• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN SKALA SEDANG DAN BESAR DI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN SKALA SEDANG DAN BESAR DI SUMATERA UTARA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN SKALA SEDANG DAN

BESAR DI SUMATERA UTARA

OLEH

TASYA AULIADINA 150501062

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

ANALISIS PENYERAPAN TENAGA KERJA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN SKALA SEDANG DAN BESAR DI SUMATERA UTARA

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan skala sedang dan besar di Sumatera Utara. Adapun variabel bebas yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini diantaranya yaitu upah Minimum, nilai output dan jumlah unit usaha.

Jenis penelitian yang digunakan yaitu kuantitatif. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel dengan bantuan aplikasi Eviews 10. Data panel yaitu gabungan antara data time series berupa urutan waktu yaitu tahun 2012-2016 dan data cross section yaitu 25 Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dengan total jumlah observasi yaitu 125 observasi. Adapun model yang paling tepat dalam penggunaan data panel adalah Fixed Effect Model.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel upah minimum berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan skala sedang dan besar di Sumatera Utara. Sedangkan variabel nilai output dan jumlah unit usaha berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan skala sedang dan besar di Sumatera Utara. Diperoleh nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0,985 yang artinya bahwa penyerapan tenaga kerja akan mempengaruhi upah minimum, nilai output dan jumlah unit usaha sebesar 98% sedangkan sisanya 2%

dipengaruhi oleh faktor lain.

Kata kunci : Penyerapan Tenaga Kerja, Upah Minimum. Nilai Output, Jumlah Unit Usaha, Fixed Effect Model

(6)

ABSTRACT

ANALYSIS OF APPLICATION OF LABOR AND GREAT SCALE PROCESSING INDUSTRY SECTOR IN NORTH SUMATERA

This study aims to analyze the absorption of labor in the medium and large scale manufacturing sector in North Sumatra. The independent variables that affect employment in this study include the Minimum Wage, the value of output and the number of business units.

The type of research used is quantitative. This study uses panel data regression analysis with the help of applications Eviews 10. Panel data is a combination of time series data in the form of a time sequence, namely in the year 2012-2016 and cross section data, namely 25 districts / cities in North Sumatra Province with a total number of observations, 125 observations . The most appropriate model in using panel data is the Fixed Effect Model.

The results of this study indicate that the minimum wage variable has a negative and not significant effect on the employment of the medium and large scale manufacturing industry in North Sumatra. While the variable value of output and the number of business units have a positive and significant effect on the employment of the medium and large scale manufacturing sector in North Sumatra. The coefficient of determination is obtained (R2) of 0.985 which means that employment will affect the minimum wage, the value of output and the number of business units by 98% while the remaining 2% is influenced by other factors.

Keywords: Labor Absorption, Minimum Wages. Output Value, Number of Business Units, Fixed Effect Model

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur bagi Allah Tuhan semesta alam, yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis telah mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Skala Sedang dan Besar di Sumatera Utara”.

Skripsi ini peneliti persembahkan untuk Ayahanda, Eddy Siswanto, SH dan Ibunda, Sri Rahayu. Terima kasih telah membesarkan, mendidik, dan memberikan dukungan moral dan materil serta kasih sayang dan doa yang tidak ternilai mulai dari penulis belajar hingga dapat menyelesaikan pendidikan di Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Prof Dr. Ramli, SE, MS., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2. Bapak Drs. Coki Ahmad Syahwier, MP., selaku Ketua Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution, SE, MSi., selaku Sekretaris Program Studi S-1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Murbanto Sinaga, MA selaku Dosen Pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan fikiran untuk mengarahkan peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini dari awal penulisan hingga selesainya skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Syaad Afifuddin, SE, MEc dan Bapak Drs. Syahrir Hakim Nasution, M.Si., selaku Dosen Penguji I dan Dosen Penguji II yang telah membantu penulis melalui saran dan kritik yang diberikan demi kesempurnaan skripsi ini.

(8)

6. Seluruh Dosen dan Staf Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membagi ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi saya.

7. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam penyelesaian kelengkapan administrasi.

8. Adik-adik tersayang Khairina Fitri dan Tri Arya Priyatama, yang selalu setia mendoakan dan mendukung dalam penyusunan skripsi ini.

9. Sahabat-sahabat terbaik, Holong, Diana, Indah, Fina, Fatma,dan Fadli yang senantiasa menolong, mendoakan, dan selalu memberikan motivasi serta semangat.

10. Pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Saya menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, sangat baik jika ada kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini memberi manfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, April 2019 Peneliti

Tasya Auliadina NIM.150501062

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori ... 9

2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja ... 9

2.1.2 Penyerapan Tenaga Kerja ... 11

2.1.3 Permintaan Tenaga Kerja ... 12

2.1.4 Penawaran Tenaga Kerja ... 17

2.1.5 Pasar Tenaga Kerja ... 18

2.1.6 Industri Pengolahan Sedang dan Besar ... 20

2.1.7 Upah Minimum ... 22

2.1.8 Hubungan Antar Variabel ... 27

2.2 Penelitian Terdahulu ... 30

2.3 Kerangka Konseptual ... 32

2.4 Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

3.1 Jenis Penelitian ... 33

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 33

3.3 Definisi Operasiona Variabel Penelitian ... 33

3.3.1 Variabel Terikat (Dependent Variable) ... 34

3.3.2 Variabel Bebas (Independent Variable) ... 34

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 35

3.5 Jenis dan Sumber Data ... 35

3.6 Metode Analisis ... 36

3.7 Estimasi Model Regresi Data Panel ... 39

3.7.1 Common Effect Model (CEM) ... 39

3.7.2 Fixed Effect Model (FEM) ... 39

3.7.3 Random Effect Model (REM) ... 40

3.8 Penentuan Metode Estimasi ... 40

(10)

3.8.2 Uji Hausman (Hausman Test) ... 41

3.9 Pengujian Hipotesis ... 41

3.9.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 41

3.9.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 42

3.9.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Gambaran Daerah Penelitian ... 44

4.1.1 Kondisi Geografis ... 44

4.1.2 Kondisi Demografi ... 45

4.1.3 Kondisi Ketenagakerjaan ... 45

4.2 Hasil Penelitian ... 45

4.2.1 Hasil Model Estimasi Data Panel ... 45

4.2.1.1 Uji Chow (Chow Test) ... 45

4.2.1.2 Uji Hausman (Hausman Test) ... 46

4.2.2 Hasil Estimasi Fixed Effect Model ... 47

4.2.3 Pengujian Hipotesis ... 49

4.2.3.1 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 49

4.2.3.2 Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ... 51

4.2.3.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 52

4.3 Pembahasan ... 52

4.3.1 Pengaruh Upah Minimum Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 52

4.3.2 Pengaruh Nilai Output Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 53

4.3.3 Pengaruh Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja ... 54

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 56

5.1 Kesimpulan ... 56

5.2 Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA…………. ... 58 LAMPIRAN

(11)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama .. 2

1.2 Jumlah Pencari Kerja di Sumatera Utara Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan (jiwa) tahun 2016 ... 3

1.3 Perbandingan Output pada Industri Pengolahan Sedang dan Besar, Industri Mikrodan Industri Kecil Tahun 2012-2016 di Sumatera Utara (Miliar) ... 6

2.1 Penelitian Terdahulu ... 30

4.1 Hasil Uji Chow ... 46

4.2 Hasil Uji Hausman ... 47

4.3 Model Fixed Effect ... 48

4.4 Hasil Uji Signifikansi Parsial (Uji t) ... 49

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 1.1 Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri

Pengolahan Skala Sedang dan Besar di Sumatera Utara

2012-2016 ... 4

1.2 Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera UtaraTahun 2012-2016 ... 5

2.1 Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerja ... 11

2.2 Kurva Permintaan Tenaga Kerja ... 15

2.3 Kurva Penawaran Tenaga Kerja ... 18

2.4 Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja ... 20

2.5 Kerangka Konseptual ... 32

(13)

DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran

1. Data Penelitian

2. Common Effect Model 3. Fixed Effect Model 4. Random Effect Model 5. Uji Chow (Chow Test)

6. Uji Hausman (Hausman Test)

(14)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pembangunan ekonomi selalu melibatkan sumber daya manusia sebagai salah satu aktor penting dalam pembangunan, oleh karena itu jumlah penduduk di dalam suatu negara merupakan unsur utama dalam pembangunan.

Garis Besar Haluan Negara (GBHN), menjelaskan bahwa penduduk adalah sebagai subjek dan juga objek pembangunan. Sebagai subjek pembangunan, maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Demikian sebaliknya, pembangunan suatu negara juga harus dapat dinikmati oleh penduduknya. Oleh karena itu, pembangunan suatu negara harus dikembangkan dan dilaksanakan dengan memperhitungkan kemampuan penduduknya sehingga seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut.

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia, setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Berdasarkan data CIA World Factbook tahun 2016 jumlah penduduk Indonesia yaitu sebesar 260.580.739 jiwa atau 3,5% dari jumlah penduduk di dunia.

Paradigma pembangunan yang terjadi di Indonesia danbeberapa negara berkembang di dunia memiliki masalah yang krusial, dimana jumlah penduduk yang besar tidak selalu menjamin keberhasilan pembangunan. Ketersediaan lapangan kerja yangtidak sebanding dengan jumlah angkatan kerja akan menyebabkan sebagian dari penduduk yang berada pada usia kerja tidak

(15)

memperoleh pekerjaan. Kondisi seperti inilah yang terjadi di Provinsi Sumatera Utara.

Berdasarkan data pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah angkatan kerja di Sumatera Utara meningkat dari tahun ke tahun. Disamping itu, jumlah penduduk yang bekerja juga meningkat. Meskipun jumlah angkatan kerja dan penduduk yang bekerja meningkat, namun jumlah pengangguran di Sumatera Utara selama kurun waktu lima tahun mengalami fluktuasi dan cenderung meningkat.

Tabel 1.1

Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Utama

Sumatera Utara 2012 2013 2014 2015 2016 Penduduk 15 tahun ke atas (ribu) 8.835 9.264 9.351 9.499 9.575 Total Angkatan Kerja (ribu) 6.132 6.766 6.272 6.391 6.594

Bekerja (ribu) 5.752 6.364 5.881 5.962 6.166

Pengangguran (ribu) 380 402 391 429 427

Bukan Angkatan Kerja (ribu) 2.703 2.498 3.079 3.108 2.981 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 69,4% 73,0% 67,1% 67,3% 68,9%

Tingkat Pengangguran Terbuka 6,2% 5,9% 6,2% 6,7% 6,5%

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Pengangguran merupakan masalah terbesar bagi suatu negara, karena pengangguran menyebabkan pendapatan dan produktivitas masyarakat rendah yang pada akhirnya akan menimbulkan kemiskinan dan masalah sosial lain.

Hasibuan (1996) mengatakan bahwa kelebihan tenaga kerja dan pengangguran merupakan sumber utama kemiskinan materi maupun non materi. Penyediaan lapangan kerja adalah cara untuk meningkatkan pemerataan pembangunan dan sarana kehidupan yang layak.

Tingkat pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang kurang mempunyai keterampilan tertentu yang diperlukan dalam kehidupannya.

(16)

3

Keterbatasan pendidikan atau keterampilan yang dimiliki seseorang menyebabkan keterbatasan kemampuan seseorang untuk masuk dalam dunia kerja. Oleh karenanya pengangguran tidak dapat dihindari. Berikut ini jumlah pengangguran di Sumatera Utara menurut pendidikan terakhir yang ditamatkan.

Berdasarkan tabel 1.2 dapat diketahui bahwa tamatan pendidikan dengan pengangguran terbanyak di Sumatera Utara didominasi oleh angkatan kerja dengan pendidikan SMTA Umum sebesar 73.076 jiwa. Pengangguran terbanyak kedua adalah pada tingkat pendidikan Sarjana Muda yaitu sebesar 36.722 jiwa Banyaknya pengangguran dengan tingkat pendidikan diatas menunjukkan bahwa masih banyak tenaga kerja yang belum terserap dalam lapangan pekerjaan.

Tabel 1.2

Jumlah Pencari Kerja di Sumatera Utara Menurut Jenis Kelamin dan Tingkat Pendidikan (jiwa) tahun 2016

Tingkat Pendidikan Laki-laki Perempuan Jumlah

Tidak Sekolah - 6 6

SD, Tidak tamat/SD setingkat 25 74 99

SLTP Umum 32 307 173 32 480

SMTA Umum 31 199 41 878 73 076

STM 6 513 11 458 17 971

SMEA 3 001 3 020 6 021

SMTA Lainnya 5 080 4 110 9 190

Diploma I/Diploma II 2 259 4 745 7 004

Sarjana Muda 15 629 21 093 36 722

Sarjana Lengkap 4 460 12 222 16 682

Jumlah 100 472 98 779 199 251

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

(17)

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Gambar 1.1

Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Skala Sedang dan Besar di Sumatera Utara Tahun 2012-2016

Dari gambar 1.1 dapat disimpulkan bahwa penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan skala sedang dan besar di Sumatera Utara mengalami fluktuasi yang beragam selama lima tahun dengan jumlah penyerapan tenaga kerja terbesar terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar 199.015 orang. Hal ini terjadi karena pada tahun 2016 jumlah unit usaha sektor ini meningkat sebesar 585 unit dari 960 unit pada tahun 2015 menjadi 1.545 unit pada tahun 2016.

Kebijakan upah minimum juga menjadi masalah ketenagakerjaanyang menyebabkan banyak pengangguran. Masalah upahminimum menjadi isu krusial bagi Indonesia, khususnya Provinsi Sumatera Utara. Kenaikan upah minimum yang signifikan mengakibatkan beberapa perusahaan gulung tikar atau relokasi ke daerah lain yang UMP/UMK lebih kecil karena tidak mampu membiayai karyawannya. Hal ini berpotensi meningkatkan pengangguran terutama di sektor informal.

2012 2013 2014 2015 2016

Penyerapan Tenaga

Kerja 153108 166307 154972 148580 199015 0

50000 100000 150000 200000 250000

(18)

5

Berdasarkan gambar 1.2 dapat diketahui bahwa sejak tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 upah minimum provinsi di Sumatera Utara mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2012 upah minimum provinsi di Sumatera Utara sebesar Rp1.200.000 sedangkan pada tahun 2016 upah minimum provinsi sudah mencapai Rp1.811.875.

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Gambar 1.2

Perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Utara Tahun 2012-2016

Di Indonesia, industri pengolahan dikelompokkan menjadi tiga yaitu industri besar dan sedang, kecil, dan mikro. Dalam sektor industri pengolahan, kontributor output terbesarnya adalah industri skala sedang dan besar sehingga penelitian ini menitik beratkan pada industri pengolahan sedang dan besar di Sumatera Utara. Hal ini didasari oleh jumlah output industri sedang dan besar yang lebih besar daripada jumlah output industri sektor kecil dan mikro pada industri pengolahan. Berikut ini perbandingan output industri sedang dan besar, industri mikro dan industri kecil.

2012 2013 2014 2015 2016

Sumatera Utara 1200000 1305000 1505850 1625000 1811875 0

200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 1400000 1600000 1800000 2000000

(19)

Tabel 1.3

Perbandingan Output Pada Industri Pengolahan Sedang dan Besar, Industri Mikro, dan Industri Kecil Tahun 2012-2016 di Sumatera Utara (Miliar)

Tahun Industri Sedang Industri Mikro Industri Kecil

& Besar

2012 155.503,70 1.434,46 1.745,10

2013 265.265,60 5.116,14 11.425,28

2014 219.999,57 7.284,52 6.594,12

2015 159.338,91 7.369,34 38.320,14

2016 332.496,80 7.450,10 59.249,05

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Usaha memperluas kegiatan industri untuk meningkatkan lapangan pekerjaan salah satunya dipengaruhi oleh jumlah unit usaha. Pertumbuhan unit usaha suatu sektor, dalam hal ini industri pengolahan sedang dan besar pada suatu daerah akan menambah jumlah lapangan pekerjaan. Hal ini berarti jika unit usaha suatu industri ditambah maka permintaan tenaga kerja juga bertambah.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah unit usaha sedang dan besar di Sumatera Utara berfluktuasi dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Pada tahun 2012 berjumlah 1.023 unit, kemudian mengalami penurunan menjadi 1.006 unit pada 2013 dan meningkat pada tahun 2014 menjadi 1.027 unit. Di tahun 2015 mengalami penurunan kembali menjadi sebesar 960 unit. Pada 2016 jumlah unit usaha industri pengolahan skala sedang dan besar menjadi yang tertinggi yaitu sebesar 1.545 unit.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka menarik untuk mengamati masalah penyerapan tenaga kerja di Provinsi Sumatera Utara.Sehingga judul penelitian yang diangkat oleh peneliti adalah “Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri Pengolahan Skala Sedang dan Besar di Sumatera Utara”.

(20)

7

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan skala sedang dan besar di Provinsi Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh nilai output terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan skala sedang dan besar di Provinsi Sumatera Utara?

3. Bagaimana pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan skala sedang dan besar di Provinsi Sumatera Utara?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang akan dicapai, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan sedang dan besar di Provinsi Sumatera Utara.

2. Untuk mengetahui pengaruh nilai output terhadap tenaga kerja pada sektor industri pengolahan sedang dan besar di Provinsi Sumatera Utara.

3. Untuk mengetahui pengaruh jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan sedang dan besar di Provinsi Sumatera Utara.

(21)

1.4 Manfaat Penelitian 1. Bagi peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan mengenai mengenai penyerapan tenaga kerja di Sumatera Utara terutama pada sektor industri pengolahan skala sedang dan besar.

2. Bagi Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu informasi dan masukan kepada pembuat kebijakan didalam proses pengambilan keputusan guna merumuskan kebijakan ketenagakerjaan yang tepat di Sumatera Utara.

3. Bagi pembaca atau peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti - peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian yang berhubungan dengan masalah serupa.

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penunjang penggunaan faktor- faktor produksi lainnya yang akan digunakan dalam proses produksi. Tenaga kerja merupakan faktor terpenting dibanding yang lain karena manusia merupakan penggerak dari seluruh faktor-faktor produksi tersebut.

Berdasarkan Badan Pusat Statistik, tenaga kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun atau lebih) yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja, dan yang sedang mencari pekerjaan.

Dalam Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal 1, tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Tenaga kerja di Indonesia tidak menganut batas umur maksimum, alasannya karena Indonesia belum mempunyai jaminan sosial nasional. Hanya sebagian kecil penduduk Indonesia yang menerima tunjangan dihari tua yaitu pegawai negeri dan sebagian pegawai swasta. Bagi golongan ini pun, pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari. Oleh karena itu, mereka yang telah mencapai usia pensiun biasanya masih tetap harus kerja.

Dengan kata lain, sebagian besar dalam usia pensiun masih aktif dalam kegiatan ekonomi dan oleh sebab itu meraka tetap digolongkan sebagai tenaga kerja.

(Simanjuntak, 1998).

(23)

Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja adalah penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan.

Arti dari mampu adalah mampu secara fisik dan jasmani, kemampuan mental dan secara yuridis mampu serta tidak kehilangan kebebasan untuk memilih melakukan pekerjaan serta bersedia secara aktif maupun pasif melakukan dan mencari pekerjaan. Angkatan kerja ataulabor force, terdiri dari (1) golongan yang bekerja, dan (2) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan.

Bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya tidak terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu menghasilkan barang dan jasa. Jadi yang dimaksud bukan angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak mampu mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerjaterdiri dari (1) golongan yang bersekolah, (2) golongan yang mengurus rumah tangga, dan (3) golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam angkatan kerja ini sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini disebut juga angkatan kerja yang potensial (potential labor force) (Simanjuntak, 1998).

(24)

11

Sumber: Simanjuntak (1998)

Gambar 2.1

Komposisi Penduduk Dan Tenaga Kerja 2.1.2 Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Haryo (2002) penyerapan tenaga kerja merupakan banyaknya lapangan kerja yang sudah terisi yang tercermin dari banyaknya jumlah penduduk bekerja. Penduduk yang bekerja terserap dan tersebar di berbagai sektor perekonomian. Terserapnya penduduk bekerja disebabkan oleh adanya permintaan akan tenaga kerja.

Penduduk

Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja

Menganggu r

Bekerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga

Penerima Pendapatan

Setengah Menganggur

Bekerja Penuh

Kentara (Jam Kerja Sedikit)

Penghasilan Rendah Tidak

Kentara

Produktivitas Rendah

Tenaga Kerja Bukan Tenaga Kerja

(25)

Ada perbedaan antara permintaan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diminta atau dalam hal ini tenaga kerja yang diserap oleh perusahaan atau suatu sektor. Permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubungan antara berbagai tingkat upah dan jumlah orang yang diminta untuk dipekerjakan. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang diminta lebih ditunjukan kepada kuantitas atau banyaknya permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu (Sukirno, 2008).

Jadi yang dimaksud penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang berkerja di dalam sektor tertentu, dalam hal ini adalah sektor industri pengolahan skala sedang dan besar di Sumatera Utara.

2.1.3 Permintaan Tenaga Kerja

Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dengan harga. Sehubungan dengan tenaga kerja, permintaan tenaga kerja berarti hubungan antara tingkat upah dengan kuantitas tenaga kerja yang dikehendaki untuk di pekerjakan.

Permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang di butuhkan oleh perusahaan atau instansi. Biasanya permintaan tenaga kerja ini dipengaruhi oleh perubahan tingkat upah dan perubahan faktor faktor lain yang mempengaruhi permintaan hasil output. Semakin tinggi tingkat upah maka semakin kecil permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja.

Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa.Masyarakat membeli barang karena barang tersebut memberikan kegunaan kepada konsumen. Akan tetapi bagi pengusaha mempekerjakan seseorang bertujuan untuk membantu memproduksi barang dan

(26)

13

jasa untuk dijual kepada masyarakat. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Oleh karena itu, permintaan akan tenaga kerja merupakan permintaan turunan dari permintaan akan produk (output) perusahaan, atau biasa disebut derived demand. (Simanjuntak, 1998).

Sifat permintaan tenaga kerja adalah derived demand sehingga untuk mempertahankan tenaga kerja yang digunakan perusahaan, maka harus dijaga bahwa permintaan masyarakat terhadap produk perusahaan harus tetap stabil dan kalau mungkin meningkat. Untuk menjaga stabilitas permintaan produk perusahaan serta kemungkinan pelaksanaan ekspor, maka perusahaan harus memiliki kemampuan bersaing baik untuk pasar dalam negeri maupun pasar luar negeri. Dengan demikian bisa diharapkan permintaan perusahaan terhadap tenaga kerja bisa dipertahankan atau bahkan ditinggalkan (Sumarsono, 2009).

Tinggi rendahnya jumlah tenaga kerja yang digunakan oleh perusahaan dipengaruhi oleh tinggi rendahnya jumlah barang yang diproduksi oleh tenaga kerja tersebut. Tinggi rendahnya barang yangdiproduksi perusahaan tergantung pada tinggi rendahnya jumlahbarang yang diminta konsumen.

Semakin tinggi jumlah barang yang diminta oleh konsumen berarti jumlah barang yang diproduksi oleh suatu perusahaan akan mengalami peningkatan, sehingga jumlah tenaga kerja yangdigunakan oleh perusahaan tersebut juga akan semakin tinggi (Simanjutak, 1998).

(27)

Menurut Payaman Simanjuntak (1998), ada beberapa faktor yang menyebabkan seorang pengusaha untuk menambah atau mengurangi jumlah tenaga kerja, yaitu:

1. Pengusaha perlu memperkirakan tambahan hasil (output) yang diperoleh pengusaha sehubungan dengan penambahan seorang tenaga kerja.

Tambahan hasil tersebut dinamakan tambahan hasil marginal atau marginal physicalproduct dari karyawan (MPPL).

2. Pengusaha menghitung jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marginal tersebut. Jumlah uang ini dinamakan penerimaan marginal atau marginal revenue, yaitu nilai dari MPPL tadi.

Jadi marginal revenue sama dengan nilai dari MPPL, yaitu besarnya MPPL

dikalikan dengan harganya per unit (P) (Simanjuntak, 1998).

Selain itu Sumarsono (2009) menjelaskan bahwa suatu kurva permintaan terhadap pekerja menggambarkan :

1. Pada setiap tingkat upah berapa kuantitas pekerja yang maksimum yang akan dipekerjakan pada kurun waktu tertentu.

2. Untuk masing-masing jumlah pekerja yang mungkin, terdapat sebuah tingkat upah maksimum untuk mau mempekerjakan pekerja pada jumlah tertentu.

Sebuah kurva permintaan tenaga kerja menggambarkan kuantitas maksimal pekerja yang akan di pekerjakan pada suatu waktu tertentu pada berbagai tingkat upah. Dengan kata lain, permintaan tenaga kerja dapat diartikan sebagai berbagai kemungkinan jumlah tenaga kerja yang diminta pengusaha dalam berbagai tingkat

(28)

15

upah. Permintaan pengusaha akan tenaga kerja disebabkan karena pengusaha mempekerjakan atau menggunakan tenaga kerja tersebut untuk membantu memproduksi barang atau jasa untuk dijual kepada masyarakat.

Sumber : Simanjuntak (1998)

Gambar 2.2

Kurva Permintaan Tenaga Kerja Dimana

MR : Penerimaan marjinal (Marginal Revenue)

VMPPL : Nilai pertambahan hasil marjinal dari tenaga kerja (Value marginal physical product of labor) MPPL : Tambahan hasil marjinal dari tenaga kerja

(Marginal physical product of labor)

P : Harga jual barang yang diproduksi per unit

Gambar 2.2 mengilustrasikan mengenai kurva permintaan tenagakerja yang memiliki kemiringan (slope) yang negatif. Kurva permintaan tersebut menjelaskan mengenai hubungan antara besarnya tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja.

Kurva tersebut memiliki hubungan yang negatif, artinya semakin tinggi tingkat upah yang diminta maka akan mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja

(29)

yang diminta. Sebaliknya apabila tingkat upah yang diminta semakin rendah maka jumlah permintaan akan tenaga kerja akan meningkat.

Pengusaha memiliki karyawan sebanyak 99 orang. Pengusaha akan mempertimbangkan apakah perlu menambah jumlah karyawan menjadi 100 atau menguranginya menjadi 98. Dasar yang digunakan pengusaha untuk menambah jumlah karyawan atau menguranginya adalah pengusaha akan menghitung jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut.

Jumlah uang ini dinamakan penerimaan marjinal atau marginal revenue, yaitu nilai dari MPPL dikalikan dengan harga per unit (P). Akhirnya sang pengusaha membandingkan MR tersebut dengan biaya mempekerjakan tambahan seorang karyawan tadi.

Jumlah biaya yang dikeluarkan pengusaha sehubungan dengan mempekerjakan tambahan seorang karyawan adalah upahnya sendiri (W) dan dinamakan biaya marjinal atau marginal cost. Bila tambahan penerimaan marginal (MR) lebih besar dari biaya mempekerjakan orang yang menghasilkannya (W), maka mempekerjakan tambahan orang tersebut akan menambah keuntungan pengusaha. Dengan kata lain dalam rangka menambah keuntungan, pengusaha akan terus menambah jumlah karyawan selama MR lebihbesar dari W. Pada titik N pengusaha mendapat keuntungan.

Contoh bila tenaga kerja terus ditambah sedangkan alat-alat dan faktor produksi lain jumlahnya tetap, maka perbandingan alat-alat produksi untuk setiap pekerja menjadi lebih kecil dan tambahan hasil marjinal menjadi lebih kecil pula.

Dengan kata lain, semakin bertambah karyawan yang dipekerjakan, semakin kecil

(30)

17

MPPL-nya dan nilai MPPL itu sendiri. Ini yang dinamakan hukum diminishing returns dan dilukiskan dengan garis DD.

Dalam memperkirakan penggunaan tenaga kerja perusahaanakan melihat tambahan output yang akan diperolehnya sehubungan dengan penambahan tenaga kerja. Perusahaan menggunakan tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi dan dikombinasikan dengan faktor-faktor produksi lainnya khususnya modal sehingga dapat menghasilkan output berupa barang dan jasa. Oleh karena itu, besarnya permintaan perusahaan akan tenaga kerja tergantung pada besarnya permintaan masyarakat terhadap barangdan jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut (Simanjuntak, 1998).

2.1.4 Penawaran Tenaga Kerja

Penawaran adalah suatu hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang para pemilik tenaga kerja siap untuk menyediakannya.

Kenaikan tingkat upah mempengaruhi penyediaan tenaga kerja melalui dua daya yang saling berlawanan.Kenaikan tingkat upah di satu pihak meningkatkan pendapatan (income effect) yang cenderung untuk mengurangi tenaga kerja. Di sisi lain, kenaikan tingkat upah dapat diartikan semakin mahalnya harga dari waktu. Nilai waktu yang lebih tinggi mendorong seseorang untuk menyubstitusikan waktu senggangnya untuk lebih banyak bekerja. Penambahan waktu kerja tersebut dinamakan efek substitusi (substitution effect).

Daya substitusi ini akan meningkatkan jumlah tenaga kerja tetapi setelah mencapai titik tertentu, WB, pertambahan upah justru akan mengurangi waktu

(31)

yang disediakan oleh keluarga untuk keperluan bekerja (S2S3). Hal ini disebut backward bending curve, atau kurva penawaran yang membelok.

Sumber: Simanjuntak (1998)

Gambar 2.3

Kurva Penawaran Tenaga Kerja

Titik S2 disebut titik belok, dan tingkat upah WB, dimana kurva penawaran keluarga membelok, dinamakan tingkat upah kritis.Tiap-tiap keluarga mempunyai titik belok, tingkat upah kritis dan bentuk kurva yang berbeda, sesuai dengan jumlah tenaga kerja yang ada dalam masing-masing keluarga, tingkat pendapatan, serta jumlah tanggungan dari keluarga tersebut.

2.1.5 Pasar Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (1998), pasar kerja adalah seluruh aktivitas dan pelaku-pelaku yang mempertemukan pencari kerja dan lowongan kerja atau bagaimana mempertemukan penawaran tenaga kerja (rumah tangga) dengan permintaan tenaga kerja (unit usaha).

Seseorang dalam pasar kerja berarti dia menawarkan jasanya untuk

(32)

19

penempatan (jumlah orang yang bekerja atau tingkat employment) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah. Dalam Ekonomi Neoklasik diasumsikan bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Sebaliknya permintaan terhadap tenaga kerja berkurang bila tungkat upah meningkat. Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap mengenai pasar kerja, maka teori neoklasik beranggapan bahwa jumlah penyediaan tenaga kerja selalu sama dengan permintaan.(Simanjuntak, 1998)

Pasar tenaga kerja dibutuhkan karena dalam kenyataannya terdapat banyak perbedaan di kalangan pencari kerja dan di antara lowongan kerja. Perbedaan tersebut antara lain:

1. Pencari kerja mempunyai tingkat pendidikan, keterampilan, kemampuan dan sikap pribadi yang berbeda.

2. Setiap perusahaan menghadapi lingkungan yang berbeda: luaran (output), masukan (input), manajamen, teknologi, lokasi, pasar, dll, sehingga mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memberikan tingkat upah, jaminan sosial dan lingkungan pekerjaan.

3. Baik pengusaha maupun pencari kerja sama-sama mempunyai informasi yang terbatas mengenai hal-hal yang dikemukakan dalam butir (a) dan (b).

Keseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja akan terjadi apabila pencari kerja menerima pekerjaan yang ditawarkan pada tingkat upah tertentu (W0) dan perusahaan bersedia mempekerjakan tenaga kerja pada tingkat

(33)

upah itu pula. Pada titik keseimbangan E, kedua pihak (pencari kerja danperusahaan) memiliki nilai kepuasan yang sama, dan pada tingkat upah W0

banyaknya tenaga kerja yang diminta maupun yang ditawarkan adalah seimbang, yaitu sama dengan L0. Titik keseimbangan E akan akan berubah apabila terjadi gangguan dipasar tenaga kerja sehingga mempengaruhi pergeseran kurva permintaan atau penawaran tenaga kerja. Biasanya kekuatan mekanisme pasarakan membentuk sendirinya titik keseimbangan yang baru (Gambar 2.4).

Sumber: Simanjuntak, (2001)

Gambar 2.4

Permintaan dan Penawaran Tenaga Kerja 2.1.6 Industri Pengolahan Sedang dan Besar

Istilah industri berasal dari bahasa latin, yaitu industria yang artinya buruhatau tenaga kerja. Definisi industri menurut Sukirno (1995) adalah suatu kegiatan ekonomi yang mengolah barang mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi untuk dijadikan barang yang lebih tinggi kegunaannya.

UU Perindustrian No 5 Tahun 1984 yang telah direvisi dengan UU No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian mendefinisikan industri sebagai seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber

(34)

21

daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sektor industri pengolahan yaitu sektor yang mencakup semua perusahaan atau usaha di bidang industri yang melakukan kegiatan mengubah barang dasar menjadi barang jadi atau setengah jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya. Termasuk dalam sektor ini adalah perusahaan yang melakukan kegiatan jasa industri dan pekerjaan perakitan (assembling) dari suatu industri.

Badan Pusat Statistik (dalam, Direktori Industri Besar dan Sedang Provinsi Sumatera Utara, 2013), mengklasifikasikan industri berdasarkan pada jumlah tenaga kerja yang digunakan, yaitu:

1. Industri besar, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja 100 orang atau lebih.

2. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja 20-99 orang.

3. Industri kecil, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja 5-19 orang.

4. Industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja 1-4 orang.

Sedangkan Siahaan (1996) mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yang digunakan, sebagai berikut:

(35)

1. Industri rumah tangga, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja kurang dari empat orang. Ciri industri ini memiliki modal yang sangat terbatas, tenaga kerja berasal dari anggota keluarga, dan pemilik atau pengelola industri biasanya kepala rumah tangga itu sendiri atau anggota keluarganya. Misalnya: industri anyaman, industri kerajinan, industri tempe/tahu, dan industri makanan ringan.

2. Industri kecil, yaitu industri yang tenaga kerjanya berjumlah sekitar 5 sampai 19 orang, Ciri industri kecil adalah memiliki modal yang relatif kecil, tenaga kerjanya berasal dari lingkungan sekitar atau masih ada hubungan saudara. Misalnya: industri genteng, industri batubata, dan industri pengolahan rotan.

3. Industri sedang, yaitu industri yang menggunakan tenaga kerja sekitar 20 sampai 99 orang. Ciri industri sedang adalah memiliki modal yang cukup besar, tenaga kerja memiliki keterampilan tertentu, dan pimpinan.

2.1.7 Upah Minimum

Dalam teori ekonomi, upah dapat diartikan sebagai pembayaran atas jasa- jasa fisik maupun mental yang disediakan oleh tenaga kerja kepada para pengusaha (Sukirno, 2005).

Berdasarkan UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, pengertian dari upah adalah hak pekerja/buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau

(36)

23

peraturan perundang undangan, termasuk tunjangan bagi pekerja/buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.

Upah merupakan salah satu unsur untuk menentukan harga pokok dalam perusahaan, karena ketidaktepatan dalam menentukan besarnya upah akan sangat merugikan perusahaan. Oleh karenanya ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah yaitu sebagai berikut :

1. Penawaran dan permintaan tenaga kerja

Untuk pekerjaan yang membutuhkan keterampilan tinggi dan jumlah tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi.Sedangkan untuk jabatan-jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upahnya cenderung turun.

2. Organisasi buruh

Ada tidaknya organisasi buruh serta kuat lemahnya organisasi buruh akan mempengaruhi tingkat upah. Adanya serikat buruh yang kuat akan meningkatkan tingkat upah demikian pula sebaliknya.

3. Kemampuan untuk membayar

Pemberian upah tergantung pada kemampuan membayar dari perusahaan. Bagi perusahaan upah merupakan salah satu komponen biaya produksi, tingginya upahakan mengakibatkan tingginya biaya produksi yang pada akhirnya akan mengurangi keuntungan.

4. Produktivitas kerja

Upah sebenarnya merupakan imbalan atas prestasi kerja karyawan.

Semakin tinggi prestasi kerja karyawan, maka semakin besar upah

(37)

yang mereka terima. Prestasi kerja ini dinyatakan sebagai produktivitas kerja.

5. Biaya hidup

Dikota besar dimana biaya hidup tinggi, upah kerja cenderung tinggi.

Biaya hidup juga merupakan batas penerimaan upah dari karyawan.

6. Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah umumnya merupakan batas bawah dari tingkatupah yang harus dibayarkan.

Dalam pasar tenaga kerja sangat penting untuk menetapkan besarnya upah yang harus dibayarkan perusahaan pada pekerjanya. Undang-undang upah minimum menetapkan harga terendah tenaga kerja yang harus dibayarkan (Mankiw, 2006). Menurut Kaufman (2000), tujuan utama ditetapkannya upah minimum adalah memenuhi standar hidup minimum seperti untuk kesehatan, efisiensi dan kesejahteraan pekerja. Upah minimum merupakan salah satu upaya untuk mengangkat derajat penduduk berpendapatan rendah, terutama pekerja miskin.

Upah minimum adalah suatu standar minimum yang digunakan oleh parapengusaha atau pelaku industri untuk memberikan upah kepada pekerja didalamlingkungan usaha atau kerja.

Kebijakan upah minimum di Indonesia tertuang dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor :Per-01/Men/1999 dan Undang- Undang Ketenagakerjaan No 13 tahun 2003. Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

(38)

25

Menteri Tenaga Kerja No: Per01/Men/1999, Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok termasuk tunjangan tetap.

Tunjangan tetap adalah suatu jumlah imbalan yang diterima pekerja secara tetap dan teratur pembayarannya, yang tidak dikaitkan dengan kehadiran ataupun pencapaian prestasi tertentu. Tujuan dari penetapan upah minimum adalah untuk mewujudkan penghasilan yang layak bagi pekerja.

Menurut Rachman (2005), Tujuan penetapan upah minimum dapat dibedakan secara mikro dan makro.

Secara mikro tujuan penetapan upah minimum yaitu : 1) sebagai jaring pengaman agar upah tidak merosot

2) mengurangi kesenjangan antara upah terendah dan tertinggi diperusahaan

3) meningkatkan penghasilan pekerja pada tingkat paling bawah Sedangkan secara makro penetapan upah minimum bertujuan untuk : 1. pemerataan pendapatan

2. peningkatan daya beli pekerja dan perluasan kesempatan kerja 3. perubahan struktur biaya industri sektoral

4. peningkatan produktivitas kerja nasional dan peningkatan etos dan disiplin kerja

Pada awalnya upah minimum ditentukan secara terpusat oleh Departemen Tenaga Kerja untuk region atau wilayah-wilayah di seluruh Indonesia. Dalam perkembangan otonomi daerah, kemudian mulai tahun 2001 upah minimum

(39)

ditetapkan oleh masing-masing provinsi. Upah Minimum ini dapatdibedakan menjadi upah minimum regional dan upah minimum sektoral.

Upah Minimum Regional adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan tetap bagi seorang pekerja tingkat paling bawah dan bermasa kerja kurang dari satu tahun yang berlaku di suatu daerah tertentu.

Berdasarkan Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi (KEP- 226/MEN/2000) tentang perubahan PER-01/MEN/1999 tentang upah minimum, maka istilah Upah Minimum Regional Tingkat I (UMR Tk.I) diubah menjadi Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Upah Minimum Regional Tingkat II (UMR Tk.II) diubah menjadi Upah Minimum Kabupaten /Kota (UM kab/kota).

Menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor 7 Tahun 2013 tentang Upah Minimum, dijelaskan bahwa:

1. Upah Minimum adalah upah bulanan terendah yang terdiri atas upah pokok termasuk tunjangan tetap yang ditetapkan oleh gubernur sebagai jaring pengaman.

2. Upah Minimum Provinsi yang selanjutnya disingkat UMP adalah upah minimum yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di satu provinsi.

3. Upah Minimum Kabupaten/Kota yang selanjutnya disingkat UMK adalah upah minimum yang berlaku di wilayah kabupaten/kota.

(40)

27

2.1.8 Hubungan Antar Variabel

1. Hubungan upah minimum terhadap penyerapan tenaga kerja Hubungan antara tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja yang diminta bersifat negatif. Kenaikan tingkat upah akan diikuti oleh turunnya jumlah tenaga kerja yang diminta. Sebaliknya, dengan turunnya tingkat upah akan diikuti oleh meningkatnya permintaan tenaga kerja. Kenaikan tingkat upah yang dapat diikuti oleh penambahan jumlah tenaga kerja hanya akan terjadi apabila suatu perusahaan mampu meningkatkan harga jual barang.

Menurut Simanjuntak (1998), upah dipandang sebagai beban oleh perusahaan karena semakin besar tingkat upah akan semakin kecil proporsi keuntungan yang dinikmati oleh perusahaan. Oleh karena itu, kenaikkan tingkat upah direspon oleh perusahaan dengan menurunkan jumlah tenaga kerja.

Upah dapat dipandang dari dua sisi yang berbeda. Dari sisi pengusaha atau produsen, upah merupakan biaya yang harus dikeluarkan sehingga ikut menentukan tinggi rendahnya biaya total. Dari sisi pekerja, upah merupakan pendapatan yang diperoleh dari hasil menyumbangkan tenaganya kepada pengusaha atau produsen. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi perusahaan, yang selanjutnya akan meningkatkan pula harga per unit barang yang diproduksi. Apabila harga naik, konsumen akan mengurangi konsumsi. Akibatnya permintaan akan barang/jasa akan menurun dan produsen terpaksa menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan.

(41)

Hal ini senada dengan yang dikemukakan oleh Todaro (2000) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan kepada tenaga kerja maka akan menurunkan tingkat penyerapan tenaga kerja. Pendapat ini pula didukung oleh Kuncoro (2002) bahwa kuantitas tenaga kerja yang diminta akan menurun sebagai akibat dari kenaikan upah. Apabila tingkat upah naik sedangkan harga input lain tetap, berarti harga tenaga kerja relatif lebih mahal dari input lain.

Situasi ini mendorong pengusaha untuk mengurangi penggunaan tenaga kerja yang relatif mahal dengan input-input lain yang harga relatifnya lebih murah guna mempertahankan keuntungan yang maksimum.

Pernyataan diatas juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Islahulyaqin (2010), hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa upah menunjukkan pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.

2. Hubungan nilai output terhadap penyerapan tenaga kerja

Nilai output adalah keseluruhan jumlah barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual sampai ke tangan konsumen. Naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan berpengaruh apabila permintaan hasil output meningkat, maka produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya.

Pernyataan diatas juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Jaunita (2016) bahwa nilai output berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Artinya, semakin banyak nilai output maka semakin banyak tenaga kerja yang digunakan.

(42)

29

3. Hubungan jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerja

Jumlah unit usaha industri berkaitan erat dengan penyerapan tenaga kerja.

Semakin banyak jumlah unit usaha, maka semakin banyak pula jumlah tenaga kerja yang diperlukan dalam suatu industri (Karib, 2012). Hal tersebut membuat kesempatan bagi masyarakat untuk masuk ke pasar kerja industri pengolahan sedang dan besar akan semakin besar pula.

Hal ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Anggriawan (2015) memperoleh hasil bahwa jumlah unit usaha berpengaruh positif signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja. Jumlah unit usaha pada sektor industri mempengaruhi pihak pengusaha untuk menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang digunakan dalam melaksanakan proses produksinya.

(43)

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa hasil penelitian terkait dengan penelitian ini dengan kata kunci

“Penyerapan Tenaga Kerja” telah digunakan sebagai acuan bagi penelitian ini dan dijelaskan secara sistematis dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Penulis

Judul Penelitian Variabel Metode

Hasil Penelitian

dan Tahun Penelitian Penelitian

1 Wicaksono (2010)

Analisis Pengaruh PDB Sektor Industri, Upah Riil, Suku Bunga Riil, dan Jumlah Unit Usaha Terhadap Penyerapan Tenaga kerja Pada Industri

Pengolahan Sedang Dan Besar Di Indonesia Tahun 1990-2008

Variabel Dependen:

Jumlah tenaga kerja yang

bekerja di industri pengolahan sedang dan besar Variabel

Independen:

PDB industri pengolahan, Suku Bunga riil, Upah riil, dan Jumlah unit usaha.

Ordinary Least Square (OLS) dalam bentuk semi-log

Variabel PDB industri dan upah rill berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja industri pengolahan.

Variabel suku bunga riil dan jumlah unit usaha tidak

mempengaruhi penyerapan tenaga kerja industri pengolahan.

2 Islahulyaqin (2010)

Analisis

Penyerapan Tenaga Kerja pada Industri Pengolahan Skala Besar dan Sedang di Jawa Tengah

Variabel Dependen:

Jumlah tenaga kerja Variabel Independen:

Jumlah unit usaha, Output, Upah dan Modal

Regresi linier berganda

Variabel jumlah unit usaha dan output

berpengaruh positif dan signifikan, variabel upah berpengaruh negatif dan tidak signifikan, variabel modal berpengaruh positif dan tidak signifikan.

(44)

31

No Penulis Judul

Penelitian

Variabel Metode

Hasil Penelitian

dan Tahun Penelitian Penelitian

3 Azaini (2014) Analisis Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Upah Minimum dan Investasi Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Malang (Studi Kasus Pada Tahun 1998–2012)

Variabel Dependen:

Jumlah tenaga kerja Variabel Independen:

Pertumbuhan ekonomi, Upah minimum, dan Investasi.

Ordinary Least Square (OLS)

Variabel pertumbuhan ekonomi dan Investasi berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja.

Variabel upah minimum berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.

4 Anggriawan (2015)

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Sektor Industri Manufaktur (Besar

dan Sedang) Di Provinsi Jawa Timur Tahun 2007-2011

Variabel Dependen:

Tenaga Kerja Variabel Independen:

Jumlah Industri, Tingkat Upah, Nilai Output dan Biaya Input

Regresi linier berganda dan Analisis deskriptif

Variabel jumlah industri, tingkat upah, nilai output dan biaya input berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja pada sektor industri Manufaktur di Provinsi Jawa Timur.

5 Jaunita (2016) Analisis Data Panel Pengaruh Upah

Minimum, Nilai Output, Unit Usaha dan Investasi terhadap Penyerapan Tenaga Kerja pada

Industri Besar dan Sedang di Jawa Tengah tahun 2011- 2013

Variabel Dependen:

Jumlah Tenaga Kerja

Variabel Independen:

Upah Minimum, Nilai Output, Jumlah Unit Usaha dan Investasi

Regresi data panel dengan aplikasi Eviews

Variabel upah minimum dan investasi berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja.

Variabel nilai output dan jumlah unit usaha

berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja

(45)

2.3 Kerangka Konseptual

Dalam penelitian ini, dapat digambarkan pengaruh diantara variabel- variabel penelitian dalam kerangka konseptual yang disajikan sebagai berikut:

Gambar 2.5 Kerangka Konseptual

2.4 Hipotesis

Berdasarkan masalah diatas maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Upah minimum berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pengolahan sedang dan besar di Sumatera Utara.

2. Nilai output berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pengolahan sedang dan besar di Sumatera Utara.

3. Jumlah unit usaha berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja pada industri pengolahan sedang dan besar di Sumatera Utara.

Penyerapan Tenaga Kerja

Industri Pengolahan Skala Sedang dan Besar

(Y) Upah Minimum

(X1)

Nilai Output (X2)

Jumlah Unit Usaha (X3)

(46)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Pendekatan ini berangkat dari data yang kemudian data ini diproses menjadi informasi yang berharga bagi pengambilan keputusan (Kuncoro, 2007). Berdasarkan tingkat eksplanasinya, penelitian ini tergolong penelitian asosiatif. Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang mencari pengaruh atau hubungan dua variabel atau lebih.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh upah minimum, nilai output dan jumlah unit usaha terhadap penyerapan tenaga kerjasektor industri

sedang dan besar di Provinsi Sumatera Utara.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Data dalam penelitian ini menggunakan data panel (pooling data) yaitu data yang menggabungkan antara data deret waktu (time series) mulai tahun 2012- 2016 dan data kerat lintang (cross section) sejumlah 25 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara.

3.3 Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,dari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013). Penelitian ini menggunakan dua variabel penelitian yang terdiri dari satuvariabel dependen dan tiga variabel independen. Adapun variabel dalam penelitan tersebut adalah sebagai berikut:

(47)

3.3.1 Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel independen atau yang menjadi akibat, karena adanya perubahan pada variabel lain (variabel independen). Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penyerapan tenaga kerja.

1. Penyerapan Tenaga Kerja (Y)

Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang bekerja pada setiap sektor usaha tertentu. Jumlah tenaga kerja dalam penelitian ini adalah banyaknya pekerja atau karyawan yang terserap pada industri pengolahan sedang dan besar di 25 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2016 yang dinyatakan dalam satuan jiwa.

3.3.2 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel lain atau yang menjadi sebab perubahan pada variabel lain (variabel dependen).

Variabel independen dalam penelitian ini adalah upah minimum, nilai output dan jumlah unit usaha.

1. Upah Minimum (X1)

Upah adalah biaya tenaga kerja yang dibayarkan kepada pekerja sebagaiimbalan atas pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan terhadap pemberi kerja. Dalam penelitian ini upah yang digunakan adalah Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dari 25 Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2016 yang dinyatakan dalam rupiah.

(48)

35

2. Nilai Output(X2)

Nilai output adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen. Nilai output yang dimaksud adalah hasil akhir dari proses produksi pada industri pengolahan sedang dan besar di 25 Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2016 yang dinyatakan dalam rupiah.

3. Jumlah Unit Usaha (X3)

Jumlah unit usaha adalah banyaknya perusahaan industri pengolahan sedang dan besar di 25 Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara tahun 2012-2016 yang dinyatakan dalam satuan unit.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan studi pustaka, yaitu upaya untuk memperoleh data dengan mempelajari dan menganalisis buku- buku literatur dan data-data olahan. Metode yang digunakan peneliti untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini bersifat dokumentasi, yaitu proses pengumpulan data dari data atau dokumen yang ada di lembaga- lembaga pemerintahan dan sumber-sumber lain yang membahas mengenai masalah-masalah penyerapan tenaga kerja seperti media cetak, jurnal ekonomi dan buku-buku tentang tenaga kerja.

3.5 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah

(49)

ada. Tipe data yang digunakan adalah data panel terdiri dari 25 kabupaten/kota di Sumatera Utara dalamkurun waktu 2012-2016.

Data-data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik Indonesia, Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kabupaten, Bank Indonesia dan Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Utara.

Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Jumlah tenaga kerja pada industri pengolahan sedang dan besar di Sumatera Utara.

2. Upah minimum kabupaten atau kota di Sumatera Utara

3. Nilai ouput pada industri pengolahan sedang dan besar di Sumatera Utara.

4. Jumlah unit usaha pada industri pengolahan sedang dan besar di Sumatera Utara.

3.6 Metode Analisis

Dalam menentukan hasil penelitian, penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel dengan pengolahan datanya menggunakan program aplikasi Eviews.

Metode analisis data panel (pooled data) adalah data yang menggabungkan antara deret waktu (time series) dan kerat lintang (cross-section).

Data time series adalah data observasi pada satu subyek penelitian diamati dalam satu periode tertentu, sedangkan data cross-section adalah data observasi pada beberapa subyek dianalisis dari waktu ke waktu. Simbol yang digunakan adalah t untuk periode observasi, sedangkan i adalah unit cross-section yang diobservasi.

Proses pembentukan data paneladalah dengan cara mengkombinasikan unit-unit

Gambar

Tabel 2.1   Penelitian Terdahulu  No  Penulis
Gambar 2.5   Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Produk Nvidia yang sangat terkenal adalah GPU GeForce (disini Nvidia sebagai OEM), sementara produk akhir dapat ditemukan pada VGA-card yang diproduksi oleh ASUS, MSI,

Studi oleh Sridhar et al menggunakan 81 pasien sebagai subjek penelitian menunjukkan penggunaan air dan hydrogen peroksida 3% dapat memperbaiki kualitas visual

Dengan in kami mengundang saudara untuk mengikuti Pembuktian Kualifikasi Pengadaan Jasa Konstruksi dengan Sistem Pemilihan Langsung untuk :. Peningkatan Jalan ruas jalan

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah berperan dan membantu dalam perancangan dan memberikan data Sehingga sistem informasi ini

Dalam hal pengembalian kerugian negara yang tidak sebanding dengan jumlah kerugian keuangan negara jaksa harus lebih memaksimalkan pengembalian kerugian

Hasil dari penelitian Nugroho Ardianto (2011) 13 yakni (1) adanya perubahan penggunaan lahan dari lahan pertanian menjadi lahan non-pertanian tahun

Dilihat lebih rinci berdasar kategori KAM, hanya pada kategori KAM sedang yang menunjukkan peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang lebih baik.Sedangkan pada kategori

mengumpulkan hasil ujian tengah semester ganjil untuk melihat kemampuan awal hasil belajar siswa. Hal ini dilakukan sebagai pedoman untuk mengetahui pengaruh metode