• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Keputusan Investasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisa Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Keputusan Investasi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 691

Analisa Pengaruh Literasi Keuangan Terhadap Keputusan Investasi

Ridfa Chairani1, Mohamad Fidelio Omar Bestari2 dan Vigo Satrio Hidayat1

1Program Studi Adiministrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Administrasi, Institut Ilmu Sosial dan Manajemen Stiami, Indonesia

2Universitas Binus Nusantara, Indonesia

Email corresponding authors: chairaniridfa@gmail.com ABSTRAK

Rendahnya literasi keuangan pada masyarakat Indonesia dapat membahayakan masyarakat terutama generasi milenial karena menyebabkan mudahnya generasi milenial ikut dan menjadi korban dari investasi bodong yang dibuat oleh oknum-oknum tidak bertanggung jawab. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa literasi keuangan memiliki pengaruh terhadap keputusan investasi dengan Nilai T-value sebesar 8,140 lebih dari T-tabel (1,96) dan nilai P-value (0,000) kurang dari 0,05. Hasil statistik uji didapatkan nilai koefisien sebesar 0,374 dengan T value 8,140 dan P-value 0,000. Nilai koefisien sebesar 0,374 memiliki arti apabila literasi keuangan meningkat 1 poin maka peluang seseorang akan memutuskan berinvestasi akan naik sebesar 0,374 begitu pula sebaliknya. Peningkatan literasi keuangan dapat menggunakan pendekatan berupa sosialisasi dengan sekolah – sekolah maupun webinar dengan mahasiswa.

Kata Kunci: Ekonomi, Finansial, Perencanaan Finansial, Literasi Keuangan, Finansial Teknologi & Investasi.

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, dengan kurang lebih 270 Juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2020). Komposisi Penduduk Indonesia di 2020 mayoritas 50% diisi oleh generasi milenial dan gen Z. Generasi milenial tidak bisa dipisahkan dari teknologi, hasil penelitian menunjukkan bahwa generasi milenial secara keberfungsian sosial memiliki kekuatan di bidang teknologi (Achmad, 2019). Generasi milenial dan gen Z yang sangat melek dengan teknologi, juga dapat terlihat dari data APJII yang menunjukkan jumlah pengguna Internet Indonesia periode 2019 / Kuartal II / 2020 ada sekitar 196,7 juta jiwa, atau setara sekitar 73,7% dari total populasi di Indonesia yang sudah terhubung dengan Internet. Pulau Jawa menjadi penyumbang tertinggi pengguna internet dengan sekitar 55,7% (Bayu, 2020).

Perkembangan teknologi dan digital di dunia maupun di Indonesia berkembang sangat cepat berdampingan dengan berkembangnya masyarakat yang terhubung dengan internet terutama milenial, hampir disegala sektor terjadi perubahan dari sistem offline ke online, seperti pada E-Commerce (e.g. Tokopedia, Bukalapak, Shopee, JD.ID, Lazada, Akulaku, etc), Transportasi Online (e.g. GoJek, Grab, Maxim, etc.), Logistik (Shipper, Kargo, Lalamove, Deliveree, etc), hingga Financial Technology (e.g. GoPay, Ovo, Dana, KoinWorks, Investree, Asetku, LinkAja, Bareksa, Bibit, etc.). Beragamnya aplikasi digital yang hadir di Indonesia dianggap memberikan dampak positif karena mampu menjadi distribusi dalam sektor konvensional dan menjadi solusi baru ditengah kehidupan sosial masyarakat Indonesia.

Teknologi finansial menjadi salah satu faktor dalam penggerak ekonomi digital di Indonesia.

Menurut Bank Indonesia, teknologi finansial adalah bentuk penggunaan teknologi pada sistem keuangan yang memberikan hasil berupa produk, jasa, layanan teknologi dan/atau berupa model bisnis baru, yang dapat memberikan dampak positif maupun negatif pada stabilitas moneter, stabilitas system keuangan, memberikan efisiensi, keamanan, kelancaran, dan

(2)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 692 keandalan dalam sistem pembayaran (Bank Indonesia, 2020). Perkembangan teknologi finansial diharapkan dapat memberikan manfaat bagi konsumen, pelaku usaha, maupun perekonomian bangsa Indonesia. Namun, disisi lain teknologi finansial memiliki resiko yang apabila tidak dimitigasi dengan baik dapat mengganggu system keuangan nasional.

Menurut analisa Dailysocial.id wabah pandemi Covid-19 yang sedang dihadapi oleh banyak negara termasuk Indonesia saat ini, menyebabkan akselerasi yang pesat khususnya pada area bidang teknologi finansial pada subsektor investasi (116%), remitansi (43%), asuransi (30%), pembayaran digital (3%), dan perkreditan/lending (< 1%) (DSResearch’s, 2020). Teknologi finansial atau Financial Technology yang hadir di Indonesia menjadi solusi bagi sebagian masyarakat yang mampu dengan baik menggunakannya. Namun, disisi lain ada juga beberapa pihak yang merasa dirugikan dengan hadirnya teknologi finansial. Beberapa efek yang ditimbulkan dengan hadirnya teknologi finansial di Indonesia antara lain, sebelumnya transaksi pembayaran selalu menggunakan uang fisik (kertas dan logam) atau kartu (credit &

debit) sementara pada zaman sekarang, pembayaran dapat dilakukan dengan menggunakan aplikasi uang elektronik, seperti GoPay, Ovo, Dana, LinkAja, ShopeePay, dan lain sebagainya.

Dari segi pembiayaan untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang dulu dipersulit untuk mendapatkan permodalan kerja, dengan hadir nya teknologi finansial yang dapat membantu UMKM mendapatkan permodalan kerja agar mereka dapat mengembangkan bisnis UMKM, contoh aplikasinya seperti Investree, KoinWorks, Akseleran, Esta Kapital, Amartha, dan masih banyak lagi. Ada juga jenis teknologi finansial yang dapat menjadi alternatif dalam melakukan investasi, seperti Ajaib, Bibir, Bareksa, dan lain-lain. Disisi lain adanya kecenderungan dari generasi milenial dan gen Z yang sudah jarang hadir secara fisik ke bank (Teller dan Customer Service) namun lebih menggunakan internet maupun Mobile Banking membuat pihak perbankan di Indonesia turut serta melakukan perubahan dan adaptasi dengan tingkah laku Generasi Milenial dan Gen Z, seperti Bank Mandiri dengan Livin’ By Mandiri, Bank BCA dengan BCA Mobile dan My BCA, BNI Mobile Banking dan masih banyak lagi.

Menurut penjelasan Tirta Segara sebagai Anggota Dewan Komisioner bidang Evaluasi dan Perlindungan Konsumen dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengatakan bahwa pandemic Covid-19 memberikan dampak negatif bagi rakyat Indonesia karena terjadi peningkatan angka kemiskinan dan pengangguran naik dari 2,92 Juta naik menjadi 5,23 Juta. Masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak memiliki dana darurat atau dana cadangan untuk membantu mereka hidup. Hal tersebut dikarenakan masih minimnya literasi keuangan (Merdeka.com, 2020). Secara tingkat inklusi keuangan atau kemudahan masyarakat dalam mengakses produk atau layanan keuangan di Indonesia sudah ada perbaikan dengan hampir mencapai 80%.

Namun disisi lain tingkat literasi keuangan atau melek informasi keuangan hanya diangka 37%

(Sidik, 2020).

Kemajuan teknologi finansial yang begitu cepat, perlu didukung dengan literasi keuangan yang merupakan pendidikan yang sangat penting dizaman modern ini agar masyarakat dapat mampu memilih dan menggunakan produk dan jasa instrumen keuangan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat. Dengan memahami literasi keuangan yang baik, diharapkan agar masyarakat dapat terhindar dari aktivitas investasi bodong yang merugikan, serta agar masyarakat dapat melakukan perencanaan keuangan demi masa depan mereka yang lebih baik (Otoritas Jasa Keuangan, 2017). Salah satu subsektor teknologi finansial yaitu investasi juga mengalami peningkatan dimasa pandemic Covid 19, yaitu meningkat sebanyak 116%. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, investasi adalah sebuah bentuk penanaman modal atau uang dalam sebuah wadah perusahaan, maupun proyek usaha dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2012- 2021 ). Beberapa contoh investasi bisa berbentuk barang seperti emas, tanah/lahan, property, atau surat berharga seperti obligasi, saham, reksadana, sukuk, dan lain sebagainya. Investasi

(3)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 693 juga bisa diartikan sebagai menahan keinginan saat ini yang disimpan untuk dikembangkan dengan tujuan utama Investasi adalah mendapatkan keuntungan dimasa yang akan datang.

Investasi adalah sebuah kegiatan menaruh atau menanamkan sejumlah uang atau modal dalam jangka waktu tertentu bisa cukup lama, dengan harapan dapat memperoleh keuntungan atau laba dimasa yang akan datang. Investasi bisa dikatakan sebagai langkah awal dalam membangun ekonomi. Ada berbagai macam manfaat yang didapatkan dari investasi, seperti:

- Memperkecil resiko terkena hutang.

- Dapat memiliki penghasilan tambahan.

- Membangun kehidupan dimasa yang akan datang.

- Untuk membangun kebahagiaan hidup keluarga.

Untuk mendapatkan manfaat-manfaat dari investasi, ada berbagai jenis macam investasi, seperti investasi pada emas, properti (rumah, tanah, ruko, apartment, dan lain-lain), investasi pada surat berharga contohnya deposito, obligasi, reksadana, saham, dan lain sebagainya (Danareksa.co.id, 2019). Pada zaman sekarang masyarakat pada umumnya mau melakukan aktivitas investasi karena ingin mendapatkan return atau bunga yang cukup tinggi. Return atau keuntungan bisa didapatkan dari capital gain atau dari deviden. Namun dari sisi lain, investasi juga mengandung resiko. Resiko berasal dari Eksternal atau Internal perusahaan. Pada mulanya Investasi dilakukan oleh kalangan pebisnis, pengusaha, dan orang-orang yang berkepentingan investasi (Wibowo & Purwohandoko, 2019). Di era modern seperti sekarang (tahun 2021) terkadang investasi dikaitkan dengan investasi bodong, sebenarnya investasi bodong dilakukan oleh seorang oknum atau entitas tertentu dengan melakukan modus tertentu untuk mendapatkan keuntungan dari praktek investasi yang dijalankan. Satuan tugas (Satgas) Waspada Investasi yang dibentuk oleh Otoritas Jasa Keuangan memberikan panduan kepada masyarakat dan calon investor agar selalu waspada pada beberapa ciri-ciri investasi bodong seperti tidak adanya izin resmi sesuai hukum yang berlaku seperti badan usaha, SIUP, CV, PT, TDP, belum lagi investasi bodong yang menawarkan High Return (Keuntungan Besar), Free Risk (Tidak Ada Resiko), High Insentive, Unfair, Big Promise, dan Guarantee (Pardiansyah, 2017).

Survei yang dilakukan oleh Organization for Economic Co-operation & Development (OECD) kebanyakan orang tidak mampu menjaga diri untuk tetap berada diatas garis kemiskinan, dalam kurun waktu 3 bulan ketika mengalami gangguan finansial. Selain itu, kondisi milenial yang cenderung suka mengikuti tren idolanya dari social media atau biasa disebut influencer, bisa membahayakan jika milenial memiliki minat membaca yang tidak cukup baik. Menurut survei OECD ada banyak jenis investasi yang menawarkan janji manis, namun berujung penipuan atau biasa dibilang investasi bodong. Maka dari pada itu, pengetahuan mengenai literasi keuangan sangat penting agar tidak menjadi korban penipuan dengan janji manis yang menawarkan bunga atau pendapatan besar. Sementara itu, kita masih harus tetap waspada bahwa yang namanya investasi tidak selalu menghasilkan return yang besar dan perlu dicek terkait legalitas nya, agar tidak terjebak dalam investasi bodong dan illegal (Safitri , 2020). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ni Made Dwiyana Rasuma Putri dan Henny Rahyuda pada journal dengan tema “Pengaruh Tingkat Financial Literacy dan Faktor Sosiodemografi Terhadap Perilaku Keputusan Investasi Individu” bahwa tingkat financial literacy memberikan pengaruh positif terhadap perilaku keputusan seseorang untuk melakukan investasi (Putri & Rahyuda, 2017).

Oleh karena itu, untuk dapat memajukan ekonomi Indonesia kedepannya, generasi milenial dan generasi setelahnya sebaiknya mau meluangkan waktu untuk mempelajari mengenai financial literacy agar terhindar dari hutang dan investasi bodong. Karena dengan melakukan Investasi yang baik dan benar dapat memberikan efek positif dan dapat memberikan kebahagiaan pribadi maupun keluarga dimasa yang akan datang.

(4)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 694 Berdasarkan pemaparan pendahuluan pada bagian sebelumnya tentang pertumbuhan milenial di Indonesia yang tidak bisa dipisahkan dengan perkembangan teknologi, serta kondisi pandemic yang memaksa masyarakat untuk bisa mempertahankan kondisi keuanganya, salah satunya dengan memulai berinvestasi. Tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia masih sangat rendah yang dapat menyebabkan masyarakat dapat terjerumus ke investasi bodong yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Maka, pertanyaan penelitian ini, yaitu:

1. Apakah literasi keuangan dapat mempengaruhi minat seseorang untuk melakukan investasi?

2. Bagaimana cara meningkatkan literasi keuangan bagi masyarakat Indonesia?

METODE

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan SEM PLS untuk menjelaskan secara keseluruhan tentang pengaruh minat seseorang untuk membaca terkait literasi keuangan kepada keputusannya dalam melakukan investasi. Selanjutnya, fungsi statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan sumber data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan du acara, baik data primer dan data sekunder. Untuk pengumpulan data primer menggunakan kuesioner secara acak melalui media online. Metode Penyebaran kuesioner dilakukan secara bebas atau acak menggunakan sarana komunikasi Whatsapp dengan menggunakan link kuesioner pada aplikasi google form.

Sementara untuk pengumpulan data sekunder didapat dari berbagai macam referensi baik buku, jurnal, maupun media online.

Profil Responden

Jumlah responden yang berhasil mengisi kuesioner ada 346 orang, dengan profile yang sangat beragam, 65,3% merupakan Wanita dan 34,7% adalah Pria. Dari segi umur 85,3% merupakan respondents yang berusia 18 hingga 25 tahun, 10,7% berusia diantara 26 hingga 30 tahun, selebihnya berusia diatas 31 tahun. Dalam hal tempat area tempat tinggal, paling banyak dengan 38,7% responden berasal dari daerah Jawa Timur. 23,7% responden berdomisili di Jawa Barat. 9,5% responden tinggal di provinsi Banten. 9,0 responden berdomisili di DKI Jakarta. 6,4% responden tinggal di Jawa Tengah. Selebihnya para responden tersebar diberbagai macam daerah di Indonesia seperti D.I. Yogyakarta, Bali, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, dan beberapa daerah di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur. Dalam hal status pernikahan, mayoritas responden dengan 95,1% belum menikah, 4,0% sudah menikah, serta hanya 0,9% yang statusnya cerai hidup / mati.

Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Uji Validitas Konvergen

Pengujian validitas konvergen dilakukan dengan melihat nilai loading pada tiap variabel terhadap indikator dan nilai Average Variance Extracted pada tiap indikator. Kriteria penerimaan uji validitas konvergen adalah apabila nilai loading factor pada indikator berada diatas cut off 0,50 dan nilai AVE pada variabel memiliki nilai diatas cut off 0,50. Hasil pengujian validitas konvergen tersaji pada tabel berikut.

(5)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 695 Tabel 1. Uji Validitas konvergen

Variabel Indikator Loading Factor AVE

Literasi Keuangan

Inflasi Keuangan 0,787

0,508

Inklusi keuangan 0,519

Investasi 0,667

Passive Income 0,835

Keputusan Berinvestasi Y 1.000 1.000

Hasil uji validitas konveren pada tabel diatas didapatkan nilai Loading factor pada seluruh indikator di tiap variabel memiliki nilai lebih dari 0,50. Nilai loading factor tertinggi ada pada variabel passive income yaitu sebesar 0,835 diikuti oleh indicator inflasi keuangan sebesar 0,787. Artinya variabel literasi keuangan didominasi oleh pengetahuan responden mengenai passive income dan inflasi keuangan. Sedangkan untuk variabel inklusi keuangan hanya merepresentasikan 0,519 atau 51,9% dan variabel pengetahuan investasi direpresentasikan oleh literasi keuangan sebesar 0,667 atau 66,7%. Variabel keputusan berinvestasi disusun oleh satu variabel dengan loading factor sebesar 1,000. Hasil uji validitas konvergen pada nilai Average Variance Extracted (AVE) diapatkan nilai AVE pada masing-masing indikator memiliki nilai lebih dari 0,50. Berdasarakan kedua hasil pengujian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa model telah memenuhi syarat uji validitas konvergen.

Uji Validitas Diskriminan

Uji Validitas diskriminan dalam penelitian ini menggunakan nilai cross loading dan perbandingan antara nilai akar AVE terhadap korelasi antar variabel konstruk. Kriteria penerimaan uji validitas diskriminan didasarkan pada nilai loading pada variabel yang dijelaskan oleh indikator tersebut harus lebih besar jika dibandingkan dengan nilai loading pada variabel lainnya. Selain itu, nilai akar AVE pada setiap variabel konstruk harus lebih tinggi dari nilai korelasi antar variabel konstruk.

Tabel 2. Nilai Cross Loading

Indikator Keputusan Berinvestasi Literasi Keuangan

Inflasi 0.298 0.787

Inklusi 0.137 0.519

Investasi 0.177 0.667

Passive Income 0.367 0.835

Y 1.000 0.374

Berdasarkan tabel diatas didapatkan nilai loading pada indikator pembentuk pada masing- masing variabel memiliki nilai loading paling besar pada setiap variabelnya. Misalkan pada indikator inflasi Nilai loading factor untuk variabel yang dibentuknya (Literasi Keuangan) memiliki nilai loading sebesar 0,787. Nilai tersebut adalah nilai loading paling besar jika dibandingkan nilai loading inflasi pada variabel lain.

Tabel 3. Perbandingan nilai akar AVE dengan korelasi antara variabel konstruk

Keputusan Berinvestasi Literasi Keuangan

Keputusan Berinvestasi 1

Literasi Keuangan 0.374 0.713

(6)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 696 Hasil peritungan nilai akar AVE dan korelasi antar variabel kontruk diatas didapatkan kesimpulan nilai akar AVE pada seluruh variabel konstruk memiliki nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan korelasi antar variabel konstruk. Berdasarkan kedua pengujian tersebut dapat disimpulkan model yang dibentuk telah memenuhi syarat uji validitas diskriminan.

Uji Reliabilitas

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan statistik Cronbach’s alpha dan Composite Reliability. Kriteria uji reliabilitas ini adalah apabila nilai statistik Cronbach’s alpha dan Composite Reliability lebih dari cut off 0,60 maka dapat dinyatakan variabel tersebut telah reliabel. Hasil uji reliabilitas tersaji pada tabel berikut.

Tabel 4. Hasil uji reliabilitas

Variabel Cronbach's Alpha Composite Reliability Keterangan

Keputusan Berinvestasi 1.000 1.000 Reliabel

Literasi Keuangan 0.685 0.800 Reliabel

Berdasarkan tabel 4 diatas didapatkan nilai statistik Cronbach’s alpha dan composite reliability pada seluruh variabel konstruk memiliki nilai lebih dari 0,60. Sehingga dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian telah reliabel.

Hasil Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis SEM PLS menggunakan metode bootstrapping dengan subsample 500 dan taraf signifikansi alpha 5%. Hasil pegujian hipotesis tersaji pada tabel berikut.

Tabel 5. Hasil pengujian hipotesis

Hipotesis Pengaruh Variabel Koefisien T P Values Keterangan H1 Literasi Keuangan → Keputusan berinvestasi 0.374 8,140 0,000 Diterima

Hipotesis statistik yang digunakan untuk menjawab hipotesis dalam penelitian adalah sebagai berikut.

H0 : 𝛽𝑖 = 0 (Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel eksogen terhadap variabel endogennya)

Ha : 𝛽𝑖 ≠ 0 (Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel eksogen terhadap variabel endogennya)

Pengujian hipotesis statistik didasarkan pada statistik uji T dan P value dengan kriteria apabila nilai T-Value lebih dari T-tabel (1,96) atau nilai P-value kurang dari alpha (0,05) maka hipotesis alternative diterima. Artinya terdapat pengaruh yag signifikan antara variabel eksogen terhadap variabel endogennya. Hasil statistik uji pada tabel 5 dapat diinterpretasikan sebagai berikut.

Hipotesis 1

Hipotesis 1 menjelaskan bahwa diduga Literasi Keuangan berpengaruh signifikan terhadap Keputusan berinvestasi. Hasil statistik uji didapatkan nilai koefisien sebesar 0,374 dengan T value 8,140 dan P-value 0,000. Nilai koefisien sebesar 0,374 memiliki arti apabila Literasi Keuangan meningkat 1 poin maka peluang seseorang akan memutuskan berinvestasi akan naik sebesar 0,374 begitu pula sebaliknya. Nilai T-value sebesar 8,140 lebih dari T-tabel (1,96) dan nilai P-value (0,000) kurang dari 0,05 sehingga hipotesis alternatif (H1) diterima. Artinya Literasi keuangan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap keputusan berinvestasi.

(7)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 697 KESIMPULAN

Kondisi Pandemi Covid 19 yang saat ini sedang dihadapi oleh dunia termasuk Indonesia, tentu menyebabkan kondisi keuangan masyarakat juga memburuk. Kondisi keuangan yang memburuk memaksa masyarakat untuk mencari cara mendapatkan uang agar dapat bertahan hidup. Kemajuan teknologi saat ini dan banyaknya populasi milenial saat ini menunjang perkembangan finansial teknologi terurtama dalam subsector investasi online berakselerasi dengan cepat. Namun, hal ini sebaiknya diimbangi juga dengan literasi keuangan masyarakat yang semakin meningkat. Kurangnya literasi keuangan pada masyarakat Indonesia menyebabkan banyaknya masyarakat yang akhirnya merugi karena terjerumus kedalam investasi bodong yang dilakukan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab. Padahal, berdasarkan hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa literasi keuangan mempengaruhi keputusan untuk berinvestasi. Salah satau cara meningkatkan literasi keuangan terutama bagi milenial adalah dengan banyaknya sosialisasi terkait literasi keuangan bagi milenial dan gen Z agar mereka dapat lebih mengenal apa saja subsektor keuangan serta syarat-syarat berinvestasi sebelum melakukan keputusan investasi. Sosialisasi dapat dilakukan di sekolah-sekolah, ataupun lembaga keuangan dapat bekerja sama dengan kampus-kampus dan mengadakan kuliah umum, webinar atau bekerja sama dengan program kampus merdeka yang saat ini sedang dalam proses pengembangan agar dapat memasukkan mata kuliah literasi keuangan bagi para mahasiswa.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, W. (2019). Analisa Pengaruh Literasi Keuangan terhadap keputusan Investasi (September 2021). Jurnal Pekerja Sosial, 2, 187–189.

Badan Pusat Statistik. (2020). Hasil Sensus Penduduk 2020. Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia:

Badan Pusat Statistik Indonesia.

Bayu, D. J. (2020). Jumlah Pengguna Internet di Indonesia Capai 196,7 Juta. (M. A. Ridhoi, Ed.) Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: katadata.co.id.

Badan Pusat Statistik. (2021, February 05). Ekonomi Indonesia 2020 Turun sebesar 2,07 Persen (c-to-c). (B. P. Statistik, Producer) Retrieved July 2021, from https://www.bps.go.id/pressrelease:

https://www.bps.go.id/pressrelease/2021/02/05/1811/ekonomi-indonesia-2020-turun- sebesar-2-07-persen--c-to-c-.html

Bank Indonesia. (2020). Inflasi. (B. Indonesia, Producer) Retrieved July 2021, from https://www.bi.go.id/id/: https://www.bi.go.id/id/fungsi- utama/moneter/inflasi/default.aspx

Otoritas Jasa Keuangan. (2017). Literasi Keuangan. Retrieved from https://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-konsumen/:

https://www.ojk.go.id/id/kanal/edukasi-dan-perlindungan-konsumen/Pages/literasi- keuangan.aspx

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2012-2021 ). Retrieved from https://kbbi.web.id/investasi Bank Indonesia. (2020). Teknologi Finansial (Fintech). Retrieved from bi.go.id:

https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/sistem-pembayaran/ritel/financial- technology/default.aspx

Merdeka.com. (2020, Agustus 6). OJK Ungkap Penyebab Tingkat Literasi Keuangan Indonesia Rendah. Retrieved from Merdeka.com: https://www.merdeka.com/uang/ojk- ungkap-penyebab-tingkat-literasi-keuangan-indonesia-rendah.html

(8)

LPPM Universitas Jambi Halaman | 698 Kominfo.go.id. (2017, October 10). TEKNOLOGI Masyarakat Indonesia: Malas Baca Tapi Cerewet di Medsos. Retrieved from www.kominfo.go.id:

https://www.kominfo.go.id/content/detail/10862/teknologi-masyarakat-indonesia- malas-baca-tapi-cerewet-di-medsos/0/sorotan_media

We Are Social. (2021, February 11). DIGITAL 2021: INDONESIA. Retrieved from https://datareportal.com/: https://datareportal.com/reports/digital-2021-indonesia

Perpustakaan Kemendagri. (2021, March 23). Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah, Ranking 62 Dari 70 Negara. Retrieved from perpustakaan.kemendagri.go.id:

https://perpustakaan.kemendagri.go.id/?p=4661

Maeludin, D. (2021, May 24). Rendahnya Literasi Akibat Kurangnya Minat Baca. Retrieved from Kumparan.com: https://kumparan.com/dindinmaeludin61/rendahnya-literasi- akibat-kurangnya-minat-baca-1vnz1Ol5VPJ/full

Hutapea, E. (2019, June 23). Literasi Baca Indonesia Rendah, Akses Baca Diduga Jadi Penyebab Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Literasi Baca Indonesia Rendah, Akses Baca Diduga Jadi Penyebab", Klik untuk baca:

https://edukasi.kompas.com/read/2019/06/23/07015701/li. Retrieved from Kompas.com: https://edukasi.kompas.com/read/2019/06/23/07015701/literasi-baca- indonesia-rendah-akses-baca-diduga-jadi-penyebab

Merdeka.com. (2020, August 13). Minimnya Literasi Keuangan Dinilai Bikin Masyarakat Jatuh Miskin Saat Pandemi. Retrieved from Merdeka.com:

https://www.merdeka.com/uang/minimnya-literasi-keuangan-dinilai-bikin-masyarakat- jatuh-miskin-saat-pandemi.html

Sidik, S. (2020, November 17). RI Susah Maju karena Literasi Keuangan Rendah, Cuma 37%

Gaes! Retrieved from CNBCIndonesia.com:

https://www.cnbcindonesia.com/market/20201117132955-17-202428/ri-susah-maju- karena-literasi-keuangan-rendah-cuma-37-gaes

Inklusikeuangan.id. (2020). Tentang Inklusi Keuangan. Retrieved from Inklusikeuangan.id:

https://www.inklusikeuangan.id/halaman/inklusi-keuangan

Safitri , K. (2020, August 13). Ini Kebiasaan yang Buat Literasi Keuangan Milenial Rendah Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Kebiasaan yang Buat Literasi

Keuangan Milenial Rendah", Klik untuk baca:

https://money.kompas.com/read/2020/08/13/201000726/ini-kebiasaan-y. Retrieved from Kompas.com: https://money.kompas.com/read/2020/08/13/201000726/ini- kebiasaan-yang-buat-literasi-keuangan-milenial-rendah?page=all

Danareksa.co.id. (2019, March 27). Pentingnya Berinvestasi Untuk Masa Depan. Retrieved from Danareksa.co.id: https://www.danareksa.co.id/publikasi/artikel/pentingnya- berinvestasi-untuk-masa-depan/

Wibowo, A., & Purwohandoko. (2019). PENGARUH PENGETAHUAN INVESTASI, KEBIJAKAN MODAL MINIMAL INVESTASI, DAN PELATIHAN PASAR MODAL TERHADAP MINAT INVESTASI (Studi Kasus Mahasiswa FE Unesa Yang Terdaftar Di Galeri Investasi FE Unesa). Jurnal Ilmu Manajemen Volume 7 Nomor 1 – Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Surabaya, 1.

Pardiansyah, E. (2017). Investasi dalam Perspektif Ekonomi Islam: Pendekatan Teoritis dan Empiris. Economica: Jurnal Ekonomi Islam – Volume 8, Nomor 2 (2017): 337 - 373, 2.

Putri, N. D., & Rahyuda, H. (2017). Pengaruh Tingkat Financial Literacy dan Faktor Sosiodemografi Terhadap Perilaku Keputusan Investasi Individu. E-Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 6.9 (2017): 3407-3434, 1.

DSResearch’s. (2020). Fintech Report 2020 Maintaining Growth during Pandemic. DKI Jakarta : Daily Social.

Gambar

Tabel 3. Perbandingan nilai akar AVE dengan korelasi antara variabel konstruk

Referensi

Dokumen terkait

1) Status sosial ekonomi rumah tangga, menurut penelitian yang telah dilakukan, status sosial ekonomi berpengaruh tidak langsung terhadap literasi keuangan.

Dapat dilihat pada indeks kemampuan literasi digital dari data yang tersaji dalam Tabel 8 bahwa tingkat literasi digital generasi milenial di kota Surabaya secara keseluruhan

Misalnya saja informasi yang sekiranya dapat diperoleh dari berbagai jurnal ilmiah yang berkenaan dengan Pendidikan Agama Islam, literasi digital dan generasi

Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini dengan judul “Pengaruh Kemudahan, Kualitas Layanan Dan Gaya Hidup Terhadap Keputusan Pengguna Generasi Milenial Dan Generasi

Sedangkan Ratna Komara dkk ( 2019), memperlihatkan bahwa milenial dengan pendidikan S1 atau lebih yang berlatar belakang pendidikan ekonomi dan bisnis,

Jadi sikap bahasa yang harus dilakukan oleh masyarakat bahasa Indonesia terutama generasi milenial adalah meningkatkan sikap positif terhadap bahasa Indonesia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pengetahuan produk perbankan dan literasi keuangan berpengaruh positif terhadap minat generasi milenial menggunakan

Berdasarkan latar belakang penelitian, hasil pra survei, serta perbedaan hasil penelitian mengenai pengaruh literasi keuangan dan locus of control terhadap perilaku