• Tidak ada hasil yang ditemukan

Heri Setiyawan I8207007

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Heri Setiyawan I8207007"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA

ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN SODONG

KEMBANGARUM KABUPATEN SALATIGA

TUGAS AKHIR

Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya pada

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Disusun Oleh :

HERI SETIYAWAN

I 8207007

PROGRAM DIPLOMA III

TEKNIK SIPIL TRANSPORTASI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

commit to user

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad,

hidayah serta inayahnya-Nya, sehingga Tugas Akhir dengan judul

“PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA

RUAS JALAN SODONG – KEMBANGARUM, KABUPATEN SALATIGA”

dapat diselesaikan dengan baik.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar

Ahli Madya pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan

adanya Tugas Akhir ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

mengenai perencanaan jalan bagi penulis maupun pembaca.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah membantu penyusunan dan pengerjaan Tugas Akhir ini. Secara khusus penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir.Mukahar, MSCE, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ir.Bambang Santoso, MT, Selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Achmad Basuki, ST. MT Selaku Ketua Program D3 Jurusan Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

(5)

commit to user

5. Ir. Agus Sumarsono, MT Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.

6. Ir. Djoko Sarwono, MTSelaku Tim Dosen Penguji Tugas Akhir.

7. Ir. Djumari, MTSelaku Tim Dosen Penguji Tugas Akhir.

8. Teman –teman seperjuanganku D3 Teknik Sipil Transportasi angkatan 2007

(Fee-3, Dyaz, Rizal, Bowo, Baktiar, Aniz, Aji, Dadang, EP, Tri, Dewa,), buat

Alm. Bagus ST semoga kamu tenang disisi-Nya dan tidak lupa untuk kakak”

angkatan 2005, 2006, & adik” tingkat angkatan 2008 terima kasih atas kerja

samanya dan dukungannya.

Dalam Penyusunan Tugas Akhir ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan

dan jauh dari kesempurnaan, maka diharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun, akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua,

amin.

Surakarta, Februari 2012

Penyusun

(6)

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Perkembangan jalan raya merupakan salah satu hal yang selalu beriringan dengan

kemajuan teknologi dan pemikiran manusia yang menggunakannya, karenanya

jalan merupakan fasilitas penting bagi manusia supaya dapat mencapai suatu

daerah yang ingin dicapai.

Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu

tempat ke tempat yang lain. Arti Lintasan disini dapat diartikan sebagai tanah

yang diperkeras atau jalan tanah tanpa perkerasan, sedangkan lalu lintas adalah

semua benda dan makhluk hidup yang melewati jalan tersebut baik kendaraan

bermotor, tidak bermotor, manusia, ataupun hewan.

Pembuatan jalan yang menghubungkan Sodong – Kembangarum yang melewati

desa Kecandran yang terletak di Kabupaten Salatiga yang bertujuan untuk

memberikan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pemakai jalan serta

membuka pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat antara 2 daerah yaitu

Sodong – Kembangarum demi kemajuan daerah, pemerataan ekonomi, dan

(7)

commit to user

1.2

Rumusan Masalah

1. Bagaimana merencanakan geometrik jalan yang menghubungkan Sodong –

Kembangarum agar memperoleh jalan sesuai dengan fungsi dan kelas

jalannya?

2. Bagaimana merencanakan Tebal Perkerasan Jalan?

3. Anggaran Biaya, dan Time Schedule yang dibutuhkan untuk membuat jalan

tersebut?

1.3

Tujuan

Dalam pembangunan jalan ini ada pun tujuan yang hendak dicapai yaitu :

 Membuat realigmen atau alinemen baru disertai dengan rancangan

perkerasan beserta anggaran biaya dan time schedule

1.4

Teknik Perencanaan

Dalam penulisan ini perencanaan yang menyangkut hal pembuatan jalan akan

disajikan sedemikian rupa sehingga memperoleh jalan sesuai dengan fungsi dan

kelas jalan. Hal yang akan disajikan penulisan ini adalah :

1.4.1 Perencanaan geometrik jalan

Dalam perencanaan geometrik jalan raya pada penulisan ini mengacu pada

Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Tahun 1997 dan Petunjuk

Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa

(8)

commit to user

Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Perencanaan geometrik ini akan

membahas beberapa hal antara lain :

a. Alinemen Horisontal

Alinemen (Garis Tujuan) horisontal merupakan trase jalan yang terdiri dari :

 Garis lurus (Tangent), merupakan jalan bagian lurus.

 Lengkungan horisontal yang disebut tikungan yaitu :

a.) Full – Circle

b.) Spiral – Circle – Spiral

c.) Spiral – Spiral

 Pelebaran perkerasan pada tikungan.

 Kebebasan samping pada tikungan

b. Alinemen Vertikal

Alinemen Vertikal adalah bidang tegak yang melalui sumbu jalan atau

proyeksi tegak lurus bidang gambar. Profil ini menggambarkan tinggi

rendahnya jalan terhadap muka tanah asli.

c. Stationing

d. Overlapping

1.4.2 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur

Penulisan ini membahas tentang perencanaan jalan baru yang menghubungkan

dua daerah. Untuk menentukan tebal perkerasan yang direncanakan sesuai dengan

Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode

Analisis Komponen Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga. Satuan perkerasan yang

(9)

commit to user

1. Lapis Permukaan (Surface Course) : Lapen (Mekanis)

2. Lapis Pondasi Atas (Base Course) : Batu Pecah CBR 80%

3. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course) : Sirtu CBR 50 %

1.4.3 Rencana Anggaran Biaya dan Jadwal Waktu Pelaksanaan (Time

schedule)

Menghitung Rencana Angaran Biaya yang meliputi :

1. Volume pekerjaan.

2. Harga satuan pekerjaan, bahan dan peralatan.

3. Alokasi waktu penyelesaian masing – masing pekerjaan.

Dalam mengambil kapasitas pekerjaan satuan harga dari setiap pekerjaan

perencanaan ini mengambil dasar dari Analisa Harga Satuan tahun 2010 Dinas

(10)

commit to user

1.5. Bagan Alir / Flow Chart Perencanaan

Untuk lebih jelasnya, perencanaan jalan ini dapat dilihat pada bagan alir/Flow

Chart dibawah ini :

Gambar 1.1 Bagan Alir Perencanaan Jalan

Mulai

Data Geometrik

 Kelas Medan Jalan

 Kelas jalan menurut Fungsinya

 VLHR

 Kecepatan Rencana

 Sudut Luar Tikungan

Data Rencana Anggaran

 Gambar Rencana

 Daftar Harga Satuan bahan upah dan Peralatan

Data Tebal Perkerasan

 Kelas Jalan menurut Fungsinya

 Tipe Jalan

 Umur Rencana

 CBR Rencana

 Curah Hujan Setempat

 Kelandaiaan Rata-rata

 Jumlah LHR

 Angka Pertumbuhan Lalu lintas

Perencanaan Geometrik

Perhitungan

 Lengkung Horisontal

 Perlebaran Perkerasan pada Tikungan

 Kebebasan Samping

 Stasioning

 Kontrol Overlapping

 Kelandaian Memanjang

 Lengkung Vertikal

Perhitungan

 Lalu Lintas Rencana

 Daya Dukung Tanah Dasar

 Tebal Lapisan Perkerasan

Perencaan Perkeraaan

Pembuatan Time Schedule Selesai Rencana Anggaran Biaya

Perhitungan

 Volume Perkerasan

(11)

commit to user

1.6 Peta Lokasi

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini mengambil lokasi Sodong – Kembangarum

yang berada di Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah). Adapun lokasinya seperti

dalam peta sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 1.2

(12)

commit to user

7

BAB II

DASAR TEORI

2.1.

Perencanaan Geometrik Jalan

Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan route dari suatu ruas jalan secara

lengkap, meliputi beberapa elinemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data dan

data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survai dilapangan dan telah dianalisis,

serta mengacu pada ketentuan yang berlaku.

2.1.1. Perencanaan Alinemen Horisontal

Alinemen horisontal adalah Proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang horisontal.

 Alinemen horisontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung atau disebut

juga tikungan.

 Perencanaan geometrik pada bagian lengkung dimaksudkan untuk mengimbangi

gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada kecepatan VR.

 Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang daerah bebas samping jalan

(13)

commit to user

Azimuth

Azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam yang diukur dari arah utara.

Gambar 2. 1 Peta Azimuth αA-1

α2-B α1-2

A

PI 1 PI 2

B

1

A

d

B

d

3

U

Δ PI-1

Δ PI-2

Keterangan :

α = Sudut Azimuth Δ = Sudut luar tikungan d = Jarak

Rumus - rumus

A A

Y Y

X X ArcTg A

1 1

1 1 2 1 2

1 ( A) ( A)

A X X Y Y

d

1 2

1 2

2 1

Y Y

X X

ArcTg d12 (X2 X1)2 (Y2 Y1)2

2 3

2 3

2

Y Y

X X ArcTg

B 3 2 3 2 2

2 (X X2) (Y Y)

d B

A 1 1 2

1 2 2 3 21 1 2 3 3 B

2 1

(14)

commit to user

Bagian – bagian dari alinemen horisontal adalah sebagai berikut :

1. Panjang Bagian Lurus

Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan, ditinjau dari segi

kelelahaan pengemudi, maka Panjang maksimum bagian jalan yang lurus harus

ditempuh dalam waktu 2,5 menit (sesuai VR).

Table 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan

Fungsi

Panjang Bagian Lurus Maksimum ( m )

Datar Bukit Gunung

Arteri

Kolektor

3.000 2.500 2.000

2.000 1.750 1.500

Sumber TPGJAK 1997Halaman 27

2. Tikungan

a. Jari – jari Tikungan Minimum

Agar kendaraan stabil saat melalui tikungan, perlu dibuat suatu kemiringan

melintang jalan pada tikungan yang disebut superelevasi (e). Pada saat kendaraan

melalui daerah superelevasi, akan terjadi gesekan arah melintang jalan antara ban

kendaraan dengan permukaan aspal yang menimbulkan gaya gesekan melintang.

Perbandingan gaya gesekan melintang dengan gaya normal disebut koefisien gesekan

melintang (f).

Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu dapat

dihitung jari-jari minimum untuk superelevasi maksimum dan koefisien gesekan

(15)

commit to user

Gambar 2.2 Kemiringan melintang jalan

g sinα + (F1+F2) = kf cosα

g sinα + (F1+F2) =

min 2

2

R g

VR

cosα

sinα +fmaks =

min 2 R g

VR

cosα

tanα +

cos ma ks

f

=

min 2 R g

VR

; karena α keci, maka cosα = 1

tanα + fmaks =

min 2 R g

VR

е + fmaks =

min 2 R g

VR

fmaks =

min 2 R g

VR

- е

(16)

commit to user

tan α + fmaks =

min 2

R g

VR

atau Rmin =

) ( 2 ma ks ma ks R f e g V

dimana g = gravitasi (10 m/dt2)

sehingga :

Rmin =

) (

10

3600

1000 2 2

ma ks ma ks R f e V ... 2 2 2 dt m dt m

= 2

) ( 10 077 , 0 R ma ks ma ks V f

e ... [m]

= ) ( 127 2 ma ks ma ks R f e V

Rmin =

) ( 127 2 ma ks ma ks R f e V ... (2)

Dmaks =

min

39 , 1432

R

Dmaks = 2

) ( 53 , 181913 R ma ks ma ks V f e ... (3) Keterangan :

Rmin = Jari-jari tikungan minimum, (m)

VR = Kecepatan kendaraan rencana, (km/jam)

emaks = Superelevasi maksimum, (%)

fmaks = Koefisien gesek melintang maksimum

Dmaks = Derajat kelengkungan maksimum

(17)

commit to user

Tabel 2.2 Panjang jari-jari minimum (dibulatkan) untuk emaks = 10%

VR(km/jam) 120 100 90 80 60 50 40 30 20

Rmin (m) 600 370 280 210 110 80 50 30 15

Sumber TPGJAK 1997 Halaman 28

Untuk kecepatan rencana < 80 km/jam berlaku fmaks = - 0,00065 VR + 0,192

80 – 120 km/jam berlaku fmaks = - 0,00125 VR + 0,24

Rmin =

f e V

127

2

...(4)

Dtjd =

Rr

4 , 1432

...(5)

Keterangan :

Rmin = Jari – jari lengkung (m)

(18)

commit to user

b. Lengkung Peralihan

Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara bagian lurus jalan dan

bagian lengkung jalan berjari-jari lengkung R, berfungsi mengantisipasi perubahan

alinyemen jalan yang dibentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian lengkung jalan

berjari-jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat

berjalan di tikungan berubah secara berangsur-angsur baik ketika kendaraan

mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan.

Dengan adanya lengkung peralihan, maka tikungan menggunakan jenis S-C-S.

panjang lengkung peralihan (Ls), menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan

Antar Kota, 1997, diambil nilai yang terbesar dari tiga persamaan di bawah ini :

i. Berdasar waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung

peralihan, maka panjang lengkung :

Ls = 6 , 3

VR

T ... (6)

ii. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, digunakan rumus Modifikasi Shortt:

Ls = 0,022

C R VR

.

3

- 2,727

C etjd VR.

... (7)

iii. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian

Ls =

e R n m

r V e e

. 6 , 3

. ) (

... (8)

4.) Sedangkan Rumus Bina Marga

Ls = W (en etjd) m

2 ... (9)

(19)

commit to user

T : waktu tempuh = 3 detik

VR : Kecepatan rencana (km/jam)

e : Superelevasi

R : Jari-jari busur lingkaran (m)

C : Perubahan percepatan 0,3 – 1,0 disarankan 0,4 m/det2

em : Superelevasi maximum

en : Superelevasi normal

re : Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan (m/m/detik),

sebagai berikut:

Untuk VR 70 km/jam, remak = 0,035 m/m/det

Untuk VR 80 km/jam, remak = 0,025 m/m/det

(Sumber Tata Cara Perencaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997 Hal.28)

c.

Jenis Tikungan dan diagram superelevasi

Tabel 2.3 Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan

VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20

Rmin 2500 1500 900 500 350 250 130 60

Sumber TPGJAK 1997Halaman 30

Tt = Rc tan ½ ... (10)

Et = Tt tan ¼ ... (11)

Lc = Rco

360 2

(20)

commit to user

1.) Tikungan Spiral Circle Spiral (S – C – S)

a.) Bentuk Busur Lingkaran Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)

Gambar 2.3 Lengkung Spiral-Circle-Spiral

Keterangan gambar :

Xs = Absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik ST ke SC

Ys = Jarak tegak lurus ketitik SC pada lengkung

Ls = Panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST

Lc = Panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS)

Tt = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST

TS = Titik dari tangen ke spiral

SC = Titik dari spiral ke lingkaran

Et = Jarak dari PI ke busur lingkaran

s = Sudut lengkung spiral

Rr = Jari-jari lingkaran

(21)

commit to user

K = Absis dari p pada garis tangen spiral

Rumus-rumus yang digunakan :

1. Xs = Ls - 2

2

40 1

Rr Ls

... (13)

2. c = - 2 s……….(14)

3. Ys =

xRr Ls

6

2

... (15)

4. s =

2 2

360

Rr Ls

... (16)

5. Lc = c x xRr

180 ... (17)

6. p = Ys – Rr (1- cos s) ... (18)

7. k = Xs – Rr x sin s ... (19)

8. Tt = (Rr + P) P I K

2 1

tan ... (20)

9. Et = (Rr P)xsec12 1 Rr ... (21)

(22)

commit to user

e maks

e min

b.) Diagram superelevasi Tikungan berbentuk Spiral Cricle Spiral

Gambar 2.4 Diagram Super Elevasi Spiral-Cirle-Spiral.

As Jalan

en = -2%

en = -2%

As Jalan

en = -2%

0 %

As Jalan

-2% +2%

I

e min

As Jalan

e maks

IV III

II

I II III IV

Cs

Lc

en = - 2 % e

n = - 2 % 0 % 0 %

Ls Ls

SC

(23)

commit to user

Daerah Bebas Samping di Tikungan

Jarak Pandang pengemudi pada lengkung horisontal (di tikungan), adalah

pandanngan bebas pengemudi dari halangan benda-benda di sisi jalan. Daerah bebas

samping di tikungan dihitung bedasarkan rumus-rumus sebagai berikut :

1 Jarak pandangan lebih kecil daripada panjang tikungan (Jh < Lt).

Gambar 2.5 Jarak pandangan pada lengkung horizontal untuk Jh < Lt

Keterangan :

Jh = Jarak pandang henti (m)

Lt = Panjang tikungan (m)

E = Daerah kebebasan samping (m)

R = Jari-jari lingkaran (m)

Maka: E = R ( 1 – cos

R Jh

o

. 90

(24)

commit to user

2. Jarak pandangan lebih besar dari panjang tikungan (Jh > Lt)

Gambar 2.6 Jarak pandangan pada lengkung horizontal untuk Jh > Lt

Jh = Lt + 2.d……… (33)

d = ½ (Jh –Lt)……….. (34)

m = R

R Jh lt

Jh

R

Jh 90

sin 2 90

cos

1 ……… (35)

Dalam memajukan kebebasan samping pada tikungan ada 2 teori :

1) Berdasarkan jarak pandang henti

m = R’ 1 cos90 2

R Jh

……… (36)

2) Berdasarkan jarak pandang menyiap

m = R’

R Lt Lt

Jd R

Lt 90

sin 2

1 90

cos

(25)

commit to user

2,1m 7,6 m 2,6 m

A P

c/2

c/2 b'

Td

R

(

meter

)

b

b''

Keterangan:

Jh = Jarak pandang henti

Jd = Jarak pandang menyiap

Lt = Panjang lengkung total

R = Jari-jari tikungan

R’ = Jari-jari sumbu lajur

Pelebaran Perkerasan

Pelebaran perkerasan dilakukan pada tikungan-tikungan yang tajam, agar kendaraan

tetap dapat mempertahankan lintasannya pada jalur yang telah disediakan.

Gambar dari pelebaran perkerasan pada tikungan dapat dilihat pada gambar berikut

ini.

(26)

commit to user

Rumus yang digunakan :

B = n (b’ + c) + (n + 1) Td + Z ... (38)

b’ = b + b” ... (39)

b” = Rr - 2 2 p

Rr ... (40)

Td = Rr2 A2p A R... (41)

Z =

R V

105 ,

0 ... (42)

= B - W ... (43)

Keterangan:

B = Lebar perkerasan pada tikungan

n = Jumlah jalur lalu lintas

b = Lebar lintasan truk pada jalur lurus

b’ = Lebar lintasan truk pada tikungan

P = Jarak As roda depan dengan roda belakang truk

A = Tonjolan depan sampai bumper

W = Lebar perkerasan

Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan

Z = Lebar tambahan akibat kelelahan pengamudi / kalainan mengemudi

c = Kebebasan samping

(27)

commit to user

2.1.2 Alinemen Vertikal

Alinemen Vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang

ditinjau, berupa profil memanjang. Pada peencanaan alinemen vertikal terdapat

kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif (turunan), sehingga

kombinasinya berupa lengkung cembung dan lengkung cekung. Disamping kedua

lengkung tersebut terdapat pula kelandaian = 0 (datar).

Bagian – bagian lengkung vertikal :

1. Lengkung vertikal cembung

Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di atas

permukaan jalan

(28)

commit to user

Gambar. 2.9.2 Lengkung Vertikal Cembung untuk Jh > L

Keterangan :

PLV = Titik awal lengkung parabola

PTV = Titik akhir lengkung parabola

PV1 = Titik perpotongan kelandaian g1 dan g2

g = Kemiringan tangen : (+) naik ;(-) turun

A = Perbedaan aljabar landai (g1 – g2 )%

EV = Pergeseran vertikal titik tengah besar lingkaran (PV1 – m) meter.

Jh = Jarak pandangan

h1 = Tinggi mata pengaruh

h2 = Tinggi halangan

(29)

commit to user

2. Lengkung vertikal cekung

Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangen berada di atas

permukaan jalan

Gambar 2.11.1. Lengkung Vertikal Cekung untuk Jh < L

Gambar 2.11.2. Lengkung Vertikal Cekung untuk Jh > L

Keterangan :

PLV = titik awal lengkung parabola.

PTV = Titik akhir lengkung parabola

PV1 = titik perpotongan kelandaian g1 dan g2

g = kemiringan tangen ; (+) naik; (-) turun.

A = perbedaan aljabar landai (g1 - g2) %.

EV = pergeseran vertikal titik tengah busur lingkaran (PV1 - m) meter.

L = Panjang lengkung vertikal Cekung

V = kecepatan rencana (km/jam)

PLV

EV

g2 g1

PV1

Jh PTV

L

PLV

EV g2

g1

PV1 Jh

(30)

commit to user

Rumus-rumus yang digunakan untuk alinemen vertikal :

% 100

awal Sta akhir Sta

awal elevasi akhir

elevasi

g ... (43)

A = g2– g1 ... (44)

) (

254 278

, 0

2

g fp Vr T

Vr

S ... (45)

800

Lv A

Ev ... (46)

Lv x A y

200

2

... (47)

Panjang Lengkung Vertikal (PLV)

1. Berdasarkan syarat keluwesan

Vr

Lv 0,6 ... (48)

2. Berdasarkan syarat drainase

A

Lv 40 ... (49)

3. Berdasarkan syarat kenyamanan

t Vr

Lv ... (50)

4. Berdasarkan syarat goncangan

360

2

A Vr

Lv ... (51)

1. Berdasarkan Jarak Pandang

3. Lengkung Vertikal Cembung

Jarak Pandang Henti

S < L

412

2

S

Lv ... (52)

(31)

commit to user

Jarak Pandang Menyiap

S < L

1000

2

S

Lv ... (54)

S > L Lv 2S 1000 ... (55)

4. Lengkung Vertikal Cekung

S < L Lv 2S 150 3,5S ... (56)

S > L

S S Lv

5 , 3 150

2

... (57)

1). Lengkung vertikal cembung

Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di atas

[image:31.595.98.509.169.518.2]

permukaan jalan

Gambar. 2.14 Lengkung Vertikal Cembung

Keterangan :

PLV = Titik awal lengkung parabola

PV1 = Titik perpotongan kelandaian g1 dan g2

g = Kemiringan tangen : (+) naik, (-) turun

A = Perbedaan aljabar landai (g1- g2) %

EV = Pergeseran vertikal titik tengah besar lingkaran (PV1 – m) meter

Jh = Jarak pandang

PLV d1 d2

g2

PVI 1

Ev

m g1

h2 h1

Jh PTV

(32)

commit to user 1

h = Tinggi mata pengaruh

2

h = Tinggi halangan

2). Lengkung vertikal cekung

Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di bawah

[image:32.595.99.499.239.615.2]

permukaan jalan.

Gambar 2.15. Lengkung Vertikal Cekung.

Keterangan :

PLV = Titik awal lengkung parabola

PV1 = Titik perpotongan kelandaian g1 dan g2

g = Kemiringan tangen : (+) naik, (-) turun

A = Perbedaan aljabar landai (g1- g2) %

EV = Pergeseran vertikal titik tengah besar lingkaran (PV1 – m) meter

Lv = Panjang lengkung vertikal

V = Kecepatan rencana ( km/jam)

Rumus-rumus yang digunakan pada lengkung parabola cekung sama dengan

rumus-rumus yang digunakan pada lengkung vertikal cembung.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan Alinemen Vertikal

PLV

EV

g2 EV

g1

PV

Jh PTV

(33)

commit to user

1) Kelandaian maksimum.

Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh

mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan semula

[image:33.595.100.509.213.494.2]

tanpa harus menggunakan gigi rendah.

Tabel 2.4 Kelandaian Maksimum yang diijinkan

Landai maksimum % 3 3 4 5 8 9 10 10

VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40

Sumber : TPGJAK 1997Halaman 30

2) Kelandaian Minimum

Pada jalan yang menggunakan kerb pada tepi perkerasannya, perlu dibuat kelandaian

minimum 0,5 % untuk keperluan kemiringan saluran samping, karena kemiringan

(34)

commit to user

2.2

Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya

Perencanaan konstruksi lapisan perkerasan lentur disini untuk jalan baru dengan

Metoda Analisa Komponen, yaitu dengan metoda analisa komponen SKBI – 2.3.26.

1987.

Surface course

Base course

Subbase course

Subgrade

Gambar 2.13. Susunan lapis Konstruksi Perkerasan lentur.

Adapun untuk perhitungannya perlu pemahaman istilah-istilah sebagai berikut :

1. Lalu lintas

a. Lalu lintas harian rata-rata (LHR)

Lalu lintas harian rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur

rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau masing-masing

arah pada jalan dengan median.

Lalu lintas harian rata-rata permulaan (LHRP)

1 1

1 n

S

P LHR i

LHR ... (54)

Lalu lintas harian rata-rata akhir (LHRA)

2

2

1 n

P

A LHR i

LHR ... (55)

b. Rumus-rumus Lintas ekuivalen

Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP)

E C LHR LEP

n mp j

P j ... (56)

(35)

commit to user

E C LHR LEA

n mp j

Aj ... (57)

Lintas Ekuivalen Tengah (LET)

2

LEA LEP

LET ... (58)

Lintas Ekuivalen Rencana (LER)

Fp LET

LER ... (59)

10

2

n

Fp ... (60)

Dimana:

i1 = Pertumbuhan lalu lintas masa konstruksi

i2 = Pertumbuhan lulu lintas masa layanan

J = Jenis kendaraan

n1 = Masa konstruksi

n2 = Umur rencana

C = Koefisien distribusi kendaraan

E = Angka ekuivalen beban sumbu kendaraan

Fp = Faktor Penyesuaian

2. Angka ekuivalen (E) masing-masing golongan beban umum (setiap

kendaraan) ditentukan menurut rumus daftar sebagai berikut:

4

8160

.SumbuTunggal bebansatusumbutunggaldlmkg

E ... (61)

4

8160 086

, 0

.SumbuGanda bebansatusumbugandadlmkg

(36)

commit to user

3. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT dan CBR)

Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi DDT dan

[image:36.595.169.426.161.496.2]

CBR.

Gambar 2.14. Korelasi DDT dan CBR

Catatan : Hubungan nilai CBR dengan garis mendatar kesebelah kiri diperoleh nilai DDT

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa

Komponen SKBI 2.3.26.1987, Halaman 13

4. Faktor Regional (FR)

Faktor regional bisa juga juga disebut faktor koreksi sehubungan dengan perbedaan

kondisi tertentu. Kondisi-kondisi yang dimaksud antara lain keadaan lapangan dan

iklim yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan daya dukung tanah dan

100 90 80

70 60 50

40 30

20

10 9

8 7 6 5 4

3

2

1 10

9

8

7

6

5

4

3

2

(37)

commit to user

perkerasan. Dengan demikian dalam penentuan tebal perkerasan ini Faktor Regional

[image:37.595.94.512.145.636.2]

hanya dipengaruhi bentuk alinemen ( kelandaian dan tikungan)

Tabel 2.5 Prosentase kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim (curah hujan)

Kelandaian 1 (<6%) Kelandaian II (6–10%) Kelandaian III (>10%)

% kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat

≤ 30% >30% ≤ 30% >30% ≤ 30% >30%

Iklim I

< 900 mm/tahun

0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5

Iklim II

≥ 900 mm/tahun 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa

Komponen SKBI 2.3.26.1987

5. Koefisien Distribusi Kendaraan

Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada

jalur rencana ditentukan menurut daftar di bawah ini :

Tabel 2.6 Koefisien Distribusi Kendaraan

Jumlah jalur Kendaraan ringan *) Kendaraan berat **)

1 arah 2 arah 1 arah 2 arah

1 lajur

2 lajur

3 lajur

4 lajur

5 lajur

6 lajur

1,00

0,60

0,40

-

-

-

1,00

0,50

0,40

0,30

0,25

0,20

1,00

0,70

0,50

-

-

-

1,00

0,50

0,475

0,45

0,425

0,40

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa

Komponen SKBI 2.3.26.1987

*) berat total < 5 ton, misalnya: mobil penumpang, pick up, mobil hantaran.

(38)

commit to user

6. Koefisien Kekuatan Relatif (a)

Koefisien kekuatan relative (a) masing-masing bahan dan kegunaan sebagai lapis

permukaan, lapis pondasi dan pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai

Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan untuk (bahan yang

didistabilisasikan dengan semen atau kapur) atau CBR (untuk bahan lapis pondasi

[image:38.595.92.504.240.699.2]

atau pondasi bawah).

Tabel 2.7 Koefisien Kekuatan Relatif

Koefisien

Kekuatan Relatif

Kekuatan

Bahan

Jenis Bahan

a1 a2 a3

Ms

(kg)

Kt

kg/cm2

CBR

%

0,40 744

LASTON

0,35 590

0,32 454

0,30 340

0,35 744

LASBUTAG

0,31 590

0,28 454

0,26 340

0,30 340 HRA

0,26 340 Aspal Macadam

0,25 LAPEN (mekanis)

0,20 LAPEN (manual)

0,28 590

Laston Atas

0,26 454

0,24 340

0,23 Lapen (Mekanis)

(39)

commit to user

SambunganTabel 2.7 Koefisien Kekuatan Relatif

Koefisien Kekuatan

Relatif Kekuatan Bahan

Jenis Bahan

a1 a2 a3 MS

(Kg)

Kt

kg/cm2

CBR

%

0,19 Lapen (Manual)

0,15 22 Stab. Tanah dengan

semen

0,13 18

0,15 22 Stab. Tanah dengan

Kapur

0,13 18

0,14 100 Batu Pecah (Kelas A)

0,13 80 Batu Pecah (Kelas B)

0,15 60 Batu Pecah (Kelas C)

0,13 70 Sirtu/ Pitrun (Lelas A)

0,14 30 Sirtu/ Pitrun (Lelas B)

0,10 20 Tanah / Lempung

Kepasiran

Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa

Komponen SKBI 2.3.26.1987

7. Analisa komponen perkerasan

Penghitungan ini didistribusikan pada kekuatan relatif masing-masing lapisan

[image:39.595.93.506.90.497.2]

perkerasan jangka tertentu (umur rencana).

Gambar 2.15. Tebal Lapis Perkerasan Lentur

Surface course

Subgrade Subbase course

Base course

a1

a2

a3

D1

D2

(40)

commit to user

Dimana penetuan tebal perkerasan dinyatakan oleh Indeks Tebal Perkerasan (ITP)

dengan rumus:

3 3 2 2 1

1D a D a D

a

ITP ... (63)

D1,D2,D3 = Tebal masing-masing lapis perkerasan (cm)

a1, a2, a3 = Koefisien kekuatan relatif bahab perkerasan (SKBI 2.3.26.1987)

Angka 1,2,3 masing-masing lapis permukaan, lapis pondasi atas dan pondasi bawah.Penentuan

(41)

commit to user

Flow Chart Perencanaan Tebal Perkerasan

1 2 3

[image:41.595.102.501.103.702.2]

LEP LEA LET

Gambar 2.16. Diagram Alir Perencanaan Tebal Perkerasaan

Indeks Tebal Perkerasan

(ITP)

Dari data kelandaian rata –rata

dan iklim ditentukan Faktor

Regional (FR) berdasarkan

Tabel 2.7

Selesai

Diperoleh nilai ITP dari

pembacaan Nomogram

Penentuan susunan tebal

Perkerasan Mulai

Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR)

Lintas Ekivalen Rencana

(LER) California Bearing

Ratio (CBR)

Daya Dukung Tanah

(42)

commit to user

2.3

Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan

Time Schedule

Untuk menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) terlebih dahulu menghitung

volume dari pekerjaan yang direncanakan yang meliputi :

1. Umum

- Pengukuran

- Mobilisasi dan Demobilisasi

- Pembuatan papan nama proyek

- Pekerjaan Direksi Keet

- Administrasi dan Dokumentasi

2. Pekerjaan tanah

- Pembersihan semak dan pengupasan tanah

- Persiapan badan jalan

- Galian tanah (biasa)

- Timbunan tanah (biasa)

3. Pekerjaan drainase

- Galian saluran

- Pasangan batu dengan mortar

- Plesteran

4. Pekerjaan dinding penahan

- Galian saluran

- Pasangan batu dengan mortar

- Plesteran

- Siaran

5. Pekerjaan perkerasan

- Lapis pondasi bawah (sub base course)

- Lapis pondasi atas (base course)

- Prime Coat

(43)

commit to user

6. Pekerjaan pelengkap

- Marka jalan

- Rambu jalan

- Patok kilometer

Setelah diketahui volume pekerjaan yang direncanakan, rencana anggaran biaya

dapat dihitung berdasarkan analisa harga satuan yang diambil dari Harga Satuan

Dasar Upah dan Bahan serta Biaya Operasi Peralatan Dinas Bina Marga Surakarta

Tahun Anggaran 2010.Kemudian berdasarkan rencana anggaran biaya yang telah

dihitung, dapat dibuat time schedule dengan menggunakan kurva S.

Pekerjaan tanah Selesai Pekerjaan drainase Pekerjaan perkerasan

 Rekapitulasi RAB

 Time Schedule

Pekerjaan persiapan  Pengukuran renc.galian &timbunan  Timbunan tanah

 Galian tanah

 Pengukuran renc.galian  Galian saluran  Pembuatan mortal/pasang an batu

 Sub grade

 Sub base course

 Base course

 Surface course

 Pengukuran Geometrik jalan  Pembuatan bouwplank  Pembersihan lahan  RAB pekerjaan tanah  Waktu pekerjaan tanah

 RAB pekerjaan

[image:43.595.70.556.247.761.2]

drainase  Waktu pekerjaan drainase  RAB pekerjaan perkerasan  Waktu pekerjaan perkerasan  RAB pekerjaan persiapan  Waktu pekerjaan pesiapan Mulai Pekerjaan pelengkap  Marka  Rambu  Patok kilometer  RAB pelengkap jalan  Waktu pekerjaan perkerasan

(44)

commit to user

39

BAB III

PERENCANAAN JALAN

3.1. Penetapan Trace Jalan

3.1.1 Gambar Perbesaran Peta

Peta topografi skala 1: 50.000 dilakukan perbesaran pada daerah yang akan dibuat

Azimut menjadi 1:10.000 dan diperbesar lagi menjadi 1: 5.000, menjadi trace jalan

digambar dengan memperhatikan kontur tanah yang ada.

3.1.2 Penghitungan Trace Jalan

Dari trace jalan (skala 1: 5.000) dilakukan penghitungan-penghitungan azimuth (skala

(45)

commit to user

(46)

commit to user

3.1.3 Penghitungan Azimuth

Diketahui koordinat:

A = ( 0 ; 0 )

PI – 1 = ( 616 ; 384 ) PI – 2 = ( 1565 ; 446 ) B = ( 2235 ; 663 )

(47)

commit to user

3.1.4 Penghitungan Sudut PI

" ' " ' " ' 1 2 1 1 95 , 1 12 28 5 , 41 3 58 45 , 43 15 86    A " ' " ' " ' 2 1 2 2 53 , 29 12 14 45 , 43 15 86 92 , 13 3 72    B

3.1.5 Penghitungan jarak antar PI

1) Menggunakan rumus Phytagoras:

m

Y Y X

X

dA A A

887 , 725 ) 0 384 ( ) 0 616 ( ) ( ) ( 2 2 2 1 2 1 1 m Y Y X X d 023 , 951 ) 384 446 ( ) 616 1565 ( ) ( ) ( 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 m Y Y X X

d B B B

(48)

commit to user

3) Menggunakan rumus Sinus:

(49)

commit to user

4) Menggunakan rumus Cosinus:

(50)
[image:50.595.77.526.74.506.2]

commit to user

Tabel 3.1 Rekapitulasi Panjang Jarak Trace

No Rumus

d

∑d

A-1 1-2 2-B

1 Rumus Phytagoras : d ( X)2 ( Y)2 725,887 951,023 704,264

2381,174

2 Rumus Sinus : Sin

X

d 725,887 951,023 704,264

2381,174

3 Rumus Cosinus : Cos

Y

725,887 951,023 704,264 2381,174

Jadi panjangnya jarak dari A ke B adalah:

m d d d

dA B A B

2381,174

264 , 704 023 , 951 887 , 725

(51)

commit to user

3.1.6 Penghitungan Kelandaian Melintang

Untuk menentukan jenis medan dalam perencaan jalan raya, perlu diketahui jenis

kelandaian melintang pada medan dengn ketentuan :

1. Kelandaian dihitung tiap 50 m

2. Potongan melintang 100 m dihitung dari as jalan ke samping kanan dan kiri

Contoh perhitungan kelandaian melintang trace Jalan yang akan direncanakan pada awal

proyek, STA 0+000 m

(52)

commit to user

A

0 1

2 3 4 5 6 7 8 9 1011 1213

14 15 16 17 18

19 20 21 2223 24

SODONG

DESA KECANDRAN

K. Sra

ten

525 537,5 550 562,5 a2 b2 b1 a1

a. Elevasi Titik Kiri b. Elevasi Titik Kanan

m b a 5 , 537 5 , 12 05 , 2 0 5 , 537 5 , 12 5 , 537 kiri titik elevasi 1 1 a2 b2 (Beda tinggi antara 2 garis kontur)

a1

b1

[image:52.595.57.513.75.746.2]

(Beda tinggi antara 2 garis kontur) m b a 304 , 565 5 , 12 578 , 4 027 , 1 5 , 562 5 , 12 5 , 562 kanan titik elevasi 2 2 562,5 m 575 m 537,5 m 550 m

(53)
[image:53.595.93.524.91.709.2]

commit to user

Tabel 3.2 Perhitungan Kelandaian melintang

No STA JARAK ELEVASI

Kiri

ELEVASI

Kanan ∆H L I (%)

KELAS MEDAN

(54)

commit to user

+

No

STA JARAK ELEVASI

Kiri

ELEVASI

Kanan ∆H L I (%)

KELAS MEDAN

37 1+850 1850 538,941 554,934 15,993 200 7,997 Bukit

38 1+900 1900 540,266 553,150 12,884 200 6,442 Bukit

39 1+950 1950 540,565 554,062 13,497 200 6,749 Bukit

40 2+000 2000 541,615 553,547 11,931 200 5,966 Bukit

41 2+050 2050 541,182 553,512 12,329 200 6,165 Bukit

42 2+100 2100 542,136 550,201 8,064 200 4,032 Bukit

43 2+150 2150 545,004 549,044 4,040 200 2,02 Datar

44 2+200 2200 546,770 549,036 2,265 200 1,133 Datar

45 2+250 2250 545,452 551,528 6,076 200 3,038 Bukit

46 2+300 2300 545,323 554,813 9,489 200 4,745 Bukit

47 2+350 2350 544,122 556,507 12,384 200 6,192 Bukit

B B 2374,25 543,618 556,056 12,437 200 6,219 Bukit

Hasil perhitungan dengan cara yang sama dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut :

Dari data diatas dapat diketahui kelandaian melintang rata – ratanya yaitu :

Medan datar = 11 Titik

Medan bukit = 38 Titik

Medan gunung = 0 Titik

49 Titik

Dari data diatas diketahui kelandaian, dengan 49 titik didominasi oleh medan bukit, maka

menurut tabel II.6 TPGJAK, Hal 11 dipilih klasifikasi fungsi jalan arteri dengan kecepatan

antara 60 – 80 km/jam. Diambil kecepatan 80 km /jam.

(55)

commit to user 0 2 2 max max max 822 , 6 80 14 , 0 1 , 0 53 , 181913 53 , 181913 x Vr f e x D

3.2

Perhitungan Alinemen Horizontal

Data dan klasifikasi desain :

Peta yang di pakai adalah peta Kabupaten Salatiga.

Jalan rencana kelas II (Arteri) dengan muatan sumbu terberat 10 ton.

Klasifikasi medan:

Vr = 80 km/jam

emax = 10 %

en = 2 %

Lebar perkerasan (W) = 2 x 3,5 m

Untuk emax = 10 %, maka fmax = 0,14

Sumber: Buku Silvia Sukirman, Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan atau

(56)

commit to user

3.2.1. Tikungan PI 1

Diketahui :

ΔPI1 = 280 12’ 1,95” Vr = 80 km/jam

Rmin = 210 m ( R min dengan Ls )

Jd = 550

Dicoba Tikungan S-C-S

Digunakan Rr = 250 m > Rmin 210 m

(Sumber Buku TPGJAK th.1997)

untuk FC = 900 m > Rr. Sehingga tikungan jenis Full Circle tidak dapat

digunakan.

3.2.1.1 Menentukan superelevasi terjadi:

0 730 , 5 250 4 , 1432 4 , 1432 Rr Dtjd % 744 , 9 09744 , 0 822 , 6 730 , 5 10 , 0 2 822 , 6 730 , 5 10 , 0 2 2 2 max max 2 max 2 max D D e D D e

etjd tjd tjd

3.2.1.2 Penghitungan lengkung peralihan (Ls)

a. Berdasarkan waktu tempuh maximum (3 detik) untuk melintasi lengkung peralihan,

maka panjang lengkung:

(57)

commit to user

b. Berdasarkan rumus modifikasi Short:

m c etjd Vr c Rr Vr Ls 518 , 59 4 , 0 0974 , 0 80 727 , 2 4 , 0 250 80 022 , 0 727 , 2 022 , 0 3 3

d. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:

Vr re e e

Ls m n

6 , 3

dimana re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, untuk Vr = 80

km

/jam, re max = 0,025 m/m/det.

d. Berdasarkan Bina Marga:

m e e m w

Ls n tjd

208 , 82 09744 , 0 02 , 0 200 2 50 , 3 2 2

Syarat kenyamanan dipakai nilai Ls terbesar yaitu 82,208 m ~ 85 m

3.2.1.3 Penghitungan besaran-besaran tikungan

(58)

commit to user " 02 , 25 ' 44 9 740 , 9 250 85 14 , 3 90 90 Rr Ls s " 91 , 11 ' 43 8 " 02 , 25 ' 44 9 2 " 95 , 1 ' 12 28 2 2 s

c P I

m Rr c Lc 028 , 38 250 14 , 3 180 " 91 , 11 ' 43 8 180 Syarat tikungan 20 028 , 38

Lc …………..OK

(Syarat tikungan S-C-S terpenuhi, maka dipakai S-C-S)

(59)

commit to user

m Ls Lc

Ltota l

028 , 208

85 2 028 , 38

2

2Tt > Ltot

2 x 105,560 > 208,028

211,12 > 208,028 ……OK

3.2.1.4 Perhitungan pelebaran perkerasan di tikungan

Data-data :

Jalan rencana kelas II (arteri) dengan muatan sumbu terberat 10 ton sehingga

direncanakan kendaraan terberat yang melintas adalah kendaraan berat.

Vr = 80 km/jam

Rr = 250 m

n = 2

c = 0,8 (Kebebasan samping)

b = 2,6 m (Lebar lintasan kendaraan sedang pada jalan lurus)

p = 18,9 m (Jarak antara as roda depan dan belakang kendaraan berat)

A = 1,2 m (Tonjolan depan sampai bemper kendaraan berat)

Secara analitis :

Z Td n c b n

B ' 1

dimana :

B = Lebar perkerasan pada tikungan

n = Jumlah lajur Lintasan (2)

b’ = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan

c = Kebebasan samping (0,8 m)

Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan

(60)

commit to user Perhitungan : m p Rr Rr b 715 , 0 9 , 18 250

250 2 2

2 2 " m b b b 315 , 3 715 , 0 6 , 2 " ' m Rr A P A Rr Td 094 , 0 250 2 , 1 9 , 18 2 2 , 1 250 2 2 2 m Rr Vr Z 531 , 0 250 80 105 , 0 105 , 0 m Z Td n c b n B 855 , 8 531 , 0 094 , 0 1 2 8 , 0 315 , 3 2 1 '

Lebar perkerasan pada jalan lurus 2x3,5 = 7m

Ternyata B > W

8,855 > 7

8,855 – 7 = 1,855 m

karena B > W, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada tikungan PI1 sebesar 1,855 ~ 2

m.

3.2.1.5 Penghitungan kebebasan samping pada PI 1 Data-data:

Vr = 80 km/jam

Rr = 250 m

W = 2 x 3,5m = 7 m

Lc = 38,028 m

(61)

commit to user

Jarak pandang henti (Jh) minimum = 120 m (Tabel TPGJAK)

Jarak pandang menyiap (Jd) = 550 m (Tabel TPGJAK)

Lebar penguasaan minimal = 40 m

Perhitungan : m W Rr dalam jalan AS jari Jari R 25 , 248 7 / 250 / ' 4 7 4 1 m asan lebarperkr jalan pengawasan daerah lebar Mo 5 , 16 ) 7 40 ( 2 / 1 ) ( 2 / 1 m Ls Lc horisonta l lengkung tota l pa nja ng L 028 , 208 ) 85 2 ( 028 , 38 2

Berdasarkan jarak pandang henti untuk Jh < L → 120 < 208,028 m

m R Jh R m 22 , 7 ) 25 , 248 14 , 3 120 90 cos 1 ( 25 , 248 ) ' 90 cos 1 ( '

Berdasarkan jarak pandang menyiap untuk Jm > L → 550 > 196,08 m

m R L L Jm R L R m 092 , 91 25 , 248 14 , 3 208,028 90 sin 208,028 550 / 25 , 248 14 , 3 208,028 90 cos 1 25 , 248 ' 90 sin / ' 90 cos 1 ' 2 1 2 1

Karena Mo < M sehingga ruang bebas samping yang tersedia tidak mencukupi, sehingga

(62)

commit to user

3.2.1.6Hasil perhitungan

1. Tikungan PI1 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil penghitungan sebagai berikut:

ΔPI1 = 280 12’1,95”

Rr = 250 m

Rmin = 210 m

Vrenc = 80 km/jam

Tt = 105,560 m

Et = 8,979 m

Xs = 84,754 m

Ys = 4,817 m

m = 200 m

P = 1,213 m

K = 42,459 m

s = 90 44’ 25,02”

c = 80 43’ 11,91”

Ls = 85 m

Lc = 38,028 m

Dtjd = 5,730 m

Dmax = 6.822 m

Jh = 120 m

Jm = 550 m

Mo = 16,5 m

Mhenti = 7,22 m

Msiap = 91,092 m

B = 8,855 m

emax = 10 %

E = 1,855 ~ 1,9 m

etjd = 9,744 %

en = 2 %

Kebebasan samping = tidak mencukupi, maka perlu dipasang rambu

(63)

commit to user

Gambar 3.3 Tikungan PI1

PI2

TS

SC CS

ST Et

p Ys

Tt

k

2

S

p Tpa

XS

S

2

S c

(64)

59

I

Sc

II III IV

I II III IV

Ts

e = 0 %

en = -2 %

emax = +9,97 % (kanan)

emax = -9,97 % (kiri)

I Cs

II III IV

St

e = 0 %

en = -2 %

I II III IV

Ls = 34 m Lc = 32,849 m Ls = 34 m

Potongan I-I Potongan II-II Potongan III-III Potongan IV-IV

-2 % -2 % -2 % -2 %

+2 %

0 % +9,97 %

[image:64.842.185.763.117.445.2]

-9,97 %

Gambar 3.4 Diagram Superelevasi Tikungan PI-1 tipe S-C-S (1510 ; -710) ( Tikungan Belok ke kanan )

VI VII VIII VI VII VIII

Lc = 38,0280

Ls = 85 m Ls = 85 m

V +9,744 % (kiri)

emax =-9,744 % (kanan)

V

+9,74 %

(65)

commit to user

3.2.2. Tikungan PI 2

Diketahui :

ΔPI2 = 140 12’ 29,53”

Vr = 80 km/jam

Rmin = 210 m

Jd = 550 m

Dicoba Tikungan S-C-S

Digunakan Rr = 500 m > Rmin = 210 m

(Sumber Buku TPGJAK th.1997)

untuk FC = 900 m > Rr. Sehingga tikungan jenis Full Circle tidak dapat

digunakan.

3.2.2.1 Menentukan superelevasi terjadi:

0

864 , 2

500 4 , 1432

4 , 1432

Rr Dtjd

% 6634 , 6

06634 , 0

822 , 6

864 , 2 10 , 0 2 822

, 6

864 , 2 10 , 0

2

2 2

max max 2

max 2 max

D D e

D D e

(66)

commit to user

3.2.2.2 Penghitungan lengkung peralihan (Ls)

f. Berdasarkan waktu tempuh maximum (3 detik) untuk melintasi lengkung

peralihan, maka panjang lengkung:

m T Vr Ls 67 , 66 3 6 , 3 80 6 , 3

g. Berdasarkan rumus modifikasi Short:

m c etjd Vr c Rr Vr Ls 138 , 20 4 , 0 06634 , 0 80 727 , 2 4 , 0 500 80 022 , 0 727 , 2 022 , 0 3 3

i. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:

Vr re e e

Ls m n

6 , 3

dimana re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, untuk

Vr = 80 km/jam, re max = 0,025 m/m/det.

d. Berdasarkan Bina Marga:

m e e m w

Ls n tjd

438 , 60 06634 , 0 02 , 0 200 2 50 , 3 2 2

Syarat kenyamanan dipakai nilai Ls terbesar yaitu 71,11 m ~ 75 m

(67)

commit to user

3.2.2.3 Penghitungan besaran-besaran tikungan

m Rr Ls Ls Xs 7 95 , 74 500 40 75 1 75 40 1 2 2 2 2 m Rr Ls Ys 875 , 1 500 6 75 6 2 2 " 71 , 57 ' 17 4 299 , 4 500 75 14 , 3 90 90 Rr Ls s " 12 , 34 ' 36 5 " 71 , 57 ' 17 4 2 " 53 , 29 ' 12 14 2 2 s

c P I

m Rr c Lc 927 , 48 500 14 , 3 180 " 12 , 34 ' 36 5 180 Syarat tikungan 20 927 , 48

Lc …………..OK

(Syarat tikungan S-C-S terpenuhi, maka dipakai S-C-S)

(68)

commit to user m s Rr Rr Ls Ls k 473 , 37 " 71 , 57 ' 17 4 sin 500 500 40 75 75 sin 40 2 3 2 3 m k P I p Rr Tt 845 , 99 473 , 37 53 , 29 12 14 / tan 468 , 0 500 / tan " ' 2 1 2 2 1 m Rr PI p Rr Et 335 , 4 500 53 , 29 12 14 / cos 463 , 0 500 2 / cos " ' 2 1 2 1 m Ls Lc Ltota l 927 , 198 75 2 927 , 48 2

2Tt > Ltot

2 x 99,845 > 198,927

199,69 > 198,927 ……OK

3.2.2.4 Perhitungan pelebaran perkerasan di tikungan

Data-data :

Jalan rencana kelas II (arteri) dengan muatan sumbu terberat 10 ton sehingga

direncanakan kendaraan terberat yang melintas adalah kendaraan berat.

Vr = 80 km/jam

Rr = 500 m

n = 2

c = 0,8 (Kebebasan samping)

b = 2,6 m (Lebar lintasan kendaraan sedang pada jalan lurus)

p = 18,9 m (Jarak antara as roda depan dan belakang kendaraan berat)

(69)

commit to user

Secara analitis :

Z Td n c b n

B ' 1

dimana :

B = Lebar perkerasan pada tikungan

n = Jumlah lajur Lintasan (2)

b’ = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan

c = Kebebasan samping (0,8 m)

Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan

Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi

Perhitungan : m p Rr Rr b 357 , 0 9 , 18 500

500 2 2

2 2 " m b b b 957 , 2 357 , 0 6 , 2 " ' m Rr A P A Rr Td 0467 , 0 500 2 , 1 9 , 18 2 2 , 1 500 2 2 2 m Rr Vr Z 375 , 0 500 80 105 , 0 105 , 0 m Z Td n c b n B 935 , 7 375 , 0 0467 , 0 1 2 8 , 0 957 , 2 2 1 '

Lebar perkerasan pada jalan lurus 2x3,5 = 7m

Ternyata B > W

(70)

commit to user

8,855 – 7 = 1,855 m

karena B > W, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada tikungan PI1 sebesar

1,855 ~ 2 m.

3.2.2.5 Penghitungan kebebasan samping pada PI 2 Data-data:

Vr = 80 km/jam

Rr = 500 m

W = 2 x 3,5m = 7 m

Lc = 48,927 m

Lt = 198,927

Jarak pandang henti (Jh) minimum = 120 m (Tabel TPGJAK)

Jarak pandang menyiap (Jd) = 550 m (Tabel TPGJAK)

Lebar penguasaan minimal = 40 m

Perhitungan : m W Rr dalam jalan AS jari Jari R 25 , 498 7 / 500 / ' 4 7 4 1 m asan lebarperkr jalan pengawasan daerah lebar Mo 5 , 16 ) 7 40 ( 2 / 1 ) ( 2 / 1 m Ls Lc horisonta l lengkung tota l pa nja ng L 927 , 198 ) 75 2 ( 927 , 48 2

Berdasarkan jarak pandang henti untuk Jh < L → 120 < 198,927

(71)

commit to user

Berdasarkan jarak pandang menyiapuntuk Jm > L → 550 > 198,927 m

m

R L L

Jm R

L R

m

731 , 44

25 , 498 14 , 3

198,927 90

sin 198,927 550

/ 25

, 498 14 , 3

198,927 90

cos 1 25 , 498

' 90 sin /

' 90 cos 1 '

2 1 2

1

Karena Mo < M sehingga ruang bebas samping yang tersedia tidak mencukupi,

(72)

commit to user

3.2.2.6Hasil perhitungan

2. Tikungan PI2 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil penghitungan sebagai

berikut:

ΔPI2 = 140 12’29,53”

Rr = 500 m

Rmin = 210 m

Vrenc = 80 km/jam

Tt = 99,845 m

Et = 4,335 m

Xs = 74,957 m

Ys = 1,875 m

m = 200 m

P = 0,468 m

K = 37,473 m

s = 40 17’ 57,71”

c = 50 36’ 34,12”

Ls = 75 m

Lc = 48,927 m

Dtjd = 2,864 m

Dmax = 6.822 m

Jh = 120 m

Jm = 550 m

Mo = 16,5 m

Mhenti = 3,611 m

Msiap = 44,731 m

B = 7,935 m

emax = 10 %

E = 1,855 ~ 1,9 m

etjd = 6,663 %

en = 2 %

Kebebasan samping = tidak mencukupi, maka perlu dipasang rambu

(73)
[image:73.595.114.489.94.513.2]

commit to user

Gambar 3.5 Tikungan PI2

PI2

TS

SC CS

ST Et

p Ys

Tt

k

2

S

p Tpa

XS

S

2

S c

(74)

72

I

Sc

II III IV

I II III IV

Ts

e = 0 %

en = -2 %

emax = +9,97 % (kanan)

emax = -9,97 % (kiri)

I Cs

II III IV

St

e = 0 %

en = -2 %

I II III IV

Ls = 34 m Lc = 32,849 m Ls = 34 m

Potongan I-I Potongan II-II Potongan III-III Potongan IV-IV

-2 % -2 % -2 % -2 %

+2 %

0 % +9,97 %

[image:74.842.183.768.119.446.2]

-9,97 %

Gambar 3.6 Diagram Superelevasi Tikungan PI-2 tipe S-C-S (1510 ; -710) ( Tikungan Belok ke kiri )

VI VII VIII VI VII VIII

Lc = 48,927 m

Ls = 75 m Ls = 75 m

V +6,634 % (kanan)

emax = -6,634 % (kiri)

V

+6,634 %

(75)
[image:75.595.72.553.89.755.2]

commit to user

Tabel 3.3 Rekapitulasi hasil perhitungan tikungan PI1 dan PI2

Tikungan ΔPI1

etjd

(%)

Rr Ls Xs Ys Lc p k Tt Et (meter)

PI1 (S-C-S) 28012’1,95” 9,744 250 85

84,75

4 4,25 38,028 1,21 42,459 105,56 8,97

9

Tikungan ΔPI2

etjd

(%)

Rr Ls Xs Ys Lc p k Ts Es (meter)

PI2 (S-S) 8,53 340 84,27 - - 9,271 0,87 42,091 84,574

3,57

8

3.3. Perhitungan Stationing

Data : ( Perhitungan jarak dari peta dengan skala 1: 10.000 )

d 1 : 725,887 m

d 2 : 951,023 m

d 3 : 704,264 m

1. Tikungan PI1 ( S - C - S )

Tt1 = 105,56 m

Ls1 = 85 m

Lc1 = 38,028 m

2. Tikungan PI2( S - C - S )

Tt2 = 99,845 m

Ls2 = 75 m

Lc2 = 48,927 m

Sta A = 0+000

Sta PI1 = Sta A+ d 1

= (0+000) + 725,887

(76)

commit to user

Sta TS1 = Sta PI1- Tt1

= (0+725,887) – 105,560

= 0+620,327

Sta SC1 = Sta TS1 + Ls1

= (0+620,327) + 85

= 0+705,327

Sta CS1 = Sta SC1 + Lc1

= (0+705,327) + 38,028

= 0+743,355

Sta ST1 = Sta CS1 + Ls1

= (0+743,355) + 85

= 0+828,355

Sta PI2 = Sta ST1 + d1–2 – Tt1

= (0+828,355) + 951,023 – 105,56

= 1+673,818

Sta TS2 = Sta PI2 – Tt2

= (1+673,818) – 99,845

= 1+573,973

Sta SC2 = Sta TS2 + Ls2

= (1+589,248) + 75

= 1+648,973

Sta CS2 = Sta SC2 + Lc2

= (1+648,973) + 48,27

= 1+697,243

Sta ST1 = Sta CS2 + Ls2

=(1+757,788) + 75

=1+772,243

Sta B = Sta ST2 + d2–B – Tt2

= (1+772,243) + 704,264 – 99,845

= 2+376,662 < ∑ d……...ok

(77)

commit to user

3.4 Kontrol Overlaping

Diketahui:

Diketahui :

det

/ 22 , 22

3600 80000

/ 80

m ja m km r en

V

Syarat overlapping

66 , 66

22 , 22 3 3xVr en

a

d > a  Aman

d > 66,66 m  Aman

Koordinat :

A = ( 0 ; 0 )

PI 1 = ( 616 ; 384 )

PI 2 = ( 1565 ; 446 )

B = ( 2235 ; 663 )

Sungai I = ( 1160,20 ; 410,25 )

Jarak PI 1– Sungai = 1160,20 616 410,25 384 544,838 m

2 2

Jarak Sungai – PI 2 = 1565 1160,20 446 410,25 406,375 m

2 2

Tt1 = 105,56 m

Tt2 = 99,845 m

Sehingga agar tidak overlaping dn > 66,66 m

1. A (Awal proyek) dengan Tikungan 1

d A—1 = ( Jarak A - PI 1 ) – Tt1

= 725,887 – 105,56

(78)

commit to user

2. Tikungan 1dengan Sungai Sraten

d 1—Sungai = (JarakPI 1 – Sungai Sraten) – ( ½ panjang jembatan) – Tt1

= (544,838) – (½ x 100) – 105,56

= 489,278 m > 66,66 m  Aman

3. Sungai Sraten dengan Tikungan 2

d Sungai—2 = (Sungai Sraten – PI 2) – Tt2 – (½ panjang jembatan)

= (406,375) – 99,84 – (½ x 100)

= 256,53 m > 66,66m  Aman

4. Tikungan 2 dengan B

d 2—B = (Jarak PI2– B)– Ts2

= (704,264) – 99,84

(79)

commit to user

(80)

commit to user

(81)

commit to user

3.5 Perhitungan Alinemen Vertikal

Tabel 3.4 Elevasi muka tanah asli dan elevasi rencana jalan

NO STA ELEVASI NO STA ELEVASI

1 0+000 551,476 34 1+650 545,541

2 0+050 552,270 35 1+700 549,189

3 0+100 551,662 36 1+750 547,618

4 0+150 552,329 37 1+800 547,401

5 0+200 552,205 38 1+850 546,937

6 0+250 550,851 39 1+900 546,708

7 0+300 550,650 40 1+950 547,313

8 0+350 552,595 41 2+000 547,581

9 0+400 552,463 42 2+050 547,347

10 0+450 559,591 43 2+100 546,168

11 0+500 560,130 44 2+150 547,024

12 0+550 560,320 45 2+200 547,903

13 0+600 558,191 46 2+250 548,490

14 0+650 557,732 47 2+300 550,068

15 0+700 556,638 48 2+350 550,314

16 0+750 556,456 49 B 549,133

17 0+800 548,158

18 0+850 547,213

19 0+900 548,840

20 0+950 547,959

21 1+000 547,548

22 1+050 548,995

23 1+100 549,795

24 1+150 548,245

25 1+200 542,535

26 1+250 542,403

27 1+300 547,279

28 1+350 548,193

29 1+400 548,139

30 1+450 548,718

31 1+500 548,178

32 1+550 547,586

(82)
(83)

commit to user

Sungai

Elevasi dasar sungai : +542,3

Elevasi muka air sungai : +543

Elevasi muka air sungai saat banjir : +544,5

Ruang bebas : 3,5 m

Tebal plat jembatan : 1,5 m

Elevasi rencana minimum : +549,5

544,5

543 542,3 548 549,5

Sket Gambar 3.9 perencanaan elevasi

elevasi Sungai = + 542,3

elevasi air sungai banjir = + 544,5 elevasi Rencana minimum = + 548

elevasi rencana Jalan = + 549,5

elevasi air Sungai = + 543 Ruang bebas 3,5 m

(84)

commit to user

3.5.1. Perhitungan Kelandaian memanjang

Kelandaian Memanjang Dapat Dihitung Dengan Menggunakan Rumus :

% 100

jarak elevasi

gn

Contoh Perhitungan kelandaian :

[image:84.595.84.529.106.623.2]

% 58 , 0 % 100 450 47 , 551 07 , 554 1 g % 778 , 0 % 100 600 40 , 549 07 , 554 2 g % 0 % 100 450 40 , 549 40 , 549 3 g % 868 , 0 % 100 350 36 , 546 40 , 549 4 g % 524 , 0 % 100 25 , 528 36 , 546 13 , 549 5 g

Tabel 3.5 Data Titik PVI

NO Titik STA Elevasi (m) Beda Tinggi

Elevasi (m) Jarak Datar (m) Kelandaian Memanjang (%) 1 2 3 4 5 6 A PLV1 PLV2 PLV3 PLV4 B 0+000 0+450 1+050 1+500 1+850 2+378,25 551,47 554,07 549,40 549,40 546,36 549,13 3,07 4,67 0 3,04 2,77 450 600 450 350 528,25

g1=0,58

g2=0,778

g3=0

g4=0,868

(85)

commit to user

3.5.2. Penghitungan lengkung vertikal

3.5.2.1 PVI1

Gambar 3.10 Lengkung Vertikal PVI 1

Data – data :

Stationing PVI 1 = 0+450

Elevasi PVI 1 = 554,07 m

Vr = 80 km/jam

g 1 = 0,58 %

g 2 = 0,778 %

% 198 , 0 58 , 0 0,778

1

2 g

g A

1) Mencari Panjang Lengkung Vertikal

 Syarat keluwesan bentuk

m V

Lv

48 80 6 , 0

6 , 0

 Syarat drainase

m A

Lv

92 , 7 198 , 0 40 40

g1 = 0,58 %

LV

a b

c

d e

(86)

commit to user

 Syarat kenyamanan pengemudi

m V A Lv 33 , 3 380 80 198 , 0 380 2 2

 Pengurangan goncangan

m V A Lv 52 , 3 360 80 198 , 0 360 2 2

 Syarat perjalanan 3 detik

m ik t V Lv 67 , 66 det 3 3600 1000 80

Diambil Lv terbesar, yaitu = 66,67 m

Cek syarat Jh > Lv = 120 > 66,67 , maka menggunakan rumus :

memenuhi) (tidak 79 , 1952 198 , 0 405 33 , 46 2 405 2 m A Jh Lv

Menurut Tabel II.24 TPGJAK, untuk Vr = 80 km/jam Lengkung Vertikal minimum adalah 80 m.

Jadi diambil LV = 80 m

m Lv

A

Ev 0,0198

800 80 198 , 0 800 1 m Lv

X 80 20

4 1 4 1 1 Lv X A Y 200 2 1 m Lv Lv A 0049 , 0 80 200 ) 80 4 1 ( 198 , 0 200 4

(87)

commit to user

2) Stationing Lengkung Vertikal PVI1

STA a = Sta PVI1–1/2 Lv

= (0+450) – 80

2 1

= 0+410 m

STA b = Sta PVI1–1/4 Lv

= (0+450) – 80

4 1

= 0+430 m

STA c = Sta PVI1

= 0+450 m

STA d = Sta PVI1 + 1/4 Lv

= (0+450) + 80

4 1

= 0+470 m

STA e = Sta PVI1 + 1/2 Lv

= (0+450) + 80

2 1

= 0+490 m

3) Elevasi Lengkung Vertikal

Elevasi a = Elevasi PVI1 - 12Lv g1

= 554,07 - 80 0,58 %

2 1

= 553,836 m

Elevasi b = Elevasi PVI1 - 14Lv g1 - y1

= 554,07 - 80 0,58 %

4

1 - 0,0049

= 553,95 m

Elevasi c = Elevasi PVI1 - Ev

= 554,07 - 0,0198

(88)

commit to user

Elevasi d = Elevasi PVI1 - 14Lv g2 - y1

= 554,07 - 80 0,778 %

4

1 - 0,0049

= 553,919 m

Elevasi e = Elevasi PVI1 - 12Lv g2

= 554,07 - 80 0,778 %

2 1

= 553,75 m

[image:88.595.112.475.72.499.2]

3.5.2.2 PVI2

Gambar 3.11 Lengkung Vertikal PVI2

Data – data :

Stationing PVI 2 = 1+038,3

Elevasi PVI 2 = 549,40 m

Vr = 80 km/jam

g 2 = 0,778 %

g 3 = 0 %

% 778 , 0 778 , 0 0

2

3 g

g A

a

b

c d e

g2 = 0,778 %

g3 = 0 %

(89)

commit to user

1) Mencari Panjang Lengkung Vertikal

a. Syarat keluwesan bentuk

m V Lv 48 80 6 , 0 6 , 0

b. Syarat drainase

m A Lv 12 , 31 778 , 0 40 40

c. Syarat kenyamanan pengemudi

m V A Lv 10 , 13 380 80 778 , 0 380 2 2

d. Pengurangan goncangan

m V A Lv 83 , 13 360 80 778 , 0 360 2 2

e. Syarat perjalanan 3 detik

m ik t V Lv 67 , 66 det 3 3600 1000 80

Diambil Lv terbesar, yaitu = 66,67 m

Cek syarat Jh > Lv = 120 > 66,67 , maka menggunakan rumus :

memenuhi) (tidak 905 , 427 778 , 0 405 33 , 46 2 405 2 m A Jh Lv

Menurut Tabel II.24 TPGJAK, untuk Vr = 80 km/jam Lengkung Vertikal minimum adalah 80 m.

(90)

commit to user

m Lv

A

Ev 0,0778

800 80 787 , 0 800 2 m Lv

X 80 20

4 1 4 1 2 Lv X A Y 200 2 2 m Lv Lv A 0194 , 0 80 200 ) 80 4 1 ( 778 , 0 200 4

1 2 2

2) Stationing Lengkung Vertikal PVI2

STA a = Sta PVI2–1/2 Lv

= (1+050) – 80

2 1

= 1+010 m

STA b = Sta PVI2–1/4 Lv

= (1+050)

Gambar

Gambar. 2.14 Lengkung Vertikal Cembung
Gambar 2.15. Lengkung Vertikal Cekung.
Tabel 2.4 Kelandaian Maksimum yang diijinkan
Gambar 2.14. Korelasi DDT dan CBR
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah bunga yang di analisis adalah jumlah bunga dari tiga ranting sampling yang dipilih secara acak dalam satu pohon, dimana dalam satu petak diambil satu pohon yang dominan

Sementara kerbau perah yang terinfeksi oleh Coinfection ( Anaplasma sp. dan Theileria sp.) memiliki neutrofil sedikit lebih rendah dan limfosit, monosit,

Dipilihnya panduan model pendidikan sa- dar lingkungan bermuatan potensi lokal me- ngenai pemanfaatan lahan pekarangan dengan tanaman sayuran atas dasar pertimbangan:

• Didalam penarikan perkiraan desain alinemen horizontal dan vertikal harus sudah diperhitungkan dengan cermat sesuai dengan kebutuhan perencanaan untuk

Pupuk kotoran kambing memberi unsur hara N pada tanaman pada periode pertumbuhan tanaman yang mana unsur hara N akan terakumulasi dengan sejumlah zat hasil fotosintesis yang

i) Apakah tipologi pesan yang dipilih dikaitkan dengan karateristik media online dan karateristik khalayak yang menjadi fokus perhatian? “Media online itu mempunyai

Pada parameter dalam nilai return loss dan VSWR pada saat proses simulasi dan realisasi telah sesuai dengan spesifikasi yang di inginkan yaitu bernilai ≤ 2 untuk VSWR dan senilai

ditemukan hasil kultur 15 pasien (+) organisme, 12 pasien dengan tanda klinis infeksi yang jelas, 1 orang tidak. menunjukan tanda klinis infeksi IADP, 2 orang dinyatakan