• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGOLAHAN LIMBAH KAIN PERCA SISA PRODUKSI DARI KONFEKSI DI TANGERANG UNTUK DIJADIKAN PRODUK FESYEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "LAPORAN TUGAS AKHIR PENGOLAHAN LIMBAH KAIN PERCA SISA PRODUKSI DARI KONFEKSI DI TANGERANG UNTUK DIJADIKAN PRODUK FESYEN"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS AKHIR

PENGOLAHAN LIMBAH KAIN PERCA SISA PRODUKSI DARI KONFEKSI DI TANGERANG UNTUK DIJADIKAN PRODUK

FESYEN

Dijadikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Telkom University

Oleh:

ARIIJA ILLONA RUSYDAHU 1605184016

(Program Studi Kriya Tekstil dan Fesyen)

TELKOM UNIVERSITY MARET 2022

(2)

BAB I PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang Masalah

Industri tekstil dan pakaian jadi di Indonesia mulai berkembang pesat seiring dengan kebutuhan jumlah pakaian yang banyak dan bermacam-macam setiap tahunnya. Zaman sekarang banyak ditemukan brand fesyen di Indonesia yang ingin menghasilkan pakaian jadi dengan cara cepat dan dengan jumlah yang banyak, langkah mudah nya adalah dengan cara mendatangi industri tekstil dan konfeksi pakaian jadi. Dalam KBBI (2021), “konfeksi memiliki makna pakaian dan sebagainya yang dibuat secara massal yang dijual dalam keadaan jadi, tidak diukur menurut pesanan, tetapi menurut ukuran yang sudah ditentukan”. Untuk menghasilkan pakaian jadi di tempat konfeksi, terdapat beberapa tahapan proses dimulai dari memotong bahan, menjahit, sampai dengan finishing. Dalam situs resmi kementerian perindustrian Indonesia, direktur jendral industri kimia, farmasi, dan tekstil, menyatakan bahwa “Industri diharapkan mampu memanfaatkan sebesar-besarnya bahan daur ulang yang diperbolehkan, sehingga dapat mengurangi waste”. Salah satu sektor industri yang disebutkan yaitu industri tekstil, karena tujuan pemerintah adalah mengoptimalkan industri hijau yang berada di Indonesia serta bertujuan agar dapat meminimalisir jumlah limbah perca yang menumpuk. Hanya saja pada kenyataannya ada beberapa industri tekstil maupun konfeksi pakaian jadi yang tidak mengikuti anjuran tersebut.

Fenomena di atas didapatkan di lapangan pada saat melaksanakan wawancara bersama pekerja konfeksi yang bertempat di daerah Tangerang. Pekerja konfeksi memberikan informasi bahwa limbah perca yang dihasilkan dibuang tanpa ada proses pengolahan khusus. Jumlah limbah perca yang dihasilkan oleh konfeksi setiap harinya bisa berkantong-kantong jumlahnya dengan masing-masing berat kantong 20 kg. Limbah perca didominasi oleh katun, spandex, satin dan polyester. Diameter limbah perca yang didapatkan beragam, mulai dari 5 cm sampai dengan 150 cm.

(3)

Limbah perca termasuk ke dalam limbah anorganik atau limbah yang sulit terurai, terutama limbah perca yang berbahan dasar polyester, proses terurainya bisa terjadi selama bertahun-tahun, sehingga ada baiknya limbah perca dapat didaur ulang kembali dengan cara 4R maupun Upcycle. Dalam hal ini penulis memilih topik penelitian mengenai penerapan metode Up Cycling pengolahan material limbah atau sisa, dengan judul penelitian Pengolahan Limbah Kain Perca Sisa Produksi dari Konfeksi di Tangerang untuk dijadikan Produk Fesyen. Limbah perca akan diolah dengan memanfaatkan teknik patchwork, shirring, dan sulam. Teknik tersebut merupakan salah satu teknik yang optimal dalam meningkatkan estetika, fungsi, serta nilai jual.

Sementara untuk menaikan value, limbah perca dirancang untuk dijadikan produk busana kasual khusus wanita. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi manfaat bagi masyarakat dalam mengurangi dampak limbah perca yang tidak diinginkan, dan menjadi harapan baru bagi industri hijau di tanah air.

(4)

I.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang yang sudah dipaparkan tersebut, berikut adalah susunan identifikasi masalah dalam penelitian ini:

1. Kurangnya optimalisasi pemanfaatan limbah perca konfeksi di Tangerang, sehingga dapat berdampak pada pencemaran lingkungan.

2. Adanya potensi dalam mengoptimalisasi limbah perca sehingga memberikan nilai jual, fungsi, dan estetik, dengan cara memanfaatkan teknik patchwork, shirring, dan sulam.

3. Adanya potensi untuk memberikan value pada produk busana kasual khusus wanita.

I.3 Rumusan Masalah

Dari identifikasi masalah yang sudah dipaparkan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini disusun menjadi:

1. Bagaimana cara mengoptimalisasi limbah perca agar tidak berdampak pada pencemaran lingkungan?

2. Bagaimana bentuk optimalisasi limbah perca sehingga memberikan nilai jual, fungsi, dan estetik dengan memanfaatkan teknik patchwork, shirring, dan sulam?

3. Bagaimana cara menerapkan value pada produk busana kasual khusus wanita?

I.4 Batasan Penelitian

Berikut adalah susunan dari batasan penelitian ini:

1. Perencanaan konsep upcycle limbah perca

Dalam merencanakan konsep upcycling penulis mencari data mengenai cara pengolahan limbah perca yang paling optimal dan efisien.

2. Material

Limbah perca akan melalui proses kurasi material terpilih, dengan tujuan mengoptimalisasi pemakaian limbah perca sebaik mungkin. Dalam proses

(5)

kurasi, penulis menyesuaikan jenis material dengan produk luaran akhir.

Adapun material yang akan digunakan seperti kain katun dan polyester.

3. Teknik Pengolahan

Memanfaatkan teknik pengolahan sebaik mungkin dalam mengoptimalisir limbah perca, dan menambah estetika, fungsi serta nilai jual. Adapun teknik pengolahan limbah perca yang digunakan seperti patchwork, shirring, dan sulam.

4. Lokal Konten

Agar memberikan value lebih pada limbah perca yang diolah, penulis memilih lokal konten berupa inspirasi visual siluet busana-busana festival nusantara asal Tangerang yaitu Peh Cun.

5. Produk Luaran Akhir

Produk fesyen yang dijadikan berupa busana kasual khusus wanita.

I.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dari seluruh rangkaian penelitian ini adalah:

1. Memberikan solusi dalam pemanfaatan limbah perca agar tidak berdampak pada pencemaran lingkungan.

2. Memberikan hasil optimal mengenai pemanfaatan limbah perca sehingga memberikan nilai jual, fungsi, dan estetik dengan memanfaatkan patchwork, shirring, dan sulam.

3. Merancang produk busana kasual khusus wanita dari hasil pengolahan material limbah perca.

I.6 Manfaat Penelitian

Berikut adalah pemaparan mengenai manfaaat dari penelitian ini:

I.6.1 Manfaat Bagi Penulis

1. Meningkatkan pengetahuan, wawasan, dan mampu menemukan sosuli dalam pemanfaatan limbah perca se-optimal mungkin.

2. Memanfaatkan ilmu pengetahuan di bidang kriya tekstil dan fesyen.

(6)

3. Menghasilkan sebuah karya yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

I.6.2 Manfaat Bagi Masyarakat

1. Memberikan solusi dalam mengoptimalisasikan limbah perca.

2. Menambah pengetahuan dan inovasi teknik pengolahan limbah perca.

3. Menjadi harapan baru bagi industri hijau di tanah air.

I.7 Metode Penelitian

Menggunakan metode penelitian berupa gabungan kualitatif dan kuantitatif dalam menyusun penelitian. Berikut adalah metode-metode yang dilaksanakan:

1. Studi Literatur

Menerapkan data berupa buku, jurnal, website pemerintahan, yang semuanya berkenaan dengan kualitas data limbah, teknik pengolahan limbah, lokal konten berupa Peh Cun, dan sebagainya.

2. Wawancara

Mencari narasumber dalam menguatkan data-data yang dikumpulkan, seperti pemilik konfeksi di daerah Tangerang.

3. Observasi

Observasi langsung dengan cara mendatangi lokasi konfeksi di daerah Tangerang, dan melakukan observasi tidak langsung dengan cara mengunjungi media sosial konfeksi, dengan tujuan menguatkan data-data penelitian.

4. Eksplorasi

Mencoba teknik-teknik pengolahan limbah perca dalam lingkup kriya tekstil dan fesyen secara optimal.

5. Kuesioner

Mengumpulkan data-data berupa pertanyaan dengan bantuan media google form dengan tujuan menghasilkan desain yang sesuai dengan minat target market.

(7)

1.8 Kerangka Penelitian

Susunan kerangka berpikir latar belakang, masalah, tujuan, metodologi dan luaran penelitian TA.

Latar Belakang

Inti dari latar belakang masalah adalah:

industri tekstil atau konfeksi yang masih belum mengikuti anjuran sehingga kegiatannya masih belum berbanding lurus dengan tujuan optimalisasi industri hijau. Beberapa bentuk optimalisasi yang dianjurkan yaitu menempatkan konsep 4R atau reduce, reuse, recycle, dan recovery.

Apabila tidak ada pengepul atau pelanggan yang ingin membeli limbah perca, maka konfeksi akan mengolah kembali limbah perca pada produk busana seperti pada bagian kantong atau kerah tergantung permintaan. Ketergantungan tersebut dirasa belum optimal karena tidak semua pelanggan menginginkan limbah perca, sehingga dalam meminimalisir limbah perca, konfeksi hanya bisa membakar, dan mengubur kain perca di tanah.

Limbah perca akan diolah dengan memanfaatkan teknik patchwork, shirring, dan sulam.. Teknik tersebut merupakan teknik yang optimal dalam

meningkatkan estetika, fungsi, dan nilai jual. Sementara untuk menaikan value, limbah perca dirancang untuk dijadikan produk busana kasual khusus wanita.

Hasil dari penelitian yang ditulis ini diharapkan dapat menjadi manfaat bagi masyarakat dalam mengurangi dampak limbah perca yang tidak diinginkan, dan menjadi harapan baru bagi industri hijau di tanah air.

(8)

Masalah

1. Bagaimana cara mengoptimalisasi limbah perca agar tidak berdampak pada pencemaran lingkungan?

2. Bagaimana bentuk optimalisasi limbah perca sehingga memberikan nilai jual, fungsi, dan estetik dengan memanfaatkan teknik patchwork, shirring, dan sulam?

3. Bagaimana cara menerapkan value pada produk busana kasual khusus wanita?

Tujuan

1. Memberikan solusi dalam pemanfaatan limbah perca yang lebih optimal agar tidak menimbulkan permasalahan di lingkungan.

2. Memberikan hasil optimal mengenai pemanfaatan limbah perca sehingga memberikan nilai jual, fungsi, dan estetik dengan memanfaatkan teknik patchwork, shirring, dan sulam.

3. Merancang produk busana kasual khusus wanita dari hasil pengolahan material limbah perca.

(9)

Metodologi

1. Studi Literatur 2. Wawancara 3. Observasi 4. Eksplorasi 5. Kuesioner

Luaran

Produk busana kasual khusus wanita.

(10)

1.9 Sistematika Penulisan

Dalam menulis penelitian tugas akhir ini, terdapat sistematika penulisan yang dibagi menjadi empat bab. Berikut adalah pemaparan singkat mengenai bab-bab yang terdapat pada penelitian ini:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini memaparakan mengenai Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Rumusan Masalah, Batasan Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, Kerangka Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II STUDI LITERATUR

Dalam bab ini memaparkan hasil data berupa Pengertian Limbah, Klasifikasi Limbah, Perkembangan Limbah Kain Saat Ini, Jenis Limbah Perca, Dampak dan Cara Optimalisasi Limbah Perca, 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery), serta Upcycle, Pengertian Konfeksi, Festival Peh Cun, Bakcang Pada Festival Peh Cun, Teknik- Teknik Pengolahan Limbah Perca, Unsur Rupa, Prinsip Penataan Rupa, Fashion, dan Busana kasual.

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

Dalam bab ini memaparkan hasil Data Primer, Data Sekunder, Data Eksplorasi, hasil teknik Patchwork, Shirring, dan Sulam.

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN HASIL PERANCANGAN

Dalam bab ini menerangkan seluruh proses perancangan desain dimulai dari perencanaan konsep Brain Storming, Mood Board, penentuan Color Scheme, Trend

(11)

Forecast, Style Board, Life Style Board, Brand Value Proposition, Sketsa, Technical Drawing, serta penetuan Merchandising.

BAB V KESIMPULAN

Dalam bab ini menyimpulkan seluruh kegiatan penelitian dari awal hingga akhir, memberikan saran yang membangun serta menyisipkan rekomendasi untuk meningkatkan kualitas penelitian kedepannya.

(12)

BAB II STUDI LITERATUR

II. 1 Limbah

1. Pengertian Limbah

Menurut Sunarsih (2018) “Limbah merupakan konsep buatan dan konsekuensi dari adanya aktivitas manusia” (p. 3), bentuk konsekuensi dari perilaku dan aktivitas manusia sehari-hari dapat menimbulkan limbah, seperti aktivitas konsumsi makanan minuman, sampah plastik belanjaan sehari-hari, cucian, dan sebagainya.

Secara sifat limbah dibagi menjadi dua yaitu organik dan anorganik, menurut Muzayyanah, Pratiwi, dan Dewi (2020), limbah organik diperoleh dari organisme yang dibusukkan oleh bakteri pembusuk, sedangkan limbah anorganik adalah limbah yang diperoleh dari bahan non hayati seperti bahan sintetik, teknologi, tambang, maupun sumber daya alam yang sulit dibusukan, karena perlu waktu ber abad-abad lamanya untuk proses pembusukannya.

Contoh limbah organik berupa makanan, sayuran, maupun hewan, yang mudah membusuk, sedangkan contoh limbah anorganik berupa kain, plastik, kaca, dan sebagainya yang sulit membusuk. Karena lamanya proses pembusukan, limbah anorganik dapat menimbulkan permasalah bagi lingkungan, bila ditimbun berlama-lama dapat menyebabkan polusi yang dapat membahayakan manusia.

Berikut adalah jenis-jenis komposisi limbah:

(13)

Gambar II.1.1 Grafik Sampah

Sumber: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/public/data/komposisi

Berdasarkan data di atas, pada tahun 2021 masyarakat Indonesia

menyumbangkan limbah dengan beragam jenis klasifikasinya, baik berbentuk cair, gas, maupun padat.

2. Klasifikasi Limbah

Limbah diklasifikasikan menjadi cair, gas, dan padat, berikut adalah klasifikasi limbah:

1). Dalam PP Nomor 82 Tahun 2001 pasal 1 poin 14 disebutkan bahwa,

“Air limbah adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair”.

Air bersih dapat terkontaminasi limbah cair maupun padat sehingga dapat menimbulkan pencemaran. Aktivitas pembuangan limbah ke tempat- tempat genangan air, sungai, maupun lautan dapat menyebabkan ekosistem disekitar rusak, dan dapat menimbulkan penyakit tertentu bila dikonsumsi.

Pengolahan limbah yang sifatnya cair sangat diperlukan dalam menjaga kualitas lingkungan lebih baik. Dalam situs resmi kemenperin (2018) menyebutkan bahwa suatu industri dapat memproduksi limbah cair, hal ini dikarenakan adanya aktivitas yang terjadi di dalamnya, setiap industri harus mengikuti protokol, kebijakan, serta prosedur sebelum melakukan pegolahan limbah cair. Terdapat tiga cara yang bisa dilakukan industri dalam mengolah limbah cair, yaitu pengolahan limbah secara fisika, kimia, ataupun biologi.

(14)

Gambar II.1.2 Limbah Cair Sumber: ampl.or.id

2). Limbah gas adalah sisa suatu usaha kegiatan yang berwujud gas. Salah satu limbah yang dapat menimbulkan bahaya yaitu limbah gas, jenis limbah ini dapat menimbulkan bahaya bagi masyarakat yang tinggal di lingkungan sekitar. Agar tidak menimbulkan konsekuensi lebih lanjut, Direktorat Pemulihan Kontaminasi dan Tanggap Darurat Limbah Bahan Berbahaya Beracun menyelanggarakan fungsi-fungsinya dalam merumuskan kebijakan pemulihan sampai dengan memberikan bimbingan teknis pemulihan. Adapun contoh limbah gas yang berada di udara mengandung karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), Amonia (NH3), dan sebagainya, umumnya limbah gas tersebut ditemukan di dekat industri yang memanfaatkan jenis gas tersebut.

Gambar II.1.2 Limbah Gas Sumber: Maxim Tolchinskiy/ Unsplash

(15)

3). Limbah padat adalah sisa suatu usaha kegiatan yang berwujud padat.

Menurut Ismuyanto, Saptani, dan Juliananda (2017), Limbah kertas, makanan, plastik, kain, kulit, kayu, gelas, logam, abu, alat elektronik, baterai, oli, ban bekas, komputer, dan telepon genggam merupakan jenis limbah padat yang bersumber dari perumahan. Salah satu contoh limbah padat organik adalah sayur-sayuran, sedangkan contoh limbah padat anorganik adalah plastik, dan kain. Hartanto (2008) Selain limbah yang mengandung komponen organik, limbah yang mengandung komponen anorganik dapat terurai secara alami dalam jangka waktu yang lama. Hal ini terjadi karena setiap komposisi bahan memiliki derajat dekomposisi yang berbeda-beda.

Gambar II.1.2 Limbah Organik Sumber: Evan Lome/ Shutterstock

Gambar II.1.2 Limbah Anorganik Sumber: Dokumentasi Pribadi

(16)

Salah satu limbah padat adalah perca. Menurut Devanti (2017), Limbah perca adalah limbah padat anorganik, jenis limbah perca bisa ditemukan di tempat konfeksi.

Gambar II.1.2 Limbah Padat Perca Sumber: Dokumentasi Pribadi

3. Perkembangan Limbah Kain saat ini

12.697 atau sekitar (7.1%) sampah kain yang terdata di SISPN (2021), sampah kain ditemukan di beragam lokasi seperti TPA, bank sampah, maupun lokasi industri penyumbang terbesar seperti industri garmen dan konfeksi yang memanfaatkan kain.

Gambar II.1.3 Grafik Sampah Kain Sumber: https://sipsn.menlhk.go.id/sipsn/

(17)

II.2 Jenis Limbah Perca

Dalam KBBI daring, makna perca adalah “sobekan (potongan) kecil kain sisa dari jahitan dan sebagainya”. Perca dapat ditemukan di tempat-tempat tertentu yang mengolah lembaran kain, menurut Senastri (2015), “Bahan baku kain perca dapat dengan mudah kita temukan di tempat konfeksi, penjahit, atau dari hasil jahitan rumah kita sendiri” (p. 8). Di tempat konfeksi yang diteliti jenis limbah perca yang dihasilkan sangat beragam, tergantung kepada jenis pakaian jadi yang dibuat, berikut beberapa jenis limbah perca yang umum dihasilkan:

1. Katun

Dalam KKBI daring, secara etimologi katun diambil dari Bahasa Arab yang bermakna “buah kepada kultivar kapas yang dijadikan benang untuk memintal kain”, secara Bahasa katun dapat diartikan sebagai “bahan pakaian yang dibuat dari benang kapas”Menurut Poespo (2009), “Kapas ditemuka pada tahun 1792 di Amerika Selatan oleh Eli Whitney dan telah digunakan untuk segala macam pakaian meskipun lebih cocok dibuat pakaian dalam dan pakaian ringan untuk musim panas” (p. 96).

Gambar II.2.1 Kain Katun/ Kapas Sumber: Dokumentasi Pribadi 2. Spandeks

Menurut Suliyanthini (2016), “Serat poliuretan diperdagangkan dengan nama spandex, lycra, vyrene dan spanzalle. Serat ini mempunyai sifat mulur sebelum putus berkisar antara 520-610%. Selain itu memiliki

(18)

gaya kembali yang tinggi yaitu cepat kembali ke bentuk semula apabila tegangan dilepaskan, dan kemampuan kembali ini pada penarikan tertentu berkisar antara 93-96%. Serat ini banyak digunakan untuk pakaian wanita, ikat pinggang, kaos tangan bedah dan kaos kaki” (p.

124).

Gambar II.2.2 Spandeks Campuran Sumber: Dokumentasi Pribadi 3. Satin

Menurut Poespo (2009), Satin “Dinamakan berdasarkan daerah asal pertama dibuatnya yaitu Zaytoun, Cina. Satin orisinilnya bahan yang berkilau mengkilat dari sutera dengan tenunan rapat. Pada abad ke-20, rayon dan serat sintetis lainnya telah mengambil alih tempat sutra.

Sebagai bahan berpenampilan mewah, satin adalah bahan yang paling banyak dipergunakan untuk pakaian malam” (p. 257).

Gambar II.2.3 Satin Campuran

(19)

Sumber: Dokumentasi Pribadi 4. Polyester

Menurut Suliyanthini (2016), Serat polyester berbentuk stapel dan filamen dapat menghasilkan olahan benang guna kebutuhan tenun maupun rajut. Benang berbentuk filamen sering digunakan untuk produksi kain tafetta, kain satin, kain untuk kebutuhan pakaian ringan, dan untuk memberikan efek tekstur.

Gambar II.2.4 Polyester

Sumber: KOMPAS.com/Sakina Rakhma Diah S

II.3 Dampak dan Cara Optimalisasi Limbah Perca

Limbah perca berserat dasar polyester, spandeks, nylon, dan sebagainya termasuk sampah anorganik dan perlu penanganan dalam mengolahnya. Menurut Krulinasari dan Yusnandi (2021), “Limbah kain sintetis seperti polyester dan kain sintetis lainnya, memerlukan waktu hingga puluhan bahkan ratusan tahun untuk dapat terurai, sementara itu limbah kain organik lebih mudah terurai secara alami sehingga tidak membutuhkan waktu puluhan tahun untuk terurai” ( p. 58). Dalam kampanye bahaya Microfiber, Ben Von Wong menjelaskan bahwa kain dapat menimbulkan masalah serius bila terminum, karena microfiber merupakan sumber pencemaran di air. Limbah perca dengan jumlah berlebihan yang dibuang ke aliran air tanpa adanya proses apapun dapat meracuni ekosistem yang hidup di air. Salah satu langkah pencegahan terhadap limbah perca agar tidak mencemari ialah dengan melakukan pengolahan limbah tersebut secara 4 R maupun Upcycle.

(20)

Gambar II.3.1 Kampanye Bahaya Microfiber Sumber: Toxic Laundry (Ben Von Wong)

II.4 4 R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery) serta Upcycle

Mengutip dari website resmi kemenperin, Muhammad Khayam selaku Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi, dan Tekstil menyampaikan bahwa “Kami menempatkan konsep 4 R yakni reduce, reuse, recycle, recovery dalam aktivitas industri. Unsur recycle merupakan prioritas, baik di tahap pengolahan bahan baku, produksi, maupun setelah produksi”. 4 R merupakan anjuran pemerintah yang terbaru, 4 R dapat diterapkan pada aktivitas industri dari skala kecil sampai dengan skala besar.

Sedangkan upcycle dalam kamus Cambridge daring maknanya adalah membuat furnitur baru, objek, dan lain-lain yang terbuat dari barang lama atau benda yang pernah terpakai atau material limbah.

Gambar II.4 Reduse, Reuse, Recycle, Recovery Sumber: waste4change.com

(21)

II.5 Konfeksi

1. Pengertian Konfeksi

Konfeksi dalam bahasa bermakna industri kecil skala rumah tangga yang merupakan tempat pembuatan pakaian jadi, di Indonesia persebaran konfeksi sangat luas, setiap konfeksi memiliki komoditi khusus dalam menangani jasa pembuatan suatu produk, salah satunya konfeksi pembuatan pakaian jadi, sepatu, dan tas.

Gambar II.5.2 Titik Sebar Konfeksi Tangerang 2022 Sumber: google.com/maps

2. Konfeksi di Tangerang

Berdasarkan data Direktori Perusahaan Industri kemenperin (2022), terdapat 58 konfeksi pakaian jadi yang berada di provinsi Banten, persebaran konfeksi terbanyak berada di daerah Tangerang Raya, seperti Tangerang Kota, Tangerang Selatan, dan Kabupaten Tangerang.

(22)

Gambar II.5.2 Map Tangerang Raya 2022 Sumber: google.com/maps

II.6 Festival Peh Cun

1. Sejarah Singkat Festival Peh Cun di Tangerang

Menurut Nasir (2019), “Upacara Peh-cun pada dasarnya adalah hari raya yang diadakan untuk mengenang seorang tokoh legendaris dari negeri Cho yang bernama Khut Guan. (di negeri Tiongkok)” (p. 25). Perayaan Peh Cun selalu diperangati di tanggal 5 bulan 5 dalam penanggalan Kong Hu Cu. Dalam situs resmi kebudayaan kemdikbud (2020), menyebutkan bahwa “Peh Cun adalah sebuah perayaan sekaligus di dalamnya berisi perlombaan, yaitu lomba perahu Peh Cun. Mengutip dari situs resmi Tangerang kota (2019), “Perayaan Peh Cun di Sungai Cisadane, Kota Tangerang adalah salah satu yang tertua di Indonesia.

Menurut sejarahnya, perayaan yang digelar rutin oleh perkumpulan Boen Tek Bio ini, sudah ada sejak tahun 1910 dan selalu diisi oleh berbagai ritual dan tradisi unik”. Menurut Wakil Wali Kota Tangerang H. Sachrudin, festival Peh Cun yang masuk dalam agenda event wisata tahunan Kota Tangerang, haruslah dijaga keberlangsungannya karena menjadi salah satu daya tarik bagi wisatawan.

(23)

Gambar II.6 Festival Peh Cun Sumber:tangerangkota.go.id

2. Ciri Khas Desain Peharu Peh Cun

Menurut Qodariah dan Rahmawati (2021), perahu naga merupakan ciri khas dalam perlombaan Peh Cun. Kepala naga merupakan aksen khas yang paling ditampilkan pada rancangan perahu Peh Cun. Mengutip dari Kuriawan (2020)

“Konon festival perahu naga ini dilatarbelakangi kisah para penduduk sekitar Sungai Mi Luo yang berusaha mencari jenazah Qu Yuan” (p. 65).

Gambar II.6.2 Kepala Naga Perahu Peh Cun Sumber: stemlannews.com

(24)

Gambar II.6.3 Perahu Peh Cun

Sumber: Ng Putu Wahyu Rama/ nationalgeographic.grid.id

II.7 Bakcang Pada Festival Peh Cun

Menurut Kurniawan (2020), “Rakyat yang bersimpati dan merasa kehilangan kemudian mencari jenazah Qu Yuan di sungai tersebut. Mereka melemparkan nasi dan makanan lainnya ke dalam sungai agar ikan dan udang tidak mengganggu jenazah Qu Yuan. Untuk menjaga supaya makanan itu tidak dimakan naga maka dibungkuslah dengan daun bambu yang banyak tumbuh di Tiongkok. Makanan itu dikenal dengan sebutan bakcang. Sekarang umumnya bakcang terbuat dari beras ketan berisi daging maupun tapa isi (kwecang) yang dimakan dengan cairan gula dan dibungkus dengan daun bambu berbentuk prisma segitiga” (p. 64).

Gambar II.7 Bakcang Sumber: indonesiakaya.com/

Semarak Perayaan Pehcun di Sungai Cisadane

(25)

II.8 Teknik-Teknik Pengolahan Limbah Perca

Menurut Suprihatiningsih (2020) “Jahit perca/ tambal seribu/ patchwork adalah proses pembuatan suatu produk kerajinan tekstil yang terbuat dari potongan-potongan kain/

perca yang digabungkan dengan cara dijahit sesuai dengan rencana. Jahit perca pada dasarnya dipelajari keteknikannya bukan pada bahannya” (p. 13). Di bawah ini terdapat teknik rekalatar, dan teknik manipulasi kain yang umum digunakan serta paling optimal dalam mengurangi limbah perca:

1. Patchwork

Menurut Thjahjadi (2007), “Patchwork adalah teknik menjahit potongan- potongan kecil kain perca aneka warna dan motif yang disusun dan disambung- sambung menjadi satu dengan mengikuti pola berulang yang dikehendaki sehingga membentuk sebuah desain yang lebih besar” (p. 4). Patchwork dapat dijadikan sebagai manfaatan untuk penggunaan limbah yang sudah tidak terpakai menjadi produk baru yang lebih bernilai. Menurut Caroline, Tanzil, dan Tahalele (2021), menyebutkan bahwa “Menggunakan upcycle dengan teknik patchwork dapat membantu economic stimulus, menjadikan sesuatu yang tidak berguna menjadi bernilai” (p. 30). Berikut adalah pola-pola patchwork yang umum digunakan:

1). Pola Geometris: Tercipta dari bentuk-bentuk bidang tertentu seperti segitiga, kotak-kotak, lingkaran, dan sebagainya.

Gambar II.7.1 Patchwork Geometris Sumber:Dokumentasi Pribadi

(26)

2). Pola Abstrak: Merurut Fadila (2018), “ Bentuk abstrak merupakan bentuk yang tidak terikat pada bentuk apa pun tetapi tetap mempertimbangkan prinsip-prinsip desain” (p. 78).

Gambar II.7.1 Patchwork Geometris Sumber:thinkplaycreate.org

2. Shirring

Menurut (Smith, 2020), Shirring adalah nama yang diberikan untuk beberapa baris berkumpul. Ini adalah cara terbaik untuk memberikan kesempurnaan pada pakaian. Shirring umumnya memanfaatkan benang elastis, menurut Fadila (2018),” Benang elastik terbuat dari bahan nilon/katun yang dibungkus dengan latex. Benang ini bertekstur tebal dan sangat mulur. Benang elastik ini dipergunakan untuk jahitan kerutan-kerutan pada jahitan. Benang elastik diikalkan pada sekoci mesin saja” (p. 45).

(27)

Gambar II.7.2 Benang Elastik Sumber: Dokumentasi Pribadi

Gambar II.7.2 Shirring Sumber:Dokumentasi Pribadi 3. Sulam

Dalam buku Teknik Dasar Bordir level 1 oleh Direktorat Pembinaan Kursus dan Pelatihan 2016, menyebutkan bahwa “Istilah bordir sering juga disebut sulam atau seni menghias kain atau bahan pakaian dengan mempergunakan benang dan jarum” (p. 1).

Gambar II.7.3 Sulam Sumber:Dokumentasi Pribadi II.9 Unsur Rupa

Menurut Irawan dan Tamara (2013), unsur rupa terdiri dari garis, arah, bidang, ukuran, tekstur, khroma, nada, dan warna. Berikut merupakan penjelasan singkatnya:

(28)

1. Garis: Tersusun dari sambungan titik yang memiliki panjang, kedudukan, maupun arah. Garis dapat berjenis organis, geometris, batas, luaran, kontur, kaligrafi, ekspresif, lurus, lengkung, zigzag, dan bermacam-macam lainnya.

2. Arah: Arah dapat diterapkan untuk memunculkan kesan tertentu dalam seni, ragam arah terdiri dari komplementer, dan gelang-gelang.

3. Bidang: Kumpulan garis dengan susunan arah yang saling berpotongan sehingga membentuk pola. Bidang dapat terlihat dalam dua dimensi saja karena tidak mengadung unsur kedalaman.

4. Ukuran: Terbentuk karena adanya jarak anatara garis ataupun bidang. Panjang pendeknya suatu ukuran tergantung kepada jarak tersebut.

5. Tekstur: Untuk mendapatkan efek tekstur suatu material harus memiliki struktural timbul sehingga dapat diraba. Jenis tekstur antara lain ialah raba, lihat, hias, semerta, dan mekanis.

6. Khroma: Susunan warna yang dipengaruhi oleh instensitas warna lemah atau kuat, setiap khroma dapat menghasilkan efek gradasi.

7. Nada: Tersusun dari warna yang memiliki tingkatan tertentu memberikan efek yang berbeda-beda.

8. Warna: Kumpulan warna/ hue dapat memberikan efek tertentu pada pengelihatan panca indra, teori warna sangat beragam, menimbulkan makna yang tertentu seperti warna hangat dan dingin, dan sebagainya. (p. 10-30).

(29)

II.10 Prinsip Penataan Rupa

Menurut Irawan dan Tamara (2013), prinsip penataan rupa terdiri dari ulang, mirip, kontras, keutuhan, gerak, irama, ragam, proporsi, aksentuasi, dominan, dan keseimbangan.

Mengutip dari Suprihatiningsih (2020), “Tidak semua produk yang berbahan utama tekstil bisa disebut sebagai karya seni, sebab perwujudannya harus memenuhi prinsip-prinsip berikut:

1. Unity (kesatuan): suatu benda yang dikatakan memiliki nilai seni estetis, harus merupakan kesatuan dan perpaduan dari unsur-unsur pembentuknya secara baik dan sempurna.

2. Complexity (kerumitan): suatu benda yang memiliki nilai estetis pada dasarnya tidaklah sederhana, dalam pengertian mengandung unsur-unsur yang berpadu dengan kerumitan tertentu seperti saling bertentangan, berlawanan, dan saling menyeimbangkan.

3. Intensity (kesungguhan): suatu benda yang dikatakan yang memiliki nilai estetis bukanlah suatu benda yang kosong, melainkan memiliki kualitas yang menonjol dalam penampilannya. Nilai itu bisa bersifat lembut atau kasar, gembira atau duka, suram atau ceria yang ditampilkan secara sungguh-sungguh” (p. 9).

II. 11 Fashion

Menurut Suprihatiningsih (2021), “Fashion design/ desain busana adalah seni dari penerapan desain dan estetika atau keindahan alam untuk pakaian dan aksesoris.

Fashion desain dipengaruhi oleh lintang budaya dan sosial, dan telah bervariasi dari waktu ke waktu dan tempat” (p. 2). Menurut Fadila (2018), “Fashion, lebih difokuskan pada mode yang umumnya ditampilkan seperti istilah-istilah mode yang sedang

(30)

digemari masyarakat yaitu in fashion, mode yang dipamerkan atau diperagakan disebut fashion show, sedangkan pencipta mode dikatakan fashion designer, dan buku mode disebut fashion book” (p. 24).

Gambar II.11 Fashion Outfit

Sumber:Alessandro Lucioni/ Gorunway.com

II.12 Busana Kasual

Busana kasual secara bahasa memiliki makna busana santai dan sederhana, menurut Musdalifah (2020), “Busana kasual atau santai adalah busana yang dipakai pada waktu santai atau rekreasi”. Busana kasual memiliki ragam jenis seperti busana kasual khusus wanita, pria, anak, dan remaja. Items pada busana kasual terdiri dari jeans, kaos, katun, dan lain-lain.

(31)

Gambar II. 12 Busana Kasual Sumber: Ist/Net

Referensi

Dokumen terkait

Saya mengesahkan bahawa Jawatankuasa Pemeriksa telah berjumpa pada 15 Feb 2008 untuk menjalankan pemeriksaan akhir bagi Ong Swee Ling untuk menilai tesis Doktor Falsafah beliau

Dari sisi pemegang saham yaitu Robert Tantular, terdapat beberapa pelanggaran etika bisnis, yaitu memaksa manajer dan karyawan Bank Century untuk menjual produk reksadana dari

Berdasarkan analisis terhadap dua buku teks ini tentang kerajaan tarumanegara dapat disimpulkan bahwa buku teks Erlangga lebih bagus dibanding dengan Yudisthira,

Observasi awal dilakukan oleh peneliti sebelum penelitian ini dilaksanakan, Maksudnya untuk mendapatkan data-data awal yang ada di lapangan (tempat

Berdasarkan data-data diatas, dibuktikan bahwa Prototype aplikasi ticketing menggunakan Near Field Communication (NFC) berbasis android membantu pengguna dalam hal

Formulasi tablet ekstrak kulit buah delima dengan perbedaan konsentrasi amilum pregelatinasi yang digunakan sebagai pengikat pada FA (5%), FB (7,5%), FC (10%) dan FD (tanpa

Kualitas sumberdaya manusia yang semakin meningkat di Sulawesi Utara berdampak pada meningkatnya tenaga kerja terdidik.Tenaga kerja terdidik, sebagaimana dijelaskan di

Pada penelitian ini, pemerik- saan keberadaan gen PhGH pada yuwana ikan patin siam yang merupakan hasil persilangan antara induk betina ikan patin siam non-SG dengan induk jantan SG