commit to user
PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA
ANGGARAN BIAYA RUAS JALAN SODONG
–
KEMBANGARUM KABUPATEN SALATIGA
TUGAS AKHIR
Disusun sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Ahli Madya pada
Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Disusun Oleh :
HERI SETIYAWAN
I 8207007
PROGRAM DIPLOMA III
TEKNIK SIPIL TRANSPORTASI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmad,
hidayah serta inayahnya-Nya, sehingga Tugas Akhir dengan judul
“PERENCANAAN GEOMETRIK DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA
RUAS JALAN SODONG – KEMBANGARUM, KABUPATEN SALATIGA”
dapat diselesaikan dengan baik.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk meraih gelar
Ahli Madya pada Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dengan
adanya Tugas Akhir ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
mengenai perencanaan jalan bagi penulis maupun pembaca.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu penyusunan dan pengerjaan Tugas Akhir ini. Secara khusus penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ir.Mukahar, MSCE, selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
2. Ir.Bambang Santoso, MT, Selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Achmad Basuki, ST. MT Selaku Ketua Program D3 Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.
commit to user
5. Ir. Agus Sumarsono, MT Selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
6. Ir. Djoko Sarwono, MTSelaku Tim Dosen Penguji Tugas Akhir.
7. Ir. Djumari, MTSelaku Tim Dosen Penguji Tugas Akhir.
8. Teman –teman seperjuanganku D3 Teknik Sipil Transportasi angkatan 2007
(Fee-3, Dyaz, Rizal, Bowo, Baktiar, Aniz, Aji, Dadang, EP, Tri, Dewa,), buat
Alm. Bagus ST semoga kamu tenang disisi-Nya dan tidak lupa untuk kakak”
angkatan 2005, 2006, & adik” tingkat angkatan 2008 terima kasih atas kerja
samanya dan dukungannya.
Dalam Penyusunan Tugas Akhir ini penulis menyadari masih terdapat kekurangan
dan jauh dari kesempurnaan, maka diharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun, akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
amin.
Surakarta, Februari 2012
Penyusun
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan jalan raya merupakan salah satu hal yang selalu beriringan dengan
kemajuan teknologi dan pemikiran manusia yang menggunakannya, karenanya
jalan merupakan fasilitas penting bagi manusia supaya dapat mencapai suatu
daerah yang ingin dicapai.
Jalan raya adalah suatu lintasan yang bertujuan melewatkan lalu lintas dari suatu
tempat ke tempat yang lain. Arti Lintasan disini dapat diartikan sebagai tanah
yang diperkeras atau jalan tanah tanpa perkerasan, sedangkan lalu lintas adalah
semua benda dan makhluk hidup yang melewati jalan tersebut baik kendaraan
bermotor, tidak bermotor, manusia, ataupun hewan.
Pembuatan jalan yang menghubungkan Sodong – Kembangarum yang melewati
desa Kecandran yang terletak di Kabupaten Salatiga yang bertujuan untuk
memberikan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan bagi pemakai jalan serta
membuka pertumbuhan ekonomi yang semakin cepat antara 2 daerah yaitu
Sodong – Kembangarum demi kemajuan daerah, pemerataan ekonomi, dan
commit to user
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana merencanakan geometrik jalan yang menghubungkan Sodong –
Kembangarum agar memperoleh jalan sesuai dengan fungsi dan kelas
jalannya?
2. Bagaimana merencanakan Tebal Perkerasan Jalan?
3. Anggaran Biaya, dan Time Schedule yang dibutuhkan untuk membuat jalan
tersebut?
1.3
Tujuan
Dalam pembangunan jalan ini ada pun tujuan yang hendak dicapai yaitu :
Membuat realigmen atau alinemen baru disertai dengan rancangan
perkerasan beserta anggaran biaya dan time schedule
1.4
Teknik Perencanaan
Dalam penulisan ini perencanaan yang menyangkut hal pembuatan jalan akan
disajikan sedemikian rupa sehingga memperoleh jalan sesuai dengan fungsi dan
kelas jalan. Hal yang akan disajikan penulisan ini adalah :
1.4.1 Perencanaan geometrik jalan
Dalam perencanaan geometrik jalan raya pada penulisan ini mengacu pada
Peraturan Perencanaan Geometrik Jalan Antar Kota Tahun 1997 dan Petunjuk
Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa
commit to user
Umum Direktorat Jenderal Bina Marga. Perencanaan geometrik ini akan
membahas beberapa hal antara lain :
a. Alinemen Horisontal
Alinemen (Garis Tujuan) horisontal merupakan trase jalan yang terdiri dari :
Garis lurus (Tangent), merupakan jalan bagian lurus.
Lengkungan horisontal yang disebut tikungan yaitu :
a.) Full – Circle
b.) Spiral – Circle – Spiral
c.) Spiral – Spiral
Pelebaran perkerasan pada tikungan.
Kebebasan samping pada tikungan
b. Alinemen Vertikal
Alinemen Vertikal adalah bidang tegak yang melalui sumbu jalan atau
proyeksi tegak lurus bidang gambar. Profil ini menggambarkan tinggi
rendahnya jalan terhadap muka tanah asli.
c. Stationing
d. Overlapping
1.4.2 Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur
Penulisan ini membahas tentang perencanaan jalan baru yang menghubungkan
dua daerah. Untuk menentukan tebal perkerasan yang direncanakan sesuai dengan
Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode
Analisis Komponen Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga. Satuan perkerasan yang
commit to user
1. Lapis Permukaan (Surface Course) : Lapen (Mekanis)
2. Lapis Pondasi Atas (Base Course) : Batu Pecah CBR 80%
3. Lapis Pondasi Bawah (Sub Base Course) : Sirtu CBR 50 %
1.4.3 Rencana Anggaran Biaya dan Jadwal Waktu Pelaksanaan (Time
schedule)
Menghitung Rencana Angaran Biaya yang meliputi :
1. Volume pekerjaan.
2. Harga satuan pekerjaan, bahan dan peralatan.
3. Alokasi waktu penyelesaian masing – masing pekerjaan.
Dalam mengambil kapasitas pekerjaan satuan harga dari setiap pekerjaan
perencanaan ini mengambil dasar dari Analisa Harga Satuan tahun 2010 Dinas
commit to user
1.5. Bagan Alir / Flow Chart Perencanaan
Untuk lebih jelasnya, perencanaan jalan ini dapat dilihat pada bagan alir/Flow
Chart dibawah ini :
Gambar 1.1 Bagan Alir Perencanaan Jalan
Mulai
Data Geometrik
Kelas Medan Jalan
Kelas jalan menurut Fungsinya
VLHR
Kecepatan Rencana
Sudut Luar Tikungan
Data Rencana Anggaran
Gambar Rencana
Daftar Harga Satuan bahan upah dan Peralatan
Data Tebal Perkerasan
Kelas Jalan menurut Fungsinya
Tipe Jalan
Umur Rencana
CBR Rencana
Curah Hujan Setempat
Kelandaiaan Rata-rata
Jumlah LHR
Angka Pertumbuhan Lalu lintas
Perencanaan Geometrik
Perhitungan
Lengkung Horisontal
Perlebaran Perkerasan pada Tikungan
Kebebasan Samping
Stasioning
Kontrol Overlapping
Kelandaian Memanjang
Lengkung Vertikal
Perhitungan
Lalu Lintas Rencana
Daya Dukung Tanah Dasar
Tebal Lapisan Perkerasan
Perencaan Perkeraaan
Pembuatan Time Schedule Selesai Rencana Anggaran Biaya
Perhitungan
Volume Perkerasan
commit to user
1.6 Peta Lokasi
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini mengambil lokasi Sodong – Kembangarum
yang berada di Kabupaten Karanganyar (Jawa Tengah). Adapun lokasinya seperti
dalam peta sebagaimana diperlihatkan dalam gambar 1.2
commit to user
7
BAB II
DASAR TEORI
2.1.
Perencanaan Geometrik Jalan
Perencanaan geometrik jalan adalah perencanaan route dari suatu ruas jalan secara
lengkap, meliputi beberapa elinemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data dan
data dasar yang ada atau tersedia dari hasil survai dilapangan dan telah dianalisis,
serta mengacu pada ketentuan yang berlaku.
2.1.1. Perencanaan Alinemen Horisontal
Alinemen horisontal adalah Proyeksi sumbu jalan tegak lurus pada bidang horisontal.
Alinemen horisontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung atau disebut
juga tikungan.
Perencanaan geometrik pada bagian lengkung dimaksudkan untuk mengimbangi
gaya sentrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada kecepatan VR.
Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang daerah bebas samping jalan
commit to user
Azimuth
Azimuth adalah sudut yang diukur searah jarum jam yang diukur dari arah utara.
Gambar 2. 1 Peta Azimuth αA-1
α2-B α1-2
A
PI 1 PI 2
B
1
A
d
B
d
3U
Δ PI-1
Δ PI-2
Keterangan :
α = Sudut Azimuth Δ = Sudut luar tikungan d = Jarak
Rumus - rumus
A A
Y Y
X X ArcTg A
1 1
1 1 2 1 2
1 ( A) ( A)
A X X Y Y
d
1 2
1 2
2 1
Y Y
X X
ArcTg d12 (X2 X1)2 (Y2 Y1)2
2 3
2 3
2
Y Y
X X ArcTg
B 3 2 3 2 2
2 (X X2) (Y Y)
d B
A 1 1 2
1 2 2 3 21 1 2 3 3 B
2 1
commit to user
Bagian – bagian dari alinemen horisontal adalah sebagai berikut :
1. Panjang Bagian Lurus
Dengan mempertimbangkan faktor keselamatan pemakai jalan, ditinjau dari segi
kelelahaan pengemudi, maka Panjang maksimum bagian jalan yang lurus harus
ditempuh dalam waktu 2,5 menit (sesuai VR).
Table 2.1 Klasifikasi Menurut Kelas Jalan
Fungsi
Panjang Bagian Lurus Maksimum ( m )
Datar Bukit Gunung
Arteri
Kolektor
3.000 2.500 2.000
2.000 1.750 1.500
Sumber TPGJAK 1997Halaman 27
2. Tikungan
a. Jari – jari Tikungan Minimum
Agar kendaraan stabil saat melalui tikungan, perlu dibuat suatu kemiringan
melintang jalan pada tikungan yang disebut superelevasi (e). Pada saat kendaraan
melalui daerah superelevasi, akan terjadi gesekan arah melintang jalan antara ban
kendaraan dengan permukaan aspal yang menimbulkan gaya gesekan melintang.
Perbandingan gaya gesekan melintang dengan gaya normal disebut koefisien gesekan
melintang (f).
Untuk menghindari terjadinya kecelakaan, maka untuk kecepatan tertentu dapat
dihitung jari-jari minimum untuk superelevasi maksimum dan koefisien gesekan
commit to user
Gambar 2.2 Kemiringan melintang jalan
g sinα + (F1+F2) = kf cosα
g sinα + (F1+F2) =
min 2
2
R g
VR
cosα
sinα +fmaks =
min 2 R g
VR
cosα
tanα +
cos ma ks
f
=
min 2 R g
VR
; karena α keci, maka cosα = 1
tanα + fmaks =
min 2 R g
VR
е + fmaks =
min 2 R g
VR
fmaks =
min 2 R g
VR
- е
commit to user
tan α + fmaks =
min 2
R g
VR
atau Rmin =
) ( 2 ma ks ma ks R f e g V
dimana g = gravitasi (10 m/dt2)
sehingga :
Rmin =
) (
10
3600
1000 2 2
ma ks ma ks R f e V ... 2 2 2 dt m dt m
= 2
) ( 10 077 , 0 R ma ks ma ks V f
e ... [m]
= ) ( 127 2 ma ks ma ks R f e V
Rmin =
) ( 127 2 ma ks ma ks R f e V ... (2)
Dmaks =
min
39 , 1432
R
Dmaks = 2
) ( 53 , 181913 R ma ks ma ks V f e ... (3) Keterangan :
Rmin = Jari-jari tikungan minimum, (m)
VR = Kecepatan kendaraan rencana, (km/jam)
emaks = Superelevasi maksimum, (%)
fmaks = Koefisien gesek melintang maksimum
Dmaks = Derajat kelengkungan maksimum
commit to user
Tabel 2.2 Panjang jari-jari minimum (dibulatkan) untuk emaks = 10%
VR(km/jam) 120 100 90 80 60 50 40 30 20
Rmin (m) 600 370 280 210 110 80 50 30 15
Sumber TPGJAK 1997 Halaman 28
Untuk kecepatan rencana < 80 km/jam berlaku fmaks = - 0,00065 VR + 0,192
80 – 120 km/jam berlaku fmaks = - 0,00125 VR + 0,24
Rmin =
f e V
127
2
...(4)
Dtjd =
Rr
4 , 1432
...(5)
Keterangan :
Rmin = Jari – jari lengkung (m)
commit to user
b. Lengkung Peralihan
Lengkung peralihan adalah lengkung yang disisipkan di antara bagian lurus jalan dan
bagian lengkung jalan berjari-jari lengkung R, berfungsi mengantisipasi perubahan
alinyemen jalan yang dibentuk lurus (R tak terhingga) sampai bagian lengkung jalan
berjari-jari tetap R sehingga gaya sentrifugal yang bekerja pada kendaraan saat
berjalan di tikungan berubah secara berangsur-angsur baik ketika kendaraan
mendekati tikungan maupun meninggalkan tikungan.
Dengan adanya lengkung peralihan, maka tikungan menggunakan jenis S-C-S.
panjang lengkung peralihan (Ls), menurut Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan
Antar Kota, 1997, diambil nilai yang terbesar dari tiga persamaan di bawah ini :
i. Berdasar waktu tempuh maksimum (3 detik), untuk melintasi lengkung
peralihan, maka panjang lengkung :
Ls = 6 , 3
VR
T ... (6)
ii. Berdasarkan antisipasi gaya sentrifugal, digunakan rumus Modifikasi Shortt:
Ls = 0,022
C R VR
.
3
- 2,727
C etjd VR.
... (7)
iii. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian
Ls =
e R n m
r V e e
. 6 , 3
. ) (
... (8)
4.) Sedangkan Rumus Bina Marga
Ls = W (en etjd) m
2 ... (9)
commit to user
T : waktu tempuh = 3 detik
VR : Kecepatan rencana (km/jam)
e : Superelevasi
R : Jari-jari busur lingkaran (m)
C : Perubahan percepatan 0,3 – 1,0 disarankan 0,4 m/det2
em : Superelevasi maximum
en : Superelevasi normal
re : Tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan (m/m/detik),
sebagai berikut:
Untuk VR 70 km/jam, remak = 0,035 m/m/det
Untuk VR 80 km/jam, remak = 0,025 m/m/det
(Sumber Tata Cara Perencaan Geometrik Jalan Antar Kota 1997 Hal.28)
c.
Jenis Tikungan dan diagram superelevasiTabel 2.3 Jari-jari tikungan yang tidak memerlukan lengkung peralihan
VR (km/jam) 120 100 80 60 50 40 30 20
Rmin 2500 1500 900 500 350 250 130 60
Sumber TPGJAK 1997Halaman 30
Tt = Rc tan ½ ... (10)
Et = Tt tan ¼ ... (11)
Lc = Rco
360 2
commit to user
1.) Tikungan Spiral – Circle – Spiral (S – C – S)
a.) Bentuk Busur Lingkaran Spiral-Circle-Spiral (S-C-S)
Gambar 2.3 Lengkung Spiral-Circle-Spiral
Keterangan gambar :
Xs = Absis titik SC pada garis tangen, jarak dari titik ST ke SC
Ys = Jarak tegak lurus ketitik SC pada lengkung
Ls = Panjang dari titik TS ke SC atau CS ke ST
Lc = Panjang busur lingkaran (panjang dari titik SC ke CS)
Tt = Panjang tangen dari titik PI ke titik TS atau ke titik ST
TS = Titik dari tangen ke spiral
SC = Titik dari spiral ke lingkaran
Et = Jarak dari PI ke busur lingkaran
s = Sudut lengkung spiral
Rr = Jari-jari lingkaran
commit to user
K = Absis dari p pada garis tangen spiral
Rumus-rumus yang digunakan :
1. Xs = Ls - 2
2
40 1
Rr Ls
... (13)
2. c = - 2 s……….(14)
3. Ys =
xRr Ls
6
2
... (15)
4. s =
2 2
360
Rr Ls
... (16)
5. Lc = c x xRr
180 ... (17)
6. p = Ys – Rr (1- cos s) ... (18)
7. k = Xs – Rr x sin s ... (19)
8. Tt = (Rr + P) P I K
2 1
tan ... (20)
9. Et = (Rr P)xsec12 1 Rr ... (21)
commit to user
e maks
e min
b.) Diagram superelevasi Tikungan berbentuk Spiral – Cricle – Spiral
Gambar 2.4 Diagram Super Elevasi Spiral-Cirle-Spiral.
As Jalan
en = -2%
en = -2%
As Jalan
en = -2%
0 %
As Jalan
-2% +2%
I
e min
As Jalan
e maks
IV III
II
I II III IV
Cs
Lc
en = - 2 % e
n = - 2 % 0 % 0 %
Ls Ls
SC
commit to user
Daerah Bebas Samping di Tikungan
Jarak Pandang pengemudi pada lengkung horisontal (di tikungan), adalah
pandanngan bebas pengemudi dari halangan benda-benda di sisi jalan. Daerah bebas
samping di tikungan dihitung bedasarkan rumus-rumus sebagai berikut :
1 Jarak pandangan lebih kecil daripada panjang tikungan (Jh < Lt).
Gambar 2.5 Jarak pandangan pada lengkung horizontal untuk Jh < Lt
Keterangan :
Jh = Jarak pandang henti (m)
Lt = Panjang tikungan (m)
E = Daerah kebebasan samping (m)
R = Jari-jari lingkaran (m)
Maka: E = R ( 1 – cos
R Jh
o
. 90
commit to user
2. Jarak pandangan lebih besar dari panjang tikungan (Jh > Lt)
Gambar 2.6 Jarak pandangan pada lengkung horizontal untuk Jh > Lt
Jh = Lt + 2.d……… (33)
d = ½ (Jh –Lt)……….. (34)
m = R
R Jh lt
Jh
R
Jh 90
sin 2 90
cos
1 ……… (35)
Dalam memajukan kebebasan samping pada tikungan ada 2 teori :
1) Berdasarkan jarak pandang henti
m = R’ 1 cos90 2
R Jh
……… (36)
2) Berdasarkan jarak pandang menyiap
m = R’
R Lt Lt
Jd R
Lt 90
sin 2
1 90
cos
commit to user
2,1m 7,6 m 2,6 m
A P
c/2
c/2 b'
Td
R
(
meter
)
b
b''
Keterangan:
Jh = Jarak pandang henti
Jd = Jarak pandang menyiap
Lt = Panjang lengkung total
R = Jari-jari tikungan
R’ = Jari-jari sumbu lajur
Pelebaran Perkerasan
Pelebaran perkerasan dilakukan pada tikungan-tikungan yang tajam, agar kendaraan
tetap dapat mempertahankan lintasannya pada jalur yang telah disediakan.
Gambar dari pelebaran perkerasan pada tikungan dapat dilihat pada gambar berikut
ini.
commit to user
Rumus yang digunakan :
B = n (b’ + c) + (n + 1) Td + Z ... (38)
b’ = b + b” ... (39)
b” = Rr - 2 2 p
Rr ... (40)
Td = Rr2 A2p A R... (41)
Z =
R V
105 ,
0 ... (42)
= B - W ... (43)
Keterangan:
B = Lebar perkerasan pada tikungan
n = Jumlah jalur lalu lintas
b = Lebar lintasan truk pada jalur lurus
b’ = Lebar lintasan truk pada tikungan
P = Jarak As roda depan dengan roda belakang truk
A = Tonjolan depan sampai bumper
W = Lebar perkerasan
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
Z = Lebar tambahan akibat kelelahan pengamudi / kalainan mengemudi
c = Kebebasan samping
commit to user
2.1.2 Alinemen Vertikal
Alinemen Vertikal adalah perencanaan elevasi sumbu jalan pada setiap titik yang
ditinjau, berupa profil memanjang. Pada peencanaan alinemen vertikal terdapat
kelandaian positif (tanjakan) dan kelandaian negatif (turunan), sehingga
kombinasinya berupa lengkung cembung dan lengkung cekung. Disamping kedua
lengkung tersebut terdapat pula kelandaian = 0 (datar).
Bagian – bagian lengkung vertikal :
1. Lengkung vertikal cembung
Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di atas
permukaan jalan
commit to user
Gambar. 2.9.2 Lengkung Vertikal Cembung untuk Jh > L
Keterangan :
PLV = Titik awal lengkung parabola
PTV = Titik akhir lengkung parabola
PV1 = Titik perpotongan kelandaian g1 dan g2
g = Kemiringan tangen : (+) naik ;(-) turun
A = Perbedaan aljabar landai (g1 – g2 )%
EV = Pergeseran vertikal titik tengah besar lingkaran (PV1 – m) meter.
Jh = Jarak pandangan
h1 = Tinggi mata pengaruh
h2 = Tinggi halangan
commit to user
2. Lengkung vertikal cekung
Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangen berada di atas
permukaan jalan
Gambar 2.11.1. Lengkung Vertikal Cekung untuk Jh < L
Gambar 2.11.2. Lengkung Vertikal Cekung untuk Jh > L
Keterangan :
PLV = titik awal lengkung parabola.
PTV = Titik akhir lengkung parabola
PV1 = titik perpotongan kelandaian g1 dan g2
g = kemiringan tangen ; (+) naik; (-) turun.
A = perbedaan aljabar landai (g1 - g2) %.
EV = pergeseran vertikal titik tengah busur lingkaran (PV1 - m) meter.
L = Panjang lengkung vertikal Cekung
V = kecepatan rencana (km/jam)
PLV
EV
g2 g1
PV1
Jh PTV
L
PLV
EV g2
g1
PV1 Jh
commit to user
Rumus-rumus yang digunakan untuk alinemen vertikal :
% 100
awal Sta akhir Sta
awal elevasi akhir
elevasi
g ... (43)
A = g2– g1 ... (44)
) (
254 278
, 0
2
g fp Vr T
Vr
S ... (45)
800
Lv A
Ev ... (46)
Lv x A y
200
2
... (47)
Panjang Lengkung Vertikal (PLV)
1. Berdasarkan syarat keluwesan
Vr
Lv 0,6 ... (48)
2. Berdasarkan syarat drainase
A
Lv 40 ... (49)
3. Berdasarkan syarat kenyamanan
t Vr
Lv ... (50)
4. Berdasarkan syarat goncangan
360
2
A Vr
Lv ... (51)
1. Berdasarkan Jarak Pandang
3. Lengkung Vertikal Cembung
Jarak Pandang Henti
S < L
412
2
S
Lv ... (52)
commit to user
Jarak Pandang Menyiap
S < L
1000
2
S
Lv ... (54)
S > L Lv 2S 1000 ... (55)
4. Lengkung Vertikal Cekung
S < L Lv 2S 150 3,5S ... (56)
S > L
S S Lv
5 , 3 150
2
... (57)
1). Lengkung vertikal cembung
Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di atas
[image:31.595.98.509.169.518.2]permukaan jalan
Gambar. 2.14 Lengkung Vertikal Cembung
Keterangan :
PLV = Titik awal lengkung parabola
PV1 = Titik perpotongan kelandaian g1 dan g2
g = Kemiringan tangen : (+) naik, (-) turun
A = Perbedaan aljabar landai (g1- g2) %
EV = Pergeseran vertikal titik tengah besar lingkaran (PV1 – m) meter
Jh = Jarak pandang
PLV d1 d2
g2
PVI 1
Ev
m g1
h2 h1
Jh PTV
commit to user 1
h = Tinggi mata pengaruh
2
h = Tinggi halangan
2). Lengkung vertikal cekung
Adalah lengkung dimana titik perpotongan antara kedua tangent berada di bawah
[image:32.595.99.499.239.615.2]permukaan jalan.
Gambar 2.15. Lengkung Vertikal Cekung.
Keterangan :
PLV = Titik awal lengkung parabola
PV1 = Titik perpotongan kelandaian g1 dan g2
g = Kemiringan tangen : (+) naik, (-) turun
A = Perbedaan aljabar landai (g1- g2) %
EV = Pergeseran vertikal titik tengah besar lingkaran (PV1 – m) meter
Lv = Panjang lengkung vertikal
V = Kecepatan rencana ( km/jam)
Rumus-rumus yang digunakan pada lengkung parabola cekung sama dengan
rumus-rumus yang digunakan pada lengkung vertikal cembung.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan Alinemen Vertikal
PLV
EV
g2 EV
g1
PV
Jh PTV
commit to user
1) Kelandaian maksimum.
Kelandaian maksimum didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh
mampu bergerak dengan kecepatan tidak kurang dari separuh kecepatan semula
[image:33.595.100.509.213.494.2]tanpa harus menggunakan gigi rendah.
Tabel 2.4 Kelandaian Maksimum yang diijinkan
Landai maksimum % 3 3 4 5 8 9 10 10
VR (km/jam) 120 110 100 80 60 50 40 <40
Sumber : TPGJAK 1997Halaman 30
2) Kelandaian Minimum
Pada jalan yang menggunakan kerb pada tepi perkerasannya, perlu dibuat kelandaian
minimum 0,5 % untuk keperluan kemiringan saluran samping, karena kemiringan
commit to user
2.2
Perencanaan Tebal Perkerasan Jalan Raya
Perencanaan konstruksi lapisan perkerasan lentur disini untuk jalan baru dengan
Metoda Analisa Komponen, yaitu dengan metoda analisa komponen SKBI – 2.3.26.
1987.
Surface course
Base course
Subbase course
Subgrade
Gambar 2.13. Susunan lapis Konstruksi Perkerasan lentur.
Adapun untuk perhitungannya perlu pemahaman istilah-istilah sebagai berikut :
1. Lalu lintas
a. Lalu lintas harian rata-rata (LHR)
Lalu lintas harian rata-rata (LHR) setiap jenis kendaraan ditentukan pada awal umur
rencana, yang dihitung untuk dua arah pada jalan tanpa median atau masing-masing
arah pada jalan dengan median.
Lalu lintas harian rata-rata permulaan (LHRP)
1 1
1 n
S
P LHR i
LHR ... (54)
Lalu lintas harian rata-rata akhir (LHRA)
2
2
1 n
P
A LHR i
LHR ... (55)
b. Rumus-rumus Lintas ekuivalen
Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP)
E C LHR LEP
n mp j
P j ... (56)
commit to user
E C LHR LEA
n mp j
Aj ... (57)
Lintas Ekuivalen Tengah (LET)
2
LEA LEP
LET ... (58)
Lintas Ekuivalen Rencana (LER)
Fp LET
LER ... (59)
10
2
n
Fp ... (60)
Dimana:
i1 = Pertumbuhan lalu lintas masa konstruksi
i2 = Pertumbuhan lulu lintas masa layanan
J = Jenis kendaraan
n1 = Masa konstruksi
n2 = Umur rencana
C = Koefisien distribusi kendaraan
E = Angka ekuivalen beban sumbu kendaraan
Fp = Faktor Penyesuaian
2. Angka ekuivalen (E) masing-masing golongan beban umum (setiap
kendaraan) ditentukan menurut rumus daftar sebagai berikut:
4
8160
.SumbuTunggal bebansatusumbutunggaldlmkg
E ... (61)
4
8160 086
, 0
.SumbuGanda bebansatusumbugandadlmkg
commit to user
3. Daya Dukung Tanah Dasar (DDT dan CBR)
Daya dukung tanah dasar (DDT) ditetapkan berdasarkan grafik korelasi DDT dan
[image:36.595.169.426.161.496.2]CBR.
Gambar 2.14. Korelasi DDT dan CBR
Catatan : Hubungan nilai CBR dengan garis mendatar kesebelah kiri diperoleh nilai DDT
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa
Komponen SKBI 2.3.26.1987, Halaman 13
4. Faktor Regional (FR)
Faktor regional bisa juga juga disebut faktor koreksi sehubungan dengan perbedaan
kondisi tertentu. Kondisi-kondisi yang dimaksud antara lain keadaan lapangan dan
iklim yang dapat mempengaruhi keadaan pembebanan daya dukung tanah dan
100 90 80
70 60 50
40 30
20
10 9
8 7 6 5 4
3
2
1 10
9
8
7
6
5
4
3
2
commit to user
perkerasan. Dengan demikian dalam penentuan tebal perkerasan ini Faktor Regional
[image:37.595.94.512.145.636.2]hanya dipengaruhi bentuk alinemen ( kelandaian dan tikungan)
Tabel 2.5 Prosentase kendaraan berat dan yang berhenti serta iklim (curah hujan)
Kelandaian 1 (<6%) Kelandaian II (6–10%) Kelandaian III (>10%)
% kendaraan berat % kendaraan berat % kendaraan berat
≤ 30% >30% ≤ 30% >30% ≤ 30% >30%
Iklim I
< 900 mm/tahun
0,5 1,0 – 1,5 1,0 1,5 – 2,0 1,5 2,0 – 2,5
Iklim II
≥ 900 mm/tahun 1,5 2,0 – 2,5 2,0 2,5 – 3,0 2,5 3,0 – 3,5
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa
Komponen SKBI 2.3.26.1987
5. Koefisien Distribusi Kendaraan
Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang lewat pada
jalur rencana ditentukan menurut daftar di bawah ini :
Tabel 2.6 Koefisien Distribusi Kendaraan
Jumlah jalur Kendaraan ringan *) Kendaraan berat **)
1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
1 lajur
2 lajur
3 lajur
4 lajur
5 lajur
6 lajur
1,00
0,60
0,40
-
-
-
1,00
0,50
0,40
0,30
0,25
0,20
1,00
0,70
0,50
-
-
-
1,00
0,50
0,475
0,45
0,425
0,40
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa
Komponen SKBI 2.3.26.1987
*) berat total < 5 ton, misalnya: mobil penumpang, pick up, mobil hantaran.
commit to user
6. Koefisien Kekuatan Relatif (a)
Koefisien kekuatan relative (a) masing-masing bahan dan kegunaan sebagai lapis
permukaan, lapis pondasi dan pondasi bawah, ditentukan secara korelasi sesuai nilai
Marshall Test (untuk bahan dengan aspal), kuat tekan untuk (bahan yang
didistabilisasikan dengan semen atau kapur) atau CBR (untuk bahan lapis pondasi
[image:38.595.92.504.240.699.2]atau pondasi bawah).
Tabel 2.7 Koefisien Kekuatan Relatif
Koefisien
Kekuatan Relatif
Kekuatan
Bahan
Jenis Bahan
a1 a2 a3
Ms
(kg)
Kt
kg/cm2
CBR
%
0,40 744
LASTON
0,35 590
0,32 454
0,30 340
0,35 744
LASBUTAG
0,31 590
0,28 454
0,26 340
0,30 340 HRA
0,26 340 Aspal Macadam
0,25 LAPEN (mekanis)
0,20 LAPEN (manual)
0,28 590
Laston Atas
0,26 454
0,24 340
0,23 Lapen (Mekanis)
commit to user
SambunganTabel 2.7 Koefisien Kekuatan Relatif
Koefisien Kekuatan
Relatif Kekuatan Bahan
Jenis Bahan
a1 a2 a3 MS
(Kg)
Kt
kg/cm2
CBR
%
0,19 Lapen (Manual)
0,15 22 Stab. Tanah dengan
semen
0,13 18
0,15 22 Stab. Tanah dengan
Kapur
0,13 18
0,14 100 Batu Pecah (Kelas A)
0,13 80 Batu Pecah (Kelas B)
0,15 60 Batu Pecah (Kelas C)
0,13 70 Sirtu/ Pitrun (Lelas A)
0,14 30 Sirtu/ Pitrun (Lelas B)
0,10 20 Tanah / Lempung
Kepasiran
Sumber: Petunjuk Perencanaan Tebal Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa
Komponen SKBI 2.3.26.1987
7. Analisa komponen perkerasan
Penghitungan ini didistribusikan pada kekuatan relatif masing-masing lapisan
[image:39.595.93.506.90.497.2]perkerasan jangka tertentu (umur rencana).
Gambar 2.15. Tebal Lapis Perkerasan Lentur
Surface course
Subgrade Subbase course
Base course
a1
a2
a3
D1
D2
commit to user
Dimana penetuan tebal perkerasan dinyatakan oleh Indeks Tebal Perkerasan (ITP)
dengan rumus:
3 3 2 2 1
1D a D a D
a
ITP ... (63)
D1,D2,D3 = Tebal masing-masing lapis perkerasan (cm)
a1, a2, a3 = Koefisien kekuatan relatif bahab perkerasan (SKBI 2.3.26.1987)
Angka 1,2,3 masing-masing lapis permukaan, lapis pondasi atas dan pondasi bawah.Penentuan
commit to user
Flow Chart Perencanaan Tebal Perkerasan
1 2 3
[image:41.595.102.501.103.702.2]LEP LEA LET
Gambar 2.16. Diagram Alir Perencanaan Tebal Perkerasaan
Indeks Tebal Perkerasan
(ITP)
Dari data kelandaian rata –rata
dan iklim ditentukan Faktor
Regional (FR) berdasarkan
Tabel 2.7
Selesai
Diperoleh nilai ITP dari
pembacaan Nomogram
Penentuan susunan tebal
Perkerasan Mulai
Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR)
Lintas Ekivalen Rencana
(LER) California Bearing
Ratio (CBR)
Daya Dukung Tanah
commit to user
2.3
Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan
Time Schedule
Untuk menghitung Rencana Anggaran Biaya (RAB) terlebih dahulu menghitung
volume dari pekerjaan yang direncanakan yang meliputi :
1. Umum
- Pengukuran
- Mobilisasi dan Demobilisasi
- Pembuatan papan nama proyek
- Pekerjaan Direksi Keet
- Administrasi dan Dokumentasi
2. Pekerjaan tanah
- Pembersihan semak dan pengupasan tanah
- Persiapan badan jalan
- Galian tanah (biasa)
- Timbunan tanah (biasa)
3. Pekerjaan drainase
- Galian saluran
- Pasangan batu dengan mortar
- Plesteran
4. Pekerjaan dinding penahan
- Galian saluran
- Pasangan batu dengan mortar
- Plesteran
- Siaran
5. Pekerjaan perkerasan
- Lapis pondasi bawah (sub base course)
- Lapis pondasi atas (base course)
- Prime Coat
commit to user
6. Pekerjaan pelengkap
- Marka jalan
- Rambu jalan
- Patok kilometer
Setelah diketahui volume pekerjaan yang direncanakan, rencana anggaran biaya
dapat dihitung berdasarkan analisa harga satuan yang diambil dari Harga Satuan
Dasar Upah dan Bahan serta Biaya Operasi Peralatan Dinas Bina Marga Surakarta
Tahun Anggaran 2010.Kemudian berdasarkan rencana anggaran biaya yang telah
dihitung, dapat dibuat time schedule dengan menggunakan kurva S.
Pekerjaan tanah Selesai Pekerjaan drainase Pekerjaan perkerasan
Rekapitulasi RAB
Time Schedule
Pekerjaan persiapan Pengukuran renc.galian &timbunan Timbunan tanah
Galian tanah
Pengukuran renc.galian Galian saluran Pembuatan mortal/pasang an batu
Sub grade
Sub base course
Base course
Surface course
Pengukuran Geometrik jalan Pembuatan bouwplank Pembersihan lahan RAB pekerjaan tanah Waktu pekerjaan tanah
RAB pekerjaan
[image:43.595.70.556.247.761.2]drainase Waktu pekerjaan drainase RAB pekerjaan perkerasan Waktu pekerjaan perkerasan RAB pekerjaan persiapan Waktu pekerjaan pesiapan Mulai Pekerjaan pelengkap Marka Rambu Patok kilometer RAB pelengkap jalan Waktu pekerjaan perkerasan
commit to user
39
BAB III
PERENCANAAN JALAN
3.1. Penetapan Trace Jalan
3.1.1 Gambar Perbesaran Peta
Peta topografi skala 1: 50.000 dilakukan perbesaran pada daerah yang akan dibuat
Azimut menjadi 1:10.000 dan diperbesar lagi menjadi 1: 5.000, menjadi trace jalan
digambar dengan memperhatikan kontur tanah yang ada.
3.1.2 Penghitungan Trace Jalan
Dari trace jalan (skala 1: 5.000) dilakukan penghitungan-penghitungan azimuth (skala
commit to user
commit to user
3.1.3 Penghitungan Azimuth
Diketahui koordinat:
A = ( 0 ; 0 )
PI – 1 = ( 616 ; 384 ) PI – 2 = ( 1565 ; 446 ) B = ( 2235 ; 663 )
commit to user
3.1.4 Penghitungan Sudut PI
" ' " ' " ' 1 2 1 1 95 , 1 12 28 5 , 41 3 58 45 , 43 15 86 A " ' " ' " ' 2 1 2 2 53 , 29 12 14 45 , 43 15 86 92 , 13 3 72 B
3.1.5 Penghitungan jarak antar PI
1) Menggunakan rumus Phytagoras:
m
Y Y X
X
dA A A
887 , 725 ) 0 384 ( ) 0 616 ( ) ( ) ( 2 2 2 1 2 1 1 m Y Y X X d 023 , 951 ) 384 446 ( ) 616 1565 ( ) ( ) ( 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 m Y Y X X
d B B B
commit to user
3) Menggunakan rumus Sinus:
commit to user
4) Menggunakan rumus Cosinus:
commit to user
Tabel 3.1 Rekapitulasi Panjang Jarak Trace
No Rumus
d
∑d
A-1 1-2 2-B
1 Rumus Phytagoras : d ( X)2 ( Y)2 725,887 951,023 704,264
2381,174
2 Rumus Sinus : Sin
X
d 725,887 951,023 704,264
2381,174
3 Rumus Cosinus : Cos
Y
725,887 951,023 704,264 2381,174
Jadi panjangnya jarak dari A ke B adalah:
m d d d
dA B A B
2381,174
264 , 704 023 , 951 887 , 725
commit to user
3.1.6 Penghitungan Kelandaian Melintang
Untuk menentukan jenis medan dalam perencaan jalan raya, perlu diketahui jenis
kelandaian melintang pada medan dengn ketentuan :
1. Kelandaian dihitung tiap 50 m
2. Potongan melintang 100 m dihitung dari as jalan ke samping kanan dan kiri
Contoh perhitungan kelandaian melintang trace Jalan yang akan direncanakan pada awal
proyek, STA 0+000 m
commit to user
A
0 12 3 4 5 6 7 8 9 1011 1213
14 15 16 17 18
19 20 21 2223 24
SODONG
DESA KECANDRAN
K. Sra
ten
525 537,5 550 562,5 a2 b2 b1 a1a. Elevasi Titik Kiri b. Elevasi Titik Kanan
m b a 5 , 537 5 , 12 05 , 2 0 5 , 537 5 , 12 5 , 537 kiri titik elevasi 1 1 a2 b2 (Beda tinggi antara 2 garis kontur)
a1
b1
[image:52.595.57.513.75.746.2](Beda tinggi antara 2 garis kontur) m b a 304 , 565 5 , 12 578 , 4 027 , 1 5 , 562 5 , 12 5 , 562 kanan titik elevasi 2 2 562,5 m 575 m 537,5 m 550 m
commit to user
Tabel 3.2 Perhitungan Kelandaian melintang
No STA JARAK ELEVASI
Kiri
ELEVASI
Kanan ∆H L I (%)
KELAS MEDAN
commit to user
+
No
STA JARAK ELEVASI
Kiri
ELEVASI
Kanan ∆H L I (%)
KELAS MEDAN
37 1+850 1850 538,941 554,934 15,993 200 7,997 Bukit
38 1+900 1900 540,266 553,150 12,884 200 6,442 Bukit
39 1+950 1950 540,565 554,062 13,497 200 6,749 Bukit
40 2+000 2000 541,615 553,547 11,931 200 5,966 Bukit
41 2+050 2050 541,182 553,512 12,329 200 6,165 Bukit
42 2+100 2100 542,136 550,201 8,064 200 4,032 Bukit
43 2+150 2150 545,004 549,044 4,040 200 2,02 Datar
44 2+200 2200 546,770 549,036 2,265 200 1,133 Datar
45 2+250 2250 545,452 551,528 6,076 200 3,038 Bukit
46 2+300 2300 545,323 554,813 9,489 200 4,745 Bukit
47 2+350 2350 544,122 556,507 12,384 200 6,192 Bukit
B B 2374,25 543,618 556,056 12,437 200 6,219 Bukit
Hasil perhitungan dengan cara yang sama dapat dilihat pada Tabel 3.2 sebagai berikut :
Dari data diatas dapat diketahui kelandaian melintang rata – ratanya yaitu :
Medan datar = 11 Titik
Medan bukit = 38 Titik
Medan gunung = 0 Titik
49 Titik
Dari data diatas diketahui kelandaian, dengan 49 titik didominasi oleh medan bukit, maka
menurut tabel II.6 TPGJAK, Hal 11 dipilih klasifikasi fungsi jalan arteri dengan kecepatan
antara 60 – 80 km/jam. Diambil kecepatan 80 km /jam.
commit to user 0 2 2 max max max 822 , 6 80 14 , 0 1 , 0 53 , 181913 53 , 181913 x Vr f e x D
3.2
Perhitungan Alinemen Horizontal
Data dan klasifikasi desain :
Peta yang di pakai adalah peta Kabupaten Salatiga.
Jalan rencana kelas II (Arteri) dengan muatan sumbu terberat 10 ton.
Klasifikasi medan:
Vr = 80 km/jam
emax = 10 %
en = 2 %
Lebar perkerasan (W) = 2 x 3,5 m
Untuk emax = 10 %, maka fmax = 0,14
Sumber: Buku Silvia Sukirman, Dasar-dasar Perencanaan Geometrik Jalan atau
commit to user
3.2.1. Tikungan PI 1
Diketahui :
ΔPI1 = 280 12’ 1,95” Vr = 80 km/jam
Rmin = 210 m ( R min dengan Ls )
Jd = 550
Dicoba Tikungan S-C-S
Digunakan Rr = 250 m > Rmin 210 m
(Sumber Buku TPGJAK th.1997)
untuk FC = 900 m > Rr. Sehingga tikungan jenis Full Circle tidak dapat
digunakan.
3.2.1.1 Menentukan superelevasi terjadi:
0 730 , 5 250 4 , 1432 4 , 1432 Rr Dtjd % 744 , 9 09744 , 0 822 , 6 730 , 5 10 , 0 2 822 , 6 730 , 5 10 , 0 2 2 2 max max 2 max 2 max D D e D D e
etjd tjd tjd
3.2.1.2 Penghitungan lengkung peralihan (Ls)
a. Berdasarkan waktu tempuh maximum (3 detik) untuk melintasi lengkung peralihan,
maka panjang lengkung:
commit to user
b. Berdasarkan rumus modifikasi Short:
m c etjd Vr c Rr Vr Ls 518 , 59 4 , 0 0974 , 0 80 727 , 2 4 , 0 250 80 022 , 0 727 , 2 022 , 0 3 3
d. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:
Vr re e e
Ls m n
6 , 3
dimana re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, untuk Vr = 80
km
/jam, re max = 0,025 m/m/det.
d. Berdasarkan Bina Marga:
m e e m w
Ls n tjd
208 , 82 09744 , 0 02 , 0 200 2 50 , 3 2 2
Syarat kenyamanan dipakai nilai Ls terbesar yaitu 82,208 m ~ 85 m
3.2.1.3 Penghitungan besaran-besaran tikungan
commit to user " 02 , 25 ' 44 9 740 , 9 250 85 14 , 3 90 90 Rr Ls s " 91 , 11 ' 43 8 " 02 , 25 ' 44 9 2 " 95 , 1 ' 12 28 2 2 s
c P I
m Rr c Lc 028 , 38 250 14 , 3 180 " 91 , 11 ' 43 8 180 Syarat tikungan 20 028 , 38
Lc …………..OK
(Syarat tikungan S-C-S terpenuhi, maka dipakai S-C-S)
commit to user
m Ls Lc
Ltota l
028 , 208
85 2 028 , 38
2
2Tt > Ltot
2 x 105,560 > 208,028
211,12 > 208,028 ……OK
3.2.1.4 Perhitungan pelebaran perkerasan di tikungan
Data-data :
Jalan rencana kelas II (arteri) dengan muatan sumbu terberat 10 ton sehingga
direncanakan kendaraan terberat yang melintas adalah kendaraan berat.
Vr = 80 km/jam
Rr = 250 m
n = 2
c = 0,8 (Kebebasan samping)
b = 2,6 m (Lebar lintasan kendaraan sedang pada jalan lurus)
p = 18,9 m (Jarak antara as roda depan dan belakang kendaraan berat)
A = 1,2 m (Tonjolan depan sampai bemper kendaraan berat)
Secara analitis :
Z Td n c b n
B ' 1
dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan
n = Jumlah lajur Lintasan (2)
b’ = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan
c = Kebebasan samping (0,8 m)
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
commit to user Perhitungan : m p Rr Rr b 715 , 0 9 , 18 250
250 2 2
2 2 " m b b b 315 , 3 715 , 0 6 , 2 " ' m Rr A P A Rr Td 094 , 0 250 2 , 1 9 , 18 2 2 , 1 250 2 2 2 m Rr Vr Z 531 , 0 250 80 105 , 0 105 , 0 m Z Td n c b n B 855 , 8 531 , 0 094 , 0 1 2 8 , 0 315 , 3 2 1 '
Lebar perkerasan pada jalan lurus 2x3,5 = 7m
Ternyata B > W
8,855 > 7
8,855 – 7 = 1,855 m
karena B > W, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada tikungan PI1 sebesar 1,855 ~ 2
m.
3.2.1.5 Penghitungan kebebasan samping pada PI 1 Data-data:
Vr = 80 km/jam
Rr = 250 m
W = 2 x 3,5m = 7 m
Lc = 38,028 m
commit to user
Jarak pandang henti (Jh) minimum = 120 m (Tabel TPGJAK)
Jarak pandang menyiap (Jd) = 550 m (Tabel TPGJAK)
Lebar penguasaan minimal = 40 m
Perhitungan : m W Rr dalam jalan AS jari Jari R 25 , 248 7 / 250 / ' 4 7 4 1 m asan lebarperkr jalan pengawasan daerah lebar Mo 5 , 16 ) 7 40 ( 2 / 1 ) ( 2 / 1 m Ls Lc horisonta l lengkung tota l pa nja ng L 028 , 208 ) 85 2 ( 028 , 38 2
Berdasarkan jarak pandang henti untuk Jh < L → 120 < 208,028 m
m R Jh R m 22 , 7 ) 25 , 248 14 , 3 120 90 cos 1 ( 25 , 248 ) ' 90 cos 1 ( '
Berdasarkan jarak pandang menyiap untuk Jm > L → 550 > 196,08 m
m R L L Jm R L R m 092 , 91 25 , 248 14 , 3 208,028 90 sin 208,028 550 / 25 , 248 14 , 3 208,028 90 cos 1 25 , 248 ' 90 sin / ' 90 cos 1 ' 2 1 2 1
Karena Mo < M sehingga ruang bebas samping yang tersedia tidak mencukupi, sehingga
commit to user
3.2.1.6Hasil perhitungan
1. Tikungan PI1 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil penghitungan sebagai berikut:
ΔPI1 = 280 12’1,95”
Rr = 250 m
Rmin = 210 m
Vrenc = 80 km/jam
Tt = 105,560 m
Et = 8,979 m
Xs = 84,754 m
Ys = 4,817 m
m = 200 m
P = 1,213 m
K = 42,459 m
s = 90 44’ 25,02”
c = 80 43’ 11,91”
Ls = 85 m
Lc = 38,028 m
Dtjd = 5,730 m
Dmax = 6.822 m
Jh = 120 m
Jm = 550 m
Mo = 16,5 m
Mhenti = 7,22 m
Msiap = 91,092 m
B = 8,855 m
emax = 10 %
E = 1,855 ~ 1,9 m
etjd = 9,744 %
en = 2 %
Kebebasan samping = tidak mencukupi, maka perlu dipasang rambu
commit to user
Gambar 3.3 Tikungan PI1
PI2
TS
SC CS
ST Et
p Ys
Tt
k
2
S
p Tpa
XS
S
2
S c
59
I
Sc
II III IV
I II III IV
Ts
e = 0 %
en = -2 %
emax = +9,97 % (kanan)
emax = -9,97 % (kiri)
I Cs
II III IV
St
e = 0 %
en = -2 %
I II III IV
Ls = 34 m Lc = 32,849 m Ls = 34 m
Potongan I-I Potongan II-II Potongan III-III Potongan IV-IV
-2 % -2 % -2 % -2 %
+2 %
0 % +9,97 %
[image:64.842.185.763.117.445.2]-9,97 %
Gambar 3.4 Diagram Superelevasi Tikungan PI-1 tipe S-C-S (1510 ; -710) ( Tikungan Belok ke kanan )
VI VII VIII VI VII VIII
Lc = 38,0280
Ls = 85 m Ls = 85 m
V +9,744 % (kiri)
emax =-9,744 % (kanan)
V
+9,74 %
commit to user
3.2.2. Tikungan PI 2
Diketahui :
ΔPI2 = 140 12’ 29,53”
Vr = 80 km/jam
Rmin = 210 m
Jd = 550 m
Dicoba Tikungan S-C-S
Digunakan Rr = 500 m > Rmin = 210 m
(Sumber Buku TPGJAK th.1997)
untuk FC = 900 m > Rr. Sehingga tikungan jenis Full Circle tidak dapat
digunakan.
3.2.2.1 Menentukan superelevasi terjadi:
0
864 , 2
500 4 , 1432
4 , 1432
Rr Dtjd
% 6634 , 6
06634 , 0
822 , 6
864 , 2 10 , 0 2 822
, 6
864 , 2 10 , 0
2
2 2
max max 2
max 2 max
D D e
D D e
commit to user
3.2.2.2 Penghitungan lengkung peralihan (Ls)
f. Berdasarkan waktu tempuh maximum (3 detik) untuk melintasi lengkung
peralihan, maka panjang lengkung:
m T Vr Ls 67 , 66 3 6 , 3 80 6 , 3
g. Berdasarkan rumus modifikasi Short:
m c etjd Vr c Rr Vr Ls 138 , 20 4 , 0 06634 , 0 80 727 , 2 4 , 0 500 80 022 , 0 727 , 2 022 , 0 3 3
i. Berdasarkan tingkat pencapaian perubahan kelandaian:
Vr re e e
Ls m n
6 , 3
dimana re = tingkat pencapaian perubahan kelandaian melintang jalan, untuk
Vr = 80 km/jam, re max = 0,025 m/m/det.
d. Berdasarkan Bina Marga:
m e e m w
Ls n tjd
438 , 60 06634 , 0 02 , 0 200 2 50 , 3 2 2
Syarat kenyamanan dipakai nilai Ls terbesar yaitu 71,11 m ~ 75 m
commit to user
3.2.2.3 Penghitungan besaran-besaran tikungan
m Rr Ls Ls Xs 7 95 , 74 500 40 75 1 75 40 1 2 2 2 2 m Rr Ls Ys 875 , 1 500 6 75 6 2 2 " 71 , 57 ' 17 4 299 , 4 500 75 14 , 3 90 90 Rr Ls s " 12 , 34 ' 36 5 " 71 , 57 ' 17 4 2 " 53 , 29 ' 12 14 2 2 s
c P I
m Rr c Lc 927 , 48 500 14 , 3 180 " 12 , 34 ' 36 5 180 Syarat tikungan 20 927 , 48
Lc …………..OK
(Syarat tikungan S-C-S terpenuhi, maka dipakai S-C-S)
commit to user m s Rr Rr Ls Ls k 473 , 37 " 71 , 57 ' 17 4 sin 500 500 40 75 75 sin 40 2 3 2 3 m k P I p Rr Tt 845 , 99 473 , 37 53 , 29 12 14 / tan 468 , 0 500 / tan " ' 2 1 2 2 1 m Rr PI p Rr Et 335 , 4 500 53 , 29 12 14 / cos 463 , 0 500 2 / cos " ' 2 1 2 1 m Ls Lc Ltota l 927 , 198 75 2 927 , 48 2
2Tt > Ltot
2 x 99,845 > 198,927
199,69 > 198,927 ……OK
3.2.2.4 Perhitungan pelebaran perkerasan di tikungan
Data-data :
Jalan rencana kelas II (arteri) dengan muatan sumbu terberat 10 ton sehingga
direncanakan kendaraan terberat yang melintas adalah kendaraan berat.
Vr = 80 km/jam
Rr = 500 m
n = 2
c = 0,8 (Kebebasan samping)
b = 2,6 m (Lebar lintasan kendaraan sedang pada jalan lurus)
p = 18,9 m (Jarak antara as roda depan dan belakang kendaraan berat)
commit to user
Secara analitis :
Z Td n c b n
B ' 1
dimana :
B = Lebar perkerasan pada tikungan
n = Jumlah lajur Lintasan (2)
b’ = Lebar lintasan kendaraan pada tikungan
c = Kebebasan samping (0,8 m)
Td = Lebar melintang akibat tonjolan depan
Z = Lebar tambahan akibat kelainan dalam mengemudi
Perhitungan : m p Rr Rr b 357 , 0 9 , 18 500
500 2 2
2 2 " m b b b 957 , 2 357 , 0 6 , 2 " ' m Rr A P A Rr Td 0467 , 0 500 2 , 1 9 , 18 2 2 , 1 500 2 2 2 m Rr Vr Z 375 , 0 500 80 105 , 0 105 , 0 m Z Td n c b n B 935 , 7 375 , 0 0467 , 0 1 2 8 , 0 957 , 2 2 1 '
Lebar perkerasan pada jalan lurus 2x3,5 = 7m
Ternyata B > W
commit to user
8,855 – 7 = 1,855 m
karena B > W, maka diperlukan pelebaran perkerasan pada tikungan PI1 sebesar
1,855 ~ 2 m.
3.2.2.5 Penghitungan kebebasan samping pada PI 2 Data-data:
Vr = 80 km/jam
Rr = 500 m
W = 2 x 3,5m = 7 m
Lc = 48,927 m
Lt = 198,927
Jarak pandang henti (Jh) minimum = 120 m (Tabel TPGJAK)
Jarak pandang menyiap (Jd) = 550 m (Tabel TPGJAK)
Lebar penguasaan minimal = 40 m
Perhitungan : m W Rr dalam jalan AS jari Jari R 25 , 498 7 / 500 / ' 4 7 4 1 m asan lebarperkr jalan pengawasan daerah lebar Mo 5 , 16 ) 7 40 ( 2 / 1 ) ( 2 / 1 m Ls Lc horisonta l lengkung tota l pa nja ng L 927 , 198 ) 75 2 ( 927 , 48 2
Berdasarkan jarak pandang henti untuk Jh < L → 120 < 198,927
commit to user
Berdasarkan jarak pandang menyiapuntuk Jm > L → 550 > 198,927 m
m
R L L
Jm R
L R
m
731 , 44
25 , 498 14 , 3
198,927 90
sin 198,927 550
/ 25
, 498 14 , 3
198,927 90
cos 1 25 , 498
' 90 sin /
' 90 cos 1 '
2 1 2
1
Karena Mo < M sehingga ruang bebas samping yang tersedia tidak mencukupi,
commit to user
3.2.2.6Hasil perhitungan
2. Tikungan PI2 menggunakan tipe S-C-S dengan hasil penghitungan sebagai
berikut:
ΔPI2 = 140 12’29,53”
Rr = 500 m
Rmin = 210 m
Vrenc = 80 km/jam
Tt = 99,845 m
Et = 4,335 m
Xs = 74,957 m
Ys = 1,875 m
m = 200 m
P = 0,468 m
K = 37,473 m
s = 40 17’ 57,71”
c = 50 36’ 34,12”
Ls = 75 m
Lc = 48,927 m
Dtjd = 2,864 m
Dmax = 6.822 m
Jh = 120 m
Jm = 550 m
Mo = 16,5 m
Mhenti = 3,611 m
Msiap = 44,731 m
B = 7,935 m
emax = 10 %
E = 1,855 ~ 1,9 m
etjd = 6,663 %
en = 2 %
Kebebasan samping = tidak mencukupi, maka perlu dipasang rambu
commit to user
Gambar 3.5 Tikungan PI2
PI2
TS
SC CS
ST Et
p Ys
Tt
k
2
S
p Tpa
XS
S
2
S c
72
I
Sc
II III IV
I II III IV
Ts
e = 0 %
en = -2 %
emax = +9,97 % (kanan)
emax = -9,97 % (kiri)
I Cs
II III IV
St
e = 0 %
en = -2 %
I II III IV
Ls = 34 m Lc = 32,849 m Ls = 34 m
Potongan I-I Potongan II-II Potongan III-III Potongan IV-IV
-2 % -2 % -2 % -2 %
+2 %
0 % +9,97 %
[image:74.842.183.768.119.446.2]-9,97 %
Gambar 3.6 Diagram Superelevasi Tikungan PI-2 tipe S-C-S (1510 ; -710) ( Tikungan Belok ke kiri )
VI VII VIII VI VII VIII
Lc = 48,927 m
Ls = 75 m Ls = 75 m
V +6,634 % (kanan)
emax = -6,634 % (kiri)
V
+6,634 %
commit to user
Tabel 3.3 Rekapitulasi hasil perhitungan tikungan PI1 dan PI2
Tikungan ΔPI1
etjd
(%)
Rr Ls Xs Ys Lc p k Tt Et (meter)
PI1 (S-C-S) 28012’1,95” 9,744 250 85
84,75
4 4,25 38,028 1,21 42,459 105,56 8,97
9
Tikungan ΔPI2
etjd
(%)
Rr Ls Xs Ys Lc p k Ts Es (meter)
PI2 (S-S) 8,53 340 84,27 - - 9,271 0,87 42,091 84,574
3,57
8
3.3. Perhitungan Stationing
Data : ( Perhitungan jarak dari peta dengan skala 1: 10.000 )
d 1 : 725,887 m
d 2 : 951,023 m
d 3 : 704,264 m
1. Tikungan PI1 ( S - C - S )
Tt1 = 105,56 m
Ls1 = 85 m
Lc1 = 38,028 m
2. Tikungan PI2( S - C - S )
Tt2 = 99,845 m
Ls2 = 75 m
Lc2 = 48,927 m
Sta A = 0+000
Sta PI1 = Sta A+ d 1
= (0+000) + 725,887
commit to user
Sta TS1 = Sta PI1- Tt1
= (0+725,887) – 105,560
= 0+620,327
Sta SC1 = Sta TS1 + Ls1
= (0+620,327) + 85
= 0+705,327
Sta CS1 = Sta SC1 + Lc1
= (0+705,327) + 38,028
= 0+743,355
Sta ST1 = Sta CS1 + Ls1
= (0+743,355) + 85
= 0+828,355
Sta PI2 = Sta ST1 + d1–2 – Tt1
= (0+828,355) + 951,023 – 105,56
= 1+673,818
Sta TS2 = Sta PI2 – Tt2
= (1+673,818) – 99,845
= 1+573,973
Sta SC2 = Sta TS2 + Ls2
= (1+589,248) + 75
= 1+648,973
Sta CS2 = Sta SC2 + Lc2
= (1+648,973) + 48,27
= 1+697,243
Sta ST1 = Sta CS2 + Ls2
=(1+757,788) + 75
=1+772,243
Sta B = Sta ST2 + d2–B – Tt2
= (1+772,243) + 704,264 – 99,845
= 2+376,662 < ∑ d……...ok
commit to user
3.4 Kontrol Overlaping
Diketahui:
Diketahui :
det
/ 22 , 22
3600 80000
/ 80
m ja m km r en
V
Syarat overlapping
66 , 66
22 , 22 3 3xVr en
a
d > a Aman
d > 66,66 m Aman
Koordinat :
A = ( 0 ; 0 )
PI 1 = ( 616 ; 384 )
PI 2 = ( 1565 ; 446 )
B = ( 2235 ; 663 )
Sungai I = ( 1160,20 ; 410,25 )
Jarak PI 1– Sungai = 1160,20 616 410,25 384 544,838 m
2 2
Jarak Sungai – PI 2 = 1565 1160,20 446 410,25 406,375 m
2 2
Tt1 = 105,56 m
Tt2 = 99,845 m
Sehingga agar tidak overlaping dn > 66,66 m
1. A (Awal proyek) dengan Tikungan 1
d A—1 = ( Jarak A - PI 1 ) – Tt1
= 725,887 – 105,56
commit to user
2. Tikungan 1dengan Sungai Sraten
d 1—Sungai = (JarakPI 1 – Sungai Sraten) – ( ½ panjang jembatan) – Tt1
= (544,838) – (½ x 100) – 105,56
= 489,278 m > 66,66 m Aman
3. Sungai Sraten dengan Tikungan 2
d Sungai—2 = (Sungai Sraten – PI 2) – Tt2 – (½ panjang jembatan)
= (406,375) – 99,84 – (½ x 100)
= 256,53 m > 66,66m Aman
4. Tikungan 2 dengan B
d 2—B = (Jarak PI2– B)– Ts2
= (704,264) – 99,84
commit to user
commit to user
commit to user
3.5 Perhitungan Alinemen Vertikal
Tabel 3.4 Elevasi muka tanah asli dan elevasi rencana jalan
NO STA ELEVASI NO STA ELEVASI
1 0+000 551,476 34 1+650 545,541
2 0+050 552,270 35 1+700 549,189
3 0+100 551,662 36 1+750 547,618
4 0+150 552,329 37 1+800 547,401
5 0+200 552,205 38 1+850 546,937
6 0+250 550,851 39 1+900 546,708
7 0+300 550,650 40 1+950 547,313
8 0+350 552,595 41 2+000 547,581
9 0+400 552,463 42 2+050 547,347
10 0+450 559,591 43 2+100 546,168
11 0+500 560,130 44 2+150 547,024
12 0+550 560,320 45 2+200 547,903
13 0+600 558,191 46 2+250 548,490
14 0+650 557,732 47 2+300 550,068
15 0+700 556,638 48 2+350 550,314
16 0+750 556,456 49 B 549,133
17 0+800 548,158
18 0+850 547,213
19 0+900 548,840
20 0+950 547,959
21 1+000 547,548
22 1+050 548,995
23 1+100 549,795
24 1+150 548,245
25 1+200 542,535
26 1+250 542,403
27 1+300 547,279
28 1+350 548,193
29 1+400 548,139
30 1+450 548,718
31 1+500 548,178
32 1+550 547,586
commit to user
Sungai
Elevasi dasar sungai : +542,3
Elevasi muka air sungai : +543
Elevasi muka air sungai saat banjir : +544,5
Ruang bebas : 3,5 m
Tebal plat jembatan : 1,5 m
Elevasi rencana minimum : +549,5
544,5
543 542,3 548 549,5
Sket Gambar 3.9 perencanaan elevasi
elevasi Sungai = + 542,3
elevasi air sungai banjir = + 544,5 elevasi Rencana minimum = + 548
elevasi rencana Jalan = + 549,5
elevasi air Sungai = + 543 Ruang bebas 3,5 m
commit to user
3.5.1. Perhitungan Kelandaian memanjang
Kelandaian Memanjang Dapat Dihitung Dengan Menggunakan Rumus :
% 100
jarak elevasi
gn
Contoh Perhitungan kelandaian :
[image:84.595.84.529.106.623.2]% 58 , 0 % 100 450 47 , 551 07 , 554 1 g % 778 , 0 % 100 600 40 , 549 07 , 554 2 g % 0 % 100 450 40 , 549 40 , 549 3 g % 868 , 0 % 100 350 36 , 546 40 , 549 4 g % 524 , 0 % 100 25 , 528 36 , 546 13 , 549 5 g
Tabel 3.5 Data Titik PVI
NO Titik STA Elevasi (m) Beda Tinggi
Elevasi (m) Jarak Datar (m) Kelandaian Memanjang (%) 1 2 3 4 5 6 A PLV1 PLV2 PLV3 PLV4 B 0+000 0+450 1+050 1+500 1+850 2+378,25 551,47 554,07 549,40 549,40 546,36 549,13 3,07 4,67 0 3,04 2,77 450 600 450 350 528,25
g1=0,58
g2=0,778
g3=0
g4=0,868
commit to user
3.5.2. Penghitungan lengkung vertikal
3.5.2.1 PVI1
Gambar 3.10 Lengkung Vertikal PVI 1
Data – data :
Stationing PVI 1 = 0+450
Elevasi PVI 1 = 554,07 m
Vr = 80 km/jam
g 1 = 0,58 %
g 2 = 0,778 %
% 198 , 0 58 , 0 0,778
1
2 g
g A
1) Mencari Panjang Lengkung Vertikal
Syarat keluwesan bentuk
m V
Lv
48 80 6 , 0
6 , 0
Syarat drainase
m A
Lv
92 , 7 198 , 0 40 40
g1 = 0,58 %
LV
a b
c
d e
commit to user
Syarat kenyamanan pengemudi
m V A Lv 33 , 3 380 80 198 , 0 380 2 2
Pengurangan goncangan
m V A Lv 52 , 3 360 80 198 , 0 360 2 2
Syarat perjalanan 3 detik
m ik t V Lv 67 , 66 det 3 3600 1000 80
Diambil Lv terbesar, yaitu = 66,67 m
Cek syarat Jh > Lv = 120 > 66,67 , maka menggunakan rumus :
memenuhi) (tidak 79 , 1952 198 , 0 405 33 , 46 2 405 2 m A Jh Lv
Menurut Tabel II.24 TPGJAK, untuk Vr = 80 km/jam Lengkung Vertikal minimum adalah 80 m.
Jadi diambil LV = 80 m
m Lv
A
Ev 0,0198
800 80 198 , 0 800 1 m Lv
X 80 20
4 1 4 1 1 Lv X A Y 200 2 1 m Lv Lv A 0049 , 0 80 200 ) 80 4 1 ( 198 , 0 200 4
commit to user
2) Stationing Lengkung Vertikal PVI1
STA a = Sta PVI1–1/2 Lv
= (0+450) – 80
2 1
= 0+410 m
STA b = Sta PVI1–1/4 Lv
= (0+450) – 80
4 1
= 0+430 m
STA c = Sta PVI1
= 0+450 m
STA d = Sta PVI1 + 1/4 Lv
= (0+450) + 80
4 1
= 0+470 m
STA e = Sta PVI1 + 1/2 Lv
= (0+450) + 80
2 1
= 0+490 m
3) Elevasi Lengkung Vertikal
Elevasi a = Elevasi PVI1 - 12Lv g1
= 554,07 - 80 0,58 %
2 1
= 553,836 m
Elevasi b = Elevasi PVI1 - 14Lv g1 - y1
= 554,07 - 80 0,58 %
4
1 - 0,0049
= 553,95 m
Elevasi c = Elevasi PVI1 - Ev
= 554,07 - 0,0198
commit to user
Elevasi d = Elevasi PVI1 - 14Lv g2 - y1
= 554,07 - 80 0,778 %
4
1 - 0,0049
= 553,919 m
Elevasi e = Elevasi PVI1 - 12Lv g2
= 554,07 - 80 0,778 %
2 1
= 553,75 m
[image:88.595.112.475.72.499.2]3.5.2.2 PVI2
Gambar 3.11 Lengkung Vertikal PVI2
Data – data :
Stationing PVI 2 = 1+038,3
Elevasi PVI 2 = 549,40 m
Vr = 80 km/jam
g 2 = 0,778 %
g 3 = 0 %
% 778 , 0 778 , 0 0
2
3 g
g A
a
b
c d e
g2 = 0,778 %
g3 = 0 %
commit to user
1) Mencari Panjang Lengkung Vertikal
a. Syarat keluwesan bentuk
m V Lv 48 80 6 , 0 6 , 0
b. Syarat drainase
m A Lv 12 , 31 778 , 0 40 40
c. Syarat kenyamanan pengemudi
m V A Lv 10 , 13 380 80 778 , 0 380 2 2
d. Pengurangan goncangan
m V A Lv 83 , 13 360 80 778 , 0 360 2 2
e. Syarat perjalanan 3 detik
m ik t V Lv 67 , 66 det 3 3600 1000 80
Diambil Lv terbesar, yaitu = 66,67 m
Cek syarat Jh > Lv = 120 > 66,67 , maka menggunakan rumus :
memenuhi) (tidak 905 , 427 778 , 0 405 33 , 46 2 405 2 m A Jh Lv
Menurut Tabel II.24 TPGJAK, untuk Vr = 80 km/jam Lengkung Vertikal minimum adalah 80 m.
commit to user
m Lv
A
Ev 0,0778
800 80 787 , 0 800 2 m Lv
X 80 20
4 1 4 1 2 Lv X A Y 200 2 2 m Lv Lv A 0194 , 0 80 200 ) 80 4 1 ( 778 , 0 200 4
1 2 2
2) Stationing Lengkung Vertikal PVI2
STA a = Sta PVI2–1/2 Lv
= (1+050) – 80
2 1
= 1+010 m
STA b = Sta PVI2–1/4 Lv
= (1+050)