9
pendekatan yang digunakan belum tepat untuk mengetahui kinerja komite audit.
III.
Metode Penelitian
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan penelitian ini adalah PT Surya Artha Nusantara Finance. PT Surya Artha Nusantara Finance didirikan dengan nama PT Sangga Loka Subur, perusahaan ini memperoleh izin usaha dalam bidang usaha lembaga pembiayaan pada tahun 1990. Saat ini perusahaan bergerak di bidang sewa pembiayaan dan jasa pembiayaan konsumen. Berdasarkan Keputusan Tertulis Sirkuler Dewan Komisaris No. 014/SANF/CIR/VI/2011 tanggal 1 Juni 2011, Dewan Komisaris PT Surya Artha Nusantara Finance telah membentuk komite audit yang berlaku sejak 1 Juni 2011 sampai dengan penutupan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan perusahaan di tahun 2012. Susunan Komite Audit pada tanggal 30 September 2011 adalah sebagai berikut:
Ketua : Inget Sembiring Anggota : Kanaka Puradiredja
Thomas H. Secokusumo
3.2 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
1. Data primer berupa catatan hasil wawancara dengan menggunakan metode wawancara mendalam (in depth interview) (Bungin, 2007) dengan para anggota komite audit dan juga ketua komite audit yang merangkap sebagai komisaris independen. In depth interview
10
2. Data sekunder berupa laporan komite audit yang berisi pendapat kepada dewan komisaris terhadap laporan atau hal – hal yang disampaikan oleh direksi kepada dewan komisaris dan identifikasi hal – hal yang memerlukan perhatian komisaris serta pedoman kerja komite audit (audit committee charter) milik perusahaan. Notulen rapat komite audit yang berisi temuan – temuan yang terjadi di dalam perusahaan.
Data penelitian ini diperoleh melalui : 1. Wawancara
Dalam melakukan pengumpulan data, peneliti mewawancara beberapa sumber yang berbeda yaitu anggota komite audit (Kanaka Puradiredja dan Thomas H. Secokusumo) dan ketua komite audit (Inget Sembiring). Wawancara dilakukan dengan para angggota komite audit mengenai proses area dari KPMG Audit Committee Institute. Wawancara dilakukan secara terstruktur dan direkam dengan mengadopsi pertanyaan wawancara dari Beasley et all (2009) yang telah disesuaikan, yaitu mengenai operasi dan organisasi komite audit, penaksiran risiko, pengendalian internal, proses audit, dan pelaporan keuangan (lampiran 1). Wawancara akan dilakukan terpisah antara ketua komite audit dan para anggota komite untuk mendapatkan hasil yang kredibel.
2. Dokumentasi
11
3.3 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini akan menggunakan pendekatan karakteristik, aktivitas dan the benchmarking
approach seperti yang dikemukakan Song dan
Windram (2000). Pendekatan persepsi tidak digunakan karena hanya melihat pandangan responden terhadap komite audit. Responden belum tentu mengetahui secara pasti apa yang menjadi tujuan perusahaan dalam membentuk komite audit sehingga dalam memberikan respon menjadi sangat subyektif tergantung dengan apa yang pernah dialami responden mengenai komite audit.
Pendekatan karakteristik digunakan dalam mendeskripsikan peran dari komite audit sebab karakter yang sesuai dengan peraturan yang berlaku lebih berperan dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh dewan komisaris. Pendekatan karakteristik menggunakan karakteristik dari keputusan BAPEPAM No Kep 29/PM/2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit. Adapun indikator penilaian kriteria untuk pendekatan karakteristik disajikan dalam tabel 1.
Tabel 1
Indikator Penilaian Karakteristik Komite Audit
No Karakteristik menurut KEP 29/PM/2004
Indikator Penilaian
1. Memiliki integritas yang tinggi, kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman yang memadai sesuai dengan latar belakang pendidikannya serta mampu berkomunikasi dengan baik
komite audit memiliki latar belakang pendidikan akuntansi atau keuangan
Berdasar Ijazah di bidang akuntansi atau keuangan yang dimiliki
3. Memiliki pengetahuan yang cukup untuk membaca dan memahami laporan keuangan
Berdasarkan
pengalaman kerja
selama 10 tahun
12
No Karakteristik menurut KEP 29/PM/2004
Indikator Penilaian
4. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang peraturan perundangan di bidang pasar
modal dan peraturan
dalam Kantor Akuntan Publik, kantor konsultan hukum, atau pihak lain yang memberi jasa audit, jasa non audit dan atau jasa konsultasi lain kepada emiten atau perusahaan publik
yang bersangkutan dalam
waktu enam bulan terakhir
sebelum diangkat oleh
komisaris
Tidak memberikan jasa audit, jasa non audit
dan atau jasa
konsultasi kepada PT
SANF dalam waktu
enam bulan terakhir sebelum diangkat oleh komisaris
6 Bukan merupakan orang yang
mempunyai wewenang dan
tanggung jawab untuk
merencanakan, memimpin,
atau mengendalikan kegiatan emiten atau perusahaan publik
dalam waktu enam bulan
terakhir sebelum diangkat oleh komisaris kecuali komisaris independen
Tidak mempunyai
wewenang dan
tanggung jawab untuk merencanakan,
langsung maupun tidak
langsung pada emiten atau perusahaan publik. Dalam hal
anggota komite audit
memperoleh saham akibat
13
No Karakteristik menurut KEP 29/PM/2004
Indikator Penilaian
8. Tidak mempunyai hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat kedua, baik secara horizontal
maupun vertikal dengan
komisaris, direksi, atau pemegang saham utama emiten atau perusahaan publik
direksi, atau pemegang saham utama PT SANF 9. Tidak mempunyai hubungan
usaha baik langsung maupun tidak langsung yang berkaitan dengan kegiatan usaha emiten atau perusahaan publik
Pendekatan aktivitas digunakan dalam melihat peran komite audit untuk mengetahui sejauh mana tanggung jawab komite audit dalam mengawasi perusahaan. Penelitian ini tidak hanya melihat frekuensi pertemuan yang dilakukan tetapi isi dari pertemuan yang dilakukan oleh komite audit. Pertemuan yang dilakukan seharusnya membahas tugas yang telah diatur dalam audit committee
charter. Komite audit yang telah melaksanakan
tugas yang terdapat dalam audit committee charter
lebih berperan dalam melakukan pengawasan terhadap perusahaan.
Dengan menggunakan the benchmarking
approach diharap penelitian ini dapat
mendekripsikan peranan komite audit dari sisi yang berbeda. Peneliti membandingkan antara tugas komite audit yang diatur menurut peraturan Kep 29/PM/2004 dengan tugas yang diatur di dalam
audit committee charter. Selanjutnya peneliti akan
14
diketahui apa yang menjadi tugas dari komite audit sebenarnya dan bagaimana mereka menyelesaikan tugas-tugas tersebut, sehingga peran dari komite audit dapat terlihat lebih jelas. Penelitian ini menggunakan lima proses area dari KPMG Audit
Committee Institute seperti yang dikemukakan oleh
Beasley et all (2009) yaitu operasi dan organisasi komite audit, penaksiran risiko, pengendalian internal, proses audit, dan pelaporan keuangan. Penggunaan proses area ini akan membantu untuk memberikan gambaran lebih detail mengenai proses kerja komite audit.
3.4 Teknik dan Langkah Analisis
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan peran komite audit di dalam suatu perusahaan dengan melakukan pengamatan langsung secara detail terhadap objek penelitian.
Adapun langkah analisis yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Menggunakan pendekatan karakteristik untuk melihat apakah anggota komite audit telah memenuhi peraturan yang berlaku di Indonesia yaitu peraturan BAPEPAM No Kep 29/PM/2004 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja Komite Audit.
2. Menggunakan pendekatan aktivitas untuk mengetahui apa yang dilakukan oleh komite audit dalam menjalankan tugasnya. Mengelompokkan data yang diperoleh agar dapat dipahami tugas dan tanggung jawab serta proses kerja komite audit di perusahaan.Menyajikan data dalam bagan alir agar dapat diketahui proses kerja komite audit dalam perusahaan.
3. Menggunakan benchmarking approach untuk Membandingkan tugas komite audit menurut Kep 29/PM/2004 dengan Audit Committee Charter.
15
kerja komite audit (audit committee charter) yang dimiliki perusahaan.