• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSEDUR OPERASI STANDAR (STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE SOP) PENANGANAN TINDAK PIDANA KORUPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROSEDUR OPERASI STANDAR (STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE SOP) PENANGANAN TINDAK PIDANA KORUPSI"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

(STANDARD OPERATIONAL PROCEDURE – SOP)

PENANGANAN TINDAK PIDANA KORUPSI SUBDIT III DIREKTORAT RESERSE KRIMINAL KHUSUS

POLDA RIAU NO. DOKUMEN

03 .SOP PENANGANAN

TP KORUPSI

NO. REVISI

00 HALAMAN

1 DARI 7

DIBUAT OLEH, KASUBDIT III

PANGUCAP PRIYO SOEGITO, S.I.K.

AJUN KOMISARIS BESAR POLISI NRP 82041131

DIPERIKSA OLEH,

DIREKTUR RESERSE KRIMINAL KHUSUS

ANDRI S, S.I.K., M.H.

KOMISARIS BESAR POLISI NRP 73120422 TANGGAL TERBIT: FEBRUARI 2021

I. PENDAHULUAN

A. UMUM

1. Tindak pidana korupsi merupakan suatu fenomena kejahatan yang menggerogoti dan menghambat pelaksanaan pembangunan, sehingga penanggulangan dan pemberantasannya harus benar - benar diprioritaskan. Sumber kejahatan korupsi banyak dijumpai dalam masyarakat modern dewasa ini, sehingga korupsi justru berkembang dengan cepat baik kualitas maupun kuantitasnya.

Sekalipun penanggulangan tindak pidana korupsi diprioritaskan, namun diakui bahwa tindak pidana korupsi termasuk jenis perkara yang sulit pemberantasannya.

2. Perilaku korupsi yang kian meluas dan dilakukan secara terorganisir dan sistematis memasuki seluruh aspek kehidupan masyarakat menjadikan negara ini sebagai salah satu negara terkorup di dunia, sehingga ketentuan yang menyatakan negara hukum yang demokratis hanya merupakan ketentuan normatif, karena tidak dapat di lihat dalam kenyataan.

3. Berlarut-larutnya penanganan kasus korupsi bukan hanya dominan pihak Polri namun beberapa lembaga mempunyai kompetensi seperti kejaksaan, Komisi Pemberantasan Korupsi ( KPK) dan Pengadilan. Lingkup tugas yang besifat koordinatif belum berjalan dengan maksimal.

(2)

4. SOP dibuat guna mempermudah penyidik melakukan penanganan kasus Tindak Pidana Korupsi, dalam Protap diatur tatacara penanganan mulai dari penerimaan laporan, penyelidikan, penyidikan hingga proses kasus secara tepat dan cepat. Hal ini mengandung maksud agar peningkatan profesionalisme penanganan kasus yang berimplikasi pada timbulnya kepercayaan masyarakat pada institusi Polri.

B. DASAR

1. Undang-Undang No 31 Tahun 1999 jo Undang – undang no 20 tahun 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi.

2. Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

3. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.

4. UU No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP).

5. UU No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

6. INPRES NO. 5 / 2004 Tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi.

7. Juklak Kapolri No.Pol : SKEP / 737 / X / 2005 tentang tata cara pelayanan Polri.

C. MAKSUD DAN TUJUAN 1. Maksud

SOP ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi satuan Polri di wilayah hukum Polda Riau, dalam rangka melaksanakan penyidikan Tindak Pidana Korupsi.

2. Tujuan

Agar setiap Kesatuan Polri di wilayah hukum Polda Riau mampu melaksanakan penyidikan Tindak Pidana Korupsi yang terjadi secara tepat berdasarkan aturan yang berlaku sehingga dapat menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif.

D. PENGERTIAN

1. Korupsi (bahasa Latin: corruptio dari kata kerja corrumpere = busuk, rusak, menggoyahkan, memutarbalik, menyogok) menurut Transparency International adalah perilaku pejabat publik, baik politikus atau politisi maupun pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan tidak legal memperkaya diri atau memperkaya mereka yang dekat dengannya, dengan menyalahgunakan kekuasaan publik yang dipercayakan kepada mereka. (Wikipedia Indonesia)..

(3)

2. Tindak Pidana adalah setiap perbuatan yang dapat dipidana yang diatur dalam ketentuan menurut Undang-Undang (Pasal 1 KUHP).

Tindak pidana atau strafbaar feit merupakan suatu perbuatan yang mengandung unsur perbuatan atau tindakan yang dapat dipidanakan dan unsur pertanggungjawaban pidana kepada pelakunya. Sehingga dalam syarat hukuman pidana terhadap seseorang secara ringkas dapat dikatakan bahwa tidak akan ada hukuman pidana terhadap seseorang tanpa adanya hal-hal yang secara jelas dapat dianggap memenuhi syarat atas kedua unsur itu.

3. Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia atau Pejabat Negri Sipil tertentu yang di beri wewenang khusus oleh undang-undang ini untuk melakukan penyidikan.

4. Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana guna menentukan dapat atau tidaknya di lakukan penyidikan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini.

5. Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang di atur dalam undang-undang ini untuk mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.

6. Pelayanan adalah tindakan kepolisian yang di berikan terhadap masyarakat yang membutuhkan bantuan kepolisian dalam rangka menciptakan situasi kamtibmas guna meniadakan gangguan yang terjadi.

II. PELAKSANAAN

A. PELAYANAN MASYARAKAT / PENERIMAAN LAPORAN PENGADUAN DAN PEMBUATAN LAPORAN INFORMASI

1. Pelayanan / penerimaan laporan pengaduan masyarakat

a. Adanya laporan tertulis dari masyarakat / LSM yang telah mendapat disposisi dari Kapolda / Dirreskrimsus / Kasubdit III b. Unit (Penyidik / Penyidik Pembantu) yang ditunjuk melakukan

telaahan / meneliti laporan masyarakat tersebut

c. Unit (Penyidik / Penyidik Pembantu) yang ditunjuk melakukan gelar perkara tingkat unit untuk membahas apakah laporan dari masyarakat tersebut dapat ditindaklanjuti ketahap penyelidikan d. Melakukan klarifikasi / wawancara kepada Pelapor

e. Membuat Surat Perintah Tugas dan Rencana Penyelidikan f. Membuat SP2HP format A 1 (pemberitahuan perkembangan

hasil penelitian laporan) kepada pelapor

g. Membuat SP2HP format A 2 (apabila perkara yang dilaporkan belum dapat ditindaklanjuti ke penyidikan)

h. Membuat SP2HP format A 3 (apabila perkara yang dilaporkan dapat ditindaklanjuti ke penyidikan)

(4)

i. Membuat SP2HP format A 4 (pemberitahuan perkembangan hasil penyidikan)

j. Membuat SP2HP format A 5 (pemberitahuan apabila penyidikan tidak dapat dilanjutkan karena perkara tersebut bukan tindak pidana / tidak cukup bukti / sudah kadaluarsa / tersangka meninggal dunia)

2. Pembuatan laporan informasi

a. Adanya informasi dari masyarakat yang diterima oleh Penyidik / Penyidik Pembantu.

b. Penyidik / Penyidik Pembantu melakukan klarifikasi atas informasi tersebut sebelum pembuatan Laporan Informasi.

c. Membuat Laporan Informasi, Surat Perintah Tugas, Rencana Penyelidikan.

d. Melaksanakan tugas penyelidikan

B. TAHAP PENYELIDIKAN

1. Menyusun dan membuat Rencana Penyelidikan dimana waktu yang diperlukan dalam proses penyelidikan adalah 30 (tiga puluh) hari untuk dapat menentukan ada tidaknya unsur pidana, menetapkan sasaran lidik (orang, tempat, benda / barang) sehingga laporan pengaduan masyarakat tersebut dapat atau tidak dilanjutkan pada proses penyidikan.

2. Terbitkan Surat Perintah Penyelidikan ( petugas sasaran pengumpulan data / fakta dan barang bukti bukan untuk disita ).

3. Mengumpulkan referensi dan peraturan – peraturan untuk dapat menentukan modus operandinya serta langkah-langkah penyelidikan dan pasal-pasal yang akan diterapkan

4. Menentukan metode penyelidikan sesuai dengan sasaran penyelidikan

5. Melakukan wawancara/interogasi, pengamatan/observasi, penyamaran / under cover, pembuntutan / survallance, terhadap orang,tempat, barang, dokumen yang memiliki atau diduga memiliki keterangan yang ada hubungannya dengan tindak pidana 6. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait seperti

 BPK Perwakilan Riau dengan cara memasukkan berupa hasil temuan yang diberikan pada penyidik / penyidik pembantu

 Inspektorat Propinsi,Kabupaten dan Kota pada tiap-tiap daerah untuk mendapatkan masukan tentang penyelenggaraan kegiatan untuk menggunakan anggaran pemerintah dan atau mendapat subsidi dari pemerintah

 Biro Hukum Instansi non departemen untuk mendapatkan masukan tentang adanya indikasi TP Korupsi.

(5)

 Bendahara koperasi untuk mendapatkan informasi tentang adanya penggunaan dana dan hasil keuntungan atau berasal dari dana / sumbangan / subsidi pemerintah

 Panitia pengumpulan dana social, untuk mendapatkan informasi tentang adanya kebocoran dana bantuan masyarakat yang tidak disalurkan sesuai dengan tujuan.

 Pemda, untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan pembangunan yang menggunakan dana pemerintah.

 Koordinasi dengan POM TNI ( AD, AL, AU ) khusus sasaran anggotaTNI.

7. Membuat Laporan Hasil Penyelidikan yang memuat ada tidaknya unsur-unsur pidana yang dapat diterapkan sehingga Laporan Pengaduan tersebut dapat atau tidak dilanjutkan pada proses Penyidikan

8. Melakukan Gelar perkara penyelidikan untuk menetukan apakah hasil penyelidikan yang diperoleh telah memenuhi bukti permulaan bahwa telah terjadi TP Korupsi atau tidak utnuk dasar membuat Laporan Polisi Model A ( tanpa menyebut atau merujuk Laporan Informasi yang digunakan sebagai dasar penyelidikan )

C. TAHAP PENYIDIKAN

1. Segera lakukan Gelar Perkara dengan melibatkan Irwasda, Bid Kum, Bid Propam, Pejabat Dit Reskrim dan Gelar Perkara dipimpin oleh Dir Reskrim / Wadir untuk menentukan apakah hasil penyelidikan yang diperoleh telah memenuhi bukti permulaan bahwa telah terjadi tindak pidana korupsi atau tidak.

2. Hasil gelar perkara yang menghasilkan kesimpulan benar telah terjadi Tindak Pidana Korupsi, maka petugas penyelidik membuat Laporan Polisi Model A ( tanpa menyebut atau merujuk laporan informasi yang digunakan sebagai dasar penyelidikan )

3. Membuat surat perintah Penyidikan

4. Membuat Surat Perintah Dimulainya Penyidikan

5. Pembentukan unit/ team dengan jumlah personel disesuaikan dengan keperluan dalam melakukan penyidikan atas perkara Tindak Pidana Korupsi

6. Menyusun rencana kegiatan penyidikan : Menentukan sasaran penyidikan antara lain:

 Saksi–saksi/ ahli yang dipanggil untuk diperiksa.

 Barang bukti yang akan disita.

 Tersangka yang akan dipanggil, ditangkap dan

(6)

 ditahan guna kepentingan pemeriksaan.

 Target waktu Penyidikan.

 Memberikan arahan kepada anggota team yang akan melakukan penyidikan mengenai tugas, tanggung jawab dan kewenangan masing – masing.

7. Melaksanakan pemeriksaan terhadap saksi-saksi pejabat penyedia dan pelaksana pengadaan barang dan jasa.

8. Melakukan peninjauan TKP baik dilapangan maupun dikantor penyedia barang dan jasa.

9. Lakukan Koordinasi setiap saat dengan BPK,BPKP, Jaksa Penuntut Umum (JPU)

D. TAHAP PEMBERKASAN

1. Pembuatan berita acara pendapat (Resume)

a. Merupakan ikhtiar dari keseluruhan proses penyidikan tindak pidana.

b. Pada berita acara pendapat (Resume) dibuatkan BAB Pembahasan yang terdiri dari :

 Analisa yuridis (Penjelasan, unsur –

 unsur pasal yang dipersangkakan

 bersumber dari alat bukti berupa

 keterangan saksi, ahli dan tersangka

 serta kaitannya dengan BB )

c. Kesimpulan (dari hasil analisa yuridis penyidik secara hukum telah dapat membuktikan bahwa unsur – unsur pasal yang dipersangkakan kepada tersangka sudah terpenuhi ).

d. Pendapat penyidik (perbuatan tersangka sudah memenuhi unsur delig yang tercantum dalam pasal yang disangkakan, untuk perkara tersebut dapat ditegakkan perkara penuntutan).

2. Penyerahan berkas perkara tahap pertama.

3. Penyerahan tahap kedua (tersangka dan barang bukti), apabila Kejaksaan sudah mengeluarkan P-21.

4. Apabila berkas perkara dikembalikan (P-18 dan P-19) maka penyidik atau atasan penyidik membuat gelar perkara yang diikut sertakan instansi terkait guna untuk memenuhi permintaan Jaksa Penuntut Umum, setelah lengkap sesuai dengan permintaan Jaksa Penuntut maka penyidik menyerahkan kembali berkas perkara.

(7)

III. ALTERNATIF PENYELESAIAN A. KOORDINASI

1. Penyidik bersama BPK,BPKP,Kejaksaan untuk melakukan rapat koordinasi dalam menentukan langkah-langkah penangann kasus korupsi

2. Hasil keputusan rapat ditentukan apakah kasus korupsi tersebut dilanjutkan ketingkat selanjutnya, ahlinya bila pidana akan dilanjutkan pada proses penyidikan bila menyangkut permasalahan perdata akan ditempuh jalur perdata melalui penyidikan segera.

3. Apabila terdapat dugaan pemalsuan Surat akan diadakan pemeriksaan Laboratorium Forensik untuk menentukan ada tidaknya terjadi pemalsuan surat, tanda tangan atau cap / stempel.

B. SISTEM PELAPORAN

1. Sistem pelaporan dilakukan berjenjang dimulai dari penerimaan laporan penyidik kepada Kabagbinops pada tingkat Polda atau Kabag Ops di tingkat Polres, selanjutnya laporan tersebut dianalisis melalui “ Perwira Pengawas Penyidikan ” atau Perwira yang ditunjuk kemudian hasilnya diteruskan pada Dir Reskrimsus ( Polda ) atau Kasat Reskim (Polres).

2. Jaringan komunikasi melalui nomor telepon 0761-854624, nomor fax 0761-854624 dan email : reskrimkhusus@yahoo.co.id

IV. PENUTUP

Demikian prosedur tetap ini dibuat untuk dipedomani dalam menangani kasus - kasus korupsi di jajaran Polda Riau.

Referensi

Dokumen terkait

”Analisis laporan keuangan dilakukan untuk mencapai beberapa tujuan, misalnya dapat digunakan sebagai alat screening awal dalam memilih alternatif investasi atau merger, sebagai

APBD Bengkulu Selatan (Kab.) Volume: 8 Dokumen Laporan Terlaksananya penyusunan laporan keuangan OPD, laporan kinerja keuangan 18.154.000 28 Penyusunan Laporan

Kaitan makna teori kebijakan tersebut dengan ketahanan pangan dari proyeksi prioritas pemerintah yang dituang dalam sebuah kebijakan yang implementatif dan

Tujuan penelitian ini antara lain adalah untuk mengetahui pengaruh perkuatan tanah pasir dengan membandingkan daya dukung tanah pasir tanpa perkuatan terhadap daya

Saya tertarik meneliti tentang pelaksanaan job description kepala sekolah, karena peran kepala sekolah yang sangat penting dalam pengembangan mutu pendidikan sekolah dan

strategi komunikasi yang baik efek dari proses komunikasi (terutama komunikasi media massa) bukan tidak mungkin akan menimbulkan pengaruh negatif. Perkembangan pesat

Pengelolaan usaha pembibitan ternak sapi potong secara berkelompok menunjukkan bahwa 71,54% (48 ekor) induk pada fase menyusui pada tahap kedua, sedangkan sisanya 29,85% (20 ekor)

Skenario pengujian sistem ini mengambil 140 data rekam medis terdiri dari 20 data uji dan 120 data latih pasien gagal ginjal kronis, dari 140 data tersebut akan