ANALISIS ALIRAN MATERIAL KEGIATAN BANK SAMPAH DI KOTA MEDAN (STUDI KASUS: BANK SAMPAH PAUD FITRI, BANK SAMPAH
BERKAH DAN BANK SAMPAH INDUK SICANANG)
TUGAS AKHIR
IGA YUSMAIDAH SIREGAR 130407013
Dosen Pembimbing
Dr.Ir.Ahmad Perwira Mulia Taringan,M.Sc
PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2018
ABSTRAK
Jumlah penduduk Kota Medan tahun 2017 sebesar 2.210.624 jiwa, pertambahan jumlah penduduk meningkatkan jumlah timbulan sampah, jumlah timbulan yang dihasilkan yaitu 1.546.989 kg/ 1,5 ton. Bank Sampah merupakan kegiatan bersifat sosial engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah dan akan mengurangi jumlah timbulan di tempat pembuangan akhir. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis aliran material kegaiatan di bank sampah Kota Medan dengan menggunakan model Material Flow Analysis (MFA), dengan memodelkan Material Flow Analysis (MFA) mengenai aliran material masuk (input) sampai keluar (output) kegiatan yang ada di bank sampah Kota Medan. Berdasarkan hasil analisis jumlah sampah yang masuk di tiap bank sampah berbeda-beda pada Bank Sampah PAUD Fitri sebanyak 658,3 kg/bulan, sedangkan Bank Sampah Berkah sebesar 786,53 kg/bulan dan untuk Bank Sampah Induk Sicanang sebesar 8897,86 kg/bulan.
Perbandingan aliran material dari kegiatan proses pemilahan sampah ditiap bank sampah untuk hasil residu bank sampah yang tertinggi Bank Sampah Induk Sicanang 14,5 kg/bulan, Bank Sampah PAUD Fitri 7 kg/bulan dan Bank Sampah Berkah 2,73 kg/bulan. Perbandingan pengunaan air untuk proses pemilahan sampah plastik bank sampah yang tertinggi pengunaan air ialah Bank Sampah Induk Sicanang 800 liter/bulan, Bank Sampah Berkah 280 liter/bulan dan Bank Sampah PAUD Fitri 200 liter/bulan. Kesimpulan dari penelitian hasil residu di tiap bank sampah di Kota Medan di daur ulang kembali dengan model skenario Material Flow Analysis (MFA) dan penambahan proses pemilahan pada sampah anorganik kertas, plastik dan logam.
Kata kunci : Bank Sampah, Bank Sampah Kota Medan, Material Flow Analisis (MFA), Medan, Pengelolaan Sampah.
ABSTRACT
The population of Medan City in 2017 amounted to 2.210.624 people, the increase in population increased the amount of waste generation, the amount of generation generated was 1.546.989 kg/1,5 tons.Waste Bank is a social engineering activity that teaches the community to sort waste and will reduce the amount of generation in the final disposal site. The purpose of this study was to analysis the flow of activity material in the Medan City waste bank by using the Material Flow Analysis (MFA) model, by modeling Material Flow Analysis (MFA) regarding the flow of incoming materials until the output of activities in the City waste bank. Field based on the results of the analysis of the amount of waste entering each waste bank is different in the Bank Sampah PAUD Fitri as much as 658.3 kg/month, while the Bank Sampah Berkah is 786.53 kg/month and for the Bank Sampah Induk Sicanang is 8897.86 kg/month. Comparison of the material flow from the waste sorting process in each waste bank to the highest waste bank residue results from Bank Sampah Induk Sicanang 14.5 kg / month, Bank Sampah Fitri PAUD 7 kg/month and Bank Sampah Berkah 2.73 kg/month. Comparison of the use of water for the process of sorting plastic waste in the highest waste bank using water is Induk Sicanang Waste Bank 800 liters/month, Berkah Waste Bank 280 liters/month and Fitri PAUD Waste Bank 200 liters / month. The conclusion of the research of residual results in each waste bank in Medan City is recycled with the scenario of Material Flow Analysis (MFA) and the addition of sorting processes in inorganic waste paper, plastic and metal.
Keywords: Waste Bank, Medan City Waste Bank, Material Flow Analysis (MFA), Medan,Waste management
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul “Analisis Aliran Material Kegiatan Bank Sampah di Kota Medan (Studi Kasus : Bank Sampah PAUD Fitri, Bank Sampah Berkah dan Bank Sampah Induk Sicanang). Adapun ini disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan Tugas Akhir di Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis tidak bisa terlepas dari banyak pihak, maka pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Ir. Netti Herlina Siregar, M.T. selaku Ketua Jurusan Teknik Lingkungan.
2. Bapak Dr. Ir. Ahmad Perwira Mulia Taringan, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Hafizhul Khair AM, S.T., M.T. yang banyak membantu dan menjadi tempat kami berkonsultasi mengenai tugas akhir ini.
4. Ibu Isra Suryati, S.T., M.Si. sebagai Koordinator Tugas Akhir dan sekaligus Dosen Penguji.
5. Ibu Ir. Lies Setyowati, M.T. sebagai Dosen Penguji Tugas Akhir ini.
6. Seluruh Dosen/ Staf Pengajar Teknik Lingkungan USU yang telah membimbing penulis sejak memasuki bangku perkuliahan di Teknik Lingkungan USU.
7. Seluruh Staf Administrasi/ Tata Usaha Teknik Lingkungan USU yang sudah banyak membantu Mahasiswa Teknik Lingkungan USU.
8. Seluruh Staf Bank Sampah PAUD Fitri, Bank Sampah Berkah dan Bank Sampah Induk Sicanang yang telah banyak membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.
9. Ayah dan Ibu penulis yang senantiasa berdoa untuk keberhasilan penulis dan banyak memberikan dukungan moril dan materil kepada penulis.
10. Kakak saya Reny Yus Siregar dan Meldevy Yus Siregar , abang saya Fahrijal Siregar dan Sutan Mara Doli Siregar dan adik saya Siti Ashari Yus Siregar yang selalu mendukung saya.
11. Kakak Restu Auliani dan teman saya Dhia Darin Silfi Mutia , Elina Wirda Ningsih Lubis, Afwani Rahma Gultom, Fara Diba, Desi Wardah dan lainnya yang banyak membantu saya selama penelitian.
12. Seluruh teman-teman mahasiswa Teknik Lingkungan USU 2013. ii
13. Seluruh abang dan kakak mahasiswa Teknik Lingkungan USU 2012 serta adik- adik mahasiswa Teknik Lingkungan angkatan 2014, 2015, 2016, dan 2017.
14. Seluruh teman-teman angkatan 2013, abang, kakak, dan adik-adik di HMTL Teknik USU.
15. Seluruh pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan.
Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun, guna menyempurnakan Tugas Akhir ini.
Medan, Agustus 2018 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vi
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR LAMPIRAN ... viii BAB I PENDAHULUAN ... I -1 1.1 Latar Belakang ... I -1 1.2 Rumusan Masalah ... I -7 1.3 Tujuan Penelitian ... I -7 1.4 Manfaat Penelitian ... I -7 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... I -8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... II- 1
2.1 Pengertian Sampah... II -1 2.2 Dampak Sampah ... II -2 2.3 Pengelolaan Sampah ... II -3 2.4 Bank Sampah ... II -4
2.4.1 Pengertian Bank Sampah ... II -5 2.4.2 Lokasi Bank Sampah ... II -5
2.4.3 Nasabah Bank Sampah ... II -5 2.4.4 Manajemen Bank Sampah ... II -6 2.4.5 Peran Bank Sampah ... II -8 2.4.6 Pelaksanaan Bank Sampah ... II -8 2.5 Analisis Aliran Material / MFA (Material Flow Analysis) ... II -12
2.5.1 Material Flow Analysis (MFA) ... II -12 2.5.2 Modelisasi Sistem Pengelolaan Sampah ... II -12 2.5.3 Metodologi MFA ... II -13 2.5.4 Membangun Model MFA ... II -15 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... III -1 3.1 Konsep Metodologi Penelitian ... III -1 3.2 Lokasi Penelitian ... III -3 3.3 Penentuan Jumlah Sampel ... III -3
3.4 Jenis Data ... III -4 3.4.1 Data Sekunder ... III -4 3.4.2 Data Primer ... III -4 3.5 Perhitungan Model Material Flow Analysis (MFA) ... III -4 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... V- 1
4.1 Estimasi Jumlah Sampah Yang Dapat Didaur Ulang Di Kota Medan ... IV -1 4.2 Bank Sampah ... IV -2 4.3 Gambaran Umum Bank Sampah PAUD Fitri ... IV -3 4.3.1 Bank Sampah PAUD Fitri ... IV -3 4.3.2 Manajemen Bank Sampah PAUD Fitri... IV -3 4.3.3 Alur Proses Bank Sampah PAUD Fitri ... IV -4 4.3.4 Analisis Aliran Material Bank Sampah PAUD Fitri ... IV -6 4.4 Gambaran Umum Bank Sampah Berkah ... IV -9 4.4.1Bank Sampah Berkah ... IV -9 4.4.2 Manajemen Bank Sampah Berkah ... IV -9 4.3.3 Alur Proses Bank Sampah Berkah ... IV-10 4.3.4 Analisis Aliran Material Bank Sampah Berkah ... IV-12 4.5 Gambaran Umum Bank Sampah Induk Sicanang ... IV-15 4.5.1 Bank Sampah Induk Sicanang ... IV-15 4.5.2 Manajemen Bank Sampah Induk Sicanang ... IV-15 4.5.3 Manajemen Bank Sampah Induk Sicanang ... IV-15 4.5.4 Alur Proses Bank Sampah Induk Sicanang ... IV-16 4.5.5 Analisis Aliran Material Bank Sampah Induk Sicanang ... IV-21 4.6 Komparasi Analisis Aliran Material Bank Sampah PAUD Fitri,
Bank Sampah Berkah dan Bank Sampah Induk Sicanang ... IV-25 4.7 Rancangan Skenario ... IV-29 4.7.1 Skenario Bank Sampah PAUD Fitri ... IV-29 4.7.2 Skenario Bank Sampah Berkah ... IV-31 4.7.3 Skenario Bank Sampah Induk Sicanang ... IV-33
5.1 Kesimpulan ... V-1 5.2 Saran ... V-2 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Studi Penelitian Terdahulu ... I -5 Tabel 2.1 Standar Manajemen Bank Sampah ... II -7 Tabel 3.1 Hasil Pengelompokan Bank Sampah yang aktif dikota Medan ... III-3 Tabel 3.2 Teknik Perhitungan Analisis Aliran Material di Bank Sampah Kota
Medan (Studi Kasus)... III-6 Tabel 4.1 Potensi Rata-rata Sampah Yang Diterima Bank Sampah Di Kot
Medan ... IV-2 Tabel 4.2 Jumlah Sampah yang Diterima Bank Sampah PAUD Fitri ... IV-5 Tabel 4.3 Pengunaan Sumber Daya untuk Kegiatan Pemilahan Plastik ... IV-6 Tabel 4.4 Hasil Jumlah Pemilahan Sampah Anorganik ... IV-6 Tabel 4.5 Aliran Material Kegiatan Bank Sampah PAUD Fitri ... IV-8 Tabel 4.6 Jumlah Sampah yang Diterima Bank Sampah Berkah ... IV-11 Tabel 4.7 Pengunaan Sumber Daya untuk Kegiatan Pemilahan Plastik ... IV-12 Tabel 4.8 Hasil Jumlah Pemilahan Sampah Anorganik ... IV-12 Tabel 4.9 Aliran Material Kegiatan Bank Sampah Berkah ... IV-14 Tabel 4.10 Nama Personil Pengelolah yang Berkerja di Bank Sampah Induk
Sicanang ... IV-16 Tabel 4.11 Jumlah Sampah yang Dikelola Bank Sampah Induk Sicanang ... IV-17 Tabel 4.12 Pengunaan Sumber Daya untuk Kegiatan Pemilahan Plastik ... IV-18 Tabel 4.13 Pengunaan Sumber Daya untuk Kegiatan Pemilahan Kertas ... IV-19 Tabel 4.14 Pengunaan Sumber Daya untuk Kegiatan Pemilahan Logam ... IV-20 Tabel 4.15 Pengunaan Sumber Daya untuk Kegiatan Pemilahan Kaca ... IV-20 Tabel 4.16 Hasil Jumlah Pemilahan Sampah Anorganik ... IV-21 Tabel 4.17 Aliran Material Kegiatan Bank Sampah Induk Sicanang ... IV-23 Tabel 4.18 Data Nama Vendor atau Industri Penjual Kembali ... IV-24 Tabel 4.19 Komparasi Aliran Material Bank Sampah ... IV-25 Tabel 4.20 Perbandingan Nilai Proses antara Bank Sampah di Kota Medan ... IV-27 Tabel 4.21 Total Pengunaan Air Proses Pemilahan Di Bank Sampah Kota
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Aspek-aspek Pengelolaan Persampahan ... II -4 Gambar 2.2 Elemen Sebuah Model MFA ... II -13 Gambar 3.1 Konsep Metodologi Penelitian ... III -1 Gambar 3.4 Tampilan Untuk Kekekalan Massa ... III -6 Gambar 3.5 Metode Perhitungan Model MFA Dengan Microsoft Excel ... III -7 Gambar 4.1 Alur Proses Bank Sampah PAUD Fitri ... IV -4 Gambar 4.2 Model MFA Aliran Material Kegiatan Bank Sampah PAUD Fitri .... IV -7 Gambar 4.3 Alur Proses Bank Sampah Berkah ... IV-10 Gambar 4.4 Model MFA Aliran Material Kegiatan Bank Sampah Berkah ... IV-13 Gambar 4.5 Alur Proses Bank Sampah Induk Sicanang ... IV-16 Gambar 4.6 Model MFA Aliran Material Kegiatan Bank Sampah Induk
Sicanang ... IV-22 Gambar 4.7 Grafik Perbandingan Residu Bank Sampah Kota Medan ... IV-28 Gambar 4.8 Model Aliran Material Analisis MFA Bank Sampah PAUD Fitri
Skenario ... IV-31 Gambar 4.9 Model Aliran Material Analisis MFA Bank Sampah Berkah
Skenario ... IV-33 Gambar 4.10 Model Aliran Material Analisis MFA Bank Sampah Induk
Sicanang Skenario ... IV-36 Gambar 4.11 Modelisasi Material Flow Analysis (MFA) di Bank Sampah Kota
Medan ... IV-37 Gambar 4.12 Eksisting Pengelolaan Sampah dengan Model Material Flow
Analysis (MFA) Containers and Packing Waste di Jepang ... IV-39 Gambar 4.13 Skenario Model Material Flow Analysis (MFA) Containers and
Packing Waste di Jepang ... IV-40 Gambar 4.14 Ringkasan Hasil Perbandingan Modelisasi Material Flow
Analysis (MFA) ... IV-42
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran I Peta Wilayah Penelitian
Lampiran II Data Bank Sampah di Kota Medan
Lampiran III Contoh Perhitungan Nilai Perbandingan Proses Pemilahan antara Bank Sampah di Kota Medan
Lampiran IV Dokumentasi Penelitian di Bank Sampah Kota Medan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
Sampah merupakan masalah lingkungan yang belum dapat tertangani secara baik, terutama pada negara berkembang yang memiliki jumlah sampah yang sangat tinggi di mana tidak sebanding dengan pengelolaan sampah yang dilakukan. Pengelolaan sampah di Indonesia sudah dilakukan dengan cara konvensional, yaitu pengumpulan dan pengangkutan sampah menuju tempat pemprosesan akhir (TPA) (Gulfikar, 2015).
Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbanyak keempat di dunia, dengan total penduduk sebanyak 237 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk ini akan bertambah menjadi 270 juta pada tahun 2025. Dengan jumlah penduduk sebanyak itu, diperkirakan akan dihasilkan sampah sebanyak 130.000 ton/hari (Kementrian Lingkungan Hidup, 2016).
Pada Undang-undang No.18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dan Peraturan Pemerintah No. 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga yang mengamatkan perlunya perubahan paradigma yang mendasar dalam pengelolaan sampah yaitu dari paradigma kumpul, angkut dan buang menjadi pengolahan yang bertumpu pada pengurangan sampah. Kegiatan pengurangan sampah dengan cara melaksanakan kegiatan timbulan sampah, pendauran ulang dan pemanfaat kembali sampah yang disebut dengan konsep Reduce, Reuse dan Recycle (3R). Namun kegiatan 3R ini masih menghadapi kendala utama yaitu rendahnya kesadaran masyarakat untuk memilah sampah (Munawir, 2015).
Kementerian Lingkungan Hidup mengembangkan konsep Bank Sampah di Indonesia yang merupakan kegiatan bersifat sosial engineering yang mengajarkan masyarakat untuk memilah sampah dan menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam pengelolaan sampah yang lebih baik dan akan mengurangi jumlah timbulan di tempat pemprosesan akhir (TPA). Pembangunan bank sampah menjadi momentum awal membina kesadaran yang kolektif terhadap masyarakat untuk memulai nilai jual yang cukup baik, sehingga
pengelolaan sampah yang berwawasan lingkungan menjadi budaya baru di Indonesia (Kementrian Lingkungan Hidup, 2016).
Bank sampah yang pertama kali didirikan di Indonesia adalah Bank Sampah Ripah , Badegan , Bantul Yogyakarta. Gagasan awal datang dari Bambang Suwerda merupakan dosen Politeknik Kesehatan Yogyakarta. Bermula dari rasa prihatin atas minimnya kesadaran warga tentang masalah sampah sehingga banyak warga yang terkena Demam Berdarah Dengue (DBD). Awal mula bank sampah dari Bengkel Kesehatan Lingkungan yang fokus dalam mengatasi permasalahan DBD. Gerakan ini kemudian berkembang menjadi bank sampah yang resmi berdiri pada tahun 2008. Perkembangan selanjutnya, ide ini kemudian di angkat oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan dikembangkan secara nasional. Sampai saat ini bank sampah telah menyebar ke seluruh Indonesia (Badan Lingkungan Hidup Yogyakarta , 2013).
Berdasarkan dari hasil statistik perkembangan pembangunan bank sampah di Indonesia pada bulan Februari 2012 adalah 471 buah jumlah Bank Sampah yang sudah berjalan dengan jumlah penabung sebanyak 47.125 orang dan jumlah sampah yang terkelola adalah 755.600 kg/bulan dengan nilai perputaran uang sebesar Rp. 1.648.320.000 perbulan. Angka statistik ini meningkat menjadi 886 buah Bank Sampah berjalan sesuai data bulan Mei 2012, dengan jumlah penabung sebanyak 84.623 orang dan jumlah sampah yang terkelola sebesar 2.001.788 kg/bulan serta menghasilkan uang sebesar Rp.
3.182.281.000 perbulan (Buku Profil Bank Sampah Indonesia, 2013).
Kota Medan adalah ibu Kota Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan memiliki luas 26.510 Ha (265,1 km2) atau 3,6% dari keseluruhan wilayah Sumatera Utara. Jumlah penduduk Kota Medan menurut data Badan Pusat Statistik 2017 sebesar 2.210.624 jiwa. Kota Medan dibagi atas 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan. Perkembangan penduduk di Kota Medan yang sangat pesat tidak terlepas dari pengaruh dorongan berbagai kemajuan teknologi, transportasi, dan sebagainya.Pertambahan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah di tempat pemprosesan akhir (TPA). Besaran jumlah timbulan yang dihasilkan di Kota Medan pada tahun 2017 yaitu 1.546.989 kg/ 1,5 ton. Sejalan dengan meningkatnya volume timbulan sampah pengelolaan sampah yang tidak mempergunakan metode dan
teknik pengelolaan sampah yang ramah lingkungan selain akan dapat menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan juga akan sangat mengganggu kelestarian fungsi lingkungan (Pemerintah Kota Medan, 2017).
Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang diresmikan oleh Walikota Medan pada tanggal 8 Desember 2014. Program ini merupakan salah satu aktivitas yang dilaksanakan dalam Proyek Peningkatan Efisiensi Pengelolaan Sampah di Kota Medan dalam rangka Program Kemitraan JICA (Japan International Cooperation Agency) kerjasama antara Pemerintah Kota Medan dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup Kota Medan dan Pemerintah Kota Kitakyushu Jepang yang dimulai pada tahun 2013. Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang yang terletak di Kelurahan Belawan Sicanang Kecamatan Medan Belawan Kota Medan ini resmi beroperasi sejak diresmikan untuk melakukan kegiatan pengelolaan sampah yang ada di sekitar Kota Medan dengan tujuan menjadi model contoh mekanisme pengelolaan sampah yang efisien dengan melibatkan peran aktif masyarakat dan Pemerintah Kota Medan sehingga dapat mengurangi timbulan sampah yang dibuang ke TPA (Rumah Kompos dan Bank Sampah Induk Sicanang, 2016).
Material Flow Ananlysis (MFA) adalah analisis aliran material yang merupakan penilaian sistematis terhadap proses aliran dan persediaan bahan (material) dalam sistem yang didefinisikan dalam ruang dan waktu. Menghubungkan dengan sumber, jalur, dan hingga akhir dari suatu material (Brunner dan Rechberger, 2003).
Penerapan analisis aliran perkotaan kota Bogota, Colombia yang menentukan arus input (air, energi, makanan dan lain-lain) dan keluaran (limbah cair, polusi udara, limbah dan lain-lain), tujuan ini untuk mengetahui hubungan antara permintaan sumber daya dan dampak lingkungan dari keluaran. Data kuantitatif dan kualitatif untuk Bogota digunakan untuk menilai dan membandingkan tren aliran material dan energi untuk kota ini. Hasilnya menunjukkan bahwa di kota ini, input dan output secara langsung dan linier saling terkait. Konsumsi energi dan bahan bangunan meningkat, sedangkan konsumsi makanan dan air tetap stabil. Tingkat daur ulang dan pengolahan limbah rendah, dan emisi seperti partikel telah menurun. Temuan dari penelitian ini dapat digunakan untuk merumuskan dan menerapkan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan keberlanjutan sumber daya, mengurangi ketergantungan pada sumber
daya fisik, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya dan energi di daerah perkotaan, dan meningkatkan produksi dan konsumsi berkelanjutan di kota (William and Clara, 2013).
Belum terdapatnya suatu kajian maupun penelitian mengenai aliran material kegiatan di bank sampah Kota Medan serta mengingat pentingnya suatu analisa atau penilaian aliran material kegiatan di Bank Sampah Kota Medan, maka akan dilakukan penelitian mengenai “Analisis Aliran Material Kegiatan Bank Sampah di Kota Medan” dengan menggunakan model Material Flow Analysis (MFA). Melalui penelitian ini, akan diketahui laju pemasukan sampah , kegiatan yang dilakukan dan proses pengelolaan oleh bank sampah di Kota Medan. Dengan memodelkan Material Flow Analysis (MFA) dan mensimulasi beberapa skenario , maka akan tergambar dengan jelas dan terbaca dengan mudah mengenai aliran material kegiatan yang ada di bank sampah Kota Medan.
Tabel 1.1 Studi Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti Tahun Judul penelitian Tujuan Hasil
1.
J.K. Andersen, A.
Boldrin, T.H Christensen and
C. Scheutz
2011
“Mass balances and life cycle inventory of home composting of
organic waste”
Sistem material berupa substansi : Vs, bahan masuk air , kerungian
C dan N.
Penelitian tersebut mencantum MFA STAN di dalam penelitiannya untuk membuat sistem aliran material berupa substansi pada sistem pengomposan perumahan untuk sampah organik. Selama pengomposan nilai Vs (66- 79%) bahan masuk air (55-73%), kerugian C (63-77%) dan kerugian N (51-68%).
2.
Willliam H.Alfonso Pina and Clara Ines Pardo
Martinez
2013 Material Flow Analysis : An Approach for Bagota, Colombia”
Input : energi, air , makanan dan bahan
bangunan Output : limbah cair, emisi, limbah padat dan
kontruksi
1980 tentang analisis energi dan material di Bogota dari Input (energi (21.75), air (64.97), makanan (0,31) dan bahan bangunan(-)) dan Output (limbah cair (1.53) emisi (47.34),limbah padat (0.24),dan konstruksi (-)).
Hasil analisis aliran material pada tahun 2010 Input : energi (26.03) , air (40.51) , makanan (0.38) dan) bahan bangunan (0.80) Output:
limbah cair (1.37) , emisi
U (31.27), limbah padat (0.31) dan kontruksi (1.6)
3. Bismi Annisa 2013
“Pengaruh recycle dan recovery sampah terhadap jumlah sampah yang masuk ke TPA
Cipayung, Depok dengan menggunakan model MFA (Material Flow Analysis)”
Berat sampah yang masuk, bahan baku daur ulang, dan tingkat
pemanfaatan
Pada tahap awal perencanaan 2014
-input berat sampah yang masuk (60062.727 ton/tahun)
-output bahan baku daur ulang (1994.44 ton/tahun)
-tingkat pemanfaatan (8.32%) Untuk di tahun 2019
-(77423.503) -(3029.53) -(7,63%)
4. Umberto Arena
Fabrizio Di Gregorio 2013
“A Waste Management Planning Based on Substance Flow
Analysis”
SSL (Source Seperation Level) 35%, 50% and 65 %
Volume of waste to landfill , Energy net
production and Recovered material
Hasil perbandingan dengan metode MFA dari hasil Skenario Source Seperation Level (SSL) berikut :
-Volume (m3/d) untuk 35 % (172), 50% (207) dan 65 % (234)
-Energi (GWh/y) untuk 35 % (45) , 50% (68) dan 60% (85)
-Recovered materials (t/d) untuk 35% (190), 50% (239) dan 65% (312).
5. Gulfikar Sitama Ultri
Rinjani 2015
“Optimasi Alur Perjalanan Material Sampah Anorganik untuk Meningkatkan Persentase Daur Ulang Sampah Plastik dan
Kertas (Studi Kasus : Bank Sampah & Lapak, Depok)”
Model Arena (Aktifitas daur ulang
sampah) dengan skenario jenis sampah
plastik dan kertas
- Peningkatan daur ulang sampah plastik (PET,HDPE,LDPE dan PP) sebanyak 27 ton/bulan, dengan percepatan waktu rata-rata mencapai 32,35%
- Dan daur ulang pada kertas (putihan, Koran, kardus, duplex) sebanyak 12,8 ton/bulan dengan percepatan waktu rata-rata mencapai 40,25 %
6.
Han Hao, Zongwei Liu , Fuquan Zhao, Yong Geng and Joseph Sarkis
2017 ” Material Flow Analysis of
lithium in China” Lithium
Hasil MFA menunjukkan bahwa konsumsi lithum karbonat di China pada tahun 2015 sebesar 42,0 kt. Dan pada tahun 2017 sebesar 86,7 kt dari LCE di Indonesia.
7.
Karina Condeixa, Assed Haddad and
Deiter Boer
2017
“Material flow analysis of the residential bulding stock at the
city of Rio de Janeiro”
MI
(Material Intensitas)
Menunjukkan bahwa stok pada tahun 2010 memiliki sekitar 78.828.770 ton bahan bangunan dengan MI antara 2,58 dan 0,74 t /m2 Beton dan agregat memiliki MI yang lebih tinggi. Fase penggunaan bangunan akan bergerak 9.807.690 ton bahan sampai tahun 2090.
1.1 Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Bagaimana kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah di Bank Sampah Kota Medan (Studi kasus : Bank Sampah PAUD Fitri, Bank Sampah Berkah dan Bank Sampah Induk Sicanang) ?
2. Bagaimana proses aliran material kegiatan Bank Sampah di Kota Medan?
3. Bagaimana model Material Flow Analysis (MFA) skenario yang paling tepat untuk kegiatan 3R (Reduce , Reuse dan Reycle) di Bank Sampah Kota Medan ? 1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan pada penelitian ini adalah :
1. Mempelajari kondisi eksisting sistem pengelolaan sampah di Bank Sampah Kota Medan, (Studi kasus : Bank Sampah PAUD Fitri, Bank Sampah Berkah dan Bank Sampah Induk Sicanang)
2. Menganalisis aliran material kegiatan Bank Sampah di Kota Medan dengan menggunakan model Material Flow Analysis (MFA)
3. Menentukan model Material Flow Analysis (MFA) skenario yang paling tepat untuk kegiatan 3R (Reduce, Reuse dan Reycle) di Bank Sampah Kota Medan.
1.3 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat pada penelitian ini adalah : 1. Bagi Penyusun
Khusus : Penelitian ini dapat memberikan wawasan kepada penyusun mengenai perkembangan pengelolaan Bank Sampah di Kota Medan.
Umum : Dapat menjadi sarana dalam pengembangan pengetahuan dan kemampuan terkait dengan kegiatan dan proses pengelolaan di Bank Sampah Kota Medan.
1. Bagi Masyarakat
Khusus : Penelitian ini dapat memberikan gambaran terhadap masyarakat tentang proses pengelolaan Bank Sampah di Kota Medan.
Umum : Masyarakat lebih memahami dan dapat menerapkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan pola 3R (Reduce, Reuse dan Recycle).
2. Bagi pemerintahan Kota Medan
Khusus : Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan dan pertimbangan dalam menjalankan operasional dan peningkatan potensi di Bank Sampah Kota Medan.
Umum : Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan penetapan kebijakan pengelolaan persampahan Berbasis masyarakat dengan pola 3R (Reduce, Reuse dan Recycle).
1.4 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam bentuk studi kasus analisis aliran material kegiatan bank sampah di Kota Medan (Studi Kasus). Beberapa poin lingkup pembahasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Wilayah studi dalam penelitian ini meliputi 3 bank sampah di Kota Medan yaitu, Bank Sampah Induk Sicanang , Bank Sampah PAUD Fitri dan Bank Sampah Membawa Berkah, yang berlokasi di Kecamatan Medan Belawan.
2. Metode untuk menganalisis aliran material di bank sampah ialah MFA (Material Flow Analysis), metode ini mengilustrasikan aliran material dan proses pengelolaan
sampah anorganik kegiatan di bank sampah dalam bentuk diagram alir.
3. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian adalah data bank sampah yang aktif di Kota Medan dan peta Kota Medan sebagai petunjuk lokasi penelitian.
4. Data primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah data jumlah sampah anorganik yang masuk di bank sampah (studi kasus), selama 3 bulan terakhir yaitu bulan Oktober – Desember 2017.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Sampah
Sampah adalah semua benda atau produk sisa dalam bentuk padat sebagai akibat aktivitas manusia, yang dianggap tidak bermanfaat dan tidak dikehendaki oleh pemiliknya dan dibuang sebagai barang yang tidak berguna (Depkes RI, 1996). Sampah merupakan bahan padat buangan dari kegiatan rumah tangga, pasar, perkantoran, rumah penginapan, hotel, rumah makan, industri, atau aktivitas manusia lainnya. Bahkan, sampah bisa berasal dari puing-puing bahan bangunan dan besi-besi tua bekas kendaraan bermotor. Sampah merupakan hasil sampingan dari aktivitas manusia yang sudah tidak terpakai (Nurhidayat 2010).
Berdasarkan Undang - undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, dimana sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Hartono (2008) mendefenisikan sampah sebagai suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah adalah bahan yang tidak mempunyai nilai atau tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam pembuatan atau pemakaian barang rusak atau cacat dalam pembuatan manufaktur atau materi berkelebihan atau ditolak atau buangan (Kementerian Lingkungan Hidup, 2005). Berdasarkan uraian tersebut, sampah memiliki batasan yang jelas sebagai sesuatu yang tidak diinginkan dan berasal dari aktivitas manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. Dengan demikian sampah mengandung prinsip sebagai berikut :
1. Adanya sesuatu benda atau bahan padat.
2. Adanya hubungan langsung dengan kegiatan manusia.
3. Benda atau bahan tersebut tidak dipakai lagi (Damanhuri dan Padmi, 2010).
2.2 Dampak Sampah
Menurut Damanhuri dan Padmi (2010). Sampah yang dibuang ke lingkungan akan menimbulkan masalah bagi kehidupan dan kesehatan lingkungan, terutama kehidupan manusia. Masalah tersebut dewasa ini menjadi isu yang hangat dan banyak disoroti karena memerlukan penanganan yang serius. Beberapa permasalahan yang berkaitan dengan keberadaan sampah, di antaranya :
1. Masalah estetika (keindahan) dan kenyamanan yang merupakan gangguan bagi pandangan mata. Adanya sampah yang berserakan dan kotor, atau adanya tumpukan sampah yang terbengkelai adalah pemandangan yang tidak disukai oleh sebagaian besar masyarakat.
2. Sampah yang terdiri atas berbagai bahan organik dan anorganik apabila telah terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar, merupakan sarang atau tempat berkumpulnya berbagai binatang yang dapat menjadi vektor penyakit, seperti lalat, tikus, kecoa, kucing, anjing liar, dan sebagainya. Juga merupakan sumber dari berbagai organisme patogen, sehingga akumulasi sampah merupakan sumber penyakit yang akan membahayakan kesehatan masyarakat, terutama yang bertempat tinggal dekat dengan lokasi pembuangan sampah.
3. Sampah yang berbentuk debu atau bahan membusuk dapat mencemari udara. Bau yang timbul akibat adanya dekomposisi materi organik dan debu yang beterbangan akan mengganggu saluran pernafasan, serta penyakit lainnya.
4. Timbulan lindi (leachate), sebagai efek dekomposisi biologis dari sampah memiliki potensi yang besar dalam mencemari badan air sekelilingnya, terutama air tanah di bawahnya. Pencemaran air tanah oleh lindi merupakan masalah terberat yang mungkin dihadapi dalam pengelolaan sampah.
5. Sampah yang kering akan mudah beterbangan dan mudah terbakar. Misalnya tumpukan sampah kertas kering akan mudah terbakar hanya karena puntung rokok yang masih membara. Kondisi seperti ini akan menimbulkan bahaya kebakaran.
6. Sampah yang dibuang sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air buangan dan drainase. Kondisi seperti ini dapat menimbulkan bahaya banjir akibat
terhambatnya pengaliran air buangan dan air hujan.
7. Beberapa sifat dasar dari sampah seperti kemampuan termampatkan yang terbatas, keanekaragaman komposisi, waktu untuk terdekomposisi sempurna yang cukup lama, dan sebagainya, dapat menimbulkan beberapa kesulitan dalam pengelolaannya. Misalnya, diperlukan lahan yang cukup luas dan terletak agak jauh dari pemukiman penduduk, sebagai lokasi pembuangan akhir sampah. Volume sampah yang besar merupakan masalah tersendiri dalam pengangkutannya, begitu juga dengan masalah pemisahan komponen-komponen tertentu sebelum proses pengolahan.
8. Di negara-negara berkembang, seperti Indonesia, kurangnya kemampuan pendanaan, skala prioritas yang rendah, kurangnya kesadaran penghasil sampah merupakan masalah tersendiri dalam pengelolaan sampah, khususnya di kota-kota besar.
2.3 Prinsip Pengelolaan Sampah
a. Paradigma lama penanganan sampah secara konvensional yang bertumpu pada proses pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan akhir perlu diubah dengan mengedepankan terlebih dahulu proses pengurangan dan pemanfaatan sampah.
b. Pengurangan dan pemanfaatan sampah secara signifikan dapat mengurangi kebutuhan pengelolaan sehingga sebaiknya dilakukan di semua tahap yang memungkinkan baik sejak di sumber, TPS, Instalasi Pengolahan, dan TPA. Dengan demikian diharapkan target pengurangan sampah sebesar 20% dapat terpenuhi.
c. Pengurangan dan pemanfaatan sampah sejak disumbernya akan memberikan dampak positif, dalam hal ini peran serta masyarakat sangatlah penting.
d. Komposisi sampah dengan kandungan organik tinggi (60-80%) merupakan potensi sumber bahan baku kompos yang dapat melibatkan peran serta masyarakat.
e. Daur ulang oleh sektor informal perlu diupayakan menjadi bagian dari sistem pengelolaan sampah perkotaan.
f. Tempat Pemrosesan Akhir merupakan tahap terakhir penanganan sampah.
Pemanfaatan TPA sebaiknya untuk jangka panjang (minimal 10 tahun).
g. Insinerator merupakan pilihan teknologi terakhir untuk pengolahan sampah kota, mengingat karakteristik sampah di Indonesia yang masih mengandung organic yang cukup tinggi, biaya investasi dan operasi serta pemeliharaan yang mahal.
Pengelolan persampahan dapat terdiri dari 5 aspek seperti dalam Gambar 2.1 berikut :
Gambar 2.1 Aspek-aspek Pengelolaan Persampahan Sumber : (Enri dan Tri , 2006)
2.4 Bank Sampah
2.4.1 Pengertian Bank Sampah
Bank Sampah adalah tempat menabung sampah yang telah terpilah menurut jenis sampah. Cara kerja Bank Sampah pada umumnya hampir sama dengan bank lainnya, ada nasabah, pencatatan pembukuan dan manajemen pengelolaannya. Apabila dalam bank umum yang disetorkan nasabah adalah uang, akan tetapi dalam Bank Sampah yang disetorkan adalah sampah yang mempunyai nilai ekonomis (Anih, 2014).
Bank sampah sebaiknya dikelola oleh orang yang kreatif dan inovatif, serta memiliki jiwa kewirausahaan, agar dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Sistem kerja Bank Sampah dilakukan berbasis rumah tangga, dengan memberikan reward kepada yang berhasil memilah dan menyetorkan sejumlah sampah. Konsep Bank Sampah mengadopsi menajemen bank pada umumnya. Selain bisa sebagai sarana untuk melakukan gerakan penghijauan, pengelolaan sampah juga bisa menjadi sarana pendidikan gemar menabung untuk masyarakat dan anak-anak. Metode Bank Sampah
juga berfungsi untuk memberdayakan masyarakat agar peduli terhadap kebersihan (Anih, 2014).
Konsep bank sampah ini tidak jauh berbeda dengan konsep 3R (Reduse, Reuse, Recycle). Jika dalam konsep 3R ditekankan bagaimana agar mengurangi jumlah sampah yang ditimbulkan dengan menggunakan atau mendaur ulangnya, dalam konsep bank sampah ini, paling ditekankan adalah bagaimana agar sampah yang sudah dianggap tidak berguna dan tidak memiliki manfaat dapat memberikan manfaat tersendiri dalam bentuk uang, sehingga masyarakat termotivasi untuk memilah sampah yang mereka hasilkan. Proses pemilahan inilah yang mengurangi jumlah timbulan sampah yang dihasilkan dari rumah tangga sebagai penghasil sampah terbesar di perkotaan. Konsep Bank Sampah membuat masyarakat sadar bahwa sampah memiliki nilai jual yang dapat menghasilkan uang, sehingga mereka peduli untuk mengelolanya, mulai dari pemilahan, pengomposan, hingga menjadikan sampah sebagai barang yang bisa digunakan kembali dan bernilai ekonomis (Anih, 2014).
Dengan adanya konsep bank sampah ini menjadi salah satu solusi bagi pengelolaan sampah di Indonesia yang masih bertumpu pada pendekatan akhir. program ini, sampah mulai dikelola dari awal sumber timbunan sampah, yaitu rumah tangga. Pemilihan yang dilakukan oleh masyarakat sejak awal membuat timbunan sampah yang dihasilkan dan dibawa ke tempat pemprosesan akhir (TPA) menjadi berkurang (Medan Green&Clean, 2010).
2.4.2 Lokasi Bank Sampah
Tempat atau lokasi bank sampah dapat berupa lahan terbuka, gudang dan lahan-lahan kosong yang dapat menampung sampah dalam jumlah yang banyak.
2.4.3 Nasabah Bank Sampah
Nasabah bank sampah adalah individu, komunitas/ kelompok yang berminat menabungkan sampahnya pada bank sampah. Individu biasanya perwakilan dari kepala keluarga yang mengumpulkan sampah rumah-tangga. Komunitas/ kelompok, adalah kumpulan sampah dari satu lingkungan atau sampah dari sekolah-sekolah dan perkantoran (Unilever Green&Clean, 2010).
2.4.4 Manajemen Bank Sampah
Cara menabung pada bank sampah adalah setiap nasabah mendaftarkan pada pengelola, pengelola akan mencatat nama nasabah dan setiap anggota akan diberi buku tabungan secara resmi. Bagi nasabah yang ingin menabung sampah, caranya cukup mudah, tinggal datang ke kantor bank sampah dengan membawa sampah, sampah yang akan ditabung harus sudah dipilah-pilah sesuai dengan jenisnya seperti kertas, plastik, botol, kaleng, besi, alumunium dan lainnya dimasukkan kekantong-kantong yang terpisah (Medan Green&Clean, 2010).
Sampah yang akan ditabung harus dalam kondisi bersih dan kering. Petugas bank sampah akan melakukan penimbangan, pencatatan, pelabelan dan memasukkan sampah pada tempat yang telah disediakan. Nasabah yang sudah menabung dapat mencairkan uangnya sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati misalnya 3 atau 4 bulan sekali dapat mengambil uangnya. Sedangkan jadwal menabung ditentukan oleh pengelola.
Pencatatan di buku tabungan akan menjadi patokan berapa uang yang sudah terkumpul oleh masing-masing nasabah, sedang pihak bank sampah memberikan harga berdasarkan harga pasaran dari pengumpul sampah. Berbeda dengan bank pada umumnya menabung pada bank sampah tidak mendapat bunga. Untuk keperluan administrasi dan upah pekerja pengelola akan memotong tabungan nasabah sesuai dengan harga kesepakatan. Sementara itu, dana yang terkumpul akan dikelola oleh bendahara (Unilever Green&Clean, 2010).
Berikut ini merupakan standar Manajemen Bank Sampah berdasarkan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomer 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle Melalui Bank Sampah pada Tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1 Standar Manajemen Bank Sampah
No Komponen Sub Komponen
1. Penabung Sampah a. Dilakukan penyuluhan Bank Sampah paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan.
b. Setiap penabung diberikan 3 (tiga) wadah/tempat sampah terpilah.
c. Penabung mendapatkan buku rekening dan nomer rekening tabungan sampah.
d. Telah melakukan pemilahan sampah e. Telah melakukan upaya mengurangi sampah.
2. Pelaksanan Bank Sampah a. Menggunakan Alat pelindung Diri (ADP) selama melayani penabung sampah.
b. Mencuci tangan menggunakan sabun sebelum dan sesudah melayani penabung sampah.
c. Direktur Bank Sampah berpendidikan paling rendah SMA/sederajat.
d. Telah mengikuti pelatihan Bank Sampah.
e. Melakukan monitoring dan evaluasi (monev) paling sedikit 1 (satu) bulan sekali dengan melakukan rapat pengelola Bank Sampah.
f. Jumlah pengelola harian paling sedikit 5 (lima) orang g. Pengelola mendapat gaji/intensif setiap bulan.
3. Pengepul / pembeli sampah / industri daur ulang
a. Tidak melakukan pembakaran sampah.
b. Mempunyai naskah kerja sama /mou dengan Bank Sampah sebagi mitra dalam pengelolaan sampah.
c. Mampu menjaga kebersihan lingkungan seperti tidak adanya jentik nyamuk dalam sampah kaleng/botol.
d. Mempunyai izin usaha.
4. Pengelolaan Sampah di Bank Sampah
a. Sampah layak tabung diambil oleh pengepul paling lama sebulan sekali.
b. Sampah layak kreasi didaur ulang oleh pengerajin binaan Bank Sampah.
c. Sampah layak kompos dikelola skala RT dan /atau sekala komunal.
d. Sampah layak buang (residu) diambil petugas PU 2 (dua) kali dalam 1 (satu) minggu.
e. Cakupan wilayah pelayanan Bank Sampah paling sedikit 1 (satu) kelurahan (lebih besar dari 500 (lima ratus) kepala keluarga).
f. Sampah yang diangkut ke TPA berkurang 30-40% setiap bulannya.
g. Jumlah penabung bertambah rata-rata 5-10 penabung setiap bulannya.
h. Adanya replikasi Bank Sampah setempat ke wilayah lain.
Lanjutan tabel 2.1
5. Peran Pelaksanan Bank Sampah a. Sebagai fasilitator dalam pembangunan dan pelaksanaan Bank Sampah.
b. Menyediakan data “pengepul/pembeli sampah” bagi Bank Sampah.
c. Menyediakan data “industri daur ulang”
d. Memberikan reward bagi Bank Sampah.
Catatan :
Fasilitator adalah orang yang memfasilitasi keperluan pembangunan dan palaksanaan Bank Sampah, antara lain:
a. Membantu dalam memfasilitasi penggalangan dana Corporate Sosial Responsibility (CSR).
b. Penyediaan infrastruktur, sarana dan prasarana bagi berdirinya Bank Sampah.
c. Pengurusan perijinan usaha Bank Sampah.
d. Membantu dalam memasarkan produk daur ulang sampah (kompos dan kerajinan).
Sumber : PerMenLH, Nomer 13 Tahun 2012.
2.4.5 Peran Bank Sampah
Peran Bank Sampah menjadi penting dengan terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur tentang kewajiban produsen untuk melakukan kegiatan 3R dengan cara menghasilkan produk yang menggunakan kemasan yang mudah diurai oleh proses alam yang menimbulkan sampah sesedikit mungkin menggunakan bahan baku produksi yang dapat didaur ulang dan diguna ulang dan/atau menarik kembali sampah dari produk dan kemasan produk untuk didaur ulang dan diguna ulang. Dengan adanya Bank Sampah, maka produsen dapat melakukan kerja sama dengan Bank Sampah yang ada agar dapat mengolah sampah dari produk yang dihasilkannya sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah tersebut (Anih, 2014)
2.4.6 Pelaksanaan Bank Sampah
Berikut dibawah ini pelaksanaan Bank Sampah berdasarkan Lampiran- II Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2012 Tentang Pedoman Pelaksanaan Reduce, Reuse dan Recycle Melalui Bank Sampah ialah :
a. Jam Kerja
Berbeda dengan bank sampah konvensional, jam kerja bank sampah sepenuhnya
tergantung kepada kesepakatan pelaksanaan bank sampah dan masyarakat sebagai penabung. Jumlah hari kerja bank sampah dalam seminggu pun tergantung bias 2 hari, 3 hari, 5 hari atau 7 hari tergantung ketersediaan waktu pengelola bank sampah yang biasanya punya perkerjaan utama.
b. Penarikan Tabungan
Semua orang dapat menabung sampah di bank sampah. Setiap sampah yang ditabung akan ditimbang dan dihargai sesuai harga pasaran. Uangnya dapat langsung diambil penabung atau dicatat dalam buku rekening yang dipersiapkan oleh bank sampah. Berdasarkan pengalaman selama ini, sebaiknya sampah yang ditabung tidak langsung diuangkan namun ditabung dan dicatat dalam buku rekening dan baru dapat diambil paling cepat 3 (tiga) bulan. Hal ini penting dalam upaya menghimpun dana yang cukup untuk dijadikan modal dan mencegah budata konsumtif.
c. Peminjaman Uang
Selain menabung sampah, dalam prakteknya bank sampah juga dapat meminjamkan uang kepada penabung dengan sistem bagi hasil dan harus dikembalikan dalam jangka waktu tertentu.
d. Buku Tabungan
Setiap sampah yang ditabung, ditimbang dan dihargai sesuai harga pasaran sampah kemudian dicatat dalam buku rekening (buku tabungan) sebagai bukti tertulis jumlah sampah dan jumlah uang yang dimiliki setiap penabung.
e. Jasa Penjemputan Sampah
Sebagai bagian dari pelayanan, bank sampah dapat menyediakan angkutan untuk menjemput sampah dari kampung ke kampung di seluruh daerah layanan. Penabung cukup menelpon bank sampah dan meletakkan sampahnya di depan rumah, petugas bank sampah akan menimbang , mencatat, dan mengangkut sampah tersebut.
f. Jenis Tabungan
Dalam prakteknya, pengelola bank sampah dapat melaksanakan dua jenis tabungan, tabungan individu dan tabungan kolektif. Tabungan individu terdiri dari : tabungan biasa, tabungan pendidikan, tabungan lebaran , dan tabungan sosial. Tabungan biasa dapat ditarik setelah 3 bulan, tabungan pendidikan dapat ditarik setiap tahun ajaran baru atau setiap bayar sumbangan pengembangan pendidikan (SPP), sementara tabungan lebaran dapat diambil seminggu sebelum lebaran. Tabungan kolektif (sosial) biasanya ditunjukan untuk keperluan kelompok seperti kegiatan arisan, pengajian dan pengurusan masjid.
g. Jenis Sampah
Jenis sampah yang dapat ditabung di bank sampah dikelompokkan menjadi : 1. Kertas , yang meliputi koran, majalah , kardus dan duplek
2. Plastik, yang meliputi plastik bening, botol plastik dan plastik keras lainnya dan, 3. Logam , yang meliputi besi , aluminium dan timah.
Bank sampah dapat menerima sampah jenis lain dari penabung sepanjang mempunyai nilai ekonomi.
h. Penetapan Harga
Penepatan harga setiap jenis sampah merupakan kesepakatan pengurus bank sampah. Harga setiap jenis sampah bersifat flukuatif tergantung harga pasaran.
Penetapan harga meliputi :
1. Untuk perorangan yang menjual langsung sampah dan mengharapkan uang tunai, harga ditetapkan merupakan harga fluktuatif sesuai harga pasar
2. Untuk penabung yang menjual secara kolektif dan sengaja untuk ditabung, harga yang diberikan merupakan harga stabil tidak tergantung pasar dan biasanya diatas harga pasar. Cara ini ditempuh untuk memotivasi masyarakat agar memilah, mengumpulkan dan menabung sampah. Cara ini juga merupakan strategi subsidi silang untuk biaya operational bank sampah.
i. Kondisi Sampah
Penabung didorong untuk menabung sampah dalam keadaan bersih dan utuh.
Karena harga sampah dalam keadaan bersih dan utuh memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi. Penjualan plastik dalam bentuk bijih plastik memiliki nilai ekonomi lebih tinggi karena harga plastik dalam bentuk bijih plastik dapat bernilai 3 (tiga) kali lebih tinggi disbanding dalam bentuk asli.
j. Berat Minimum
Agar timbangan sampah lebih efesien dan pencatatan dalam bentuk buku rekening lebih mudah, perlu diberilakukan syarat berat minimum untuk menabung sampah, misalnya 1 kg untuk setiap jenis sampah. Sehingga penabung didorong untuk menyimpan terlebih tabungan sampahnya di rumah sebelum mencapai syarat berat minimum.
k. Wadah Sampah
Agar proses pemilahan sampah berjalan baik, penabung disarankan untuk membawa 3 (tiga) kelompok besar sampah ke dalam 3 (tiga) kantong yang berbeda meliputi : 1. Kantong pertama untuk plastik
2. Kantong kedua untuk kertas dan, 3. Kantong ketiga untuk logam.
l. Sistem Bagi Hasil
Besaran sistem bagi hasil bank sampah tergantung pada hasil rapat pengurus bank sampah. Hasil keputusan besarnya bagi hasil tersebut kemudian disosialisasikan kepada semua penabung. Besaran bagi hasil yang umum digunakan saat ini adalah 85:15 yaitu 85 % (delapan puluh persen) dan 15 % (lima belas persen) untuk pelaksanaan bank sampah. Jatah 15 % (lima belas persen) untuk bank sampah digunakan untuk kegiatan operasional bank sampah seperti pembuatan buku rekening, fotocopi, pembelian alat tulis , dan pembelian perlengkapan pelaksanaan operasional bank sampah.
m. Pemberian Upah Karyawan
Tidak semua bank sampah dapat membayar upah karyawannya karena sebagian bank sampah dijalankan pengurus secara sukarela. Namun, jika pengelolaan bank sampah dijalankan secara baik dan profesional, pengelola bank sampah bias mendapatkan upah yang layak (Peraturan Mentri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia No.13 Tahun 2012).
2.5 Analisis Aliran Material/MFA (Material Flow Analysis) 2.5.1 Material Flow Analysis (MFA)
Material Flow Ananlysis (MFA) adalah analisis aliran material yang merupakan penilaian sistematis terhadap proses aliran dan persediaan bahan (material) dalam sistem yang didefinisikan dalam ruang dan waktu. Berhubungkan dengan sumber, jalur, dan hingga akhir dari suatu material. MFA memberikan serangkaian informasi lengkap dan konsisten tentang semua arus dan persediaan bahan tertentu dalam suatu sistem. Dengan menyeimbangkan input dan output, arus limbah dan beban lingkungan menjadi terlihat, dan penggunaannya sumber dapat diidentifikasi Penipisan atau akumulasi stok material adalah diidentifikasi cukup dini baik untuk mengambil tindakan pencegahan atau untuk mempromosikan lebih lanjut penumpukan dan pemanfaatan masa depan (Brunner dan Rechberger, 2003).
Menurut European Union , analisa aliran material menjadi salah satu metode yang paling dapat diandalkan dalam deteksi kuantitatif dan diterapkan sebagai ultilitas dasar dalam sistem manajemen limbah. Kompleksitas sistem pembuangan sampah yang terus meningkat, sehingga memiliki ketergantungan lebih antara beberapa proses. Maka dibutuhkan pengembangan metode untuk menyeimbangkan material dari sistem pembuangan sampah yang kompleks, itulah sebabnya sistem pengelolaan sampah butuh diidentifikasi dan dimodelisasi (Annisa, 2013).
2.5.2 Modelisasi Sistem Pengelolaan Sampah
Menurut Eriksson et al (2011). Model pengolahan sampah telah dikembangkan di seluruh dunia sejak akhir tahun 1960. Tujuan keseluruhan dari model adalah untuk membantu pengambilan keputusan yang menghadapi tugas yang kompleks untuk
menangani sampah dengan cara yang hemat biaya dan ramah lingkungan. Publikasi penelitian internasional menuliskan bahwa model pengelolaan sampah menunjukkan manfaat yang besar untuk menangani kompleksitas dan ketidakpastian serta menemukan manfaat dari kerjasama dan tujuan penanganan yang berbeda (Annisa, 2013).
2.5.3 Metodologi MFA
Menurut European Union (2009) , metode yang sesuai untuk memodelkan sistem pengelolaan sampah adalah analisa aliran material (Material Flow Analysis/MFA) atau analisa aliran zat/substansi (Substance Flow Analysis/SFA). Menurut OECD (MFA) adalah studi tentang arus fisik bahan ke dalam, melalui proses dan keluar dari sistem yang diberikan dengan menggunakan prinsip kesetimbangan massa untuk lingkungan.
Sedangkan menurut Brunner et al (2004), MFA telah diterapkan sebagai perangkat dasar (basic tool) di dalam ekonomi, pengelolaan lingkungan, pengelolaan sumber daya, dan pengelolaan sampah (Annisa,2013).
Metodologi MFA dapat diterapkan ke sistem pengelolaan sampah dengan target sebagai berikut, (Brunner dan Rechberger, 2003) :
a. Mengilustrasi aliran material dan proses, termaksud rincian nilai yang berbeda.
b. Mempertimbangkan pengubahan kerangka kerja.
c. Menghitung dan menganalisis sistem dalam hal material dan atau efisiensi energi.
d. Mendukung pengelolaan aliran material dengan menganalisis kesempatan untuk mendistribusikan arus limbah untuk berbagai bentuk, mempertimbangkan teknis kondisi kerangka kerja yang ekonomis dan ekologi.
e. Menganalisis titik kritis, pengembangan langkah-langkah untuk optimasi.
Mendefenisi suatu skenario dasar untuk menilai perkembangan dimasa depan. Berikut dibawah ini Gambar 2.2 elemen sebuah model MFA:
Gambar 2.2 Elemen Sebuah Model MFA Sumber : (Brunner dan Rechberger, 2003).
Dalam hal pemodelan sebuah diagram aliran material, elemen yang penting dinyatakan dalam sebuah proses sederhana. Oleh karena itu penting untuk melakukan asumsi yang wajar. Dalam sistem, proses mengubah aliran material yang masuk (input) keluar aliran material (output). Output dari salah satu proses mungkin mewakili input dari proses berikutnya (Annisa, 2013).
Untuk sistem, diterapkan prinsip kesetimbangan massa, yang ditemukan pada hukum pertama termodinamika. Prinsipnya juga disebut hukum kekekalan materi menyatakan bahwa materi, yaitu massa dan energi, tidak diciptakan atau dimusnakan oleh setiap proses. Karena Input dan Output dari proses pengolahan sampah adalah kompleks dapat berbeda, maka istilah stok diciptakan untuk menganalisis efesiensi sistem, maka kesetimbangan materi sistem tidak akan selalu diimbangkan secara total. Hal ini karena aliran tunggal sering dialokasikan untuk proses atau diiringkan dalam sejumlah parameter untuk menjaga sistem sesederhana mungkin (Annisa, 2013).
Dasar-dasar untuk analisis aliran material adalah defenisi ruang dan batas-batas.
Umumya jangka waktu untuk model aliran material di dalam pengelolaan sampah diatur untuk kondisi satu tahun. Batas ruang tergantung pada defenisi, misalnya dalam suatu wilayah atau daerah tangkapan dari sebuah perusahaan. Berikut dibawah ini adalah
tujuan MFA (Material Flow Analysis)
1. Menggambarkan suatu sistem aliran material dan stok dengan defenisi jelas.
2. Mengurangi kompleksitas sistem.
3. Menilai aliran relevan dan stok dalam istilah kuantatif hasil saat ini tentang aliran dan stok dari suatu sistem dengan cara yang tepat direproduksi , dimengerti, dan transparan.
4. Menggunakan hasil sebagai dasar untuk mengelola sumber daya , lingkungan, dan limbah, khususnya untuk penjelasan berikut :
 Pengenalan awal akumulasi yang berpotensi berbahaya atau bermanfaat dan pengurangan stok, serta untuk prediksi beban lingkungan dimasa depan berdasarkan waktu berkala.
 Pengaturan prioritas tentang langkah-langkah untuk perlindungan lingkungan, konservasi sumber daya dan pengelolaan limbah (apa yang paling penting dan apa yang terjadi terlebih dahulu)
 Desain barang, proses, dan sistem yang mempromosikan perlindungan lingkungan, konvesional sumber daya, dan pengelolaan limbah (desain ramah lingkungan, desain ekosistem, desain untuk daur ulang, dan desain untuk pembuangan) (Annisa, 2013).
2.5.4 Membangun Model Material Flow Analysis (MFA)
Komponen untuk membangun model Material Flow Analysis (MFA) terdiri dari sistem batas (Boundary System), proses dan aliran.
a. Sistem Batas (Boundary System)
Sistem batas (Boundary System) didefinisikan dalam ruang dan waktu (temporal dan batas-batas sistem special. Umumnya diterapkan batas temporal untuk sistem antropogenik seperti perusahaan, kota atau bangsa. Periode 1 tahun dipilih karena alasan ketersediaan data. Batas sistem spesial biasanya ditetapkan berdasarkan wilayah geografis tempat terjadinya proses. Aliran yang masuk ke
dalam sebuah sistem disebut impor (input) dan yang mengalir meninggalkan sistem adalah ekspor (output) (Brunner dan Rechberger , 2003).
b. Proses
Untuk model proses didefinisikan sebagai transportasi, transformasi , atau menyimpan benda dan bahan. Biasanya, proses didefenisikan sebagai proses kotak hitam (black box), yang berarti bahwa proses dalam kotak tidak diperhitungkan. Hanya input dan output yang diperhatikan. Jika proses internal yang diperhatikan, proses tersebut harus dibagi menjadi dua atau lebih sub- proses. Contoh proses seperti :
 Metabolisme kota, manusia atau hewan.
 Kegiatan dalam rumah tangga (misalnya pemisahan sampah), atau pabrik (tungku pembakaran limbah misalnya, pabrik kertas , TPA).
 Kegiatan dalam media lingkungan (misalnya atmosfer (udara), hidrosfer, atau tanah).
 Pelayanaan (misalnya pengumpulan limbah residu/sisa) (Brunner dan Rechberger , 2003).
c. Aliran
Terdapat aliran impor/input (aliran internal yang menghubungkan proses ke dalam sistem) dan aliran ekspor/output (aliran yang melintasi sistem batas).
Aliran didefenisikan sebagai “laju aliran massa”, yaitu perbandingan massa per waktu yang mengalir melalui sebuah konduktor, misalnya pipa air. Unit (satuan) aliran adalah satuan kg / detik atau ton/tahun (Brunner dan Rechberger, 2003).
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Konsep Metodologi Penelitian
Agar tujuan penelitian tercapai, maka dibutuhkan konsep metodologi penelitian yang merupakan salah satu komponen penentu untuk melaksanakan penelitian dengan prosedur terstruktur. Diagram alir metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1 konsep metodologi penelitian :
Gambar 3.1 Konsep Metodologi Penelitian
3.2 Lokasi Penelitian
Pengambilan sampel di bank sampah kota Medan berdasarkan pengelompokkan bank sampah kota Medan terdiri dari Institusi, Sekolah dan Komunitas. Pada penelitian ruang lingkup wilayah ini studi analisis akan dilakukan di 3 bank sampah di Kecamatan Medan Belawan Kota Medan yaitu, bank sampah Induk Sicanang (Kelurahan Sicanang), bank sampah Paud Fitri (Kelurahan Bagan Deli), bank sampah Membawa Berkah (Kelurahan Belawan I). Peta wilayah penelitian dapat dilihat pada lampiran 1 (terlampir).
3.3 Penentuan Jumlah Sampel
Berdasarkan data Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Medan tahun 2016 , jumlah bank sampah yang aktif berjumlah 97 unit. Dari hasil pengelompokan bank sampah terdiri dari Institusi , Sekolah dan Komunitas, berikut dibawah ini hasil pengelompokan bank sampah di Kota Medan :
a. Institusi sebanyak 5 bank sampah yang aktif b. Sekolah sebanyak 16 bank sampah yang aktif dan c. Komunitas sebanyak 76 bank sampah yang aktif.
Penentuan jumlah bank sampah yang akan diteliti berdasarkan pengelompokan studi kasus yang akan di teliti dari perwakilan dari tiap kelompok bank sampah yang terdiri dari institusi, sekolah dan komunitas. Bank sampah yang akan diteliti yaitu Bank Sampah Induk Sicanang (kategori institusi) , Bank Sampah PAUD Fitri (kategori sekolah) dan Bank Sampah Berkah (kategori komunitas). Penentuan ini berdasarkan klasifikasi bank sampah dimulai dari keaktifan dalam operasional, jumlah nasabah, jumlah pemanfaat, berdasarkan dari data badan lingkungan hidup (BLH) Kota Medan. Berikut data nama bank sampah yang akan diteliti dapat dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Studi Kasus Bank Sampah yang Akan di Teliti
No Jenis kelompok Nama Bank Sampah Status Bank Sampah
Jumlah Nasabah Aktif
Jumlah Penerima Manfaat (kg)
Klasifikasi Bank Sampah
1 Institusi Bank Sampah Induk
Sicanang Aktif 813 4745 Platinum
2 Sekolah Paud Fitri Aktif 80 400 Gold
3 Komunitas Bank Sampah Berkah Aktif 90 612 Gold
Sumber : Badan Lingkungan Hidup, 2016
3.4 Jenis Data 3.4.1 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang didapatkan dari pengukuran yang sudah ada dapat menjadi acuan perhitungan. Data sekunder yang digunakan pada penelitian ini adalah jumlah Bank Sampah yang aktif di Kota Medan pada tahun 2016.
3.4.2 Data Primer
Data primer yaitu data yang didapat pengukuran dilapangan. Data primer yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis sampah yang masuk (Input) di Bank Sampah (seperti : plastik, kertas, botol plastik, kaca dan lainnya), selain itu sampah akan masuk ke tahap pemilahan dimana pada tahap pemilahan ada sumber daya yang digunakan (seperti : transportasi, air, listrik, jumlah tenaga kerja, lain-lainnya), penghasilan dari kegiatan penjualan sampah, jumlah staf (pekerja), dan dokumentasi kegiatan Bank Sampah.
3.5 Perhitungan Model Material Flow Analysis (MFA)
Dalam metode ini yang akan digunakan ialah dengan perhitungan Microsoft Excel dari data tiap bank sampah dimana data yang akan di ambil 3 bulan terakhir, yaitu data pembelian dan penjualan kembali. Persamaan matematika kekekalan massa digunakan untuk persamaan kesetimbangan (jumlah sampah yang masuk dan keluar), perubahan proses (residu) dan sampah yang tersimpan yang akan dijual di bulan selanjutnya (stok).
Persamaan kesetimbangan :
∑ Output = ∑ Input - Perubahan didalam proses
sumber : Brunner dan Rechberger, 2003
Dimana pada persaman diatas untuk mencari nilai outputnya dari jumlah sampah yang masuk ∑ Input (total input) di kurang dari hasil proses, dimana pada proses pemilahan akan ada sampah yang diresidu.
3.5.1 Pengolahan Data
Data yang telah didapat kemudian diolah untuk melihat hasil nilai perbandingan proses pemilahan untuk dianalisis, sebagai berikut :
a. Menghitung nilai perbandingan antara bank sampah dari hasil proses model
material flow analysis (MFA), untuk mengetahui nilai perbandingan proses analisis dari kegiatan bank sampah Kota Medan dengan cara :
Nilai Bank Sampah a = jumlah Output (kg /bulan)/ jumlah Input (kg/bulan) X 100
%
Sumber : Brunner dan Rechberger, 2003
b. Menghitung perbandingan total pengunaan air proses pemilahan bank sampah untuk mengetahui nilai perbandingan total pengunaan air untuk proses pemilahan sampah plastik pada tiap bank sampah di Kota Medan dengan cara :
Nilai Bank Sampah a = jumlah sampah plastik (kg /bulan)/ jumlah pengunaan air (kg/bulan) X 100 %
Sumber : Brunner dan Rechberger, 2003