisasi dalam satu periode kepengurusan selalu memiliki acuan dan terarah menuju target sasaran yang telah ditetapkan. Maka kinerja kepengurusan KMHDI dapat dengan jelas dan tegas dievaluasi secara

kuantitatif dan kualitatif.

1. Landasan Idiil

Dengan pengertian tersebut maka GBHO harus memiliki titik pijak agar

pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan secara legal formal maupun secara moral. Titik pijak GBHO KMHDI yang dimaksudkan terdiri dari : Landasan idiil yaitu Pancasila, landasan konstitusionalnya adalah UUD 1945 dan Landasan Organisasi berupa Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga KMHDI serta ketetapan-ketetapan maupun keputusankeputusan Mahasabha KMHDI.

Secara keseluruhan, berbagai landasan tersebut merupakan koridor sekaligus rambu- rambu bagi setiap aktifitas segenap pengurus KMHDI dalam merealisasikan program kerjanya. Titik pijak yang ditetapkan di atas secara umum juga mencerminkan

kehendak setiap kader KMHDI mengenai wujud masa depan organisasi beserta seluruh outputnya. Untuk memberi gambaran mengenai wujud masa depan yang diinginkan dan diupayakan pencapaiannya, serta bagaimana mencapainya, baik dalam jangka panjang atau jangka pendek, maka materi GBHO meliputi pola dasar

pengembangan organisasi, tujuan pengembangan jangka panjang, tujuan pengmbangan jangka pendek, dan pelaksanaannya.

I. POLA DASAR PENGEMBANGAN ORGANISASI

Pengembangan organisasi merupakan rangkaian kebijakan dan kegiatan yang saling berkesinambungan dan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat. Persoalan rendahnya tingkat kualitas hidup serta SDM umat Hindu merupakan satu bagian kecil dari kepedulian KMHDI untuk turut serta mengatasinya. Kepedulian sosial tersebut merupakan konsekuensi Dharma Agama dan Dharma Negara yang diemban setiap umat Hindu. Hal ini tidak dapat di hindarkan oleh segenap kader KMHDI maupun KMHDI sebagai organisasi independent yang turut menghendaki terwujudnya Negara kebangsaan yang demokratis dengan supremasi hukum, keadilan, perdamaian, serta pemberdayaan kedaulatan rakyat dalam koridor kehidupan berbangsa dan bernegara.

Untuk meraih tujuan-tujuan tersebut, maka asas organisasi KMHDI didasarkan pada :

a. Azas Kesradaan. Segala usaha dan pengembangan organisasi, digerakkan dan dikendalikan oleh kesradaan dan bakti yang tulus terhadap Hyang Widi sebagai nilai-nilai luhur yang menjadi landasan spiritual, moral, dan etika dalam pengembangan organisasi.

b. Azas Manfaat. Segala usaha dan kegiatan organisasi harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kemanusiaan, peningkatan

(28)

kesejahteraan dan pengembangan pribadi umat Hindu serta mengutamakan kelestarian nilai-nilai luhur budaya bangsa dan kelestarian lingkungan hidupdalam rangka pembangunan yang berkesinambungan dan berkelanjutan.

c. Azas Keseimbangan, keserasian, dan keharmonisan dalam perikehidupan. Pengembangan organisasi harus memperhatikan keseimbangan berbagai kepentingan, agar keserasian dan

keharmonisan antara berbagai kepentingan material dan spiritual serta individu dan masyarakat selalu terjaga.

d. Azas demokrasi. Pengembangan organisasi yang meliputi seluruh kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dengan semangat kekeluargaan yang bercirikan kebersamaan, gotong royong, persatuan dan kesatuan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat.

e. Azas Hukum. Penyelenggaraan pengembangan organisasi harus taat pada hukum yang berintikan keadilan dan kebenaran untuk

menegakkan dan menjamin kepastian hukum.

f. Azas Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Agar pengembangan

organisasi dapat memberikan kesejahteraan yang setinggi-tingginya, pelaksanaannya harus menerapkan nilai-nilai ilmu pengetahuan dan teknologi secara seksama dan bertanggungjawab.

g. Azas Kemandirian. Pengembangan organisasi harus berlandaskan pada kepercayaan dan kemampuan sendiri serta bersendikan pada tatanan kerangka dasar agama Hindu sebagai konsekuensi sikap dan posisi yang independen.

Mengenai modal dasar dan faktor dominan dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Modal Dasar Pengembangan Organisasi

Modal dasar pengembangan organisasi merupakan seluruh sumber kekuatan organisasi yang efektif dan potensial yang dimiliki dan didayagunakan dalam pengembangan organisasi yaitu :

1. UUD 1945 pasal 28 dan 29.

2. Jiwa dan semangat persatuan dan kesatuan Mahasiswa Hindu Indonesia.

3. Seluruh mahasiswa Hindu dengan tekadnya yang menjunjung tinggi nilai-nilai Weda untuk kemudian diketahui, dimengerti, dipahami, dan dilaksanakan dalam kehidupan keseharian.

1. Faktor-faktor Berpengaruh Dalam Pengembangan Organisasi Faktor-faktor dominan yang mempengaruhi proses pengembangan organisasi ini harus diperhatikan sebagai suatu kekuatan, kelemahan, peluang, dan tantangan

organisasi kedepan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan program kerja organisasi.

(29)

Adapun faktor-faktor yang menjadi kekuatan pengembangan organisasi adalah sebagai berikut :

1. KMHDI memiliki akses, jaringan dan posisi tawar terhadap pihak di luar KMHDI.

2. KMHDI memiliki sistem managerial yang terstandarisasi dan telah diimplementasikan.

3. KMHDI memiliki sistem komunikasi yang dapat menjangkau seluruh tingkatan organisasi dan cukup mampu menjembatani masalah informasi dan kendala geografis sehingga KMHDI mampu mengadakan konsolidasi yang efektif.

4. KMHDI memiliki sistem pengelolaan keuangan dengan basis iuran anggota yang telah dilaksanakan di beberapa daerah.

5. KMHDI memiliki konsep kaderisasi yang telah diimplementasikan di berbagai daerah.

6. KMHDI memiliki konsep tentang infrastruktur dan supra struktur yang jelas.

Kelemahan KMHDI yang dapat mengganggu pengembangan organisasi umumnya datang dari dalam diri KMHDI sendiri. Kelemahan tersebut sebagai berikut :

1. Rendahnya rasa turut memiliki dan kepedulian kader KMHDI terhadap keberadaan organisasinya.

2. Kesenjangan intelektual yang cukup lebar antar kader KMHDI.

3. Kader-kader KMHDI secara umum masih miskin pengalaman organisasi.

4. Langkanya kader-kader andal yang dimiliki KMHDI.

5. Sistem dan mekanisme kerja organisasi yang belum mapan.

6. Terbatasnya sumber dan akses pendanaan.

7. Masih kuatnya semangat primodialisme kedaerahan di dalam benak mahasiswa Hindu Indonesia.

Selanjutnya peluang pengembangan organisasi dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Potensi mahasiswa Hindu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

2. Iklim keterbukaan dan kebebasan demokrasi sejalan dengan arus reformasi.

3. Semangat solidaritas antar mahasiswa Hindu.

4. Berkembangnya kesadaran mahasiswa Hindu terhadap pentingnya peranan organisasi dalam kehidupan sosial mereka.

Sedangakan tantangan yang dihadapi oleh KMHDI beserta segenap kader-kadernya adalah sebagai berikut :

1. Iklim persaingan global yang mengharuskan setiap orang dan organisasi mampu bergerak dan mengembangkan dirinya dengan cepat dan tepat.

2. Perkembangan teknologi informasi menuntut KMHDI selalu mampu

menyesuaikan diri dengan setiap perkembangan baru dan menyerap informasi terbaru.

3. Kondisi stabilitas politik dalam negeri yang labil menuntut kemampuan KMHDI memposisikan diri dalam pergaulan berbangsa dan bernegara.

(30)

4. Terdapatnya sebagian mahasiswa Hindu yang mengalami keterbelakangan social dan ekonomi.

5. Kondisi riil KMHDI yang masih mengalami ketergantungan materi pada pihak-pihak lain.

Dengan menyadari segala keunggulan dan kelemahan, maka kader KMHDI dituntut memiliki wawasan yang luas, semangat yang solid, konsistensi sikap, serta

kemandirian yang teguh dalam bidang spiritual, intelektualitas, progresifitas, loyalitas, dan nasionalisme kebangsaan.

I. PENGEMBANGAN ORGANISASI JANGKA PANJANG 1. Tujuan

Tujuan pengembangan organisasi jangka panjang adalah meningkatkan sumber daya manusia Mahasiswa Hindu Indonesia yang mandiri dan memiliki nilai-nilai dasar yaitu : religius, humanis, nasionalis dan selalu berpikir progresif. Adapun penjabaran mengenai tujuan pengembangan organisasi jangka panjang adalah :

a. Terbentuknya komunitas kritis dalam aktivitas organisasi kemahasiswaan yang pofesional dan berkarakter progresif.

b. Memperkokoh persatuan dan kesatuan Mahasiswa Hindhu sebagai bagian dari komponen bangsa.

c. Terwujudnya kader organisasi yang mandiri dan memiliki jati diri sehingga mampu berperan aktif di segala bidang kehidupan.

1. Sasaran

Pengembangan organisasi harus mampu menyentuh target group atau kelompok sasaran yang meliputi mahasiswa Hindu Indonesia pada umumnya, anggota KMHDI pada khususnya, serta para alumni KMHDI. Kelompok sasaran yang tersentuh program-program pengembangan organisasi itu diharapkan mampu berkembang sebagai kader-kader professional, berdedikasi tinggi, dan unggul dalam persaingan SDM. Secara organisatoris kelompok sasaran pengembangan organisasi meliputi pula pemberdayaan organisasi KMHDI di tingkat daerah, cabang, dan komisariat.

Agar pengembangan organisasi dapat berjalan secara terarah, maka pengembangan organisasi dalam jangka panjang dijabarkan sebagai berikut :

a. Meningkatkan aktifitas dan kreatifitas KMHDI dalam upayanya

memberdayakan berbagai potensi keumatan dan mahasiswa Hindu pada khususnya.

b. Tercapainya konsolidasi seluruh Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia dalam Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia.

c. Mendirikan lembaga penunjang organisasi yang diperlukan.

d. Terlaksananya musyawarah organisasi sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan dan ditetapkan.

e. Terbentuknya kader Mahasiswa Hindu yang mandiri dan mampu berpikir progresif.

f. Terwujudnya organisasi yang mandiri dan independent.

(31)

g. Terjalinnya hubungan yang baik antara KMHDI dengan masyarakat dalam kehidupan sosial keagamaan dan sosial kemasyarakatan.

h. Menilai secara kritis dan bernalar tinggi serta, mengambil langkah nyata terhadap setiap kebijakan penyelenggara kehidupan bernegara.

Sedangkan titik berat pengembangan organisasi jangka panjang pada pembentukan kader muda Hindu yang mandiri dan mampu berpikir progresif serta memiliki nilai- nilai religiusitas, humanis, nasionalis.

Arah pengembangan jangka panjang Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas kader dan mengupayakan visi KMHDI sebagai wadah pemersatu Mahasiswa Hindu di seluruh Indonesia serta KMHDI akan mampu menjadi wadah pengembangan dan pengkajian social

keagamaan, sebagaimana tertuang dalam pokok-pokok pikiran dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. KMHDI.

I. PENGEMBANGAN ORGANISASI JANGKA PENDEK

Tujuan dan sasaran pengembangan organisasi jangka pendek adalah untuk mewujudkan anggota KMHDI mampu berpikir kritis dankonstruktif

terhadaplingkungan sosialnya. Adapun penjabaran mengenai fokus pengembangan organisasi dalam jangka pendek akan dikelompokkan dalam bidang-bidang sebagai berikut :

A. Bidang Organisasi

1. Memantapkan manajerial organisasi di tataran PD KMHDI dan PC KMHDI maupun komisariat yang telah ada.

2. Merumuskan peraturan peraturan organisasi dan Menegakkan pelaksanaan disiplin organisasi di masing masing tingkatan organisasi KMHDI

3. Terciptanya kelengkapan kepengurusan organisasi di setiap tingkat organisasi KMHDI.

4. Terpenuhinya sarana dan prasarana minimal yang menunjang kelancaran roda organisasi.

5. Mengupayakan pembentukan PD KMHDI dan atau PC KMHDI serta Komisariat KMHDI sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif setempat, sebagai upaya untuk terus menerus meningkatkan kualitas dan kuantitas kader di kalangan mahasiswa Hindu dan masyarakat pada umumnya.

6. Mengadakan konsolidasi secara berkesinambungan untuk terus meningkatkan komunikasi yang konstruktif dan kondusif.

7. Terlaksananya program organisasi di setiap tingkat organisasi sesuai dengan situasi dan kondisi obyektif organisasi masing-masing.

8. Menyelenggarakan Mahasabha VI tahun 2008.

9. Meletakkan landasan pengembangan organisasi yang mantap untuk tahap pengembangan berikutnya.

(32)

A. Bidang Pengembangan dan Kaderisasi

1. Melaksanakan sistem kaderisasi KMHDI secara mandiri dan berkesinambungan sesuai dengan yang diatur dalam sistem kaderisasi KMHDI.

2. Menyempurnakan seri buku infrastruktur KMHDI, dalam menindaklanjuti program pengembangan organisasi.

A. Bidang Sosial Kemasyarakatan

1. Turut serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara dengan penuh

kemandirian, kedewasaan dan konsistensi dalam menghadapi realitas objektif.

2. Meningkatkan komunikasi interaktif dan konstruktif dengan seluruh

komponen Mahasiswa Hindu, komponen umat atau masyarakat untuk dapat bersama-sama memberdayakan potensi secara optimal dalam usaha

pencapaian program.

3. Ikut proaktif dalam bidang social kemasyarakatan di masing-masing wilayah kerja KMHDI sesuai dengan kondisi setempat dengan tetap berdasarkan pada landasan perjuangan KMHDI.

4. Memantapkan eksistensi organisasi di tingkat nasional dengan berperan aktif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

A. Bidang Keuangan

1. Mengoptimalkan penggalian dana yang berasal dari dana internal organisasi berupa iuran wajib.

2. Melakukan kegiatan yang dapat memberikan kontribusi positif terhadap sumber pendanaan organisasi.

3. Penggalian dana dari sumber eksternal yang sifatnya tidak mengikat yang sejalan dengan visi dan misi organisasi.

4. Pembentukan sebuah badan usaha untuk menghasilkan dana yang berkesinambungan bagi KMHDI .

I. PELAKSANAAN

Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) akan ditindak lanjuti oleh semua jajaran pengurus KMHDI. Garis-garis Besar Haluan Organisasi pada dasarnya merupakan haluan pengembangan organisasi yang pelaksanaannya dituangkan dalam Garis-garis Besar Program Kerja (GBPK) organisasi. Adapun mekanisme teknis implementasi GBHO adalah sebagai berikut :

1. Untuk PP KMHDI, maka GBHO akan menjadi landasan utama dalam penyusunan program kerja pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas).

2. Untuk PD KMHDI dan PC KMHDI, maka GBHO akan menjadi landasan utama dalam pembuatan Garis-garis Besar Program Kerja (GBPK).

(33)

Pengurus PP KMHDI sebagai pelaksana organisasi tertinggi memberikan pertanggungjawabannya kepada Mahasabha berikutnya atas tugas dan

tanggungjawabnya menjalankan Garis-garis Besar Haluan Organisasi pada akhir periode jabatan kepengurusan.

I. PENUTUP

Pengembangan organisasi jangka pendek tersebut merupakan tindak lanjut dari pengembangan organisasi periode sebelumnya. Namun, untuk periode kepengurusan 2006-2008 merupakan periode awal dari tujuan pengembangan jangka panjang seperti yang dimaksud dalam GBHO ini. Sehingga, dalam memasuki masa akhir

kepengurusan PP KMHDI periode 2006-2008 merupakan kesempatan mencapai tujuan pengembangan jangka panjang yang tetap terarah.

Keberhasilan dari setiap tahapan pengembangan organisasi ini berawal dari modal dasar organisasi yang dalam pelaksanaannya akan dipengaruhi oleh berbagai factor internal maupun eksternal. Karenanya, keterlibatan semua komponen di dalam organisasi sangat dibutuhkan dalam satu kesatuan semangat, komunikasi, dan intelektual yang berlandaskan pada nilai spiritual;. Dalam pelaksanaannya,

dibutuhkan kemampuan untuk memanajemen potensi tersebut kedalam program kerja tahunan masing-masing pengurus dengan acuan GBHO.

Hasil pengembangan organisasi ini harus dapat dinikmati oleh semua anggota masyarakat. Sehingga keberadaan KMHDI akan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Pada akhirnya, pengembangan organisasi seperti yang dimaksud dalam GBHO ini akan dapat memberikan arahan untuk pencapaian jati diri kader sebagai SDM yang berkualitas tinggi. Dengan demikian eksistensi dan kejayaan organisasi dapat terbina dengan baik.

Lampiran Ketetapan Mahasabha V KMHDI

Nomor : VII/TAP/MAHASABHA V/KMHDI/IV/2006 Tentang : Struktur Organisasi dan Sistem Kerja KMHDI

STRUKTUR ORGANISASI DAN SISTEM KERJA KMHDI 1. PENGERTIAN

Pimpinan Pusat KMHDI, Pimpinan Daerah KMHDI ataupun Pimpinan Cabang KMHDI adalah sebuah struktur kelembagaan organisasi yang berperan pada fungsi koordinasi, konseptual, dan operasional. Fungsi tersebut dirumuskan berdasarkan atas situasi dan kondisi riil umat, masyarakat, kampus di tingkat pusat, daerah atau cabang.

Sebagai organisasi yang memiliki hirarki kepengurusan, maka dalam menjalankan fungsi-fungsi yang ada, dituntun oleh dengan rambu-rambu komunikasi, yaitu: garis instruksi dan garis koordinasi.

(34)

1. Garis Instruksi

Adalah menunjukkan hubungan kerja dengan pola perintah atau instruksi yang disampaikan dari pimpinan kepada bawahan dalam rangka pelaksanaan tugas dan wewenang sesuai mekanisme yang berlaku. Adapun penggunaan garis instruksi adalah sebagai berikut :

1. Garis Instruksi terdapat pada struktur organisasi dimana terdapat tingkatan atau susunan yang didalamnya terdapat hubungan pimpinan dengan bawahan.

2. Garis Instruksi juga menunjukkan mekanisme pertanggungjawaban dari bawahan kepada pimpinan.

3. Garis Instruksi ditandai dengan suatu garis lurus yang utuh dengan pimpinan dan bawahan sebagai titik pangkal.

1. Garis Koordinasi

Adalah garis kerja yang diterjemahkan sebagai hubungan kerjasama atau koordinasi antar beberapa badan yang posisinya sama atau sejajar. Hubungan koordinasi dapat dilakukan antar lembaga atau badan atau pengurus dalam suatu struktur maupun antar struktur organisasi pada semua tingkatan yang sifatnya otonom. Adapun penggunaan garis koordinasi adalah :

1. Garis Koordinasi terdapat pada semua tingkatan organisasi yang didalamnya terdapat hubungan antar fungsionaris yang kedudukannya sejajar atau antar tingkatan organisasi yang bersifat otonom, dimana hubungan antara atasan dan bawahan yang bersifat instruksi hanya berkaitan dengan program kerja.

2. Dalam Garis Koordinasi tidak terdapat mekanisme atau hubungan

pertanggungjawaban. Yang ada hanyalah mekanisme komunikasi dua arah.

3. Garis Koordinasi ditandai dengan garis putus-putus yang dapat

menghubungkan antara fungsionaris dalam satu tingkatan atau antar tingkatan organisasi.

1. HIRARKI ORGANISASI KMHDI

Hirarki Organisasi KMHDI adalah susunan tingkatan kelembagaan KMHDI dari tingkat teratas sampai dengan tingkat terbawah. Didalamnya juga dijelaskan gambaran-gambaran umum berdasarkan bagan yang terbentuk. Dalam Organisasi KMHDI terdapat struktur organisasi sebagaimana yang tergambarkan dalam Bagan Organisasi, serta alur instruksi dan koordinasi sebagaimana yang tergambarkan dalam Garis Instruksi dan Garis Koordinasi. Hal ini diperlukan dengan maksud agar

mekanisme kerja dan alur pertanggungjawaban organisasi dapat berjalan dengan lancar. Bagan struktur, alur instruksi dan koordinasi digambarkan melalui gambar Bagan Organisasi.

1. Bagan Hirarki Organisasi WAKIL KETUA

(35)

1. Diskripsi Bagan Hirarki Organisasi

Berdasarkan gambaran Bagan Hirarki diatas, dapat dilihat hubungan antara

pimpinan /tingkatan organisasi KMHDI. Secara garis besar, bagan Hirarki KMHDI juga menggambakan hubungan-hubungan yang terjadi dalam 1 (satu) tingkatan organisasi. Adapun diskripsi dari bagan hirarki organisasi KMHDI tersebut adalah:

1. Antara Pimpinan Pusat dengan Pimpinan Daerah

a. Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat instruktif dari Pimpinan Pusat kepada Pimpinan Daerah.

b. Hubungan dalam hal Garis Intruksi adalah khusus untuk kebijakan kebijakan Organisasi yang bersifat Internal Keorganisasian

c. Hubungan koordinasi secara formal keorganisasian antara Pengurus Pimpinan Pusat dengan Pimpinan Daerah dapat terlaksana apabila diwakili atau diketahui oleh Presidium Pimpinan Pusat dan Ketua Pimpinan Daerah.

2. Antara Pimpinan Pusat dengan Pimpinan Cabang

a. Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat instruktif dari Pimpinan Pusat kepada Pimpinan Cabang.

b. Hubungan dalam hal Garis Intruksi adalah khusus untuk kebijakan kebijakan Organisasi yang bersifat Internal Keorganisasian

c. Hubungan koordinasi secara formal keorganisasian antara Pengurus Pimpinan Pusat dengan Pimpinan Cabang dapat terlaksana apabila diwakili atau diketahui oleh Presidium Pimpinan Pusat dan Ketua Pimpinan Cabang.

3. Antara Pimpinan Pusat dengan Pimpinan Komisariat

Hubungan yang dilaksanakan adalah hubungan koordinasi secara tidak langsung melalui Pimpinan Cabang.

4. Antara Pimpinan Daerah dengan Pimpinan Cabang

a. Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Koordinasi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat koordinatif.

b. Hubungan koordinasi secara formal keorganisasian antara Pengurus Pimpinan Daerah dengan Pimpinan Cabang dapat terlaksana apabila diwakili atau diketahui oleh Ketua Pimpinan Daerah dan Ketua Pimpinan Cabang.

5. Antara Pimpinan Daerah dengan Pimpinan Komisariat

Hubungan yang dilaksanakan adalah hubungan koordinasi secara tidak langsung melalui Pimpinan Cabang.

(36)

6. Antara Pimpinan Cabang dengan Komisariat

a. Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat instrukstif dari Pimpinan Cabang kepada Komisariat, dimana Komisariat sebagai perpanjangan tangan Pimpinan Cabang secara langsung maupun tidak langsung melaksanakan program-program kerja cabang. Garis kerja yang digunakan adalah garis instruksi.

b. Hubungan instruksi secara formal keorganisasian antara Pimpinan Cabang dengan Komisariat dapat terlaksana apabila dilaksanakan atau diketahui oleh Ketua Pimpinan Cabang dan Koordinator Komisariat.

1. HIRARKI KEPENGURUSAN KMHDI

Hirarki Kepengurusan KMHDI adalah struktur organisasi dalam 1 (satu) tingkatan organisasi. Seperti halnya Hirarki Organisasi, gambar bagan dan diskripsinya relatif sama karena hirarki ini hanya detail yang menjelaskan masing-masing bagian.

Adapun bagian-bagian yang dimaksud adalah Pimpinan Pusat, Pimpinan Daerah, Pimpinan Cabang dan Komisariat.

1. Pada Pimpinan Pusat

1. Bagan Kepengurusan Pimpinan Pusat Gambar 4.2 – Bagan Kepengurusan Pimpinan Pusat

1. Diskripsi Bagan Kepengurusan Pimpinan Pusat Adapun diskripsi dari Bagan Kepengurusan pada tingkat Pimpinan Pusat adalah:

1. Antara Presidium dengan Sekretaris Umum

Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat Instruktif dari Presidium ke Sekretaris Umum.

Sehingga Sekretaris Umum akan bertanggungjawab langsung kepada Presidium.

2. Antara Presidium dengan Bendahara Umum

Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat Instruktif dari Presidium ke Bendahara Umum.

Sehingga Bendahara Umum akan bertanggungjawab langsung kepada Presidium.

3. Antara Sekretaris Umum dengan Bendahara Umum

Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Koordinasi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat Koordinatif antara Sekretaris Umum dengan Bendahara Umum.

(37)

4. Antara Presidium dengan Departemen/Non Departemen

Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat Instruktif dari Presidium ke Departemen/Non Departemen. Sehingga Departemen/Non Departemen akan bertanggungjawab langsung kepada Presidium.

5. Dan seterusnya megikuti Garis Instruksi dan Garis Koordianasi yang ada.

1. Pada Pimpinan Daerah

1. Bagan Kepengurusan Pimpinan Daerah Gambar 4.3 – Bagan Kepengurusan Pimpinan Daerah

1. Diskripsi Bagan Kepengurusan Pimpinan Daerah Adapun diskripsi dari Bagan Kepengurusan pada tingkat Pimpinan Daerah adalah:

1. Antara Ketua dengan Sekretaris

Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat Instruktif dari Ketua ke Sekretaris. Sehingga Sekretaris akan bertanggungjawab langsung kepada Ketua.

2. Antara Ketua dengan Bendahara

Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat Instruktif dari Ketua ke Bendahara. Sehingga Bendahara akan bertanggungjawab langsung kepada Ketua.

3. Antara Ketua dan Wakil Ketua

Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat Instruktif dari Ketua ke Wakil Ketua. Sehingga Wakil Ketua akan bertanggungjawab langsung kepada Ketua

4. Antara Sekretaris dengan Bendahara dan Sekretaris

Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Koordinasi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat Koordinatif antara Sekretaris dengan Bendahara dan Wakil Ketua.

5. Antara Ketua dengan Biro/Non Biro

Hubungan yang dilakukan menggunakan Garis Instruksi, sehingga hubungan yang terjadi adalah hubungan yang bersifat Instruktif dari Ketua ke Biro/Non Biro.

Sehingga Biro/Non Biro akan bertanggungjawab langsung kepada Ketua.

Referensi

Dokumen terkait

Memberikan teguran tertulis dan sangsi organisasi kepada Dewan Penasehat, Dewan Pakar, Pengurus Badan dan atau Lembaga, Anggota Pengurus DPP IKA UNAND, DPD IKA

(2) Lowongan Ketua Badan Pertimbangan Organisasi Provinsi dan Badan Pertimbangan Organisasi Kabupaten/Kota diisi oleh salah seorang Wakil Ketua berdasarkan keputusan

Pengurus Induk Organisasi Cabang Olahraga dan Induk Organisasi Keolahragaan Fungsional Anggota KONI wajib untuk melaksanakan tugas Pokok dan fungsinya sebagaimana

(11) Pergantian antar waktu anggota MPA dapat dilakukan apabila yang bersangkutan (a) tidak lagi menjadi anggota CBO LEI, (b) meninggal dunia, (c) berada di

Susunan lengkap pengurus terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris , wakil sekretaris, bendahara , wakil bendahara, anggota bidang, dengan uraian

Tindakan disiplin terhadap anggota Pengurus dilakukan oleh Pimpinan Organisasi yang setingkat lebih tinggi sedang terhadap anggota Pengurus Pusat dilakukan oleh suatu sidang

Bendahara membantu Ketua pengurus DKM dalam memimpin kepengurusan Masjid Al Ghany untuk masa kerja 3 tahun yang ditunjuk dan diangkat oleh Ketua pengurus DKM

Berkedudukan sebagai pembantu Ketua Komisi dalam melaksanakan pengawasan tugas harian organisasi di masing-masing komisi.. Berfungsi melaksanakan pengawasan pelaksanaan