• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh: ROBI SUGARA Nim. UA 131164

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Oleh: ROBI SUGARA Nim. UA 131164"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

KESETARAAN GENDER DI INDONESIA

(STUDI KIPRAH MEGAWATI, NAJWA SHIHAB DAN SITI BAROROH)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S.1) dalam Ilmu Aqidah dan Filsafat Islam

Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama

Oleh:

ROBI SUGARA Nim. UA 131164

PROGRAM STUDI AQIDAH DAN FILSAFAT ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN DAN STUDI AGAMA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

TAHUN 2020

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (Q.S. Al-Hujurat:13).1

1Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan terjemahannya. Jakarta Depag Republik Indonesia 2008.

(7)

P E R S E M B A H A N”

Assalamua’alaikum, Wr. WB

Sujud syukur ku persembahkan pada Allah SWT yang maha kuasa, berkat dan rahamat detak jantung, denyut nadi, nafas dan putaran roda kehidupan yang diberikan-Nya hinga saat ini saya dapat mempersembahkan skripsi ku pada orang-

orang tersayang, Bapak/ Ibu/ Kakak/ Adik/ dan Keluarga besarku semuanya yang tidak pernah lelah memahamiku dengan penuh pengertian dan kasih sayang, serta memberi dukungan, perjuangan, motivasi dan pengorbanan tenaganya. Sekali lagi

terima kasih karena engkau yang selalu memberikan dukungan, semangat dan selalu mengisi hari-hariku dengan canda tawa dan kasih sayangnya. Sejalanjutnya

terima kasihku sampaikan melalaui tulis ini kepada dosenku yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan untuk meraih masa depan yang lebih baik Insyallah. Dalam tulisan ini juga aku sampaikan terima kasih kepada sahabat dan

teman seperjuanganku yang selalu memberi semangat dan dukungan serta canda tawa yang sangat mengesankan selama masa perkuliahan, susah senang dirasakan bersama dan sahabat-sahabat seperjuanganku yang lain yang tidak bisa disebutkan

satu-persatu. Terima kasih buat kalian semua.

Wassalamua’alaikum, Wr. WB S E K I A N

(8)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah pada junjungan kita Nabi Muhammad Saw, para sahabat, keluarga dan seluruh pengikutnya.

Setelah melalui proses panjang, akhirnya skripsi yang berjudul

“KESETARAAN GENDER, KIPRAH POLITIK, JURNALISME DAN

PENDIDIKAN WANITA INDONESIA” dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini adalah dalam rangka menyelesaikan tugas akhir yang menjadi salah satu syarat pada Prodi Aqidah dan Filsafat Islam Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi guna memperoleh gelar Sarjana Strata Satu dalam Prodi Aqidah dan Filsafat Islam.

Dalam penyusunan tulisan ini tentu banyak pihak-pihak yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung sehingga terselesaikannya skripsi ini, karena tanpa bantuan dan kerjasama, mustahil skripsi ini akan dapat terselesaikan . Maka penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada kepada:

1. Bapak Drs. Juanidi, M.Pd.I dan Ibu Nurbaiti, S.Ag., M.Fil.I Selaku Pembimbing I dan selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi serta kemudahan dalam menyusun skripsi 2. Ibu Nilyati, S.Ag., M. Fil.I, dan Ibu Nurhasanah, S,Ag., M. Hum. Selaku

Ketua dan Sekretaris Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam.

3. Bapak Dr. Dr. Abdul Halim, S.Ag., M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi 4. Bapak Dr. Masyan, M.Th.I., Bapak..., dan Bapak Dr. Ied Al-

Munir, S.Ag., M.Fil.I. Selaku Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kelambagaan, selaku Wakil Dekan Bidang Keuangan dan Perencanaan dan selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama Fakultas Ushuluddin.

5. Bapak Prof. Dr. H. Su'aidi, MA, Ph.D. selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi.

6. Bapak Dr. Rafiqah Ferawati, ME., Dr. Asad Isma, M.Pd.I, dan Dr. Bahrul Ulum, M.Ag. Selaku Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kelembagaan, selaku Wakil Rektor Bidang Keuangan dan Perencanaan dan selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjsama Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

7. Seluruh dosen Prodi Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, serta khususnya dosen Aqidah dan Filsafat Islam yang telah banyak memberikan ilmunya dengan penuh kesabaran. Serta seluruh staf Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama.

8. Bapak/ Ibu Kepala Bagian Tata Usaha dan Subagian Tata Usaha Fakultas Ushuluddin Ushuluddin dan Studi Agama

9. Kepala Perpustakaan dan staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin Ushuluddin dan Studi Agama

10. Teman-teman AFI beserta rekan-rekan diorganisasi Mitra Ummah, BEM-J

(9)

AFI, yang telah memberikan arti persahabatan yang indah beserta pengalaman-pengalaman yangberharga.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan dalam skripsi ini, yang turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Penyusun menyadari bahwa kekeliruan akan sangat mungkin terjadi dalam penulisan karya ilmiah ini, karenanya kritik dan saran konstruktif amat diperlukan dari pembaca. Selebihnya, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca umumnya.

Akhirnya, kepada Allah SWT kita kembalikan kesadaran penuh, mengharap keridhaan-Nya, semoga kita senantiasa mendapat hidayah-Nya. amin.

Jambi, 17 Desember 2020 Penyusun.

Robi Sugara Nim. UA131164

(10)

ABSTRAK

Penelitian ini dilatar belakangi oleh data BPS tahun 2017 yang mengatakan bahwa jumlah perempuan di Indonesia mencapai 131, 58 juta jiwa. Ini menunjukkan peran perempuan juga penting dipertimbangkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sehingga ada tuntutan persamaan hak laki-laki dan perempuan, yang sebenarnya sudah dimulai sejak lama yang disebutkan dengan gerakan Feminisme. Feminisme sebagai usaha perempuan untuk memperbaiki kondisi perempuan secara umum. Sehingga dengannya gerakan tersebut banyak perempuan merasa terwakili haknya untuk membangun kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam segala bidang. Di Indonesia saat ini terlihat sudah banyak perempuan terjun kedalam dunia politik, jurnalis dan pendidikan, bahkan ada beberapa perempuan menjadi orang sangat berpengaruh di Republik ini.

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, yang hanya untuk mendiskripsikan fenomena kesetaraan gender dan kiprah perempuan dalam berbagai bidang. Kemudian adapun teknik pengumpulan data adalah dokumentasi data primer dan data sekunder, dengan menerapkan teknik analisis data, yaitu content analisis data. Hasil penelitian secara umum bahwa secara realitas perempuan mampu mengembangkan kemampuan baik dalam bidang politik, jurnalis dan pendidikan. karena ini sudah dibuktikan oleh Megawati Soekarnoputri, Najwa Shihan dan Siti Baroro Baried. Seperti Megawati Soekarnoputri saat ini adalah perempuan yang paling berpengaruh dalam perpolitikan Indonesia, kemudian Najwa Shihab selama menjadi jurnalis, ia sudah mewawancari 56 tokoh Nasional dan Internasional, termasuk didalamnya Kofi Annan sekretaris jendral Peserikatan Bangsa-Bangsa, Mahathir Mohamad Perdana Menteri Malaysia, dan Presiden Indonesia ke-3, ke-5, ke-6, ke-7. Ini menunjukkan bahwa kualitas jurnalis Najwa Shihah sudah diakui Nasional dan Internasional.

Selajutnya dalam dunia pendidikan nama Siti Baroroh Baried tidak asing lagi bagi dunia akademis, karena ia tercatat dalam sejarah sebagai perempuan pertama yang menjadi guru besar (Professor) di Indonesia. Tentulah perannya dalam mengembangkan pendidikan tidak perlu diragukan lagi.

Keywords: Gender, Politik, Jurnalis, Pendidikan, Kiprah, Perempuan.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SURAT PERNYATAAN ... ii

NOTA DINAS ... iii

PENGESAHAN ... iv MOTTO... v

PERSEMBAHAN... vi ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI...ix

PEDOMAN TRANSLITERASI... x

BAB I : PENDAHULUAN ... A. Latar Belakang ... 01

B. Rumusan Masalah ... 07

C. Batasan Masalah ... 07

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 07

E. Tijauan Pustaka ... 08

D. Metode Penelitian ... 12

F. Sitematikan Penulisan ... 16

BAB II : BIOGRAFI TOKOH PEREMPUAN ... Megawati Soekarno Putri A. Masa Kecil ... 17

B. Pendidikan... 18

C. Karir ... 20

Najwa Shihab A. Masa Kecil ... 25

B. Karir ... 25

D. Penghargaan ... 27

Siti Baroroh Baried A. Masa Kecil ... 29

B. Pendidikan... 31

C. Aktivitas dan Karir ... 32

D. Karya-Karya ... 32

BAB III : GERAKAN KESETARAAN GENDER ... A. Feminisme Dunia Barat ... 34

(12)

B. Feminisme Dunia Islam ... 37 C. Feminisme Indonesia ... 40 BAB IV : TEMUAN DAN KIPRAH POLITIK, JURNALISME DAN

PENDIDIKAN PEREMPUAN INDONESIA...

A. Kipra Politik Megawati Soekarno Putri ... 45 B. Kiprah Jurnalisme Najwa Shibab ... 50 C. Kiprah Pendidikan Siti Baroroh Baried ... 56 D. Implikasi Kiprah Tiga Tokoh Perempuan dalam politik,

jurnalis dan Pendidikan. ... 60 Bab V : PENUTUP ...

A. Kesimpulan ... 66 B. Rekomendari ... 67 C. Saran ... 67 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN CURRICULUM VITAE

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Diakui atau tidak Tuhan telah menciptakan manusia di muka bumi ini, terdiri dari laki-laki dan perempuan. Dalam kehidupan sehari-hari kedua jenis ini mempunyai persamaan juga perbedaan satu sama lainnya secara kodrati.

Letak persamaan yang dimaksud disini adalah sama-sama sebagai makhluk yang diberi potensi akal yang sama oleh Tuhan. Selain dari potensi akal yang dimiliki, tetapi juga kesempurnaan fisik yang dimiliki manusia pun sangat berbeda dengan makhluk yang lain. Sehingga kedua potensi yang miliki antara perempuan dan laki-laki pun juga sama.

Letak perbedaanya antara laki-laki dan perempuan hanya terdapat secara kodrat dan naluri yang mereka miliki satu sama lainnya, adapun perbedaannya bisa dilihat dari sisi biologis manusia, dimana laki-laki mempunyai fisik dan psikis lebih kuat dibandingkan dengan perempuan. Begitu juga perempuan mempunyai kodrat yang berbeda dengan laki-laki misalnya dalam hal reproduksi, naluri keibuan yang tidak dimiliki oleh laki-laki. Berangkat dari perbedaan tersebut di atas, baik perbedaan secara biologis hingga perbedaan sisi-sisi yang lainnya, sehingga memunculkan tuntutan dari perempuan untuk membangun persamaan haknya dengan laki-laki dalam segala bidang selain dari sifat kodratinya yang sudah ada secara sunahtullah.

Indonesia sebagai Negara yang memiliki penduduk perempuan lebih banyak dibanding laki-laki, sikap feminisme pun menjadi penting untuk dibicarakan, karena menurut Badan Pusat Statistik Nasional bahwa jumlah penduduk Indonesia pada Tahun 2017 adalah sekitar 261, 89 juta jiwa. Terdiri dari laki-laki sebanyak 130,31 juta jiwa, sedangkan perempuan 131, 58 juta jiwa.2 Argumen di atas, bisa menjadi dasar tuntutan persamaan hak laki-laki

2 Gaib Hakiki, Asnita Ulfa, Perempuan dan Laki-laki di Indonesia 2017. BPS, Jakarta Indonesia ISSN: 2476-9150, h. 7

(14)

dan perempuan, yang sebenarnya sudah dimulai sejak lama yang disebutkan dengan gerakan Feminisme.

Menurut Jenainati dan Groves, mengatakan feminisme merupakan perjuangan untuk mengakhiri penindasan terhadap perempuan.3 Kemudian sejalan dengan pandangan di atas. Menurut Ross, feminisme sebagai semua usaha yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi perempuan.4 Sehingga dengan gerakan feminisme tersebut banyak perempuan merasa terwakili haknya untuk membangun kesetaraan antara laki-laki dan perempuan dalam segala bidang. Sehingga setelah kesetaraan antara laki-laki dan perempuan tersebut mulai didengar. Kemudian gerakan feminisme harus membuktikan bahwa ia bisa dan dapat beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan sesuai dengan tuntuan jaman yang dihadapinya (modern).

Kemudian menurut Gina Sonia dalam tulisan yang berjudul “Peluang dan tantangan wanita Muslim dalam menghadapi era Globalisasi”, ia mengatakan, gerakan feminisme di Indonesia lahir dipengaruhi oleh berbagai kondisi historis sejarah perjuangan bangsa, program pembangunan nasional, globalisasi serta reformasi serta kehidupan religius masyarakat. Will Durant dalam bukunya

“The Pleasure of Philosophy” mengemukakan bahwa peristiwa yang akan menonjol di awal era glonbalisasi pada tahun 2000 adalah terjadinya perubahan status wanita.5

Sedangkan Istilah “feminisme” dikenal di dunia Islam kira-kira sudah sejak awal abad ke-20, misalnya lewat pemikiran-pemikiran Aisyah Taymuniah (penulis dan penyair Mesir), Zainab Fawwaz (eseis Libanon), Rokeya Sakhawat Hosein, Nazzar Sajjad Haydar dan Ruete (Zanzibar), Taj Sultanah (Iran), Huda Sya’rawi, Malak Hifni Nasir dan Nabawiyah Musa (Mesir), Fatma Aliye (Turki). Semua mereka ini dikenal sebagai perintis- perintis besar dalam menumbuhkan kesadaran atas persoalan-persoalan sensitif

3Ni Komang Arie Suwastini,Perkembangan Feminisme Barat dariAbad Kedelapan Belas Hingga Postfeminisme: Sebuah Tinjauan Teoretis. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, April 2013. ISSN: 2303-2898, 199.

4Ibid, 199

5Sri Hidayati Djoeffan, Gerakan Feminisme Di Indonesia: Tantangan Dan Strategi Mendatang. Jurnal Mimbar No. 3 Th.XVII Juli-September 2001, 285.

(15)

gender, termasuk dalam melawan kebudayaan dan ideologi masyarakat yang memarginalkan perempuan.6 Menurut mereka bahwa yang dimaksudkan dengan keadilan antara laki-laki dan perempuan adalah kesetaraan hak dan kewajiban diantara mereka.7 Masih menurutnya sehingga laki-laki dan perempuan tidaklah berbeda kecuali dari sisi biologis saja, dimana perempuan bisa mengalami menstruasi, mengandung, melahirkan dan menyusui, sementara laki-laki tidak. Inilah yang disebut dengan kodrat perempuan, yang berbeda dengan kodrat laki-laki. Oleh karena itu menurut Mansour Fakih, Selebihnya, perbedan-perbedaan lain yang terjadi pada laki-laki dan perempuan hanya terjadi akibat konstruk sosio-kultural saja.8

Gerakan feminisme di Indonesia sangat erat kaitanya dalam dunia pendidikan, politik yang dijadikan oleh perempuan sebagai wadah untuk memperjuangkan kesetaraan hak perempuan serta membuktikan kemampuannya dalam dunia pendidikan dan politik. Menurut Muhammad Nizar, pada masa perjuangan, sejumlah pahlawan perempuan seperti Raden Ayu Ageng Serang, Cut Nyak Dien yang tetap tegar memimpin perlawanan mengusir penjajah, begitu pula dengan Cut Meutia yang memimpin laki-laki dalam peperangan di aceh. Mereka ikut andil dalam mengatur strategi dan taktik sekaligus ikut mengangkat senjata dalam berbagai peperangan.

Kemudian RA. Kartini sebagai pelopor emansipasi wanita dalam dunia pendidikan. Pendidikan bukan hanya di tujukan pada kaum laki-laki tetapi pendidikan bagi kaum wanita juga perlu di perhatikan. Selajutnya Rohana Koedoes adik Sultan Sahrir. Ia mendirikan sekolah Kerajinan Perempuan pada tahun 1911. Sekolah tersebut di rancang untuk memberikan pengetahuan keagamaan,termasuk baca tulis arab dan ketrampilan, agar perempuan mandiri secara ekonomi.Dalam waktu yang bersamaan di Jawa dipelopori oleh Siti Soendari, Dewi Sartika dan Nyai Ahmad Dahlanyang juga berkecimpung di

6Budhy Munawar-Rachman, “Islam dan Feminisme: Dari Sentralisme kepada

Kesetaraan” dalam Mansour Fakih dkk., Membincang Feminisme, (Surabaya: Risalah Gusti, 1995), h. 181

7Amina Wadud-Muhsin, Wanita di dalam al-Qur;an, terj.Yaziar Radianti, (Bandung:

Pustaka, 1994), 91.

8Mansour Fakih, Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(16)

1996, 9.

(17)

dunia pendidikan dan Sosial Keagamaan.9 Perjuangan dan gerakan perempuan- perempuan indonesia tersebut diperkuatkan dengan digelarkannya Kongres Perempuan Indonesia yang secara nasional pertama kali diadakan pada tahun 1928 di Kota Yogyakarta yang selanjutnya dikenal sebagai Hari Ibu tanggal 22 Desember tiap tahun diperingati.10

Argumentasi di atas tanpak bahwa sejak jaman penjajahan peran perempuan Indonesia sudah diperlihatkan dalam berbagai bidang. Bahkan sampai era demokrasi ini peran perempuan lebih intensif lagi, sehingga perempuan tampil untuk mengembangkan potensi dirinya dalam berbagai peran dan bidang seperti, politik, ekonomi, budaya, pendidikan dll. Sehingga di Indonesia perempuan tidak saja membangkitkan semangat dalam membela kaum perempuan saja, melainkan juga membela dan memikirkan nasib masyarakat banyak dan rakyat kecil. Bahkan sampai pada pemilu seretak tahun 2019 ini, bahwa setiap partai politik harus memenuhi keterwakilan perempuan didalamnya sebagai calon legislatif. Hal ini menurujuk dan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. dan Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang di dalamnya juga mengatur pemilu tahun 2009.

Kedua undang-undang di atas memberikan wadah dan tempat bagi perempuan untuk mengembakan potensinya, karena setiap organisasi partai politik secara Nasional supaya untuk memuat kebijakan yang mengharuskan partai politik menyertakan keterwakilan perempuan minimal 30% dalam pendirian maupun dalam kepengurusan di tingkat pusat. Kemudian diperkuatkan lagi bahwa partai politik baru dapat mengikuti pemilu setelah memenuhi persyaratan menyertakan sekurang-kurangnya 30% keterwakilan perempuan. Selanjutnya dipertegaskan pula oleh Pasal 55 ayat 2 Undang- Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu anggota DPR, DPD dan DPRD,

2019.

9http://nizaryudharta.blogspot.com/2013/12/feminisme-di-indonesia.html, di akses 23 Juni

10Suratmin, dkk, “Aisyiyah dan Sejarah Pergerakan Perempuan Indonesia (Sebuah Tinjauan Awal)” / website dpad yogyakarta 2014

(18)

mengatur bahwa setiap 3 bakal calon terdapat sekurang-kurangnya satu orang perempuan.11

Uraian di atas terlihat bahwa Negara telah memberikan ruang kepada perempuan dalam mengembangkan potensi diri yang dimilikinya dan serta ikut berpartisipasi dalam membangun Republik ini. Jadi kesempatan peran perempuan dalam mebangun bangsa ini didominasikan pada keterwakilannya perempuan dalam bidang legeslatif dan eksekutif. Kedua bidang inilah bisa menjadi wadah bagi perempuan untuk bisa menyampaikan ide-ide dan pemikirannya untuk kemaslahatan rakayat Indonesia, terutama dalam membangun semangat perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam bidang politik, pendidikan, ekonomi, budaya, dll. Kemudian tuntutan kaum perempuan tidak saja dalam bidang politik, ekonomi, budaya, pendidikan. Tetapi juga sampai memperjuangkan kesetaraannya dalam keluarga yang kecil sekalipun yang terutama berawal dari hak dan kewajiban antara suami-istri.

Berdasarkan penjelasan di atas, sebenarnya secara ligitimasi gerakan kaum peremuan atau feminisme di Indonesia telah mendapatkan ruang untuk mengembangkan potensi dirinya baik dalam politik, ekonomi, budaya, pendidikan dll. Tetapi yang menjadi pertanyaan apakah implementasi undang- undang di atas sudah berjalan atau diterapkan dalam kehidupan perempuan- perempuan di Indonesia. bertolak dari pertanyaan dan persoalan kiprah gerak feminisme di dunia politik dalam penjelasan latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian tentang beberapa tokoh perempuan serta perannya, baik dalam politik, jurnalis maupun pendidikan. Salah satu perempuan yang sangat berpengaruh dalam dunia politik adalah Megawati Soekarno Putri, karena dari banyaknya partai politik di Indonesia tidak ada satupun yang dipimpunan oleh perempuan kecuali PDIP.

Selajutnya pigur yang selalu menarik untuk dibicarakan dalam dunia jurnalis tanah air adalah Najwa Shihab yang menjadi salah satu jurnalis perempuan terbaik di Indonesia. Menurut Ratna Juwitasari Emha, mengatakan

11Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2008/

http://eprints.uny.ac.id/22291/11/UU%20No.%202%20Tahun%202008.pdf. Diakases 06 Juli 2019

(19)

Strategi yang digunakan Najwa Shihab ketika melakukan wawancara dengan narasumber menggunakan strategi bertutur secara langsung dan tanpa basa-basi yaitu strategy on record without redressive action, baldly.12 Membawa ia menjadi jurnalis terbaik di Indonesia. Kemudian pigur perempuan dalam dunia pendidikan Indonesia yang tidak kalah menarik selajutnya adalah Siti Baroroh Baried. Menurut Raditya, Siti Baroroh Baried sebagai Profesor Perempuan Pertama yang berhasil mendobrak stigma bahwa perempuan tidak bisa menguasai dunia akademis.13

Atas dasar uraian latar belakang di atas, peneliti sangat tertarik untuk melihat secara komprehensif dan mendalam terhadap kiprah tokoh perempuan tersebut dibidangnya masing-masing. Sehinga peneliti merumuskan sebuah judul penelitian untuk menjawab dan mengali terhadap persoalan di atas.

Adapun judul penelitian atau karya ilmiah yang akan dilakukan adalah

“Kesetaraan Gender, Kiprah Politik, Jurnalisme dan Pendidikan Wanita Indonesia”.

B. Rumusan Masalah

Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa persoalan utama adalah bagaimana Kesetaraan Gender, Kiprah Politik, Jurnalisme dan Pendidikan Wanita Indonesia. Berdasarkan sebuah pertanyaan pokok masalah di atas, peneliti perlu kiranya untuk membuat rincian dalam bentuk pentayaan- pertanyaan yang lebih spesifik dalam menjawab pokok masalah diantaranya adalah:

1. Bagaimana sejarah munculnya gerakan kaum perempuan dalam dunia politik, jurnalisme dan pendidikan di Indonesia?

2. Bagaimana kiprah Megawati Soekarno Putri, Najwa Shibab dan Siti Baroroh Baried dalam dunia politik, jurnalis dan pendidikan di Indonesia?

12Ratna Juwitasari Emha, Strategi Kesantunan Najwa Shihab Sebagai Pemandu Acara Dalam Mata Najwa. Artikel Proceeding, 2018, 13.

13Nibros Hassani, Perempuan-perempuan Muhammadiyah Dalam Media Massa Pada Agenda Adab Dua Muhammadiyah (Kajian Semiotik). Jurnal, ISBN: 978-602-361-188-1., 2018.

171.

(20)

3. Apa implikasi kiprah Megawati Soekarno Putri, Najwa Shibab dan Siti Baroroh Baried dalam dunia politik, jurnalis dan pendidikan di Indonesia?

C. Batasan Masalah

Supaya penelitian ini lebih terarah dan tidak menimbulkan kerancuan dalam menguraikan tentang kiprah perempuan di Indonesia. Maka perlu kiranya penulis membuat sebuah batasan masalah, sebagai salah satu upaya untuk lebih memfocuskan penelitian ini. Dalam penelitian ini hanya berbicara tentang kipra Megawati Soekarno Putri, Najwa Shibab dan Siti Baroroh Baried dalam dunia politik, jurnalis dan pendidikan di Indonesia.

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Dari pertanyaan rumusan dan batasan malasah yang ada diatas dalam penelitian ini, maka dapat diketahui bahwa tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah munculnya gerakan kaum perempuan dalam dunia politik, jurnalisme dan pendidikan di Indonesia.

2. Untuk mengetahu kiprah Megawati Soekarno Putri, Najwa Shibab dan Siti Baroroh Baried dalam dunia politik, jurnalis dan pendidikan di Indonesia.

3. Untuk mengetahui implikasi kiprah Megawati Soekarno Putri, Najwa Shibab dan Siti Baroroh Baried dalam dunia politik, jurnalis dan pendidikan di Indonesia.

Selain dari tujuan-tujuan diatas penelitian ini juga mengharapkan supaya dapat digunakan oleh yang membutuhkan dalam membangun teori-teori tentang kesetaraan dan keselarasan feminisme. Kemudian peneliti juga berkeinginan supaya penelitian yang dibuat ini juga bisa dimaafkan oleh masyarakat secara praktis, antara lain yaitu.

1. Memberikan sumbangan yang berharga dalam memperkayakan khazanah keilmuan secara teoritis tentang gerakan perempuan dalam dunia politik, jurnalis dan pendidikan.

(21)

2. Mengeducasi pemikiran kaum perempuan dan masyarakat umum bahwa perempuan juga mampu bersaing dengan kaum laki-laki, baik dalam bidang politik, jurnalis dan pendidikan.

3. Memberikan konstribusi secara keilmuan penulis sebagai mahasiswa jurusan Aqidah Filsafat terhadap kampus yang tercinta Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi yang tengah mengembangkan paradigma keilmuan yang berwawasan global dan nilai-nilai interpreunership.

E. Tinjauan Pustaka

Penulis telah melakukan penelaahan pustaka terhadap literature berupa buku, jurnal, artikel, makalah dan hasil penelitian di Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Perpustakaan UIN STS Jambi, Perpustakaan Kota Jambi dan Perpustakaan Arsip Daerah Provinsi Jambi dan Brosing Internet . Dari penelaahan tersebut, tentu banyak peneliti menjumpakaibuku, jurnal, artikel, makalah dan hasil penelitian tentang kajian-kajian feminism dari berbagai sudut pandang. Dibawah ini peneliti uraikan tentang hasil penelaahan pustaka yang dilakukan dari berbagai sumber diantaranya adalah:

Jurnal Rendy Adiwilaga yang berjudul “Feminisme Dan Ketahanan Budaya Perempuan Indonesia Dalam Perspektif Organisasi Islam Wanita (Studi pada Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah Periode 2012-2016). Adapun dalam kesimpulan jurnal ini, lebih menekankan kepada kepemimpinan perempuan dalam organisasi Nasyiatul ‘Aisyiyah. Ia mengatakan kemandirian perempuan yang menjadi dasar utama perjuangan Nasyiatul “Aisyiyah, juga merupakan inti perjuangan yang diperjuangkan oleh feminisme.Selain itu, ada nya usaha memperbaiki ketimpangan gender, penyadaran pendidikan bagi perempuan, kesehatan reproduksi, dan lain sebagainya.14

Sri Hidayati Djoeffan, “Gerakan Feminisme Di Indonesia: Tantangan Dan Strategi Mendatang”. Dalam kesimpulan Sri mengatakan bahwa

14Rendy Adiwilaga, “Feminisme Dan Ketahanan Budaya Perempuan Indonesia Dalam Perspektif Organisasi Islam Wanita (Studi pada Pimpinan Pusat Nasyiatul

‘Aisyiyah Periode 2012- 2016). Jurnal Polinter Prodi Ilmu Politik FISIP UTA’45 Jakarta, Vol. 2 No. 2 (September-Februari 2017), 75.

(22)

perempuan Indonesia menurut data statistik dapat dilibatkan dalam berbagai peran, seperti dalam kancah politik, bisnis, dan teknologi. Dalam peran politik kaum ini memiliki kemungkinan dapat menyukseskan kepentingan suatu partai. Dalam bisnis selain kaum perempuan dapat berperan sebagai pencipta komoditas sekaligus konsumen. Dalam aspek teknologi selain sebagian besar pengguna (“user”) juga dapat berperan sebagai tenaga kerja. Peran perempuan dalam bidang sosial, hingga saat kini masih dalam proses pencapaian mitra sejajar baik dalam bidang pendidikan maupun bidang usaha.15

Selajutnya dalam jurnal yang dituliskan Ni Komang Arie Suwastini,

“Perkembangan Feminisme Barat Dari Abad Kedelapan Belas Hingga Postfeminisme: Sebuah Tinjauan Teoretis”. Jurnal ini lebih memfokuskan tentang history feminism. Ia mengatakan feminisme telah berkembang dari sekedar perjuangan untuk diakui sebagai manusia yang memiliki rasio seperti layaknya laki-laki, feminisme berkembang menjadi gerakan yang memiliki aspirasi majemuk. Namun inti dari kesemua perjuangan tersebut adalah kesetaraan perempuan untuk menjadi subjek aktif dalam hidupnya. Masing- masing gelombang memiliki penekanan yang berbeda dalam tujuan periodiknya. Tujuan feminisme awal berevolusi dari perjuangan untuk diterima sebagai mahluk yang berasio menjadi tuntutan atas hak-hak perempuan yang lebih legal.16

Penelitian Juliah, Kajian Feminisme Marxis Dalam Novel, Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia. Dalam penelitian ini, adapun sebuah kesimpulan menunjukkan bahwa posisi perempuan yang sabar dan berani menentang tindakan diskriminasi namun di sisi lain perempuan tersebut juga masih di anggap lemah di mata kaum laki-laki. Menurutnya feminisme sejatinya tidak dipandang sebagai jalan untuk menentang kaum laki-laki dan

15Sri Hidayati Djoeffan, Gerakan Feminisme Di Indonesia: Tantangan Dan Strategi Mendatang. Jurnal Mimbar No. 3 Th.XVII Juli-September 2001, 298.

16Ni Komang Arie Suwastini, “Perkembangan Feminisme Barat Dari Abad Kedelapan Belas Hingga Postfeminisme: Sebuah Tinjauan Teoretis. Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora, Vol. 2, No. 1, April 2013, ISSN: 2303-2898, 206.

(23)

kodrat yang ada, tetapi feminisme merupakan pergerakan, cara perempuan untuk meraih haknya agar dapat setara dengan laki-laki.17

Tulisan Nuryati dalam judul, Feminisme Dalam Kepemimpinan. Jurnal ini dalam kesimpulan mempertegaskan bahwa menjadi seorang pemimpin yang efektif bagi organisasi, bukan karena maskulinitas atau femininitasmya, melainkan kapasitasnya untuk memimpin. Efektivitas pemimpin untuk mampu mencapai efektivitas organisasi dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktor- faktor tersebut meliputi: (1) pemilihan dan penempatan pemimpin, (2) pendidikan kepemimpinan, (3) pemberian imbalan pada prestasi pemimpin dan bawahan, dan (4) teknik pengelolaan organisasi untuk mengahadpi perubahan lingkungan, dan (5) teknologi.18

Selanjutnya Ariana Suryorini dalam, Menelaah Feminisme Dalam Islam.

Dalam kesimpulan tulisan ini menegaskan bahwa kehadiran al-Qur’an kepada manusia antara lain untuk menegakkan keadilan antara laki-laki dan perempuan. Keadilan adalah nilai utama yang ingin ditegakkan al-Qur’an.

Namun, karena al-Qur’an hadir dalam masyarakat yang patriarkhis, ayat- ayatpun muncul dalam pertanyaan yang beragam. Di sebagian tempat terdapat ayat-ayat yang menekankan persamaan status laki-laki dan perempuan dan inilah yang disebut oleh para feminis sebagaiayat normatif. Penafsiran- penafsiran merekapun menjadi salah satu “gerakan feminisme Islam”, yang bertujuan untuk melakukan transformas sosial menuju kesetaraan gender yang memang menjadi tujuan Islam.19

Makalah Puji Lestari, Feminisme Sebagai Teori Dan Gerakan Sosial Di Indonesia. dalam makalah ini lebih memfocuskan Tumbuhnya kesadaran dan keadilan gender diberbagai lapisan masyarakat saat ini, tidak lepas dari rentetan perjuangan kaum feminis diberbagai masa sebelumnya. Feminisme sebagai teori dan gerakan sosial, berkembang dan membawa perubahan yang

17Juliah, Kajian Feminisme Marxis Dalam Novel, Assalamualaikum Beijing Karya Asma Nadia. Penelitian 2015.

18Nuryati, Feminisme Dalam Kepemimpinan. Jurnal Istinbath/No.16/Th. XIV/Juni/2015, 178.

19Ariana Suryorini, Menelaah Feminisme Dalam Islam. Jurnal SAWWA, Volume 7, Nomor 2, April 2012, 34.

(24)

baik dalam masyarakat. Tapi harus diingat, tak satupun pihak yang mengagendakan perubahan menuju keadilan gender kecuali perempuan itu sendiri. Artinya, kesempatan mengakses dunia politik, ekonomi, dan lain-lain yang terbuka harus diikuti secara langsung oleh kelompok perempuan.20

Kemudian Ida Hidayatul Aliyah dalam ,Feminisme Indonesia dalam Lintasan Sejarah.Kesimpulannya adalahPergerakan wanita di Indonesia berbeda dengan feminisme di dunia Barat. Feminisme di dunia Barat bertujuan untuk melawan usaha para pria, dan agar kepentingan-kepentingan yang berhubung kait dengan wanita seperti adanya hak pilih wanita dalam politik, dan hak-hak lainnya yang dahulu tidak dimiliki sama sekali oleh wanita boleh dimiliki. Sedangkan pergerakan wanita di Indonesia pada tahap awal lebih mengarah kepada usaha-usaha memajukan pendidikan wanita, pembabitan wanita dalam kegiatan-kegiatan politik, dan sebagai upaya melawan penjajahan Belanda dan Jepang dengan kesadaran nasional untuk bersatu serta meraih kemerdekaan yang hakiki. Gerakan wanita di Indonesia lebih bersifat kultural dari struktural. Mereka memulai dari emansipasi untuk mendapatkan kesempatan dalam pendidikan.21

Sebagaimana hasil dari tinjauan pustaka dan studi relevan diatas, bahwa penulis banyak menemukan tentang gerakan, kiprah perempuan secara umum.

Tetapi penelitian yang ingin dilakukan ini, pokus pada beberapa tokoh perempuan yang berpengaruh dibidangnya masing-masing, baik bidang politik, jurnalis dan pendidikan. Jika dilhat tijauan di atas, banyak membahas gerakan perempua secara keselurahan, seperti halnya penelitian yang sudah dilakukan diatas ada yang membahasa tentang Feminisme Dan Ketahanan Budaya Perempuan Indonesia Dalam Perspektif Organisasi Islam Wanita (Studi pada Pimpinan Pusat Nasyiatul ‘Aisyiyah Periode 2012-2016)., “Gerakan Feminisme Di Indonesia: Tantangan Dan Strategi Mendatang”.,

“Perkembangan Feminisme Barat Dari Abad Kedelapan Belas Hingga Postfeminisme: Sebuah Tinjauan Teoretis”., Feminisme Dalam

20Puji Lestari, Feminisme Sebagai Teori Dan Gerakan Sosial Di Indonesia.Makalah, 18.

21Ida Hidayatul Aliyah, Feminisme Indonesia dalam Lintasan Sejarah.Jurnal Pembangunan Sosial, Volume 1 Nomor 2 Tahun 2018, 152.

(25)

Kepemimpinan., Menelaah Feminisme Dalam Islam., Feminisme Sebagai Teori Dan Gerakan Sosial Di Indonesia., Feminisme Indonesia dalam Lintasan Sejarah. Sedangkan yang peneliti lakukan adalah tentang kiprah Megawati Seokarno Putri, Najwa Shihab dan Siti Baroroh Baried dalam dunia politik, jurnalisme dan pendidikan, itulah yang menjadi perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan penulis, selain itu juga terdapat perbedaan dari sudut padang dan metodologi yang dilakukan.

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ilmiah, metode penelitian merupakan langkah awal untuk menyelesaidan memecahkan masalah-masalah dalam penelitian tersebut.Menurut Lasa, metode penelitian adalah cara ilmiah yang dilakukan untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu.22Dibawah ini peneliti uraikan tentang motodologi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini, mulai dari proses pengambilan data, mempervikasi data, menganalisis data dan membuat kesimpulan yang berkaitan dengan judul penelitan yang akan dilakukan tersebut.

1. Pendekatan Penelitian

Supaya dapat mencapai tujuan yang hendak dicari dalam penelitian ini, kiranya perlu dirumuskan suatu pendekatan yang sesuai dengan tujuan tersebut. Dalam hal ini tentu saja yang peneliti maksudkan adalah jenis penelitian kepustakaan (library research), di mana data-data yang dipakai adalah data kepustakaan yang ada kaitannya dengan permasalahan penelitian yang akan dilakukan.

Bentuk penyajian datanya adalah dengan deskriptif-kualitatif.

Deskriftif yaitu dengan memaparkan data secara keseluruhan, sedangkan kualitatif adalah bentuk pemaparan data dengan kata-kata, bukan dalam bentuk angka.23 Kemudian menurut Muktar, library research adalah penelitian yang mengandalkan data-datanya hampir sepenuhnya berasal dari perpustakaan. Sehingga penelitian ini juga populer dengan istilah penelitian

22Lasa, Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta : Gama Media, 2008, 207.

23Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), 3.

(26)

kualitatif deskriptif kepustakaan, atau penelitian bibliografis, dan ada juga yang menyebutkan dengan istilah penelitian non-reaktif. Hal ini dikarenakan library research mengandalkan data-data yang tersedia di perpustakaan.24 yang mendapatkan data dengan cara membaca sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan pokok dan sesusai dengan tema yang akan dibahas dalam penelitian.

2. Sumber dan Jenis Data

Sehubungan dengan ini penelitian kepustakaan (library research).

Maka sumber data yang gunakan adalah buku-buku yang berjudul tentang feminisme yang nantinya disebut dengan jenis dataprimer. Kemudian juga digunakan buku, jurnal, makalah, artikel dan lain-lainnya yang berkaitan dengan pokok penelitian yang juga disebut sebagai sumber data sekunder yang dalam hal ini untuk membantu kelengkapan data penelitian.

Selain dari buku-buku, sumber data dalam penelitian ini juga digunakan data-data literatur, dokumentasi, atau berbagai sumber lainnya seperti, majalah ilmiah, sumber arsip, dokumen pribadi, ataupun berbagai artikel.25

a. Sumber Data

Sumber data menunjukkan dari mana data diperoleh dalam penelitian ini. Sebagai penelitian pustakan, adapun yang menjadi sumber data adalah berupa buku, artikel, jurnal, makalah, prosiding, koran, majalah ilmiah dan lainnya. Menurut Suharsimi Arikunto, sumber data dalam penelitian merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh.26 Sumber data pada penelitian library researchini dapat dibagi dua, yakni terdiri atas buku utama atau sumber data primer dan buku penunjang atau sumber data sekunder.27 Sebagai penelitian library research yang sumber

24Muktar, Metode Praktis Penelitian Deskripstif Kualitatif (Jakarta: Referensi, 2013), 6.

25Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), 157.

26Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta, 2006, 129.

27P. Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006, 10.

(27)

utamanya buku, dll, maka peneliti berusaha untuk mencari sumber tersebut dari berbagai tempatseperti Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama, Perpustakaan Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi, Perpustakaan Kota Jambi dan Perpustakaan Provinsi Jambi dan internet seperlunya.

b. Jenis Data

Jenis data yang dimaksudkan jika merujuk kepada buku pedoman penilisan skripsi mahasiswa yang dikeluarkan oleh Fakultas Ushuluddin IAIN STS Jambi merujuk kepada dua jenis sumber data yakni. Data primer dan data sekunder. Data primer adalah data utama penelitian dan data sekunder adalah data untuk pendukung penelitian.28

1. Data primer

Data primer adalah data utama atau data pokok penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber utama yang menjadi obyek penelitian.29 Jadi dapat dikatakan bahwa data primeradalah sumber yang menjadi acuan peting yang dibutuhkan dalam sebuahpenelitian. Sumber data primer dalampenelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Buku Megawati Soekarnoputri. Riwayat Pribadi Dan Politik Putri Bung Karno. Tahun 2011.

b. Buku Megawati Soekarnoputri. Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara. Tahun 2020

c. Buku Najwa Shihab, Penggunaan Eufemisme dan Disfeminsme. 2014 d. Buku Najwa Shihab. Gaya Bahasa Asonansi dalam Catatan Harian

Najwa. Tahun 2019

e. Buku Siti Baroroh Baried. Pengantar Ilmu Filologi. Tahun 1985 f. Buku Siti Baroroh Baried. Islam dan Status Wanita di Indonesia”

dalam Suara ‘Aisyiyah, No. 12 Th ke 62, Desember 1986,

g. Buku Siti Baroroh Baried “Relevansi Wanita Muslim dengan Gagasan Kartini. Tahun 1985

28Mohd Arifullah dkk. Panduan Penulisan Skripsi Mahasiswa Fakultas Ushuluddin (Jambi:

t.p., 2016), 43.

29Adi Riyanto, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, (Jakarta: Granit, 2004), 57.

(28)

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, minsalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.30Sumber-sumber data sekunder dalam penelitian ini mencakup bahanbahan tulisan yang berhubungan dengan feminisme di Indonesia. Adapun kegunaan data sekunder dalam penelitian ini adalah sebagai data pendukung yang diambil dari buku-buku bacaan yang masih berkaitan dengan pokok penelitian antara lain sebagai berikut:

1. Andi Lis Pratiwi. Megawati Soekarno Putri Presiden Wanita di Indonesia (2001-2004). Tahun 2015.

2. Kristitin Wahyuni, Masa Kepresidenan Megawati Soekarno Putri Peridoe Tahun 2001-2004. Tahun 2008

3. Siti Nurul Halimah, Hilda Hilaliyah. Gaya Bahasa Sindirian Najwa Shihab Dalam Buku Catatan Najwa. Tahun 2019

4. Handayani. Implikatur percakapan dalam acara talk show mata najwa di Metro TV. Jurnal Penelitian Bahasa, Sastra Indonesia. Tahun 2014

Selain data sekuder diatas, juga dikumpulkan buku-buku, artikel yang berkaitan dengan feminisme yang tidak tertulis dan data pendukung lainnya jika dianggap perlu.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik atau disebut dengan metode pengumpulan data adalah prosedur yang sistematik dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.31Sebagai penelitian pustaka (library research), pengumpulan data pertama yang dilakukan, tentu peneliti mencari data melalui pustaka yang berkaitan dengan penelitian dilakukan. Diantaranya adalah Perpustakaan Fakultas, Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) STS

30Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R dan D.

137

31Moh. Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), 211.

(29)

Jambi, Perpustakaan Wilayah Provinsi Jambi, Perpustakaan Kota Jambi, Perpustakan LP2M UIN STS Jambi, Jurnal, dan internet seperlunya.

Teknik diatas merupakan langkah yang paling penting dalam sebuah penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang banyak akurat dan tepat. Tanpa menggunakan teknik yang baik, maka peneliti tidak akan mendapat data yang diinginkan dan data yang tidak memenuhi standar ditetapkan.

Mengumpulkan data tidak hanya sekadar mengumpulkan data semata, namun juga mengolah data tersebut. Dengan demikian mengolah data berarti, menyaring, mengatur dimana data atau informasi yang telah didapatkan dan dikumpulkan disaring, diatur agar keseluruhan data tersebut dapat dipahami dengan jelas. Dalam rangka pengumpulan data atau bahan penulisan yang ada hubunganya dengan skripsi, penulis menggunakan metode library research atau studi kepustakaan yaitu dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari buku, majalah, tesis, makalah, paper, yang tentunya ada relevansinya.

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis isi (content analysis).32Content analysis secara sederhana dapat diartikan sebuah metode untuk mengumpul dan menganalisis muatan dari sebuah teks. Teks dapat berupa kata-kata, gambar. Symbol, gagasan, dan bermacam bentuk pesan yang dapat dikomunikasikan. Analisis ini berusaha memahami data bukan sebagai kumpulan peristiwa fisik, tetapi sebagai gejala simbolik untuk mengungkap makna yang terkandung dalam sebuah teks, dan memperoleh pemahaman terhadap pesan direpsentasikan.33

Metode analisis isi ini akan peneliti terapkan untuk memahami dan mengambil data berupa dari informasi yang tersedia melalui media, baik

32Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 277

33Agus S. Ekomadyo, Prospek Penerapan Metode Analisis Isi (Content Analysis) dalam Penelitian Media Arsitektur. Jurnal Itenas, No. 2. Vol. 10 Tahun 2006), 52

(30)

media itu berupa media cetak, maupun elektronik berupa internet mengenai pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana tentang konsep manusia.

(31)

BAB II

BIOGRAFI TOKOH PEREMPUAN

Tujuan dibuatnya biografi tokoh-tokoh perempuan yang diteliti dibawah ini, sebagai untuk memberikan informasi mengenai peran seseorang secara detail dengan segala cita-cita, perjuangan, serta keberhasilan dalam kehidupanyanya di bidang yang dia tekuni masing-masing, seperti dalam dunia politik, jurnalisme dan pendidikan. Hal ini dimakksudkan agar menjadi pelajaran atau memberi motivasi serta edukasi kepada pembaca perempuan dan masyarakat secara umumnya.

A. Biografi Megawati Soekarnoputri 1. Masa Kecil

Megawati bernama lengkap Dyah Permata Megawati Setiawati Soekarnoputri atau akrab di sapa Megawati Soekarnoputri lahir di Yogyakarta, 23 Januari 1947. Menurut Rusdi Mchtar, ia mengatakan sejak lahir Megawati Soekarnoputri telah mengalami kehidupan dalam tempat pelarian dan persembunyian. Kelahiran Megawati Soekarnoputri itu berada dalam situasi revolusioner karena pada saat itu Belanda ingin kembali menguasi tanah air dengan menakluk Yogyakarta yang terkenal sebagai kota perjuangan dan bersejarah.34

Menurut Syahbuddin Managandaralam, ia mengatakan bahwa sejak kecil Megawati Soekarnoputri dikenal gadis yang cerdas, pendian, sedikit berbicara dan banyak senyum. Kepribadiannya kalem, tenang dan tidak sitemental dalam mengungkapkan perasaannya.35 Masa kanak-kanaknya hingga remaja, ia lalui dilingkungan istana negara, diisi dengan belajar menari dan membaca. Sesekali jika ada tamu negara yang berkunjung ke Istana, Bung Karno menampilkan putri kesayangannya untuk menari didepan tamunya dalam jamuan resmi kenegaraan.36

34Kristitin Wahyuni. Masa Kepresidenan Megawati Soekarnoputri Periode Tahun. 2001- 2004. Penelitian 2008, hal. 39

35 Ibid, hal. 40

36 Ibid, hal. 42

(32)

Kemudian Megawati sebagai putri Presiden bersama saudara-saudaranya cukup dimanja para abdi dalem istana dalam situasi penuh privilege (fasilitas khusus) yang dinikmati first family. Meskipun demikian Mega kecil sudah dibiasakan bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya. Yaitu pada saat mendapat pendidikan pra-sekolah, Mega dan Guntur kakaknya dididik dengan tegas untuk menjadi anak yang mandiri dan tidak eksklusif. Mega dan kakaknya belajar bersama dengan anak-anak karyawan dan tukang kebun.

Bercampurnya anak-anak tersebut membuat Mega mengetahui langsung kehidupan “wong cilik” dan bisa memahami betapa sulitnya menjadi “wong cilik”.

2. Pendidikan

Pendidikan dasar Megawati hingga SMA dilaluinya di Perguruan Cikini Jakarta Pusat.37 Selepas SMA, Megawati masuk Fakultas Pertanian di Universitas Pajajaran Bandung, tahun 1965. Semasa mahasiswa, Megawati aktif dalam Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) cabang Bandung, sebagai anggota biasa. Keaktifan Mega dalam GMNI ini telah membuktikan bahwa Mega pun sebagai seorang aktivis, namun pembawaan pribadinya sangat tenang dan cenderung pendiam.

Kemudian pada tahun 1967, situasi politik Indonesia telah membuka luka hati Megawati, dimana ia memilih untuk meninggalkan bangku kuliah untuk mendampingi ayahnya, Bung Karno. Kesehatan Bung Karno semakin memburuk dan sedang dikenai karantina politik oleh Soeharto sebagai penguasa baru. Megawati merasakan betul kegoncangan jiwa yang dialami ayahnya akibat tekanan dan isolasi politik oleh rezim yang menamakan Orde Baru. Kesedihan dan kepedihan Megawati begitu mendalam ketika akhirnya Bung Karno wafat tanggal 21 Juni 1970, dalam status politik yang kurang menggembirakan bahkan memilukan.

Melihat situasi politik agak mencair, sehingga pada tahun 1970 Megawati berusaha kembali untuk melanjutkan kuliahnya yang tinggal. Ia

37Sumarno, Megawati Soekarnoputri: Dari Ibu Rumah Tangga Sampai Istana Negara, PT.

Rumpun Dian Nugraha, tahun 2001, hal. 5

(33)

masuk Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Akan tetapi kuliah keduanya inipun tak terselesaikan. Tahun 1972, ia memutuskan untuk berhenti kuliah.

Hal ini disebabkan karena faktor mengurus rumah tangga dan kegiatannya terjun dalam dunia politik. Megawati mengakhiri masa lajangnya dengan dipersunting oleh seorang penerbang Letnan Satu Surindro Supjarso, yang biasa dipanggil dengan sebutan Mas Pacul. Akan tetapi kebahagiaan Mega tidak berlangsung lama, saat ia hamil, suaminya bersama tujuh awak pesawat Skyvan T.70 dikabarkan jatuh di Biak Irian Jaya tahun 1970, tak lama setelah Bung Karno wafat.38 Kemudian pada tahun 1972, Megawati mencoba untuk membangun rumah tangga untuk yang kedua kalinya. Mega berkenalan dengan seorang pemuda tampan Hassan Gamal Ahmad Hassan, diplomat Mesir yang bertugas di Jakarta. Keduanya menikah di Kantor Urusan Agama Sukabumi tahun 1972. Namun, pernikahan kedua ini tidak seperti yang diharapkan.

Pernikahan Megawati dibatalkan oleh Pengadilan Agama Istimewa Jakarta.

Pengadilan menganggap nasib suaminya, Surindro belum jelas apakah sudah meninggal atau masih hidup. Oleh karena itu, Pengadilan Agama menilai pekawinan Megawati dengan Gamal Ahmad Hasan tidak sah sehingga harus dibatalkan.39

Kemudian perjalanan selanjutnya, wanita pendiam dan suka senyum itu bertemu dengan seorang aktivis GMNI. Pria asal Ogan Komering Ulu, Palembang yang menjadi tambatan hati Mega itu adalah Taufik Kiemas.

Setelah mendapat kepastian bahwa suaminya telah meninggal dalam musibah di Biak itu, Mega akhirnya menikah dengan Taufik Kiemas hingga saat ini.

Pasangan Mega-Taufik dalam banyak hal menemukan kecocokan. Taufik senantiasa memberikan “support” terhadap karier politik yang dirintis istrinya.

Sehingga dengan dukungan suaminya saat itu Megawati dapat dikatakan sebagai salah seorang aktor politik perempuan yang cukup penting dipentas nasional, akan tetapi Mega tidak pernah menempuh pendidikan politik secara formal,seperti tokoh politik lainnya. Pendidikan politik Megawati diperoleh

38 Kristitin Wahyuni. Masa Kepresidenan ... , hal. 41

39 Ibid, hal. 42

(34)

sejak kecil dari ayahnya, Bung Karno. Di lingkungan istana itulah Megawati mengalami proses sosialisasi politik yang intensif dari tokoh-tokoh politik yang menemui ayahnya dimana ia sering dilibatkan walaupun sekedar untuk menghidangkan minuman dan makanan atau menemani ayahnya dalam perbincangan santai tentang aneka persoalan negara.

Megawati banyak mengetahui pengalaman dan peristiwa politik yang terjadi, sehingga menjadi pelajaran politik baginya mulai dari pengalaman ayahnya dan orang-orang yang berada disekitarnya, hal ini dikarenakan Soekarno sebagai kepala negara. Salah satunya peristiwa terjadi waktu diruangan makan Istana Merdeka tahun 1964. Diruangan ini Megawati mendapat dua jenis pelajaran yang berharga dari ayahnya. Pertama, ayahnya memberi kiat-kiat menjadi seorang politikus yang baik. Soekarno menjelaskan bahwa seorang politikus yang baik harus menguasai psikologi massa (rakyat);

mempunyai keteguhan dalam memegang asa dan taktik perjuangan organisasi.

Organisasi yang dimaksud bisa berupa negara, partai, tentara, mahasiswa dan sebagainya

Pelajaran kedua, yaitu mengenai bagaimana gaya berdiplomasi ketika berhadapan dengan pemimpin dan masyarakat Internasional, sehingga mereka memberi respon yang positif terhadap setiap gagasan yang dilontarkan. Respon yang positif ini juga yang dapat dijadikan barometer keberadaan Indonesia di forum Internasional. Sebagai anak Presiden, Megawati tentu memahami pasang surut badai dan gelombang kehidupan politik yang juga dialami bapaknya.

Sejak awal Megawati telah menyadari benar apa konsekuensi memasuki dunia politik yang sarat dengan konflik kepentingan (conflict of interest) dan perebutan kekuasaan (struggle for power). Merasakan pasang surut karier politik ayahnya, tampaknya membawa pemahaman yang dalam pada diri Megawati bahwa dalam politik tidak ada kawan dan lawan yang abadi, yang abadi hanyalah kepentingannya.

3. Karir Politik Megawati Soekarnoputri

Sebenarnya Megawati bukan tokoh atau figur politik yang banyak dikenal oleh publik saat itu. Melainkan Masyarakat hanya mengetahui bahwa

(35)

Megawati Soekarnoputri hanyalah merupakan salah satu putri Bung Karno, presiden pertama RI. Bahkan diantara putra dan putri Bung Karno, nama Megawati tidak banyak publikasi, hanya seorang figur rumah tangga biasa.

Megawati mulai disebut-sebut orang ketika ia mulai terjun ke dunia politik, dengan memulai Karier politiknya diawali dari tingkat DPC PDI, kemudian menjadi pimpinan partai dan menjadi Presiden RI ke-5. Tahun 1982, keluarga besar Bung Karno pernah membuat konsensus. Intinya diantara seluruh anggota keluarga Bung Karno tidak dibenarkan memihak salah satu kekuatan politik yang ada. Mereka sepakat akan berdiri diatas semua golongan.

Kesepakatan ini dilatarbelakangi oleh trauma politik yang dialami pada akhir hayat Bung Karno dan dasawarsa awal rezim Orde Baru.40

Menurut Agus Basri dan Nunik Iswardani, ia mengatakan namun, kesepakatan keluarga itu akhirnya “dilanggar” oleh Megawati dan Guruh Soekarnoputro. Pada tahun 1987, Mega dan Guruh berhasil dirayu Soerjadi, Ketua Umum DPP PDI untuk masuk PDI dan menjadi vote getter pada pemilu 1987. Kesediaan Megawati untuk masuk kedunia politik (PDI) karena semua partai politik, termasuk PDI sudah memiliki asas yang sama yaitu Pancasila.41

Sehingga Karier politik Megawati mulai dengan menjadi Ketua DPC PDI Jakarta Pusat. Pada pemilu 1987, Megawati dimunculkan sebagai calon untuk daerah pemilihan Jawa Tengah. Megawati telah berhasil menarik massa dan mengatrol kursi PDI menjadi 40 kursi pada pemilu 1987 dibandingkan 24 kursi pada pemilu 1982. Keberhasilan Megawati itu tidak hanya berhenti disini saja, pada tahun 1988 Megawati dilantik menjadi anggota DPR bersama suaminya Taufik Kiemas. Megawati mewakili daerah pemilihan Jawa Tengah, sedangkan suaminya mewakili daerah pemilihan Sumatra Selatan.42

Walaupun sebagai anggota DPR yang masih relatif baru tidak banyak yang dilakukan oleh Megawati di DPR. Hal ini dikarenakan pengalaman politiknya yang relatif masih sedikit dan belum berpengalaman menjadi

40 Kristitin Wahyuni. Masa Kepresidenan ... , hal. 44

41 Agus Basri dan Nunik Iswardani, “Mega dan Berbagai Tanda”, Tempo No.43 Tahun XXIII,Edisi 25 Desember 1993, hal. 18

42 Ibid, hal. 44

(36)

pengurus organisasi. Meskipun demikian, ia merasa tidak gamang bila PDI menghendakinya menjadi ketua umum. Megawati yakin bahwa naluri politiknya sudah ada, ia banyak belajar dari bapaknya, Bung Karno terutama wawasan politik dan kebangsaan. Walaupun Megawati banyak disebut sebagai orang yang masih “bau kencur” dalam berpolitik, namun karier politiknya terus menanjak. Hal ini barangkali sebagai akibat adanya harapan dan kebutuhan warga PDI terhadap figur pembaharu, pemersatu dan tokoh yang bersih dari interes kelompok kepentingan tertentu. Banyak bukti yang menunjukkan adanya keinginan demikian, seperti terlihat melalui respon masyarakat yang selalu menyambut hangat setiap kehadirannya, mengelu-elukan dan berbagai bentuk simpati terhadap putri Bung Karno.

Sehingga dalam perjalanan karier politik Megawati selanjutnya, secara kebetulan namanya mencuat saat terjadi kongres di Medan yang mengalami kemacetan, dilanjutkan dengan Kongres Luar Biasa (KLB) di Surabaya.

Seperti diketahui, KLB di Surabaya sebagai kelanjutan Kongres di Medan yang mengalami “dead lock” , juga mengalami hal yang sama sebagaimana terjadi di Medan. Artinya KLB di Surabaya tidak menelorkan hasil sebagai mana yang diharapkan. KLB ditutup tanpa membawa sebuah keputusan. Dalam suasana seperti itu, akan tetapi ada suara sisi lain dimana sebagian besar peserta KLB menyetujui Megawati menjadi Ketua Umum PDI. Bahkan tatkala dihitung, disaat diselenggarakan pemandangan umum, 256 cabang dari 305 cabang mendukung Megawati. Sementara itu diakhir penyelenggaraan KLB itu Megawati mengumumkan dirinya bahwa secara “de facto” ia telah menjadi Ketua Umum PDI.43

Selanjutnya Menurut Ahmad Bahar, walaupun Megawati masih baru dianggap resmi menjadi Ketua Umum PDI setelah diselenggarakan Musyawarah Nasional (Munas) di Jakarta. Itupun setelah melalui proses yang

43 Kristitin Wahyuni. Masa Kepresidenan ... , hal. 46

(37)

panjang dan penuh liku-liku. Setelah itu, Megawati benar-benar diakui sebagai pucuk pimpinan PDI periode tahun 1993-1998.44

Setelah Megawati terpilih menjadi pucuk pimpinan PDI, kondisi politik internal PDI mulai memanas. Karena menurut Kristitin Wahyuni, ia mengatakan Yusuf Meruks dan para pendukungnya menentang kepemimpinan Megawati. Banyak tuduhan-tuduhan ditujukan kepada Megawati. Hal ini telah menunjukkan betapa kuatnya arus untuk menyingkirkan Megawati baik berasal dari kalangan internal maupun eksternal partai. Meskipun ujian ini berhasil dilalui, persoalan tidak berhenti sampai disini saja. Aneka persoalan baru pun bermunculan baik dari internal maupun eksternal partai. Bahkan Intervensi pemerintah dalam setiap konflik internal PDI biasanya tidak bisa menguraikan kusutnya persoalan malah ikut memperkeruh suasana dan menyebabkan konsolidasi partai semakin rapuh.45

Selajutnya menurut Sumarno adapun Puncak penyingkiran Megawati terjadi ketika sejumlah koleganya di DPP PDI yang dikoordinir Fatimah Achmad menyelenggarakan “Kongres” PDI di Medan pada tanggal 20-23 Juni 1996. Kongres yang didukung pemerintah dan ABRI itu menetapkan duet Soerjadi dan Butu R Hutapea. Dengan diselenggarakannya kongres Medan tersebut, pemerintah membuat pernyataan resmi bahwa kepemimpinan PDI yang diakui adalah yang memenuhi legalitas. Artinya pemerintah hanya mengakui kepemimpinan Soerjadi yang dianggap legal dan tidak mengakui kepemimpinan Megawati.46 Dampak dari penyingkiran tersebut sehingga terjadi dualisme kepemimpinan PDI, kepemimpinan Soerjadi yang menggantung keatas dan kepemimpinan Megawati yang tetap didukung arus bawah. Terjadinya dualisme kepemimpinan ini semakin meningkatkan eskalasi konflik dalam kandang banteng. Konflik tidak hanya terjadi ditataran elite partai tetapi juga merambah ke massa bawah antara kedua pendukung kubu tersebut.

44 Ahmad Bahar, Biografi Politik Megawati Soekarnoputri 1993-1996. T Pena Cendekia, Yogyakarta, 1996, hal. 37

45 Kristitin Wahyuni. Masa Kepresidenan ... , hal. 46

46 Ibid, hal. 47

(38)

Sebagai titik klimaks konflik PDI tersebut adalah terjadinya insiden Sabtu kelabu, tanggal 27 Juli 1996. Pada saat itu ratusan orang yang mengenakan atribut pendukung Kongres Medan menyerbu kantor DPP PDI di Jl. Diponegoro, Jakarta Pusat yang dikuasai oleh kubu Megawati. Hingga akhirnya Megawati tergusur dari kepemimpinan legal PDI. Meskipun demikian, hal ini tidak meredupkan pamor politik wanita pendiam ini. Bahkan, insiden berdarah itu menjadi blessing in disguise (berkah) bagi karier politik Megawati. Wanita pendiam dan lemah ini menjelma menjadi wanita yang tegar dan kokoh melawan kekuasaan represif. Sebagai bukti perlawanan terhadap pemerintah yaitu ketika pemerintah akan menggelar pemilu 1997, Megawati menyatakan tidak akan menggunakan hak politiknya alias golput dalam pemilu 1997.47

Sehingga pernyataan Megawati itu memiliki implikasi politik yang luas, khususnya bagi PDI yang dipimpin oleh Soerjadi. Karena banyak para pendukung PDI yang di Pimpin Megawati mengalihkan suaranya ke PPP yang berlambang bintang sehingga saat itu terbentuk aliansi Mega-Bintang.

Kemudian setelah Soeharto dilengserkan oleh gerakan reformasi yang dipelopori mahasiswa. Pemerintahan yang dijalankan oleh Presiden BJ.Habibie membuka kran politik selebar-lebarnya bagi senua komponen masyarakat untuk mendirikan partai politik sesuai dengan aspirasi ideologisnya.

Kemudian inilah yang menjadi momentum bagi Megawati, keruntuhan Orde Baru dirasakan sebagai kemenangan besar bagi pendukung Megawati.

Konsolidasi dan solidaritas emosional dikalangan pendukungnya yang terbangun selama dibawah tekanan Orde Baru, sangat bermakna bagi Megawati untuk tampil sebagai pimpinan partai yang didukung oleh basis massa yang riil. Hal ini tampak ketika diselenggarakan Kongres V PDI di Bali, pada tanggal 8-10 Oktober 1998. Kongres PDI Saat itu menyerupai sebagai festival atau pesta kemenangan pendukung Megawati. Salah satu keputusan terpenting kongres adalah ditetapkannya Megawati Soekarnoputri sebagai calon Presiden RI yang harus diperjuangkan dalam pemilu 1999 dan Sidang

47Ibid, hal. 47

(39)

Umum MPR 1999. Meskipun pada akhirnya Megawati Soekarnoputri hanya mendampingi Presiden Abdurrahman Wahid periode tahun 1999-2001.

B. Najwa Shihab

1. Masa Kecil dan Pendidikannya

Najwa Shihab yang akrab dipanggil dalam kesehariannya Nana, lahir di Makassar Sulawesi Selatan pada tanggal 16 September 1977. Dia merupakan putri kedua dari seorang tokoh terkenal bernama Prof. Dr. Quraish Shihab yang merupakan seorang cendekiawan muslim Indonesia. Ibunya Najwa Shihab bernama Fatmawati Assegaf. Najwa Shihab memiliki empat orang saudara.

Najwa Shihab mengenyam pendidikan dasarnya di sekolah dasar Madrasah Ibtidaiyah Nurul Hidayah. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di SMP Al-Ikhlas di wilayah Jakarta Selatan. Selepas SMP, Najwa Shihab masuk ke SMA Negeri 6 Jakarta Selatan. Ketika di Sekolah Menengah Atas (SMA), Najwa Shihab terpilih sebagai siswa yang berangkat ke Amerika selama satu tahun dalam program bernama AFS yang dikelola oleh Yayasan Bina Antarbudaya. Kemudian setelah menamatkan SMA, Najwa Shihab menlanjutkan studi dan masuk perguruan tinggi Universitas Indonesia dengan mengambil jurusan Ilmu Hukum pada tahun 1996 dan menjadi alumni di Universitas Indonesia pada 2000. Kemudian pada awal 2008, ia terbang ke Australia untuk mendalamkan pendidikan dalam bidang jurnaslisme sebagai peraih beasiswa Full Scholarship for Australian Leadership Awards dan mendalami bidang hukum media.

2. Karir Jurnalistiknya

Walaupun sebagai lulus dari Fakultas Hukum sebagai Sarjana Hukum, Najwa Shihab malah lebih memilih terjun di dunia jurnalistik ketimbang seorang pengacara. Tidakah mengherankan, ia kemudian bergabung dengan Metro TV salah satu Stasiun Televisi Indonesia untuk mengasah kemampuannya dibidang jurnalistik. Pada tahun 2005, ia memperoleh penghargaan dari PWI Pusat dan PWI Jaya untuk laporan-laporannya dari Aceh, saat bencana tsunami melanda kawasan itu, pada Desember 2004.

(40)

Liputan dan laporannya dinilai memberi andil bagi meluasnya kepedulian dan empati masyarakat luas terhadap tragedi kemanusiaan itu.

Najwa tiba di Aceh pada hari-hari pertama bencana, menjadi saksi mata kedahsyatan musibah itu, berada di tengah tumpukan mayat yang belum terurus, dan menjadi saksi pula betapa pemerintah tidak siap menghadapinya.

Tidak heran beberapa laporan langsung yang dilakukannya terasa kedalaman emosionalnya. Meski demikian ia tidak kehilangan daya kritis dan ketajamannya, kendati orang yang dianggap paling bertanggung jawab atas penanganan pasca-bencana adalah Alwi Shihab, Menko Kesra waktu itu, yang tidak lain adalah pamannya.48

Kemudian Tahun 2006 ia terpilih lagi sebagai Jurnalis Terbaik Metro TV, dan masuk nominasi Pembaca Berita Terbaik Panasonic Awards.

Kemudian pada tahun yang sama, bersama sejumlah wartawan dari berbagai negara, Najwa terpilih menjadi peserta Senior Journalist Seminar yang berlangsung di sejumlah kota di AS, dan menjadi pembicara pada Konvensi Asian American Journalist Association.

Selajutnya Tahun 2007, pengakuan terhadap profesionalisme Najwa tidak hanya datang dari dalam negeri, tapi juga mancanegara. Terbukti, selain kembali masuk nominasi Pembaca Berita Terbaik Panasonic Awards, ia juga masuk nominasi (5 besar) ajang yang lebih bergengsi di tingkat Asia, yaitu Asian Television Awards untuk kategori Best Current Affairs/Talkshow Presenter. Pengumuman pemenang dilangsungkan pada bulan November 2013 di Singapura. Jika pada Panasonic Awards pemenang dipilih dari jumlah sms terbanyak, maka penentuan pemenang pada Asian TV Awards dilakukan oleh panel juri yang beranggotakan TV broadcaster senior dari berbagai negara di Asia. Salah satu acara yang dipandu Najwa Shihab dan cukup membekas di benak publik, adalah debat kandidat Gubernur DKI Jakarta. Debat yang mempertemukan pasangan Fauzi Bowo- Priyanto dan Adang Daradjatun-Dani Anwar itu diselenggarakan oleh KPUD DKI Jakarta, disiarkan secara langsung oleh Metro TV dan Jak TV. Najwa

48 https://id.wikipedia.org/wiki/Najwa_Shihab#Karier

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini metode yang digunakan dalam meramalkan atau memprediksi produksi kernel adalah metode pemulusan eksponensial ganda dua parameter dari Holt dan

Forholdet mellem geometri, diagram og skema kan nu anskueliggøres som et toleddet tegnforhold, hvor et diagram er det formidlende niveau, hvor diagrammet på den ene side udgør

Dari 32 data perusahaan barang konsumsi yang mengalami kondisi financial distress nilai minimum variabel kepemilikan institusional menunjukkan hasil 0,33 yang dimiliki

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkanbahwa tingkat asupan energipada ibu hamil di Puskesmas Wenang Kota Manado yaitu normal (69,7%),

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

(1) Penetapan pemenang lelang atau keputusan lain diserahkan kepada pejabat tertinggi dan Panitia Pengadaan dan Pejabat Pembuat Komitmen tidak perlu melakukan perubahan

Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan

Cooperative Learning adalah strategi yang digunakan untuk proses belajar, dimana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehensif konsep konsep yang sulit jika