• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sains adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari gejala-gejala alam melalui serangkaian proses ilmiah yang dibangun atas dasar sikap ilmiah dan hasilnya berupa produk ilmiah berupa konsep, prinsip, dan teori yang berlaku universal (Trianto, 2013). Biologi sebagai bagian dari sains, terdiri dari tiga aspek yaitu produk, proses, dan sikap yang tidak bisa dipisahkan. Aspek produk adalah sekumpulan pengetahuan berupa konsep, prinsip, teori, dan hukum yang dihasilkan dari proses ilmiah. Aspek proses berupa metode ilmiah yang digunakan untuk memahami alam dan fenomena yang terjadi. Metode ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Aspek sikap merupakan karakter ilmiah yang terinternalisasi pada diri siswa setelah mempelajari biologi seperti sikap ingin tahu, jujur (objektif), terbuka, toleran, tekun, optimis, skeptis, berani, dan bekerja sama (Toharudin, 2011).

Pembelajaran biologi di sekolah idealnya mampu memberdayakan tiga aspek pembelajaran biologi yaitu produk, proses, dan sikap. Pembelajaran biologi akan lebih optimal apabila pembelajaran biologi diarahkan pada aspek proses.

Pembelajaran yang berorientasi pada aspek proses akan memberikan pengalaman baru bagi siswa, karena mereka belajar dengan mengalami sendiri dan mengkonstruksi sendiri gejala-gejala, fakta-fakta, prinsip-prinsip biologi menjadi sebuah teori baru ataupun teori yang telah ada yang dapat memperbaiki teori lama ataupun menguatkan yang telah ada. Pembelajaran biologi berorientasi aspek proses menuntut siswa tidak hanya membayangkan teori yang tertulis dalam buku materi saja, tetapi mendorong siswa untuk ikut andil dalam eksperimen seperti layaknya seorang ilmuwan melakukan pembuktian secara ilmiah. Pembelajaran biologi dengan menekankan aspek proses penting untuk dilakukan guna mengoptimalkan hasil belajar siswa.

(2)

commit to user

Pembelajaran biologi di sekolah saat ini kurang berorientasi pada aspek proses. Pembelajaran di sekolah lebih banyak didominasi pembelajaran berbasis teacher center dengan sesekali diselingi kegiatan percobaan sederhana yang kurang mampu menggali ide dan kemampuan berpikir kritis siswa yang lebih mendalam. Pembelajaran biologi masih diorientasikan pada pencapaian produk akhir berupa pemahaman siswa akan teori saja tanpa adanya usaha pengaplikasian di kehidupan sehari-hari. Siswa akan lebih pintar dalam materi yang bersifat menghafal konsep, tetapi mereka cenderung lemah dalam kemampuan berpikir, keterampilan proses sains, dan karakter ilmiah.

Pembelajaran biologi yang hanya berorientasi pada aspek produk, menuntut siswa untuk lebih banyak menghafal fakta, teori, atau prinsip saja. Di kelas pembelajaran berorientasi pada produk kurang mampu melatihkan kemandirian belajar siswa, karena siswa tidak dibiasakan untuk menggali ide-ide yang dimiliki guna mengkonstruk sendiri pengetahuan mereka. Akibatnya, kemampuan berpikir mereka dalam kategori rendah.

Fakta di lapangan kemampuan berpikir kritis siswa di Indonesia masih sangat memprihatinkan. Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Programmme for International Student Assessment (PISA) terhadap kemampuan literasi sains siswa di SMP dan SMA tahun 2006, skor rerata siswa di Indonesia masih di bawah skor rata-rata internasional. Nilai rata-rata sains siswa yang diperoleh Indonesia adalah 371 pada 2000, 382 pada 2003, dan 393 pada 2006. Rata-rata kemampuan sains siswa indonesia baru pada kemampuan mengenali suatu fakta dasar, dan mereka belum mampu melakukan komunikasi dan mengaitkan kemampuan tersebut dengan berbagai topik sains sampai pada menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak. Survei Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) kemampuan sains siswa Indonesia juga masih di bawah rata-rata nilai internasional yaitu di bawah 500. Tahun 2007 tercatat bahwa kemampuan sains siswa Indonesia pada peringkat 35 dari 45 negara (Toharudin, 2011).

(3)

commit to user

Perkembangan pendidikan abad 21 ditandai dengan perkembangan sains dan teknologi dalam berbagai bidang kehidupan. Siswa diharapkan mampu berpikir logis, kritis, kreatif, dan dapat berargumen secara benar. Pembelajaran biologi seharusnya lebih menekankan pada aspek proses. Aspek proses mengarahkan siswa untuk membandingkan hasil prediksi siswa dengan teori melalui eksperimen dengan menggunakan metode ilmiah. Pemberdayaan pembelajaran biologi yang berorintasikan pada aspek proses diharapkan menjadi sebuah tempat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta siswa dapat langsung menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari didasarkan pada metode ilmiah (Trianto, 2007). Selain itu, semakin kompleksnya permasalahan memaksa siswa untuk dapat menyelesaikan masalah tersebut dengan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skill).

Kemampuan berpikir tingkat tinggi adalah berpikir dalam tahapan level tertinggi proses kognitif. Kemampuan berpikir tingkat tinggi oleh siswa bergantung dalam mentransfer ide dan informasi. Pengiriman ide dan informasi terjadi ketika siswa dapat mengkombinasikan fakta dan ide, sintesis, generalisasi, penjelasan, hipotesis dan interpretasi. Memanipulasi ide dan informasi melalui proses yang siswa lakukan untuk memecahkan masalah, menambahkan pemahaman dan mendapatkan pengertian baru. Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk didalamnya berpikir kritis, kreatif, logis dan reflektif.

Kemampuan Berpikir tingkat tinggi memiliki level kemampuan seperti analisis, interpretasi, evaluasi (Jennifer et al, 2013).

Liliasari (2000) menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat tinggi. Schafersman dalam Asri dan Budi (2003) menyatakan keterampilan berpikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok pendidikan. Keterampilan berpikir kritis perlu dikembangkan di sekolah pada setiap jenjangnya. Berpikir kritis merupakan kompetensi yang harus dilatihkan pada peserta didik, karena kemampuan ini sangat diperlukan dalam kehidupan di abad 21 yang membutuhkan berpikir yang reflektif untuk menarik kesimpulan dalam memecahkan masalah di masa depan yang semakin kompleks.

(4)

commit to user

Hasil observasi terhadap proses pembelajaran di SMA Batik 1 Surakarta khususnya pada kelas XI IPA 2. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa disertai dengan observasi di kelas secara langsung, peneliti mendapati permasalahan bahwa siswa masih kurang dalam melakukan analisis suatu pertanyaan dan pernyataan, melakukan pengambilan kesimpulan dari analisis mereka, membuat pendapat maupun argumen yang berdasarkan dari ide yang mereka dapatkan,memberikan penjelasan dengan jelas dan lugas suatu konsep.

Sehingga siswa belum dapat melakukan rangkaian hubungan antar konsep satu dengan lainnya yang diperkuat dengan fakta yang logis dari berbagai referensi maupun hasil eksperimen mereka.

Peneliti melakukan observasi lanjutan mengenai pembelajaran biologi didalam kelas. Hasil observasi awal pada proses pembelajaran Biologi di SMA Batik I Surakarta berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa disertai dengan observasi di kelas secara langsung, mendapati permasalahan bahwa siswa SMA Batik 1 Surakarta khususnya pada kelas XI IPA 2 masih kurang dalam melakukan analisis suatu pertanyaan dan pernyataan, melakukan pengambilan kesimpulan dari analisis mereka, membuat pendapat maupun argumen yang berdasarkan dari ide yang mereka dapatkan, memberikan penjelasan dengan jelas dan lugas suatu konsep. Sehingga siswa belum dapat melakukan rangkaian hubungan antar konsep satu dengan lainnya yang diperkuat dengan fakta yang logis dari berbagai referensi. Kemudian dilakukan observasi lanjutan diketahui bahwa kemampuan siswa menjawab pertanyaan dengan menyatakan arti suatu informasi sebesar 52,03% (kurang), melakukan analisis sebesar 35,14% (sangat kurang), menilai pernyataan 27,20% (sangat kurang), membuat kesimpulan 41,89% (kurang), menjelaskan berdasarkan bukti 33,11% (sangat kurang), dan mengevaluasi konsep sebesar 51,35% (kurang). Berdasarkan hasil di atas, menyatakan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang.

Guna mengatasi rendahnya kemampuan berpikir kritis sebenarnya guru telah berusaha menerapkan beberapa inovasi model pembelajaran seperti ceramah dengan memanfaatkan slide powerpoint, penayangan video, tanya jawab, dan diskusi kelompok. Kegiatan pembelajaran di kelas tersebut sudah berlangsung

(5)

commit to user

cukup baik, namun kemampuan berpikir kritis siswa masih kurang. Hal ini karena kurangnya soal-soal dan pertanyaan-pertanyaan yang mengarah pada pola berpikir kritis siswa. Jawaban dalam pertanyaan yang diajukan guru masih terfokus sama dengan textbook maupun sumber belajar lain. Sehingga, penggalian ide-ide dari siswa belum optimal dicurahkan dalam pembelajaran. Sehingga berdasarkan hasil observasi didapatkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 2 SMA Batik 1 Surakarta perlu ditingkatkan.

Berdasarkan analisis akar permasalahan di lapangan, solusi perbaikan diberikan pada aspek model pembelajaran. Model pembelajaran yang dianjurkan untuk dilaksanakan adalah model yang berbasis konstruktivis. Karena model pembelajaran konstruktivis berpotensi dapat memberdayakan kemampuan kritis siswa, karena siswa dituntut terlibat langsung dalam penyelidikan, mendiskripsikan objek atau peristiwa, mengajukan pertanyaan, membangun penjelasan dan mengkomunikasikan ide-ide yang dimiliki kepada orang lain secara ilmiah dan fakta. Salah satu model pembelajaran yang sejalan dengan pembelajaran konstruktivis yaitu model pembelajaran inkuiri terbimbing.

Inkuiri terbimbing dalam kegiatan pembelajaran menuntut siswa mengidentifikasi asumsi, menggunakan cara berpikir kritis dan logis dengan pertimbangan alternatif jawaban sesuai dengan data yang ada (Trianto, 2007). Hal tersebut didukung oleh pernyatan Sanjaya dalam Sigit (2013) yang menyatakan bahwa inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari masalah yang ada. Siswa dengan kemampuan berpikir secara kritis dan analisis cenderung lebih mampu menemukan hal baru dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

Model pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan pembelajaran yang terpusat pada siswa. Piaget dalam asri dan budi (2003) mengemukakan bahwa model inkuiri terbimbing merupakan model yang mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas agar melihat apa yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, dan mencari jawabannya sendiri. Model pembelajaran inkuiri terbimbing (guided

(6)

commit to user

inquiry) menuntut siswa lebih banyak aktif dalam proses pembelajarannya yang telah dikondisikan untuk dapat menerapkan kemampuan berpikir dalam upaya menggali sendiri segala konsep untuk mengambil inisiatif dalam usaha memecahkan masalah, mengambil keputusan, dan melatih berpikir kritis siswa dalam permasalahan biologi.

Berdasarkan latar belakang di atas maka perlu dilakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Sistem Saraf dan Sistem Indra untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Batik 1 Surakarta”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

“Apakah Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Materi Sistem Saraf dan Sistem Indra untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas XI IPA 2 SMA Batik 1 Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 2 SMA Batik 1 Surakarta melalui penerapan model pembelajaran Inkuiri Terbimbing dalam materi Sistem Saraf dan Sistem Indra

D. Manfaat Penelitian

Penelitian diharapkan memberikan manfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut:

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI IPA 2 SMA Batik 1 Surakarta dalam materi Sistem Saraf dan Sistem Indra.

b. Dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran biologi.

c. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga siswa dapat bergairah dalam mengikuti pembelajaran biologi di kelas maupun laboratorium.

(7)

commit to user 2. Guru

a. Dapat memberikan referensi guru untuk memilih model dan strategi pembelajaran yang lebih bermakna dan dapat memberikan suasana baru bagi siswa.

b. Dapat memotivasi guru dalam melakukan pengembangan model dan metode yang terbarukan sehingga tercipta pembelajaran sains yang seutuhnya.

c. Dapat mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa lebih nyaman dalam belajar.

3. Sekolah

Memberikan masukan dalam upaya perbaikan proses pembelajaran seiring dengan perubahan kurikulum yang menitikberatkan pada kompetensi siswa yang lebih aktif dan produktif.

4. Peneliti Lainya

Hasil penelitian dapat memberikan referensi dalam melakukan sebuah inovasi pembelajaran terbarukan yang bertumpu pada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa.

Referensi

Dokumen terkait

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Berisi kesimpulan mengenai sistem yang telah dibuat yakni berupa aplikasi manajemen surat masuk dan surat keluar pada Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya & Tata

Masalah ATSP dapat diselesaikan dengan menggunakan algoritma Hungarian, dimana masalah ATSP dipandang sebagai masalah Penugasan ( Assignment Problem ) dengan

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa latihan lompat tali memberikan pengaruh yang sangat positif terhadap tingkat kesegaran jasmani siswa kelas XI putra MA

Membuat rangkuman dengan bimbingan guru tentang point-point penting yang muncul dalam kegiatan pembelajaran tentang materi yang baru dilakukan2.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melakukan penyusunan Renstra SKPD yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan program studi Pendidikan

Obyek dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja dan kedisiplinan kerja karyawan di Koperasi Jasa Keuangan Syariah Amanah Ummah Surabaya yang terletak di Jl1. Karah Agung No.42