• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

679

TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN BERENCANA YANG DILAKUKAN SECARA BERSAMA-SAMA

Veronica Pratiwi

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Nursiti

Fakultas Hukum Universitas Syiah Kuala Jl. Putroe Phang No. 1, Darussalam, Banda Aceh - 23111

Abstrak - Pasal 340 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana menyebutkan bahwa pembunuhan berencana ialah barang siapa yang dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain dihukum karena salahnya pembunuhan berencana, dengan hukuman mati atau hukuman seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun, tetapi dalam kenyatannya masih terdapat kasus pembunuhan berencana yang dilakukan akibat dari dendam yang mengakibatkan meninggal atau hilangnya nyawa orang lain.

Hasil penelitian menjelaskan bahwa faktor penyebab pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana tersebut karena dendam, hubungan asmara, serta lemahnya pemahaman hukum. Proses hukum terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan secara bersama-sama proses hukumnya meliputi dari laporan korban, penyelidikan, penyidikan, penangkapan, penahanan, penggeledahan, penuntutan, dan sidang pengadilan. Hambatan yang dialami oleh penyidik dalam menangani tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan secara bersama-sama adalah para pelaku yang melarikan diri ke tempat terpencil yang membuat pihak Kepolisian sulit menjangkau tempat persembunyian tersebut, proses pencarian alat bukti yang telah dibuang oleh pelaku. Disarankan kepada masyarakat apabila terdapat permasalahan dalam keluarga atau dengan orang lain agar segera diselesaikan dengan cara bermusyawarah sehingga tidak menimbulkan dendam satu sama lain yang bisa membuat seseorang yang dendam tersebut melakukan hal yang nekat seperti pembunuhan serta Diharapkan kepada pihak Kepolisian untuk menindak dengan hukuman yang tegas kepada para pelaku tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan secara bersama-sama tersebut.

Kata Kunci : Faktor, Proses Hukum, Hambatan

Abstract - Article 340 of the Criminal Code states that premeditated murder is anyone who deliberately and deliberately first removes the life of another person convicted of misplaced premeditated murder, by death penalty or life sentence or temporary prison for twenty years, in reality there are still cases of premeditated murder committed as a result of a grudge that results in the death or loss of the lives of others. The results explain that the causes of the perpetrators committed the crime of premeditated murder because of revenge, romance, and weak understanding of law. Legal proceedings against perpetrators of premeditated murder committed jointly include legal reports of victims, investigations, investigations, arrests, detentions, searches, prosecutions, and court proceedings. The barriers experienced by the investigators in handling the murdered criminal acts committed jointly are the perpetrators who fled to remote areas making the Police difficult to reach the hideout, the process of searching for evidence that has been discarded by the perpetrator. Suggested to the community if there is a problem in the family or with others to be resolved by way of deliberation so as not to cause a grudge against each other that can make a person who revenge is doing something desperate like murder and Expected to the Police to crack down with a firm penalty to the perpetrators of the crimes of premeditated murder committed together.

Keywords: Factor,legal proceedings,detention

PENDAHULUAN

Kejahatan terhadap nyawa dan tubuh berupa pembunuhan dan penganiayaan semakin marak terjadi. Bukan hanya disaksikan melalui media, tetapi sudah merambat di berbagai daerah termasuk di wilayah Aceh Besar. Kejahatan tersebut terjadi karena dilatarbelakangi oleh berbagai motif kejahatan seperti sakit hati, perasaan iri dan dendam. Biasanya korban pernah melakukan perbuatan yang menyakiti perasaan pelaku sehingga menimbulkan rasa dendam dan akhirnya terjadi tindak pidana penganiayaan ataupun pembunuhan.

(2)

Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana.Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan.Secara yuridis formal, tindak kejahatan merupakan bentuk tingkah laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang dilarang oleh undang-undang harus dihindari dan arang siapa melanggarnya maka akan dikenakan pidana.

Jadi larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh setiap warga Negara wajibdicantumkan dalam undang-undang maupun peraturan-peraturan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.1

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatan dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan.2

Pembunuhan adalah kesengajaan menghilangkan nyawa orang lain, untuk menghilangkan nyawa orang lain itu, seseorang pelaku harus melakukan sesuatu atau suatu rangkaian tindakan yang berakibat dengan meninggalnya orang lain dengan catatan bahwa dari pelakunya harus ditujukan pada akibat berupa meninggalnya orang lain tersebut.3

Pembunuhan dengan rencana lebih dahulu atau disingkat dengan pembunuhan berencana adalah pembunuhan yang paling berat ancaman pidananya dari seluruh kejahatan terhadap nyawa manusia. Hal ini telah diatur oleh Pasal 340 KUHP yang bunyinya sebagai berikut “Barangsiapa yang dengan sengaja dan direncanakan terlebih dahulu menghilangkan nyawa orang lain dihukum karena salahnya pembunuhan berencana, dengan hukuman mati atau hukuman seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh tahun”.

Menurut Wahyu Adnan, mengemukakan bahwa untuk memenuhi unsur hilangnya nyawa orang lain harus ada perbuatan walaupun perbuatan tersebut, yang dapat mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain. Akibat dariperbuatan tersebut tidak perlu terjadi secepat mungkin akan tetapi dapat timbul kemudian.4

1 P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Adityta Bakti, Bandung, 2000, hlm.7.

2 Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001, hlm.

22.

3 P.A.F, Lamintang, Theo Lamintang, Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Sinar Grafika,Jakarta, 2012, hlm.1.

4 Wahyu Adnan, Kejahatan Tehadap Tubuh dan Nyawa, Gunung Aksara, Bandung, 2007, hlm. 45.

(3)

Wolfgang, dikutip oleh Wahyu Muljono membagi kriminologi sebagai perbuatan yang disebut sebagai kejahatan, pelaku kejahatan, dan reaksi yang ditunjukkan baik terhadap perbuatan maupun terhadap pelakunya.5 Sedangkan etiologi kriminal (criminal aetiology) adalah ilmu yang menyelidiki atau yang membahas asal-usul atau sebab-musabab kejahatan (kausa kejahatan).

Adapun teori-teori yang memaparkan beberapa unsur yang turut menjadi penyebab terjadinya kejahatan atau membahas dimensi kejahatan, oleh Abintoro Prakoso yaitu sebagai berikut:6

1.Teori spiritual

Pendekatan spiritistik berdasar pada adanya kekuasaan lain/spirit (roh). Unsur utama yang terdapat dalam pendekatan spiritistik ini adalah sifatnya yang melalui dunia empirik (tidak terikat oleh batasan-batasan kebendaan/fisik, dan beroperasi dalam cara-cara yang bukan menjadi subjek dari kontrol atau pengetahuan manusia yang terbatas).

2.Teori kesempatan

Menyatakan bahwa munculnya kejahatan dan bentuk-bentuk perilakunya bergantung pada kesempatan, baik kesempatan patuh norma, maupun kesempatan penyimpangan norma. Setiap individu pada dasarnya akan dipengaruhi oleh beberapa faktor baik internal atau eksternal yang menyebabkan seseorang melakukan suatu tindakan kriminal. Faktor internal sendiri terdiri dari faktor :

a. Faktor kebutuhan ekonomi yang terdesak b. Faktor ketenagakerjaan

c. Faktor taraf kesejahteraan

Kemudian faktor eksternalnya adalah sebagai berikut : a. Faktor pendidikan

b. Faktor pergaulan/ pengaruh lingkungan 3.Teori multiple faktor

Teori multiple faktor menjelaskan bahwa kejahatan adalah hasil dari faktor-faktor yang beraneka ragam dan faktor-faktor itu dewasa ini (serta untuk selanjutnya) tidak dapat disusun menurut suatu skema tertentu. Atau dengan kata lain, untuk menerangkan kelakuan kriminil memang tidak ada teori ilmiah.

5 Wahju Muljono, Pengantar Teori Kriminologi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2012, hlm.35.

6 Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2013, hlm.14.

(4)

Dalam membicarakan tentang pertanggungjawaban pidana, tidaklah dapat dilepaskan dari satu dua aspek yang harus dilihat dengan pandangan-pandangan falsafah. Satu diantaranya adalah keadilan, sehingga pembicaraan tentang pertanggungjawaban pidana akan memberikan kontur yang lebih jelas. Pertanggungjawaban pidana sebagai soal hukum pidana terjalin dengan keadilan sebagai soal filsafat.7

Hal pertama yang perlu diketahui mengenai pertanggungjawaban pidana adalah bahwa pertanggungjawaban pidana hanya dapat terjadi jika sebelumnya seseorang telah melakukan tindakan pidana. Seseorang tidak mungkin dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau tidak melakukan perbuatan pidana. Apakah orang yang melakukan perbuatan kemudian dijatuhi pidana, tergantung kepada apakah dalam melakukan perbuatan itu orang tersebut melakukan kesalahan. Seseoarang tidak bisa dimintai pertanggungjawaban pidana tanpa terlebih dahulu ia melakukan perbuatan pidana. Adalah dirasakan tidak adil jika tiba- tiba seseorang harus bertanggung jawa atas suatu tindakan, sedang ia sendiri tidak melakukan tindakan tersebut.8

Penyertaan (deelneming) adalah apabila dalam suatu peristiwa pidana terdapat lebih dari 1 orang, sehingga harus dicari pertaunggungjawaban dan peranan masing-masing peserta dalam persitiwa tersebut. Hubungan antar peserta dalam menyelesaikan tindak pidana tersebut seperti bersama-sama melakukan kejahatan, seseorang mempunyai kehendak dan merencanakan suatu kejahatan sedangkan ia mempergunakan orang lain untuk melaksanakan tindak pidana tersebut, dan seorang saja yang melaksanakan tindak pidana, sedangkan orang lain membantu melaksanakan tindak pidana tersebut. Penyertaan (Deelneeming) dipermasalahkan dalam hukum pidana karena berdasarkan kenyataan sering suatu tindak pidana dilakukan bersama oleh beberapa orang. Jika hanya satu orang yang melakukan suatu tindak pidana, pelakunya disebut allen dader.9

Tentang siapa yang dimaksud dengan turut serta melakukan (medepleger), diterangakan bahwa yang turut serta melakukan ialah setiap orang yang sengaja turut berbuat (meedoet) dalam melakukan suatu tindak pidana. Pada mulanya disebut dengan turut berbuat (meedoet) itu ialah bahwa pada masing-masing peserta telah melakukan perbuatan yang sama-sama memenuhi semua rumusan tindak pidana yang bersangkutan. Pandangan yang sempit ini dianut oleh Van Hamel dan Trapman yang berpendapat bahwa turut serta

7 Roeslan Saleh, Pikiran-Pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002, hlm.10.

8 Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika Cet.Ke I, Jakarta, 2001, hlm.1.

9 Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008, hlm.55.

(5)

melakukan terjadi apabila perbuatan masing-masing peserta memuat semua unsur tindak pidana. Pandangan seperti ini lebih condong pada ajaran objektif.10

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Apakah faktor yang menyebabkan para pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana secara bersama-sama?

2. Bagaimana proses hukum terhadap para pelaku yang melakukan pembunuhan berencana secara bersama-sama?

3. Apa hambatan yang dialami oleh penyidik dalan menanangani kasus tindak pidana pembunuhan berencana secara bersama-sama?

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode total sampling yaitu teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi. Hal ini karena kasus yang terjadi hanya berjumlah satu kasus.11 Penelitian lapangan dilakukan untuk memperoleh data primer. Hal ini dilakukan berdasarkan wawancara dengan responden dan informan dengan tujuan untuk memperoleh data yang dapat dipertanggungjawabkan kebenaran terhadap permasalahan yang akan diteliti. Kemudian penelitian kepustakaan untuk untuk mendapatkan konsepsi teori atau doktrin, konseptual yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Setelah data penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan yang diperoleh melalui wawancara terkumpulkan, kemudian data dianalisis yang sifatnya kualitatif ditafsirkan secara yuridis, logis, sistematis dengan menggunakan metode induktif dan induktif.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Faktor Penyebab Para Pelaku Melakukan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Secara Bersama-Sama

Mengenai kasus tindak pidana pembunuhanberencana yang dilakukan secara bersama- sama terjadi di wilayah hukum Kepolisian Daerah Aceh yaitu berjumlah 1 kasus yang terjadi pada tahun 2017, yang secara langsung ditangani oleh Unit Direktorat Reserse Kriminal (DitReskrim) Kepolisian Daerah Aceh. Terhadap para pelaku dijerat dengan Pasal 340 KUHP Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 dan Pasal 56 ayat (1) KUHP. Perbuatan yang dilakukan oleh

10 Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm.99.

11 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2008, hlm. 85.

(6)

pelaku dijerat dengan pasal yang dimaksud dikarenakan pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana secara bersama-sama.

Kasus ini bermula dari kecemburuan pelaku yang mengetahui bahwa korban telah menikahi mantan istrinya. Kemudian pelaku mengajak adik sepupunya untuk merencanakan pembunuhan terhadap korban.Mereka menghabisi warga Jakarta (sebelumnya dikatakan warga Bekasi) itu dengan senjata tajam jenis parang. Korban dibacok berkali-kali oleh mereka.Sebelum tewas, korban sempat melarikan diri, namun tetap dibacok, saat melompat pagar tetap dibacok juga . Namun karena mereka tetap mengejar dan terus membacok hingga korban tewas. Usai membunuh, keduanya, membuang parang ke Sungai Aneuk Galong, Aceh Besar, dan melarikan diri. Dari hasil penyelidikan tim di lapangan yang mendapat informasi dari masyarakat, salah satu pelaku bernama HP (33), pedagang, warga Gampong Baro, Kecamatan Montasik, Aceh Besar yang bersembunyi di sebuah gubuk di kebun milik temannya.

Selanjutnya tim gabungan Dit Reskrimum Polda Aceh beserta Sat Reskrim Polresta Aceh Besar, langsung menuju ke lokasi yang dimaksud dan menangkap tersangka.Tersangka diamankan beserta dua orang rekannya bernama HE (39), petani, warga Gampong Saree Aceh, Dusun Nicah Paku, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar dan RA (37), petani, warga Gampong Suka Damai, Dusun Suka Makmur, Kecamatan Lembah Seulawah, Aceh Besar. Berdasarkan pengakuan tersangka, dirinya melakukan pembunuhan bersama dengan abang sepupunya bernama D (41), pedagang, warga Pasar Seuneulop, Gampong Lamraya, Kecamatan Montasik, Aceh Besar. Kemudian dua hari kemudian pihak Kepolisian kembali menangkap seorang pelaku lagi yang merupakan abang sepupu korban yang bernana D di Desa Alu Gintong, Kecamatan Selimum, Kabupaten Aceh Besar, Kamis sekitar pukul 05.30 WIB.

Faktor yang menyebabkan pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana secara bersama-sama tersebut yang dikaitkan dengan teori sebab terjadinya kejahatan di sebabkan oleh beberapa faktor seperti dendam karena korban yang menikahi mantan istri pelaku yang awalnya diketahui bahwa akar permasalahan pelaku bercerai dengan istrinya karena pelaku mengetahui bahwa istrinya tersebut selingkuh denga korban, sehingga pelaku menceraikan istrinya. Setelah diceraikan istri pelaku melakukan pernikahan dengan korban dan korban tinggal di rumah milik pelaku dan mantan istrinya tersebut, yang mana korban mengklaim bahwa rumah tersebut adalah harta miliknya. Sehingga karena hal itu membuat

(7)

pelaku menyusun rencana bersama dengan seorang sepupu pelaku untuk melakukan tindak pidana pembunuhan terhadap korban.

Kemudian faktor hubungan asmara lantaran pelaku masih cinta sama mantan istrinya dan pelaku tidak terima sang istri menikah lagi dengan korban sehingga menimbulkan niat dari pelaku untuk melakukan pembunuhan terhadap suami baru dari istrinya tersebut dengan mengajak saudara sepupu pelaku untuk membantu pelaku melancarkan aksinya.

Kemudian faktor lain penyebab dari pembunuhan berencana ini adalah bisa jadi karena lemahnya pemahaman hukum para pelaku. Karena dari beberapa kasus tindak pidana pembunuhan baik yang dilakukan secara langsung ataupun yang dilakukan secara berencana sering sekali para pelaku tidak memahami bahwa ancaman hukuman terhadap tindak pidana pembunuhan tersebut adalah hukuman mati, penjara seumur hidup atau kurungan pidana penjara maksimal 20 tahun. Hal ini sering terjadi karena para pelaku biasanya ingin main hakim sendiri.

2. Proses Hukum Terhadap Pelaku Yang Melakukan Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Secara Bersama-Sama

Kepolisan Daerah Aceh dalam upaya penanggulangan tindak pidana pembunuhan berencana, melaksanakan peran utamanya yaitu melakukan penyelidikan dan pinyidikan.

Penyidik sesegera mungkin menanggapi setiap adanya laporan dari anggota masyarakat tentang adanya tindak pidana pembunuhan dengan melakukan penyelidikan, karena laporan tersebut harus di dukung oleh bukti-bukti yang kuat untuk menentukan apakah termasuk sebagai tindak pidana atau bukan.

Tujuan pokok tindakan penyidikan untuk menemukan kebenaran dan menegakan keadilan, bukan mencaricari kesalahan seseorang. Dengan demikian, seseorang penyidik dituntut untuk bekerja secara obyektif, tidak sewenang-wenang, senantiasa berada dalam koridor penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia. Beberapa tahapan penyidikan yang dilakukan untuk mengungkap kasus tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan secara bersama-sama tersebut antara lain:

1. Mendapat laporan dari istri korban bahwa suaminya telah menjadi korban pembacokan dari mantan suami istrinya tersebut

2. Kemudian melakukan pemeriksaan di tempat kejadian

3. Melacak jejak pelaku dengan mencari alat bukti yang digunakan pelaku untuk membacok korban hingga meninggal

(8)

4. Mencari tau keberadaan pelaku dengan menginterogasi beberapa saksi baik dari pihak korban maupun pihak daripada keluarga pelaku

5. Kemudian pihak kepolisian melakukan pencarian terhadap para pelaku pembunuhan 6. Setelah mencari keberadaan pelaku selama beberapa waktu akhirnya pihak Kepolisian

menangkap salah satu pelaku di daerah di daerah lembah seulawah

7. Dua hari kemudian satu tersangka lainnya di tangkap oleh pihak kepolisian di daerah Montasik, Aceh Besar

8. Kemudian dilakukan penahanan sementara terhadap pelaku untuk dilakukan pemeriksaan sampai berkas pemeriksaan terhadap kedua tersangka selesai untuk dilimpahkan kepada pihak Kejaksaan

9. Kemudian dilakukan pelimpahan perkara kepada penuntut umum untuk dilakukan tindakan hukum lebih lanjut sesuai dengan hukum yang berlaku

Dalam proses pemeriksaan sendiri menurut keterangan yang di dapatkan dari pihak Kepolisian bahwa selama dalam menjalani proses pemeriksaan pelaku bersikap kooperatif dalam memberikan keterangan sehingga mempermudah penyidik dalam melakukan proses pemeriksaan terhadap pelaku. Kemudian penerapan hukum yang berlaku sekarang bagi para pelaku yang melakukan tindak pidana masih banyak yang berupa pidana penjara saja. Hanya sebagian kecil kasus yang dihukum mati atau di penjara seumur hidup, sehingga belum terlalu memberikan efek jera terhadap para pelaku tindak pidana tersebut.

3. Hambatan Yang Dialami Oleh Penyidik Dalam Menangani Kasus Tindak Pidana Pembunuhan Berencana Secara Bersama-Sama

Dalam proses penyelesaian perkara tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan bersama-sama tersebut juga terdapat beberapa kendala yang dihadapi oleh pihak Kepolisian diantaranya:

1. Para pelaku yang melarikan diri yang membuat pihak Kepolisian membutuhkan waktu untuk menangkap para pelaku yang melarikan diri, tetapi dengan keseriusan pihak Kepolisian akhirnya para pelaku berhasil ditangkap

2. Kurangnya kerjasama antara masyarakat dalam hal pelaporan (tempat pelarian) para pelaku kepada pihak Kepolisian

3. Proses pencarian alat bukti yang dilakukan oleh para pelaku untuk membunuh korbannya,dimana alat bukti tersebut telah dibuang oleh para pelaku setelah melakukan pembunuhan terhadap korbannya agar tidak mudah terlacak oleh pihak Kepolisian

(9)

4. Pada saat proses rekonstruksi dilakukan pihak Kepolisian sempat kewalahan dalam melakukan rekonstruksi karena banyak masyarakat yang ingin melihat langsung proses reka ulang kasus pembunuhan berencana yang dilakukan oleh para tersangka terhadap korban dan adanya sebagian masyarakat yang terpancing emosinya akibat perbuatan dari para pelaku

Pada hakikatnya kejahatan merupakan masalah kemanusiaan sekaligus masalah sosial yang memerlukan pemahaman tersendiri. Kejahatan sebagai masalah sosial merupakan gejala yang dinamis, selalu tumbuh dan terkait dengan gejala dan struktur kemasyarakatan lainnya yang sangat kompleks, yang merupakan suatu socio political problem. Dalam usaha penanggulangan kejahatan cara umum yang konsepsional, dilakukan dengan memadukan berbagai unsur yang berhubungan dengan mekanisme peradilan pidana serta partisipasi masyarakat.

KESIMPULAN

Bahwa faktor penyebab pelaku melakukan tindak pidana pembunuhan berencana tersebut karena dendam, hubungan asmara, serta lemahnya pemahaman hukum. Proses hukum terhadap pelaku tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan secara bersama-sama proses hukumnya meliputi dari laporan korban, penyelidikan, penyidikan, penangkapan, penahanan, penuntutan, dan sidang pengadilan. Hambatan yang dialami oleh penyidik dalam menangani tindak pidana pembunuhan berencana yang dilakukan secara bersama-sama adalah Para pelaku yang melarikan diri ke tempat terpencil yang membuat pihak Kepolisian sulit menjangkau tempat persembunyian tersebut, Proses pencarian alat bukti yang dilakukan oleh para pelaku untuk membunuh korbannya, dimana alat bukti tersebut telah dibuang oleh para pelaku setelah melakukan pembunuhan terhadap korbannya agar tidak mudah terlacak oleh pihak Kepolisian serta saat proses rekonstruksi dilakukan pihak Kepolisian sempat kewalahan dalam melakukan rekonstruksi karena banyak masyarakat yang ingin melihat langsung proses reka ulang kasus pembunuhan berencana yang dilakukan oleh para tersangka terhadap korban dan adanya sebagian masyarakat yang terpancing emosinya akibat perbuatan dari para pelaku.

(10)

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku

Abintoro Prakoso, Kriminologi dan Hukum Pidana, Laksbang Grafika, Yogyakarta, 2013.

Adami Chazawi, Pelajaran Hukum Pidana, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

Andi Hamzah, Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2001.

Lamintang P.A.F., Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Adityta Bakti, Bandung, 2000.

---, Theo Lamintang, Kejahatan Terhadap Nyawa, Tubuh, dan Kesehatan, Sinar Grafika,Jakarta, 2012.

Mahrus Ali, Dasar-Dasar Hukum Pidana, Sinar Grafika Cet.Ke I, Jakarta, 2001.

Moeljatno, Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2008.

Roeslan Saleh, Pikiran-Pikiran Tentang Pertanggungjawaban Pidana, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2002.

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung, 2008.

Wahju Muljono, Pengantar Teori Kriminologi, Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2012.

Wahyu Adnan, Kejahatan Tehadap Tubuh dan Nyawa, Gunung Aksara, Bandung, 2007.

2. Undang-Undang

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)

Referensi

Dokumen terkait

Petir yang menerpa kawat tanah saluran transmisi menimbulkan tegangan lebih surja berupa gelombang berjalan yang merambat dari titik sambaran menuju menara transmisi

Serangkaian pendekatan resolusi konflik sebagaimana dikemukakan oleh Boistein (2018) menetapkan beberapa strategi yang digunakan untuk mencegah terjadinya konflik antar

Muller - Starrollen ± Rhombus Produk roda ketiga merek diatas, dipesan dari supplier yang melakukan kerjasama dengan pabrik yang berada di Jerman Produk roda yang

Segala puji hanya milik Allah SWT atas segala nikmat, rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ini yang berjudul ”Upaya

BNN adalah lembaga penyidik dalam tindak pidana narkoba dan lembaga ini dibantu oleh pihak dari Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI), yang pada mulanya penyidik

Korelasi antara hasil inversi penampang Tahanan Jenis dengan Polarisasi Teriduksi pada lintasan Songgoriti-1 (Gambar 4.10 dan Gambar 4.11) menunjukkan adanya indikasi

Seorang wanita yang mempunyai tingkat pen- didikan tinggi cenderung untuk menjadi wa- nita karier seperti terlihat pada Tabel 1 bahwa responden di Jurang Ombo yang secara umum

Di dalam takwa terdapat radar hati nurani yang melaluinya, manusia bisa membedakan mana yang benar dan salah, yang lurus dan sesat, dan akan melindungi