• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Perencanaan pembangunan daerah adalah proses penyusunan tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan di dalamnya, guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya yang ada dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial dalam suatu lingkungan wilayah/daerah dalam jangka waktu tertentu. Dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah daerah terdiri atas Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis SKPD (Renstra-SKPD). Penyusunan dokumen RPJMD dikoordinasikan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), sedangkan penyusunan Renstra-SKPD disusun oleh SKPD sesuai dengan tugas dan kewenangannya.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang dalam upaya mencapai keberhasilannya perlu didukung dengan perencanaan yang baik sesuai dengan visi dan misi organisasi. Pendekatan yang dilakukan adalah melalui perencanaan strategis yang merupakan serangkaian rencana tindakan dan kegiatan mendasar yang dibuat untuk diimplementasikan oleh organisasi dalam rangka pencapaian tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku bahwa setiap SKPD perlu menyusun Rencana Strategis (Renstra) SKPD sebagai dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah di setiap SKPD untuk jangka waktu lima tahun. Renstra SKPD disusun sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD serta berpedoman kepada RPJM Daerah dan bersifat indikatif. Penyusunan Renstra SKPD terdiri dari tahapan sebagai berikut: persiapan penyusunan Renstra SKPD, penyusunan rancangan Renstra SKPD, penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD dan penetapan Renstra SKPD.

(2)

Pemerintah Kota Bandung saat ini telah memiliki Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Bandung Tahun 2005-2025 (Perda No. 08 Tahun 2008) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 2009-2013 (Perda No. 09 Tahun 2009) yang telah direvisi menjadi Perda No. 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Perda No 9 Tahun 2009 tentang RPJMD 2009-2013. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) melakukan penyusunan Renstra SKPD yang memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan pembangunan sesuai dengan tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD).

Bappeda sebagai lembaga teknis yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam perumusan perencanaan pembangunan daerah memiliki peran dan fungsi strategis dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan. Untuk mendukung pelaksanaan tupoksi Bappeda diperlukan suatu dokumen rencana strategis yang memberikan arah kebijakan dan fokus program dalam lima tahun mendatang. Dokumen Renstra Bappeda tersebut harus terintegrasi dengan dokumen perencanaan pembangunan jangka menengah kota yaitu RPJMD Kota Bandung 2009-2013.

Rencana Strategis Bappeda Kota Bandung 2009-2013 telah memasuki pelaksanaan tahun ketiga dan memerlukan penyesuaian-penyesuaian seiring dengan adanya perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja di lingkungan Pemerintah Kota Bandung serta revisi RPJMD Kota Bandung 2009-2013. Oleh karena itu perlu dilakukan revisi terhadap Renstra Bappeda untuk mengakomodasi berbagai perubahan diatas.

Renstra merupakan komitmen Bappeda yang digunakan sebagai tolok ukur dan alat bantu bagi perumusan kebijakan penyelenggaraan pemerintahan khususnya dalam kebijakan perencanaan pembangunan kota Bandung serta sebagai pedoman dan acuan dalam mengembangkan dan meningkatkan kinerja sesuai dengan kewenangan, tugas pokok dan fungsi Bappeda dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, serta peluang dan ancaman yang dihadapi dalam rangka mendukung pencapaian visi Kota Bandung, yaitu ‘Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa Bermartabat’.

(3)

1.2 Landasan Hukum

1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional Program Pembangunan Nasional;

2) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang

telah diubah kedua kalinya dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 ;

3) Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan

antara Pemerintah Pusat dan Daerah;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 Tentang Pedoman

Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan

Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota;

6) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara

Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

7) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2010 Tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional;

8) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2007 Tentang Pedoman

Penyusunan Rencana Pencapaian Standar Pelayanan Minimal;

9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

10) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang

pelaksanaan PP No 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

11) Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 06 Tahun 2009 Tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah;

12) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 18 Tahun 2011 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2006 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bandung;

13) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 8 Tahun 2007 Tentang Urusan

(4)

14) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 08 Tahun 2008 Tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun 2005-2025;

15) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 05 Tahun 2009 Tentang Perubahan

Atas Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 07 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Serta Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah;

16) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 tahun 2009 Tentang Susunan

Organisasi dan Tata Kerja Pemerintah Kota Bandung;

17) Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 11 tahun 2010 Tentang perubahan

terhadap Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 09 Tahun 2009 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 2009-2013;

18) Peraturan Walikota Bandung No 474 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas

Pokok dan Fungsi Satuan Organisasi Pada Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung

19) Peraturan Walikota Bandung No 121 Tahun 2010 tentang Tata Cara

Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan serta pedoman dan Tata cara Musyawarah Perencanaan pembangunan Daerah

1.3 Maksud Dan Tujuan

Maksud dari penyusunan Revisi Rencana Strategis Bappeda adalah melakukan penyesuaian arah dan pedoman pelaksanaan program dan kegiatan tahunan bagi Bappeda dalam melaksanakan tugas dan fungsi khususnya dalam kurun waktu 5 tahun mengacu kepada Revisi RPJMD tahun 2009 – 2013

Adapun tujuan penyusunan Renstra Bappeda adalah untuk:

 mengoptimalkan tugas pokok, fungsi dan peran Bappeda sebagai institusi perencanaan pembangunan dalam mencapai target pencapaian Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daearah (RPJMD) Kota Bandung Tahun 2009-2013.

(5)

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan Renstra Bappeda Kota Bandung 2009-2013 disusun sebagai berikut :

 Bab 1 Pendahuluan terdiri atas latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan penyusunan Renstra Bappeda dan sistematika penulisan;

 Bab 2 Gambaran Pelayanan SKPD memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) SKPD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, mengulas secara ringkas apa saja sumber daya yang dimiliki SKPD dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan Renstra SKPD periode sebelumnya, mengemukakan capaian program prioritas SKPD yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya, dan mengulas hambatan-hambatan utama yang masih dihadapi dan dinilai perlu diatasi melalui Renstra SKPD;

 Bab 3 Isu-Isu Strategis Berdasarkan Tugas dan Fungsi memuat permasalahan-permasalahan pelayanan SKPD, telaahan visi, misi dan program KDH terpilih, telaahan Renstra K/L, telaahan terhadap RTRW dan penentuan isu-isu strategis;

 Bab 4 Visi, Misi, Tujuan, Strategi dan Kebijakan terdiri atas :Uraian Visi dan Misi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung,. Tujuan merupakan penjabaran visi SKPD yang lebih spesifik dan terukur sebagai upaya mewujudkan Visi dan Misi pembangunan jangka menegah dan dilengkapi dengan rencana sasaran yang hendak dicapai, dan Strategi yaitu cara untuk mewujudkan tujuan, dirancang secara konseptual, analisis, realistis, rasional dan komprehensif. Strategi diwujudkan dalam kebijakan dan program, yang terakhir pada BAB IV adalah mengenai Kebijakan yaitu Arah yang diambil oleh SKPD dalam menentukan bentuk konfigurasi program dan kejadian untuk mencapai tujuan.

 Bab 5 Rencana Program dan Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan Pendanaan Indikatif memuat rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif;

 Bab 6 Indikator Kinerja SKPD Yang Mengacu Pada Tujuan dan Sasaran RPJMD memuat indikator kinerja SKPD yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai SKPD dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.

(6)

Bab II

Gambaran Pelayanan

Bappeda Kota Bandung

2.1 Tugas, Fungsi Dan Struktur Organisasi Bappeda

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung adalah lembaga teknis di lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang melaksanakan urusan perencanaan pembangunan. Pembentukan Bappeda Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung didasarkan pada Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 1981 dan Perda Nomor 24 Tahun 1981. Dalam era desentralisasi dan otonomi daerah, dikeluarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 06 Tahun 2001 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Tingkat Kota Bandung, yang mengubah nama Bappeda Kotamadya Daerah Tingkat II Bandung menjadi Bappeda Kota Bandung. Perubahan tugas pokok dan fungsi serta struktur organisasi Bappeda kembali mengalami perubahan sesuai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2009 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Kota Bandung nomor 12 tahun 2007 tentang Pembentukan Dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah Kota Bandung.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Bandung Nomor 12 Tahun 2009 dan Peraturan Walikota Bandung Nomor 410 Tahun 2010 tentang Rincian tugas pokok, fungsi, uraian tugas dan tata kerja Badan perencanaan pembangunan daerah Kota bandung, Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung terdiri dari :

1. Kepala Badan;

2. Sekretariat, membawahkan :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; b. Sub Bagian Keuangan;

(7)

3. Bidang Perencanaan Tata Ruang, Sarana dan Prasarana, membawahkan : a. Sub Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Lingkungan Hidup;

b. Sub Bidang Perencanaan Sarana dan Prasarana.

4. Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan, membawahkan : a. Sub Bidang Perencanaan Pengembangan Ekonomi;

b. Sub Bidang Perencanaan Pembiayaan dan Pengembangan Usaha Daerah. 5. Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat, membawahkan :

a. Sub Bidang Perencanaan Sosial Budaya;

b. Sub Bidang Perencanaan Kesejahteraan Rakyat. 6. Bidang Perencanaan Pemerintahan, membawahkan :

a. Sub Bidang Perencanaan Sumber Daya Pemerintahan; b. Sub Bidang Perencanaan Kerjasama Pembangunan Daerah. 7. Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik, membawahkan :

a. Sub Bidang Penelitian dan Pengembangan; b. Sub Bidang Statistik.

8. Bidang Penanaman Modal, membawahkan :

a. Sub Bidang Penanaman modal dan Promosi Daerah; b. Sub Bidang Bina Potensi dan Kerjasama Daerah. 9. Unit pelaksana teknis Badan.

10. Kelompok Jabatan Fungsional.

Secara lengkap bagan Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bandung dapat dilihat dalam Gambar 2.1.

(8)

Gambar 2.1

(9)

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah dan penanaman modal. Untuk melaksanakan tugas pokok diatas, Bappeda mempunyai fungsi:

a. Perumusan kebijakan teknis di bidang perencanaan pembangunan daerah dan penanaman modal;

b. Pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan daerah;

c. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan daerah dibidang penanaman modal;

d. Pembinaan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah dan penanaman modal yang meliputi perencanaan tata ruang dan fisik, perencanaan ekonomi dan pembiayaan, perencanaan sosial budaya dan kesejahteraan rakyat, pemerintahan, penelitian pengembangan dan statistik serta penanaman modal;

e. Pelaksanaan pelayanan teknis administratif Badan; dan

f. Pelaksanaan tugas lain yang diterbitkan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda ditetapkan dengan Peraturan Walikota Bandung No 10 Tahun 2010 dengan rincian sebagai berikut :

A. KEPALA BADAN

Tugas pokok : melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah.

Fungsi : a. perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan; b. pengkoordinasian penyusunan perencanaan

pembangunan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas lingkup perencanaan pembangunan daerah;

d. pelaksanaan tugas lain yang diberikan Walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya; dan

e. pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan kegiatan Badan.

(10)

B. SEKRETARIAT

Tugas Pokok: melaksanakan sebagian tugas Badan Perencanaan Pembangunan Daerah lingkup kesekretariatan

Fungsi : a. pelaksanaan penyusunan rencana kegiatan kesekretariatan; b. pelaksanaan kesekretariatan Badan yang meliputi administrasi

umum dan kepegawaian, keuangan dan program;

c. pelaksanaan pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas Bidang;

d. pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan rencana, program, evaluasi dan pelaporan kegiatan Badan;

e. pengkoordinasian penyelenggaraan tugas-tugas Sekretariat ; f. pembinaan, monitoring, evaluasi dan laporan kegiatan C. BIDANG PERENCANAAN SOSIAL BUDAYA

Tugas Pokok : melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan lingkup perencanaan sosial budaya dan kesejahteraan rakyat.

Fungsi : a. penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan lingkup perencanaan sosial budaya dan perencanaan kesejahteraan rakyat;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan sosial budaya dan perencanaan kesejahteraan rakyat;

c. pembinaan dan pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan d. perencanaan pembangunan lingkup perencanaan sosial

budaya dan perencanaan kesejahteraan rakyat; dan

e. pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan sosial budaya dan perencanaan

kesejahteraan rakyat.

D. BIDANG PERENCANAAN TATA RUANG, SARANA DAN PRASARANA

Tugas Pokok: melaksanakan sebagian tugas Kepala Badan lingkup perencanan tata ruang, sarana dan prasarana.

(11)

Fungsi : a. penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan lingkup perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup, serta perencanaan sarana dan prasarana;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup, serta perencanaan sarana dan

prasarana;

c. pembinaan dan pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan lingkup perencanaan tata ruang lingkungan hidup, serta perencanaan sarana dan prasarana; d. pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan

perencanaan lingkup perencanaan tata ruang dan lingkungan hidup, serta perencanaan sarana dan prasarana;

E. BIDANG PERENCANAAN EKONOMI DAN PEMBIAYAAN

Tugas Pokok: melaksanakan sebagian tugas Kepala Bappeda lingkup perecanaan ekonomi dan pembiayaan

Fungsi : a. penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis perencanaan pembangunan lingkup perencanaan pengembangan ekonomi serta perencanaan pembiayaan dan pengembangan usaha daerah;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup perencanaan pengembangan ekonomi serta perencanaan pembiayaan dan pengembangan usaha daerah;

c. pembinaan dan pelaksanaan pengkoordinasian penyusunan perencanaan pembangunan perencanaan pengembangan ekonomi serta perencanaan pembiayaan dan pengembangan usaha daerah;

d. pembinaan, monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup perencanaan pengembangan ekonomi serta perencanaan pembiayaan dan pengembangan usaha daerah.

(12)

F. BIDANG PENELITIAN, PENGEMBANGAN DAN STATISTIK

Tugas Pokok: melaksanakan sebagian tugas Kepala Bappeda lingkup penelitian, pengembangan dan statistik

Fungsi : a. penyusunan bahan perumusan kebijakan teknis lingkup penelitan pengembangan dan statistik;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup litbang dan statistik; c. pelaksanaan dan pengkordinasian penelitian dan

pengembangan lingkup penelitan pengembangan dan statistik;

d. monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan penelitian dan pengembangan lingkup penelitan pengembangan dan statistik.

G. BIDANG PENANAMAN MODAL

Tugas Pokok: melaksanakan sebagian tugas Kepala Bappeda lingkup penanaman modal

Fungsi : a. perencanaan dan penyusunan program lingkup informasi penanaman modal dan promosi daerah serta bina potensi dan kerjasama investasi;

b. penyusunan petunjuk teknis lingkup informasi penanaman modal dan promosi daerah serta bina potensi dan kerjasama investasi;

c. pelaksanaan lingkup informasi penanaman modal dan promosi daerah serta bina potensi dan kerjasama investasi; dan

d. monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan lingkup informasi penanaman modal dan promosi daerah serta bina potensi dan kerjasama investasi.

H. KEPALA UNIT PELAKSANA TEKNIS BANDUNG ELECTRONIC PROCUREMENT

a. menyusun rencana dan program kerja Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement sebagai pedoman pelaksanaan tugas;

(13)

b. membagi tugas kepada bawahan berdasarkan rumusan tugas dan potensi bawahan agar tugas dan fungsi dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien;

c. mengarahkan tugas kepada bawahan berdasarkan program

kerja Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement agar sasaran tetap terfokus;

d. membina bawahan dengan cara memotivasi bawahan untuk meningkatkan produktivitas kerja dan pengembangan karier;

e. merumuskan kebijakan operasional penyedia barang dan jasa secara elektronik;

f. mengordinasikan penyiapan panitia pengadaan barang/jasa dengan SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung;

g. menyusun dan mensosialisasikan petunjuk teknis pemilihan penyedia barang/jasa secara elektronik di lingkungan Pemerintah Kota Bandung;

h. melakukan hubungan kerja, baik internal maupun eksternal untuk kelancaran pelaksanaan tugas UPT BEP;

i. mengevaluasi hasil pelaksanaan kegiatan Pemilihan Penyedia Barang dan jasa secara elektronik di lingkungan Pemerintah Kota Bandung;

j. mengendalikan pelaksanaan tugas Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement;

k. menyusun telaahan staf berisi saran dan masukan kepada pimpinan sebagai bahan perumusan/penetapan kebijakan di Unit Pelaksana Teknis Bandung Electronic Procurement;

l. mengordinasikan seluruh pemilihan penyedia barang/jasa secara elektronik di lingkungan Pemerintah Kota Bandung;

m.merumuskan rencana pengumuman putaran paket lelang secara elektronik baik di media massa maupun di media elektronik;

n. menyusun laporan pelaksanaan kegiatan UPT Bandung Electronic Procurement sebagai bahan pertanggungjawaban kepada Kepala Bappeda.

(14)

I. SATUAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

a. kelompok jabatan fungsional pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah terdiri atas sejumlah tenaga dalam jenjang jabatan fungsional yang terbagi dalam berbagai kelompok sesuai dengan bidang keahliannya.

b. setiap kelompok dipimpin oleh seorang tenaga fungsional yang diangkat oleh Walikota atas usul Kepala Badan.

c. pembentukan jenis, jenjang dan jumlah jabatan fungsional ditetapkan oleh Walikota berdasarkan kebutuhan dan beban kerja, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.2 Sumber Daya SKPD

2.2.1 Sumber Daya Manusia

Kepemerintahan yang baik (good governance) adalah prasyarat bagi terbentuknya pemerintahan yang efektif dan demokratis. Good governance digerakkan oleh prinsip-prinsip partisipatif, penegakan hukum yang efektif, transparansi, responsif, kesetaraan, visi strategis, efektif dan efisien, profesional, akuntabel dan pengawasan yang efektif. Dengan kaitan tersebut, peningkatan kualitas penyelenggaraan pemerintahan khususnya sumberdaya aparatur harus menjadi salah satu prioritas penting dan strategis dalam program saat ini dan di masa yang akan datang. Sumberdaya aparatur pemerintah menempati posisi strategis yang bukan saja mewarnai melainkan juga menentukan arah kemana suatu daerah akan dibawa.

Pemerintah Daerah adalah implementator kebijakan publik yang mengemban tugas dan fungsi-fungsi pelayanan, perlindungan dan pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, pemerintahan di masa mendatang adalah pemerintahan yang cerdas, yang mampu menerjemahkan kebijakan publik ke dalam langkah-langkah operasional yang kreatif dan inovatif dengan orientasi pada kepentingan masyarakat. Pemerintahan yang cerdas hanya bisa diwujudkan jika aparaturnya cerdas.

Terkait dengan hal tersebut di atas, jumlah aparatur Bappeda Kota Bandung berdasarkan data dari Sub Bagian Umum dan Kepegawaian sampai Bulan Maret Tahun 2011 berjumlah 90 orang. Komposisi jabatan dalam struktur organisasi Bappeda Kota

(15)

Bandung dapat dilihat pada tabel 2.1. Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 2.1, dengan jenjang eselonering II, Bappeda menjalankan fungsi koordinasi dengan SKPD lain. Bidang perencana di Bappeda bermitra dengan SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung dan secara intensif melaksanakan koordinasi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing. Fungsi koordinasi merupakan fungsi paling strategis yang dijalankan oleh Bappeda melalui 4 (empat) bidang perencana yaitu Bidang Perencanaan Pemerintahan, Bidang Perencanaan Ekonomi dan pembiayaan, Bidang perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat, Bidang Tata Ruang, Sarana dan Prasarana. Keempat bidang tersebut mengkoordinasikan seluruh SKPD dalam kegiatan perencanan pembangunan.

Tiga bidang lain dengan eselonering yang sama menjalankan fungsi supporting terhadap bidang perencana tersebut. Bidang Penelitian, Pengembangan dan Statistik memberikan dukungan berupa penyediaan data statistik dan hasil kajian dalam penyusunan dokumen perencanaan. Bidang penanaman modal memberikan dukungan dalam penyusunan dokumen perencanan yang berkaitan dengan penanaman modal dan investasi, sedangkan sekretariat menjalankan peran untuk memberi dukungan penyelanggaraan kegiatan secara keseluruhan.

Tabel 2.1

Kondisi Kepegawaian Berdasarkan Eselon Jabatan

No Uraian Eselon I Eselon II Eselon III Eselon IV Staf Jumlah

1 Kepala Bappeda 1 1

2 Sekretariat 1 3 21 25

3 Bidang Pemerintahan 1 2 5 8

4 Bidang Sosbud & Kesra 1 2 6 9 5 Bidang Ekonomi 1 2 6 9 6 Bidang Penanaman Modal 1 2 3 6 7 Bidang PPS 1 2 6 9 8 Bidang Fisik 1 2 10 13 9. BEP 2 4 6 10. Pejabat Fungsional 4 JUMLAH 1 7 17 65 90

Sumber : Subbagian Umum dan Kepegawaian Bappeda

Sekretariat memiliki jumlah pejabat pada eselon IV dan jumlah karyawan yang lebih banyak daripada bidang yang lain, mengingat beban kerja di sekretariat yang cukup tinggi. Yang menjadi catatan dalam struktur Bappeda adalah adanya jabatan fungsional

(16)

peneliti dan perencana yang bertanggungjawab secara langsung kepada Kepala Bappeda dan tidak terikat secara struktur dengan bidang-bidang perencana. Kondisi kepegawaian Bappeda berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 2.2 dibawah ini :

Tabel 2.2

Kondisi Kepegawaian Berdasarkan Pendidikan yang Ditamatkan

No Uraian S3 S2 S1 D3 SLTA SLTP SD Jumlah

1 Kepala Bappeda 1 1 2 Sekretariat 3 14 2 4 1 1 25 3 Bidang Perencanaan Pemerintahan 2 2 1 2 1 8 4 Bidang Perencanaan Sosial Budaya dan Kesra 4 4 1 9 5 Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan 4 2 1 2 9 6 Bidang Penanaman Modal 1 5 6 7 Bidang PPS 3 4 2 9 8 Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Sarana Prasarana 5 6 1 1 13 9 BEP 1 5 6 10 Pejabat Fungsional 2 2 4 JUMLAH 1 25 44 6 11 1 2 90 % 1% 28% 49% 7% 12% 1% 2% 100%

Sumber : Subbagian Umum dan Kepegawaian Bappeda Kota Bandung

Kapasitas dan kapabilitas karyawan berkaitan erat dengan tingkat pendidikannya. Berdasarkan data yang ditampilkan pada Tabel 2.2, tingkat pendidikan karyawan Bappeda yang paling banyak adalah pendidikan S-1 sebanyak 44 orang (49 %). Tingkat pendidikan bagian terbesar dari karyawan Bappeda yang relatif tinggi ini merupakan modal dasar yang penting dalam peningkatan kinerja Bappeda secara umum.

Jumlah karyawan Bappeda yang menamatkan pendidikan S-2 cukup besar, tercatat sebanyak 25 orang. Secara prosentase, jumlah tersebut mencapai 28 % dari seluruh karyawan Bappeda, sebagai lembaga yang memposisikan dirinya menjadi Think

Tanknya Pemerintah Kota Bandung, tentu ini menjadi modal dasar yang besar dalam

menjalankan tugas pokok dan fungsi Bappeda sebagai lembaga perencana secara optimal.

(17)

Namun demikian, kendala dalam ketersediaan SDM yang menjadi issu strategis di Bappeda Kota Bandung adalah mengenai kualitas dan kuantitas pejabat fungsional perencana dan peneliti. Sekalipun kebijakan internal Pemerintah Kota telah memperlihatkan keberpihakan terhadap pejabat fungsional, belum menarik minat untuk mengambil jalur karir sebagai pejabat fungsional.

2.2.2 Anggaran

Dari sisi anggaran, bappeda Kota Bandung mendapatkan alokasi anggaran yang meningkat dari tahun ke tahun, tabel dibawah ini memperlihatkan jumlah alokasi anggaran 2009-2011 beserta serapannya sebagai berikut :

Tabel 2.3 Alokasi Anggaran Bappeda 2009-2012

No Tahun Anggaran Jumlah Anggaran (Rp) Realisasi (Rp) Persentase (%)

1 2009 13,476,416,855 12,325,159,889 91,46

2 2010 20,121,066,129,5 16,307,477,293 81,05

3 2011 24,123,396,632 21,116,188,344 87,53

4 2012 20.911.323.808

Sumber : hasil olahan Perda APBD

Peningkatan alokasi anggaran tidak berbanding lurus dengan serapan anggarannya, permasalahan penyerapan anggaran seringkali disebabkan karena beberapa kegiatan dilaksanakan pada APBD perubahan di Bulan Oktober sehingga ada keterbatasan waktu dalam melaksanakan kegiatan dan penyerapan anggarannnya. Kecermatan dalam menyusun Rencana Kegiatan dan Anggaran (RKA) yang menjadi pedoman pelaksanaan program/kegiatan baik dari sisi anggaran maupun dari indikator kinerja turut menentukan serapan dan alokasi anggaran yang dibutuhkan.

Permasalahan anggaran di Bappeda juga berkaitan dengan belum di milikinya Analisis Standar Biaya (ASB) untuk Program/kegiatan yang dilaksanakan, sehingga tidak ada standar baku yang dapat diterapkan dalam alokasi anggaran untuk tiap Kegiatan penyusunan dokumen perencanaan maupun kegiatan kajian, sehingga penentuan alokasi anggaran untuk kegiatan tersebut tidak memiliki dasar yang secara normatif maupun akademik dapat dipertanggungjawabkan.

(18)

Belum terintegrasinya Perencanaan dan penganggaran dalam satu sistem, manjadi titik lemah selanjutnya, dimana otoritasnya tidak berada pada institusi Bappeda sehingga menyebabkan banyak kegiatan yang sudah direncanakan, tereduksi pada proses penganggaran, demikian juga banyak kegiatan yang dilaksanakan diluar rencana yang telah ditetapkan.

2.2.3 Aset, Sarana dan Prasarana

Bappeda Kota Bandung menempati kantor yang berdiri diatas lahan seluas 1.202 meter persegi milik PDAM Pemerintah Kota Bandung yang berada di Jalan Tamansari Nomor 76 dan mulai digunakan pada tahun 2002. Secara umum kondisi sarana dan prasarana yang dimiliki dan dipergunakan dalam mendukung pelaksanaan kinerja Bappeda Kota Bandung dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut :

Tabel 2.4

Rekapitulasi Sarana Dan Prasarana

Bappeda Kota Bandung Sampai Dengan Tahun 2012

No Nama Barang Banyaknya Kondisi Barang

1 Kendaraan roda 4 16 Baik

2 Kendaraan roda 2 18 Baik

3 AC 7 Baik

4 Lemari/Rak/Buffet/Filling Cabinet 103 Baik

5 Brankas 2 Baik

6 Meja 120 Baik

7 Kursi 164 Baik

9 Pesawat telepon/faks. 8 Baik

10 Mesin Tik 15 Baik

11 Komputer 46 Baik

12 Note Book/Laptop 33 Baik

13 Printer 27 Baik

14 Scanner 3 Baik

15 Paper Sheredder 3 Baik

16 Projector 9 Baik

17 Layar 4 Baik

19 Handphone 15 Baik

20 Camera Digital 12 Baik

21 VGA 6 Porte 4 1 Baik

23 DLP Teknologi 1 Baik

24 Maket Miniatur 1 Baik

(19)

Lokasi Kantor Bappeda yang cukup strategis memudahkan aksesibilitas dari dan menuju kantor Bappeda, lokasi yang terpisah dari kompleks perkantoran Pemerintah Kota Bandung di Jl. Wastukencana maupun kompleks kantor Pemerintah Kota di Jalan Cianjur memberi peluang untuk menyelenggarakan kegiatan secara lebih mandiri dan terfokus.

Demikian juga sarana pendukung kelancaran pelaksanaan pekerjaan yang tersedia dalam jumlah dan kualitas memadai seperti kendaraan dinas mapun peralatan penunjang pekerjaan (komputer, scanner dll) dengan anggaran untuk pemeliharaan yang juga cukup memadai.

Permasalahan pada asset, sarana dan prasarana di Bappeda Kota Bandung berkaitan dengan kapasitas gedung yang tidak berimbang dengan jumlah personil, status kepemilikan gedung yang masih terkendala dari sisi legalitas menyebabkan pembangunan kantor tidak bisa dilaksanakan secara menyeluruh, sekalipun pada Tahun Anggaran 2011 telah dilakukan rehabilitasi gedung kantor, tetapi baru dilakukan perbaikan yang sifatnya partial.

Permasalahan dalam pengelolaan barang berkaitan dengan inventarisasi asset (barang dan kendaraan) terutama yang dipergunakan oleh pejabat yang sudah tidak lagi bertugas di Bappeda, serta tidak tersedianya tempat penyimpanan yang memadai untuk barang dan dokumen produk Bappeda.

2.3 Kinerja Pelayanan Bappeda Kota Bandung

Kinerja pelayanan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung yang utama berkaitan dengan urusan yang menjadi kewenangannnya yaitu : (1) urusan perencanaan pembangunan, (2) Urusan statistik skala kota, (3) sebagaian urusan penataan Ruang dan (4) urusan penanaman modal dengan fokus pada ; (1) Perumusan kebijakan, (2) Bimbingan, konsultasi, dan koordinasi (3) Monitoring dan Evaluasi (4) Kebijakan penanaman modal (5) Kebijakan statistik dasar (6) Koordinasi Statistik Antar sektor (7) Pengembangan jejaring Statistik Khusus dan (8) Perencanaan Tata Ruang.

(20)

Tabel 2.5

Pencapaian Kinerja Pelayanan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung

NO

Indikator Kinerja sesuai Tugas dan

Fungsi SKPD

Target

SPM Target IKK Target IKU

Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) 1. Tingkat akomodasi usulan Musrenbang Kota & Reses DPRD minimal 30% dalam RKPD >30 % >30 % >30 % >30 % >30 % >30 % >30 % 100% 100%100% 2. Tersedianya dokumen perencanaan sesuai UU Penataan Ruang Perda RDTR Sosialisasi Perda RDTR Sosialisasi 100% 100%100% 3. Tingkat Akomodasi program RPJMD ke dalam RKPD 70% 75% 80% 90 % 95 % 70% 75% 80% 100%100%100% 4. Kenaikan Jumlah Investor 500 perusahaan 500 perusahaan 100% 100%100% 5. Tingkat Ketersediaan Data/informasi dan Statistik Daerah 100 % 100% 100% 100%100% 6. Tersedianya dokumen perencanaan pembangunan yang ditetapkan dengan Perkada

(21)

NO

Indikator Kinerja sesuai Tugas dan

Fungsi SKPD

Target

SPM Target IKK Target IKU

Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) 7. Tersedianya dokumen RPJMD pembangunan yang ditetapkan dengan Perda/Perkada

Ada/tidak ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada 100% 100%100%

8. Tersedianya dokumen RKPD pembangunan yang ditetapkan dengan Perkada

Ada/tidak ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada

9. Penjabaran Program RPJMD kedalam RKPD Jumlah program RKPDthn n/ jml program RPJMD yg hrs dilaksanakan x 100% 70% 75% 80% 90 % 95 % 70% 75% 80% 100%100%100% 10. Kenaikan Nilai Realisasi PMDN 11. Buku Bandung Dalam Angka

Ada/tidak ada ada ada ada ada ada ada ada ada ada 100% 100%100%

(22)

NO

Indikator Kinerja sesuai Tugas dan

Fungsi SKPD

Target

SPM Target IKK Target IKU

Target Renstra SKPD Tahun ke- Realisasi Capaian Tahun ke- Rasio Capaian pada Tahun ke-

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) 13. Tingkat akomodasi program/kegiatan RPJMD ke dalam RKPD Jumlah program RKPDthn n/ jml program RPJMD yg hrs dilaksanakan x 100% 80% 90% 95% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%100%100% 14 Tingkat kesesuaian target kinerja RPJMD terhadap Renstra SKPD Target kinerja RPJM thn n/target kinerja Renstra X 100% 80% 90% 95% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 15 Tingkat kesesuaian Program/kegiatan Renstra SKPD terhadap Renja SKPD Akomodasi prog,keg Renstra/ prog,keg Renja X 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100% 100%

(23)

Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, Undang-undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Peraturan Walikota Nomor 410 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas Dan Tata Kerja Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung maka jenis pelayanan yang dilakukan oleh Bappeda Kota Bandung adalah sebagai berikut:

1. Menyusun rancangan awal dan rancangan akhir Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD);

2. Menyelenggarakan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah untuk penyusunan dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD);

3. Merumuskan program prioritas dan pagu anggaran sebagai bahan penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;

4. Menetapkan petunjuk pelaksanaan perencanaan dan pengendalian pembangunan daerah skala kota dan Kecamatan;

5. Merumuskan bahan Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Perencanaan dan Pengendalian Pembangunan skala Daerah;

6. Merumuskan kebijakan pelaksanaan kerjasama pembangunan antar daerah, antara daerah dengan swasta dalam dan luar negeri;

7. Merumuskan kebijakan pelaksanaan pengelolaan data dan informasi pembangunan daerah skala Daerah:

8. Merumuskan petunjuk pelaksanaan pengelolaan kawasan skala kota yang meliputi keserasian pengembangan perkotaan, manajemen dan kelembagaan pengembangan wilayah, pengembangan pembangunan perwilayahan, serta pengembangan kawasan prioritas cepat tumbuh dan andalan kota;

9. Merumuskan kebijakan pedoman standar pelayanan perkotaan skala Daerah; 10. Merumuskan perencanaan tata ruang yang meliputi penyusunan dan Penetapan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK), Penyusunan dan penetapan Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis;

(24)

11. Merumuskan bahan kebijakan pemanfaatan ruang wilayah di Daerah dan kawasan strategis kota;

12. Mengendalikan pelaksanaan dan sosialisasi Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) bidang perencanaan dan pengendalian pembangunan;

13. Merumuskan kebijakan strategis operasionalisasi Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK) dan Rencana Tata Ruang Strategis Kota;

14. Merumuskan program sektoral dalam rangka perwujudan struktur dan pola pemanfaatan ruang wilayah kota dan kawasan strategis kota;

15. Mengendalikan pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan strategis kota;

16. Merumuskan kebijakan penetapan dan pelaksanan petunjuk pelaksanaan pengembangan pembangunan perwilayahan skala kota;

17. Merumuskan kebijakan pengembangan kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan skala kota;

18. Bimbingan, konsultasi dan koordinasi perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan daerah skala kota;

19. Bimbingan, konsultasi dan koordinasi kerjasama pembangunan antardaerah, dan antara daerah dengan swasta, dalam dan luar negeri skala kota;

20. Bimbingan, konsultasi dan koordinasi pelayanan perkotaan skala kota dan Kecamatan;

21. Bimbingan, konsultasi dan koordinasi pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan, keserasian pengembangan perkotaan, pengembangan kawasan prioritas, kawasan cepat tumbuh dan kawasan andalan, perencanaan kelembagaan dan manajemen pengembangan wilayah dan kawasan skala kota dan kecamatan; 22. Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah skala

kota dan Kecamatan;

23. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan pengelolaan kawasan dan lingkungan perkotaan pengembangan wilayah tertinggal, pengembangan kawasan prioritas, cepat tumbuh dan andalan skala kota, keserasian pengembangan perkotaan, kelembagaan dan manajemen pengembangan wilayah dan kawasan skala kota; 24. Mengordinasikan perencanaan kerjasama pembangunan antar daerah, antara

daerah dengan swasta dalam dan luar negeri;

25. Mengordinasikan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembangunan yang bersumber dari APBDaerah Provinsi maupun APBN;

(25)

26. Merumuskan bahan perencanaan kerjasama pembangunan antar Kab/Kota, kerjasama pembangunan dengan swasta, kerjasama pembangunan dalam dan luar negeri;

27. Menyusun evaluasi rencana pembangunan berdasarkan hasil evaluasi pimpinan SKPD se-Kota Bandung;

28. Merumuskan kebijakan pengelolaan data dan informasi serta pengembangan penanaman modal dan promosi daerah skala kota;

29. Merumuskan pedoman, pembinaan, pengawasan, pengembangan potensi dan kerjasama investasi dengan dunia usaha di tingkat kota;

30. Mengendalikan pelaksanaan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pembangunan daerah skala kota;

31. Merumuskan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Walikota;

32. Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kerjasama pembangunan antar daerah dalam dan luar negeri;

33. Menetapkan bahan kebijakan pemberian dukungan penyelenggaraan statistik dasar, survey dan sensus skala kota.

2.4.

Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Bappeda

Berdasarkan kinerja pelayanan yang disampaikan pada Sub bab sebelumnya, dapat diidentifikasi tantangan dan peluang pengembangan pelayanan Bappeda Kota Bandung berdasarkan Tugas Pokok dan Fungsi utamanya berkaitan dengan penyusunan dokumen perencanaan, kebijakan penanaman modal, perencanaan tataruang dan penyediaan statistik skala kota.

1. Belum optimalnya aplikasi Dokumen Perencanaan maupun hasil kajian yang disusun Bappeda baik oleh internal Bappeda maupun oleh Dinas Teknis terkait; 2. Optimalisasi koordinasi antara institusi perencana dengan pemegang otoritas

penganggaran, untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, sehingga program dan kegiatan yang telah direncanakan tidak tereduksi di dalam proses penganggaran;

3. Masih kurangnya SDM yang memiliki skill dan kompetensi sesuai dengan tugas dan kewajiban utama-nya;

(26)

4. Belum adanya sistem pengelolaan knowledge yang dapat menghimpun seluruh produk Bappeda secara terintegrasi sehingga informasi mengenai dokumen hasil kajian maupun dokumen perencanaan tidak mudah didapatkan, implikasi lebih jauhnya kemungkinan duplikasi kajian atau dokumen perencanan menjadi lebih besar.

5. Beragamnya sumber data sebagai bahan penyusunan dokumen perencanaan; 6. Belum tersusunnya standar kinerja yang terukur bagi setiap jabatan struktural

maupun fungsional serta pelaksana di lingkungan Bappeda; 7. Belum optimalnya alokasi anggaran untuk pengembangan SDM.

8. Belum optimalnya koordinasi dan sinkronisasi proses perencanaan pembangunan daerah antara Bappeda dengan SKPD lain;

9. Lemahnya kapasitas kelembagaan perencanaan di tingkat basis yang menyebabkan kurang efektifnya proses perencanaan Bottom Up;

10. Belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan data pembangunan yang tersusun secara sistematis dan akurat, teknologi informasi dan komunikasi, serta pengendalian perencanaan pembangunan.

11. Belum adanya unit cost sehingga standar biaya dokumen perencanaan belum

tersedia. Hal tersebut menyebabkan, kedalaman/substansi output kegiatan tidak bisa diukur.

(27)

Bab 3

Isu-Isu Strategis Berdasarkan

Tugas dan Fungsi

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Pelayanan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung

Berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan yang dilaksanakan oleh Bappeda yang berkaitan dengan penyusunan dokumen perencanaan, perencanaan tata ruang, penyediaan support berupa statistik skala kota dan pelayanan bidang penanaman modal dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Belum optimalnya aplikasi Dokumen Perencanaan maupun hasil kajian yang disusun Bappeda baik oleh internal Bappeda maupun oleh Dinas Teknis terkait; 2. Optimalisasi koordinasi antara institusi perencana dengan pemegang otoritas

penganggaran, untuk menjaga konsistensi antara perencanaan dan penganggaran, sehingga program dan kegiatan yang telah direncanakan tidak tereduksi di dalam proses penganggaran;

3. Masih kurangnya SDM yang memiliki skill dan kompetensi sesuai dengan tugas dan kewajiban utama-nya;

4. Belum adanya sistem pengelolaan knowledge yang dapat menghimpun seluruh produk Bappeda secara terintegrasi sehingga informasi mengenai dokumen hasil kajian maupun dokumen perencanaan tidak mudah didapatkan, implikasi lebih jauhnya kemungkinan duplikasi kajian atau dokumen perencanan menjadi lebih besar;

5. Belum terkelolanya sumber data dan informasi yang mendukung proses perencanaan sehingga sumber data masih bergam;

6. Belum tersusunnya standar kinerja yang terukur bagi setiap jabatan struktural maupun fungsional serta pelaksana di lingkungan Bappeda;

7. Kebijakan Pemerintah yang belum mendukung terbentuknya jabatan fungsional Perencana dan Peneliti di lingkungan Pemerintah Kota Bandung;

(28)

8. Belum optimalnya alokasi anggaran untuk pengembangan SDM.

9. Belum optimalnya koordinasi dan sinkronisasi proses perencanaan pembangunan daerah antara Bappeda dengan SKPD lain;

10.Lemahnya kapasitas kelembagaan perencanaan di tingkat basis yang menyebabkan kurang efektifnya proses perencanaan Bottom Up;

11.Belum optimalnya pengelolaan dan pemanfaatan data pembangunan yang tersusun secara sistematis dan akurat, teknologi informasi dan komunikasi, serta pengendalian perencanaan pembangunan.

12.Belum adanya unit cost sehingga standar biaya dokumen perencanaan belum tersedia. Hal tersebut menyebabkan, kedalaman output kegiatan tidak bisa diukur. 13.Informasi tentang potensi penanaman modal dan peluang investasi di Kota Bandung

belum akurat dan tersedia secara optimal

14.Iklim investasi di Kota Bandung yang masih belum kondusif

3.2

Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan

Wakil Kepala Daerah

Sesuai dengan Visi dan Misi Kota Bandung yang tercantum dalam Revisi RPJMD Kota Bandung Tahun 2009 – 2013 yaitu :

Visi : Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa Bermartabat.

Kota Bermartabat diartikan sebagai kota yang mempunyai jati diri, harga diri dan kebanggaan bagi seluruh warganya, memiliki pelayanan publik prima tanpa membedakan status. Arah visi tersebut adalah memerankan Kota Bandung sebagai Kota Jasa. Kota Bandung sebagai pusat pertumbuhan sektor jasa yang memberikan manfaat bagi warga Bandung khususnya, Jawa Barat dan Nasional pada umumnya. Kota Jasa Bermartabat memiliki dimensi:

1. Pemenuhan kondisi lingkungan hidup yang bersih, sehat, indah, hijau dan berbunga;

2. Pemenuhan kondisi lingkungan sosial yang aman, tertib, stabil dan dinamis;

3. Pemenuhan kondisi lingkungan ekonomi sehingga tercapai kemakmuran ekonomi warganya;

(29)

4. Pemenuhan kondisi lingkungan keagamaan yang penuh toleransi, berakhlak mulia dan kesadaran perikehidupan majemuk ;

5. Pemenuhan kondisi tata ruang yang seimbang dan harmonis ;

Misi Kota Bandung Tahun 2009-2013 merupakan penjabaran dari Misi Tahap II dalam RPJPD Kota Bandung 2005-2025 dan integrasi dari sasaran yang akan dicapai pada Misi Tahap II tersebut. Adapun Misi tersebut terdiri dari :

1. Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang Sehat, Cerdas, Berakhlak, Profesional, dan Berdaya Saing;

2. Mengembangkan Perekonomian Kota yang Berdaya Saing dalam Menunjang Penciptaan Lapangan Kerja dan Pelayanan Publik serta Meningkatkan Peranan Swasta dalam Pembangunan Ekonomi Kota;

3. Meningkatkan Kesejahteraan Sosial dan Mengembangkan Budaya Kota yang Tertib, Aman, Kreatif, Berprestasi dalam Menunjang Kota Jasa Bermartabat;

4. Menata Kota Bandung Menuju Metropolitan Terpadu yang Berwawasan Lingkungan;

5. Meningkatkan Kinerja Pemerintah Kota yang Efektif, Efisien, Akuntabel dan Transparan dalam Upaya Meningkatkan Kapasitas Pelayanan Kota Metropolitan; 6. Meningkatkan Kapasitas Pengelolaan Keuangan dan Pembiayaan Pembangunan

Kota yang Akuntabel dan Transparan dalam Menunjang Sistem Pemerintahan yang Bersih dan Berwibawa.

Mengingat eratnya kaitan antara Renstra Bappeda Kota Bandung dengan Dokumen RPJMD 2009-2013, maka dalam penyusunannya harus menjadikan Dokumen Perencanaan Jangka menengah tersebut sebagai acuan, artinya indikator kinerja Bappeda Kota Bandung harus diarahkan untuk mencapai target kinerja sesuai dengan kewenangan Bappeda yang telah dicantumkan dalam target Kinerja RPJMD.

Berdasarkan urusan dan kewenangan yang dimiliki, dalam rangka pencapaian Misi Pemerintah Kota Bandung, Bappeda berkontribusi untuk mewujudkan seluruh Misi dalam RPJMD sesuai dengan kewenangan yang dimiliki sebagai berikut:

(30)

A. Misi Ke 1, Mengembangkan Sumber Daya Manusia yang Sehat, Cerdas, Berakhlak, Profesional, dan Berdaya Saing, dengan indikator kinerja : Perencanaan, Evaluasi dan pengendalian pencapaian indikator Makro dalam rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia yang Sehat, Cerdas, Berakhlak, Profesional, dan Berdaya Saing yang telah ditetapkan dalam RPJMD 2009-2013.

B. Misi Ke 2, Mengembangkan Perekonomian Kota yang Berdaya Saing dalam Menunjang Penciptaan Lapangan Kerja dan Pelayanan Publik serta Meningkatkan Peranan Swasta dalam Pembangunan Ekonomi Kota, dengan Indikator kinerja : tersusunnya dokumen perencanaan dalam rangka Pengembangan Perekonomian Kota yang Berdaya Saing dalam Menunjang Penciptaan Lapangan Kerja dan Pelayanan Publik serta Meningkatkan Peranan Swasta dalam Pembangunan Ekonomi Kota.

1) Indikator Kinerja Penanaman Modal

 Intensitas Pelaksanaan Promosi Investasi, dengan target kinerja setahun diselenggarakan satu kali Promosi investasi.

 Iklim Investasi

– Realisasi investasi, dengan target kinerja tersusunnya dokumen potensi dan peluang investasi, Grand design penanaman modal dan Data base potensi dan peluang invenstasi di Kota Bandung.

– Terbentuknya Forum Investasi.

2) Indikator Kinerja Bidang Perencanaan Ekonomi dan Pembiaayaan

 Evaluasi dan Kompilasi data base bidang ekonomi dan pembiayaan.

 Arah Kebijakan Perencanaan Ekonomi dan Pembiayaan

C. Misi Ke 3, Meningkatkan Kesejahteraan Sosial dan Mengembangkan Budaya Kota yang Tertib, Aman, Kreatif, Berprestasi dalam Menunjang Kota Jasa Bermartabat, dengan indikator kinerja : tersusunnya dokumen perencanaan dalam rangka Meningkatkan Kesejahteraan Sosial dan Mengembangkan Budaya Kota yang Tertib, Aman, Kreatif, Berprestasi dalam Menunjang Kota Jasa Bermartabat. Target yang akan dicapai adalah :

1) Indikator Kinerja Perencanaan Sosial Budaya dan Kesejahteraan Rakyat

(31)

Bandung

 Penyusunan Rencana pembangunan Bidang Sosial Budaya

 Evaluasi pelaksanaan pembangunan Bidang Sosial Budaya

D. Misi Ke 4, Menata Kota Bandung Menuju Metropolitan Terpadu yang Berwawasan Lingkungan dengan indikator kinerja : Terwujudnya perencanaan tata ruang kota yang nyaman, produktif dan berkelanjutan yang sesuai dengan UU penataan ruang. Target yang akan dicapai adalah :

1) Mewujudkan struktur dan pola ruang yang efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara berkelanjutan;

2) Mewujudkan Penataan di Kawasan DAS Cikapundung, dengan target kinerja tersusunnya Peraturan Walikota Rencana Kawasan Strategis DAS Cikapundung dan Sosialisasinya.

3) Mewujudkan Penataan di Kawasan Braga, dengan target kinerja tersusunnya Peraturan Walikota Rencana Kawasan Braga.

4) Mewujudkan perencanaan prasarana transportasi, dengan target kinerja Tersosilaisasikannya Masterplan Transportasi Kota Bandung 2010-2030 5) Mewujudkan perencanaan sanitasi kota, dengan target kinerja tersusunya

Peraturan Walikota Strategi Sanitasi Kota beserta sosialisasi dan Pengendaliannnya.

6) Mewujudkan perencanaan drainase banjir, dengan target kinerja tersusunnya Peraturan Walikota Masterplan Drainase Kota Bandung

7) Mewujudkan perencanaan permukiman, dengan target kinerja Penyusunan Perwal Strategi Pengembangan Permukiman dan Instrastruktur Perkotaan (SPPIP) dan Rencana Pengembangan Kawasan Permukiman Prioritas (RPKPP) Kota Bandung beserta sosialisasi dan pengendaliannnya.

E. Misi Ke 5 yaitu Meningkatkan Kinerja Pemerintah Kota yang Efektif, Efisien, Akuntabel, dan Transparan dalam Upaya Meningkatkan Kapasitas Pelayanan Kota Metropolitan, dengan beberapa indikator kinerja sebagai berikut:

(32)

a. Aspiratif : dalam proses penyusunan dokumen perencanaan keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholders) secara aktif pada setiap tahapan perencanaan pembangunan menjadi suatu keniscayaan. Indikatornya adalah adanya mekanisme keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan Musrenbang dengan target persentase kehadiran dan keterwakilan masyarakat (stakeholders) Kota Bandung sebesar 80 % dengan mengusung usulan perencanaan pembangunan yang dibutuhkan masyarakat ;

b. Antisipatif : perencanaan yang dihasilkan dapat menjawab kebutuhan yang akan datang dan yang mungkin terjadi atau berorientasi ke depan (tidak bersifat statis). Indikatornya adalah Dokumen Perencanaan dapat memproyeksikan permasalahan pembangunan, kebutuhan masyarakat, dan solusi terhadap permasalahan di masa depan;

c. Aplikatif : produk perencanaan dengan mudah dapat dijadikan sebagai bahan acuan dan pedoman bagi SKPD maupun pemangku kepentingan lainnya. Indikatornya adalah diaplikasikannya dokumen perencanaan yang disusun oleh Bappeda.

d. Akuntabel : hasil akhir dari perencanaan pembangunan daerah harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan Indikatornya dan targetnya sebagai berikut :

 Penyusunan dokumen perencanaan harus dibuat secara tertulis dan tersedia bagi setiap warga yang membutuhkan targetnya adalah dokumentasi hasil-hasil perencanaan diunggah/upload dalam Website Bappeda Kota Bandung

 Penyusunan dokumen perencanaan harus memenuhi standar etika dan nilai-nilai yang berlaku, artinya sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar maupun nilai-nilai yang berlaku di stakeholders, dengan target kinerja 1 (satu) Dokumen LAKIP Pertahun

 Adanya kejelasan dari sasaran kebijakan yang diambil, dan sudah sesuai dengan visi dan misi organisasi, serta standar yang berlaku, dengan target kinerja kesesuaian antara dokumen perencanaan SKPD (Renstra dan

(33)

Renja) dengan dokumen perencanaan di atasnya, dengan target kinerja penyusunan 1 (satu) Dokumen Renja Bappeda Pertahun.

 Adanya mekanisme untuk menjamin bahwa standar telah terpenuhi, dengan konsekuensi mekanisme pertanggungjawaban jika standar tersebut tidak terpenuhi, dengan target kinerja Tersusunnnya Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Tahunan dan Laporan Akhir Masa Jabatan (AMJ) 5 (lima)Tahun sekali

 Konsistensi maupun kelayakan dari target operasional yang telah ditetapkan maupun prioritas dalam mencapai target tersebut, dengan target kinerja tersusunnya 4 (empat) Dokumen Monitoring dan Evaluasi Pertahun

 Akses publik pada informasi atas suatu rencana kebijakan setelah dokumen perencanaan dibuat dan mekanisme pengaduan masyarakat, dengan target kinerja Diaplikasikannya Sistem Informasi Musrenbang.

 Ketersediaan sistem informasi manajemen dan monitoring hasil yang telah dicapai. dengan target kinerja Penyusunan Bandung Integrated Resources Management System dan Aplikasinya

e. Indikator Kinerja Pengembangan Statistik adalah Penyusunan Data Bahan Dokumen Perencanaan yang terdiri dari :

 Penyusunan Buku Bandung dalam Angka, dengan target kinerja 1(satu) Dokumen Pertahun

 Penyusunan Buku Profil Kota, dengan target kinerja 1Dokumen/tahun

 Penyusunan PDRB, dengan target kinerja 1(satu) Dokumen Pertahun

 Penyusunan Suseda, dengan target kinerja 1(satu) Dokumen setiap 3 (tiga) tahun

 Penyusunan IPM, dengan target kinerja 1 (satu) Dokumen Pertahun f. Indikator Kinerja Pemanfaatan Teknologi Informasi

 Penyusunan Bandung Integrated Management Resources System (BIRMS)

(34)

F. Dan Misi Ke 6, yaitu Meningkatkan Kapasitas Pengelolaan Keuangan dan Pembiayaan Pembangunan Kota yang Akuntabel dan Transparan. Indikator kinerjanya adalah : Terimplementasikannya instrumen pembiayaan pembangunan Non konvesional dengan target : Terlaksananya Obligasi daerah dan Road Fund

3.3

Telaahan Renstra Bappeda Provinsi Jawa Barat

Dalam Rencana Strategisnya, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat menetapkan Visi Bappeda Provinsi Jawa Barat, yaitu: “Tercapainya Kualitas dan Akuntabilitas Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Barat”.

Misi yang dijalankan untuk mencapai Visi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan aparatur Bappeda yang profesional dan memiliki integritas;

2. Meningkatkan pelayanan prima di bidang perencanaan, penelitian, pengembangan, pengendalian dan evaluasi;

3. Mewujudkan siklus dan kualitas perencanaan pembangunan daerah berdasarkan prinsip shewhart cycle dan SMART Planning;

4. Meningkatkan kualitas data dan informasi perencanaan pembangunan daerah;

Tujuan yang ingin dicapai adalah :

Dalam upaya mendukung pencapaian visi dan misi Bapeda Provinsi Jawa Barat tersebut, maka dirumuskan tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan dalam kurun waktu lima tahun ke depan. Sebagai salah satu komponen dari perencanaan strategis, tujuan yang dirumuskan merupakan gambaran tentang keadaan yang diinginkan oleh Bappeda selama kurun waktu lima tahun ke depan adalah sebagai berikut:

1. Meningkatnya kompetensi dan kapabilitas aparatur Bappeda;

2. Meningkatnya manajemen pelayanan perencanaan pembangunan daerah; 3. Meningkatnya efektivitas dan efesiensi proses penyusunan perencanaan;

(35)

4. Meningkatnya sistem pengelolaan data dan informasi perencanaan pembangunan;

Sasaran

Adapun sasaran yang ingin dicapai pada periode 2008-2013 adalah sebagai berikut: 1. Tercapainya peningkatan kinerja aparatur Bappeda

2. Tersedianya sarana dan prasarana serta SOP pelayanan Bappeda 3. Tercapainya koordinasi dan sinergitas perencanaan

4. Tercapainya satu data dan informasi pembangunan Jawa Barat

Dengan melihat Rencana Strategis Bappeda Propinsi Jawa Barat, adanya penekanan terhadap ketersediaan data Jawa Barat menempatakan penyediaan data di Bappeda Kota Bandung pun menjadi prioritas, penyediaan data sebagai basis pegambilan kebijakan dan dukungan terhadap penyusunan dokumen perencanaan juga menjadi issu strategis di Bappeda Kota Bandung, beragamnya sumber menyebabkan akurasi dan validitas data menjadi permasalahan krusial yang dihadapi Bappeda Kota Bandung. Kebijakan Bappeda Propinsi Jawa Barat yang dituangkan dalam Renstra dan memberikan pengaruh terhadap Bappeda Kota Bandung adalah yang berkaitan dengan koordinasi dan sinergitas perencanaan pembangunan. Koordinasi perencanaan pembangunan berkaitan dengan permasalahan perencanaan yang melibatkan Kabupaten/Kota lain terutama yang secara geografis posisinya berbatasan dengan Kota Bandung. Penyelesaian masalah penanggulangan sampah menjadi contoh dimana mantapnya koordinasi dengan Kab/Kota yang berbatasan menjadi kata kunci dalam penyelesaian masalah. Sinergitas perencanaan pembangunan yang dikoordinasikan oleh Bappeda Propinsi Jawa Barat menjadi faktor pendorong dalam mendukung keberhasilan perencanaan pembangunan di Kota Bandung.

(36)

3.4

Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian

Lingkungan Hidup Strategis

Tujuan penataan ruang kota yaitu mewujudkan tata ruang yang aman, nyaman, produktif, efektif, efisien, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan, berbasis perdagangan, jasa dan industri kreatif yang bertaraf nasional.

RTRWK berfungsi sebagai:

a. penyelaras kebijakan penataan ruang Nasional, Provinsi dan Kota; serta

b. acuan bagi Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Daerah dan masyarakat untuk mengarahkan lokasi kegiatan dan menyusun program pembangunan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang kota.

Kedudukan RTRWK yaitu sebagai pedoman bagi:

a. penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), rencana rinci tata ruang kota, dan rencana sektoral lainnya;

b. pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang kota;

c. perwujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan antar sektor, antar daerah, dan antar pemangku kepentingan;

d. penetapan lokasi dan fungsi ruang untuk investasi; dan e. penataan ruang kawasan strategis kota.

Kebijakan dan strategi perencanaan tata ruang sebagaimana dimaksud terdiri atas: a. kebijakan dan strategi struktur ruang;

c. kebijakan dan strategi pola ruang; dan

d. kebijakan dan strategi kawasan strategis kota.

Kebijakan struktur ruang kota terdiri atas:

a. perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang efektif dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi kota sebagai kota perdagangan dan jasa yang didukung industri kreatif dalam lingkup Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Nasional;

(37)

b. pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana transportasi berbasis transportasi publik yang terpadu dan terkendali; dan

c. peningkatan kualitas, kuantitas, keefektifan dan efisiensi pelayanan prasarana kota yang terpadu dengan sistem regional.

Strategi untuk perwujudan pusat-pusat pelayanan kota yang efektif dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi kota sebagai kota perdagangan dan jasa yang didukung industri kreatif dalam lingkup Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung, Provinsi Jawa Barat dan Nasional meliputi:

a. mengembangkan 2 (dua) PPK untuk wilayah Bandung Barat dan wilayah Bandung Timur

b. membagi kota menjadi 8 (delapan) SWK, masing-masing dilayani oleh 1 (satu) SPK; c. mengembangkan pusat-pusat pelayanan lingkungan secara merata;

d. menyediakan fasilitas yang memadai pada tiap pusat pelayanan sesuai skala pelayanannya; dan

e. menyerasikan sebaran fungsi kegiatan pusat-pusat pelayanan dengan fungsi dan kapasitas jaringan jalan.

Strategi untuk pengembangan dan peningkatan kualitas pelayanan sarana dan prasarana transportasi berbasis transportasi publik yang terpadu dan terkendali meliputi:

a. membuka peluang investasi dan kemitraan bagi sektor privat dan masyarakat dalam menyediakan prasarana dan sarana transportasi;

b. mengawasi fungsi dan hirarki jalan;

c. meningkatkan kapasitas jaringan jalan melalui pembangunan dan pelebaran jalan, manajemen dan rekayasa lalu lintas serta menghilangkan gangguan sisi jalan; d. memprioritaskan pengembangkan sistem angkutan umum massal yang terpadu; e. menyediakan fasilitas parkir yang memadai dan terpadu dengan pusat-pusat

kegiatan;

f. mengembangkan sistem terminal dalam kota serta membangun terminal di batas kota dengan menetapkan lokasi yang dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah yang berbatasan; dan

(38)

Kebijakan pola ruang kota terdiri atas:

a. perwujudan keseimbangan proporsi kawasan lindung; b. optimalisasi pembangunan wilayah terbangun.

Strategi untuk perwujudan keseimbangan proporsi kawasan lindung meliputi:

a. menjaga keseimbangan proporsi kawasan lindung khususnya di Kawasan Bandung Utara;

b. mempertahankan dan menjaga hutan lindung sebagai kawasan hutan kota;

c. mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah serta melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi;

d. mengembangkan kawasan jalur hijau pengaman prasarana dalam bentuk jalur hijau sempadan sungai, jalur tegangan tinggi, dan jalur rel kereta api;

e. mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada dan tidak memberi izin alih fungsi ke fungsi lain didalam mencapai penyediaan ruang terbuka hijau;

f. melestarikan dan melindungi kawasan dan bangunan cagar budaya yang telah ditetapkan, terhadap perubahan dan kerusakan struktur, bentuk, dan wujud arsitektural;

g. meminimalkan dampak resiko pada kawasan rawan bencana.

Penyusunan rencana pembangunan harus disesuaikan dengan perencanan tata ruang sebagai wadah dimana perencanan tersebut akan diimplementasikan, sehingga lokasi dimana kegiatan akan dijalankan dapat diarahkan.

Dalam kebijakan Kebijakan struktur ruang kota untuk mewujudkan pusat pelayanan kota yang efektif dan efisien dalam menunjang perkembangan fungsi kota sebagai kota perdagangan dan jasa yang didukung industri kreatif dalam lingkup Kawasan Perkotaan, perencanaan yang berkaitan dengan pengembangan Bandung sebagai kota jasa menjadi perhatian penting.

(39)

3. 5. Penentuan

Issu-Issu

Strategis

Badan

Perencanaan

Pembangunan Daerah Kota Bandung

Analis isu-isu strategis merupakan bagian penting dan sangat menentukan dalam proses penyusunan rencana pembangunan daerah untuk melengkapi tahapan-tahapan yang telah dilakukan sebelumnya. Identifikasi isu yang tepat dan bersifat strategis meningkatkan akseptabilitas prioritas pembangunan, dapat dioperasionalkan dan secara moral serta etika birokratis dapat dipertanggungjawabkan dan menjawab persolan nyata yang dihadapi dalam pembangunan.

Perencanaan pembangunan antara lain dimaksudkan agar layanan SKPD senantiasa mampu menyelaraskan diri dengan lingkungan dan aspirasi pengguna layanan. Oleh karena itu, perhatian kepada mandat dari masyarakat dan lingkungan eksternalnya merupakan perencanaan dari luar ke dalam yang tidak boleh diabaikan.

Isu-isu strategis berdasarkan tugas dan fungsi SKPD adalah kondisi yang menjadi perhatian dalam perencanaan pembangunan karena dampaknya yang signifikan bagi SKPD dimasa datang. Suatu kondisi/kejadian yang menjadi isu strategis adalah keadaan yang apabila tidak diantisipasi, akan menimbulkan kerugian yang lebih besar atau sebaliknya, dalam hal tidak dimanfaatkan, akan menghilangkan peluang untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat dalam jangka panjang.

Berdasarkan hasil analisis terhadap isu strategis dalam perencanaan pembangunan daerah di Kota Bandung dapat diidentifikasi beberapa hal sebagai berikut :

Isu Strategis Berdasarkan Tupoksi Bappeda Kota Bandung dan Dinamika Lingkungan Strategis

No. Tupoksi Isu Strategis 1. Perumusan kebijakan teknis di

bidang perencanaan pembangunan daerah dan penanaman modal

1. Aplikasi dokumen perencanan

pembangunan dan penanaman modal daerah

2. Peningkatan peran jabatan fungsional dalam perumusan kebijakan teknis 2. Pengkoordinasian penyusunan

perencanaan pembangunan daerah

3. Penguatan kerja sama lembaga baik horizontal maupun vertikal

4. Pemantapan peran Bappeda selaku pengambilan keputusan, koordinator, serta think tank perencanaan dan pelaksanaan pembangunan

(40)

No. Tupoksi Isu Strategis

5. Optimalisasi pengendalian dan evaluasi dalam menyusun perencanaan dan merumuskan kebijakan pembangunan. 3. Pemberian dukungan atas

penyelenggaraan Pemerintahan daerah di bidang penanaman modal

6. Ketersediaan dan validasi data/ informasi pendukung penyusunan dokumen perencanaan dan kebijakan penenaman modal

4. Pembinaan dan pelaksanaan perencanaan pembangunan daerah dan penanaman modal yang meliputi perencanaan tata ruang dan fisik, perencanaan ekonomi dan pembiayaan, perencanaan sosial budaya dan kesejahteraan rakyat,

pemerintahan, penelitian pengembangan dan statistik serta penanaman modal

7. Ketersediaan dokumen perencanaan pembangunan

8. Ketersediaan data statistik untuk pendukung perencanaan pembangunan

5. Pelaksanaan pelayanan teknis administratif Badan

9. Bappeda Kota Bandung sebagai lembaga yang bersih, transparan dan akuntabel, serta Learning Organization 10. Masih kurangnya SDM yang memiliki

skill dan kompetensi sesuai dengan tugas dan kewajiban utama-nya

(41)

Bab 4

Visi, Misi, Tujuan, Sasaran,

Strategi dan Kebijakan

4.1

Visi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bandung

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) sebagai bagian integral dari Pemerintah Kota Bandung, yang memiliki tugas pokok dan fungsi dalam perencanaan pembangunan memiliki peran dan posisi strategis dalam kerangka pencapaian visi pembangunan jangka menengah Kota Bandung yaitu: Memantapkan kota Bandung sebagai Kota Jasa Bermartabat sebagaimana tertuang dalam Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2011 Tentang Revisi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Bandung tahun 2009-2013.

Dalam kerangka tersebut, keberadaan Bappeda menjadi penentu dan pengendali dari pencapaian visi kota, sehingga dalam perumusan visinya harus mencerminkan upaya pencapaian visi dan misi pemerintah kota. Untuk menjadikan Bappeda yang visioner tentu banyak aspek yang harus menjadi perhatian, karena hal ini berkaitan dengan keberadaannya sebagai lembaga teknis yang bergerak dibidang perencanaan pembangunan dan menjadi lokomotif pembangunan di kota Bandung.

Hal-hal yang menjadi perhatian, harapan, keadaan atau kondisi serta lingkungan strategis yang terjadi saat ini serta yang diinginkan pada masa yang akan datang yang akan berpengaruh langsung dan melandasi perumusan visi Bappeda adalah sebagai berikut :

 Memantapkan Kota Bandung sebagai Kota Jasa Bermartabat, sebagai visi Kota Bandung harus menjadi acuan dan pedoman tidak saja bagi pemerintah dalam menjalankan pemerintahannya akan tetapi menjadi spirit seluruh warga kota dalam membangun kotanya;

Gambar

Tabel 2.3 Alokasi Anggaran Bappeda 2009-2012

Referensi

Dokumen terkait

Pada artikel ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Lurah Kampung Lapai berserta jajaran yang telah memberikan izin melakukan pengabdian masyarakat yang berada di

penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas teknik mind mapping dalam pembelajaran keterampilan menulis puisi pada siswa kelas X SMA Stella Duce 2 Yogyakarta.. Manfaat

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Binjai sebagai penyedia jasa pelayanan pajak (khusus dalam penelitian ini adalah Pajak BPHTB)

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, peneliti menemukan bahwa tidak ada perbedaan tingkat skor kecemasan antara kelompok eksperimen yang diberikan

Studi banding struktur kristal dan magnetoresistance (MR) perovskite La 0,7 Ca 0,3 MnO 3 (LCMO) terhadap senyawa induk LaMnO 3 (LMO) dan CaMnO 3 (CMO) telah dilakukan

Perbedaan dari port statis dan port dinamis ialah pada port statis bersifat port yang dipesan atau telah ditentukan terlebih dahulu untuk penyesuaian pemakaian

Berdasarkan hasil perhitungan korelasi daya ledak otot tungkai terhadap ketepatan jump shoot three point ekstrakurikuler basket siswa putra SMP Negeri 3