160 Wagino
Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya [email protected]
Khofidotur Rofiah
Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya [email protected]
Abstrak
Merdeka belajar merupakan program kebijakan pendidikan baru yang dicanangkan oleh meteri pendidikan Nadiem Anwar Makarim. Bagaimanakah konsep merdeka belajar yang disampaikan oleh menteri pendidikan dan implementasi bagi kegiatan pembelajaran anak tunagrahita ringan. Dalam artikel ini, akan dibahas upaya apa yang bisa diterapkan bagi proses pembelajaran anak tunagrahita ringan dengan konsep merdeka belajar. Apa saja keunggulan dan kendala yang akan dihadapi oleh guru dengan konsep merdeka belajar. Metode penelitian dalam artikel ini yaitu review analisis. Referensi diperoleh dari berbagai sumber, yaitu jurnal, artikel, blog web dan buku. Hasil dari penulisan artikel ini yaitu apa saja yang dapat diterapkan dalam pembelajaran anak tunagrahita ringan dan strategi pembelajaran yang sesuai dengan konsep merdeka belajar.
Kata Kunci: merdeka belajar, tunagrahita, pembelajaran.
Abstract
Merdeka Pendidikan is a new educational policy program launched by Nadiem Anwar Makarim's educational material. How is the concept of freedom of learning delivered by the minister of education and implementation of learning activities for mentally retarded children? In this article, we will discuss what efforts can be applied to the learning process of mildly retarded children with the concept of free learning. What are the advantages and obstacles that will be faced by teachers with the concept of free learning? The research method in this article is analysis reveiw. References are obtained from various sources, namely journals, articles, web blogs and books. The results of writing this article are what can be applied in the learning of mildly retarded children and learning strategies that are by the concept of free learning.
Keywords: freedom learning, retarded, learning.
161 PENDAHULUAN
Pembelajaran hakikatnya adalah upaya untuk membuat peserta didik belajar (Indardi, 2015).
Proses dan strategi pengajaran merupakan hal penting yang diperlukan dalam pembelajaran, berbagai upaya telah dicanangkan demi taraf pendidikan yang lebih baik bagi sistem pendidikan di Indonesia. Menteri pendidikan Nadiem Anwar Makarim mencetuskan program “Merdeka Belajar”.
Terdapat empat pokok kebijakan yang akan dirombak dalam merdeka belajar, yaitu Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Pesrta Didik Baru (PPDB) Zonasi (Tohir, 2019).
Anak tunagrahita merupakan keadaan dimana terjadi perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap dengan tanda yang dapat dilitah yaitu kendala ketrampilan selama masa perkembangan, sehingga memiliki pengaruh pada semua tingkat intelegensia, antara lain kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Indardi, 2015).
Sedangkan anak tunagrahita ringan merupakan anak dengan retardasi mental yang mampu didik dan mampu latih.
Implementasi konsep merdeka belajar pada kegiatan pembelajaran anak tunagrahita ringan menjadi poin utama dalam pembahasan kali ini. Apa yang dapat diterapkan pada anak tunagrahita ringan dengan konsep merdeka belajar mengingat merdeka belajar diterapkan untuk semua jenjang pendidikan, bahkan hingga tingkat perguruan tinggi yang disebut dengan kampus merdeka. Untuk itu, dalam artikel ini akan berisi kemungkinan bahkan keharusan dan rekomendasi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran baik akademik maupun keterampilan anak tunagrahita ringan.
METODE
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Review Analisis. Review analisis merupakan penelitian yang dilaksanakan dengan merangkum, mereview serta menganalisis data penelitian dari beberapa hasil penelitian terdahulu.
Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara menelusuri artikel-artikel yang terdapat pada jurnal online, maupun hasil skripsi, menggunakan Google Scholar. Dengan pengumpulan data tersebut, diperoleh data judul
penelitian, metode penelitian yang digunakan, serta hasil penelitian.
PEMBAHASAN A. Merdeka Belajar
Saat ini menteri pendidikan Nadiem Anwar Makarim mencetuskan program “Merdeka Belajar”.
Terdapat empat pokok kebijakan yang akan dirombak dalam merdeka belajar, yaitu Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Pesrta Didik Baru (PPDB) Zonasi (Tohir, 2019).
Perombakan yang akan dimulai pada tahun 2020 dan 2021 (Pendidikan & Kebudayaan, 2019) :
1. USBN pada tahun 2020 akan digantikan dengan ujian (asesmen) yang diselenggrakan hanya oleh sekolah, tujuan dengan adanya ujian (asesmen) yaitu menilai kompetensi siswa. Ujian dapat dilakukan secara tertulis dan/atau bentuk lain yang lebih komperhensif, seperti portofolio, penugasan dan project kolaboratif, baik secara individu maupun kelompok. Sehingga guru dan sekolah memiliki kebebasan penuh dalam menentukan ujian dan mengambil keputusan berdasarkan hasil ujian yang telah dikerjakan oleh siswa.
2. UN pada tahun 2021 akan digantikan dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter.
Terdapat tiga poin utama dalam asesmen kompetensi minimum dan survey, yaitu (Pendidikan & Kebudayaan, 2019) :
a. Literasi (kemempuan bernalar tentang dan menggunakan bahasa)
b. Numerasi (kemempuan bernalar menggunakan matematika)
c. Karakter (misalnya penerapan nilai gotong royong, kebhinekaan dan tidak adanya perundungan)
Asesmen tersebut dilakukan pada siswa yang berada ditengah jenjang sekolah (kelas 4, 8 dan 11) sehingga guru dan dapat memperbaiki mutu pembelajaran supaya siswa dapat menyesuaikan basis seleksi bagi jenjang lanjut.
Asesmen dilaksanakan dengan mengacu pada praktik dengan level internasional yaitu PISA dan TIMSS.
162 3. RPP menjadi lebih padat (cukup satu lembar),
dimana guru dapat lebih leluasa dalam memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP. Terdapat tiga komponen penting yang harus ada di RPP :
a. Tujuan pembelajaran b. Kegiatan pembelajaran c. Asesmen
Dari ketika komponen tersebut dapat dikembangkan dengan menambah komponen tambahan atau komponen pendukung dalam pembelajaran.
Penulisan RPP dibuat seefisien dan seefektif mungkin supaya guru memiliki waktu lebih dalam mempersiapkan dan mengevaluasi pembelajaran.
4. PPDB Zonasi dilakukan dengan lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas diberbagai daerah. Berikut adalah prosentase dari sistem zonasi yang dicanangkan (Pendidikan &
Kebudayaan, 2019) :
a. Jalur zonasi : minimal 50%
b. Jalur afirmasi : minimal 15%
c. Jalur perpindahan : maksimal 5%
d. Jalur prestasi : sisanya 0-30%
disesuaikan dengan kondisi daerah.
Masing-masing daerah berhak menentukan proporsi final dan wilayah zonasi.
Selain itu, dalam upaya peningkatan taraf pendidikan juga dipenuhi dengan perataan akses dan kualitas pendidikan oleh pemerintah sekaligus inovasi pemerintah daerah, upaya yang dilakukan dalam perataan akses dan kualitas pendidikan seperti halnya redistribusi guru ke sekolah yang kekurangan guru.
B. Kekurangan Kebijakan Pendidikan yang Telah Ada
Sebagai perbandingan dengan perubahan yang akan dilakukan pada tahun 2020 dan 2021, berikut adalah kekurangan kebijakan
yang berlaku tahun ini dan sebelumnya (Kemdikbud, 2020) :
1. Dalam semangat UU Sisdiknas, sekolah diberi keleluasaan dalam menentukan kelulusan siswa, namun USBN dinilai dapat membatasi penerapan tersebut. Selain itu, kurikulum 13 dinilai sebagai kurikulum yang berbasis kompetensi, diperlukan asesmen
yang lebih holistik untuk menilai kemampuan anak.
2. Materi UN dinilai terlalu padat, sehingga guru dan siswa lebih mengutamakan penguasaan konten bukan kompetensi penalaran. Selain itu, UN menjadi beban bagi siswa dan orang tua karena UN digunakan sebagai tolak ukur keberhasilan individu dalam hasil akhir pembelajaran. Seharusnya UN digunakan untuk pemetaan mutu pendidikan nasional, bukan nilai siswa. UN juga hanya mengukur kemampuan siswa dari segi kognitif saja, aspek seperti kognitif dan keterampilan tidak dapat diukur hanya dengan UN.
3. RPP dari segi :
a. Format : guru dalam penyusunan RPP cenderung diarahkan untuk mengikuti format yang kaku. Sehingga guru kurang leluasa dalam mengembangkan pembelajaran karena format yang kurang fleksibel.
b. Komponen : RPP terlalu banyak komponen dan penulisan komponen sangatlah rinci sehingga penulisan RPP bisa mencapai puluhan lembar.
c. Penulisan RPP membutuhkan waktu yang lama sehingga guru menghabiskan waktu hanya untuk menulis RPP dan pembelajaran tidak maksimal.
Seharusnya guru menggunakan waktunya untuk mempersiapkan dan mengevaluasi pembelajaran.
4. Sistem PPDB tidak sesuai dengan rancangan peraturan yang telah ditetapkan.
Implementasi dinilai kurang mengakomodir perbedaan situasi dan keadaan daerah serta kurangnya pemerataan guru di daerah- daerah yang kekurangan tenaga pendidik.
C. Anak Tunagrahita
Anak tunagrahita merupakan keadaan dimana terjadi perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap dengan tanda yang dapat dilihat yaitu kendala keterampilan selama masa perkembangan, sehingga memiliki pengaruh pada semua tingkat intelegensia, antara lain kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial (Indardi, 2015). Sedangkan anak tunagrahita ringan merupakan anak dengan retardasi mental yang mampu didik dan mampu latih dinama anak dengan tunagrahita ringan memiliki
163 karakteristik sebagai berikut :
1. IQ sekitar 50-70
2. Keadaan fisik sama dengan anak seusianya 3. Kematangan motorik lambat
4. Koordinasi gerak tubuh kurang
5. Kecerdasan dan kemampuan adaptasi sosial terlambat, namun masih mampu menyesuiakan dengan lingkungan dan cenderung tidak bergantung pada orang lain 6. Mampu melakukan pekerjaan atau
keterampilan sederhana
7. Memiliki potensi untuk
mengembangkan akademik
Dalam proses pembelajaran anak tunagrahita ringan memiliki kemampuan sama dengan anak lainnya namun dibutuhkan strategi khusus dan tempo pembelajaran yang lebih lambat.
D. Kompetensi Guru dan RPP Anak Tunagrahita
Merdeka belajar menuntut guru untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran. Utamanya dengan penyususan RPP yang semakin fleksibel yang menjadikan guru dapat mengembangkan persiapan dan evalusi pembelajaran tanpa pembatasan yang kaku. Hal tersebut telah sejalan dengan konsep pendidikan khusus. Dimana guru mengenali dan mengasesmen sejauh mana kemampuan anak, lalu materi dan metode pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik anak tersebut.
Kompetensi-kompetensi penting yang harus dimiliki guru pendidikan khusus yaitu meliputi beberapa bidang (Sunardi, 2007) :
1. Perkembangan anak 2. Hambatan belajar 3. Asesmen
4. Perencanaan program pembelajaran Penguasaan pendekatan
5. Metode dan teknik pembelajaran sekaligus evaluasinya
6. Bimbingan orang tua 7. Hubungan masyarakat
Selain itu, guru pendidikan khusus harus siap diuji kompetensinya, karena guru harus menguasai kompleksitas siswa dan dipastikan tetap memiliki kinerja yang memenuhi syarat serta profesionalitas yang terus berkembang. Hal tersebut sejalan dengan konsep merdeka belajar bahwa guru harus mampu
memberdayakan siswa melalui kreatifitas dan ide-ide yang dibangun oleh siswa.
Penyusunan RPP bagi anak tunagrahita ringan disesuaikan dengan kebutuhan anak.
Merupakan implementasi merdeka belajar yang sejak dulu sudah diterapkan. Setiap anak memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda sehingga metode dan strategi pembelajaran disesuaikan dengan keadaan anak. Memberikan kebebasan siswa dalam menerima suatu pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan yang ia miliki, merdeka belajar untuk anak tunagrahita berarti memberikan kurikulum sesuai dengan kebutuhan, memberikan suatu pembelajaran yang lebih praktis dan memberikan kenyamanan serta kesenangan bagi anak dalam menerima suatu pembelajaran.
Hal lain yang juga perlu dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada anak tuna grahita untuk memasuki bidang pendidikan dan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan
mereka. Tentu dibutuhkan kebijakan kuat dari pemerintah untuk memberi tempat yang sesuai pada mereka, sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang dimiliki (Rahmawati, 2012).
E. Implementasi Merdeka Belajar Pada Anak Tunagrahita
Sebelum proses pembelajaran dimulai beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu (Abdurrahman, 2018) :
1. Guru harus memahami dan menghargai keberagaman. Pola berpikir guru harus lebih maju dan berkembang. Karena pola pikir mengenai UN adalah indikator kesuksesan sekolah dan individu siswa adalah tidak tepat.
Sekolah yang sukses merupakan sekolah yang mampu mengembangkan anak didik menjadi anak yang terampil dan berdaya.
2. Guru harus menyiapkan metode belajar yang sesuai dengan kondisi siswa. Pada dasarnya tidak ada metode yang paling unggul, hanya saja guru harus memiliki kejelian dalam memilih dan menerapkan metode belajar pada anak agar materi pembelajaran dapat dipahami oleh anak.
Pada anak tunagrahita ringan, metode pembelajaran yang dapat diterapkan yaitu pembelajaran secara kongkret. Karena anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam berpikir abstrak, maka akan lebih mudah jika pembelajaran dilakukan secara kongkret
164 melibatkan orangtua dalam proses pembelajaran. Keterlibatan orangtua dapat menjadikan pembelajaran lebih efektif. Karena anak akan belajar dimanapun mereka berada.
Orangtua yang sadar dan paham akan kebutuhan anaknya akan berupaya untuk turut serta dalam perkembangan sang anak.
Sehingga anak dapat belajar secara konsisten, anak tidak hanya belajar ketika disekolah saja.
Mereka dapat melakukan pengulangan bersama orang tua di rumah maupun di tempat lain. Sehingga proses penyampaian materi selanjutnya di sekolah dapat berlangsung lebih cepat.
3. Memberikan lingkungan yang positif kepada anak. Anak tunagrahita ringan yang bersekolah di sekolah inklusi hendaknya diberikan dukungan secara psikologis dengan mempersiapkan murid yang lain. Karena teman yang akan berinteraksi dengan anak dapat mempengaruhi tingkat kepercayaan diri dan minat belajar anak. Oleh karena itu, guru harus memberikan penjelasan dan pemahaman pada teman-temanya, bagaimana seharusnya mereka bersikap. Memang tidak mudah untuk menyampaikan pemahaman tersebut, terlebih pada jenjang dini (TK dan SD). Guru membutuhkan cara yang benar- benar dapat dipahami teman-temannya.
PENUTUP Simpulan
Menteri pendidikan Nadiem Anwar Makarim mencetuskan program “Merdeka Belajar”. Terdapat empat pokok kebijakan yang akan dirombak dalam merdeka belajar, yaitu Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Pesrta Didik Baru (PPDB) Zonasi
Perubahan keempat pokok kebijakan yaitu USBN pada tahun 2020 akan digantikan dengan ujian (asesmen) yang diselenggrakan hanya oleh sekolah, UN pada tahun 2021 akan digantikan dengan Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, RPP menjadi lebih padat dan fleksibel dimana guru dapat lebih leluasa dalam memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP, dan PPDB Zonasi dilakukan dengan lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan
akses dan kualitas diberbagai daerah.
Anak tunagrahita ringan merupakan anak dengan retardasi mental yang mampu didik dan mampu latih, dinama anak dengan tunagrahita ringan dapat mengikuti materi pembelajaran seperti anak lainnya hanya saja tempo penyampaian materi lebih lambat.
Implementasi merdeka pada anak tunagrahita ringan yaitu dengan memberi kebebasan anak dalam belajar, strategi belajar yang disesuaikan kondisi anak.
Pembelajaran tidak hanya tentang kemampuan kognitif tetapi dapat berupa keterampilan. Guru hendaknya mendukung penuh kemampuan anak dan tidak memaksakan anak untuk menguasai sesuatu yang mungkin saja anak tersebut kurang menyukainya.
Hal lain yang juga perlu dilakukan adalah memberikan kesempatan kepada anak tuna grahita untuk memasuki bidang pendidikan dan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan mereka. Tentu dibutuhkan kebijakan kuat dari pemerintah untuk memberi tempat yang sesuai pada mereka, sehingga mereka dapat mengembangkan keterampilan yang dimiliki.
Saran
Berdasarkan sumber-sumber dalam penulisan artikel, penulis merekomendasikan cara guru dalam mengimplementasikan merdeka belajar bagi anak tunagrahita :
1. Guru harus memahami dan menghargai keberagaman
2. Guru harus menyiapkan metode belajar yang sesuai dengan kondisi siswa
3. Melibatkan orangtua dalam proses pembelajaran
4. Memberikan lingkungan yang positif kepada anak
8 Abdurrahman, M. (2018). Bagaimana Cara
Memahami Kebutuhan Khusus Murid.
Retrieved from Kampus Guru Cikal:
https://blog.kampusgurucikal.com/bagaim ana-cara-memahami- kebutuhan-khusus- murid/
Kemdikbud. (2020). Mendikbud Luncurkan Empat Kebijakan Merdeka Belajar:
Kampus Merdeka.
Nanang Indardi. (2015). Pengulangan Teknik Permainan Kasti Terhadap Peningkatan Kemampuan.
Motorik Kasar Anak Tunagrahita Ringan.
Journal of Physical Education Health and
Sport, 2(1), 44–49.
https://doi.org/10.15294/jpehs.v2i1.3942
Pendidikan, K., & Kebudayaan, D. (2019). Pokok- pokok Kebijakan Merdeka Belajar.
Rahmawati, S. W. (2012). Penanganan anak Tunagrahita (Mental Retardation) dalam Program Pendidikan Khusus. Jurnal Psiko Utama, 1(1), 1–23. Retrieved from https://www.researchgate.net
Sunardi, S. (2007). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Tohir, M. (2019). Merdeka Belajar. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 1–21.
165