• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP Pahami Iklim untuk Kehidupan STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KATA PENGANTAR. Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP Pahami Iklim untuk Kehidupan STASIUN KLIMATOLOGI SEMARANG"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

KATA PENGANTAR

Stasiun Klimatologi Semarang setiap tahun menerbitkan buku Prakiraan Musim Hujan dan Prakiraan Musim Kemarau daerah Propinsi Jawa Tengah.

Buku Prakiraan Musim Hujan diterbitkan setiap bulan September dan Prakiraan Musim Kemarau setiap bulan Maret.

Buletin Prakiraan Musim Kemarau 2020 ini memuat informasi Prakiraan Awal Musim Kemarau 2020, Perbandingan antara Prakiraan Awal Musim Kemarau 2020 terhadap Rata – Rata atau Normalnya selama 30 tahun (1981 – 2010), Prakiraan Sifat Hujan selama periode Musim Kemarau 2020 dan Prakiraan Puncak Musim Kemarau 2020. Selain itu juga memuat informasi Analisa Awal Musim Hujan 2019/2020 dan Analisa Perbadingan Awal Musim Hujan 2019/2020 terhadap rata-ratanya.

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data serta memperhatikan perkembangan kondisi fisis dan dinamika atmosfer regional maupun global yang sedang berlangsung serta kecenderungannya yang dapat mempengaruhi kondisi iklim di Jawa Tengah, Awal Musim Kemarau 2020 di wilayah Jawa Tengah umumnya diprakirakan terjadi pada bulan Mei 2020. Awal Musim Kemarau paling awal terjadi pada bulan April Dasarian III (Sebagian Kab.

Demak, Jepara, Pati, Kudus, Karanganyar dan Wonogiri, sebagian wilayah selatan Purworejo; sebagian kecil Grobogan dan tenggara Kebumen). Sedangkan yang paling akhir pada bulan Juni Dasarian I (sebagian wilayah Kab. Semarang, Cilacap, Banjarnegara dan Wonosobo; Kab. Purbalingga, Kebumen dan Kota Salatiga bagian utara;

wilayah tenggara Brebes; sebagian kecil Banyumas, Temanggung dan Purworejo). Puncak Musim Kemarau 2020 umumnya diprakirakan terjadi pada bulan Agustus 2020. Awal Musim Kemarau 2020 umumnya diprakirakan sama dan Mundur (lebih lambat) satu dasarian (10 hari) dari normalnya. Untuk Sifat Hujannya umumnya diprakirakan Normal (N).

Guna memenuhi kebutuhan Informasi iklim pada daerah Kabupaten/Kota, maka buku ini disusun berdasarkan wilayah administratif, untuk mempermudah pemahaman bagi pengguna jasa, informasi ini kami sajikan dalam bentuk uraian, tabel dan peta serta dilengkapi dengan pengertian istilah-istilah yang digunakan.

Untuk penyempurnaan isi buku ini, kami sangat mengharapkan adanya kritik dan saran dari pengguna jasa.

Semarang, 20 Maret 2020 KEPALA STASIUN

Ir. TUBAN WIYOSO, MSi NIP. 196306281989031001

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR LAMPIRAN ... iii

I. PENGERTIAN ... 1

A. AWAL MUSIM ... 1

B. SIFAT HUJAN ... 1

D. DASARIAN :... 2

E. ZOM DAN NON ZOM ... 2

II. UMUM ... 2

A. KONDISI DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUT ... 4

III. ANALISA MUSIM HUJAN 2019/2020 DI JAWA TENGAH ... 7

A. ANALISA AWAL MUSIM HUJAN 2019/2020 ... 7

B. PERBANDINGAN ANALISA AWAL MUSIM HUJAN 2019/2020 TERHADAP RATA-RATANYA. ... 7

IV. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2020 DI JAWA TENGAH ... 8

A. PRAKIRAAN AWAL MUSIM KEMARAU 2020 ... 8

B. PRAKIRAAN SIFAT HUJAN SELAMA MUSIM KEMARAU 2020 ... 8

C. PERBANDINGAN PRAKIRAAN AWAL MUSIM KEMARAU 2020 TERHADAP RATA-RATANYA ... 10

D. PRAKIRAAN PUNCAK MUSIM KEMARAU 2020 ... 10

(4)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2

LAMPIRAN 3

LAMPIRAN 4

LAMPIRAN 5

LAMPIRAN 6

LAMPIRAN 7

LAMPIRAN 8

LAMPIRAN 9 :

:

:

:

:

:

:

:

:

TABEL1. ANALISA MUSIM HUJAN 2019/2020 DI JAWA TENGAH

TABEL 2. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2020 DI JAWA TENGAH

PETA ANALISA AWAL MUSIM HUJAN 2019/2020 DI JAWA TENGAH

PETA ANALISA PERBANDINGAN AWAL MUSIM HUJAN 2019/2020 TERHADAP RATA - RATANYA DI JAWA TENGAH

PETA PRAKIRAAN AWAL MUSIM KEMARAU 2020 DI JAWA TENGAH

PETA PRAKIRAAN SIFAT HUJAN MUSIM KEMARAU 2020 DI JAWA TENGAH

PETA PERBANDINGAN PRAKIRAAN AWAL MUSIM KEMARAU 2020 TERHADAP RATA-RATANYA DI JAWA TENGAH

PETA PRAKIRAAN PANJANG MUSIM KEMARAU 2020 DI JAWA TENGAH

PETA PRAKIRAAN PUNCAK MUSIM KEMARAU 2020 DI JAWA TENGAH

(5)

I. PENGERTIAN A. AWAL MUSIM

1. Awal Musim hujan

ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) sama atau lebih dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian berikutnya. Permulaan musim hujan, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).

2. Awal Musim kemarau

ditetapkan berdasar jumlah curah hujan dalam satu dasarian (10 hari) kurang dari 50 milimeter dan diikuti oleh 2 (dua) dasarian berikutnya.

Permulaan musim kemarau, bisa terjadi lebih awal (maju), sama, atau lebih lambat (mundur) dari normalnya (rata-rata 1981-2010).

B. SIFAT HUJAN

Sifat Hujan : merupakan perbandingan antara jumlah curah hujan selama rentang waktu yang ditetapkan (satu periode musim hujan atau satu periode musim kemarau) dengan jumlah curah hujan normalnya (rata-rata selama 30 tahun periode 1981-2010).

Sifat hujan dibagi menjadi 3 (tiga) katagori, yaitu :

1. Atas Normal (AN) : Jika nilai curah lebih dari 115% terhadap rata- ratanya.

2. Normal (N) : Jika nilai curah hujan antara 85%-115%

terhadap rata-ratanya.

3. Bawah Normal (BN) : Jika nilai curah hujan kurang dari 85% terhadap rata-ratanya.

C. PUNCAK MUSIM

1. Puncak Musim Hujan : merupakan periode dimana terdapat jumlah curah hujan tertinggi selama 3 (tiga) dasarian berturut-turut. Jika 3 (tiga) dasarian tersebut berada pada bulan yang berbeda, bulan yang dinyatakan sebagai puncak musim hujan adalah dimana 2 (dua) dasarian tersebut berada.

2. Puncak Musim Kemarau : merupakan periode dimana terdapat jumlah curah hujan terendah selama 3 (tiga) dasarian berturut-turut. Jika 3 (tiga) dasarian tersebut berada pada bulan yang berbeda, bulan yang dinyatakan sebagai puncak musim kemarau adalah dimana 2 (dua) dasarian tersebut berada. Jika terdapat minimal 3 (tiga) dasarian bernilai 0 mm, maka bulan yang dinyatakan sebagai puncak musim kemarau diambil di tengah periode tersebut

(6)

D. DASARIAN :

Dasarian adalah rentang waktu selama 10 (sepuluh) hari, dalam satu dasarian dibagi menjadi 3 (tiga) dasarian, yaitu:

Dasarian I : Tanggal 1 - 10 Dasarian II : Tanggal 11 - 20

Dasarian III : Tanggal 21 - akhir bulan.

Contoh :

Awal Musim Hujan : APR III = Tanggal 21 – 30 April : JUN I = Tanggal 1 – 10 Juni

E. ZOM DAN NON ZOM

Zona Musim (ZOM) adalah adalah daerah yang pola hujan rata-ratanya memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan (umumnya pola Monsun).

Non ZOM adalah Daerah-daerah yang pola hujan rata-ratanya tidak memiliki perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan F. CURAH HUJAN

Curah hujan (mm) : merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu) millimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada tempat yang datar tertampung air setinggi satu millimeter atau tertampung air sebanyak satu liter.

Curah hujan kumulatif (mm): merupakan jumlah hujan yang terkumpul dalam rentang waktu kumulatif tersebut. Dalam periode musim, rentang waktunya adalah rata-rata panjang musim pada masing-masing Zona Musim.

II. UMUM

Secara umum kondisi musim di Indonesia dipengaruhi oleh fenomena iklim global seperti El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD) dan fenomena iklim regional seperti sirkulasi monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan serta ditentukan pula oleh kondisi dinamika atmosfer dan perkembangan suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia.

(7)

Fenomena yang Mempengaruhi Iklim / Musim di Indonesia 1. El Nino Southern Oscillation (ENSO)

El Nino Southern Oscillation (ENSO) merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai dengan adanya anomali suhu permukaan laut di wilayah Ekuator Pasifik Tengah dimana jika anomali suhu permukaan laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata- ratanya) maka disebut El Nino, namun jika anomali suhu permukaan laut Negatif disebut La Nina. Dampak El Nino sangat tergantung dengan kondisi perairan wilayah Indonesia. El Nino berpengaruh terhadap pengurangan curah hujan secara drastis, bila bersamaan dengan kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan hangat, El Nino tidak signikan mempengaruhi kurangnya curah hujan di Indonesia. Sedangkan La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat apabila disertai dengan menghangatnya suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh El Nino / La nina.

2. Indian Ocean Dipole (IOD)

Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut–atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Indeks (DMI).

Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, sedangkan nilai DMI negatif, berdampak terhadap meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.

3. Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia berubah secara musiman, yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/ tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.

(8)

4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ)

ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa. Wilayah Indonesia yang berada di sekitar khatulistiwa, maka pada daerah-daerah yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan.

5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Perairan Indonesia

Kondisi suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia. Jika suhu permukaan laut dingin potensi kandungan uap air di atmosfer sedikit, sebaliknya panasnya suhu permukaan laut berpotensi menimbulkan banyaknya uap air di atmosfer A. KONDISI DINAMIKA ATMOSFER DAN LAUT

Dinamika atmosfer dan laut dipantau dan diprakirakan berdasarkan aktivitas fenomena alam, meliputi : El Nino Southern Oscillation (ENSO), Indian Ocean Dipole (IOD), Sirkulasi Monsun Asia-Australia, Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ), dan Suhu Permukaan Laut Indonesia.

Monitoring dan prakiraan kondisi dinamika atmosfer dan laut yang akan terjadi pada Musim Kemarau 2020, adalah :

1. Monitoring dan Prakiraan Fenomena ENSO dan IOD a. El Nino Southern Oscillation (ENSO)

Pada bulan Februari 2020, kondisi suhu permukaan laut di Ekuator Pasifik Tengah (region Nino3.4) berada pada kondisi Normal dengan indeksnya bernilai +0.26, yang mengindikasikan status ENSO Netral. Secara umum berdasarkan model-model prediksi ENSO dari BMKG dan juga institusi lain (https://iri.columbia.edu) baik model dinamis maupun statistik menunjukkan bahwa ENSO diprediksi tetap Netral pada periode FMA (Februari-Maret- April 2020) hingga periode JAS (Juli-Agustus-September 2020). Analisis data historis menunjukkan bahwa pada saat ENSO Netral maka musim kemarau akan mendekati kondisi normalnya.

Indeks Osilasi Selatan (SOI) sejak Desember 2019 sampai dengan Februari 2020 umumnya bervariasi positif dan negatif namun masih dalam kisaran normalnya. Kondisi demikian memberikan indikasi bahwa tidak terdapat anomali sirkulasi angin pasat yang mempengaruhi iklim di wilayah Indonesia.

(9)

b. Indian Ocean Dipole (IOD)

Pemantauan kondisi IOD pada bulan Februari 2020 menunjukan fenomena Dipole Mode dalam kondisi Netral dengan nilai Dipole Mode Index (DMI) sebesar -0.17. Secara umum menurut BMKG dan juga beberapa institusi meteorologi internasional seperti NASA, BOM (Australia), JAMSTEC (Jepang), dan model NMME (North American Multi Model Ensemble), kondisi IOD diprediksi akan tetap netral pada periode Maret hingga Mei 2020 dengan potensi menuju kondisi IOD positif pada pertengahan tahun 2020.

Hal ini mengindikasikan bahwa pada Musim Kemarau 2020, kemungkinan besar tidak terjadi anomali perpindahan uap air antara wilayah Indonesia dengan Samudera Hindia

2. Monitoring dan Prakiraan Fenomena Sirkulasi Monsun Asia- Australia dan ITCZ

a. Sirkulasi / monsum Asia-Australia

Hingga akhir Februari 2020 sirkulasi monsun di Indonesia umumnya memiliki pola yang mirip dengan normalnya. Sirkulasi angin pada lapisan 850mb menunjukkan bahwa aliran angin monsun Asia masih mendominasi seluruh wilayah Indonesia.

Prediksi nilai indeks monsun Asia menunjukkan bahwa aliran monsun asia akan tetap aktif hingga April 2020 dengan intensitas relatif sama dengan klimatologisnya. Sedangkan monsun Australia diprakirakan akan mulai aktif pada akhir Maret 2020 dengan intensitas yang sedikit lebih kuat dibanding klimatologisnya.

b. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis ( Inter Tropical Convergence Zone / ITCZ )

Posisi ITCZ pada akhir Februari 2020 masih berada di selatan ekuator dan akan bergerak ke arah utara menuju garis ekuator mengikuti pergerakan tahunannya. Sepanjang Maret-September 2020, ITCZ diprediksi berada pada posisi sesuai dengan normalnya.

3. Monitoring dan Prakiraan Suhu permukaan Laut Indonesia

Pada Bulan Februari 2020, kondisi suhu permukaan laut di perairan Indonesia, pada umumnya berada pada kondisi hangat dengan anomali suhu berkisar –0.25°C s/d +2°C. Daerah dengan suhu permukaan laut relatif lebih hangat berada di perairan sebelah barat Sumatera, perairan selatan Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara, perairan sekitar Sulawesi Tenggara, Maluku hingga Papua yang anomali suhu permukaan lautnya mencapai +2°C.

(10)

Suhu permukaan laut di Indonesia menjelang dan selama Musim Kemarau 2020 diprakirakan sebagai berikut :

1) Pada bulan Maret - Juni 2020, suhu permukaan laut di hampir seluruh wilayah perairan Indonesia diprakirakan dalam keadaan normal, kecuali perairan sebelah barat daya Sumatera yang diprakirakan akan cenderung lebih hangat dengan anomali suhu permukaan laut mencapai +1 °C.

2) Pada bulan Juli - Agustus 2020, sebagian besar wilayah perairan Indonesia bagian timur akan mengalami suhu permukaan laut yang lebih hangat dengan anomali suhu permukaan laut hingga +1°C. Sementara itu, suhu permukaan laut di wilayah perairan Indonesia bagian barat diprakirakan akan berada dalam keadaan normal.

B. RINGKASAN PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2020 DI JAWA TENGAH a. Awal Musim Kemarau 2020 di wilayah Jawa Tengah diprakirakan terjadi

paling awal pada bulan April Dasarian III dan paling akhir pada bulan Juni Dasarian I, yaitu sekitar 8 ZOM (14.8%) pada bulan April 2020, 38 ZOM (70.4%) pada bulan Mei 2020 dan 8 ZOM (14.8%) pada bulan Juni 2020.

b. Sifat hujan Musim Kemarau 2020 di Jawa Tengah diprakirakan sekitar 17 ZOM (31,5%) wilayah di Jawa Tengah Bawah Normal (BN), 35 ZOM (64.8%) Normal (N) dan 2 ZOM (3.7%) Atas Normal (AN).

c. Bila dibandingkan terhadap rata-ratanya, di wilayah di Jawa Tengah yang awal musim Kemarau lebih awal (Maju) dari rata-ratanya 13 ZOM (24.0%) , 20 ZOM (37.1%) lebih lambat dari rata-ratanya (Mundur) dan 21 ZOM (38.9%) sama dengan rata-ratanya.

d. Puncak Musim Kemarau 2020 di wilayah Jawa Tengah diprakirakan terjadi pada bulan Juli sebanyak 1 ZOM (1.9%); Agustus 50 ZOM (92.6%) dan September 3 ZOM ( 5.5%).

(11)

III. ANALISA MUSIM HUJAN 2019/2020 DI JAWA TENGAH A. ANALISA AWAL MUSIM HUJAN 2019/2020

1. Awal Musim Hujan terjadi pada bulan Oktober 2019 meliputi:

Sebagian wilayah tenggara Kab. Banyumas; sebagian kecil wilayah Kab.

Banjarnegara, Kebumen dan Cilacap. (Luasan Zona Musim + 1.9% )

2. Awal Musim Hujan terjadi pada bulan November 2019 meliputi :

Kab. Purbalingga, Banjarnegara dan Wonosobo; sebagian besar wilayah Kab. Banyumas dan Magelang; sebagian wilayah Kab. Brebes, Grobogan, Rembang, Blora, Sragen, Boyolali, Temanggung Kebumen dan Cilacap;

Kab. Tegal Pemalang, Pekalongan, Batang dan Kendal bag. Selatan;

wilayah barat daya Kota Semarang; sebagian kecil wilayah Kab. Pati, Purworejo dan Wonogiri.

(Luasan Zona Musim + 31.4% )

3. Awal Musim Hujan terjadi pada bulan Desember 2019 meliputi :

Kota Tegal, Pekalongan, Salatiga, Kartasuro dan Magelang; Kab. Demak, Jepara, Kudus, Karanganyar, Sukoharjo dan Klaten; sebagian besar wilayah Kab. Batang, Pati, Boyolali, Semarang, Cilacap, Purworejo dan Wonogiri; sebagian wilayah Kab. Tegal, Pemalang, Pekalongan, Kendal, Kota Semarang, Remabng, Blora, Sragen, Temanggung, Magelang dan Kebumen; Kab. Brebes bagian utara.

(Luasan Zona Musim + 66.7% )

B. PERBANDINGAN ANALISA AWAL MUSIM HUJAN 2019/2020 TERHADAP RATA-RATANYA.

1. Daerah - daerah yang lebih Awal (Maju) dari rata-ratanya:

Tidak ada wilyah di Jawa Tengah yang Awal Musim Hujannya lebih cepat (maju) dari rata-ratanya.

(Luasan Zona Musim 0% )

2. Daerah-daerah yang sama dengan rata-ratanya :

Tidak ada wilyah di Jawa Tengah yang Awal Musim Hujannya sama dengan rata-ratanya.

(Luasan Zona Musim 0% )

3. Daerah daerah yang lebih lambat (Mundur) dari rata-ratanya meliputi : Seluruh wilayah di Jawa Tengah Awal Musim Hujannya lebih lambat (mundur) dari rata-ratanya.

(Luasan Zona Musim + 100% ).

(12)

IV. PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2020 DI JAWA TENGAH A. PRAKIRAAN AWAL MUSIM KEMARAU 2020

1. Awal Musim Kemarau diprakirakan terjadi pada bulan April 2020 meliputi :

Sebagian besar Kab. Demak, Jepara, Kudus dan Wonogiri; sebagian wilayah Kab. Karanganyar, sebagian wilayah selatan Kab. Purworejo;

sebagian kecil tenggara Kab. Kebumen; sebagian kecil wilayah Kab.

Grobogan.

(Luasan Zona Musim + 14.8%)

2. Awal Musim Kemarau diprakirakan terjadi pada bulan Mei 2020 meliputi :

Kota Tegal, Pekalongan, Semarang, Surakarta dan Magelang; Kab.

Batang, Kendal, Rembang, Blora, Boyolali, Sragen, Sukoharjo, Klaten dan Magelang; sebagian besar wilayah Kab. Brebes, Temanggung, Banyumas dan Purworejo; sebagian wilayah Kab. Tegal, Pemalang, Pekalongan, Pati, Semarang Wonosobo, Banjarnegara, Cilacap, Kebumen dan Karanganyar; sebagian wilayah timur Kab. Jepara;

sebagian wilayah utara Kab. Kudus; .Kab. Demak dan Kota Salatiga bag.

selatan; sebagian kecil wilayah Kab.Wonogiri (Luasan Zona Musim + 70.4%)

3. Awal Musim Kemarau diprakirakan terjadi pada bulan Juni 2020

meliputi :

Sebagian wilayah Kab. Semarang, Cilacap, Banjarnegara dan Wonosobo; Kab. Purbalingga, Kebumen dan Kota Salatiga bag. utara;

wilayah tenggara Kab. Brebes; sebagian kecil wilayah utara Kab.

Banyumas dan Purworejo; sebagian wilayah timur Kab. Temanggung;

sebagian kecil wilayah Kab. Kendal.

(Luasan Zona Musim + 14.8%)

B. PRAKIRAAN SIFAT HUJAN SELAMA MUSIM KEMARAU 2020 1. Sifat hujan Bawah Normal (BN) meliputi :

Kota Tegal, Pekalongan dan Semarang; sebagian besar wilayah Kab.

Purbalingga, Batang dan Kendal; sebagian wilayah Kab. Tegal, Pemalang, Pekalongan, Blora, Grobogan, Sragen, Semarang, Salatiga, Temanggung, Banjarnegara dan Wonogiri; wilayah selatan Kab. Cilacap;

wilayah utara Kab. Kudus; sebagian wilayah timur Kab. Jepara; wilayah tenggara Kab. Brebes; wilayah barat daya Kab. Demak; sebagian wilayah utara Kab. Boyolali; sebagian kecil Kab. Pati

(Luasan Zona Musim + 31.5 %)

(13)

2. Sifat hujan Normal (N) meliputi:

Kota Magelang dan Surakarta, Kab. Karanganyar, Sukoharjo, Klaten, Magelang, Wonosobo, Kebumen dan Purworeo; sebagian besar wilayah Kab. Brebes, Pati, Boyolali dan Banyumas; sebagian wilayah Kab.

Demak, Kudus, Rembang, Blora, Grobogan, Sragen, Salatiga, Temanggung, Banjarnegara, Cilacap dan Wonogiri; wilayah tengah Kab.

Tegal, Pemalang dan Pekalongan; sebagian kecil wilayah Kab.

Purbalingga dan Jepara.

(Luasan Zona Musim + 64.8%)

3. Sifat hujan Atas Normal (AN) meliputi:

Sebagian wilayah Kab. Jepara; sebagian wilayah utara Kab. Demak dan Rembang; sebagian kecil wilayah Kab. Kudus dan Pati.

(Luasan Zona Musim : + 3.7%)

(14)

C. PERBANDINGAN PRAKIRAAN AWAL MUSIM KEMARAU 2020 TERHADAP RATA-RATANYA

1. Daerah-daerah Kabupaten yang lebih awal (Maju) dari rata-ratanya : Sebagian besar wilayah Kab. Kendal dan Purbalingga; sebagian wilayah Kab. Batang, Kota Semarang dan Kab. Semarang, Temanggung, dan banjarnegara; Kab. Tegal, pekalongan dan Cilacap bagian selatan; Kab.

Kudus, Salatiga dan Kebumen bagian utara; wilayah barat daya Kab.

Demak; wilayah tenggara Kab. Brebes; sebagian kecil wilayah Kab.

Jepara, Pati, Purworejo dan Banyumas.

(Luasan Zona Musim + 24.0%)

2. Daerah-daerah Kabupaten yang sama dari rata-ratanya meliputi:

Kota Tegal, Pekalongan dan Magelang; sebagian besar wilayah Kab.

Demak, Kudus, Magelang, Banyumas dan Wonogiri; sebagian wilayah Kab. Jepara, Pati, Rembang, Wonosobo, Kebumen, Purworejo dan Karanganyar; Kab. Brbes bagian utara; sebagian wilayah utara Kab.

Tegal, Pemalang ,Pekalongan, Blora dan Grobogan; wilayah barat laut Kab. Batang; sebagian wilayah barat daya Kab. Boyolali; sebagian kecil wilayah Kab. Semarang, Sukoharjo, Temanggung, Banjarnegara, Purbalingga dan Cilacap

(Luasan Zona Musim + 38.9%)

3. Daerah-daerah Kabupaten yang lebih lambat (Mundur) dari rata- ratanya meliputi :

Kota Surakarta, Kab. Sukoharjo, Klaten dan sragen; sebagian besar wilayah Kab. Blora, Grobogan, dan Boyolali; sebagian wilayah Kab.

Brebes, Pemalang, Rembang dan Cilacap; Kab. Purworejo dan Blora bagian selatan; wilayah tengah Kab. Tegal dan Pekalongan; wilayah Barat Kab. Temanggung; wilayah barat daya Kota Semarang; wilyah tenggara Kab. Semarang dan Kebumen; wilayah barat laut Kab.

Karanganyar; sebagian wilayah selatan Kota Salatiga; wilayah utara Kab.

Pati; sebagain kecil wilayah Kab. Batang, Kendal, Magelang, Wonosobo, banyumas dan Wonogiri.

(Luasan Zona Musim + 37.1%).

D. PRAKIRAAN PUNCAK MUSIM KEMARAU 2020

1. Daerah-daerah Kabupaten yang Puncak Musim Kemarau terjadi pada bulan Juli 2020 meliputi:

Sebagian wilayah utara Kab. Cilacap dan wilayah barat daya Kab.

Brebes.

(Luasan Zona Musim + 1.9%)

(15)

2. Daerah-daerah Kabupaten yang Puncak Musim Kemarau terjadi pada bulan Agustus 2020 meliputi:

Kota Tegal, Pekalongan, Semarang, Salatiga, Surakarta dan Magelang, Kab. Tegal, Pemalang, Pekalongan, batang, Kendal, Rembang, Blora, Grobogan, Semarang, Temanggung, Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga, Banyumas, Kebumen, Purworejo, Kebumen, Magelang, Boyolali, Sragen, Karanganyar, Sukoharjo dan Klaten; sebagian besar wilayah Kab. Kudus, Pati, Wonogiri dan Cilacap; sebagian wilayah Kab.

Brebes dan Demak; sebagian wilayah timur Kab. Jepara (Luasan Zona Musim + 92.6%)

3. Daerah-daerah Kabupaten Puncak Musim Kemarau terjadi pada bulan September 2020 meliputi :

Sebagian wilayah Kab. Jepara; Kab. Brebes bagian utara; sebgaian wilayah utara Kab. Demak dan Pati; sebagian kecil wilayah tengah Kab.

Kudus; sebagian kecil wilayah timur Kab. Wonogiri (Luasan Zona Musim + 5.5%).

(16)

Lampiran 1.

TABEL 1

ANALISA MUSIM HUJAN TAHUN 2019/2020 PER KOTA/KABUPATEN DI JAWA TENGAH

NO. KABUPATEN DAN KOTA

ANALISA MUSIM HUJAN 2019/2020 AWAL MUSIM HUJAN

2019/2020

PERBANDINGAN THD RATA-RATA (Dasarian)

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 )

1 BREBES

UTARA DES I 2

TENGAH NOV III 1

BARAT DAYA NOV III 5

TENGGARA NOV II 3

SELATAN NOV I 2

2 TEGAL

UTARA DES I 2

BARAT NOV III 1

TENGAH DES I 3

SELATAN NOV II 3

3 KOTA TEGAL DES I 2

4 PEMALANG

UTARA DES III 4

TENGAH DES I 2

BARAT DAYA DES I 3

TENGGARA NOV II 3

5 PEKALONGAN

UTARA DES I 2

BARAT DES I 3

TIMUR DES III 7

SELATAN NOV I 4

6 KOTA PEKALONGAN DES I 2

7 BATANG

BARAT LAUT DES I 2

TIMUR LAUT DES I 4

TENGAH DES III 7

SELATAN NOV I 2

8 KENDAL

UTARA DES I 4

TENGAH DES I 4

BARAT DAYA DES III 7

SELATAN NOV III 4

TENGGARA NOV I 1

9 KOTA SEMARANG

UTARA DES I 4

BARAT DAYA NOV I 1

TENGGARA DES II 7

Dilanjutkan di halaman 13

(17)

Lanjutan Tabel 1:

NO. KABUPATEN DAN KOTA

ANALISA MUSIM HUJAN 2019/2020 AWAL MUSIM HUJAN

2019/2020

PERBANDINGAN THD RATA-RATA (Dasarian)

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 )

10 DEMAK

UTARA DES II 2

TENGAH DES III 6

BARAT DES I 4

SELATAN DES II 7

11 JEPARA

BARAT DES II 2

UTARA DES II 2

SELATAN DES II 2

TIMUR DES III 6

TIMUR LAUT DES I 1

12 KUDUS

UTARA DES II 2

TENGAH DES III 6

SELATAN DES III 6

13 PATI

UTARA DES I 1

TIMUR LAUT DES II 2

TENGAH DES III 4

BARAT LAUT DES I 1

BARAT DES III 6

SELATAN NOV III 4

14 REMBANG

UTARA DES II 2

TIMUR DES III 3

TENGAH NOV III 4

SELATAN NOV III 4

15 BLORA

UTARA DES I 3

TENGAH DES I 3

SELATAN NOV I 3

16 GROBOGAN

UTARA NOV III 4

BARAT NOV III 4

BARAT DAYA DES II 7

SELATAN NOV I 3

TIMUR LAUT NOV III 4

TIMUR DES I 3

17 KAB. SEMARANG

TIMUR LAUT DES II 7

BARAT LAUT DES I 4

BARAT DAYA NOV I 2

TENGGARA DES I 4

SELATAN NOV I 2

Dilanjutkan di halaman 14

(18)

Lanjutan Tabel 1:

NO. KABUPATEN DAN KOTA

ANALISA MUSIM HUJAN 2019/2020 AWAL MUSIM HUJAN

2019/2020

PERBANDINGAN THD RATA-RATA (Dasarian)

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 )

18 KOTA SALATIGA

UTARA DES I 4

SELATAN NOV I 3

19 BOYOLALI

UTARA NOV I 3

BARAT LAUT DES II 7

TENGAH DES I 4

SELATAN DES II 6

BARAT DAYA NOV I 2

TENGGARA DES I 4

20 TEMANGGUNG

UTARA NOV III 4

BARAT NOV I 2

TIMUR DES I 4

SELATAN DES I 5

21 MAGELANG

UTARA DES I 5

TENGAH NOV II 4

BARAT NOV II 4

TIMUR NOV I 2

TENGGARA DES II 6

22 KOTA MAGELANG DES I 5

23 WONOSOBO

UTARA NOV I 2

BARAT NOV I 3

SELATAN NOV I 3

TENGGARA NOV II 4

TIMUR NOV I 2

BARAT DAYA 24 BANJARNEGARA

TIMUR LAUT NOV I 2

BARAT LAUT NOV I 4

TIMUR NOV I 3

TENGGARA NOV I 3

BARAT DAYA NOV I 3

25 PURBALINGGA

UTARA NOV I 4

TIMUR NOV I 3

SELATAN NOV I 3

BARAT NOV I 2

BARAT LAUT NOV III 6

Dilanjutkan di halaman 15

(19)

Lanjutan Tabel 1:

NO. KABUPATEN DAN KOTA

ANALISA MUSIM HUJAN 2019/2020 AWAL MUSIM HUJAN

2019/2020

PERBANDINGAN THD RATA-RATA (Dasarian)

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 )

26 BANYUMAS

UTARA NOV III 6

TENGAH NOV I 2

TENGGARA OKT II 2

BARAT DAYA DES I 6

SELATAN NOV I 2

27 CILACAP

SELATAN DES III 9

TIMUR DES I 6

BARAT DAYA DES II 7

TENGAH DES I 6

BARAT LAUT NOV III 5

28 KEBUMEN

UTARA NOV I 3

SELATAN DES I 6

TENGGARA DES II 6

TIMUR DES I 5

BARAT OKT II 2

29 PURWOREJO

SELATAN DES II 6

UTARA NOV I 3

BARAT LAUT DES I 5

TIMUR DES I 5

TENGAH DES I 5

BARAT DES I 5

30 KLATEN

SELATAN DES I 4

TENGAH DES I 4

UTARA DES II 6

31 SUKOHARJO

UTARA DES I 4

TENGAH DES II 6

SELATAN DES II 6

TIMUR DES I 3

32 KOTA SURAKARTA DES I 4

33 KARANGANYAR

BARAT DES I 3

TIMUR DES I 4

34 SRAGEN

SELATAN DES I 4

UTARA NOV I 3

BARAT DES I 4

Dilanjutkan di halaman 16

(20)

Lanjutan Tabel 1:

NO. KABUPATEN DAN KOTA

ANALISA MUSIM HUJAN 2019/2020 AWAL MUSIM HUJAN

2019/2020

PERBANDINGAN THD RATA-RATA

(Dasarian)

( 1 ) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 )

35 WONOGIRI

SELATAN DES II 4

TENGAH DES I 3

TIMUR DES II 4

TIMUR LAUT DES I 4

BARAT NOV III 3

UTARA DES I 3

(21)

Lampiran 2.

TABEL 2

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU TAHUN 2020 PER KOTA/KABUPATEN DI JAWA TENGAH

NO. KABUPATEN DAN KOTA

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2020 AWAL

MUSIM KEMARAU

2020

PERBANDINGAN TERHADAP RATA-RATA

(Dasarian)

SIFAT HUJAN MUSIM KEMARAU

PUNCAK MUSIM KEMARAU

PANJANG MUSIM KEMARAU

(1) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) (5) (6) (7)

1 BREBES

UTARA MEI I 0 N SEP 19

TENGAH MEI II 1 N AGT 19

BARAT DAYA MEI III 1 N JUL 13

TENGGARA JUN I -1 BN AGT 13

SELATAN MEI III 0 N AGT 14

2 TEGAL

UTARA MEI I 0 BN AGT 19

BARAT MEI II 1 N AGT 19

TENGAH MEI III 1 N AGT 16

SELATAN JUN I -1 BN AGT 13

3 KOTA TEGAL MEI I 0 BN AGT 19

4 PEMALANG

UTARA MEI II 1 N AGT 18

TENGAH MEI I 0 BN AGT 19

BARAT DAYA MEI III 1 N AGT 16

TENGGARA JUN I -1 BN AGT 13

5 PEKALONGAN

UTARA MEI I 0 BN AGT 19

BARAT MEI III 1 N AGT 16

TIMUR MEI III -2 BN AGT 12

SELATAN JUN I -3 BN AGT 11

6 KOTA

PEKALONGAN MEI I 0 BN AGT 19

7 BATANG

BARAT LAUT MEI I 0 BN AGT 19

TIMUR LAUT MEI II -1 BN AGT 16

TENGAH MEI III -2 BN AGT 12

SELATAN MEI III 1 N AGT 12

8 KENDAL

UTARA MEI II -1 BN AGT 16

TENGAH MEI II -1 BN AGT 16

BARAT DAYA MEI III -2 BN AGT 12

SELATAN MEI II -3 BN AGT 15

TENGGARA MEI II 1 BN AGT 16

9 KOTA SEMARANG

UTARA MEI II -1 BN AGT 16

Dilanjutkan di halaman 18

(22)

Lanjutan Tabel 2:

NO. KABUPATEN DAN KOTA

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2020 AWAL

MUSIM KEMARAU

2020

PERBANDINGAN TERHADAP RATA-RATA

(Dasarian)

SIFAT HUJAN MUSIM KEMARAU

PUNCAK MUSIM KEMARAU

PANJANG MUSIM KEMARAU

(1) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) (5) (6) (7)

BARAT DAYA MEI II 1 BN AGT 16

TENGGARA MEI I -1 BN AGT 15

10 DEMAK

UTARA APR III 0 AN SEP 20

TENGAH APR III 0 N AGT 18

BARAT MEI II -1 BN AGT 16

SELATAN MEI I -1 BN AGT 15

11 JEPARA

BARAT APR III 0 AN SEP 20

UTARA APR III 0 AN SEP 20

SELATAN APR III 0 AN SEP 20

TIMUR MEI II -3 BN AGT 16

TIMUR LAUT MEI II 4 N SEP 21

12 KUDUS

UTARA APR III 0 AN SEP 20

TENGAH APR III 0 N AGT 18

SELATAN APR III 0 N AGT 18

13 PATI

UTARA MEI II 4 N SEP 21

TIMUR LAUT MEI II 3 AN AGT 21

TENGAH APR III 0 N AGT 20

BARAT LAUT MEI II 4 N SEP 21

BARAT APR III 0 N AGT 18

SELATAN MEI I 0 N AGT 16

14 REMBANG

UTARA MEI II 3 AN AGT 21

TIMUR MEI I 2 N AGT 20

TENGAH MEI I 0 N AGT 16

SELATAN MEI I 0 N AGT 16

15 BLORA

UTARA MEI II 2 BN AGT 17

TENGAH MEI II 2 BN AGT 17

SELATAN MEI I 1 BN AGT 15

16 GROBOGAN

UTARA MEI I 1 N AGT 16

BARAT MEI I 1 N AGT 16

BARAT DAYA MEI I -1 BN AGT 15

SELATAN MEI I 1 BN AGT 15

TIMUR LAUT MEI I 0 N AGT 16

TIMUR MEI II 2 BN AGT 17

Dilanjutkan di halaman 19

(23)

Lanjutan Tabel 2:

NO KABUPATEN DAN KOTA

PRAKIRAAN MUSIM KEMARAU 2020 AWAL

MUSIM KEMARA

U 2020

PERBANDINGAN TERHADAP RATA-RATA (Dasarian)

SIFAT HUJAN MUSIM KEMARAU

PUNCAK MUSIM KEMARAU

PANJANG MUSIM KEMARAU

(1) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) (5) (6) (7)

17 SEMARANG

TIMUR LAUT MEI I -1 BN AGT 15

BARAT LAUT JUN I -1 BN AGT 14

BARAT DAYA MEI II 0 N AGT 14

TENGGARA MEI II 1 N AGT 17

SELATAN MEI II 0 N AGT 14

18 KOTA SALATIGA

UTARA JUN I -1 BN AGT 14

SELATAN JUN I -1 N AGT 11

19 TEMANGGUNG

UTARA MEI II -3 BN AGT 15

BARAT MEI III 1 N AGT 12

TIMUR JUN I -1 BN AGT 14

SELATAN MEI II 0 N AGT 14

20 BOYOLALI

UTARA MEI I 1 BN AGT 15

BARAT LAUT MEI I -1 BN AGT 15

TENGAH MEI II 1 N AGT 17

SELATAN MEI I 1 N AGT 15

BARAT DAYA MEI II 0 N AGT 14

TENGGARA MEI I 1 N AGT 17

21 MAGELANG

UTARA MEI II 0 N AGT 14

TENGAH MEI III 0 N AGT 12

BARAT MEI III 0 N AGT 12

TIMUR MEI II 0 N AGT 14

TENGGARA MEI I 1 N AGT 15

22 KOTA MAGELANG MEI II 0 N AGT 14

23 WONOSOBO

UTARA MEI III 1 N AGT 12

BARAT JUN I 0 N AGT 12

SELATAN JUN I 0 N AGT 12

TENGGARA MEI III 0 N AGT 12

TIMUR MEI III 1 N AGT 12

24 BANJARNEGARA

TIMUR LAUT MEI III 1 N AGT 12

BARAT LAUT JUN I -3 BN AGT 11

TIMUR JUN I 0 N AGT 12

TENGGARA JUN I -1 N AGT 11

BARAT DAYA MEI III -3 BN AGT 13

Dilanjutkan di halaman 20

(24)

Lanjutan Tabel 2:

NO KABUPATEN DAN KOTA

PRAKIRAAN AWAL MUSIM KEMARAU 2020 AWAL

MUSIM KEMARAU

2020

PERBANDINGA N TERHADAP

RATA-RATA (Dasarian)

SIFAT HUJAN MUSIM KEMARAU

PUNCAK MUSIM KEMARAU

PANJANG MUSIM KEMARAU

(1) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) (5) (6)

26 PURBALINGGA

UTARA JUN I -3 BN AGT 11

TIMUR MEI III -3 BN AGT 13

SELATAN MEI III -3 BN AGT 13

BARAT MEI III 0 N AGT 14

BARAT LAUT JUN I -2 BN AGT 11

27 BANYUMAS

UTARA JUN I -2 BN AGT 11

TENGAH MEI III 0 N AGT 14

TENGGARA MEI III 0 N AGT 12

BARAT DAYA MEI III 1 N AGT 14

SELATAN MEI III 0 N AGT 14

28 CILACAP

SELATAN JUN I -2 BN AGT 11

TIMUR MEI III 0 N AGT 13

BARAT DAYA JUN I 2 N AGT 13

TENGAH MEI III 1 N AGT 14

BARAT LAUT MEI III 1 N JUL 13

29 KEBUMEN

UTARA JUN I -1 N AGT 11

SELATAN MEI III 0 N AGT 13

TENGGARA APR III 1 N AGT 17

TIMUR MEI I 1 N AGT 16

BARAT MEI III 0 N AGT 12

30 PURWOREJO

SELATAN APR III 1 N AGT 17

UTARA JUN I 0 N AGT 12

BARAT LAUT MEI II -1 N AGT 15

TIMUR MEI I 0 N AGT 17

TENGAH MEI I 1 N AGT 16

BARAT MEI I 1 N AGT 16

31 KLATEN

SELATAN MEI I 1 N AGT 17

TENGAH MEI I 1 N AGT 17

UTARA MEI I 1 N AGT 15

32 SUKOHARJO

UTARA MEI I 1 N AGT 17

TENGAH MEI I 1 N AGT 15

SELATAN MEI I 1 N AGT 15

TIMUR APR III 0 N AGT 19

Dilanjutkan di halaman 21

(25)

Lanjutan Tabel 2:

NO. KABUPATEN DAN KOTA

PRAKIRAAN AWAL MUSIM KEMARAU 2020 AWAL

MUSIM KEMARAU

2020

PERBANDINGAN TERHADAP RATA-RATA (Dasarian)

SIFAT HUJAN MUSIM KEMARAU

PUNCAK MUSIM KEMARAU

PANJANG MUSIM KEMARAU

(1) ( 2 ) ( 3 ) ( 4 ) (5) (6) (7)

32 KOTA

SURAKARTA MEI I 1 N AGT 17

33 KARANGANYAR

BARAT APR III 0 N AGT 19

TIMUR MEI I 0 N AGT 17

34 SRAGEN

SELATAN MEI I 1 N AGT 17

UTARA MEI I 1 BN AGT 15

BARAT MEI II 1 N AGT 17

35 WONOGIRI

SELATAN APR III 0 BN AGT 20

TENGAH APR III 0 N AGT 19

TIMUR APR III 0 N AGT 19

TIMUR LAUT MEI I 0 N AGT 17

BARAT MEI I 0 BN AGT 17

UTARA APR III 0 N AGT 19

KETERANGAN : 1. SIFAT HUJAN

AN : ATAS NORMAL N : NORMAL

BN : BAWAH NORMAL

2. Perbandingan Analisa dan Prakiraan Hujan terhadap Rata-Ratanya -1 : Maju 1 Dasarian dari Rata-Ratanya

-2 : Maju 2 Dasarian dari Rata-Ratanya -3 : Maju 3 Dasarian dari Rata-Ratanya 0 : Sama dengan Rata-Ratanya

+1 : Mundur 1 Dasarian dari Rata-Ratanya +2 : Mundur 2 Dasarian dari Rata-Ratanya +3 : Mundur 3 Dasarian dari Rata-Ratanya

(26)

Lampiran 3:

(27)

Lampiran 4:

(28)

Lampiran 5:

(29)

Lampiran 6:

(30)

Lampiran 7:

(31)

Lampiran 8:

(32)

Lampiran 9:

(33)

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilaksanakan penelitian yang diawali dari pengambilan data hingga pada pengolah data yang akhirnya dijadikan patokan sebagai pembahasan hasil penelitian sebagai

Dan guru akan lebih mudah dalam melakukan penilaian, karena pada sistem ini sudah terdapat beberapa aturan baku untuk menghitung poin hasil, menentukan bahwa

Hasil penelitian Ramly (2012) menyebutkan bahwa berdasarkan survey dengan responden Perguruan Tinggi dan Perbankan Syariah, kendala dalam penyiapan tenaga terampil dari lembaga

Nilai yang terkandung dalam sila Persatuan Indonesia tidak dapat dipisahkan dengan keempat sila lainnya karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang

Bapak Ketua Majelis Hakim beserta Majelis Hakim Anggota yang memeriksa dan mengadili perkara ini sebelum menjatuhkan putusan akhir, kiranya berkenan untuk

Pos Indonesia (Persero) tersebut tidaklah melanggar asas kebebasan berkontrak, karena walau bagaimanapun pihak konsumen dalam hal ini pengguna jasa Pos Express masih diberi hak untuk

Alterasi transisi ini merupakan bentuk terluar yang luas dan berasosiasi dengan klorit-actinolit-biotit-magnetit Karakteristik dari alterasi transisi ditandai dengan hadirnya

Dalam ketentuan Pasal 2A Ayat (3) dan (4) PP 72 Th 2016 tentang Perubahan Atas PP Nomor 44 Tahun 2005 Tentang Tata Cara Penyertaan Dan Penatausahaan Modal Negara Pada