MENGEMBANGKAN KARAKTER AKHLAQUL KARIMAH PESERTA DIDIK
DI RA HIDAYATUL MUBTADIIN
TUGAS ESSAI MABA PRODI PIAUD 2022
NAMA : INDAH YULIATI
ASAL LEMBAGA : RA. HIDAYATUL MUBTADIIN NGASEM
BAB 1 PENDAHULUAN
Karakter bangsa merupakan aspek penting dari sumber daya manusia (SDM), karena kualitas karakter bangsa menentukan kemajuan suatu bangsa. Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini. Kelompok anak usia dini merupakan kelompok yang sangat strategis dan efektif dalam pembinaan dan pembentukan karakter, hal ini harus menjadi kesadaran kolektif dari seluruh elemen bangsa ini.
Beberapa negara maju layaknya Jepang sudah menerapkan pendidikan karakter sejak lama. Bagi mereka mengajarkan anak-anak membaca, menulis dan menghitung sangat mudah, karena otak mereka yang masih bisa berkembang dengan baik. Namun karakter merupakan pelajaran yang harus diaplikasikan dari sejak dini.Pembentukan karakter anak harus dimulai sejak usia dini. Tujuan pembentukan karakter sejak usia dini adalah untuk membentuk kepribadian anak yang baik sehingga kelak ketika sudah dewasa menjadi pribadi yang baik dan berakhlak mulia yang dapat memberikan manfaat kepada sesama manusia dan lingkungannya.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan Pendidikan nasional. Pasal 1 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian, dan ahlak mulia.
Amanat Undang-Undang ini bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh dan berkembang dengan nilai-nilai luhur karakter bangsa.
Program pendidikan anak usia dini sampai saat ini masih banyak menyisakan persoalan. Pertama, masih banyaknya kelompok anak usia dini yang belum dapat mengakses pendidikan secara menyeluruh.
Kedua, kurangnya pemahaman para guru akan hakikat tujuan pendidikan nasional untuk membangun peserta didik menjadi manusia holistik yang berkarakter, beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Kenyataannya pendidikan kita sekarang ini lebih menekankan pada pembentukan kecerdasan intelektual dari pada pembentukan kecerdasan sosial emosional maupun kecerdasan sepritual (pembentukan karakter). Hal ini dibuktikan dengan Ujian Nasional (UN) sebagai tolak ukur keberhasilan pendidikan tanpa melihat proses pembentukan karakter dan budi pekerti
anak. Di samping itu saat menginjak sekolah dasar anak anak sudah dihadapkan pada buku buku lembar kerja siswa yang berbobot sangat berat, sedangkan di lembaga PAUD membaca, menulis dan berhitung tidak boleh ditekankan. Memaksakan anak usia dini belajar calistung akan beresiko timbulnya stres jangka pendek dan rusaknya perkembangan jiwa anak dalam jangka panjang (Elkind, 2000:12). Itulah terkadang yang membuat kami dilema dan juga karena tuntutan orang tua yang menginginkan anaknya mumpuni dalam segala bidang.
Penyebab terjadinya proses pendidikan seperti ini tidak terlepas dari tuntutan orang tua, yang menginginkan anaknya cepat pinter, cepat dapat membaca menulis dan menghitung (calistung), sehingga kelak anaknya dapat masuk kesekolah dasar favorit(SD unggul). Mereka tidak mau memahami kondisi anak-anaknya, yang penting anaknya dapat masuk sekolah dan bisa membaca serta menulis kartena anak anak dihadapkan dengan buku buku yang harus bisa dipahami mereka, sehingga akan menjadi kebanggaan orang tua jika mempunyai anak yang pandai dalam calistung.
Praktek seperti ini jelas akan menghambat proses pembentukan karakter anak.
Ketiga, kurangnya pemahaman pendidik PAUD dalam pembentukan karakter sejak usia dini baik dalam metode mapun dalam pendekatan berlajar melalui bermain, menyebabkan tidak terbentuknya karakter anak sejak dini. Pembelajaran di PAUD lebih mengutamakan mengembangkan kecerdasan kognitif dari pada kecerdasan afektif atau pembentukan karakter.
Keempat, kurang sinergisnya antara pendidikan di lembaga PAUD, di rumah oleh orang tua/keluarga dan dimasyarakat. Ketiga unsur utama pendidikan ini (lembaga PAUD, orang tua dan masyarakat) harus saling mendukung untuk peningkatan pembentukan karakter anak usia dini. Ketidak sinergisan pembentukan karakter anak menjadi parsial, dan tidak holistik, sehingga muncul gejala anak usia dini yang bersikap dan berperilaku kurang baik seperti menjadi penakut, pemarah, destruktif, pemalu, defresi, suka berbohong dan sebagainya. Diperlukan sebuah pendekatan dalam pembentukan karakter anak usia dini, yang dapat menjadi panduan bagi pendidik PAUD, orang tua, dan pengasuh dalam membentuk karakter anak sejak usia dini.
BAB II PEMBAHASAN
Pembentukan Karakter akhlaqul karimah Anak Usia Dini
Pembentukan karakter pada hakekatnya merupakan hasil pemahaman dari hubungan yang dialami setiap manusia, yaitu hubungan dengan diri sendiri, dengan lingkungan, dan dengan Allah. Setiap hasil hubungan tersebut akan memberikan suatu pemahaman yang pada akhirnya menjadi nilai dan keyakinan anak. Cara anak memahami bentuk hubungan tersebut akan menentukan cara anak memperlakukan dunianya. Pemahaman negative akan berimbas pada perlakuan yang negative dan pemahaman yang positif akan memperlakukan dunianya dengan positif.
Selain itu pembentukan karakter anak juga dipengaruhi oleh faktor bawaan dan faktor lingkungan. Setiap manusia memiliki potensi bawaan yang akan bermanifestasi setelah dia dilahirkan, termasuk potensi yang terkait dengan karakter atau nilai-nilai kebajikan. Oleh karena itu, sosialisasi dan pendidikan awal yang berkaitan dengan nilai- nilai kebajikan baik dikeluarga, sekolah maupan lingkungan yang lebih luas.
Proses sosialisasi atau pendidikan yang dilakukan oleh keluarga (orang tua), PAUD (guru), lingkungan (masyarakat) yang lebih luas memegang peranan penting dalam pembentukan karakter seseorang. Anak akan tumbuh menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter, sehingga fitrah setiap anak yang dilahirkan suci dapat berkembang lebih optimal.
Pembentukan karakter anak harus menggunakan metode yang disesuaikan dengan perkembangan zaman sesuai dengan sarana-sarana ilmiah dan metode yang mudah dilaksanakan oleh para orang tua maupun, pendidik dari berbagai strata sosial.
Kesiapan orang tua maupun pendidik dalam pembentukan karakter anak dapat dilihat dari cara mereka memperlakukan dan memperhatikan anak-anaknya. Bila mereka memperhatikan dan memperlakukan anak-anaknya dengan penuh perhatian dan kasih sayang maka salah satu cara pembentukan karakter anak telah terlaksana.
Materi Materi pembentukan akhlak yang disampaikan di RA Hidayatul Mubtadiin disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak, karena anak usia dini belum mampu menerima hal-hal yang abstrak, maka materi yang disampaikan adalah berkenaan dengan hal-hal yang sering terjadi dalam kehidupan mereka, seperti:
1) Akhlak kepada Allah
a) Berdo’a sebelum dan sesudah melaksanakan kegiatan
b) Do’a sehari-hari dan Asma’ul Husna
c) Mulai meniru gerakan sholat yang dilaksanakan setiap hari jum’at dengan mengadakan sholat dhuha berjamaah di halaman RA Hidayatul Mubtadiin 2) Akhlak kepada Sesama
a) Tahu kapan mengucapkan salam kepada guru dan kawan,mengucapkan terima kasih dan meminta maaf saat berbuat salah
b) Menghormati dan patuh terhadap nasihat orang tua, guru dan orang yang lebih tua,
c) Bersikap ramah kepada semua orang 3) Akhlak terhadap Lingkungan
a) Mengembalikan mainan pada tempatnya b) Membuang sampah pada tempatnya c) Membantu membersihkan lingkungan
Materi-materi pendidikan akhlak tersebut sudah kami ajarkan di RA Hidayatul Mubtadiin Watutumpeng dan memang materi tersebut perlu diberikan kepada anak- anak untuk bekal kehidupan mereka kelak, sehingga anak- anak tahu bagaimana berakhlak kepada Allah, kepada sesama manusia dan kepada lingkungannya
Doc. RA Hidayatul Mubtadiin (sholat berjamaah)
Doc. RA Hidayatul Mubtaddiin (makan bersama)
Doc. RA Hidayatul Mubtadiin MATSAMA
Dan berikut ini adalah beberapa cara yang dilakukan oleh orang tua atau wali murid untuk menunjang membentuk akhlak yang mulia pada anak saat di luar lingkungan sekolah, dan ini selalu kita berikan saat kita parenting terhadap orang tua atau wali murid di tahun ajaran baru.
1) Memberikan Teladan yang Baik kepada Anak
Sejak awal harus mengetahui anak adalah peniru yang paling handal artinya apa yang mereka lihat akan cenderung dicontoh.Anak akan mencontoh apa yang mereka dengar dan lihat kemudian melakukan hal yang sama.Itulah mengapa penting bagi kedua orang tua dan orang dewasa di dalam keluarga selalu menjaga ucapan dan perbuatannya di depan anak.Ketika anak sering melihat orang tuanya melakukan kebaikan maka otomatis dia akan belajar tentang hal tersebut dan menirukannya. Jika dilakukan berulang kali maka akan menjadi karakter yang membentuk akhlak anak.
2) Ajak Anak Melakukan Aktivitas Bersama
Mendampingi anak anak saat bermain, akan menambah pengetahuan anak di bidang sosial emosional. Dengan melibatkan anak dalam aktivitas bersama secara tidak langsung orang tua sedang mengajarkan mengenai tanggung jawab, kebersamaan dan tolong menolong. Anak akan belajar bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhannya sesuai dengan pengetahuannya.
3) Berikan Penilaian pada Apa yang Dilakukan Anak
Cara membentuk akhlak mulia pada anak yang selanjutnya adalah dengan memberikan penilaian terhadap apa yang mereka lakukan.Berikan pujian pada anak ketika mereka telah melakukan sesuatu yang baik dan kebaikan.Sebaliknya, berikan teguran dan peringatan serta diarahkan pada hal hal yang harus dilakukan pada anak setiap kali mereka melakukan sesuatu yang dilarang agama dan tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku.Melalui cara tersebut anak akan belajar hal-hal apa saja yang boleh dilakukan dan mana yang dilarang.
4) Menanamkan Nilai Kebaikan di Tengah Keluarga
Lingkungan keluarga adalah tempat dimana anak mempelajari banyak hal sehingga sangat berpengaruh pada karakter dan akhlaknya.Sebelum anak mengenal lingkungan di luar keluarganya mereka belajar tentang banyak hal dari rumah.Oleh sebab itu penting bagi orang tua menanamkan dan menciptakan lingkungan yang penuh kebaikan di tengah keluarga.Dengan pondasi yang kuat dari keluarga maka pengaruh dari lingkungan luar lebih mudah diatasi dan dikendalikan sehingga anak tidak mudah terpengaruh. Maka dari itu terkadang seorang ibu di anggap sebagai madrasah pertama bagi anak. Karena peran ibu sangat banyak terhadap anak anak saat di lingkungan rumah.
BAB III PENUTUP
Karakter yang berkualitas perlu dibentuk dan dibina sejak usia dini.
Membentuk dan menumbuhkan karakter memerlukan proses yang panjang. Karakter manusia tidak terjadi secara otomatis. Kendati secara fitrah manusia memiliki potensi mencintai kebaikan. Karakter ibarat otot yang harus dibangun dengan latihan yang terus menerus, sehingga otot yang terbentuk bagus. Pada masa usia dini inilah yang merupakan masa kritis untuk membentuk karakter seseorang.
Kegagalan penanaman karakter yang baik di usia dini ini akan membentuk pribadi yang bermasalah di masa dewasanya. Kesuksesan orang tua maupun pendidik membimbing anaknya dalam mengatasi konflik
kepribadian di usia dini sangat menentukan kesuksesan anak dalam kehidupan sosial di masa dewasanya.
Ada dua faktor yang mempengaruhi karakter anak usia dini:
1) faktor intern, meliputi insting/naluri, kebiasaan, kehendak/kemauan, suara hati, dan keturunan
2) faktor ekstern, meliputi pendidikan yang diajarkan dan lingkungan anak baik itu di sekolah, rumah maupun lingkungan masyarakat
FOTO KEPALA DAN DEWAN GURU RA HIDAYATUL MUBTADIIN NGAJUM
ROSIDATUL KHURIYAH, S.Pd.I ( KEPALA RA)
(MAHASISWA BARU IAI ALQOLAM TAHUN 2022 PRODI PIAUD) KEPALA RA DAN DEWAN GURU RA HIDAYATUL MUBTADIIN