8 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Video Pembelajaran
Kondisi pendidikan di era COVID-19 sedikit berbeda dengan keadaan normal. Terbatasnya waktu dan ruang membuat siswa yang kurang mampu memahami pembelajaran dan mengalami kesulitan untuk sekedar berinteraksi dengan guru ataupun teman yang dapat membantu memahamkan siswa tersebut.
Akibat kondisi tersebut siswa mengalami ketertinggalan dalam mengikuti pembelajaran pada bagian baru. Cara untuk membantu siswa memahamkan materi pembelajaran secara mandiri adalah dengan dibuatnya video pembelajaran yang dapat diakses lewat smartphone, laptop, atau PC.
a. Pengertian Video Pembelajaran
Video adalah media yang terdapat unsur audio (suara) dan visual (gambar), disebut juga dengan media audiovisual. Karena adanya media audiovisual, siswa dapat melihat kegiatan nyata yang disajikan dalam video, hal tersebut mampu menggugah motivasi belajar siswa (Wisada, Sudarma, &
Yuda, 2019). Video telah menjadi bagian penting dari pendidikan tinggi. Video terintegrasi sebagai bagian dari kelas tradisional, berfungsi sebagai landasan dari banyak kelas campuran, dan seringkali merupakan mekanisme penyampaian informasi utama dalam kelas online (Brame, 2016). Video mungkin memiliki nilai khusus untuk persiapan siswa di kelas Biologi, karena sebagian siswa menganggap video lebih menarik (Stockwell et al., 2015) dan video juga cocok untuk menjelaskan fenomena abstrak atau sulit untuk divisualisasikan yang menjadi fokus permasalahan dari sekian banyak kelas . b. Keunggulan dan Kelemahan Penggunaan Video Pembelajaran
Terdapat keunggulan dan kelemahan dalam menggunakan video.
Keunggulan penggunaan video pembelajaran antara lain, memberikan pesan secara merata oleh siswa, sangat baik dalam menjelaskan proses, mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, dapat diulang, diberhentikan dan lebih realistis,
serta dapat memberikan kesan mendalam bagi siswa sehingga mampu mempengaruhi sikap siswa (Rusman, Kurniawan, & Riyana, 2015 : 220).
Sementara itu kelemahan dari penggunaan video pembelajaran adalah Video lebih menekankan pentingnya materi daripada mengembangkan proses pengembangan materi. Pemanfaatan media yang terkesan tidak murah.
Penayangan video membutuhkan peralatan seperti video player, layar dan LCD proyektor bagi kelas besar (Busyaeri, Udin, & Zaenuddin, 2016).
c. Elemen Video Pembelajaran
Perlu diperhatikan hal-hal dalam pembuatan video pembelajaran seperti memperhatikan durasi video (cukup singkat) dan tujuan pembelajaran menjadi target, menyampaikan penjelasan dengan elemen audio dan visual, mempertimbangkan bagaimana membuat elemen tersebut komplementer, menyoroti ide atau konsep penting menggunakan isyarat, dan menggunakan gaya dialog yang antusias agar keterlibatan siswa meningkat. Kemudian selain itu menambahkan video menggunakan panduan pertanyaan dalam konteks pembelajaran aktif, elemen interaktif, atau pekerjaan rumah dan tugas (Brame,2016).
d. Pengembangan Video Pembelajaran
Langkah-langkah pembuatan video pembelajaran antara lain : 1) Menentukan Tujuan dan Sasaran Instruksional Utama Video
Menentukan tujuan utama video harus fokus pada kebutuhan siswa. Kemudian, memperkecil ide besar untuk menerapkan keterampilan berpikir singkat, juga perlu diperhatikan bahwa video yang akan dibuat cocok dengan proses pembelajaran secara keseluruhan dan dapat digunakan berulang kali (tetap relevan).
2) Memperhatikan Kebutuhan Siswa, Akses Video dan Desain yang Cocok untuk Siswa dan Guru
Kebutuhan siswa seperti cara belajar, minat, keterampilan teknologi yang dimiliki dan akses pembelajaran yang biasa digunakan perlu diketahui untuk membuat video yang sesuai dengan kebutuhan, selain siswa kenyamanan guru dalam proses pembuatan video juga perlu diperhatikan.
3) Pendekatan Umum
Pendekatan umum adalah cara untuk mengetahui apakah video yang sesuai dengan tujuan awal pembuatan dan bagaimana siswa dapat mengikuti suatu kegiatan yang diinstruksikan dalam video. Pendekatan instruksional menunjukkan apakah pendekatan dalam video berbentuk ceramah disertai gambar, demonstrasi konsep dan prosedur atau sebuah permainan dari suatu masalah disertai solusi, simulasi dunia nyata atau penjelajahan secara virtual. Nada suara juga perlu diperhatikan untuk membangkitkan minat belajar siswa. Jenis video seperti slideshow, screen cast, action, ilustrasi atau gambar juga harus ditentukan agar video yang dibuat dapat mencapai tujuan.
4) Menyiapkan Storyboard
Storyboard atau alur cerita (narasi) dapat dibuat kerangka terlebih dulu menggunakan sketsa sederhana bahkan deskripsi teks. Musik background, monolog dan dialog juga dipersiapkan pada langkah ini. Perlu dicatat bahwa jenis pengambilan gambar juga diperhatikan seperti close up, long shoot, atau dengan efek lain, selain itu waktu bidikan, transisi antar slide juga perlu diperhitungkan.
5) Mengedit dan Merevisi Rencana
Langkah ini digunakan untuk mengetahui apakah video akan sesuai dengan tujuan dan efektif dalam membantu kegiatan pembelajaran. Dalam mengedit, pihak pembuat harus memperkirakan bagian mana yang harus ditampilkan dan tidak ditampilkan, apakah ada sesuatu yang kurang, dan apakah video tetap terfokus pada tujuan utama. Untuk ulasan dari pihak luar yang perlu diperhatikan adalah masukan apakah setiap narasi video masuk akal dan seberapa lama durasi yang tepat untuk pendengar.
6) Menyiapkan Komponen Video
Elemen video adalah komponen yang harus ada dalam video.
Naskah harus ditulis terlebih dulu, kemudian pembuat harus berlatih untuk menyampaikannya kepada diri sendiri kemudian kepada orang lain, jika ada yang kurang bisa direvisi atau ditambah. Ketika membutuhkan gambar,
video, dan musik pendukung, dapat ditambahkan dalam video dengan catatan mendapatkan izin atau mencantumkan sumber. Menyiapkan properti, aktor, juru suara dan kamera secukupnya. Pada Langkah ini juga disiapkan handout, atau tugas untuk komponen interaktif.
7) Praktik
Setelah semua komponen video siap, kemudian dilakukan praktik.
Praktik dilakukan beberapa kali untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
8) Merekam Video
Saat merekam video diusahakan harus selalu fokus agar tidak banyak mengulang rekaman. Rekaman dibuat dua kali sebagai cadangan.
9) Mereview dan Mengedit Kembali
Seperti langkah kelima, video diperhatikan dari awal sampai akhir dan dicermati komponennya seperti durasi, nada, pengambilan gambar dan narasi. Jika ada yang kurang pas bisa diperbaiki dengan cara mengedit.
10) Membagikan Video Kepada Siswa
Sebelum dibagikan kepada siswa, sebaiknya menyimpan atau mengkonversikan video terlebih dahulu, disarankan nama file logis dan format MP4. Kemudian menambahkan akomodasi teks tertutup atau transkrip audio, transkrip visual dan tanda gambar. Selanjutnya adalah mengunggah video ke youtube, vimeo, atau platform lainnya yang digunakan siswa, dapat juga membakar video pada DVD.
e. Wondershare Filmora
Wondershare Filmora adalah perangkat lunak untuk mengedit video yang mudah digunakan. Aplikasi ini dapat digunakan oleh siapa saja, tidak menjadi masalah pada tingkat keahlian yang dimiliki. Filmora membantu untuk memulai proyek film baru dengan mengimpor, mengedit video, menambahkan efek,transisi khusus, dan membagikan video pada akhir produksi di media sosial, perangkat seluler, atau DVD (Anonim, 2019).
Proses edit video sebagian besar terdiri dari tiga tahap, yaitu memasukan objek (potongan video, gambar, musik), mengedit video (mengatur susunan urutan potongan, video, gambar, musik, memberikan efek
dan transisi), dan membagikan video yang sudah diedit. Dengan Filmora mengedit video menggunakan enam tombol yang mewakili setiap langkah dalam proses edit video:
1) Media
Pada tombol media, disediakan opsi untuk memasukkan gambar dan potongan video yang akan di edit.
2) Audio
Sama dengan tombol media, tombol audio menyediakan opsi untuk memasukkan musik atau lagu yang akan ditambahkan dalam video.
3) Titles
Pada tombol titles, disediakan opsi untuk menambahkan tulisan seperti judul, subtitle bahkan credit.
4) Transition
Tombol transition menyediakan berbagai macam model transisi untuk perpindahan scene suatu adegan dalam video satu dengan yang lain.
5) Effect
Tombol effect menyediakan berbagai macam filter yang memberikan kesan tampilan video tidak monoton dan bisa menyesuaikan konsep video.
6) Elements
Tombol elements untuk menambahkan berbagai macam animasi penunjang video agar lebih menarik, fungsinya hampir sama dengan transition.
7) Split Screen
Tombol split screen digunakan untuk menyajikan lebih dari satu video atau gambar dalam satu frame. Terdapat beberapa macam template yang disediakan untuk menyajikan lebih dari satu video dengan split screen.
Berikut gambar 2.1 yang menunjukkan tampilan aplikasi Wondershare Filmora versi 9.3.6.2 untuk proses edit video.
Gambar 2.1. Tampilan Aplikasi Wondershare Filmora versi 9.3.6.2
g. Animaker
Animaker adalah salah satu aplikasi yang digunakan untuk membuat serta mengedit video animasi. Aplikasi ini mudah digunakan sehingga dapat digunakan oleh siapa saja terutama pengguna yang masih pemula. Animaker menyediakan karakter dan template untuk membuat video animasi. Animaker dibentuk pada HTML5 dan dapat membantu pengguna untuk membuat video animasi yang dapat dibagikan ke Facebook, Youtube atau diunduh sebagai file MP4. Terdapat beberapa tombol yang mewakili komponen aplikasi Animaker antara lain sebagai berikut :
1) Search
Tombol search digunakan untuk mencari gambar untuk ditambahkan pada proyek animasi.
2) Pre-built Templates
Pada tombol pre-build templates disediakan berbagai macam tema template untuk membuat animasi.
3) Character
Tombol character digunakan untuk mencari karakter untuk ditambahkan pada proyek animasi. Karakter yang tersedia pada tombol ini berbentuk gambar kartun manusia.
4) Properties
Tombol properties menyediakan berbagai macam gambar berbentuk dengan tema untuk ditambahkan pada proyek animasi.
5) Text
Tombol text digunakan untuk menambahkan tulisan baik berupa judul, sub judul, atau tulisan keterangan pada proyek animasi yang dibuat.
6) Backgrounds
Tombol Background menyediakan berbagai macam latar dengan tema untuk ditambahkan pada proyek animasi.
7) Images
Sama dengan tombol search, akan tetapi gambar yang disediakan pada tombol images adalah gambar dengan tema.
8) Videos
Tombol videos digunakan untuk menambahkan video pendek dalam proyek animasi. Tombol videos menyediakan berbagai macam video pendek dengan tema.
Berikut gambar 2.2 yang menunjukkan tampilan aplikasi Animaker yang digunakan untuk membuat animasi.
Gambar 2.2. Tampilan Aplikasi Animaker
2. Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran yang dapat diterapkan dengan bantuan video salah satunya adalah pembelajaran berbasis masalah. Pada pembelajaran berbasis masalah, video digunakan untuk menyajikan masalah yang kemudian akan mengantarkan siswa pada konsep sub materi yang akan dipelajari.
a. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) atau disebut juga Problem Based Learning (PBL) adalah pendekatan pembelajaran dengan berbagai macam masalah yang nyata di dunia sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan pemecahan masalah, sehingga siswa memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran (Lidinillah, 2013). Kegiatan PBL cenderung berfokus pada masalah berskala lebih kecil dimana solusi yang sebelumnya mungkin sudah ada, dan biasanya diterapkan dalam konteks modul tunggal (Chis et al., 2018). Menggunakan berbagai situasi kehidupan nyata untuk menumbuhkan pemikiran kritis dan analitis, PBL menginspirasi siswa untuk “belajar bagaimana caranya belajar."
(Ding & Zhang, 2018).
b. Tujuan Pembelajaran Berbasis Masalah
Tujuan utama PBL yaitu menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar. PBL dirancang untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, keterampilan intelektual, dan belajar melalui pengalaman nyata atau simulasi, serta menjadi pembelajar yang mandiri (Maryati, 2018). PBL dalam meningkatkan kemampuan pemecahan siswa dapat menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (Saputri & Febriani, 2017).
c. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Karakteristik penting dari PBL, yaitu berbasis masalah dunia nyata, interdisipliner masalah disiplin ilmu, masalah yang autentik, memotivasi, berpusat pada siswa, siswa menentukan arah dari proses pemecahan masalah mereka secara mandiri, keterampilan siswa yang diasah, kolaboratif dan reflektif Barrows (dalam Davidson & Major, 2014).
d. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah
Keunggulan PBL antara lain, dapat melatih siswa menyelesaikan soal tes tipe pemecahan masalah, siswa lebih siap mengikuti Ujian Nasional, meningkatkan kerjasama dan tanggung jawab, menekan pembelajaran yang tidak relevan, guru dapat menggunakan konsep pembelajaran konstruktif, serta meningkatkan karakter siswa (Jailani, Sugiman, & Apino, 2017). Sementara itu kelemahan PBL yaitu tidak dapat diterapkan dalam setiap materi pelajaran dan kesulitan dalam pembagian tugas, jika dalam kelas tingkat keragaman siswa tinggi Shoimim (dalam Rerung, Sinon, & Widyaningsih, 2017).
e. Syntax Pembelajaran Berbasis Masalah
Terdapat tahap praktis atau syntax untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan model PBL. Syntax PBL menurut Simamora, Sidabutar,
& Surya (2017) disajikan dalam tabel 2.1 sebagai berikut :
Tabel 2.1. Syntax Pembelajaran Berbasis Masalah
Tahap Kegiatan Guru
Tahap 1
Student orientation to the problem Memberikan orientasi masalah pada siswa
Menjelaskan tujuan pembelajaran
Menjelaskan peralatan yang dibutuhkan
Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih
Tahap 2
Organize students Mengarahkan siswa
Membantu siswa mendefinisikan dan mengatur tugas-tugas
pembelajaran yang berkaitan dengan masalah tersebut
Tahap 3
Individual and group research guide
Memandu penelitian individu dan kelompok
Mendorong siswa untuk
mengumpulkan informasi yang sesuai
Mendorong siswa untuk melakukan eksperimen untuk penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap 4
Develop and present the work Mengembangkan dan
mempresentasikan karya
Membantu siswa dalam
merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model, dan berbagi tugas dengan teman
Lanjutan Tabel 2.1.
Tahap 5
Analyze and evaluate the problem- solving process
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau menanyakan presentasi hasil kerja kelompok.
(Sumber : Simamora, Sidabutar, & Surya, 2017)
f. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
Menurut Ruggiero dalam (Syafii & Yasin, 2013), berpikir yaitu aktivitas mental yang membantu mengumpulkan dan memecahkan masalah serta mengambil keputusan, artinya berpikir adalah menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan untuk mencapai semacam pemahaman tentang suatu konsep dan makna. Pemecahan masalah merupakan tingkat pembelajaran tertinggi dan kompleks. Proses berpikir dalam pemecahan masalah membutuhkan kemampuan untuk mengolah dan mengorganisasi perolehan informasi untuk dimanfaatkan dalam proses pemecahan masalah. Siswa yang mempunyai kemampuan pemecahan masalah artinya siswa juga mampu berpikir logis, kritis, serta kreatif. Pemecahan masalah, berpikir logis, berpikir kritis, berpikir kreatif, literasi informasi, literasi teknologi, bekerja sama, memperbarui dan mencipatakan sesuatu yang baru adalah beberapa keterampilan abad 21 yang wajib dikembangkan dalam diri siswa.
Keterampilan abad 21 tidak dimiliki siswa sejak lahir, sehingga diperlukan suatu proses latihan, seperti belajar atau dari pengalaman untuk memperoleh keterampilan tersebut. Di masa yang akan datang, keterampilan abad 21 akan berguna bagi siswa (Jayadi, Putri, & Johan, 2020). Cara untuk mengukur bagaimana tingkat kemampuan pemecahan masalah pada siswa, dapat digunakan indikator yang dimodifikasi oleh Mourtos, et al dan Greenstein dalam Fitriani et al., (2020) pada tabel 2.2 berikut :
Tabel 2.2. Indikator Kemampuan Pemecahan Masalah
(Sumber : Fitriani et al., 2020)
3. Materi Limbah
Materi limbah adalah salah satu sub materi yang terdapat dalam materi utama perubahan dan pelestarian lingkungan hidup kelas X SMA semester genap.
Materi ini diangkat dari realita keadaan lingkungan sekitar yang semakin memburuk akibat banyaknya limbah yang dihasilkan dari kegiatan rumah tangga dan industri. Hal penting yang digunakan untuk mengatasi krisis ekologi diantaranya adalah sikap (Lahiri, 2011). Sebagian besar para peneliti meyakini bahwa pengetahuan dan sikap saling terkait di mana sikap dihubungkan lebih jauh dengan perilaku. Berikut merupakan materi limbah yang diajarkan di kelas X SMA :
a. Jenis – jenis limbah
No Aspek Indikator
1. Mengenali masalah (Identify problems)
1. Memberikan deskripsi masalah yang jelas.
2. Menyebutkan semua fakta terkait.
3. Menentukan konsep atau kategori.
4. Memberikan informasi atau data yang relevan dengan masalah.
2. Menyusun rencana
(Devise a plan)
1. Mengembangkan rencana untuk pemecahan masalah.
2. Mengusulkan empat solusi alternatif.
3. Memilih teori dan prinsip yang relevan untuk pemecahan masalah.
3. Melaksanakan rencana (Carry out the plan)
1. Membuat daftar semua kemungkinan solusi untuk masalah tersebut.
2. Mengevaluasi dan menganalisis kemungkinan setiap opsi sebelum menjalankan rencana.
3. Menentukan pihak yang perlu dihubungi untuk mendapatkan informasi terkait pelaksanaan rencana.
4. Mengevaluasi hasil (Evaluate the result)
1. Memeriksa ketepatan solusi.
2. Membuat asumsi yang relevan dengan solusi.
3. Memprediksikan hasil.
4. Memilih media yang tepat untuk mengkomunikasikan solusi.
Limbah menurut wujudnya dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : 1) Limbah Cair
Definisi limbah cair adalah cairan berupa air limbah, contohnya oli, minyak, lemak bekas, dan cairan berbahaya yang berasal dari kegiatan rumah tangga dan industri. Potensi yang membahayakan lingkungan dan manusia dapat terjadi akibat cairan limbah berbahaya. Terdapat beberapa syarat dan peraturan umum untuk mengolah limbah yang diterapkan, seperti mengangkut, menyimpan, mengolah dan membuang limbah cair berbahaya yang berlaku bagi penghasil limbah.
2) Limbah Padat
Limbah padat adalah sampah berwujud padat. Limbah padat dapat dihasilkan dari aktivitas industri, rumah tangga, pertanian, rumah sakit dan sebagainya. Limbah padat contohnya sisa makanan, kertas, plastik, kain perca, logam, kaca, puing-puing pembongkaran dalam konstruksi, bola lampu listrik, baterai, suku cadang otomotif, obat-obatan dan bahan kimia berbentuk padat.
3) Limbah Gas
Limbah gas merupakan suatu produk limbah yang berupa gas yang dihasilkan dari berbagai aktivitas manusia, contohnya penggunaan kendaraan, industri dan proses biologis. Limbah gas contohnya adalah karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), metana (CH4), oksida nitrogen (NOx), klorofluorokarbon (CFC), dan lain-lain.
b. Penanganan Limbah 1) Penanganan Limbah Cair
Pendekatan yang penanganan limbah cair dan pencemaran air, yaitu :
a) Pendekatan non-teknis : menerbitan landasan hukum berupa peraturan untuk pengelola badan air dan penghasil limbah, diseminasi peraturan, dan pemasyarakatan.
b) Pendekatan teknis : menyediakan sarana dan prasarana penanganan limbah, alat pengontrol dan catatan penilaian.
(1) Sistem Penanganan Limbah Cair Domestik
Terdapat limbah cair domestik tidak berbahaya dan berbahaya. Limbah cair tidak berbahaya contohnya air bekas cucian beras, air bekas cucian sayur dan buah yang dapat digunakan untuk menyiram tanaman. Limbah cair domestik yang berbahaya contohnya tinja manusia dan limbah air detergen. Penanganan limbah cair domestik yang berbahaya menggunakan dengan metode berikut :
(a) Cubluk merupakan ceruk yang dirancang dengan dinding resapan di bagian atas dan penutup. Jika satu ceruk pada cubluk sudah penuh, limbah akan dialirkan ke ceruk cubluk lain.
(b) Tangki septik umum merupakan bak dengan dinding anti air dengan pipa ventilasi dan rongga pengontrol. Limbah cair mengumpul dalam tangki septik selama setidaknya satu hari kemudian dialirkan ke bak resapan. Padatan dalam limbah mengendap dan kemudian terbentuk lumpur.
(c) Tangki septik biofilter (up-flow filter) merupakan bak yang terdiri dari sejumlah bagian seperti, bak pengedap, ruangan penyaringan, dan ruangan resapan.
(d) Instalasi penanganan limbah cair domestik (IPLCD) merupakan sistem penanganan limbah cair yang dibangun di lingkungan kantor, rumah sakit, hotel, dan restoran. Penanganan limbah cair dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu, fisik, kimiawi, dan biologis.
(2) Sistem Penanganan Limbah Cair Industri
(a) Penanganan sistem setempat merupakan instalasi penanganan limbah sendiri yang dibangun oleh suatu industri, dengan upaya untuk menghasilkan limbah seminimal mungkin dan limbah yang bermanfaat kembali. Penanganan limbah tersebut memerlukan biaya yang besar.
(b) Penanganan sistem terpusat merupakan sistem yang dikembangkan di lingkungan industri dan menghasilkan berbagai macam limbah yang berbeda. Limbah yang berbeda- beda harus diolah terlebih dahulu agar memenuhi syarat untuk masuk ke saluran air kotor dan IPAL (instalasi pengolahan air limbah).
2) Penanganan Limbah Padat
Limbah padat umumnya disebut sampah terdiri dari sampah organik (dapat terurai secara alami) dan sampah anorganik (sulit terurai secara alami). Limbah padat berdasarkan sumbernya dibagi menjadi limbah domestik yaitu merupakan limbah dihasilkan oleh aktivitas rumah tangga, perdagangan, rumah sakit dan perkantoran. Contoh limbah padat domestik barang elektronik yang rusak, kertas, sisa obat, sisa bahan kimia, dan sampah sisa kegiatan operasi pembedahan. Selain limbah domestik, ada juga limbah non domestik yaitu merupakan limbah yang berasal dari kegiatan industri, perkebunan, dan pertanian. Contoh dari limbah padat non-domestik adalah plastik sisa proses pengemasan, paku bekas, besi potongan, jerami, dan bahan kimia beracun.
Meminimalkan limbah merupakan pendekatan pengelolaan limbah yang berfokus pada pengurangan jumlah dan toksisitas limbah berbahaya yang dihasilkan. Teknik meminimalkan limbah berfokus pada pencegahan terciptanya limbah dan daur ulang. Berikut cara meminimalkan limbah padat:
a) Reuse : barang bekas digunakan kembali tanpa diproses, contohnya penggunaan botol plastik sebagai tempat pembibitan tanaman.
b) Replacement : mengganti sesuatu dengan yang lebih aman dan hemat, contohnya mengganti kemasan plastik dengan daun pisang dan jati sebagai pembungkus makanan.
c) Refusal : menghindari bahan berbahaya bagi keseimbangan dan keselamatan makhluk hidup.
d) Repair : sesuatu yang telah rusak diperbaiki sehingga dapat digunakan kembali dengan aman.
e) Reconstruct : membenahi secara ulang wujud yang tidak sesuai.
f) Redurability : suatu benda diperpanjang umurnya.
g) Reduce : penggunaan limbah dikurangkan, contoh plastik untuk belanja.
h) Recycle : mendaur ulang limbah.
i) Recovery : mendapatkan kembali komponen yang berguna melalui proses kimia, fisika, dan biologi, contohnya pengunaan sekam dan batok, sabut kelapa untuk bahan bakar.
Penanganan limbah padat antara lain:
a) Penimbunan tanah (landfill) adalah pembuangan bahan limbah dengan menguburnya, memadatkannya dan terakhir dikubur tanah dan ditata hingga terlihat seperti bagian dari tanah sekitarnya. Namun cara seperti itu tidak menjamin keamanan lingkungan karena lindi (air rembesan sampah) dapat menecemari air tanah.
b) Penimbunan limbah pada dengan tanah secara berlapis (sanitary landfill) merupakan tempat pembuangan sampah yang menerapkan prinsip menyebarkan sampah secara tipis-tipis, memadatkannya hingga sekecil mungkin, dan mengaplikasikan material penutup pada akhir setiap proses.
c) Pembakaran (incineration) merupakan proses penanganan limbah yang dengan pembakaran. Pembakaran melibatkan zat organik dalam limbah.
d) Penghancuran (pulverisation) adalah proses penghancuran sampah menjadi potongan kecil, kemudian sampah yang sudah hancur digunakan untuk menimbun tanah yang lebih rendah.
e) Pengomposan (composting) adalah metode aerobik (artinya membutuhkan udara) untuk menguraikan limbah padat organik. Proses tersebut melibatkan penguraian bahan organik menjadi kompos, yang merupakan pupuk yang baik untuk tanaman.
f) Pemanfaatan sebagai makanan ternak (hog feeding) merupakan pemanfaatan sisa sayuran, ampas tapioka, dan ampas tahu sebagai pakan ternak. Limbah nabati dan produk sampingannya merupakan sumber protein kasar dan energi yang baik, terutama untuk hewan ruminansia.
3) Penanganan Limbah Gas
Limbah gas dapat berbentuk gas, awan, debu, kabut, titik-titik air (haze), asap, dan uap. Kebanyakan limbah gas berasal dari aktivitas industri dan kendaraan bermotor. Penanganan limbah gas dilakukan dengan cara berikut :
a) Filter udara atau penyaring udara yang diletakkan pada cerobong untuk menyaring kotoran. Filter udara harus dipantau secara berkala, filter diganti jika telah penuh debu.
b) Pengendap siklon (cyclone separator) merupakan metode menghilangkan molekul baik dari aliran udara, gas atau cairan, tanpa menggunakan filter, namun melalui pemisahan pusaran. Untuk menghilangkan molekul dari cairan digunakan hidrosiklon, sedangkan dari gas digunakan siklon gas.
c) Filter basah (scrubbers/wet collector) digunakan untuk membersihkan udara, bahan bakar gas, atau gas lain dari berbagai polutan dan partikel debu. Filter basah bekerja melalui kontak senyawa partikulat dengan larutan pembersih. Larutan dapat berupa air (untuk debu) atau larutan reagen yang secara khusus menargetkan senyawa tertentu.
d) Pengendap sistem gravitasi digunakan untuk membersihkan udara kotor dengan partikel yang relatif besar, berukuran sekitar 50 mikron atau lebih. Cara kerja pengendap sistem gravitasi yaitu aliran udara kotor masuk ke dalam alat, kemudian terjadi perubahan kecepatan secara mendadak (speed drop) sehingga komponen kotor jatuh akibat gaya gravitasi dan terkumpul di bagian dasar alat.
e) Pengendap elektrostatik merupakan perangkat control pemindahan partikel ke pelat pengumpul menggunakan gaya listrik.
4) Penanganan Limbah Berbahaya dan Beracun (B3)
Limbah Berbahaya dan Beracun (B3) sifat atau konsentrasinya dapat merusak lingkungan secara langsung maupun tidak langsung sehingga menganggu kehidupan makhluk hidup (Utomo, 2012). Limbah B3 memiliki ciri-ciri mudah terbakar, mudah meledak, bersifat korosif, reaktif, mengandung racun, dan dapat menyebabkan infeksi atau iritasi.
Sumber dari limbah B3 adalah :
a) Limbah B3 dari kegiatan industri : berupa senyawa kimia yang terlepas ke lingkungan yang terjadi pada waktu pengadaan, pengangkutan, penyimpanan, maupun penggunaan bahan-bahan dalam industri, misalnya industri pupuk menghasilkan limbah ammonia.
b) Limbah B3 dari kegiatan rumah sakit : berupa limbah patologis (sisa jaringan, organ, darah, dsb), limbah kimiawi (obat-obatan kadaluwarsa), limbah radioaktif, limbah benda-benda tajam yang terkontaminasi oleh kuman penyakit (jarum suntik, pisau dan gunting bekas operasi), dan limbah yang memiliki potensi menularkan penyakit.
c) Limbah B3 dari kegiatan rumah tangga : sabun, shampo, baterai bekas, racun serangga dan tikus, serta obat kadaluwarsa.
d) Limbah B3 dari kegiatan pertanian : insektisida dan pupuk kimia.
Pihak yang bertanggung jawab dalam menangani limbah B3 adalah pihak yang dalam aktivitasnya menghasilkan limbah B3. Cara mengolah limbah B3 adalah dengan cara :
a) Metode kimiawi meliputi pertukaran ion, presipitasi, oksidasi dan reduksi, dan netralisasi. Polutan yang dihilangkan biasanya logam larut yang beracun, seperti besi, nikel, tembaga dan sebagainya.
b) Metode termal adalah insinerasi suhu tinggi, yang dapat mendetoksifikasi limbah organik dan menghancurkannya. Jenis peralatan termal yang digunakan contohnya insinerator.
c) Metode biologis, salah satu metode yang digunakan untuk mengolah limbah B3 secara biologis disebut dengan landfarming. Teknik yang dilakukan adalah meletakkan tanah yang terkontaminasi, sedimen, atau
lumpur dimasukkan ke dalam permukaan tanah dan secara berkala dibalik untuk aerasi campuran.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan menjadi sebuah ide sekaligus pedoman untuk mengembangkan video pembelajaran berbasis masalah oleh peneliti. Terdapat beberapa penelitian yang menjadi rujukan bagi peneliti, seperti penelitian oleh Yusriya, Santosa, & Priyono (2014) tentang pengembangan video pembelajaran materi klasifikasi hewan sebagai suplemen bahan ajar Biologi SMP dengan hasil akhir video pembelajaran yang layak dan dapat digunakan sebagai suplemen bahan ajar SMP.
Selanjutnya penelitian Batubara (2017) tentang hasil uji coba video pembelajaran mata kuliah kultur jaringan berbasis masalah pada dosen dan mahasiswa Program Studi Pendidikan Biologi UMTS juga menjadi rujukan dalam penelitian ini, hasil secara keseluruhan produk berupa video pembelajaran kultur jaringan berbasis masalah termasuk dalam kategori baik dan layak digunakan untuk perkuliahan kultur jaringan pada Program Studi Pendidikan Biologi UMTS.
Penelitian oleh Mutia, Adlim, & Halim (2018) tentang pengembangan video pembelajaran IPA pada materi pencemaran dan kerusakan lingkungan dengan hasil persentase validitas video pembelajaran IPA materi pencemaran dan kerusakan lingkungan yang dikembangkan sebesar 92,66% dan termasuk dalam kategori sangat layak. Hal tersebut menunjukkan bahwa video layak digunakan untuk bahan ajar siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Penelitian oleh Ihsan, Yeni, & Marlina (2019) tentang kelayakan media video tutorial pada sub materi pencemaran air di kelas X SMA mendapatkan rata- rata validitas sebesar 3,78 yang artinya valid dan layak sebagai media pembelajaran pada sub materi pencemaran air.
Penelitian berikutnya oleh Simatupang & Ionita (2020) tentang pengaruh model PBL terhadap kemampuan pemecahan masalah materi pencemaran lingkungan siswa SMA Negeri 13 Medan hasil yang diperoleh dari penelitian menunjukkan bahwa model PBL memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap
pemecahan masalah Biologi siswa pada materi pencemaran lingkungan kelas X MIA SMA Negeri 3 Medan tahun 2018/2019.
Penelitian beserta hasilnya yang telah dipaparkan pada paragraf sebelumnya menjadi titik awal untuk mengembangkan media pembelajaran berupa video pembelajaran berbasis masalah untuk kelas X SMA pada materi limbah dengan harapan dapat melatih kemampuan pemecahan masalah pada siswa dalam penanganan limbah ataupun kehidupan sehari-hari.
C. Kerangka Berpikir
Peningkatan jumlah limbah di lingkungan menimbulkan banyak dampak terhadap kehidupan manusia. Pendidikan di sekolah sebagai salah satu penanggung jawab dalam pembentukan karakter manusia berwawasan lingkungan, karena itu guru dituntut untuk membimbing siswa hingga memiliki kepedulian terhadap masalah lingkungan agar dapat berperan dengan sangat efektif dalam pengelolaan sampah yang baik. Dalam pengelolaan sampah, siswa membutuhkan kemampuan untuk pemecahan masalah. Namun, siswa di Indonesia memiliki kemampuan pemecahan masalah yang masih rendah. Kemampuan pemecahan masalah yang rendah akan memberikan dampak pada hasil belajar siswa.
Pemecahan masalah dapat ditingkatkan dengan pembelajaran berbasis masalah (PBL). Pandemi COVID-19 di Indonesia membuat semuanya berubah, salah satunya di bidang Pendidikan. Sekolah merupakan tempat berkumpulnya banyak siswa, sehingga saat pandemi sekolah-sekolah ditutup dan kegiatan pembelajaran dilakukan secara online untuk menjalankan penerapan physical distancing dari pemerintah. Terdapat permasalahan pada pembelajaran online, salah satunya adalah tidak optimalnya pembelajaran sehingga siswa mengalami kurangnya pemahaman materi. Selain itu kurang optimalnya pembelajaran mengakibatkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa (Mariani &
Susanti, 2019). Karena tidak optimalnya pembelajaran akibat dari pembelajaran online maka dibutuhkan suatu media pembelajaran.
Video pembelajaran dapat membantu meningkatkan minat belajar, pemahaman, berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Video pembelajaran berbasis
masalah menurut hasil dari penelitian Rasim, Setiawan, & Rahman (dalam Batubara, 2017) menunjukkan hasil yang cukup signifikan dalam pemahaman materi yang mendalam, jadi dapat dikatakan bahwa metode pembelajaran yang dikembangkan dengan basis komputer dapat membantu siswa belajar tanpa terbatas oleh ruang dan waktu, memberikan visualisasi materi yang abstrak, dapat digunakan pada macam-macam media pembelajaran sehingga materi yang tersampaikan interaktif, membantu siswa memahami materi semakin dalam dan penggunaan video dapat meningkatkan performa presentasi siswa. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat dibuat kerangka berpikir seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.3 berikut :
Gambar 2.3. Alur Pengembangan Video Pembelajaran
Harapan
1. Limbah dapat diolah agar aman saat dibuang dilingkungan sekitar 2. Kemampuan pemecahan masalah
siswa meningkat
3. Kegiatan pembelajaran selama COVID-19 optimal
Fakta di Lapangan 1. Jumlah limbah terus meningkat
dan belum diolah dengan baik 2. Kemampuan pemecahan masalah
siswa masih rendah
3. Kegiatan pembelajaran selama COVID-19 kurang optimal Masalah
1. Masalah limbah di lingkungan sekitar
2. Rendahnya kemampuan pemecahan masalah pada siswa
3. Pandemi COVID-19 menyebabkan kegiatan pembelajaran kurang optimal dan terbatas oleh ruang dan waktu
Solusi
Mengembangkan video pembelajaran berbasis masalah
Materi Limbah kelas X SMA
Proses
Pengujian video pembelajaran berbasis masalah pada materi limbah kepada siswa kelas X SMA
Hasil
Video pembelajaran yang dikembangkan dapat melatih kemampuan pemecahan masalah pada siswa dalam penanganan limbah.