• Tidak ada hasil yang ditemukan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. UPT. Pembenihan. Tanaman. Klasifikasi. Kriteria.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEHUTANAN. UPT. Pembenihan. Tanaman. Klasifikasi. Kriteria."

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BERITA NEGARA

REPUBLIK INDONESIA

No.92, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. UPT. Pembenihan.

Tanaman. Klasifikasi. Kriteria.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR: P.66/Menhut-II/2008

TENTANG

KRITERIA DAN KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERBENIHAN TANAMAN HUTAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka meningkatkan klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Perbenihan Tanaman Hutan pada Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial sehingga sesuai dengan beban tugas yang diembannya maka perlu ditetapkan kriteria dan klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Perbenihan Tanaman Hutan dengan Peraturan Menteri Kehutanan;

Mengingat : 1. Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);

2. Undang Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang

Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah

(2)

diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1999 tentang Kehutanan menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4412);

3. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 16, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4814);

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

5. Peraturan Presiden Nomor 89 Tahun 2007 tentang Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan;

6. Keputusan Presiden Nomor 187/M Tahun 2004 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 31/P Tahun 2007;

7. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Susunan Organisasi, dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 20 Tahun 2008;

8. Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2005 tentang

Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian

Negara Republik Indonesia, sebagaimana telah

beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan

Presiden Nomor 50 Tahun 2008;

(3)

9. Keputusan Menteri Pemberdayagunaan Aparatur Negara Nomor 62/KEP/ M.4/7/2003 tentang Pedoman Organisasi Unit Pelaksana Teknis di Lingkungan Departemen dan Lembaga Pemerintah Non Departemen;

10. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.13/Menhut- II/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kehutanan, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 64/Menhut-II/2008;

Memperhatikan : Hasil Pembahasan dengan kantor Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara tanggal 4 November 2008.

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEHUTANAN TENTANG KRITERIA DAN KLASIFIKASI UNIT PELAKSANA TEKNIS PERBENIHAN TANAMAN HUTAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Menteri Kehutanan ini yang dimaksud dengan :

1. Benih tanaman hutan adalah bahan tanaman yang berupa bagian dari generatif (biji) atau bagian vegetatif tanaman yang antara lain berupa mata tunas, akar, daun, jaringan tanaman, yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman.

2. Perbenihan Tanaman Hutan adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan konservasi sumber daya genetik, pemuliaan tanaman hutan, pengadaan dan peredaran benih dan/atau bibit.

3. Unsur pokok merupakan obyek dan potensi perbenihan tanaman hutan serta kegiatan operasional yang dapat menggambarkan kinerja Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan.

4. Unsur Penunjang merupakan perangkat keras sebagai salah satu unsur

pendukung keberhasilan kinerja Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan

Tanaman Hutan.

(4)

BAB II

KRITERIA DAN KLASIFIKASI Pasal 2

Klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan ditetapkan berdasarkan kriteria berupa hasil penilaian terhadap seluruh komponen yang berpengaruh pada beban kerja.

Pasal 3

Kriteria penilaian Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 terdiri dari unsur pokok dan unsur penunjang.

Pasal 4

Unsur pokok dan unsur penunjang kegiatan operasional dikelompokan berdasarkan penilaian terhadap pencapaian 5 (lima) Misi Direktorat Jenderal Rehabilitasi Lahan dan Perhutanan Sosial dalam Pengelolaan Perbenihan Tanaman Hutan yaitu :

1. Menyiapkan rumusan kebijakan dalam bidang pengelolaan Daerah Aliran Sungai, rehabilitasi hutan dan lahan, perhutanan sosial dan perbenihan tanaman hutan;

2. Melaksanakan kebijakan dalam bidang pengelolaan Daerah Aliran Sungai, rehabilitasi hutan dan lahan, perhutanan sosial, dan perbenihan tanaman hutan;

3. Menyiapkan rumusan standar, norma, pedoman, kriteria, dan prosedur tentang pengelolaan Daerah Aliran Sungai, rehabilitasi hutan dan lahan, perhutanan sosial, dan perbenihan tanaman hutan;

4. Memberikan bimbingan teknis serta evaluasi tentang pengelolaan Daerah Aliran Sungai, rehabilitasi hutan dan lahan, perhutanan sosial dan perbenihan tanaman hutan;

5. Menyelenggarakan sistem administrasi yang tertib dan bertanggung jawab.

Pasal 5

Unsur pokok kegiatan operasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri dari:

a. Jenis tanaman hutan endemik;

b. Jenis tanaman hutan eksotik;

(5)

c. Cakupan provinsi di wilayah kerja UPT;

d. Cakupan kabupaten di wilayah kerja UPT;

e. Rencana pengembangan sumber benih;

f. Zonasi benih tanaman hutan;

g. Kelangkaan jenis;

h. Potensi ketergantungan budaya lokal terhadap kebutuhan jenis tanaman tertentu;

i. Tanaman hutan yang dilindungi;

j. Pengelolaan sumber benih tanaman hutan;

k. Sertifikasi sumber benih;

l. Sertifikasi mutu benih;

m. Sertifikasi mutu bibit;

n. Model pengelolaan sumber benih;

o. Model Konservasi Sumber Daya Genetik (KSDG);

p. Model Seed for people;

q. Persemaian;

r. Pengada dan atau pengedar benih dan atau bibit tanaman hutan terdaftar;

s. Peredaran dan distribusi benih dan atau bibit tanaman hutan;

t. Penangkar bibit;

u. Lembaga sertifikasi yang harus diakreditasi;

v. Pengelolaan sistem informasi perbenihan tanaman hutan;

w. Kerjasama kemitraan;

x. Publikasi yang dibuat dan dikelola.

Pasal 6

Unsur penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 terdiri dari :

a. Jumlah tenaga teknis, fungsional dan administrasi yang melaksanakan tugas

dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan;

(6)

b. Jumlah tenaga fungsional yang melaksanakan tugas Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan yang berpendidikan S1 ke atas;

c. Tenaga administrasi yang melaksanakan tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan;

d. Sarana yang mendukung pelaksanaan tugas Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan;

e. Prasarana yang mendukung pelaksanaan tugas Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan;

f. Dukungan keuangan yang dibutuhkan dalam pendanaan pelaksaan tugas pokok dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan.

BAB III PEMBOBOTAN

Pasal 7

(1) Unsur pokok sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 3 diberi bobot 80%.

(2) Unsur penunjang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 4 diberi bobot 20%.

Pasal 8

Tata cara penilaian untuk setiap unsur dari kriteria dan klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan tercantum pada lampiran Peraturan Menteri Kehutanan ini.

BAB IV KLASIFIKASI

Pasal 9

(1) Penilaian Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan berdasarkan unsur-unsur pokok dan penunjang pada masing-masing unit organisasi.

(2) Penetapan klasfikasi Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman

Hutan berdasarkan pada jumlah nilai akhir unsur pokok dan unsur

penunjang pada masing-masing unit organisasi.

(7)

Pasal 10

Berdasarkan pada jumlah nilai akhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2), maka Unit Pelaksana Teknis Pengelola Perbenihan Tanaman Hutan diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Balai Besar Perbenihan Tanaman Hutan;

b. Balai Perbenihan Tanaman Hutan.

Pasal 11

Batasan nilai untuk masing-masing Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, ditetapkan sebagai berikut :

a. Ditingkatkan menjadi setingkat eselon IIB bila jumlah nilai akhir unsur pokok dan unsur penunjang berkisar antara 80-100.

b. Tetap seperti Unit Pelaksana Teknis setingkat eselon IIIA bila jumlah nilai akhir unsur pokok dan unsur penunjang adalah kurang dari 80.

BAB V

KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 12

Bardasarkan klasifikasi sebagaimana ditetapkan dalam Pasal 10, Menteri Kehutanan menetapkan organisasi dan tata kerja serta klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan dengan peraturan tersendiri setelah mendapat persetujuan dari Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara.

Pasal 13

Dalam rangka mengantisipasi perubahan lingkungan strategis dan kinerja organisasi maka klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan Tanaman Hutan dievaluasi paling sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) tahun.

Pasal 14

Perubahan atas kriteria dan klasifikasi Unit Pelaksana Teknis Balai Perbenihan

Tanaman Hutan menurut peraturan ini ditetapkan oleh Menteri Kehutanan

setelah terlebih dahulu mendapat persetujuan tertulis dari Menteri Negara

Pendayagunaan Aparatur Negara.

(8)

BAB VI

KETENTUAN PENUTUP Pasal 15

Peraturan Menteri Kehutanan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, Peraturan Menteri Kehutanan ini diundangkan dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

Pada tanggal 11 Desember 2008 MENTERI KEHUTANAN, H.M.S. KABAN

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 17 Desember 2008

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

ANDI MATTALATTA

(9)

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.66/Menhut-II/2008

TANGGAL : 11 Desember 2008

TATA CARA PENETAPAN KRITERIA DAN KLASIFIKASI BALAI PERBENIHAN TANAMAN HUTAN

Pengklasifikasian Unit Organisasi Perbenihan Tanaman Hutan berdasarkan pada jumlah nilai akhir dari kriteria yang telah ditentukan, yaitu unsur pokok dan unsur penunjang dari masing-masing unit.

I. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui pemeriksaan pada seluruh Unit Pelaksana Teknis Perbenihan Tanaman Hutan. Data dan informasi yang yang dikumpulkan bersumber dari:

a) Peta: Peta Wilayah Kerja, Peta Penutupan Lahan, Peta Iklim, Peta Kontur, Peta Hidrologi dan DAS, Peta Tanah, Peta Sebaran Lahan Kritis, dan sebagainya dengan skala yang memadai;

b) Laporan Hasil Kegiatan atau Laporan Tahunan Setiap Unit Pelaksana Teknis;

c) Laporan Mutasi Kepegawaian;

d) Prosedur Operasional Baku (Standard Operating Procedure=SOP);

e) Wawancara dan konsultasi dengan pejabat Struktural dan aparat Unit Pelaksana Teknis Perbenihan Tanaman Hutan terkait;

f) Pengisian kuesioner.

II. Metode Analisis Data

Data yang dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yakni dengan cara pemeringkatan dan pembobotan pada setiap indikator yang digunakan. Dalam hal ini unsur pokok pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Perbenihan Tanaman Hutan diberikan bobot sebesar 80%, sedangkan unsur penunjang pelaksanaan tugas dan fungsi Unit Pelaksana Teknis Perbenihan Tanaman Hutan diberikan bobot sebesar 20%. Nilai akhir merupakan jumlah seluruh hasil perkalian skor dengan bobot setiap indikator yang secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut :

UK =

= n

i i

i

w

C

1

.

UJ =

= n

i i

i

w

J

1

.

TS = UK + UJ

(10)

Keterangan:

UK = nilai akhir pada unsur pokok UJ = nilai akhir pada unsur penunjang C

i

= skor indikator unsur pokok ke-i J

i

= skor indikator unsur penunjang ke-i w

i

= bobot indikator ke-i

TS = jumlah nilai akhir

Berdasarkan nilai pencapaian skor performa maka kriteria tersebut adalah sebagai berikut:

a) Ditingkatkan menjadi UPT setingkat Eselon IIB bila skor yang dicapai berkisar antara 80–100.

b) Tetap sebagai UPT setingkat Eselon IIIA bila skor yang dicapai adalah kurang dari 80.

MENTERI KEHUTANAN,

H. M.S. KABAN

(11)

Indikator dan Penilaian Unsur Pokok dan Unsur Penunjang Balai Perbenihan Tanaman Hutan 12345678 UNSUR POKOK Rendah 0,2Jumlahjenistanamanhutanendemikyang prioritas untuk dikembangkan <25 Sedang 0,6Jumlahjenistanamanhutanendemikyang prioritas untuk dikembangkan 25-50 Tinggi 1,0Jumlahjenistanamanhutanendemikyang prioritas untuk dikembangkan >50 Rendah 0,2Jumlah jenis tanaman hutan eksotik< 8 Sedang 0,6Jumlah jenis tanaman hutan eksotik 8-12 Tinggi 1,0Jumlah jenis tanaman hutan eksotik>12 Rendah 0,2JumlahPropinsiyangterlayanidalamwilayahkerja UPT BPTH < 4 Sedang 0,6Jumlahpropinsiyangterlayanidalamwilayahkerja UPT BPTH 4-6 Tinggi 1,0JumlahPropinsiyangterlayanidalamwilayahkerja UPT BPTH > 6 Rendah 0,2Jumlahkabupatenyangterlayanidalamwilayah kerja UPT BPTH < 50 kabupaten Sedang 0,6Jumlahkabupatenyangterlayanidalamwilayah kerja UPT BPTH 50-75 kabupaten Tinggi 1,0Jumlahkabupatenyangterlayanidalamwilayah kerja UPT BPTH >75 kabupaten Rendah 0,2Jumlahrencanapengembangansumberbenihdi wilayah UPT <10 Sedang 0,6Jumlahrencanapengembangansumberbenihdi wilayah UPT 10-20 Tinggi 1,0Jumlahrencanapengembangansumberbenihdi wilayah UPT >20 5rencana pengembangan sumber benih Jumlahrencanapengembangan sumberbenihdiwilayahUPTbaikyang ditunjuk maupun yang dibangun. 5 Jumlahunitsumberbenihyangada,baikyang ditunjukmaupunyangdibangun,diwilayahUPTH yangsemakinbanyakmakaakansemakinbesar bebanUPTuntukmendayagunakancurahan sumberdaya dalam menyusun perencanaannya

4Cakupan Kabupaten di Wilayah Kerja UPTJumlahkabupatendalamwilayahkerja UPT BPTH 5 Jumlahwilayahadministrasikabu-patenyang tercakupdalamwilayahkerjaBPTHdapat mempengaruhipelayananteknisserta sinkronisasi,koordinasidankonsolidasi pelaksanaanperbenihantanamanhutan.Semakin banyakjumlahkabupatenyangtercakupmaka usahadantindakanpelayananteknisserta sinkronisasi,koordinasidankonsolidasiyang diperlukan akan semakin tinggi

4

Jenistanamaneksotikmerupakanjenistanaman yangberasaldariluar.Semakinbanyakjumlah jeniseksotikyangberkembangdiwilayahBPTH makasemakinbesarintensitasBPTHuntuk memantau,mengevaluasidan mengembangkannya. 3Cakupan Propinsi di Wilayah Kerja UPTJumlahpropinsidalamwilayahkerja UPT BPTH 4

Jumlahwilayahadministrasipropinsiyang tercakupdalamwilayahkerjaBPTHdapat mempengaruhipelayananteknisserta sinkronisasi,koordi-nasidankonsolidasi pelaksanaanperbenihantanamanhutan.Semakin banyakjumlahpropinsiyangtercakupmaka usahadantindakanpelayananteknisserta sinkronisasi,koordinasidankonsolidasiyang diperlukan akan semakin tinggi

No 2Jenis tanaman hutan eksotikJumlahJenistanamanhutaneksotik yang perlu dikembangkan

1Jenis tanaman hutan endemik Jumlahjenistanamanhutanendemik yangperludikembangkandiwilayah UPT BPTH 5 Indikatorskor Jenistanamanhutanendemicmerupakanjenis asliyangadadiwilayahkerjaBPTH.semakin banyakjenisendemicdiwilayahBPTHmakaakan semakinbesarintensitasperhatiandanbeban BPTHuntukmengembangkandan memanfaatkannya.

BobotPengertianSubstansi TugasDerajatDeskripsi

(12)

Rendah 0,2Jumlahzonasibenihyangberadadiwilayahkerja BPTH < 5 Sedang 0,6Jumlahzonasibenihyangberadadiwilayahkerja BPTH 5 – 15 Tinggi 1,0Jumlahzonasibenihyangberadadiwilayahkerja BPTH >15 Rendah 0,2Jumlahjenistanamanlangkayangtelah diidentifikasi di wilayah kerja BPTH < 5 jenis Sedang 0,6Jumlahjenistanamanlangkayangperlu dikembangkan di wilayah kerja BPTH 5-10 jenis Tinggi 1,0Jumlahjenistanamanlangkayangperlu dikembangkan di wilayah kerja BPTH > 10 jenis Rendah 0,2Jumlahjenistanamanlangkayangperlu dikembangkan di wilayah kerja BPTH > 10 jenis Sedang 0,6Jumlahjenistanamanhutanyangdibutuhkan untuk memenuhi budaya lokal 3-5 Tinggi 1,0Jumlahjenistanamanhutanyangdibutuhkan untuk memenuhi budaya lokal > 5 Rendah 0,2Jumlahjenistanamanlyangdilindungidiwilayah kerja BPTH < 5 jenis Sedang 0,6Jumlahjenistanamanlangkayangperlu dikembangkan di wilayah kerja BPTH 5-10 jenis Tinggi 1,0Jumlahjenistanamanlangkayangperlu dikembangkan di wilayah kerja BPTH > 10 jenis Rendah 0,2JumlahsumberbenihyangberdadiwilayahBPTH < 5 Sedang 0,6Jumlahsumberbenihyangdberdadiwilayah BPTH 5 – 15 Tinggi 1,0JumlahsumberbenihyangberdadiwilayahBPTH > 15 Rendah 0,2JumlahpermohonanSertifikasisumberbenihdi wilayah BPTH <10 Sedang 0,6JumlahpermohonanSertifikasisumberbenihdi wilayah BPTH 10-20 Tinggi 1,0JumlahpermohonanSertifikasisumberbenihdi wilayah BPTH >20

11Sertifikasi sumber benihJumlahpermohonansertifikasisumber benih yang dinilai 4 Semakinbanyaksumberbenihyangharus disertifikasiolehBPTH,makamakinbesarperan BPTHuntukmelakukanpenilaiandanpengujian sumberbenihterhadappengelolaSBsehingga dapat menghasilkan benih bermutu.

10Pengelolaan Sumber benih tanaman hutan Jumlahsumberbenihyangberadadi wilayah kerja BPTH 5 Semakinbanyaksumberbenihyangberadadi wilayahBPTHmakinbesarintensitasdan frekuensibimbinganteknis,pemantauandan pengendalianyangharusdilakukanolehBPTH atas pengelolaan sumber benih tersebut.

9Tanaman hutan yang dilindungiJumlah tanaman hutan yang dilindungi 2 Tanamanhutanyangdilindungimerupakansalah satuaspekyangharusdipantaudandikendalikan peredarannya.Semakinbanyaktanamanhutan yangdilindungiyangberadadiwilayahBPTH makasemakinbesarsumberdayayangharus didayagunakan oleh BPTH.

8potensi ketergantungan budaya lokal terhadap kebutuhan jenis tanaman tertentu Jumlahjenistanamanyangdibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan lokal. 2

Budayamasyarakatmenuntutdanmembutuhkan akanjenistanamanhutantertentudalam kegiatanya

7Kelangkaan jenisJumlahjenistanamanlangkayang telah diketahui 2 Kelangkaanjenisyangsemakinbesar menunjukkanmakinbesarnyapenurunan keragamangenetikdansemakinberbahayanya bagi ketersediaan sumber benih tanaman hutan

6Zonasi Benih Tanaman HutanJumlahzonasibenihyangmenunjukkan kesesuaiantumbuhtanamanhutan yang berada di wilayah kerja BPTH 3 Zonasibenihmenunjukkankesesuaiantumbuh tanamanhutan,semakinbanyakzonasibenihdi suatuwilayahkerjaBPTHsemakinkompleksyang harus ditangani.

(13)

Rendah 0,2Jumlahpermohonansertifikasimutubenihyang dinilai oleh BPTH per tahun <10 Sedang 0,6Jumlahpermohonansertifikasimutubenihyang dinilai BPTH per tahun 10-20 Tinggi 1,0Jumlahpermohonansertifikasimutubenihyang dinilai oleh BPTH per tahun >20 Rendah 0,2Jumlahpermohonansertifikasimutubibityang dinilai oleh BPTH per tahun <10 Sedang 0,6Jumlahpermohonansertifikasimutubibityang dinilai oleh BPTH per tahun 10-20 Tinggi 1,0Jumlahpermohonansertifikasimutubibityang dinilai oleh BPTH per tahun >20 Rendah 0,2Jumlahmodelpengelolaansumberbenihyang dikelola BPTH <3 Sedang 0,6Jumlahmodelpengelolaansumberbenihyang dikelola BPTH 3-5 Tinggi 1,0Jumlahmodelpengelolaansumberbenihyang dikelola BPTH >5 Rendah 0,2JumlahkegiatanKSDG(arboretum,kebunkoleksi, demoplot) yang dibangun < 5 lokasi Sedang 0,6JumlahkegiatanKSDG(arboretum,kebunkoleksi, demoplot) yang dibangun 5 -10 lokasi Tinggi 1,0JumlahkegiatanKSDG(arboretum,kebunkoleksi, demoplot) yang dibangun > 10 lokasi Rendah 0,2Jumlah model seed for people < 2 unit Sedang 0,6 Jumlah model seed for people 2-4 unit Tinggi 1,0Jumlah model Seed for people > 4 unit Rendah 0,2JumlahPersemaianpermanen/semipermanendi wilayah BPTH < 5 unit Sedang 0,6JumlahPersemaianpermanen/semipermanendi wilayah BPTH 5-10 Tinggi 1,0JumlahPersemaianpermanen/semipermanendi wilayah BPTH >10

a.Persemaianpermanen/semi permanen 2

Jumlahpersemaianyangmerupakanlokasi pembuatanbibityangadadalamwilayahkerja UPTberpengaruhterhadappelaksanaan pengembanganperbenihantanamanhutan. Semakinbanyakjumlahpersemaianyang tercakupmakausahadantindakan pengembanganperbenihantanamanhutanakan semakin berkembang

Persemaian17

16Model Seed for peopleJumlahkegiatanmodelseedforpeople yang dikelola BPTH 3 Modelseedforpeoplemerupakansalahsatu upayauntukmeningkatkanperananperbenihan tanamanhutansebagaiwadahmasyarakatuntuk mencintailingkungansertaberusahadibidang perbenihan.Makasemakinbesarjumlahmodel seedforpeoplemakasemakinbesarperanan BPTHdalammeningkatkanpartisipasimasyarakat di wilayahnya

15Model Konservasi Sumber Daya Genetik (KSDG)JumlahkegiatanKSDGyangdibangun oleh BPTH 4 ModelKSDGmerupakansalahsatuupayauntuk melindungisumberdayagenetikdan mempertahankanvariasigenetikdalambentuk arboretum,kebunkoleksi,kebunklon,tegakan konservasidandemoplot.Semakinbanyaklokasi yangdibangunmenunjukkansemakinbesar perhatianBPTHdalammelindungidan mempertahankan keragaman genetik

14Model pengelolaan sumber sumberJumlahmodelpengelolaansumber benih yang dikelola BPTH 4 Modelpengelolaansumberbenihmerupakan salahsatuupayauntukmemberikancontohbagi parapengelolabenihdalammengelolasumber benih yang baik.

13sertifikasi mutu bibitJumlahpermohoansertifikasimutu bibit yang diuji oleh BPTH 3 Pengujianmutubibitmerupakansalahsatuunsur pentingdalamproduksibibityangberkualitas sehinggadiperolehinformasmengenaimutu bibitnya

12sertifikasi mutu benih JumlahpermohonanSertifikasibenih yang diuji oleh BPTH 3 Pengujianmutubenihmerupakansalahsatu unsurpentingdalampenangananbenihsehingga diperoleh informasi mutu benihnya

(14)

Rendah 0,2JumlahPersemaiantradisonaldiwilayahBPTH< 25 unit Sedang 0,6JumlahPersemaiantradisonaldiwilayahBPTH25- 50 unit Tinggi 1,0JumlahPersemaiantradisonaldiwilayahBPTH> 50 unit Rendah 0,2Jumlahpengadapengedarbenih/bibityangtelah direkomendasi < 100 Sedang 0,6Jumlahpengadapengedarbenih/bibityangtelah direkomendasi 100-300 Tinggi 1,0Jumlahpengadapengedarbenih/bibityangtelah direkomendasi > 300 Rendah 0,2JumlahvolumebibityangberedardiwilayahBPTH < 5 juta batang per tahun Sedang 0,6JumlahvolumebibityangberedardiwilayahBPTH 5-10 juta batang per tahun Tinggi 1,0JumlahvolumebibityangberedardiwilayahBPTH > 10 juta per tahun Rendah 0,2JumlahpenangkarbibitdiwilayahkerjaBPTHyang harus dilayani < 10 Sedang 0,6JumlahpenangkardiwilayahkerjaBPTHyang harus dilayani 10-20 Tinggi 1,0Jumlah penangkar bibit yang harus dilayani > 20 Rendah 0,2AdanyaJumlahinstansiyangdiakreditasiyang termasuk dalam wilayah kerja UPT BPTH <5 Sedang 0,6AdanyaJumlahinstansiyangdiakreditasiyang termasuk dalam wilayah kerja UPT BPTH 5-10 Tinggi 1,0AdanyaJumlahinstansiyangdiakreditasiyang termasuk dalam wilayah kerja UPT BPTH >10 Rendah 0,2SIMPerbenihansudahdibanguntapibelum beroperasi Sedang 0,6SIMperbenihansudahberoperasitapibelum lengkap(<50%darijenisyangperlu dikembangkan) Tinggi 1,0SIMperbenihansudahberoperasidanlebih lengkap(>50%darijenisyangperlu dikembangkan)

22Pengelolaan sistem informasi perbenihan tanaman hutanSIMPerbenihanyangtelahdibangun dan sudah beroperasi 1 Pengelolaansisteminformasi(SIM)perbenihan tanamanhutanmemegangperananpenting dalammengembangkanperbenihantanaman hutan.SIMyangtelahberfungsioptimalakan memberikandukunganyangbesarterhadap pelaksanaan tugas-tugas BPTH

21Lembaga sertifikasi yang harus diakreditasiJumlahlembagayangharus diakreditasi 2 Penyelenggaraansertifikasidanakreditasi terhadaplembagasumberbenihdiharapkan dapatmenjaminkemampuanpenyediaanbenih danbibittanamanhutanyangberkualitastinggi denganstandarmutuyangseragam.Semakin banyakjumlahinstansiyangharusdiakreditasi semakinbesarintensitaskerjadanpendampingan yang harus diberikan oleh BPTH

20Penangkar bibitJumlahpenangkarbibitdiwilayah kerjaBPTHyangharusdilayanidandi bina 2 Penangkarbibitadalahperusahaanatau peroranganyangmemilikikemampuan mengembangkanbenihhasilpemuliaan. Penangkarbibitmerupakansalahsatuobyek yangharusdilayaniBPTHdalamrangka pengembangan produksi bibit

19Peredaran dan distribusi bibit tanaman hutanJumlah volume peredaran bibit 4 Pengadapengedarbenihdanataubibitterdaftar berkewajibanmelaksanakantatausahabenihdan bibityangberedar.Semakinbesarperedarandan distribusibenihdanbibityangadasemakin intensiftugasBPTHuntukmelakukan pemantauan dan pengendalian

18Pengada dan Pengedar benih dan bibit tanaman hutan terdaftar Jumlahpengadapengedarbenih/bibit terdaftaryangberadadiwilayahkerja BPTH 5 Pengadadanpengedarbenihdanbibittanaman hutanadalahstakeholderyangbergerakdibidang pengadaandanperedaranbenihdanbibit. Semakinbesarjumlahpengadadanpengedar benihdanbibitterdaftarsemakinbesartugas BPTH.

b. Persemaian tradisional 3

(15)

Rendah 0,2Mitra lokal/setempat Sedang 0,6Mitra lokal dan Mitra Nasional Tinggi 1,0Mitra lokal, nasional dan internasional Rendah 0,2Publikasi dalam bentuk leaflet, brosur Sedang 0,6Publikasidalambentukleaflet,brosurbookletdan poster Tinggi 1,0Publikasidalambentukleaflet,brosurbooklet, poster, journal atau majalah Jumlah Unsur Pokok80

24Publikasi yang dibuat dan dikelolaJumlah publikasi yang dibuat 2 Publikasimerpakansalahsatuaspekpenting untukmenyebarluaskaninformasidalamsetiap kegiatanpengembanganperbenihan.Makin banyakjumlahdanjenispublikasimakinbesar tersebarluaskannya informasi oleh BPTH

23Kerjasama kemitraan Jumlahmitrayangtelahmenjalin kerjasama di wilayah kerja 1 Kemitraandenganstakeholderdalam mengembangkanperbenihantanamanhutan merupakanhalyangperludilakukanBPTHkarena dengankemitraanmakaupayapengembangan perbenihanakandidukungolehbanyakpihakdan akanmempermudahpencapaiantujuanyang diinginkan/disepakati bersama

(16)

UNSUR PENUNJANG Rendah0,2Jumlah tenaga yang dimiliki <40 orang Sedang0,6Jumlah tenaga yang dimiliki 40-60 orang Tinggi1,0Jumlah tenaga yang dimiliki >60 orang Rendah0,2Tenaga teknis < 20 orang Sedang0,6Tenaga teknis 20-40 orang Tinggi1,0Tenaga teknis > 40 orang Rendah0,2Jumlah tenmaga administrasi <10 orang Sedang0,6Jumlah tenaga administrasi 10-20 orang Tinggi1,0Jumlah tenaga administrasi >20 orang Rendah 0,2Kurangmemadaiatauketersediaankurangdari 60%berdasarkanLampiran6SKMenhutNo 20/Menhut-II/2007 Sedang 0,6Memadaiatauketersediaansaranasesuaidengan Lampiran6SKMenhutNo.20/Menhut-II/2007 mencapai 60-80%. Tinggi 1,0Sangatmemadaiatauketersediaansaranasesuai denganLampiran6SKMenhutNo.20/Menhut- II/2007 mencapai >80%. Rendah0,2Jumlahsaranaperkantoranyanglayakpakai <60% Sedang 0,6Jumlahsaranaperkantoranyanglayakpakai60– 80% Tinggi 1,0Jumlahsaranaperkantoranyanglayakpakai >80% Rendah0,2Kurang memadai atau ketersediaan kurang dari Sedang 0,6Memadaiatauketersediaansaranasesuaidengan Lampiran6SKMenhutNo20/Menhut- II/2007mencapai 60-80%. Tinggi 1,0Sangatmemadaiatauketersediaansaranasesuai denganLampiran6SKMenhutNo20/Menhut- II/2007 mencapai >80%. Rendah0,2Umur sarana perkantoran telah melebihi masa Sedang 0,6Umursaranaperkantorantelahmencapai50– 100% masa pakai yang ditetapkan Tinggi 1,0Umursaranaperkantorantelahmencapai0–50% masa pakai yang ditetapkan

Saranayangmendukung pelaksanaan tugas UPT4 c.Ketersediaansaranakantorperunit eselon III pada UPT berangkutan 1

b. Kondisi sarana perkantoran 1

a.Ketersediaansaranaperkantoran pada setiap UPT 1 d.Umurdanmasapakaisaranakantor peruniteselonIIIpadaUPT berangkutan1

SaranayangtersediadiUPTBPTHme-nentukan iklimbekerja,yangpadaakhir-nyamenentukan kelancaranpelaksanaantugasdanfungsiUPT. Saranayangdibu-tuhkanolehUPTantaralain: luaslahanperkantoran,luasdanbahanbangunan gedungperkantoran,perumahankarya- wan/pegawai,alattransportasi,sertaalat komunikasi

3Tenaga administrasi yang melaksanakan tugas dan fungsi UPT Jumlahtenagaadministrasipadasuatu UPT BPTH1Tenagaadministrasidiperlukangunamendukung kelancaranpelaksanaantugasdanfungsiUPT BPTH.

2Jumlah tenaga teknis yang melaksanakan tugas UPTjumlah tenaga teknis UPT BPTH 2Tenagateknisdiharapkandapatmenjadi pelaksanatupoksiBPTHyangutamasehingga dapat mencapai hasil yang optimal 1Jumlah keseluruhan tenaga UPTjumlahtenagayangmendukungbeban kerja di UPT BPTH2JumlahtenagayangdimilikiBPTHdapat menentukankelancaranpelaksanaantugasdan fungsi UPT BPTH dalam menangani benih dan

(17)

Rendah0,2Jumlah sarana perkantoran yang layak pakai Sedang0,6Jumlahsaranaperkantoranyanglayakpakai60– 80% Tinggi 1,0Jumlahsaranaperkantoranyanglayakpakai >80% Rendah0,2Kurang memadai atau keterse-diaan <60% Sedang 0,6Memadaiatauketersediaansaranasesuaidengan SKMenhutNo.91/Kpts-II/2003mencapai 60–80%. Tinggi 1,0Sangatmemadaiatauketersediaansaranasesuai denganSKMenhutNo.91/Kpts-II/2003mencapai >80%. Rendah 0,2Umuralattransportasi/kendaraanoperasional telah melebihi masa pakai yang ditetapkan Sedang 0,6Umuralattransportasi/kendaraanoperasional telahmencapai50–100%masapakaiyang ditetapkan Tinggi 1,0Umuralattransportasi/kendaraanoperasional telahmencapai0–50%masapakaiyang ditetapkan Rendah0,2Jumlah alat transportasi/kendara-an operasional Sedang 0,6Jumlahalattransportasi/kendara-anoperasional yang layak pakai 60–80% Tinggi 1,0Jumlahalattransportasi/kendara-anoperasional yang layak pakai >80% Rendah 0,2Kurangmemadaiatauketersedia-an<60% berdasarkanLampiran6SKMenhutNo.91/Kpts- II/2003 Sedang 0,6Memadaiatauketersediaansaranasesuaidengan SKMenhutNo.91/Kpts-II/2003mencapai 60–80%. Tinggi 1,0Sangatmemadaiatauketersediaansaranasesuai denganSKMenhutNo.91/Kpts-II/2003mencapai >80%.

0,5 i. Ketersediaan alat komunikasi 1

f.Ketersediaanalat transportasi/kendaraan operasional 1

e.Kondisisaranakantorperuniteselon III pada UPT berangkutan 1 h.Kondisialattransportasi/kendaraan operasional pada UPT bersangkutan 1

g.Umurdanmasapakaialat transportasi/kendaraanoperasional pada UPT bersangkutan

(18)

Rendah0,2Umur alat komunikasi telah melebihi masa pakai Sedang 0,6Umuralatkomunikasitelahmencapai50–100% masa pakai yang ditetapkan Tinggi1,0Umuralatkomunikasitelahmencapai0–50% masa pakai yang ditetapkan Rendah0,2Jumlah alat komunikasi yang berfungsi dengan Sedang0,6Jumlahalatkomunikasiyangberfungsidengan baik 60–80% Tinggi 1,0Jumlahalatkomunikasiyangberfungsidengan baik >80% Rendah0,2Luas tanah yang tersedia dan dialokasikan <80% Sedang 0,6Luastanahyangtersediadandi-alokasikan 80%–95%berdasarkanSKMenhutNo.91/Kpts- II/2003 Tinggi 1,0Luastanahyangtersediadandialokasikan>95% berdasarkan SK Menhut No. 91/Kpts-II/2003 Rendah0,2Luas bangunan <80% berdasarkan SK Menhut No. Sedang 0,6Luasbangunan80%-95%berda-sarkanSK Menhut No. 91/Kpts-II/2003 Tinggi1,0Luasbangunan>95%berdasarkanSKMenhut No. 91/Kpts-II/2003 Rendah0,2Umur pakai telah lebih dari 10 tahun atau perlu Sedang 0,6Umurpakaitelahmencapai5-10tahunatauperlu rehabilitasi 25-50% Tinggi 1,0Umurpakaitelahkurangdari5tahunatauperlu rehabilitasi <25% Rendah0,2Jumlah dana yang dikelola < Rp 5.000.000.000,- Sedang0,6JumlahdanayangdikelolaRp.5.000.000.000– Rp. 10 M Tinggi1,0Jumlah dana yang dikelola > Rp. 10 M Jumlah Unsur Penunjang20 Total skor100

Ketersediaan prasarana yang memadai dapat meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi UPT

Prasarana yang mendukung pelaksanaan tugas UPT5 6Dukungan keuangan yang dibutuhkan dalam pendanaan pelaksanaan Tupoksi UPT

Jumlahdanayangdikelolauntuk pelaksanaan tupoksi UPT BPTH2

Ketersediaandanadapatmempengaruhi kelancaranpelaksanaantugasdanfungsiUPT BPTH.DanatersebutdapatbersumberdariAPBN, bantuan/hibah negara asing atau bahkan c.Kondisibangunanperkantoran, rumahjabatandanrumahdinasdi lingkungan UPT BPTH1

b.Luasbangunanuntukperkantoran, rumahjabatandanrumahdinasdi lingkungan UPT BPTH1 a.Luastanahuntukperkantoran, rumahjabatandanrumahdinasdi lingkungan UPT BPTH 1

k.KondisialatkomunikasipadaUPT bersangkutan 1 j.Umurdanmasapakaialat komunikasi pada UPT bersangkutan 0,5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk melakukan keamanan tersebut, dapat dilakukan beberapa metode seperti : pembatasan akses suatu jaringan dengan memberi password, enkripsi dan pemonitoran terjadwal

Adapun persepsi terhadap kegiatan layanan bimbingan dan konseling yaitu terkategori sangat tepat yang disebabkan oleh alasan bahwa kegiatan-kegiatan dalam

Konsentrasi jumlah padatan terlarut tertinggi terletak pada titik H sebesar 11040 mg/l begitu pula untuk konsentrasi jumlah padatan tersuspensi, titik H memiliki

Dengan keteladanan yang dimiliki, guru diharapkan mampu mengetahui nilai-nilai karakter yang harus diajarkannya kepada peserta didik, memahami bagaimana

Degradasi riparian akibat aktivitas manusia dapat menyebabkan penurunan vegetasi riparian yang akan berdampak pada fungsi dalam mempertahankan kualitas air sungai,

Dalam operasinya, energi listrik yang dibutuhkan oleh mobil tersebut berasal dari generator magnet permanen yang akan ditempatkan di dalam mobil tersebut, sehingga

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pola Komunikasi Masyarakat Tengger dalam Sosialisasi Tradisi Entas-Entas, Praswala Gara, dan Pujan Kapat”: Studi Kasus di

PERMESINAN KAPAL PERIKANAN YANG MEMENUHI ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN IKAN DI PELABUHAN PERIKANAN SAMUDERA BUNGUS Sasaran Program : Produktivitas perikanan tangkap meningkat