7 BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
A. Pendidikan
1. Pengertian Pendidikan
Pendidikan menurut Luis Gottschalk dalam Muhammad Rifa’i
(2010:8) merupakan usaha sadar dan terencana untuk aktif mengembangkan
potensi dirinya dan masyarakatnya kemudian bisa mentransformasikan
pengetahuan tersebut ke generasi selanjutnya, berkaitan dengan aspek
spiritual, tata nilai, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Pendidikan adalah salah
satu jalur utama yang harus ditempuh untuk mengembangkan anak muda
menjadi pejuang yang mewujudkan kebersamaan yang manusiawi (UU
Sisdiknas tahun 2003 Bab II, Pasal 3) dalam Jurnal Basis.
John Dewey dalam Tri Widiarto dan Ester Arianti, 2005:18-19
mendefinisikan pendidikan sebagai proses pembentukan kecakapan-kecakapan
fundamental secara intelektual dan emosional ke arah alam dan semesta
manusia. Ki Hajar Dewantara dalam Tri Widiarto dan Ester Arianti ( 2005:
18-19 ) mendefinisikan pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota
masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang
8
Pendidikan menurut Langeveld dalam H.A.R. Tilaar dan Riant
Nugroho (2008:16-19) didefinisikan sebagai proses melaksanakan segala
sesuatu secara sadar dan sengaja untuk mencapai tujuan pendidikan.
Tujuannya yaitu menjadikan anak didik atau peserta didik yang belum dewasa
menjadi seorang yang dewasa mampu bertindak sebagai orang yang
berkepribadian, sosial, etis.
Pendidikan menurut Umar Tirtarahardja (2008:33-35) berdasarkan fungsinya
yaitu:
a. Pendidikan sebagai proses transformasi budaya yang diartikan sebagai
kegiatan pewarisan budaya dari satu generasi ke generasi yang lain.
b. Pendidikan sebagai proses pembentukan pribadi diartikan sebagai suatu
kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya
kepribadian peserta didik.
c. Pendidikan sebagai proses penyiapan warga Negara diartikan sebagai
suatu kegiatan yang terencana untuk membekali peserta didik agar
menjadi warga negara yang baik.
d. Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan
membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk
bekerja.
Berdasarkan uraian definisi di atas maka pendidikan adalah segala
proses belajar yang menuntun anak untuk menjadi dewasa secara
intelektual, kepribadian dan moralnya, serta membentuk
9
generasi. Sekolah Pendidikan Guru merupakan wadah masyarakat dalam
mendewasakan diri sebagai peserta didik seorang calon guru. Calon guru
yang dididik dalam Sekolah Pendidikan Guru tersebut guna agar menjadi
guru yang baik nantinya yaitu langkah mendapatkan pendidikan apa saja
yang akan diajarkan nantinya setelah menjadi seorang guru.
2. Sistem Pendidikan
Sistem menurut Tatang M. Amirin dalam Umar Tirtarahardja
(1992:10) didefinisikan sebagai suatu kebulatan keseluruhan yang
kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau
bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang
kompleks atau utuh. Selain itu sistem merupakan himpunan dari
komponen yang saling berkaitan dan bersama-sama berfungsi untuk
mencapai suatu tujuan.
Menurut Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang dalam Dian
Lukitaningtyas (2012:11) sistem dalam pendidikan diartikan sebagai usaha
untuk memaksimalkan pencapaian tujuan pendidikan. Pendidikan akan
berjalan apabila usaha dalam pendidikan dapat dilaksanakan secara teratur,
terencana, dan terpadu. Pendidikan menurut Suparlan Suhartono dalam
Umar Tirtarahardja (2008:125-126) mempunyai tujuan yaitu untuk
mengembangkan bakat yang dimiliki peserta didik dengan memperhatikan
isi pendidikan, kualitas pendidik sistem pengawasan, dan ukuran
evaluasinya
Berdasarkan definisi diatas bahwa sebuah pendidikan terdapat suatu
10
dengan sistim pendidikan seperti halnya Sekolah Pendidikan Guru Mendut
di Ambarawa.
3. Pendidikan di Indonesia
3.1Pendidikan di Indonesia Masa Penjajahan
Indonesia menjadi negara jajahan bangsa- bangsa asing seperti
Portugis, Belanda, Inggris kemudian Belanda lagi dan akhirnya Jepang.
Dari bangsa – bangsa tersebut Belanda yang paling lama menjajah dan
dengan wilayah jajahan yang paling luas. Pada masa penjajahan,
pendidikan ada yang diselenggarakan oleh pihak lain, seperti kaum
rokhaniawan dan para tokoh masyarakat Indonesia. Ciri khas dari
pendidikan yang diselenggarakan pemerintahan kolonial yaitu bertujuan
tidak untuk kepentingan yang dididik, melainkan untuk kepentingan yang
mendidik (Sumarwoto, 2004:32)
3.2Pendidikan Pada Masa Penjajahan Bangsa Portugis
Bangsa Portugis pada saat itu hanya dapat menguasai wilayah
Indonesia bagian Timur, terutama Maluku dan Timor. Bangsa Portugis
menguasai Timor Timur selama satu abad yaitu tahun 1500 sampai tahun
1600 dan baru benar-benar terbebas pada tahun 1975.
Peranan rohaniawan khususnya Katolik di bidang pendidikan
mengikuti pasukan tentara Portugis. Dari semua rohaniawan yang terkenal
adalah Fransiscus Xaverius. Penyelenggaraan pendidikan didasarkan pada
ajaran Nasrani tentang Mengasihi Tuhan dan sesama manusia. Rakyat
11
Sebagai perwujudannya dengan meningkatkan taraf hidup melalui
pendidikan. Dalam pendidikan yang diselanggarakan bangsa Indonesia
diajarkan membaca, menulis, dan berhitung (dengan huruf latin) serta
agama (Sumarwoto,2004:33). Hal tersebut juga di ajarkan di SPG yaitu
membaca, menulis, berhitung dan agama.
3.3Pendidikan Pada Masa Penjajahan Bangsa Belanda Pertama
Masa penjajahan Belanda yang pertama, terbagi menjadi dua
periode pemerintahan, yaitu :
1. Masa pemerintahan VOC (Verenigde Oost – Indische
Compagnie) yaitu Persekutuan pengusaha India Timur. Pada
masa ini, Indonesia tidak diperintahkan langsung oleh
pemerintah Belanda di negeri Belanda tetapi diwakili oleh
VOC.
2. Masa pemerintahan Bataafsche Republiek ( 1800-1811). Pada
masa ini Indonesia di perintah langsung oleh pemerintah di
Negeri Belanda.
Penyelenggara pendidikan tersebut ada yang dilakukan oleh
pemerintah dan ada juga yang dilakukan oleh kaum rohaniawan dari
penganut agama Kristen.
Latar belakang pemerintah menyelenggarakan pendidikan untuk
rakyat tanah jajahan ialah: untuk mendapat tenaga terpelajar yang murah,
12
menyelenggarakan pendidikan. Masalah yang dihadapi pemerintah saat itu
yaitu:
a. Kurangnya tenaga pengajar
b. Bahasa pengantar yang dipergunakan di Indonesia
beraneka ragam dan belum menggunakan bahasa
Belanda.
c. Belum ada kesadaran akan pentingnya bersekolah atau
menyekolahkan anak.
Dorongan menyekolahkan anak mulai disadari bangsa Indonesia setelah
semua anak-anak yang bersekolah menjadi pegawai pemerintah yang dapat
meningkatkan taraf hidupnya. Pemerintahan VOC menyelenggarakan sekolah
bagi kaum pribumi. Sejak saat itu penyelenggaraan sekolah negeri mulai
didirikan.
Kegiatan pendidikan yang dilakukan VOC dipusatkan di bagian timur
Indonesia dimana pusat admisnistrasi kolonial. Di Jakarta sekolah pertama kali
didirikan tahun 1930 untuk mendidik anak Belanda dan Jawa. Kurikulum
sekolah-sekolah VOC bertalian erat dengan gereja. Menurut peraturan sekolah-sekolah 1643 tugas
guru ialah memupuk rasa takut terhadap Tuhan, mengajarkan dasar-dasar agama
Kristen, mengajarkan anak berdoa, bernyanyi, pergi ke gereja, mematuhi
orangtua, penguasa, dan guru-guru (Nasution, 2011: 4-5).
VOC dibubarkan pada tanggal 31 Desember 1799 sehingga tanah jajahan
diperintah langsung dari negeri Belanda dan pendidikan diutamakan di bidang
13
juga dibuka sekolah bidan. Penjajahan Belanda yang pertama berakhir pada
tahun 1811.
3.4Pendidikan Pada Masa Penjahahan Bangsa Inggris
Pada masa penjajahan Inggris pendidikan di Indonesia tidak
diperhatikan sehingga banyak sekolah yang terpaksa di tutup. Pada
masa penjajahan Inggris mengutamakan penggalian pengetahuan
tentang daerah jajahan antara lain yaitu : mempelajari tentang hukum
adat, aneka ragam tumbuh-tumbuhan dan sebagainya.
3.5Pendidikan Pada Masa Penjajahan Belanda Kedua.
Ketika Belanda berkuasa kembali di Indonesia, keadaan semakin
sulit. Bangsa Belanda mengalami peperangan di Eropa dan
pemberontakan dari bangsa Indonesia. Akibat bangsa Inggris yang
tidak memperdulikan pendidikan banyak sekolah ditutup dan banyak
gedung sekolah yang rusak sehingga pemerintah Belanda berusaha
membenahi kembali dengan menyelenggarakan sekolah sederhana
dengan tenaga seadanya (Sumarwoto, 2004: 38).
Pendidikan di Indonesia sebelum pendudukan Jepang ialah sistem
pendidikan dualistis yaitu pendidikan bertahap (Vantenhouw,1977:16)
3.6 Pendidikan Pada Masa Penjajahan Jepang
Bangsa Jepang muncul sebagai negara kuat di Asia sehingga
mampu mengalahkan Belanda. Sejak Indonesia di kuasai Jepang
sekolah sekolah yang ada pada masa kekuasaan Belanda di gantikan
14
adalah diupayakan untuk kepentingan perang. Murid - murid pada
masa ini hanya mendapat pengetahuan sedikit. Kegiatan – kegiatan
yang dilakukan pada masa Jepang yaitu mengumpulkan batu, pasir
untuk kepentingan perang, membersihkan bengkel – bengkel, asrama –
asrama militer, menanam ubi – ubian, sayur – sayuran di pekarangan
sekolah untuk persediaan bahan makanan, menanam pohon jarak
untuk bahan pelumas.
Setiap hari murid harus mengucapkan sumpah setia kepada kaisar
Jepang kemudian di latih kemiliteran. Dalam sekolah Jepang berbeda
dengan sekolah pada masa pemerintahan Belanda. Sekolah pada
pemerintahan Belanda terbuka untuk semua golongan penduduk, lama
belajar 6 tahun, bahasa pengantarnya bahasa daerah dan bahasa
Melayu. Untuk sekolah menengah pada masa pemerintahan Belanda
dibagi menjadi dua yaitu Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Sekolah Menengah Tinggi (SMT) masing – masing lama pendidikan 3
tahun. Sedangkan untuk sekolah kejuruan di bagi dalam sekolah
pertukangan dan sekolah teknik menengah. Selain itu masa pemerintah
Belanda banyak didirikan sekolah guru. Sekolah guru ini menyiapkan
calon – calon guru yang bertugas tidak hanya mengajar, tetapi juga
menanamkan ideologi kepada murid – murid. Sedangkan pada masa
pemerintahan Jepang sekolah guru dibagi menjadi 3 macam yaitu:
a. Sekolah guru 2 tahun yaitu Sjootoo Sihan Gakko
15
c. Sekolah guru tinggi 6 tahun yaitu KootooSihan Gakko.
Pelajaran yang diberikan meliputi Sejarah Ilmu Bumi, Bahasa
Indonesia (Melayu), adat istiadat, bahasa Jepang, ideologi Jepang,
kebudayaan Jepang (Wasty Soemanto, 1983: 50-52).
3.7Pendidikan Masa Kemerdekaan
Perkembangan pendidikan pada masa kemerdekaan semakin
diutamakan, maka pemerintah membangun sekolah formal guna untuk
mengembangkan dan mendidik masyarakat supaya masyarakat
memiliki pemikiran yang cakap secara intelektual, sehingga pada masa
kemerdekaan (1945-1950) pemerintah membagi sistem pendidikan di
Indonesia yang terdiri dari 6 tingkatan,yaitu:
a. Pendidikan Rendah adalah Sekolah Dasar disebut Sekolah
Rakyat yang ada sejak awal kemerdekaan dengam lama
pendidikan semula 3 tahun menjadi 6 tahun, sekarang lebih
dikenal dengan pendidikan Sekolah Dasar (Helius Syamsudin,
1993:18).
b. Pendidikan guru yang terbagi atas Sekolah Guru Bawah (SGB),
Sekolah Guru Atas (SGA) sekarang dikenal dengan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar (PGSD). Dengan lama pendidikan 3-4
tahun. Sekolah Guru dilakukan dengan singkat karena saat itu
16
c. Pendidikan umum yang terbagi atas Sekolah Menengah
Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Tinggi (SMT) dengan
lama pendidikan 3 tahun.
d. Pendidikan kejuruan terbagi atas pendidikan ekonomi dan
pendidikan kewanitaan dengan lama pendidikan 3-4 tahun.
e. Pendidikan teknik dengan pendidikan 2-4 tahun.
f. Pendidikan Tinggi yaitu pendidikan tingkat Universitas dengan
lama pendidikan 4 tahun ( Sartono Kartodirjo, 1975 : 266).
Dalam memenuhi kebutuhan pengajar maka pemerintah
membangun sekolah-sekolah baik negeri maupun swasta. Sekolah
swasta didirikan oleh yayasan, yang salah satunya adalah Sekolah
Pendidikan Guru Mendut Ambarawa.
B. Guru
1. Pengertian Guru
Marno dan Idris dalam Kunandar (2008:16) mendefinisikan guru
sebagai orang yang dengan keluasan pengetahuan, keteguhan komitmen,
kebesaran hati dan pengaruh, serta keteladannya dapat mencerahkan
bangsa dari kegelapan. Guru bangsa dapat lahir dari berbagai macam yaitu
ulama atau agamawan, intelektual, pengusaha, pejuang, birokrat, dan
lain-lain. Istilah guru mengandung nilai, kedudukan, dan peranan mulia
Untuk menjadi guru yang professional seorang guru wajib menempuh
17
untuk menempuh pendidikan pada masa kemerdekaan saat itu adalah
Sekolah Pendidikan Guru.
2. Peran Guru
Peran guru yang utama adalah menyampaikan ilmu pengetahuan
sebagai warisan kebudayaan manusia masa lalu yang dianggap berguna
sehingga harus diwariskan. Guru memiliki peran sebagai sumber belajar
(learning resources) bagi siswa (Wina Sanjaya, 2005:147).
Menurut Gardner dan Naisbitt mendefinisikan peran guru adalah
sebagai knowledge agen dan learning agent, yang mendorong, membantu,
dan mengerahkan peserta didik untuk mengalami proses pembelajaran
sesuai dengan minat, bakat, potensi, perkembangan fisik, dan
psikologinya.
Peran menurut Wina Sanjaya (2005, 13-14) guru ada 4 antara lain
yaitu:
a. Peran guru sebagai perencana pembelajaran diartikan
keberhasilan pembelajaran dipengaruhi oleh perencanaan
pembelajaran yang disusun oleh guru.
b. Guru sebagai pengelola pembelajaran diartikan untuk mencapai
tujuan utama yaitu terciptanya kondisi lingkungan belajar yang
menyenangkan bagi siswa. Peran guru menciptakan iklim atau
suasana yang kondusif, baik iklim sosial maupun iklim
18
c. Guru sebagai fasilitator yaitu bertugas membantu siswa
mempermudah siswa belajar.
d. Guru sebagai evaluator yaitu untuk melihat keberhasilan dalam
mengajar dan untuk menentukan ketercapaian siswa dalam
menguasai kompetensi sesuai dengan kurikulum.
Guru memiliki fungsi untuk mempersiapkan pribadi muda menuju
kearah kedewasaan. Selain itu guru sebagai anggota masyarakat juga
mengemban amanat sebagai penghubung antara anak didik dengan
lingkungan masyarakat yang lebih luas.
Peran guru sebagai evaluator, pengelola, fasilitator, perencana
sebagai calon guru yang sekolah di Sekolah Pendidikan Guru pada masa
kemerdekaan diajarkan dan diperoleh di Sekolah Pendidikan Guru melalui
kurikulum yang ada.
C. Sejarah Ambarawa
Ambarawa Masa Kemerdekaan
Ambarawa memiliki udara yang sejuk sehingga menarik minat
orang-orang Belanda untuk menetap disana. Banyak orang-orang-orang-orang Belanda yang
menetap disana maka di daerah Bandungan dibangun villa dan bungalau.
Selain itu Ambarawa mempunyai tanah yang subur. Oleh karena itu
didaerah Ambarawa juga terdapat perkebunan dan pertanian dengan
berbagai jenis tanaman. Ambarawa juga memiliki peranan dalam
penyebaran agama Kristen. Di sebelah barat daya kota Ambarawa,
terdapat sebuah gereja Katolik. Gereja itu dilengkapi dengan biara dan
19
mereka ikut menyebarluaskan pengetahuan yang diperoleh. Namun bangsa
Belanda yang berkuasa di Ambarawa bukan membawa kebaikan tetapi
untuk masyarakat Ambarawa justru membawa kesengsaraan.
Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Ir. Soekarno di
Jalan Pegangsaan Timur No. 56 Jakarta yang menandai berdirinya Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Berita Proklamasi Kemerdekaan
Indonesia diterima oleh masyarakat Semarang melalui berita Domei dan
diteruskan melalui siaran Radio Semarang (Semarang Hosho Kyoku), khotbah Jum’at di masjid-masjid dan Harian Sinar Baru. Masyarakat
Ambarawa menyambut proklamasi dengan cara melakukan corat-coret,
pemasangan plakat dan Pengibaran Bendera Merah Putih, serta
mengumandangkan pekik “Merdeka” setiap kali berjumpa dengan
masyarakat Ambarawa (Soedarwo, dkk, 2005:13).
Bersamaan dengan kejadian itu, para tokoh Ambarawa mengadakan
pertemuan. Tokoh-tokoh tersebut yaitu Dr. S. Wiroreno, Wedana
Ambarawa Abdulmutolib, Camat Ambarawa Utoyo, Dr. Marjuki dan
tokoh lainnya. Dalam pertemuan tersebut berhasil disusun Komite
Nasional Indonesia (KNI) Ambarawa. KNI yaitu badan yang
melaksanakan pemerintah Indonesia di Ambarawa. Badan KNI ini diketuai
oleh Dr. S. Wiroreno dengan menempati kantor di Kawedanan Ambarawa.
Para pemuda Ambarawa juga mengadakan pertemuan untuk
membahas upaya mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Pertemuan
20
S. Wiroreno. Dalam pertemuan kedua menghasilkan Angkatan Muda
Republik Indonesia (AMRI) Ambarawa yang diketuai oleh Muslimin.
Markasnya berada di rumah salah satu anggota yaitu Sudarto. Dalam
waktu yang singkat anggota AMRI bertambah banyak dan meluas ke
desa-desa. Sehingga rumah Sudarto semakin sempit yang membuat markas
AMRI harus dipindah ke gedung Among Darmo. AMRI mulai
meningkatkan kegiatannya. Mula-mula mereka menangkapi orang Belanda
yang berkeliaran dan dimasukan ke tahanan.
AMRI mulai meningkatkan kegiatannya yaitu bergerak menangkapi
orang-orang Jepang, mengambil senjata orang Jepang dengan cara baik
maupun secara kekerasan, melakukan tindakan penguasaan
gedung-gedung penting atau bekas rumah orang Belanda yang ditahan, menguasai
gudang persediaan makanan milik Jepang. Sampai akhirnya mereka juga
menguasai kendaraan Jepang. Selain itu setiap lalu lintas kendaraan yang
melalui Ambarawa diperiksa. Untuk mengurusi kendaraan-kendaraan
tersebut dibentuk organisasi Persatuan Sopir Montir Angkatan Muda
Ambarawa (PERSAMA).
Pada akhir bulan Agustus 1945 dilangsungkan perayaan menyambut
Proklamasi Kemerdekaan secara besar-besaran. Masyarakat berkumpul di
alun-alun, sementara beberapa tokoh pemuda berusaha menyusun
kekuatan tentara di Ambarawa dengan melaksanakan keputusan
Pemerintah Pusat di Jakarta tanggal 22 Agustus 1945 untuk membentuk
21
pernah mendapat latihan sebagai tentara PETA, Barisan Heiho, Keibondan
dan lain-lain. BKR Ambarawa diketuai oleh Moh. Hasyim. Dibawah
pimpinan Moh. Hasyim BKR berkembang pesat. Anggotanya mencapai
70 orang dan dibagi dalam tiga pos yaitu:
Pos 1 : berada di depan Klenteng Ambarawa di bawah pimpinan
Sungkono
Pos 2 : di depan Sekolah Meer Uitgebreid Onderwijs (MULO)
Sekolah SMP Pangudi Luhur di bawah pimpinan Badri
dan Hadi Ismoyo.
Pos 3 : berada di Gempol di bawah pimpinan Badrun dan Hardi.
Dengan keberhasilan BKR tersebut, maka senjata menjadi lengkap
untuk mempertahankan kemerdekaan (Syamsuar Said, 1984: 11-15). Pada
tanggal 5 Oktober 1945 Pemerintah Pusat di Jakarta meresmikan berdiri
TKR (Tentara Keamanan Rakyat) dengan markas di Yogyakarta.
Selain TKR dan AMRI di Ambarawa juga terdapat organisasi
lainnya seperti Barisan Pemberontakan Republik Indonesia (BPRI) dan
Hisbullah. Semua organisasi tersebut tujuannya untuk memperjuangkan
bangsa dan negara.
D. Sekolah Missi
Menurut bnd. Ohm dalam David J. Bosch (1991:1) sejak tahun
1950-an, terjadi peningkatan dalam penggunaan kata Missi atau zending,
diantara orang Kristen maupun Katolik. Hal tersebut berjalan bersamaan
22
Sampai tahun 1950-an,”missi” mempunyai serangkaian makna yang cukup
terbatas yaitu pengiriman missionaris ke daerah tertentu, kegiatan-kegiatan
yang dilaksanakan oleh missionaris-missionaris tersebut, wilayah
geografis para missionaris bekerja, lembaga yang mengutus missionaris,
dunia non-Kristen atau “ lapangan missi” atau pusat daripada para
missionarisbekerja di “lapangan missi”.
Missi atau zending disebarluaskan melalui pendidikan yang dibangun
pemerintah dalam ajaran Katolik dan Kristen. Missi dari missionaris
-missionaris di jalankan oleh para suster, bruder, pendeta.
Sekolah yang dibangun oleh bangsa Portugis untuk menyebarkan
agama Katolik sehingga dari tujuan tersebut maka didatangkan para
missionaris ke Indonesia salah satunya adalah Fransiskus Xaverius yang
telah menyelesaikan studinya di Serikat Yesus, sehingga Fransiskus
Xaverius ini yang dianggap peletak dasar agama Katolik. Dan untuk
menyebarkan agama Katolik secara luas maka para missionaris ini
mendirikan sekolah-sekolah yang gunanya untuk mendidik calon-calon
missionaris atau pekerja agama (Muhammad Rifai, 2010:54-55).
E. Penelitian yang Relevan
1. Dian Lukitaningtyas “ Sekolah Guru B Di Salatiga (1950-1961)
(Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Program Studi Pendidikan
Sejarah, UKSW, 2008). Penelitian ini membahas pentingnya peran
dan pengaruhnya guru bagi perkembangan masyarakat dari perubahan
23
kemerdekaan Indonesia sehingga dibuka Sekolah Guru di Indonesia
khususnya di Salatiga. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan
penulis mengenai Sejarah Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru
Mendut di Ambarawa tahun 1961-1989 membahas peran dan
pengaruh guru untuk memenuhi kebutuhan pengajar bagi
sekolah-sekolah yang didirikan pemerintah. Selain itu juga mengenai
kesadaran masyarakat untuk meningkatkan taraf hidupnya melalui
Sekolah Pendidikan Guru Mendut.
2. Athika Ony Soraya “ Sejarah Sekolah Menengah Pertama Stella
Matutina Salatiga Tahun 1970-2008” (Fakultas Keguruan Dan Ilmu
Pendidikan, Program Studi Pendidikan Sejarah, UKSW, 2008).
Penelitian ini membahas mengenai perkembangan pendidikan di
sekolah tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Stella Matutina
Salatiga dan sistem pendidikan yang diterapkan di sekolah SMP
Stellan Matutina Salatiga Tahun 1970 – 2008. Sedangkan dalam
penelitian yang dilakukan penulis mengenai Sejarah Perkembangan
Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa tahun 1961-1989
adalah mengenai perkembangan suatu pendidikan untuk guru dengan
kurikulum keguruan.
3. Podang Wulandari “ Pengaruh Masuknya Sistem Pendidikan Barat
Terhadap Timbulnya Semangat Nasionalisme Golongan Pribumi Pada
Masa Politik Etis ( 1900 – 1942) di Kota Salatiga (Fakultas Keguruan
24
2007). Penelitian ini membahas semangat nasionalisme bangsa
Indonesia timbul melalui pendidikan yang di bawa oleh bangsa Barat.
Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan penulis mengenai Sejarah
Perkembangan Sekolah Pendidikan Guru Mendut di Ambarawa tahun
1961-1989 adalah mengenai kesadaran bangsa untuk meningkatkan