• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis logam yang kebanyakan digunakan di dalam proses pengecoran adalah logam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Jenis logam yang kebanyakan digunakan di dalam proses pengecoran adalah logam"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

2.5

2.5 PengertiaPengertian Casting n Casting dan Metode Castingdan Metode Casting

Casting adalah proses pembuatan benda dari bahan logam atau alloy (logam Casting adalah proses pembuatan benda dari bahan logam atau alloy (logam campuran)dengan cara mencairkan logam tersebut kemudian menuangkannyaatau campuran)dengan cara mencairkan logam tersebut kemudian menuangkannyaatau mensentrifugasikannyake dalam ruangan (Mould Chamber) yang sudah dipersiapkan mensentrifugasikannyake dalam ruangan (Mould Chamber) yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Dalam hal ini logam dicairkan dengan cara pemanasan (peleburan) dan dengan sebelumnya. Dalam hal ini logam dicairkan dengan cara pemanasan (peleburan) dan dengan tekanan, logam cair tersebut didorong masuk ke dalam mould chamber. Maka terbentuklah tekanan, logam cair tersebut didorong masuk ke dalam mould chamber. Maka terbentuklah  benda

 benda dari dari logam logam yang yang berbentuk berbentuk sama sama dan dan sebangun sebangun dengan dengan model model malam malam sebelumnya sebelumnya ((

Harty dan Ogston, 1995).

Harty dan Ogston, 1995).

Pengertian Mould Chamber adalah suatu ruangan yang terdapat dalam bahan pendam Pengertian Mould Chamber adalah suatu ruangan yang terdapat dalam bahan pendam (Investment Materials) yang merupakan ruangan bekas model malam yang sudah dicairkan (Investment Materials) yang merupakan ruangan bekas model malam yang sudah dicairkan atau diuapkan keluar dari bahan pendam ( Harty dan Ogston, 1995).

atau diuapkan keluar dari bahan pendam ( Harty dan Ogston, 1995).

Pengecoran suatu proses

Pengecoran suatu proses manufaktur yang menggunakan logam manufaktur yang menggunakan logam cair cair dan cetakandan cetakan untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi.

untuk menghasilkan parts dengan bentuk yang mendekati bentuk geometri akhir produk jadi.

Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga sesuai Logam cair akan dituangkan atau ditekan ke dalam cetakan yang memiliki rongga sesuai dengan bentuk yang diinginkan ( Harty dan Ogston, 1995).

dengan bentuk yang diinginkan ( Harty dan Ogston, 1995).

Menurut Harty dan Ogston (1995) proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua Menurut Harty dan Ogston (1995) proses pengecoran sendiri dibedakan menjadi dua macam, yaitu traditional casting dan non-traditional/contemporary casting.

macam, yaitu traditional casting dan non-traditional/contemporary casting.

A. Teknik traditional terdiri atas : A. Teknik traditional terdiri atas : 1. Sand-Mold Casting

1. Sand-Mold Casting 2. Dry-Sand Casting 2. Dry-Sand Casting 3. Shell-Mold Casting 3. Shell-Mold Casting 4. Full-Mold Casting 4. Full-Mold Casting 5. Cement-Mold Casting 5. Cement-Mold Casting 6. Vacuum-Mold Casting 6. Vacuum-Mold Casting

B. Teknik non-traditional terbagi atas : B. Teknik non-traditional terbagi atas :

(2)

1. High-Pressure Die Casting 2. Permanent-Mold Casting 3. Centrifugal Casting 4. Plaster-Mold Casting 5. Investment Casting 6. Solid-Ceramic Casting

Jenis logam yang kebanyakan digunakan di dalam proses pengecoran adalah logam  besi bersama-sama dengan aluminium, kuningan, perak, dan beberapa non logam lainnya

(Annusavice dan Kenneth, 2003).

2.6 Peralatan dan Bahan Casting 2.6.1 Alat Casting

a. Oven

b. Alat tuang sentrifugal dan crucible casting c. Bumbung Tuang

d. Penjempit bumbung tuang e. Pinset

f. Pisau model g. Blow Torch 2.6.2 Bahan:

Logam

2.7 Prosedur Casting

Begitu bahan tanam mengeras setelah angka waktu tertentu- sekitar 1 jam untuk sebagian besar bahan gipsum dan fosfor –  pembakaran siap dilakukan. Prosedur untuk kedua

(3)

 jenis bahan tanam ini hampir sama, jadi pembahasan berikut akan dipusatkan pada bahan tanam gipsum. Crucible dan sorue logam dilepaskan dengan hati-hati. Semua kotoran pada lubang masuk dibersihkan dengan sikat bulu unta. Jika pembakaran tidak langsung dilakukan setelah penanaman, cincin berisi bahan tanam ini harus ditempatkan di dalam humidor dengan kelamban 180%. Jika mungkin, bahan tanam ini tidak boleh dibiarkan mengering.

Pembasahan kembali dari bahan tanam yang sudah mengeras setelah disimpan dalam jangka waktu tertentu tidak akan bisa menggantikan semua air yang sudah hilang (Anusavice, 2003).

a. Preheating dan Wax Elimination

Preheating merupakan proses pemanasan permukaan sebelum dilakukan pengecoran.

Casting ring yang berisi bahan tanam ditempatkan pada tungku dengan temperatur kamar dan dipanaskan sampai temperatur maksimal yang sudah ditentukan. Untuk bahan tanam gipsum, temperaturnya adalah 465oC untuk teknik higroskopik atau 650oC untuk teknik ekspansi termal. Untuk bahan tanam fosfat, temperatur pengerasan maksimalnya berkisar 700-870oC, tergantung pada jenis logam campur yang dipilih. Pada saat investment, kemungkinan ada air yang terjebak di antara porus investment. Bila air tidak dihilangkan, maka kemampuan investment untuk mengabsorpsi wax menjadi berkurang. Akhirnya sisa wax akan menguap menuju ke mould. Pemanasan yang tiba-tiba juga akan menyebabkan cracking atau keretakan. Oleh karenanya, pemanasan awal permukaan diperlukan untuk menghindari hal tersebut. Selama pembakaran, sejumlah malam yang mencair akan diserap oleh bahan tanam dan sisa karbin akibat pembakaran malam cair menjadi terperangkap di dalam bahan tanam yang berpori-pori (Anusavice, 2003).

 b. Teknik higroskopik panas rendah.

(4)

Teknik ini mendapatkan kompensasi ekspansi melalui tiga cara (1) air rendam  bertemperatur 37 C akan membuat model malam berekspansi; (2) air hangat yang masuk  bahan tanam mold dari atas akan menambah ekspansi higroskopik, dan (3) ekspansi termal  pada temperatur 500C akan mengahasilkan ekspansi termal yang dibutuhkan. Teknik panas rendah ini mempunyai kelebihan yaitu kurangnya perubahan bentuk mold, permukaan yang lebih dingin untuk mendapatkan permukaan cor yang lebih halus, dan kemudahan menempatkan mold langsung di dalam tungku 500C. Kelebihan terakhir ini memungkinkan satu atau beberapa tungku tetap berada pada temperatur pembakaran sehingga mold dapat langsung dimasukkan bila sudah siap. Ini terutama berguna di laboratorium besar di mana mold siap pada waktu yang berbeda-beda. Namun waktu pembakaran yang memadai tetap  perlu diperhatikan karena malam akan beroksidasi lebih lambat pada temperatur yang rendah.

Mold harus tinggal paling sedikit selama 60 menit di dalam tungku, dan dapat dibiarkan sampai 5 jam atau lebih, tanpa menjadi rusak. Karena mold yang ditempatkan di dalam tungku secara bertahap akan menurunkan temperature (Anusavice, 2003).

Tungku, diperlukan waktu tambahan untuk menjamin penghilangan malam yang sempurna. Meskipun biasanya mold dibiarkan pada temperatur ini selama 60-90 menit, masih ada sisa karbon halus dalam jumlah cukup untuk mengurangi pengaliran udara di dalam mold. Karena kemungkinan terjadinya penurunan aliran udara inilah, maka porositas akibat tekanan balik merupakan bahaya yang lebih besar pada teknik panas-rendah dibandingkan teknik panas- tinggi, akrena bahan tanam yang digunakan pada teknik panas- rendah adalah  bahan yang lebih padat (Anusavice, 2003).

Oven tungku tertentu bisa begitu kedap udara sehingga pembakaran terjadi di dalam atmosfir yang berkurang, sehingga dapat mencegah oksidasi sempurna dari sisa malam.

Sedikit membuka pintu tungku akan memungkinkan masuknya udara sehingga menyediakan

(5)

cukup oksigen untuk pembuangan malam. Ini terutama penting untuk teknik ekspansi hidroskopik dimana digunakan temperatur pembakaran yang lebih rendah (Anusavice, 2003).

Teknik hidroskopik standar telah dikembangkan untuk logam campur yang tinggi kandungan emasnya; jadi, dibutuhkan ekspansi yang sedikit lebih besar jika digunakan logam campur logam mulia yang lebih baru. Ekspansi tambahan ini bisa didapatkan dengan melakukan satu atau beberapa perubahan berikut ini:

1. Meningkatkan temperatur air rendah sampai 40C 2. Menggunakan dua lapis pelapik cincin cor

3. Meningkatkan temperatur pembakaran sampai 600-650 C

c. Teknik ekspansi termal dengan panas tinggi.

Pendekatan ini hampir seluruhnya tergantung pada pembakaran panas tinggi untuk mendapatkan ekspansi yang dibutuhakan, sekaligus pada saat yang sama menghilangkan model malam. Ekspansi tambahan diperoleh dengan sedikit memanaskan bahan tanam gipsum pada saat mengeras, jadi dengan demikian mengembangkan model malam, dan air akan memasuki bahan tanam dari pelapik cincin yang basah sehingga menambah sejumlah kecil ekspansi higroskopik pada ekspansi pengerasan yang normal (Anusavice, 2003).

Bahan tanam gipsum. Bahan tanam untuk pengecoran relatif rapuh dan membutuhkan  penggunaan cincin logam untuk melindunginya selama pemanasan. Mold  biasanyaditempatkan dalam tungku pada temperatur kamar kemudian dipanaskan perlahan- lehan sampai 650-700 C dalam waktu 60 menit dan ditahan selama 15 sampai 30 menit pada temperatur teratas (Anusavice, 2003).

Kecepatan pemanasan berpengaruh pada kehalusan dan pada beberapa kasus, pada ukuran keseluruhan. Pada awalnya, pemanasan yang cepat akan menghasilkan uap yang dapat menyebabkan pengelupasan dari dinding-dinding mold. Terlalu banyak model malam

(6)

dalam satu bidang di dalam bahan tanam sering menyebabkan pemisahan dari seluruh bahan tanam ini, karena malam yang mengembang menciptakan tekanan yang sangat besar pada daerah yang luas (Anusavice, 2003).

Setelah temperatur cor dicapai, pengecoran harus segera dilakukan. Memperhatikan temperatur yang tinggi untuk jangka waktu lama akan mengakibatkan kontaminasi sulfur  pada hasil cor dan menjadi kasarnya permukaan cor akibat rusaknya bahan tanam

(Anusavice, 2003).

Jarak waktu tuang yang diperbolehkan. Ketika mendingin, bahan tanam akan mengalami kontraksi termal. Jika digunakan teknik ekspansi termal atau teknik panas-tinggi,  bahan tanam akan kehilangan panasnya setelah cincin yang dipanaskan dikeluarkan dari tungku, dan mold akan pengerutan. Karena adanya pelapik dan sifat penghantar panas yang rendah dari bahan tanam, ada sedikit waktu luang sebelum temperatur mold terpengaruh.

Pada kondisi pengencoran normal, ada kira-kira 1 menit sebelum terjadinya perubahan dimensi pada mold.

d. Melting dan Casting

1. Ada beberapa tipe mesin casting yang dapat dipergunakan untuk dua proses ini

2. Tipe pertama, alloy dilelehkan langsung pada crucible dan diikuti aplikasi tekanan udara untuk memasukkan lelehan logam menuju mold (air pressure casting machine) 3. Tipe kedua, alloy dilelehkan pada crucible dan lelehan masuk ke mold karena gaya

sentrifugal(centrifugal casting machine)

4. Tipe ketiga, alloy dilelehkan secara elektronis dengan mesin furnace, kemudian masuk ke mold dengan gaya sentrifugal oleh motor penggerak ataupun koil/spring (spring wound electrical resistance melting furnace casting machine)

(7)

5. Tipe keempat, alloy dilelehkan secara elektronis tetapi proses cor dilakukan dengan  bantuan tekanan udara vakum (induction melting casting machin).

2.7 Proses Casting

1. Alat tuang sentrifugal disiapkan dengan cara memutar 3 kali alat tersebut dengan menaikkan kenop  pemutar

2. Cawan tuang ( crucible casting) panas diletakkan pada alat tuang sentrifugal, kemudian logam dituangkan

3. Keluarkan bumbung tuang dari oven., kemudian letakkan pada alat sentrifugal 4. Logam dipanaskan dengan api Torch sampai cair,

5. Setelah logam masuk ke dalam bumbung tuang , putaran alat diperlambat dengan menekan  porusnya sampai alat tuanag berhenti berputar

6. Bumbung tuang di ambil dan didiamkan sebentar

7. Setelah dingin hasil tuang dikeluakan dari dalam bumbung tuang dan dibersihkan dari bahan tanam didawah air mengalir

Gambar 12. Proses Casting 2.8 Faktor Kegagalan Proses casting

Dalam proses pembuatannya, restorasi rigid dengan menggunakan logam mempunyai tahapan-tahapan,salah satunya pembuatan casting / penanaman pola. Casting adalah proses dimana wax pattern dari restorasi dikonversi untuk mereplikasikan dental alloy. Proses

(8)

casting digunakan untuk membuat restorasi gigi seperti inlay, onlay, mahkota jaket, jembatan dan removable partial denture. (Craig, 2002, pg 516).

Kegagalan proses casting mungkin terjadi dan kegagalan proses casting dapat dikelompokkan menjadi 4 macam :

1. Distorsi

Hasil casting dapat disebabkan karena terjadinya distorsi pola malam. Konfigurasi, tipe, dan ketebalan pola malam berpengaruh terhadap terjadi atau tidaknya distorsi. Pola malam yang terlalu tipis memiliki kemungkinan distorsi yang lebih tinggi. Distorsi pada proses penuangan logam terjadi saat manipulasi malam inlay, sehingga pencegahan terjadinya distorsi tergantung pada proses manipulasi malam inlay. Distorsi terjadi akibat stress release, yaitu tekanan yang sangat besar pada material akibat malam di cetak tanpa pemanasan yang cukup hingga diatas suhu transisi solid-solid. Distorsi dapat terjadi sewaktu membentuk dan melepas model malam dari mulut atau die. Keadaan ini terjadi karena perubahan suhu dan  pelepasan stress yang muncul sewaktu terjadinya kontraksi saat pendinginan, udara yang

terjebak serta temperatur selama penyimpanan.Metode paling praktis untuk menghindari distorsi adalah menanam model sesegera mungkin setelah dikeluarkan dari mulut atau die.

Die dan model malam dipasang pada saluran tertutup yang mempunyai piston dan mengandung air, dengan temperatur 380  (1000F). Bila piston ditekan, tekanan hidrostatik akan teraplikasikan secara merata pada model yang sudah selesai dibuat. (Craig.

2002.pg.438)

2. Surface roughness, iregulasi, dan diskolorasi

Hal ini mungkin terjadi karena adanya sisa gelembung udara selama proses casting,  pemanasan yang terlalu cepat, pemanasan yang kurang menyebabkan tersisanya wax, W/P rasio material investment yang tidak tepat, prologed heating yang menyebabkan disintegrasi material investment, tekanan dan temperatur casting yang tidak tepat, adanya benda asing

(9)

yang masuk ke dalam mold, impak pelelehan logam, posisi pola malam, dan terjadinya inklusi karbon.

Permukaan hasil cor seharusnya meruakan reproduksi yang akurat dai permukaan model malam asalnya.Kasarny atau tidak beraturannya ermukaan luar dari tuangan memerlukan tindakan penyelesaian dan pemolesantambahan, sedangkan ketidak-teraturan pada permukaan dalam dari tuangan akan mengganggu duduknyatuangan pada gigi.Kekasaran permukaan dirumuskan sebagai ketidak-sempurnaan permukaan dominan dari seluruh permukaan.

Kekasaran permukaan dari tuangan gigi akan lebih besar daripada model malamnya. Ketidak- teraturan permukaan mengacu pada ketidak-sempurnaan yang terisolasi, misalnya suatu  bulatan kecil, yang bukan menjadi area karakteristik dari seluruh area permukaan.

Perbedaaan ini mungkin berkaitan denganukuran partikel dari bahan tanam dan kemampuannya untuk memproduksi model malam dalam rincianmikroskopik.Dengan teknik  pengerjaan yang benar, bertambahnya kekasaran permukaan pada tuangan seharusnyatidak menjadi faktor utama di dalam keakuratan dimensi. Tetapi, teknik yang tidak benar dapat menjurus kekasaran permukaan yang sangat menjol serta ketidak-teratura n permukaan.

3. Porositas

Porositas yang terjadi dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain terjadinya  pengkerutan saat solidifikasim porositas oleh beberapa macam gas atau gelembung udara,

dan terjabaknya air dalam mold.

Incomplete casting.  Efek gelembung (bubbling ) pada casting muncul sebagai tombak dari kelebihan bahan yang melekat pada permukaan casting. Ini mencerminkan adanya  permukaan yang porositas dalam penanaman model, masalahyang mungkin bisa diatasi oleh vacuum investing. Bubbling pada casting muncul sebagai bulatan-bulatan banyak yang menempel pada permukaan dari casting. Ini mencerminkan adanya porositas pada saat investment(penanaman model). Suatu masalah dimana dapat terisi alloy cair pada investment

(10)

yang kosong tadi (Mc.cabe,2008,pg.82).Porositas dapat terjadi pada permukaan dalam maupun luar dari hasil casting.

Porositas di permukaan luar adalah suatu faktor dari kekasaran permukaan, tetapi umumnya juga merupakan manifestasi dari porositas bagian dalam. Porositas internal tidak saja memperlemah tuangan tetapi juga meluas ke permukaan, danmenyebabkan perubahan warna. Jika parah, dapat menyebabkan kebocoran pada pertemuan gigi denganrestorasi dan karies sekunder. Meskipun porositas di dalam tuangan tidak dapat dihindari sepenuhnya, tetapidapat dikurangi dengan penggunaan teknik yang benar. (Annusavice, 2003.

Pg342).Porositas bisa terlihat sebagai pemukaan lubang pada casting.

Bagian pecah pada investment atau partikel kotor dimana bisa menjatuhkan sprue, mungkin menjadi perlekatan di dalam casting dan menghasilkan lubang pada permukaan.

Untuk alasan ini, semua mould pada casting dapat diatasi dengan sprue yang lebih ke bawah.

(Mc.cabe, 2008,pg.82).

Pada proses pengerasan dibagi menjadi dua, yaitu localized shrinkage porosity  Dan microporosity. Porositas karena gas yang terjebak dibagi menjadi :

 pinhole porosity

cas inclusions

subsurface porosity

Entrapped air porosity. (Annusavice, 2003,pg.342).

Localized shrinkage porosity terjadi pada persimpangan saat pemasangan sprue dan mungkin terjadi dimana saja diantara dendrite, dimana itu merupakan bagian terakhir dari casting pada titik lebur logam yang rendah yang dapat memperkuat percabangan dari dendrite. (Annusavice,2003,pg 343).

Microporosity juga terjadi akibat dari penyusutan pada saat pengerasan tetapi umumnya hadir dalamcasting fine-grain saat proses pengecoran ini terlalu cepat. Fenomena

Gambar

Gambar 12. Proses Casting 2.8  Faktor Kegagalan Proses casting

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Untuk mengetahui karakteristik petani kelapa sawit; (2) Untuk mengetahui serapan tenaga kerja perkebunan rakyat kelapa sawit;

ciri-ciri ciri-ciri ciri-ciri ciri-ciri terbagi atas tahap-tahap ciri-ciri ciri-ciri ciri-ciri.. Masih ingatkah kamu pembahasan tentang pertumbuhan dan perkembangan hewan pada

Aplikasi ini diharapkan sebagai solusi alternatif yang membantu siswa, dalam memonitor kemampuannya terutama bagi mereka yang akan menghadapi persiapan ujian masuk perguruan

Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk (1) membangun masyarakat petani peternak yang mandiri energi; (2) meningkatkan pengetahuan warga

Kemampuan penyediaan informasi dari data warehouse untuk melakukan analisa terhadap kegiatan anggota Garuda Frequent Flyer, baik dari enrollment, proses

sekolah enak, tapi kalau di rumah itu kan ikut orang, jadine itu harus jaga perilaku nggak kayak rumah sendiri, nggak nyamannya gitu.. kalau makan ya pesen,

[r]

pengrusakan tanaman dan sarana yang terjadi di Taman Tegallega. Melakukan penertiban terhadap oknum-oknum yang