• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

4. HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

4.1. Gambaran Umum Perusahaan 4.1.1. Sejarah Singkat Perusahaan

Perusahaan tembakau ‘X’ didirikan pada tahun 1972. Perusahaan hanya memproduksi tembakau iris dengan merk yang bermacam-macam. Salah satu alasan perusahaan hanya memproduksi tembakau iris dan bukan rokok adalah bahwa telah ada banyak perusahaan rokok yang telah berdiri. Jika perusahaan mendirikan perusahaan rokok maka pangsa pasarnya akan terbatas karena perusahaan harus bersaing dengan perusahaan rokok lainnya yang telah berdiri lebih dahulu. Oleh karena itu perusahaan tembakau ‘X’ memilih untuk memproduksi tembakau irisan saja, dengan pangsa pasar yang berbeda, meskipun pangsa pasar yang dituju adalah pangsa pasar yang berpenghasilan menengah ke bawah. Jadi perusahaan hanya memproduksi tembakau irisan dengan berbagai macam aroma dan kemudian dijual dalam bentuk tembakau irisan yang telah dikemas di mana pembelinya harus melintingnya sendiri, dengan kertas putih tipis yang disebut ambri. Perusahaan tembakau ini tidak bersifat go public, jadi dapat dikatakan bahwa perusahaan ini merupakan perusahaan keluarga.

4.1.2. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah suatu kerangka atau susunan dasar tata laksana suatu badan organisasi dari suatu perusahaan. Untuk mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien maka dilakukan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab dari semua unsur yang bersangkutan. Struktur organisasi yang digunakan oleh perusahaan tembakau ‘X’ adalah struktur organisasi garis di mana garis wewenang mengalir dari atasan ke bawah yang setingkat di bawahnya, sebaliknya bawahan bertanggungjawab kepada atasan yang berada setingkat di atasnya.

(2)

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan

(Sumber : Internal Perusahaan)

Adapun tugas dan wewenang dari masing-masing fungsi yang ada di PT

‘X’ adalah sebagai berikut:

1. Komisaris

Wewenang yang dimiliki oleh komisaris dalam menjalankan perusahaan adalah menentukan arah (visi) dan tujuan (misi) dari perusahaan. Visi dari perusahaan adalah perusahaan bisa melebarkan pangsa pasarnya hingga meliputi seluruh Indonesia bahkan hingga ke luar negeri dan mengadakan inovasi yang terbaru untuk memenuhi selera konsumen. Tujuan perusahaan tentunya adalah supaya perusahaan bisa mendapatkan keuntungan atau laba serta memberikan lapangan kerja bagi masyarakat Indonesia. Tugas yang dijalankan oleh komisaris adalah mengawasi pelaksanaan tugas yang dilaksanakan direktur serta mengawasi kelancaran aktivitas perusahaan secara keseluruhan.

2. Direktur

Tugas dari direktur secara umum adalah mengelola dan mengurus jalannya aktivitas perusahaan.Selain itu direktur berhak untuk mendelegasikan wewenang kepada bawahannya, maksudnya direktur memberikan wewenang bagi bawahannya dalam hal yang berkaitan dengan pekerjaan sehingga bawahannya bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Direktur juga bertugas melakukan

Komisaris

Manager Akun

& Pajak

Direktur

Manager Personalia

Manager Litbang Manager

Penjualan Manager

Produksi

Manager Pembelian

Staf Produksi Staf Penjualan

Staf Pembelian

Staf Akun &

Pajak

Staf

Personalia Staf Litbang

(3)

pengawasan secara umum terhadap segala aktivitas perusahaan. Namun tugas utama dari direktur adalah membuat perencanaan sehubungan dengan kegiatan perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

3. Manager produksi

Fungsi utama dari manager produksi adalah membuat estimasi atau perkiraan- perkiraan produksi yang diperlukan dalam satu periode (satu minggu). Manager produksi juga berhubungan dengan manager penjualan yang ada pada bagian cabang sehingga ketika stock barang di cabang mulai habis atau menipis maka bagian produksi di pusat akan melakukan pengiriman barang.

4. Manager Penjualan

Tugas utama manager penjualan adalah melakukan penjualan barang kepada konsumen, dalam rangka usahanya untuk menjual barang manager penjualan selalu berhubungan dengan manager produksi, sehingga ketika stock barang mulai habis manager penjualan akan menghubungi manager produksi dan memintanya untuk mengirim barang.

5. Manager Pembelian

Manager pembelian bertugas untuk merencanakan kebutuhan dan pengadaan bahan baku dalam jumlah, mutu dan harga yang selaras dengan kebijakan pembelian, mengkoordinir serta mengawasi pembelian bahan-bahan penolong, dan juga menyelenggarakan administrasi pembelian yang baik sesuai dengan siste, yang sudah ditetapkan oleh perusahaan.

6. Manager Akuntansi dan Pajak

Tugas dari bagian akuntansi adalah membuat dan menyusun Laporan Keuangan perusahaan yang mencakup Laporan Laba Rugi, Laporan Perubahan Modal, Neraca, dan Laporan Arus Kas, mengatur masalah hutang piutang dan pembayaran serta penagihannya, kemudian mengumpulkan dan memeriksa dokumen-dokumen sebagai bukti transaksi. Bagian manager akan memeriksa laporan keuangan yang telah di buat oleh para stafnya. Bagian pajak dari perusahaan bertugas untuk menghitung pajak-pajak yang harus disetorkan dan dilaporkan kepada pemerintah termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan kemudian mengisi dokumen-dokumen pajak yang dibutuhkan.

(4)

7. Manager Personalia

Fungsi dari manager personalia adalah melakukan penerimaan pegawai dan melakukan seleksi sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan, melakukan pengarahan kepada pegawai baru mengenai cara kerja perusahaan, menyelenggarakan administrasi kepegawaian serta mengurus masalah-masalah yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, memformulasikan sistem-sistem dan prosedur kepersonaliaan yang sesuai dengan tujuan perusahaan untuk mencapai produktivitas sumber daya manusia, dan menjamin bahwa seluruh sistem dan prosedur yang telah ditetapkan dapat berlaku dengan baik (baik bagi karyawan bulanan maupun buruh harian).

8. Manager Litbang

Tugas dari manager penelitian dan pengembangan atau bagian Research and Development adalah mengadakan penelitian mengenai bahan-bahan yang digunakan serta menjabarkannya dalam perumusan yang diperlukan dalam proses pengembangan produk guna mencapai rasa dan pemakaian bahan yang optimal, bertanggungjawab mengelola bagian penelitian dan pengembangan dengan tujuan menghasilkan produk yang dapat memenuhi selera konsumen.

4.1.3. Bidang Usaha Perusahaan dan Daerah Pemasaran

Perusahaan mengkhususkan diri pada pembuatan tembakau iris atau tembakau rajangan saja. Dengan berbagai macam aroma dan rasa tembakau, perusahaan berusaha untuk menjaring konsumen yang bisa membeli produknya, yakni konsumen golongan menengah ke bawah. Penjualan perusahaaan dilakukan melalui agen atau sales perusahaan. Bagi sales perusahaan daerah kerjanya hanya meliputi daerah Surabaya dan sekitarnya (Kediri), sedangkan bagi daerah-daerah diluar pulau Jawa (Pontianak, Menado, Medan) yang bertugas menjual atau memasarkan produk ini adalah agen, yang bekerja sebagai bagian dari kantor cabang perusahaan. Pada saat ini hanya daerah-daerah itulah yang menjadi daerah penyebaran tembakau iris perusahaan.

Perusahaan menjual tembakau ini dengan berbagai macam rasa dan merk yang dijual dalam bentuk kemasan yang berbeda-beda. Perusahaan membagi kemasannya menjadi empat macam kemasan, yakni kemasan 2,5 kg, 50g, 40g,

(5)

dan 30g. Dan ada berbagai macam merk yang berbeda, di antaranya adalah : KS, AM, KC, SB, RT, DL, DK, KE, dan KM.

4.1.4. Ketenagakerjaan

Pada awal berdirinya perusahaan tembakau ‘X’ tenaga kerja mula- mulanya hanya terdiri dari 86 orang. Namun sekarang jumlah pekerja tersebut meningkat menjadi sekitar 360 orang. Semua tenaga kerjanya berasal dari Indonesia, dengan jam kerja dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada pukul 16.00. Ketenagakerjaan ini berstatus sebagai pegawai tetap dan pegawai harian dan pembayaran gajinya dilakukan pada setiap akhir bulan.

4.2. Deskripsi Data

4.2.1 Kondisi Perusahaan

PT ‘X’ yang diteliti dalam penelitian ini didirikan pada tahun 1972 dan berkedudukan di Surabaya. PT ‘X’ bergerak dalam bidang usaha tembakau rajangan, dengan merk dan rasa yang bermacam-macam adalah : KS, AM, KC, SB, RT, DL, DK, KE, dan KM.

Daerah pemasaran atau penjualan tembakau iris ini hanya terbatas pada beberapa daerah saja, misalnya untuk daerah Surabaya dan Kediri saja. Untuk daerah Surabaya dan Kediri ini, penjualannya dilakukan oleh sales (tembakau hanya dijual pada konsumen-konsumen atau langganan-langganan tertentu saja), karena bagaimanapun juga di kota-kota besar seperti ini ada banyak saingan dengan perusahaan lainnya di bidang rokok maupun tembakau. Oleh karena itu selain daerah penjualan yang hanya di Surabaya dan Kediri ini perusahaan pun memperluas pangsa pasarnya, dan pada akhirnya perusahaan bisa mempunyai kantor cabang di luar pulau Jawa, yakni di Menado, Pontianak, dan Medan.

Karena sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak maka perusahaan tembakau ‘X’ berhak untuk mengkreditkan Pajak Masukan yang dibayar untuk memperoleh barang dan jasa untuk keperluan usahanya dan kemudian melakukan kompensasi dengan Pajak Keluarannya. Selama ini PT ‘X’

telah melakukan proses pembukuan secara baik dan teratur. Pada awalnya yang ingin dilakukan peneliti adalah bagaimana cara menghitung, menyetor, serta

(6)

melaporkan PPN Tembakau terutang pada Dirjen Cukai. Namun setelah diketahui lebih lanjut ternyata proses produksi perusahaan pada tahun 2003 telah melampaui batasan golongan pengusaha tembakau yang telah ditetapkan oleh Menkeu.

4.2.2 Gambaran Proses Produksi

Pada saat perusahaan akan memulai proses produksi, terlebih dahulu dibuat estimasi perencanaan produksi dalam satu periode. Jangka waktu perencanaan tersebut meliputi satu tahun, dan lama dari satu periode adalah satu minggu.

Perencanaan produksi jangka pendeknya hanya direncanakan dalam jangka waktu yang relatif cepat (satu minggu) dibandingkan dengan perusahaan besar lainnya yang perencanaan produksinya bisa mencapai satu bulan adalah karena pada umumnya jumlah produksi untuk tembakau ini ‘lebih sedikit’ jika dibandingkan dengan perusahaan-perusahaan besar lainnya; selain itu juga tergantung dari permintaan pasar, selera konsumen, serta kebutuhan dari konsumen. Bagian perencana perusahaan ada 2 bagian yaitu bagian penjualan dan bagian produksi. Selain dua bagian atau divisi tersebut ada bagian-bagian lain yang turut mendukung proses produksi seperti bagian keuangan dan bagian pembelian.

4.2.3. Kebijakan Penjualan Perusahaan

Yang memberikan order penjualan kepada bagian penjualan adalah manager penjualan.

a. Kebijakan pembayaran oleh pelanggan atau pembeli :

Pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan atau pembeli dapat dilakukan secara tunai atau kas maupun secara kredit. Sebagian besar pelanggan PT ‘X’

melakukan pembayaran secara kredit dalam jangka waktu satu bulan. Untuk pembayaran secara kredit, untuk pembayarannya dilakukan melalui transfer bank. Untuk penjualan di cabang prosesnya sama dengan penjualan pada kantor pusat, hanya saja untuk penjualan di cabang, cabang harus membuat laporan kas dan laporan stock barang yang harus dikirimkan ke pusat tiap setengah bulan sekali.

(7)

b. Kebijakan dalam hal pemberian tanda bukti

Bagi konsumen yang melakukan pembelian kepada perusahaan maka sebagai tanda bukti kepada konsumen tersebut, perusahaan memberikan bukti tanda pembayaran. Dalam membuat bukti tanda pembayaran ini ada bermacam- macam warna yang digunakan untuk mempermudah proses pencatatan.

1. Warna putih digunakan sebagai bukti tanda pembayaran.

2. Warna kuning digunakan untuk arsip perusahaan.

3. Warna hijau digunakan untuk arsip toko.

Bagi pelanggan yang melakukan pembayaran secara kredit maka bukti pembayaran yang diserahkan kepada pelanggan tersebut berwarna hijau, dan jika pelanggan tersebut telah membayar secara tunai maka lembar yang diserahkan berwarna putih. Bagi perusahaan sendiri lembar yang digunakan berwarna kuning.

4.2.4. Kebijakan Pembelian Perusahaan

Untuk pembelian bahan baku produksi tembakau, kepala bagian pembelian mengadakan pemesanan atau order untuk bahan-bahan yang diperlukan setelah mendapat pemberitahuan bahwa stock telah menipis dari karyawan yang mengerjakan pemakaian bahan.

a. Kebijakan cara pembayaran

Pembayaran dilakukan oleh perusahaan secara tunai/ kas maupun secara kredit.

b. Kebijakan penerimaan Faktur Pajak yang dibuat

Faktur Pajak yang diterima oleh perusahaan paling lambat pada akhir bulan berikutnya setelah terjadi penyerahan, kecuali jika terjadi pembayaran maka Faktur Pajak diterima pada saat terjadi pembayaran oleh perusahaan.

(8)

4.2.5. Perlakuan Pajak Pertambahan Nilai 4.2.5.1.Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai

Dalam melakukan penghitungan untuk Pajak Pertambahan Nilai PT ‘X’

telah melakukan tiga jenis perhitungan. Yang pertama adalah perhitungan Pajak Pertambahan Nilai untuk pembelian pita cukai, yang kedua adalah melakukan perhitungan untuk kompensasi PPN pita cukai, dan yang ketiga adalah perhitungan Pajak Pertambahan Nilai untuk pembelian bahan penolong produksi, misalnya flavour, wrapping dan sebagainya hal ini berguna untuk perhitungan Pajak Masukannya.

Dalam hal perhitungan Pajak Pertambahan Nilai untuk pembelian pita cukai data yang dibutuhkan adalah data pembelian pita cukai. Data pembelian pita cukai ini didapat dari dokumen pemesanan pita cukai. Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai untuk bulan Juni 2003 bisa dilihat pada tabel 4.1. Untuk perhitungan bulan Juni maka data yang dibutuhkan adalah data bulan Maret (untuk setiap pemesanan pita cukai pembayaran dilakukan 3 bulan kemudian).

Tabel 4.1 Daftar Pemesanan Pita Cukai Bulan Maret 2003

Tgl Pesan

Lbr Cukai

Harga Pita Cukai

Harga Jual

Eceran Tgl Bayar

PPN dibayar (8,4%* HJE) 20 Maret

03 110 lbr Rp85,000 1,122,000,000 19 Juni

2003 94,248,000

35 lbr Rp80,000 336,000,000 28,224,000

145 lbr 1,458,000,000 122,472,000

5 lbr Rp80,000 48,000,000 4,032,000

1300 lbr Rp2,200 343,200,000 28,828,800 17000lbr Rp1,800 3,672,000,000 308,448,000

18305lbr 4,063,200,000 341,308,800

5500 lbr Rp1,600 1,056,000,000 88,704,000 6000 lbr Rp1,300 936,000,000 78,624,000

11500lbr 1,992,000,000 167,328,000

(Sumber: data internal perusahaan)

Adapun cara penghitungan HJE adalah: 120 x lembar cukai x Harga Pita Cukai

(9)

Penghitungan PPN untuk Bulan Juli-September 2003

Tanggal Lembar Harga Pita Harga Jual Tanggal

PPN dibayarkan Pesan Cukai Cukai Eceran Bayar (8.4% * HJE) 21-Apr-03 105lbr Rp85,000 1,071,000,000 21 Juli 03 89,964,000

45 lbr Rp80,000 432,000,000 36,288,000

1200lbr Rp2,200 316,800,000 26,611,200

1350lbr 1,819,800,000 152,863,200

18000lbr Rp1,800 3,888,000,000 326,592,000 6000 lbr Rp1,600 1,152,000,000 96,768,000

5500 lbr Rp1,300 858,000,000 72,072,000

29500lbr 5,898,000,000 495,432,000

20 Mei 03 110 lbr Rp85,000 1,122,000,000 20 Agust 03 94,248,000

40 lbr Rp80,000 384,000,000 32,256,000

1250 lbr Rp2,200 330,000,000 27,720,000

20400lbr Rp1,800 4,406,400,000 370,137,600

21690lbr 5,120,400,000 430,113,600

100 lbr Rp1,800 21,600,000 1,814,400

6000 lbr Rp1,600 1,152,000,000 96,768,000

5500 lbr Rp1,300 858,000,000 72,072,000

11600lbr 2,031,600,000 170,654,400

19 Juni 03 110 lbr Rp85,000 1,122,000,000 18-Sep-03 94,248,000

45 lbr Rp80,000 432,000,000 36,288,000

155 lbr 1,554,000,000 130,536,000

5 lbr Rp80,000 48,000,000 4,032,000

1250 lbr Rp2,200 330,000,000 27,720,000

20500lbr Rp1,800 4,428,000,000 371,952,000 6000 lbr Rp1,600 1,152,000,000 96,768,000

27755lbr 5,958,000,000 500,472,000

6500 lbr Rp1,300 1,014,000,000 85,176,000

( Sumber : Internal Perusahaan)

(10)

Tabel 4.1 didapatkan dari dokumen pembelian pita cukai, seperti yang terdapat pada halaman 62, di mana untuk memperoleh data pada tabel 4.1 perusahaan mengurutkan datanya pada masing-masing lembarnya. Pengurutan data itu dilakukan berdasarkan HJE. Untuk HJE dengan harga yang sama dijadikan satu. Misalnya untuk lembar kedua pemesanan pita cukai pada bulan Maret (bisa dililihat pada lampiran tabel kedua) dengan HJE sebesar 1800 perusahaan memesan 17.000 lembar pita cukai (11.000 + 5900 + 100) untuk isi yang 40g. Untuk lampiran 4.1 halaman 61 masing-masing tabel diasumsikan sebagai lembar pemesanan pita cukai. Satu tabel diasumsikan satu lembar dokumen pemesanan pita cukai. Ada dua alasan dilakukannya pemesanan pita cukai. Yang pertama adalah pemesanan pita cukai untuk persediaan pita cukai.

Jadi jika persediaan untuk pita cukai menipis maka akan dilakukan pemesanan.

Alasan kedua adalah perusahaan menjaga supaya merk tembakaunya tidak hilang, maksudnya adalah jika perusahaan tidak memesan suatu merk dalam jangka waktu 3 bulan berturut-turut maka merk tersebut akan hilang. Jadi dalam satu bulan biasanya perusahaan akan memesan suatu merk hanya untuk menjaga supaya merk itu tidak hilang. Maksimal pemesanan pita cukai adalah 5 merk untuk satu lembar dokumen pemesanan pita cukai.

Untuk perhitungan pita cukai seperti yang terdapat pada tabel 4.1, perolehan Harga Jual Eceran diperoleh dari lembar cukai dikalikan dengan harga pita cukai dan dikalikan dengan jumlah keping yang ada pada lembaran cukai tersebut. Pada satu lembar pita cukai terdapat 120 keping cukai. Pada data di atas disebutkan bahwa pada tanggal 20 Maret perusahaan memesan pita cukai sebanyak 17.000 lembar pita cukai dengan harga yang tertera pada pita cukai 1800 maka Harga Jual Eceran Perusahaan adalah 17.000 lembar * 120 keping * 1800 = 3.672.000.000. Total Harga Jual Eceran yang diperoleh dari penjumlahan 1.458.000.000 dengan 4.063.200.000 dan 1.992.000.000 yakni sebesar 7.513.200.000 akan berpengaruh pada pengisian SPT bagian B.1.3.5 bagian penyerahan efektif.

Contoh perhitungan PPN untuk pembelian pita cukai sebanyak 18.305 lembar adalah sebagai berikut : HJE * 8,4% = Rp 4,063,200,000,-. * 8,4% = Rp.

341,308,800.

(11)

Hal kedua yang dilakukan PT ‘X’ adalah melakukan perhitungan untuk kompensasi PPN, dari ketiga angka yang tertera pada tabel 4.1 dipilih suatu angka, misalnya 341.308.800 dan dikompensasikan dengan 40.475.765 (didapat dari SPT Masa PPN Formulir Induk Kode C.5) yakni Pajak Keluaran yang harus dipungut sendiri atau merupakan PPN Masukan dari bulan lalu; maka hasilnya adalah 300.833.035, maka yang nantinya tertulis pada lembar SSCP tidak lagi angka 341.308.800 melainkan 300.833.035. Untuk lebih jelasnya mengenai perhitungan kompensasi ini bisa dilihat pada halaman 75. Ketiga angka ini(

122,472,000, 341,308,800, dan 167,328,000) akan berhubungan dengan pengisian SPT Masa PPN pada bagian A1 untuk lampiran Pajak Keluaran.

Hal ketiga yang dilakukan oleh PT ‘X’ dalam rangka perhitungan PPN selain PPN pita cukai adalah perusahaan melakukan perhitungan PPN Masukan untuk pembelian bahan penolong seperti flavour, wrapping dan sebagainya.

Dokumen yang digunakan perusahaan untuk melakukan perhitungan PPN bagi bahan penolong tersebut adalah faktur pajak. PT ‘X’ melakukan pembelian hanya dari Pengusaha Kena Pajak sehingga semua bahan penolong yang dibelinya dapat dikreditkan. Untuk penghitungan PPN bagi bahan penolong ini tarif PPN dikenakan normal yakni sebesar 10% dan bukan 8,4% lagi. Untuk melihat jumlah pembelian yang telah dilakukan perusahaan bisa dilihat pada tabel 4.2 di bawah ini. Pengisian untuk tabel 4.2 ini nantinya akan berpengaruh pada pengisian SPT Masa PPN bulan Juni 2003 pada bagian Pajak Masukan, formulir 1195 B1.

(12)

Tabel 4.2 Pajak Masukan bulan Juni 2003 No

Tgl

Faktur No Faktur

Jenis BKP/

JKP DPP PPN 1 3/6/2003 DQNZK-030013823 Plastic 1,937,730 193,773 2 3/6/2003 CMSFE-6090008149 Flavour 3,479,000 347,900 3 5/6/2003 EAXVH-350003097 Lem 2,250,000 225,000 4 5/6/2003 CSCSS-6170008605 Dos 14,356,360 1,435,636 5 6/6/2003 NFFJZ-6110001620 Flavour 3,810,000 381,000 6 9/6/2003 CSCSS-6170008663 Dos 8,607,360 860,736 7 9/6/2003 DIZIH-4020018222 Flavour 3,700,000 370,000 8 10/6/2003 CMLXH-060035775 Flavour 24,421,500 2,442,150 9 11/6/2003 DMQHS-040003488 Sablon 28,100,000 2,810,000 10 12/6/2003 CLWPW-920003967 Dos 25,652,070 2,565,207 11 14/6/2003 DQNZK-030013883 Plastic 6,342,000 634,200 12 15/6/2003 CTEWT-210000128 Kendaraan 75,000,000 7,500,000 13 16/6/2003 CSCSS-6170008769 Dos 13,949,090 1,394,909 14 16/6/2003 DMQHS-040003492 Sablon 24,392,930 2,439,293 15 17/6/2003 CSCSS-6170008790 Dos 5,477,810 547,781 16 17/6/2003 CNEW-6110002666 servis kndraan 210,230 21,023 17 17/6/2003 EDNTH-5080001039 Flavour 25,700,000 2,570,000 18 18/6/2003 EAXVH-350003124 Lem 2,250,000 225,000 19 20/6/2003 DMQHS-040003497 Sablon 3,773,000 377,300 20 23/6/2003 DQNZK-030013921 Plastic 1,370,730 137,073 21 23/6/2003 CSCMR-050014485 Angktan solar 245,000 24,500 22 23/6/2003 NGOHR-140000956 Sablon 14,828,850 1,482,885 23 23/6/2003 NGOHR-140000957 Sablon 2,943,760 294,376 24 23/6/2003 NGOHR-140000958 Sablon 1,836,440 183,644 25 24/6/2003 CLCTW-150025684 Plakban 2,755,200 275,520 26 25/6/2003 CMSFE-6090008261 Plakban 3,513,300 351,330 27 26/6/2003 PE 140351-2606 Solar 10,500,000 1,050,000 28 26/6/2003 CLWPW-920004137 Sparepart msn 59,854,830 5,985,483 29 27/6/2003 CMLXH-060035905 Flavour 25,150,500 2,515,050 30 28/6/2003 CSCSS-6170008975 Flavour 22,908,990 2,290,899 31 30/6/2003 DQNZK-030013950 Plastic 9,663,810 966,381 32 30/6/2003 DMQHS-040003505 Sablon 29,260,000 2,926,000 33 30/6/2003 EAGYD-110015371 Kartu telpon 557,950 55,795 34 30/6/2003 0015469544-5 Kartu telpon 38,000 3,800 35 30/6/2003 CNEW-6110002673 Servis kndraan 632,470 63,247 36 28/5/2003 CSCXI-6050022340 Ekspedisi 1,175,270 117,527 37 28/5/2003 CSCXI-6050022341 Ekspedisi 152,000 15,200

Jumlah 460,796,180 46,079,618

(Sumber internal perusahaan)

(13)

Untuk ketiga data yang ada di tabel 4.1 pada bagian PPN dibayar, angka sebesar 122.472.000, 341.308.800 (sebelum dilakukan kompensasi), dan 167.328.000 seperti yang ada pada tabel 4.3 di bawah ini nantinya akan dibayarkan pada bank persepsi atas pembayaran pita cukai pada bulan Maret 2003 dimana yang menjadi bank persepsi adalah BNI 1946 Jembatan Merah Surabaya.

Tabel 4.3 Pajak Keluaran Bulan Juni

(Sumber internal perusahaan)

Ketiga angka di atas akan diisikan pada SSCP untuk penyetorannya dan kemudian akan dilaporkan pada SPT Masa PPN Juni 2003 pada bagian lampiran A1. Sementara untuk total angka sebesar 631.108.800 akan diisikan pada lampiran SPT Masa Induk pada bagian C.1.2.

4.2.5.2.Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai

Untuk melakukan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai dokumen yang digunakan perusahaan hanyalah SSCP atau Surat Setoran Cukai atas Barang Kena Cukai dan PPN Hasil Tembakau Buatan Dalam Negeri. Untuk penyetoran bulan Juni 2003 perusahaan menggunakan data pada bulan Maret 2003 (pembayaran 3 bulan setelah pemesanan pita cukai). Untuk penyetoran ini perusahaan menggunakan 3 lembar dokumen SSCP di mana masing-masing lembarnya diisi dengan angka perolehan PPN sesuai dengan tabel 4.1 yakni sebesar 122,472,000, 300.833.035 (berbeda setelah dilakukan perhitungan untuk kompensasi), dan 167.328.000. Masing-masing dari ketiga angka tersebut akan diisikan pada SSCP bulan Juni 2003 pada bagian C kode map 0131 “Penerimaan Pajak Pertambahan (PPN) Nilai Hasil Tembakau Buatan dalam Negeri”. Selain itu masing-masing angka tersebut akan berpengaruh pada pengisian SPT Masa PPN pada bagian A1.

Nama Penerima JKP Jumlah PPN BNI 1946 Jembatan Merah Sby 122.472.000 BNI 1946 Jembatan Merah Sby 341.308.800 BNI 1946 Jembatan Merah Sby 167.328.000 Total Pajak Keluaran 631.108.800

(14)

Perusahaan menggunakan 3 lembar SSCP untuk menyetorkan pajaknya pada bulan Juni adalah karena berdasarkan tabel 4.1 ada 3 total angka yang tertera di sana. Masing-masing angka tersebut tidak ditotal dan dijadikan satu adalah demi kemudahan pemeriksaan pajaknya. PPN pita cukai untuk bulan Juni ini disetorkan pada tanggal 19 Juni 2003 oleh perusahaan. Untuk melihat dokumen penyetoran PPN pita cukai bulan Juni bisa dilihat pada halaman 74 sampai dengan 76.

4.2.5.3.Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

Untuk pelaporan Pajak Pertambahan Nilai dokumen yang digunakan adalah SPT Masa PPN Juni 2003. Untuk SPT Masa PPN bulan Juni perusahaan melaporkannya pada tanggal 18 Juli 2003. Untuk dokumen SPT Masa bulan Juni bisa dilihat pada halaman 63-73.

Penghitungan PPN Masa Pajak Juni 2003:

1) Pajak Keluaran Masa Juni 2003 = Rp 631.108.800,00 2) Kompensasi PPN Masa Pajak Mei 2003 = Rp 40.475.765,00

3) PPN disetor di muka masa Pajak Juni 2003 = Rp 590.633.035,00 SSP 4) Pajak Masukan dalam Negeri pada = Rp 46.079.618,00

Masa Pajak Juni 2003

= Rp 46.079.618,00

5) Diperhitungkan dalam penebusan pita cukai = Rp ………..

pada Masa Pajak Juni 2003

6) Dikompensasi ke Masa Pajak Juli 2003 = Rp 46.079.618,00

Penjelasan Mengenai Pengisian SPT Masa Juni 2003

Dari penghitungan di atas akan dijelaskan mengenai cara pengisian SPT Masa PPN-nya. Untuk Pajak Keluaran Masa Juni 2003 total angka tersebut sebesar 631.108.800 didapat tabel 4.3 pada bagian total penghitungannya. Tabel 4.3 nantinya akan diisikan pada formulir 1195 A1. Angka-angka yang tertera pada lampiran 1195 A1 merupakan pembayaran PPN yang dikenakan terhadap pembelian pita cukai pada bulan Maret 2003 yakni sebesar 122.472.000,

(15)

341.308.800, dan 167.328.000. Angka yang digunakan adalah 341.308.800 dan bukan 300.833.035 adalah karena pada formulir 1195 A1, yang diisikan di sana adalah benar-benar Pajak Pertambahan Nilai seharusnya dibayar oleh perusahaan kepada pemerintah sebelum mendapat kompensasi. Untuk Formulir 1195 A1 yang menjadi penerima JKP adalah bank BNI. BNI bukan merupakan pemungut PPN, di sini BNI hanya bertindak sebagai bank persepsi, yaitu bank yang ditunjuk pemerintah di mana perusahaan harus membayarkan pajaknya.

Untuk kompensasi PPN Masa Pajak Mei 2003 angka sebesar 40.475.765,00 didapat dari Pajak Masukan bulan Mei 2003. Untuk melihat daftar Pajak Masukan perusahaan pada bulan Mei bisa dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4 Pajak Masukan Bulan Mei 2003 No Tgl Faktur No Faktur Jenis

BKP/JKP DPP PPN 1 1/5/2003 EAXVH-350003018 Lem 2,250,000 225,000 2 1/5/2003 CEYGH-150000804 Flavour 2,762,380 276,238 3 1/5/2003 DQNZK-030013697 Plastic 8,534,940 853,494 4 2/5/2003 CMSFE-090008048 Flavour 1,928,150 192,815 5 3/5/2003 CSCSS-6170008079 Dos 7,217,010 721,701 6 6/5/2003 DQNZK-030013714 Plastic 6,700,730 670,073 7 8/5/2003 DMQHS-040003460 Sablon 14,870,000 1,487,000 8 8/5/2003 DRHAY-030009210 Sparepart msn 2,809,600 280,960 9 8/5/2003 CMLXH-060035396 Flavour 15,580,000 1,558,000 10 9/5/2003 DQNZK-030013731 Plastic 6,060,370 606,037 11 9/5/2003 CMLVM610006064 servis kndraan 90,000 9,000 12 9/5/2003 CLWPW-920003531 sparepart msn 76,902,490 7,690,249 13 9/5/2003 CWCXK-911080139 S.part kndran 99,010 9,901 14 9/5/2003 CWCXK-911080140 S.part kdran 222,500 22,250 15 12/5/2003 CSCSS-617008217 Dos 2,443,630 244,363 16 13/5/2003 EAXVH-350003051 Lem 2,557,500 255,750 17 19/5/2003 CMSFE-090008092 Flavour 3,694,600 369,460 18 19/5/2003 CMLXH-060035507 Flavour 25,379,000 2,537,900 19 19/5/2003 DIZIH-4020018124 Flavour 3,750,000 375,000 20 19/5/2003 EDNTH-080000998 Flavour 25,700,000 2,570,000 21 20/5/2003 DHFDF-140000342 servis kndraan 197,020 19,702 22 20/5/2003 CSCMR-050014132 angkutan solar 245,000 24,500 23 21/5/2003 CWCXK-911081784 sparepart msn 108,840 10,884 24 21/5/2003 CSCSS-6170008324 Dos 15,680,000 1,568,000 25 22/5/2003 PE-191475-2205 Solar 10,500,000 1,050,000

(16)

26 22/5/2003 DMQHS-040003469 Sablon 27,760,000 2,776,000 27 22/5/2003 DMQHS-040003470 Sablon 9,264,000 926,400 28 22/5/2003 CSCSS-6170008339 Dos 9,701,580 970,158 29 22/5/2003 CLCTW-150025392 Plakban 3,034,500 303,450 30 22/5/2003 DQNZK-030013779 Plastic 6,746,350 674,635 31 23/5/2003 CSCSS-6170008349 Dos 1,902,270 190,227 32 23/5/2003 DHFDF-140000343 servis kndraan 2,603,530 260,353 33 23/5/2003 CSCSS-6170008369 Dos 13,949,090 1,394,909 34 26/5/2003 CSCSS-6170008415 Dos 13,516,360 1,351,636 35 27/5/2003 DHFDF-170000348 servis kndraan 241,800 24,180 36 28/5/2003 CWCXK-911083835 sparepart msn 538,790 53,879 37 30/5/2003 DMQHS-040003478 Sablon 2,460,000 246,000 38 30/5/2003 DMQHS-040003479 Sablon 12,250,000 1,225,000 39 30/5/2003 DMQHS-040003482 Sablon 2,949,540 294,954 40 30/5/2003 DMQHS-040003483 Sablon 17,840,000 1,784,000

41 1/5/2003 0015100653-6 Telpon 80,110 8,011

42 18/5/2003 0015224341-2 Telpon 154,670 15,467 43 13/5/2003 305.A.003624 Telpon 584,440 58,444 44 13/5/2003 305.A.003625 Telpon 253,340 25,334

45 13/5/2003 305.A.003627 Telpon 81,790 8,179

46 13/5/2003 305.A.008866 Telpon 1,540,840 154,084 47 13/5/2003 305.A.003626 Telpon 186,940 18,694 48 15/5/2003 EAGYD-110014556 Telpon 877,490 87,749 49 27/5/2003 NGOHR6140000951 Sablon 8,741,690 874,169 50 27/5/2003 NGOHR640000952 Sablon 11,511,420 1,151,142 51 27/5/2003 NGOHR640000953 Sablon 3,636,900 363,690

52 29/5/2003 15340900-1 Telpon 85,720 8,572

53 9/5/2003 CSCXI-6050022228 Ekspedisi 1,175,270 117,527 54 9/5/2003 CSCXI-6050022229 Ekspedisi 152,000 15,200 55 19/5/2003 CSCXI-6050022278 Ekspedisi 881,450 88,145 56 19/5/2003 CSCXI-6050022279 Ekspedisi 114,000 11,400 57 3/4/2003 CWIQY-090000557 pemadam api 9,126,260 912,626 58 25/4/2003 CWIQY-090000616 pemadam api 2,873,640 287,364 59 25/4/2003 CSCXI-6050022133 Ekspedisi 587,640 58,764 60 25/4/2003 CSCXI-6050022134 Ekspedisi 76,000 7,600 61 28/4/2003 CSCXI-6050022143 Ekspedisi 293,820 29,382 62 28/4/2003 CSCXI-6050022144 Ekspedisi 38,000 3,800 63 30/4/2003 CSCXI-6050022163 Ekspedisi 587,640 58,764 64 30/4/2003 CSCXI-6050022164 Ekspedisi 76,000 7,600

404,757,650 40,475,765

(Sumber internal perusahaan)

(17)

Untuk PPN disetor dimuka pada Masa Pajak Juni 2003 angkanya didapat dari pengurangan Pajak Keluaran Masa Pajak Juni 2003 dengan kompensasi PPN Masa Pajak Mei 2003 dan hasilnya sebesar 590.633.035 akan ditulis pada bagian C.4.2. Pajak sebesar itulah yang nantinya akan dibayarkan oleh perusahaan.

Untuk Pajak Masukan bulan Juni 2003 sebesar 46.079.618 datanya bisa dilihat pada tabel 4.2, angka tersebut bisa dilihat pada Formulir 1195B1. Angka ini nantinya akan dikompensasi untuk Masa Pajak Juli 2003. Data yang termasuk di sana merupakan data pembelian PT ‘X’ yang bisa dikreditkan. Pada formulir ini tarif PPN-nya dikenakan sebesar 10% dari Dasar Pengenaan Pajak. Pada bagian bawah formulir tersebut tertera tulisan bulan Mei 2003, yang dimaksud di sana adalah Pajak Masukan pada bulan Mei yang belum sempat dilaporkan oleh perusahaan. Belum sempat dilaporkan bisa disebabkan karena perusahaan tempat PT ‘X’ melakukan pembelian belum memberikan faktur pajak pada batas waktu pelaporan SPT. Untuk formulir 1195A2 diisi nihil karena perusahaan tidak mempunyai Pajak Keluaran dan PPnBM yang tidak dipungut/ ditunda/

ditangguhkan/ dibebaskan/ ditanggung pemerintah, sementara untuk formulir 1195 A3 juga diisi nihil karena untuk Pajak Keluaran dan PPnBM dilakukan tidak kepada pemungut PPN, dan untuk formulir 1195 B2, dan 1195 B4 diisi nihil.

Setelah mengisi formulir-formulir A1 sampai dengan B4, yang diisi selanjutnya adalah formulir Induk atau formulir 1195. Untuk periode Juni 2003 perusahaan melakukan penyerahan dengan tarif efektif sebesar 7.513.200.000.

Penyerahan dengan tarif efektif ini diisikan pada Formulir Induk atau Formulir 1195 pada bagian B1.3.5 kolom kiri tertera angka 7.513.200.000. Angka ini diperoleh dari Harga Jual Eceran pada bulan Maret 2003. Karena sebagaimana yang telah disebutkan di atas untuk pembayaran pita cukai akan dilakukan tiga bulan ke depan. Sehingga untuk melakukan pembayaran pada bulan Juni maka data yang harus dilihat adalah pada bulan Maret. Kode B.1.4 dan kode B.3 pada kolom yang kiri diisikan angka yang sama.

Sedangkan pada kolom kanan pada bagian B.1.3.5 tertulis angka 38.101.200.000. Angka ini diperoleh dari 12.105.000.000 ditambahkan dengan 25.996.200.000. Angka 12.105.000.000 ini didapat dari Harga Eceran yang merupakan pemesanan pita cukai pada bulan Oktober, November, dan Desember

(18)

2002, yang kemudian untuk bulan Oktober pita cukainya dibayarkan pada bulan Januari 2003, bulan Novembernya dibayarkan pada bulan Februari, dan untuk bulan Desembernya dibayarkan bulan Maret 2003.

Penjelasan mengenai keterangan di atas, yakni mengenai siklus pembayaran cukai yang 3 bulan itu, adalah sebagai berikut. Misalnya pada bulan Februari 2002 perusahaan melakukan pemesanan pita cukai sebanyak 100 lembar.

Pada bulan Februari itu perusahaan hanya melakukan pemesanan saja belum melakukan pembayaran. Pembayaran akan dilakukan perusahaan pada bulan Mei 2002. Dan begitu seterusnya sampai pada bulan Desember 2002. Pada bulan September pembayaran cukainya akan dilakukan pada bulan Desember 2002.

Namun untuk 3 bulan selanjutnya yakni bulan Oktober, November dan Desember, pembayarannya dilaksanakan pada bulan Januari untuk pemesanan bulan Oktober, Februari untuk pemesanan bulan November, dan Maret 2003 untuk bulan Desember 2002. Atau dapat juga disebutkan bahwa bulan Januari, Februari, serta Maret 2003 perusahaan membayar utang cukainya pada bulan Oktober sampai Desember 2002.

Sementara untuk melakukan perhitungan pembayaran pita cukai pada bulan Juni 2003 data yang dilihat adalah bulan Maret 2003. Namun karena kolom yang di sebelah kanan menyebutkan penyerahan yang dilakukan oleh perusahaan sampai dengan bulan ini (maksudnya sampai pada bulan Juni), sementara data yang dilihat adalah sampai dengan bulan Maret, maka dilakukan penjumlahan pemesanan cukai selama bulan Januari sampai dengan Maret 2003 yakni sebesar 25.996.200.000.000. Jadi untuk total penyerahan yang dilakukan perusahaan sampai dengan bulan Juni adalah dengan menjumlahkan jumlah utang cukai perusahaan pada bulan Oktober-Desember 2002 sebesar 12.105.000.000 dengan 25.996.000.000 yang merupakan utang cukai pada bulan Januari-Maret 2003.

Kode Kode B.1.4 dan kode B.3 pada kolom yang kanan diisikan angka yang sama.

Sedangkan untuk pengisian SPT Masa pada kode C.1.2 pada kolom yang kiri tertulis angka 613.108.800. Selain dilihat dari formulir 1195 A1, angka ini bisa juga diperoleh dari tarif PPN yang sebesar 8,4% dikalikan dengan 7.513.200.000 (B.1.3.5 kolom kiri).

(19)

Dan untuk bagian C.1.3 dan C.3 diisikan angka yang sama untuk kolom yang kiri. Untuk kolom kanannya, tarif PPN sebesar 8,4% dikalikan dengan 38.101.200.000 (B.1.3.5 kolom kanan) Dan untuk bagian C.1.2, C.1.3 dan C.3 diisikan angka yang sama pada bagian kolom yang kanan.

Untuk bagian C.5 angka sebesar 40.475.765 diperoleh dari Pajak Masukan bulan Mei 2003. Setelah diisi angka tersebut dipindahkan ke bagian D.3 kolom yang kiri. Pada kolom yang sebelah kanan angka 318.156.363 diperoleh dari jumlah total Pajak Keluaran yang dipungut sendiri pada bulan Januari sampai dengan Mei yang sebesar 277.680.598 ditambahkan dengan 40.475.765.

Sementara untuk kolom C.4.2 angka sebesar 590.633.035 diperoleh dengan cara mengurangkan 631.108.800 (C.3 kolom kiri) dengan 40.475.765 (C.5 kolom kiri). Maksudnya adalah seharusnya PPN yang dibayarkan perusahaan adalah sebesar 631.108.800 namun karena ada kompensasi untuk Pajak Masukan bulan lalu sebesar 40.475.765 maka yang dibayar hanya sebesar 590.633.035.

Pada kode C.4.2 kolom kanan, angka 2.900.416.437 diperoleh dari angka 599.705.035 ditambahkan dengan PPN yang disetor di muka pada masa pajak periode-periode yang lalu dengan total sebesar 2.300.783.402

Angka 45.946.891 pada kode D.1.2 pada kolom kiri diperoleh dari Pajak Masukan yang berasal dari bulan Juni 2003, pada kolom kanan angka sebesar 295.657.600 diperoleh dari jumlah total Pajak Masukan dalam negeri dari periode Januari sampai dengan Mei sebesar 249.710.709 ditambahkan dengan 45.946.891

Sedangkan kode D.1.3.2 kolom kiri yang berisi angka 132.727 diperoleh dari sisa PPN Masukan bulan lalu yang belum dilaporkan. Untuk kolom kanannya angka 6.904.039 diperoleh dari jumlah total PPN dalam negeri bulan Januari sampai dengan Mei sejumlah 6.771.312 ditambahkan dengan 132.727.

Dan untuk angka 46.079.618 pada kolom kiri bagian D.1.6 diperoleh dari penjumlahan 45.946.891 (D.1.2 kolom kiri) dengan 132.727 (D.1.3.2 kolom kiri).

Untuk kolom kanannya diperoleh dari penjumlahan 295.657.600 dengan 6.904.039. Untuk kode D.5 kolom kiri angka sebesar 86.555.383 diperoleh dari penjumlahan 46.079.618 (D.1.6 kolom kiri) dengan 40.475.765 (D.3 kolom kiri).

(20)

Untuk mengetahui lebih bayar atau kurang bayar dilakukan perbandingan antara kolom D.1.6 dengan D.3 dan oleh karena pada D.1.3 angka yang tertulis lebih besar daripada D.3 maka yang terjadi adalah lebih bayar sebesar 46.079.618

4.2.6. Perlakuan Cukai 4.2.6.1.Penghitungan Cukai

Dalam rangka melakukan perhitungan cukai hal pertama yang perlu diketahui adalah mengenai masalah pengenaan tarif. Pengenaan tarif ini ditentukan oleh pemerintah berdasarkan batasan produksi pengusaha selama setahun. Di mana untuk mengetahui tarif yang dikenakan kepada perusahaan, maka perusahaan harus memberitahu Dirjen Pajak mengenai produksi tembakau yang dibuatnya dalam setahun, dan kemudian Dirjen Pajak akan menentukan berapa besar tarif yang akan dibebankan kepada perusahaan tembakau. Untuk mengetahui tarif yang digunakan oleh perusahaan tembakau ‘X’ maka yang perlu diketahui oleh Dirjen Bea dan Cukai adalah produksi tembakau perusahaan selama satu tahun. Tabel 4.5 menunjukkan produksi perusahaan selama setahun pada 2003.

Tabel 4.5 Produksi Tembakau Tahun 2003 Produksi Tembakau Pada Tahun 2003

( Dalam Kilogram)

1 Januari 136,422.76

2 Februari 168,617.80

3 Maret 185,021.80

4 April 185,125.10

5 Mei 182,661.90

6 Juni 196,866.10

7 Juli 210,888.50

8 Agustus 195,235.50

9 September 200,168.50

10 Oktober 177,824.00

11 November 113,379.30

12 Desember 99,036.40

Total Produksi

Setahun 2,051,247.66

(Sumber : Data internal Perusahaan)

(21)

Selama tahun 2003 PT ‘X’ telah memproduksi tembakau sebanyak 2.051.247,66 kg seperti yang tertera pada tabel 4.5 di atas. Untuk melihat batasan penggolongan pengusaha pabrik, tembakau yang dihasilkan harus dalam bentuk gram. Oleh karena itu jumlah produksi tembakau tadi yang sebesar 2.051.247,66 (kg) harus dikalikan dengan 1000(g) = 2.051.247.660 gram. Dengan produksi tembakau sebesar 2.051.247.660 gram perusahaan menggunakan tarif cukai sebesar 16% untuk tahun 2003. Tabel 4.6 menunjukkan penghitungan cukai yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan tarif 16%.

Tabel 4.6 Pemesanan Pita Cukai Maret 2003 Tanggal Lembar Harga

Pita Harga Jual Tanggal Cukai dibayar Pesan Cukai Cukai Eceran Bayar (16% * HJE) 20 Maret

03 110 lbr Rp85,000 1,122,000,000

19 Juni

2003 179,520,000

35 lbr Rp80,000 336,000,000 53,760,000

145 lbr 1,458,000,000 233,280,000

5 lbr Rp80,000 48,000,000 7,680,000

1300lbr Rp2,200 343,200,000 54,912,000

17000lbr Rp1,800 3,672,000,000 587,520,000

18305lbr 4,063,200,000 650,112,000

5500 lbr Rp1,600 1,056,000,000 168,960,000 6000 lbr Rp1,300 936,000,000 149,760,000

11500lbr 1,992,000,000 318,720,000

(Sumber data internal)

(22)

Penghitungan Cukai untuk Bulan Juli- September 2003

Tanggal Lembar

Harga

Pita Harga Jual Tanggal

Cukai dibayar Pesan Cukai Cukai Eceran Bayar (16% * HJE) 21-Apr-

03 105lbr Rp85,000 1,071,000,000 21 Juli 03 171,360,000

45 lbr Rp80,000 432,000,000 69,120,000

1200 lbr Rp2,200 316,800,000 50,688,000

1350 lbr 1,819,800,000 291,168,000

18000lbr Rp1,800 3,888,000,000 622,080,000 6000 lbr Rp1,600 1,152,000,000 184,320,000 5500 lbr Rp1,300 858,000,000 137,280,000

29500lbr 5,898,000,000 943,680,000

20 Mei

03 110 lbr Rp85,000 1,122,000,000 20 Agust 03 179,520,000

40 lbr Rp80,000 384,000,000 61,440,000

1250 lbr Rp2,200 330,000,000 52,800,000 20400lbr Rp1,800 4,406,400,000 705,024,000

21690lbr 5,120,400,000 819,264,000

100 lbr Rp1,800 21,600,000 3,456,000

6000 lbr Rp1,600 1,152,000,000 184,320,000 5500 lbr Rp1,300 858,000,000 137,280,000

1600 lbr 2,031,600,000 325,056,000

19 Juni

03 110 lbr Rp85,000 1,122,000,000 18-Sep-03 179,520,000

45 lbr Rp80,000 432,000,000 69,120,000

155 lbr 1,554,000,000 248,640,000

5 lbr Rp80,000 48,000,000 7,680,000

1250 lbr Rp2,200 330,000,000 52,800,000 20500lbr Rp1,800 4,428,000,000 708,480,000 6000 lbr Rp1,600 1,152,000,000 184,320,000

27755lbr 5,958,000,000 953,280,000

6500 lbr Rp1,300 1,014,000,000 162,240,000

( Sumber : Internal Perusahaan)

(23)

Untuk melakukan perhitungan cukai caranya hampir sama dengan perhitungan PPN, yang berbeda hanya tarifnya. Cukai diperoleh dari pengalian Harga Jual Eceran dengan tarif cukai sebesar 16%. Perusahaan melakukan pemesanan pada tanggal 20 Maret 2003. Dokumen yang digunakan juga sama yakni dokumen pemesanan pita cukai. Contoh penghitungan cukai pada tanggal 20 Maret untuk pemesanan yang 17000 lembar adalah 3.672.000.000*16%

=587.520.000.

4.2.6.2.Penyetoran Cukai

Sebagaimana penyetoran PPN, untuk penyetoran Cukai ini dokumen yang digunakan juga dokumen SSCP, untuk bulan Juni data yang digunakan adalah bulan Maret 2003. Penyetoran Cukai dilakukan bersamaan dengan penyetoran Pajak Pertambahan Nilai untuk pita cukai dan disetorkan ke bank persepsi.

Dokumen yang digunakan juga 3 lembar SSCP, namun kode pengisiannya berbeda, jika untuk PPN kode pengisiannya adalah 0131 sementara untuk pengisian cukai kode yang digunakan adalah 0161. Jadi pembayaran cukai pada bulan Juni terdiri dari angka 233.280.000, 650.112.000 dan 318.720.000 seperti yang ada pada tabel 4.3 di atas.

Pada bagian D yang berisi mengenai Jumlah Setoran Cukai dan Pajak diisi dengan cara menjumlahkan Pajak Pertambahan Nilai yang ada pada kode 0131 dengan Cukai Hasil Tembakau yang ada pada kode 0161. Untuk masing- masing lembar dilakukan penjumlahan dengan cara yang sama. Misal untuk PPN 122.472.000 + cukai 233.280.000 = 355.752.000 dan 300.833.035 + 650.112.000

= 950.945.035 serta 167.328.000 + 318.720.000 = 486.048.000 (semuanya adalah data penjumlahan antara PPN dengan cukai). Total pajak dan cukai yang akan disetor oleh perusahaan adalah sebesar: 355.752.000 + 950.945.035 + 486.048.000 = 1.792.745.035. Jadi selama bulan Juni 2003 perusahaan melakukan penyetoran pajak dan cukai untuk pita cukai sebesar 1.792.745.035. Sama seperti PPN, untuk cukai ini penyetorannya dilakukan pada tanggal yang sama yakni pada tanggal 19 Juni 2003. Untuk lebih jelasnya mengenai penyetoran cukai ini bisa dilihat pada halaman 74-76.

(24)

4.2.6.3.Pelaporan Cukai

Untuk pelaporan cukai dilakukan bersamaan dengan pelaporan PPN jadi dokumen yang diserahkan kepada Dirjen Pajak SPT Masa juga SSCP. Berbeda dengan penyetoran yang dilakukan tiap tiga bulan sekali, maka untuk pelaporan perusahaan melakukannya tiap bulan sekali di mana pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 20 periode berikutnya. Pelaporan cukai tembakau dilakukan bersamaan dengan pelaporan PPN tembakau. Sehingga kedua-duanya harus dilaporkan paling lambat tanggal 20 periode berikutnya. Jadi untuk bulan Juni perusahaan akan melaporkan ke KPP dan bea cukai paling lambat tanggal 20 Juli 2003. Perusahaan juga telah melaporkan SPT Masa dan SSCP-nya terbukti dari adanya bukti penerimaan surat dari Dirjen Pajak pada tanggal 18 Juli 2003.

(25)

4.3. Analisa dan Pembahasan

4.3.1 Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai

Untuk melihat apakah perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan perusahaan sudah benar atau belum ada beberapa hal yang harus dilihat:

• Harga Jual Eceran (HJE): untuk perhitungan Harga Jual Eceran yang dilakukan perusahaan sudah benar. Bukti penghitungan yang dilakukan perusahaan sudah benar bisa dilihat pada tabel 4.1 pada kolom HJE. Dasar Hukum untuk HJE adalah KMK 62/02 tentang Penerapan tarif Cukai dan Harga Dasar Hasil Tembakau.

• Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai untuk pita cukai pada bulan Juni 2003 sudah benar. Buktinya bisa dilihat pada tabel 4.1 pada kolom PPN dibayarkan bahwa penghitungan perusahaan sudah benar. Dasar hukum untuk tarif PPN adalah Kepmen No.62/KMK.03/2002 mengenai “Dasar Penghitungan Pemungutan, dan Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan Hasil Tembakau sebesar tarif efektif 8,4% sementara dasar hukum untuk penghitungan PPN adalah KMK 62/02.

• Penghitungan Pajak Pertambahan Nilai untuk Pajak Masukan di SPT Masa PPN sudah benar. Buktinya bisa dilihat pada tabel 4.2 yakni angka-angka untuk penghitungan Pajak Masukan yang bisa dikreditkan sesuai dengan angka-angka yang tertera pada SPT Masa PPN bulan Juni 2003.

• Dalam hal penghitungan untuk kompensasi PPN perusahaan juga telah melakukan perhitungannya dengan benar. Buktinya bisa dilihat pada halaman 75 SSCP. Dasar Hukumnya adalah Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-103/PJ/2002 Pasal 3 ayat (4) mengenai Kompensasi Kelebihan Pembayaran Pajak Masukan pada Masa Pajak Sebelumnya dikatakan bahwa untuk menetapkan jumlah PPN yang dibayar, Pengusaha Pabrik Tembakau dapat memperhitungkan kelebihan Pajak Masukan yang diperhitungkan di SPT Masa PPN dari Masa Pajak sebelumnya sebelum masa dilakukan penebusan pita cukai.

Berdasarkan point-point yang ada di atas dapat dikatakan bahwa perhitungan Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan perusahaan adalah benar.

(26)

4.3.2 Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai

Untuk melihat apakah penyetoran Pajak Pertambahan Nilai yang dilakukan perusahaan sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku atau belum maka ada 2 hal yang harus dilakukan, yakni:

• Pengisian penghitungan yang dilakukan perusahaan pada bulan Juni 2003 di lembar SSCP sudah benar. Hal ini bisa dilihat pada halaman 74-76.

• Perusahaan melakukan penyetoran pada tanggal 19 Juni 2003 (sementara tanggal pemesanannya adalah tanggal 20 Maret 2003), di sini bisa dilihat bahwa perusahaan telah menyetorkan pajaknya tepat waktu, bisa dilihat pada halaman 74 SSCP pada bagian tanggal penyetoran. Berdasarkan Tatalaksana dan Prosedur Pengenaan Cukai atas Barang Kena Cukai dikatakan bahwa

“Pengusaha Pabrik/ importir BKC diberikan penundaan pembayaran selama- lamanya 3 bulan sejak tanggal pendaftaran CK-1”.

Berdasarkan kedua point yang ada di atas maka dapat dikatakan bahwa penyetoran yang dilakukan perusahaan adalah benar.

4.3.3 Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai

Untuk melihat apakah pelaporan PPN yang telah dilakukan oleh perusahaan telah benar atau tidak maka yang harus dilakukan adalah:

• Pengisian SPT Masa PPN yang dilakukan oleh perusahaan telah benar dan telah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dasar Hukumnya adalah Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-42/PJ.5/1995 yang menyatakan bahwa untuk penghitungan jumlah PPN digunakan Formulir 1195. Bukti pengisian SPT Masa PPN Juni yang telah dilakukan oleh perusahaan bisa dilihat pada halaman 63-73.

• Perusahaan melaporkan PPN-nya tapat waktu yakni pada tanggal 18 Juli 2003. Berdasarkan KMK 563/03 dikatakan bahwa “Bendahara Pemerintah (Pusat dan Daerah) baik propinsi maupun kabupaten atau kota yang melakukan pembayaran melalui kantor bendaharawan kas Negara wajib melaporkan PPN dan PPnBM yang dipungut dan disetor ke Kantor Pelayanan Pajak dan kantor bendaharawan dan kas Negara setempat paling lambat 20 hari setelah berakhirnya bulan dilakukan pembayaran tagihan

(27)

Berdasarkan point yang ada di atas maka perusahaan telah melakukan pelaporannya dengan benar dan tepat waktu.

4.3.4 Penghitungan Cukai Tembakau

Untuk melihat apakah perhitungan cukai yang dilakukan perusahaan sudah benar maka prosedur yang dilakukan untuk mengecek perhitungan cukai tembakau hampir sama dengan perhitungan untuk PPN, yakni:

• Perhitungan HJE-nya sudah benar sebagaimana perhitungan HJE pada PPN di atas

• Penghitungan Cukai untuk pita cukai pada bulan Juni 2003 sudah benar.

Buktinya bisa dilihat pada tabel 4.4 pada kolom cukai dibayar. Dasar Hukum untuk tarif cukai adalah Kepmen 89/KMK.05/2000 pasal 5 ayat 1 yang menyatakan bahwa “Tarif cukai masing-masing jenis hasil tembakau yang dibuat di dalam negeri ditetapkan berdasarkan golongan Pengusaha Pabrik dan Batasan HJE”. Sementara untuk penghitungan cukai dasar hukumnya adalah Kepmen 89/KMK.05/2000 pasal 2 ayat I yang menyatakan bahwa “Penghitungan cukai hasil tembakau yang harus dilunasi dilakukan berdasarkan hasil perkalian tarif cukai sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 dengan Harga Dasar.

Berdasarkan point yang ada di atas maka dapat dikatakan bahwa penghitungan cukai tembakau perusahaan benar adanya

4.3.5 Penyetoran Cukai Tembakau

Berdasarkan KMK 62/02 dikatakan bahwa “Dalam hal pembayaran cukai hasil tembakau lebih awal dari saat jatuh tempo baik sebagian maupun seluruhnya, bersamaan pula dilunasi jumnlah Pajak Pertambahan Nilai yang sebanding dengan cukai yang dibayar. Berdasarkan peraturan tersebut maka untuk melihat apakah penyetoran cukai tembakau yang dilakukan oleh perusahaan sudah benar atau belum prosedurnya sama dengan prosedur untuk penyetoran PPN di atas, yakni :

• Pengisian penghitungan yang dilakukan perusahaan pada bulan Juni 2003 di lembar SSCP sudah benar. Hal ini bisa dilihat pada halaman 74-76.

(28)

• Perusahaan melakukan penyetoran pada tanggal 19 Juni 2003 (sementara tanggal pemesanannya adalah tanggal 20 Maret 2003), di sini bisa dilihat bahwa perusahaan telah menyetorkan pajaknya tepat waktu, bisa dilihat pada halaman 74 SSCP pada bagian tanggal penyetoran. Berdasarkan Tatalaksana dan Prosedur Pengenaan Cukai atas Barang Kena Cukai dikatakan bahwa

“Pengusaha Pabrik/ importir BKC diberikan penundaan pembayaran selama- lamanya 3 bulan sejak tanggal pendaftaran CK-1”.

Berdasarkan kedua point yang ada di atas maka dapat dikatakan bahwa penyetoran yang dilakukan perusahaan adalah benar.

4.3.6 Pelaporan Cukai Tembakau

Perusahaan telah melaporkan cukainya tepat waktu yakni pada tanggal 18 Juli 2003. Berdasarkan KMK 563/03 dikatakan bahwa “Bendahara Pemerintah (Pusat dan Daerah) baik propinsi maupun kabupaten atau kota yang melakukan pembayaran melalui kantor bendaharawan kas Negara wajib melaporkan PPN dan PPnBM yang dipungut dan disetor ke Kantor Pelayanan Pajak dan kantor bendaharawan dan kas Negara setempat paling lambat 20 hari setelah berakhirnya bulan dilakukan pembayaran tagihan”.

Gambar

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Perusahaan
Tabel 4.2 Pajak Masukan bulan Juni 2003   No  Tgl  Faktur No  Faktur  Jenis BKP/  JKP DPP PPN  1 3/6/2003 DQNZK-030013823  Plastic  1,937,730  193,773 2 3/6/2003 CMSFE-6090008149  Flavour  3,479,000  347,900 3 5/6/2003 EAXVH-350003097  Lem  2,250,000  225,
Tabel 4.3 Pajak Keluaran Bulan Juni
Tabel 4.4 Pajak Masukan Bulan Mei 2003  No  Tgl Faktur  No Faktur  Jenis
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan sukacitanya saya mengumumkan senarai Menteri dan Timbalan Menteri yang telah mendapat perkenan Kebawah Duli Yang Maha Mulia Seri Paduka Baginda Yang

Penelitian ini menggunakan model observasi nonsistematis dimana peneliti membaur langsung dengan masyarakat untuk kemudian melakukan pengamatan tentang fenomena

Metode peramalan dengan pendekatan statistik digunakan untuk peramalan yang berdasarkan pada pola data, dan termasuk ke dalam model peramalan deret berkala (time series) antara

Kloset Duduk keramik merk toto manual buah Kloset Duduk keramik merk Ina manual buah Kloset Duduk keramik merk Lolo manual buah Kloset Duduk keramik merk Mono Blok American Standar

Tabel 2 juga mempedihatkan bahwa garam yang beredar di kedua kecamatan endemi ringan (Baturaden dan Sumbang) adalah garam yang bermerek dan terdaftar sebagai garam

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kita semua, sehingga pada kesempatan ini peneliti dapat menyelesaikan Skripsi

a. pelaksanaan dilakukan berdasarkan Kontrak antara PPK pada K/L/D/I Penanggung Jawab Anggaran dengan pelaksana Swakelola pada Instansi Pemerintah

Kerja Praktek (KP) merupakan salah suatu kegiatan akademik yang wajib dilaksanakan oleh mahasiswa Program Studi S1 di Fakultas Informatika, kegiatan KP dilaksanakan dengan