• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

36 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Sejarah Singkat BNI Syariah

Dengan adanya krisis moneter pada tahun 1997 membuktikan ketangguhan sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat terhadap sistem perbankan yang lebih adil.

Dengan berlandaskan pada Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000 didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor Cabang Pembantu.

Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.Di dalam pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan kepatuhan terhadap aspek syariah.Dengan Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi aturan syariah.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia No 12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 mei mengenai pemberian izin usaha

(2)

PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan produk perbankan syariah juga meningkat.

Per Juni 2016 jumlah cabang BNI Syariah mencapai 68 Kantor Cabang, 161 Kantor Cabang Pembantu, 17 Kantor Kas, 22 Mobil Layanan Gerak dan 20 Payment Point.

2. Visi dan Misi BNI Syariah a. Visi

“Menjadi bank syariah pilihan masyarakat yang unggul dalam layanan dan kinerja”.

b. Misi

1) Memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dan peduli pada kelestarian lingkungan.

2) Memberikan solusi bagi masyarakat untuk kebutuhan jasa perbankan syariah.

(3)

3) Memberikan nilai investasi yang optimal bagi investor.

4) Menciptakan wahana terbaik sebagai tempat kebanggaan untuk berkarya dan berprestasi bagi pegawai sebgai perwujudan Ibadah.

5) Menjadi acuan tata kelola perusahaan yang amanah.

3. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi adalah bagaimana pekerjaan dibagi dikelompokan dan dikordinasikan secara formal. Berikut adalah struktur organisasi BNI Syariah

Gambar 1

Struktur Organisasi BNI Syariah

Sumber: dari annual report 2012-2016

(4)

Tabel 1`

Produk dan Layanan BNI Syariah

PRODUK DANA

 Tabungan iB Hasanah

 Tabungan iB Prima Hasanah

 Tabungan IB Bisnis Hasanah

 Tabungan iB Tapenas Hasanah

 Giro iB Hasanah

 Deposito iB Hasanah

 Tabungan iB Tunas Hasanah

 Tabungan Ku iB

PRODUK PEMBIAYAAN KONSUMTIF

 Griya iB Hasanah

 Fleksi iB Hasanah

 Multiguna iB Hasanah

 Multijasa iB Hasanah

 Pembayaran emas iB Hasanah

 Oto iB Hasanah

 iB Hasanah Card

 CCF iB Hasanah

PRODUK PEMBIAYAAN PRODUKTIF

 Tunas usaha iB Hasanah

 Wirausaha iB Hasanah (WUS)

 Usaha kecil iB Hasanah

 Usaha Besar iB Hasanah

 Linkage Program iB Hasanah

 Kopkar/kopeg iB Hasanah

PRODUK JASA

 Payroll Gaji

 Cash Management

 Pembayaran pajak &

penerimaan Negara Bukan Pajak Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

(5)

4. Perkembangan Keuangan BNI Syariah

Kondisi keuangan BNI Syariah setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan salah satunya bisa dilihat dari Pembiayaan BNI Syariah di tahun 2012 tumbuh sebesar 43.72% atau Rp2,32 triliun dari posisi tahun 2011 sebesar Rp 5,31 triliun menjadi Rp7,63 di tahun 2012. Pertumbuhan ini lebih besar jika dibandingkan dengan industri perbankan syariah yang tumbuh sebesar 43.68% pada periode yang sama.DPK BNI Syariah sebesar Rp 8,98 triliun meningkat 32.91% atau Rp2,22 triliun dari posisi tahun 2011 sebesar Rp 6,75 triliun. Pada periode yang sama DPK perbankan syariah tumbuh 27.81% dari Rp115,42 triliun di tahun 2011 menjadi Rp147,51 triliun.

Pangsa pasar DPK BNI Syariah terhadap perbankan nasional pada 2012 sebesar 6.09%, mengalami sedikit penurunan dari periode sebelumnya sebesar 5.85%. Dari 45 bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, DPK BNI Syariah menduduki peringkat ke 4 (empat).

Di tahun 2013 menunjukkan kinerja yang semakin meningkat dibandingkan tahun sebelumnya, dimana aset meningkat sebesar Rp4,06 triliun naik 38,17% dari tahun sebelumnya, laba bersih tumbuh sebesar Rp15,57 miliar naik 15,28% dari tahun sebelumnya, demikian juga dengan pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga (DPK), masing-masing tumbuh sebesar Rp3,61 triliun naik 47,30% dari tahun sebelumnya, pada pembiayaan dan sebesar Rp2,51 triliun atau 27,93%

(6)

pada dana pihak ketiga. Dengan kondisi tersebut menunjukkan bahwa kinerja BNI Syariah tetap membaik dan meningkat secara konsisten.

Kemudian untuk tahun 2015 meskipun di tengah tantangan kondisi perekonomian yang kurang mendukung, kinerja keuangan BNI Syariah di tahun 2015 secara keseluruhan menunjukkan pencapaian yang membanggakan dan semakin meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Beberapa pencapaian yang membanggakan antara lain adalah aset yang mencapai Rp23,02 triliun atau tumbuh 18,09%, laba bersih yang mencapai Rp228,53 miliar atau meningkat 39,98%, demikian juga dengan pembiayaan yang mencapai peningkatan Rp2,72 triliun atau meningkat 18,09% dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp3,08 triliun atau meningkat 18,94%.

Pencapaian tersebut secara langsung menunjukkan bahwa kinerja BNI Syariah dari tahun ke tahun tetap membaik dan meningkat secara konsisten.

Di tahun 2016 di tengah tantangan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang dipengaruhi oleh kondisi perekonomian global yang belum membaik. BNI Syariah mampu membukukan pertumbuhan aset sebesar 23,01% menjadi Rp28.314 miliar ditopang oleh pertumbuhan pembiayaan sebesar 15.36% menjadi Rp20.494 miliar dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) mencapai sebesar Rp24.233 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 25,41%. Selain itu, laba bersih mampu tumbuh sebesar 21,38% menjadi Rp277 miliar ditopang

(7)

terutama oleh peningkatan aktivitas pembiayaan BNI Syariah.

Pencapaian ini menunjukkan bahwa BNI Syariah mampu secara konsisten memperbaiki kinerjanya d tengah tantangan perekonomian domestik dan global.Berikut ini data yang menunjukan perkembangan kinerja keuangan BNI Syariah dari tahun 2012 sampai tahun 2016 :

Gambar 2

Neraca BNI Syariah 2012 s/d 2016

Sumber: data dari annual report 2012-2016

Tabel 2

Rasio Keuangan BNI Syariah 2012-2016

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

2012 2013 2014 2015 2016

FDR 84.99% 97.86% 92.58% 91.94% 84.57%

DPK 8.98 11.49 16.25 19.32 24.23

CAR 14.10% 16.23% 18.42% 15.48% 14.92%

NPF 2.02% 1.86% 1.86% 2.53% 2.94%

BOPO 85.39% 83.94% 85.03% 89.63% 87.67%

ROA 1.48% 1.37% 1.27% 1.43% 1.44%

(8)

Dari kedua tabel tersebut terlihat bahwa pertumbuhan kinerja keuangan BNI Syariah terus mengalami perbaikan dan peningkatan yang cukup signifikan dari tahun 2012 sampai dengan 2016.

Pertumbuhan aset BNI Syariah dalam kurun waktu lima tahun terakhir sebesar 27,31%. BNI Syariah berhasil membukukan total aset sebesar Rp28.314 miliar per 31 Desember 2016 ditengah tantangan perlambatan ekonomi nasional atau tumbuh 23,01% dibandingkan total aset pada tahun sebelumnya sebesar Rp23.018 miliar.Jumlah liabilitas BNI Syariah mencapai sekitar Rp4.685 miliar per 31 Desember 2016, tumbuh 41,51% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Peningkatan liabilitas ini ditopang oleh kemampuan BNI Syariah untuk mendapatkan dana pihak ketiga lebih besar dengan simpanan nasabah naik sebesar 46,69% menjadi Rp4.079 miliar untuk menopang pertumbuhan pembiayaan yang diberikankepada para nasabahnya.

Kemudian secara khusus pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI Syariah terdiri dari simpanan nasabah dan dana syirkah temporer bank. Secara keseluruhan, DPK dari kedua sumber ini pada tahun 2016 meningkat sebesar Rp4.910 miliar atau tumbuh 25,41%

dari posisi tahun 2015. Posisi dana syirkah temporer bank masih memiliki peran dominan atas struktur DPK bank dengan kontribusi sebesar 83,17% sedangkan simpanan nasabah memiliki porsi lebih rendah sebesar 16,83% pada tahun 2016. Pertumbuhan berkelanjutan

(9)

DPK BNI Syariah terutama ditopang oleh peningkatan dana yang berasal dari deposito mudharabah yang mencapai Rp12.691 miliar pada tahun 2016, lebih tinggi dari pencapaian tahun 2015 sebesar Rp10.405 miliar. Namun demikian, secara keseluruhan, struktur DPK BNI Syariah terdiversifikasi dengan baik dengan posisi deposito mudharabah terhadap total DPK bank mencapai 52,37% ditambah

dana giro dan tabungan sebesar 8,74% dan 38,89% pada tahun 2016 dibandingkan komposisi tahun 2015 masing-masing sebesar 7,80%:

38,35%.

Hal ini tidak lepas dari peran BNI Syariah yang merupakan salah satu bank penerima setoran biaya penyelenggara ibadah haji (BPS-BPIH) yang ditunjuk oleh Kementrian Agama Republik Indonesia sebagai BPS BPIH sejak 28 desember 2010 dan ditunjuk kembali sejak tanggal 2 januari 2014 berdasarkan Peraturan Menteri Agama No 30 th 2013.

Seiring dengan pelimpahan setoran penyelenggaraan ibadah haji atau dana haji dari Kementrian Agama Republik Indonesia kepada BNI Syariah, maka hal ini merupakan kesempatan yang sangat strategis bagi BNI syariah dalam meningkatkan kinerja keuangannya secara keseluruhan.

(10)

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan kondisi umum kinerja keuangan BNI Syariahyang telah dipaparkan oleh penulis pada poin sebelumnya, maka penulis menganalisa beberapa poin terkait efektivitas dana haji di dalam BNI Syariah pada poin-poin berikut ini:

1. Perkembangan Dana Haji terkait Dana Pihak Ketiga

Seperti yang penulis sudah jelaskan diatas, lima tahun terakhir BNI Syariah mengalami perkembangan keuangan yang cukup baik.

Hal ini tidak lepas dari peningkatan yang signifikan dari sisi Dana Pihak Ketiga (DPK). Kepercayaan masyarakat terhadap BNI Syariah juga semakin meningkat. Ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah Dana Pihak Ketiga sebesar 32.91% dibanding tahun sebelumnya.

Hingga akhir Desember 2012, DPK BNI Syariah mencapai Rp 8,98 triliun, di tahun berikutnya meningkat 27,80% sebesar Rp2.496 triliun menjadi Rp11.476 triliun di akhir tahun 2013. Seiring masuknya dana haji di tahun 2014 Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 42,24% menjadi Rp16,25 triliun, di tahun 2015 DPK BNI syariah mencapai angka Rp.19.323 miliar atau 102.24% dari target tahun 2014. Kemudian terakhir pada tahun 2016 nilai DPK juga naik menjadi 24,23 triliun atau naik sebesar 25,41% dari tahun 2015.

(11)

0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00

2012 2013 2014 2015 2016

8.98 11.49

16.25 19.32

24.23 DPK BNI Syariah

(triluin rupiah) Grafik 1

DPK BNI Syariah 2012 s/d 2016

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

Pencapaian yang baik ini tidak terlepas dari keberhasilan pemindahan dana haji dari perbankan konvensional ke perbnkan syariah, serta ditunjang dengan program-program marketing kerja sama bisnis dengan pihak ketiga, dan inovasi produk serta diluncurkan kartu haji dan umroh indonesia yang dapat digunakan oleh jamaah haji dan umroh untuk menarik uang tunai di ATM jaringan MasterCard di Arab Saudi.

Kenaikan DPK tersebut tentunya berkaitan erat dengan penerimaan dana haji dari kementerian agama Republik Indonesia dimana BNI Syariah menjadi salah satu penerima dana haji untuk dikelola. Diungkapkan di dalam laporan tahunan BNI Syariah bahwa tahun 2014 bank mengelola dana haji sebesar 2,4 triliun,

(12)

kemudian tahun 2015 sebesar 5,6 triliun, dan untuk tahun 2016 sebesar 6,52 triliun (Annual Report BNI Syariah 2014-2016).

Dana haji memberikan kontribusi yang cukup besar dalam pertumbuhan DPK BNI Syariah dari tahun ke tahun, tercatat peningkatan yang signifikan tersebut dimulai dari tahun 2014 dimana dana haji tersebut mulai masuk dan dikelola, berikut adalah kontribusi dana haji terhadap DPK BNI Syariah dari tahun 2014 sampai dengan 2016.

Tabel 3

Kontribusi Dana Haji BNI Syariah 2014 s/d 2016 (Dalam jutaan rupiah, kecuali din nyatakan lain )

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2014 -2016

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa dana haji memberikan konstribusi yang signifikan terhadap angka DPK BNI Syariah dari tahun ketahun sejak 2014. Hal ini berarti menunjang BNI Syariah dalam meningkatkan kinerja, khususnya pada pembiayaan.

Seperti telah disebutkan diatas, peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terus menunjukkan kenaikan yang sangat

TAHUN DANA HAJI DPK %

2014 2,400,000 16,246,000 14.77%

2015 5,600,000 19,323,000 28.98%

2016 6,520,000 24,233,000 26.91%

(13)

signifikan dari tahun ke tahun juga membawa pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan pembiayaan.

Pertumbuhan nilai Deposito BNI Syariah dan pembiayaan yang disalurkan setelah masuknya dana haji dapat kita lihat dari grafik dibawah ini.

Grafik 2

Pembiayaan & DPK BNI Syariah 2014 – 2016

Sumber: Annual report BNI Syariah 2016

Kenaikan DPK mendorong penyaluran pembiayaan yang disalurkan oleh bank BNI Syariah yang terus meningkat seiring dengan masuknya dana haji pada awal tahun 2014, jumlah pembiayaan yang disalurkan sebelum dana haji masuk adalah Rp11,242 triliun di tahun berikutnya setelah dana haji itu masuk jumlah pembiayaan naik signifikan menjadi Rp 15,044 triliun, tumbuh sebesar 34 % dari tahun 2013 kemudian kenaikan

(14)

0 50 100 150 200 250

2012 2013 2014 2015 2016

102 117

163

229 277

LABA BERSIH BNI SYARIAH Dalam miliar Rupiah

pembiayaan juga terjadi di tahun 2016 15,36 % dari Rp. 17,765 triliun menjadi Rp. 20,494 triliun.

Kenaikan dari sisi pembiayaan juga menunjang pertumbuhan diberbagai aspek terutama aspek aset yang tentunya menyebabkan kenaikan laba juga. Dari grafik berikut ini kita bisa lihat Sebelum atau Sesudah dana haji masuk, tingkat laba meningkat signifikan pada saat cut off.

Grafik 3

Pertumbuhan Laba Bersih BNI Syariah 2012 s/d 2016

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

BNI Syariah masih dapat mencatat kinerja yang positif dan cenderung meningkat jika dibandingkan dengan pencapaian kinerja tahun 2011. Pada tahun 2012, realisasi laba bersih mencapai Rp101.892 juta tumbuh sebesar Rp35,538 juta atau 53.56%

dibandingkan realisasi laba bersih selama tahun 2011 sebesar Rp66,354 juta. Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan yang cukup signifikan dari pendapatan dari ijarah

(15)

serta didukung juga oleh penurunan beban yang menunjukkan efisiensi pengelolaan sumber daya perusahaan.

Pada tahun 2013, realisasi laba bersih mencapai Rp117.462 juta tumbuh sebesar Rp15.570 juta atau 15,28% dibandingkan realisasi laba bersih selama tahun 2012 sebesar Rp101.892 juta. Di tahun 2014 seiring masuknya dana haji laba bersih yang berhasil dibukukan adalah sebesar Rp163,25 miliar atau tumbuh sebesar 38,98% dari tahun sebelumnya dan melampaui target yang telah ditetapkan di awal tahun yakni sebesar Rp130,23 miliar.

Pada tahun 2015, realisasi laba bersih mencapai Rp228.525 juta tumbuh sebesar Rp65.274 juta atau 39,98% dibandingkan realisasi laba bersih selama tahun 2014 sebesar Rp163.251 juta.

Kenaikan tersebut terutama disebabkan oleh peningkatan yang cukup signifikan dari pendapatan operasional sebesar 18,60% serta didukung juga oleh beban operasional yang terkendali. Di tahun 2016 laba bersih mampu tumbuh sebesar 21,38% menjadi Rp 277 miliar ditopang terutama oleh peningkatan aktivitas pembiayaan BNI Syariah. Pencapaian ini menunjukkan bahwa BNI Syariah mampu secara konsisten memperbaiki kinerjanya di tengah tantangan perekonomian domestik dan global.

(16)

2. Perkembangan dana haji terkait rasio keuangan BNI Syariah

Seperti sudah dijelaskan pada poin sebelumnya, pertumbuhan DPK BNI Syariah terus meningkat signifikan setiap tahunnya seiring dengan pelimbahan dana tambahan yaitu dana haji. Seiring dengan berkembangnya perolehan DPK, maka harus diimbangi dengan tingkat likuiditas yang baik juga, salah satunya dengan penyaluran dana kepada masyarakat. Berikut dibawah ini adalah salah satu rasio likuiditas yang mencerminkan peran bank dalam penyalur dana kepada masyarakat yaitu Financing to Deposit Ratio (FDR). FDR merupakan rasio yang digunakan untuk

mengukur likuiditas suatu bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan pembiayaan yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya, yaitu dengan cara membagi jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank terhadap Dana Pihak Ketiga (DPK). Standar yang digunakan Bank Indonesia 6/23/DPNP tanggal 31 mei 2004 untuk rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah 80% hingga 110%.

Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan semakin banyak penyaluran pembiayaan yang dilakukan bank, sebaliknya semakin rendah Financing to Deposit Ratio (FDR) menunjukkan kurangnya efektivitas bank dalam menyalurkan pembiayaan. Jika rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka

(17)

75.00%

80.00%

85.00%

90.00%

95.00%

100.00%

2012 2013 2014 2015 2016

84.99%

97.86%

92.58% 91.94%

84.57%

FDR BNI Syariah (%)

laba yang diperoleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan pembiayaannya dengan efektif). Nilai FDR BNI Syariah lima tahun terakhir dapat dilihat pada grafik berikut ini:

Grafik 4

FDR BNI Syariah 2012 s/d 2016

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

Dari grafik diatas terlihat bahwa pada tahun 2012 nilai rasio FDR 84,99%, Kondisi ini terjadi karena pertumbuhan pembiayaan yang ekspansif sebesar 43.72% melampaui pertumbuhan pendanaan sebesar 32.91%. di tahun berikutnya nilai FDR meningkat sebesar 97,86% pada tahun 2013, seiring masuknya dana haji ke dalam dana pihak ketiga BNI Syariah nilai rasio FDR terus menurun yaitu mencapai angka 84,57% di tahun 2016. Meskipun nilai FDR mengalami penurunan namun nilai pembiayaan di BNI Syariah tetap meningkat dari tahun ke tahun tercatat di tahun 2016 total pembiayaan Rp. 20.494 miliar dan

(18)

jumlah dana yang terkumpul mencapai Rp. 24.233 triliun.

Meskipun FDR terus mengalami penurunan seiring dengan peningkatan DPK yang terus naik namun tidak dengan pembiayaan, pembiayaan terus berkembang dikarenakan pembiayaan lebih tinggi dari pada DPK. Dari nilai rasio diatas dan total pembiayaannya maka setelah masuknya dana haji bisa dikatakan bahwa BNI Syariah dapat memaksimalkan pembiayaan dengan baik, karena apabila pembiayaan tidak berkembang nilai rasio FDR akan terus mengalami penurunan.

Pertumbuhan pembiayaan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan DPK yaitu pertumbuhan pembiayaan mencapai angka 47,30% dari tahun sebelumnya, angka tersebut lebih tinggi dari pada pertumbuhan DPK yang berada diangka 27,93% dari tahun sebelumnya, hal ini menggambarkan bahwa DPK dapat dimaksimalkan sedimikian rupa oleh bank dalam meningkatkan fungsi penyalurkan pembiayaan. Pengalihan setoran dana haji dari perbankan konvensional ke perbankan syariah mampu membantu bank-bank syariah untuk menekan rasio pembiayaan terhadap dana pihak ketiga agar tidak melebihi aturan Bank Sentral.

Dengan masuknya dana Haji di tahun 2014 tercatat rasio FDR berada di bawah 95%, namuan nilai FDR masih dalam kisaran 90% sampai tahun 2016 dimana angka ini masih baik karena tidak melebihi 100%. Berarti BNI Syariah masih tergolong

(19)

aman di tahun 2014 nilai FDR mencapai 92,58%, tahun berikutnya 91,94% dan 84,57% di tahun 2016 dengan total pembiayaan tercatat Rp. 20.494 juta dan jumlah dana yang terkumpul mencapai Rp. 24,233 triliun bersamaan dengan adanya dana haji yang dikelola BNI Syariah. Dari nilai rasio FDR diatas setelah masuknya dana haji bisa dikatakan bahwa BNI Syariah dapat memaksimalkan penyaluran pembiyayan dengan baik.

Semakin banyak dana yang disalurkan oleh bank syariah maka pendapatannya juga akan meningkat. Untuk melakukan penyaluran dana maka bank harus memiliki sejumlah dana sebagai modal usaha , salah satu cara untuk mendapatkan dana dalah dengan cara menghimpun dana pihak ketiga. Dengan masuk nya dana haji di BNI Syariah dapat menambah modal usaha bank melalui dana pihak ketiga, setiap tahun simpanan dana pihak ketiga mengalami kenaikan seiring dengan masuk nya dana haji. Untuk melakukan kegiatan usahanya bank memiliki sumber dana yang cukup, dimana sumber dana tersebut akan digunakan oleh bank untuk menjalankan operasinya.

Seperti dijelaskan pada poin sebelumnya, pencapaian laba bersih BNI Syariah terus mengalami peningkatan setiap tahunnya.

Pada tahun 2016 laba bersih mencapai Rp. 277 miliar tumbuh sebesar Rp. 48 miliar atau 21,38% dibandingkan realisasi laba besih tahun 2015 sebesar Rp. 229 miliar. Kenaikan tersebut

(20)

terutama disebabkan oleh peningkatan yang cukup signifikan dari pendapatan operasional sebesar 17,39% serta didukung juga oleh beban operasional yang masih terkendali. Karena disamping biaya operasional naik ternyata pendapatan operasional jauh melebihi kenaikan biaya operasional , hal inilah yang menyebabkan laba terus naik , meskipun di tahun setelah masuknya dana haji rasio BOPO mengalami kenaikan. Hal ini dapat dilihat dari tabel perbandingan pendapatan dan beban operasional serta grafik BOPO dibawah ini :

Tabel 4

Perbandingan Pendapatan dan Beban Operasional TAHUN PENDAPATAN

OPERASIONAL

BEBAN OPERASIONAL

2012 729 674

2013 1.062 876

2014 1.435 1.119

2015 1.702 1.193

2016 1.998 1.306

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

(21)

Grafik 5

BOPO BNI Syariah 2012 s/d 2016

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

Dari sisi efisiensi, Rasio Beban Operasional Terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) di tahun 2013 nilai BOPO 83.94%

cenderung menurun dari 85.39% ke level 83.94%. Penurunan ini mencerminkan peningkatan efisiensi pengeluaran. Di tahun 2014 berada di 85,03% sesuai dengan aturan yang ditetapkan Bank Indonesia angka terbaik untuk rasio bopo adalah dibawah 90%. Di tahun 2016 BOPO BNI Syariah pada kisaran 87,67% di mana angka ini masih baik itu karena tidak mendekati angka 100%. Jika rasio BOPO melebihi 90% hingga mendekati angka 100% maka bank tersebut di katagorikan tidak efisien dalam menjalankan operasinya.

Trend BOPO ini akan turun terus seiring dengan peningkatan produktivitas unit. Dengan optimalisasi kualitas aktiva produktif cabang, maka diharapkan menghasilkan profit diatas Rp 10 miliar setiap unitnya, demikian halnya bisnis mikro harus naik

80.00%

82.00%

84.00%

86.00%

88.00%

90.00%

2012 2013 2014 2015 2016

85.39%

83.94%

85.03%

89.63%

87.67%

BOPO BNI SYARIAH %

(22)

1.15%

1.20%

1.25%

1.30%

1.35%

1.40%

1.45%

1.50%

2012 2013 2014 2015 2016

1.48%

1.37%

1.27%

1.43% 1.44%

ROA BNI Syariah (%)

produktivitasnya dan Hasanah Card sedemikian pula. Sementara untuk bisnis konsumer bisa ditingkatkan value-nya dari pendapatan Rp750 juta menjadi Rp1,5 miliar per sales per bulan.

Di tahun 2016 maksud dan tujuan pembentukan kantor wilayah adalah Peningkatan produktivitas bisnis melalui penguatan kerja sama bisnis dan koordinasi pemasaran di daerah sehingga menaikkan pendapatan dan menurunkan biaya yang berdampak menurunkan BOPO dan menaikkan Net Operating Margin (NOM).

Grafik 6

ROA BNI Syariah 2012 s/d 2016

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

Dapat dilihat dari grafik diatas, pergerakan ROA mengalami fluktuasi berkisar pada 1,48% untuk periode 2012 hal ini disebabkan oleh peningkatan signifikan atas laba bank pada tahun berjalan. Nilai ROA sempat mencapai angka 1,27% pada tahun 2014 pada tahun ini aset BNI Syariah cukup meningkat sebesar Rp4,78 triliun atau 32,52%

dan laba bersih tumbuh sebesar Rp45,79 miliar atau 38,98%. Realisasi

(23)

ROA lebih tinggi dari target tahun sebelumnya 0,97% seiring dengan meningkatnya laba perusahaan. Namun angka ROA kembali menanjak pada tahun- tahun berikutnya setelah dana haji itu dikelola oleh BNI Syariah seiring dengan peningkatan laba yang menigkat signifikan dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 nilai ROA mencapai 1,44%.

Return on Asset (ROA) digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan didalam menghasilkan keuntungan dengan manfaat aktiva yang dimilikinya semakin besar ROA menunjukan kinerja keuangan yang semakin baik, karena tingkat kembalian semakin besar. Apabila ROA meningkat, berarti profitabilitas perusahaan meningkat, sehingga dampak akhirnya adalah peningkatan profitabilitas yang dinikmati oleh pemegang saham.

Kenaikan rasio-rasio diatas serta kenaikan pembiayaan yang disalurkan oleh BNI Syariah tersebut juga didukung oleh stabilnya nilai rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) BNI Syariah dari tahun ketahun. Rasio kecukupan modal (CAR) BNI Syariah pada level 14,22% pada tahun 2012 menurun dibandingkan pada tahun 2011 sebesar 20.75%. Penurunan ini disebabkan adanya peningkatan jumlah aset tertimbang yang lebih besar dibandingkan peningkatan jumlah modal. Di tahun berikut nya nilai CAR tercapai sebesar 16,23% dari target 14,50% akhir tahun 2013.

(24)

0.00%

5.00%

10.00%

15.00%

20.00%

2012 2013 2014 2015 2016

14.10% 16.23% 18.42%

15.48% 14.92%

CAR BNI Syariah (%)

Tercatat, pada tahun 2014 rasio CAR berada di angka 18,42%

atau naik sebesar 2,19% dari tahun 2013, pada tahun 2015 rasio CAR berada di angka 15,48% atau mengalami penurunan sebesar 2,94%

dari tahun 2014, kemudian pada tahun 2016 rasio CAR masih mengalami penurunan sebesar 14,92% atau turun 0,56% dari tahun 2015. Hal ini masih tergolong dalam kategori sangat baik dimana nilai rasio CAR pada tahun 2012 sampai dengan 2016 masih diatas rasio minimum CAR yang ditetapkan oleh Bank Indonesia (BI) yaitu masih diatas 8%.

Grafik 7

CAR BNI Syariah 2012 s/d 2016

Sumber: data diolah penulis dari annual report 2012-2016

Hal ini menggambarkan bahwa BNI Syariah masih memiliki kemampuan yang baik dalam rangka menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang di sebabkan oleh

(25)

aktiva yang berisiko, dan dalam hal ini bank akan lebih berani dalam meningkatkan penyaluran pembiayaan ke masyarakat dikarenakan rasio kecukupan modal yang baik pula.

Dana haji sangat besar pengaruhnya dalam berkontribusi terhadap kinerja keuangan BNI Syariah yang terus mengalami perbaikan dari tahun ke tahunnya. Aliran dana segar tersebut tentunya akan dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh bank dalam memberbaiki kualitas dan meningkatkan kinerja.

Pelimpahan pengelolaan dana haji terhadap BNI Syariah tentunya mendorong bank untuk meningkatkan kualitas kinerjanya, dalam hal ini dari segi transparansi pengelolaan, BNI Syariah adalah satu-satunya Bank Umum Syariah (BUS) yang mengungkapkan jumlah dana haji yang dikelola setiap tahunnya. Tentunya hal ini merupakan contoh bagi perbankan syariah dalam berusaha untuk memanfaat segala kesempatan yang ada untuk membenahi kinerja dari berbagai aspek.

Referensi

Dokumen terkait

2) Lingkungan sekolah yang bersih dan terawat dapat mendukung proses pembelajaran di sekolah, sehingga penting untuk dijaga. 3) Terlihat kejenuhan siswa dalam belajar

Tahapannya dimulai dari menggali problem agar dapat menciptakan desain yang sesuai dengan kebutuhan saat ini, melakukan studi literatur dari buku Human Dimension, mulai

Berdasarkan Tabel 4.6, didapatkan hasil pemeriksaan glukosa dengan metode Glucose oxidase rentan terhadap gangguan dengan bias positif yang signifikan sebelum dan sesudah

Kesalahpahaman sering terjadi karena faktor komunikasi Apabila pelayanan yang diberikan buruk, pasien akan memberikan respon negatif berupa ketidakpuasan sehingga pasien tersebut

Kontrol fasa Thrystor ini memberikan range pengaturan tegangan yang lebih luas pada beban heater DTA dengan tahanan 50 ohm, dimana akan diuji pada pengaturan pada daya

Definisi lain mengenai citra merupakan manifestasi dari pengalaman dan harapan sehingga ia mampu memengaruhi kepuasan konsumen akan suatu barang atau jasa

Dongkrak harus ditempatkan bersebelahan dengan bantalan, langsung dibawah flens tepat pada plat pengaku badan profil dari gelagar melintang pada ujung bentang rangka. Apabila

Jadi dalam penelitian ini fenomena yang akan diteliti adalah mengenai keadaan penduduk yang ada di Kabupaten Lampung Barat berupa dekripsi, jumlah pasangan usia