• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH CELEBRITY ENDORSER DAN BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SAMPO (Studi Kasus Pada Merek Clear).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH CELEBRITY ENDORSER DAN BRAND IMAGE TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN SAMPO (Studi Kasus Pada Merek Clear)."

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi

Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh :

Naufal Savero Rakha Heda 12808144039

PROGRAM STUDI MANAJEMEN JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

(2)
(3)
(4)
(5)

v (Confusius)

"Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka

menyukainya atau tidak."

(Aldus Huxley)

"Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majelis", maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu, maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha

Mengetahui apa yang kamu kerjakan."

(6)

vi

Kedua orangtua tercinta yang telah memberikan kasih sayang, segala

dukungan, dan cinta kasihnya dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga ini

menjadi langkah awal untuk membuat Ayah dan Ibu bahagia.

Sebagai tanda cinta kasihku, kupersembahkan karya kecil ini untukmu.

Terimakasih atas kasih sayang, perhatian, dan kesabaranmu yang telah

memberikan semangat dan inspirasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

Keluarga dan sahabat-sahabat yang selalu menemani, memberi dukungan,

(7)

vii

Naufal Savero Rakha Heda NIM. 12808144039

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pengaruh celebrity endorser terhadap keputusan pembelian sampo merek Clear, (2) pengaruh brand image terhadap keputusan pembelian sampo merek Clear, dan (3) pengaruh celebrity endorser dan brand image terhadap keputusan pembelian sampo merek Clear.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan mengumpulkan data melalui metode survey. Penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling atau pengambilan sampel berdasarkan karakteristik tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah 110 orang mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab hipotesis adalah regresi berganda.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Celebrity endorser berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, dibuktikan dari nilai t hitung sebesar 2,197 dengan nilai signifikansi sebesar 0,030, lebih kecil dari 0,05 dan koefisien regresi memiliki nilai positif sebesar 0,296; (2) Brand image berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, dibuktikan dari nilai t hitung sebesar 6,320 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000, lebih kecil dari 0,05 dan koefisien regresi memiliki nilai positif sebesar 0,955, dan (3) Celebrity endorser dan brand image berpengaruh positif terhadap keputusan pembelian, dibuktikan dengan hasil F hitung sebesar 58,147 dengan signifikansi sebesar 0,000. Nilai adjusted R square sebesar 0,512 menunjukkan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah sebesar 51,2%, dan sisanya sebesar 48,8% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.

(8)

viii

Naufal Savero Rakha Heda NIM. 12808144039

ABSTRACT

This research was aimed for knowing: (1) the influence of celebrity endorser towards buying decision of brand shampoo Clear, (2) the influence of brand image towards buying decision of brand shampoo Clear, and (3) the influence of celebrity endorser and brand image towards buying decision of brand shampoo Clear.

This research used quantitative approach by applying survey method. This research used purposive sampling or took the samples based on specific characteristics. The samples of this research were 110 students of the Faculty of Economics at the State University of Yogyakarta. Data collection techniques using questionnaires that have been tested for validity and reliability. Data analysis techniques used to answer the hypothesis is multiple regression.

The result of this research shows that: (1) Celebrity endorser gives positive impact on buying decision, proved by the result of t value about 2,197 with significance value of 0,030, less than 0.05 and the value of regression coefficient of 0,296; (2) Brand image gives positive impact on buying decision, proved by the result of t value about 6,320 with significance value of 0,000, less than 0.05 and the value of regression coefficient of 0,955, and (3) Celebrity endorser and brand image has a positive impact on buying decision, proved by the result of F value of 58,147 with the significance of 0,000. Adjusted R square value of 0,512 indicates that the ability of independent variables in explaining the variation of the dependent variable was 51,2%, and the balance of 48,8% is explained by the other variables outside the research model.

(9)

ix

melimpahkan segala rahmat, karunia, dan petunjuk Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Celebrity Endorser dan Brand

Image Keputusan Pembelian Sampo (Studi kasus pada merek Clear)” dengan lancar dan baik.

Selama menyusun skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan

bimbingan, dukungan, dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan

ini dengan segala kerendahan hati, penulis menyampaikan ucapan terimakasih

kepada:

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd., MA, Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta.

2. Dr. Sugiharsono, M.Si., Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakarta.

3. Setyabudi Indartono, Ph.D., Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Negeri Yogyakarta.

4. Penny Rahmawaty, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus

dosen pembimbing skripsi yang telah memberi dukungan selama perkuliahan

serta terima kasih atas kesempatan waktu, bimbingan dan masukan-masukan

yang diberikan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Agung Utama, M.Si., selaku Penguji Utama yang telah meluangkan waktunya

dan banyak memberi masukan, koreksi serta arahan agar skripsi ini lebih baik

(10)
(11)

xi

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 11

A. LandasanTeori ... 11

1. Keputusan Pembelian ... 11

2. Celebrity Endorser ... 20

3. Brand Image ... 21

B. Penelitian yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 27

D. Paradigma Penelitian ... 28

E. Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Desain Penelitian ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

C. Definisi Operasional Variabel ... 30

(12)

xii

A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 47

B. Hasil Penelitian ... 48

1. Analisis Deskriptif ... 48

2. Uji Prasyarat Analisis ... 52

3. Uji Hipotesis ... 55

C. Pembahasan ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Keterbatasan Penelitian ... 65

C. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 67

(13)

xiii

Tabel 2. Top of Mind Advertising Sampo Tahun 2011-2015 ... 5

Tabel 3. Top of Mind Brand Sampo Tahun 2011-2015 ... 7

Tabel 4. Instrumen Penelitian ... 34

Tabel 5. KMO and Bartlett's Test (Tahap 1) ... 36

Tabel 6. Rotated Component Matrix (Tahap 1) ... 37

Tabel 7. KMO and Bartlett's Test (Tahap 2) ... 38

Tabel 8. Rotated Component Matrix (Tahap 2) ... 39

Tabel 9. Interpretasi Nilai r ... 40

Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas ... 40

Tabel 11. Distribusi Frekuensi Jurusan ... 48

Tabel 12. Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin ... 49

Tabel 13. Statistik Deskriptif Variabel Penelitian ... 50

Tabel 14. Kategorisasi Variabel Keputusan Pembelian ... 50

Tabel 15. Kategorisasi Variabel Celebrity Endorser ... 51

Tabel 16. Kategorisasi Variabel Brand Image ... 52

Tabel 17. Hasil Uji Normalitas ... 53

Tabel 18. Hasil Uji Linieritas ... 53

Tabel 19. Hasil Uji Multikolinearitas ... 54

Tabel 20. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 55

(14)
(15)

xv

Lampiran 2. Data Uji Validitas dan Reliabilitas ... 74

Lampiran 3. Hasil Uji Validitas Instrumen ... 77

Lampiran 4. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 79

Lampiran 5. Data Penelitian... 80

Lampiran 6. Hasil Uji Karakteristik Responden ... 83

Lampiran 7. Hasil Uji Deskriptif ... 84

Lampiran 8. Rumus Perhitungan Kategorisasi ... 85

Lampiran 9. Data Kategorisasi... 87

Lampiran 10. Data Karakteristik Responden ... 90

Lampiran 11. Hasil Uji Normalitas ... 94

Lampiran 12. Hasil Uji Linieritas ... 95

Lampiran 13. Hasil Uji Multikolinieritas ... 96

Lampiran 14. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 97

(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Persaingan di dunia bisnis dewasa ini semakin ketat, sehingga

menyebabkan setiap perusahaan berlomba-lomba untuk mencapai keunggulan

kompetitif demi memperebutkan pangsa pasar (market share). Khususnya

pada perusahaan yang bergerak dalam industri Fast Moving Consumer Goods

(FMCG) yaitu industri yang memproduksi produk-produk yang dapat terjual

secara cepat dengan harga yang relatif murah, dan biasanya merupakan

kebutuhan sehari-hari (Tio, 2016). Contoh barang konsumen yang bergerak

cepat antara lain barang-barang seperti makanan dan minuman ringan,

kosmetik, perlengkapan mandi, dan barang kelontong. Produsen dalam

industri ini dituntut untuk melakukan terobosan bisnis yang baru agar

mengungguli para pesaing, dengan menghasilkan produk yang dapat diterima

oleh konsumen. Hal ini menyebabkan manajemen perusahaan dituntut untuk

lebih cermat dalam menentukan strategi bersaing.

Salah satu industri fast moving customer yang potensial adalah industri

toiletries, dimana industri tersebut memproduksi kebutuhan kebersihan badan sehari-hari seperti sampo. Sampo adalah suatu produk yang sering digunakan

sehari-hari oleh konsumen untuk merawat keindahan dan kesehatan rambut.

Pemilihan sampo yang tepat akan mendukung pertumbuhan dan kesehatan

rambut menjadi lebih baik lagi. Ditengah persaingan produk sampo yang

(17)

yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen dengan berbagai

inovasi dan keunggulan masing-masing produk.

Berbagai merk sampo di Indonesia saat ini sedang mencoba untuk

bertahan di pasaran karena persaingan yang begitu ketat untuk merebut pasar

sasaran. Produsen sampo di Indonesia dikuasai oleh dua perusahaan yang

sudah dikenal namanya yaitu PT. Unilever Tbk. dan PT. Procter & Gamble

(P&G). Produk sampo yang menjadi andalan dari perusahaan Unilever

diantaranya Sunsilk, Clear, Lifebuoy dan Dove. Sedangkan produk sampo

yang menjadi andalan dari perusahaan P&G adalah Pantene, Rejoice, dan

Head&Shoulders.

Dalam majalah SWA disebutkan bahwa brand share diartikan sebagai merek yang paling sering digunakan konsumen selama 3 bulan terakhir dalam

tiap periode tahunnya (SWA 20/XXXI/2015). Jadi produk yang paling sering

digunakan dapat diartikan juga dengan produk yang sering dibeli. SWA

sendiri merupakan majalah bisnis yang mengangkat temuan-temuan baru

dalam bisnis atas dasar riset yang mendalam. Metodologi yang dilakukan oleh

majalah SWA untuk memperoleh data yaitu dengan face to face interview

(house to house). Responden terdiri dari berbagai kalangan status sosial dengan jumlah setiap tahunnya berkisar 2500 rumah tangga (menikah/pernah

menikah, 25-50 tahun) dan kurang lebih 2500 personal (dewasa, 15-55 tahun).

(18)

Tabel 1. Brand Share Sampo Tahun 2011-2015

Tahun Pantene Sunslik Clear Lifebouy Dove

2011

Clear merupakan salah satu merek dari produk PT Unilever Indonesia

Tbk yang diasosiasikan sebagai sampo anti-ketombe. Jika dilihat pada tabel 1,

pada tahun 2011 persentase Clear sejumlah 18,5% yang artinya dari 5000

responden hanya 18,5% yang menggunakan Clear. Tabel tersebut

menunjukkan bahwa Pantene dan Sunslik mendapat persentase yang lebih

besar yang artinya sebanyak sekian persen lebih memilih menggunakan

produk selain Clear. Kemudian dalam kurun waktu 5 tahun terakhir brand share dari Clear juga selalu berada dibawah brand share dari Pantene dan Sunslik sehingga dapat dikatakan bahwa merek Clear masih kalah

pembeliannnya dibanding Pantene dan Sunslik. Hal tersebut juga

menunjukkan bahwa Clear belum mampu menggeser posisi Pantene yang

menjadi market leader selama periode tersebut.

Persaingan bisnis sampo yang semakin ketat menjadi tantangan

maupun ancaman bagi pelaku usaha tersebut agar dapat memenangkan

persaingan, mempertahankan pasar yang dimiliki dan merebut pasar yang

sudah ada. Perusahaan yang cerdas akan berusaha untuk memahami proses

(19)

dalam pembelajaran, memilih, menggunakan, dan bahkan menyingkirkan

produk. Keputusan pembelian merupakan proses dalam pembelian nyata

setelah melalui tahap-tahap tertentu. Setelah melakukan evaluasi atas sejumlah

alternatif maka pelanggan dapat memutuskan apakah suatu produk akan dibeli

atau diputuskan untuk tidak dibeli sama sekali (Stanton, 1997). Proses

pengambilan keputusan untuk membeli suatu produk dimulai dari pengenalan

masalah, pencarian informasi, evaluasi terhadap beberapa alternatif, yang

se-lanjutnya akan tercipta suatu keputusan pembelian serta terbentuknya perilaku

paska pembelian (Kotler, 2009).

Ketika membentuk keputusan pembelian pada konsumen, produsen

dapat menggunakan bauran promosi. Salah satu bauran promosi yang sering

digunakan oleh perusahaan-perusahaan saat ini adalah iklan. Iklan adalah

bentuk komunikasi tidak langsung yang didasari informasi tentang keunggulan

atau keuntungan suatu produk yang disusun sedemikian rupa sehingga

menimbulkan rasa menyenangkan yang mengubah pikiran seseorang untuk

melakukan pembelian (Tjiptono, 2008).

Untuk mendukung penyampaian iklan, maka digunakan seorang

endorser dalam iklan. Celebrity endorser adalah menggunakan artis sebagai bintang iklan di media-media, mulai dari media cetak, media sosial, maupun

media telivisi (Shimp, 2003). Pemakaian celebrity endorser harus melalui beberapa pertimbangan, diantaranya adalah tingkat popularitas selebriti

dengan permasalahan apakah selebriti yang dipilih dapat mewakili karakter

(20)

(attractiveness), kepercayaan (trustworthiness), dan keahlian (expertise). Daya tarik mengacu pada kecerdasan, sifat-sifat kepribadian, gaya hidup, daya tarik

fisik dari endorser tersebut. Kepercayaan mengacu pada kejujuran, integritas

dan dapat dipercayainya seorang endorser. Keahlian mengacu pada

pengetahuan, pengalaman, atau keterampilan yang dimiliki oleh seorang

endorser yang berhubungan dengan iklannya. (Royan, 2004).

Strategi periklanan melalui celebrity endorser juga dilakukan oleh produsen Clear. Untuk meningkatakan citra merek, PT. Unilever Indonesia

TBK dengan produknya Clear hadir dengan iklan yang menampilkan Agnes

Monica sebagai bintangnya. Pemilihan Agnes sebagai celebrity endorser Clear dikarenakan prestasinya yang mampu menginspirasi generasi muda Indonesia.

Kemudian juga dikarenakan gaya Agnes yang merupakan trendsetter dengan

style-nya yang unik dapat melengkapi Agnes sebagai personifikasi dari semua

value yang diusung Clear yaitu Music, Style, dan Breakthrough

(www.detik.com).

Berikut adalah data Top of Mind (TOM) Advertising yang dapat dijadikan parameter suatu merek dimana iklannya paling diingat oleh

konsumen.

Tabel 2. Top of Mind Advertising Sampo Tahun 2011-2015

Tahun Pantene Sunslik Clear Lifebouy Dove

(21)

2013, SWA 19/XXX 11-24 SEPTEMBER 2014, dan SWA 20/XXXI/17-29 SEPTEMBER 2015

Pada tabel 2 mengenai Top of Mind Advertising dapat dilihat bahwa Clear belum mampu menggeser Pantene yang menduduki peringkat pertama TOM

advertising dari tahun 2011 – 2015. Hal tersebut menunjukkan bahwa meskipun Clear sudah menggandeng Agnes Monica sebagai endorser nya namun tetap saja belum mampu merebut posisi Pantene yang notabene

menggunakan Anggun C Sasmi sebagai endorser. Jadi dapat disimpulkan

bahwa kepopuleran Agnes Monica sebagai endorser masih belum dapat

mengalahkan Anggun C Sasmi.

Dari personalitas yang terbentuk melalui celebrity endorser secara implisit terbentuk suatu image atau citra atas produk tersebut. Brand image

atau citra merek merupakan jenis asosiasi yang muncul di benak konsumen

ketika mengingat sebuah merek tertentu (Shimp, 2003). Asosiasi tersebut

secara sederhana dapat muncul dalam bentuk pemikiran atau citra tertentu

yang dikaitkan dengan suatu merek, yang dapat dikonseptualisasikan

berdasarkan : jenis, dukungan, kekuatan dan keunikan. Suatu citra merek

dapat bernilai positif atau negatif, tergantung dari persepsi konsumen terhadap

merek. Jika konsumen tidak memiliki pengalaman dengan suatu produk,

mereka cenderung untuk mempercayai merek yang disukai atau yang terkenal

(Schiffman dan Kanuk, 2004).

(22)

Tabel 3. Top of Mind Brand Sampo Tahun 2011-2015

Tahun Pantene Sunslik Clear Lifebouy Dove

2011

mengungguli Pantene sebagai TOM Brand Sampo dan selalu berada diposisi

nomor tiga dibawah Pantene dan Sunsilk. Dapat dikatakan bahwa data TOM

Brand ini mewakili bagaimana posisi merek dibenak konsumen. Kemudian pada tabel 3 menunjukkan Clear mengalami kenaikan prosentase yang

lumayan tinggi ditahun 2014 sedangkan Pantene mengalami penurunan,

namun kenaikan tersebut belum mampu menggeser posisi Pantene di nomor

satu. Hal tersebut menunjukkan bahwa brand image yang diusung Clear masih kalah dengan Pantene dimata masyarakat.

Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan celebrity endorser

dan brand image terhadap keputusan pembelian. Penelitian yang dilakukan

Wulandari dan Nurcahya (2015) menunjukkan bahwa brand image

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Kemudian

penelitian yang dilakukan Dwi Sapitri dkk (2012) membuktikan bahwa

celebrity endorser berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Valentine Parengkuan

(23)

signifikan terhadap keputusan pembelian sedangkan celebrity endorsment

berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian. Hasil penelitian yang

berbeda juga ditunjukkan oleh penelitian yang dilakukan Sohail Majeed dan

Sana Razzak (2011), menunjukkan bahwa variabel celebrity endorser tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan pembelian.

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan tersebut, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul

“Pengaruh Celebrity Endorser dan Brand Image Terhadap Keputusan

Pembelian Sampo (Studi Kasus Pada Merek Clear)”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Semakin banyak merek sampo yang beredar di pasaran Indonesia sehingga

persaingan antar perusahaan semakin ketat

2. Clearbelum mampu menggeser posisi Pantene sebagai market leader

3. Penggunaan Agnes Monica sebagai endorser Clear belum mampu

menggeser posisi TOM Advertising dari Pantene

4. Brand image yang diusung Clear belum mampu menggeser posisi TOM

Brand dari Pantene

5. Hasil-hasil penelitian terdahulu belum konsisten sehingga perlu dilakukan

(24)

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, peneliti

memandang perlu untuk melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti.

Hal ini dimaksud agar penelitian lebih terfokus pada topik yang memang

menjadi pokok permasalahan. Masalah yang akan diteliti adalah pengaruh

celebrity endorser dan brand image (citra merek) terhadap pengambilan keputusan pembelian sampo.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaruh Celebrity Endorser terhadap keputusan

pembelian sampo?

2. Bagaimanakah pengaruh Brand Image terhadap keputusan pembelian

sampo?

3. Bagaimanakah pengaruh Celebrity Endorser dan Brand Image terhadap keputusan pembelian sampo?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dalam penelitian ini

adalah untuk mengetahui :

(25)

3. Pengaruh Celebrity Endorser dan Brand Image terhadap keputusan pembelian sampo.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Akademisi

Penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan,

sekaligus dapat menerapkan teori-teori dan konsep yang berkaitan dengan

strategi pemasaran yang diperoleh dari perkuliahan, khususnya mengenai

celebrity endorser dan brand image.

2. Manfaat Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan

pertimbangan yang bermanfaat bagi perusahaan PT. Unilever Tbk dalam

menjalankan strategi pemasaran produknya yaitu Clear dengan baik,

(26)

11 1. Keputusan Pembelian

a. Definisi

Dalam istilah umum keputusan adalah penyeleksian tindakan dari

dua atau lebih pilihan alternatif. Dengan kata lain, keputusan dapat

dibuat hanya jika ada beberapa alternatif yang dipilih. Apabila

alternatif pilihan tidak ada maka tindakan yang dilakukan tanpa adanya

pilihan tersebut tidak dapat dikatakan membuat keputusan (Schiffman

& Kanuk, 2004)

Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang

secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan

barang yang ditawarkan. Keputusan pembelian merupakan proses

dalam pembelian nyata setelah melalui tahap-tahap tertentu. Setelah

melakukan evaluasi atas sejumlah alternatif maka pelanggan dapat

memutuskan apakah suatu produk akan dibeli atau diputuskan untuk

tidak dibeli sama sekali (Stanton, 1997).

b. Tahapan Proses Pengambilan Keputusan Membeli

Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan membeli

(27)

1. Pengenalan Masalah

Proses pembelian dimulai dengan pengenalan masalah atau

kebutuhan. Jika kebutuhan diketahui maka konsumen akan

serta memahami kebutuhan yang belum perlu segera dipenuhi

atau masalah dapat ditunda pemenuhannya, serta kebutuhan

yang sama-sama harus segera dipenuhi. Jadi, pada tahap inilah

proses pembelian itu mulai dilakukan (Kotler, 2009).

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang telah mengetahui kebutuhannya

dapat atau tidak dapat mencari informasi lebih lanjut jika

dorongan kebutuhan itu kuat, jika tidak kuat maka kebutuhan

konsumen itu hanya akan menjadi ingatan belaka. Konsumen

mungkin melakukan pencarian lebih banyak atau segera aktif

mencari informasi yang mendasari kebutuhan ini.

Sumber informasi konsumen terdiri atas empat kelompok

(Kotler, 2009), yaitu:

a) Sumber pribadi meliputi keluarga, teman, tetangga,

kenalan.

b) Sumber komersial meliputi iklan, tenaga penjual, pedagang

perantara, pengemasan.

c) Sumber umum meliputi media massa, organisasi ranting

(28)

d) Sumber pengalaman meliputi penanganan, pemeriksaan,

penggunaan produk.

3. Penilaian Alternatif

Setelah melakukan pencarian informasi sebanyak mungkin,

konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi

beberapa merek alternatif dalam satu susunan pilihan. Evaluasi

sering mencerminkan keyakinan dan sikap. Melalui bertindak

dan belajar, orang mendapatkan keyakinan dan sikap.

Keyakinan (belief) adalah gambaran pemikiran yang dianut

seseorang tentang gambaran sesuatu. Keyakinan orang tentang

produk atau merek mempengaruhi keputusan pembelian

mereka.

Hal yang tidak kalah pentingnya dengan keyakinan adalah

sikap. Sikap (attitude) adalah evaluasi, perasaan emosi dan

kecenderungan tindakan yang menguntungkan atau tidak

menguntungkan dan bertahan lama pada seseorang terhadap

objek atau gagasan tertentu (Kotler, 2009).

4. Keputusan Pembelian

Jika keputusan yang diambil adalah membeli, maka

pembeli akan menjumpai serangkaian keputusan yang

menyangkut jenis pembelian, waktu pembelian, dan cara

pembelian. Pada tahap ini konsumen benar-benar membeli

(29)

yang secara langsung terlibat dalam pemgambilan keputusan

untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan

oleh penjual.

Keputusan pembelian konsumen meliputi enam

sub-keputusan yaitu sub-keputusan memilih produk, memilih merek,

tempat pembelian, kuantitas, waktu dan metode pembayaran.

Terkadang dalam pengambilan keputusan akhir ini ada pihak

lain yang memberi pengaruh terakhir, yang harus

dipertimbangkan kembali, sehingga dapat merubah seketika

keputusan semula (Kotler, 2009).

5. Perilaku Setelah Membeli

Setelah membeli suatu produk, konsumen akan mengalami

beberapa tingkatan kepuasan atau ketidakpuasan yang

dirasakan, ada kemungkinan bahwa pembeli memiliki

ketidakpuasan setelah melakukan pembelian karena tidak

sesuai dengan keinginan atau gambaran sebelumnya, dan lain

sebagainya.

Konsumen yang merasa puas akan memperlihatkan peluang

membeli yang lebih tinggi dalam kesempatan berikutnya.

Konsumen yang merasa puas akan cenderung mengatakan

sesuatu yang serba baik tentang produk yang bersangkutan

kepada orang lain. Apabila konsumen dalam melakukan

(30)

dibelinya ada dua kemungkinan yang akan dilakukan oleh

konsumen. Pertama, dengan meninggalkan atau konsumen

tidak mau melakukan pembelian ulang. Kedua, ia akan mencari

informasi tambahan mengenai produk yang telah dibelinya

untuk menguatkan pendiriannya mengapa ia memilih produk

itu sehingga ketidakpuasan tersebut dapat dikurangi (Kotler,

2009).

c. Faktor yang Mempengaruhi Proses Pengambilan Keputusan

Membeli

Pengambilan keputusan membeli dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor yang dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu berasal dari

lingkungan (eksternal) dan bersifat individual (internal). Beberapa

faktor dari lingkungan (eksternal) antara lain (Engel, Blackwell &

Miniard, 1995):

1) Budaya dan Subbudaya

Budaya meliputi nilai-nilai dasar, persepsi, preferensi, dan

perilaku yang dipelajari seseorang dari keluarga dan institusi

penting lainnya. Subbudaya adalah "budaya di dalam budaya" yang

mempunyai nilai dan gaya hidup berbeda dan bisa didasarkan pada

hal apa pun mulai dari usia sampai kelompok etnis.

Orang dengan karakteristik budaya dan subbudaya yang

(31)

Akibatnya, pemasar diharapkan dapat memfokuskan program

pemasaran pada kebutuhan khusus kelompok tertentu.

2) Kelas sosial

Kelas sosial mengacu pada pengelompokan orang yang sama

dalam perilaku mereka berdasarkan posisi ekonomi mereka di

dalam pasar. Ada beberapa aspek yang menentukan kelas sosial

yaitu pekerjaan, pendidikan dan pendapatan.

3) Demografi

Faktor demografi yaitu status sosial ekonomi meliputi

pekerjaan, pendapatan dan kekayaan.

4) Pengaruh kelompok

Kebanyakan perilaku pelanggan dipengaruhi oleh kelompok

khususnya dipengaruhi oleh kelompok referensi, cara berpikir dan

nilai yang dianut kelompok mempengaruhi perilaku individu.

5) Keluarga

Keluarga merupakan variabel struktural yang memberikan

pengaruh bagi keputusan membeli, yang terdiri dari usia kepala

rumah tangga atau keluarga, status perkawinan, kehadiran anak dan

(32)

Sedangkan untuk faktor-faktor yang bersifat individual (internal)

yang mempengaruhi keputusan membeli yaitu (Engel, 1995) :

1) Persepsi

Dasar dari pengambilan keputusan pelanggan adalah adanya

informasi. Pelanggan mengumpulkan informasi, memprosesnya,

dan menyimpan sebagian informasi, serta menambah dan

menggabungkan informasi yang baru dengan yang lama sehingga

akan menghasilkan suatu pemecahan masalah dalam bentuk adanya

keputusan.

2) Belajar dan Ingatan

Perilaku pelanggan dapat dipelajari karena sangat dipengaruhi

oleh pengalaman belajar yang menentukan tindakan dan

pengambilan keputusan membeli bagi pelanggan. Seseorang harus

mempelajari semua hal yang berkaitan dengan performa,

keberadaan, nilai, pilihan produk, kemudian menyimpan informasi

tersebut dalam ingatan (Engel, 1995).

3) Gaya hidup

Gaya hidup adalah fungsi dari karekteristik seseorang yang

telah terbentuk melalui interaksi sosial. Gaya hidup didefinisikan

sebagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mengalokasikan

(33)

4) Sikap

Sikap merupakan cara berpikir, merasa dan bertindak terhadap

beberapa aspek lingkungan. Ada tiga komponen sikap, yaitu

kognitif, afektif dan perilaku. Kognitif berarti keyakinan atau

pengetahuan individu terhadap objek. Afektif berarti perasaan atau

reaksi emosional terhadap objek. Sedangkan perilaku

merefleksikan tindakan yang tampak dan pernyataan dari intensi

perilaku dengan mempertimbangkan atribut fisik dari suatu objek.

Ketiga komponen sikap akan konsisten satu sama lainnya. Jika

pihak pemasar dapat mempengaruhi suatu komponen sikap, maka

komponen lainnya akan berpengaruh (Kotler, 2000).

5) Motivasi dan kepribadian

Ketika motivasi mengarahkan kekuatan yang mengakibatkan

perilaku sesorang memiliki tujuan, maka kepribadian akan

mengarahkan perilaku yang dipilih untuk mencapai tujuan dalam

situasi yang berbeda.

d. Indikator Keputusan Pembelian

Terdapat lima cara dalam pengambilan keputusan pembelian

(Kotler dan Keller, 2009) diantaranya:

1) Keputusan tentang merek

Konsumen mengambil keputusan tentang produk yang akan

(34)

2) Keputusan membeli dari siapa (pemasok)

Sebagai orang yang memutuskan pembelian meninjau

ulang dan memilih satu dari berbagai pemasok, merupakan hal

yang penting bagi konsumen. Sehingga, konsumen cenderung

lebih memilih pemasok yang memiliki arti penting bagi

mereka.

3) Keputusan tentang jumlah produk yang akan dibeli

Konsumen dapat mengambil keputusan tentang seberapa

banyak jumlah produk yang akan dibeli pada suatu saat, yang

mungkin lebih dari satu. Dalam hal ini, perusahaan harus

mempersiapkan banyak produk sesuai dengan keinginan yang

berbeda dari pembeli.

4) Keputusan tentang waktu membeli

Keputusan konsumen dalam pembelian waktu bisa

berbeda-beda, misalnya adalah setiap hari, satu atau dua minggu sekali,

sesuai dengan kebutuhan dan keinginan konsumen.

5) Keputusan dalam cara pembayaran

Konsumen dalam melakukan pembelian dapat memilih

metode pembayaran, apakah dengan tunai, kredit, debet, atau

(35)

2. Celebrity Endorser

a. Definisi

Celebrity endorser adalah memanfaatkan seorang artis, entertainer,

atlet, dan publik figur yang mana banyak diketahui oleh orang banyak

untuk keberhasilan produk yang didukung (Shimp, 2003).

Celebrity endorser didefinisikan sebagai figur seorang tokoh yang

dikenal baik oleh publik dan memperagakan sebagai konsumen dalam

iklan (Belch & Belch, 2004). Termasuk kelompok selebriti ini adalah

bintang televisi maupun bintang film, bintang olah raga, politikus,

bisnisman, artis, dan orang-orang tertentu yang berasal dari militer.

b. Indikator Celebrity endorser

Menurut Royan (2004) ada tiga faktor yang dimiliki oleh selebriti

dalam menarik minat beli konsumen yaitu daya tarik (attractiveness),

dapat dipercaya (trustworthiness), dan keahlian (expertise).

a. Attractiveness

Daya tarik meliputi keramahan, menyenangkan, fisik, dan

pekerjaan sebagai beberapa dimensi penting dari konsep daya

tarik (Shimp, 2003).

Ada dua hal penting dalam penggunaan selebriti jika

dihubungkan dengan daya tarik, pertama adalah tingkat disukai

audience (likeability) dan yang kedua adalah tingkat kesamaan

(36)

(similarity), dimana keduannya tidak dapat dipisahkan dan harus

saling berdampingan (Royan, 2004).

b. Trustworthiness

Trustworthiness atau kepercayaan mengacu pada kejujuran,

integras dan dapat dipercayainnya seorang pendukung. Seringkali

seorang pendukung tertentu dianggap dapat sangat dipercaya

padahal bukan orang ahli dibidangnya. Keadaan dipercayanya

seorang pendukung tergantung pada persepsi khalayak akan

motivasi dukungannya.

Para pemasang iklan memanfaatkan nilai kepercayaan dengan

memilih para pendukung yang secara luas dipandang jujur, dapat

dipercaya, dan dapat diandalkan (Shimp, 2003).

c. Expertise

Keahlian mengacu pada pengetahuan, pengalaman, atau

keterampilan yang dimiliki seorang pendukung yang berhubungan

dengan topik iklannya.

3. Brand Image

a. Definisi

Citra merek (Brand image) merupakan representasi dari

keseluruhan presepsi terhadap merek dan dibentuk dari informasi dan

pengalaman masa lalu terhadap merek itu (Setiadi, 2003). Citra

terhadap merek berhubungan dengan sikap yang berupa keyakinan dan

(37)

positif terhadap suatu merek, akan lebih memungkinkan untuk

melakukan pembelian.

Citra dipengaruhi oleh banyak faktor yang di luar kontrol

perusahaan. Citra yang efektif akan berpengaruh terhadap tiga hal

yaitu : pertama, memantapkan karakter produk dan usulan nilai.

Kedua, menyampaikan karakter itu dengan cara yang berbeda sehingga

tidak dikacaukan dengan karakter pesaing. Ketiga, memberikan

kekuatan emosional yang lebih dari sekadar citra mental. Supaya bisa

berfungsi citra harus disampaikan melalui setiap sarana komunikasi

yang tersedia dan kontak merek (Suciningtyas, 2012).

b. Variabel Pendukung Citra Merek

Brand image memiliki tiga variabel pendukung (Sutisna, 2001),

yaitu:

1. Citra Pembuat/ Perusahaan (Corporate Image) merupakan

sekumpulan asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap

perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa.

2. Citra Pemakai (User Image) merupakan sekumpulan asosiasi yang

dipersepsikan konsumen terhadap pemakai yang menggunakan

suatu barang atau jasa.

3. Citra Produk (Product Image) merupakan sekumpulan asosiasi

(38)

c. Indikator Citra Merek

Pengukur citra merek dapat dilakukan berdasarkan pada aspek

sebuah merek (Kotler & Keller, 2003), yaitu :

1. Kekuatan (Strengthness)

Dalam hal ini adalah keunggulan yang dimiliki oleh merek

yang bersifat fisik dan tidak ditemukan pada merek lainnya.

Keunggulan merek ini mengacu pada atribut-atribut fisik atas

merek tersebut sehingga bisa dianggap sebagai sebuah kelebihan

dibanding dengan merek lainnya. Elemen yang termasuk dalam

kelompok kekuatan (strength) adalah keberfungsian semua fasilitas

produk, penampilan fisik, harga produk, maupun penampilan

fasilitas pendukung dari produk tersebut dan memiliki cakupan

pasar yang luas.

2. Keunikan (Uniqueness)

Adalah kemampuan untuk membedakan sebuah merek diantara

merek lainnya. Kesan ini muncul dari atribut produk tersebut yang

menjadi bahan pembeda atau diferensiasi dengan produk-produk

lainnya. Hal-hal yang termasuk dalam kelompok unik ini adalah

variasi penampilan atau nama dari sebuah merek yang mudah

diingat dan diucapkan, dan fisik produk itu sendiri.

3. Keunggulan (Favorable)

Termasuk dalam kelompok favorable ini antara lain,

(39)

untuk tetap diingat oleh pelanggan yang membuat produk terkenal

dan menjadi favorit di masyarakat maupun kesesuaian antara kesan

merek di benak pelanggan dengan citra yang diinginkan

perusahaan atas merek yang bersangkutan.

B. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian terdahulu yang relevan dalam penelitian ini digunakan

untuk membantu mendapatkan gambaran dalam menyusun kerangka berfikir

mengenai penelitian ini. Disamping itu untuk mengetahui persamaan dan

perbedaan dari beberapa penelitian dan faktor-faktor penting lainnya, sebagai

kajian yang dapat mengembangkan wawasan berfikir peneliti, beberapa

penelitian yang dikaji yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan Sapitri D, Restuti S dan Rahayu DD (2012),

berjudul “Pengaruh Celebrity Endorser Dian Sastrowardoyo terhadap

Keputusan Pembelian Shampoo L’Oreal”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh celebrity endorser terhadap keputusan pembelian

produk shampoo L’Oreal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel

celebrity endorser berpengaruh positif terhadap variabel keputusan

pembelian.

2. Penelitian yang dilakukan Yuri Ardiyanto, berjudul “Pengaruh Celebrity

Endorser dan Brand Association terhadap Keputusan Pembelian Shampoo

Clear Men”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh celebrity

endorser dan brand association terhadap keputusan pembelian Shampoo

(40)

menunjukkan bahwa variabel celebrity endorser berpengaruh positif

terhadap variabel keputusan pembelian.

3. Penelitian yang dilakukan Yohanes Aditya W (2016), berjudul “Pengaruh

Celebrity Endorser Cristiano Ronaldo terhadap Brand Image dan

Keputusan Pembelian Konsumen Shampoo Clear di Surabaya”. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh celebrity endorser Cristiano

Ronaldo terhadap brand image dan keputusan pembelian konsumen

Shampoo Clear di Surabaya, Pengaruh brand image terhadap keputusan

pembelian Shampoo Clear di Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa variabel celebrity endorser berpengaruh positif dan signifikan

terhadap variabel keputusan pembelian.

4. Penelitian yang dilakukan Sohail Majeed and Sana Razzak (2011) berjudul

The Impact of Television Advertisement Repetition, Celebrity

Endorsement and Perceived Quality on Consumer Purchase Decision”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengulangan iklan,

celebrity endorsement, dan perceived quality terhadap keputusan

pembelian konsumen. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

variabel advertisement repetition dan perceived quality berpengaruh

signifikan terhadap variabel keputusan pembelian. Sedangkan variabel

celebrity endorsement tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

keputusan pembelian.

5. Penelitian yang dilakukan Wulandari dan Nurcahya (2015), berjudul

(41)

Keputusan Pembelian Clear Shampoo Di Kota Denpasar”. Penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh celebrity endorser,

brand image dan brand trust terhadap keputusan pembelian Clear

shampoo di Kota Denpasar. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa

variabel celebrity endorser, brand image dan brand trust berpengaruh

secara simultan, parsial dan dominan terhadap variabel keputusan

pembelian Clear shampoo.

6. Penelitian yang dilakukan Afrino Fajar Setiadi (2012), berjudul “Pengaruh

Citra Merek, Perceived Quality dan Iklan terhadap Keputusan Pembelian

Shampoo Merek Clear”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh citra merek, perceived quality, dan iklan terhadap keputusan

pembelian konsumen pada produk shampoo Clear. Hasil dari penelitian

menunjukan bahwa variabel citra merek, perceived quality, dan iklan

berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian

konsumen.

7. Penelitian yang dilakukan Sri Nuryani (2014), berjudul “Analisis

Pengaruh Iklan, Citra Merek dan Harga terhadap Keputusan Pembelian

Sampo Sunsilk di Semarang”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

pengaruh iklan, citra merek dan harga terhadap keputusan pembelian

Sampo Sunsilk. Hasil dari penelitian menunjukan bahwa variabel iklan,

citra merek dan harga berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel

(42)

8. Penelitian yang dilakukan Parengkuan, Tumbel, & Wenas (2014) berjudul

“Analisis Pengaruh Brand Image dan Celebrity Endorsment terhadap

Keputusan Pembelian Produk Shampo Head and Shoulders di 24 Mart

Manado”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Brand

Image dan Celebrity Endorsment terhadap keputusan pembelian konsumen

Head and Shoulders di 24 Mart Bahu. Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa variabel Brand Image dan Celebrity Endorsement

berpengaruh secara simultan terhadap variabel keputusan pembelian

konsumen. Secara parsial variabel brand image tidak berpengaruh

signifikan terhadap keputusan pembelian konsumen dan celebrity

endorsment berpengaruh signifikan terhadap variabel keputusan pembelian

konsumen.

C. Kerangka Berpikir

Iklan yang menarik dibawakan oleh seorang selebriti akan

mempengaruhi keberadaan produk dalam segi penampilan (Royan, 2004).

Terdapat tiga faktor yang mendorong konsumen untuk membeli antara lain

daya tarik, dapat dipercaya, dan keahlian selebriti. Sebagai komunikator

(spokesperson), daya tarik merupakan hal yang penting. Daya tarik bukan

hanya berarti daya tarik fisik, tetapi meliputi sejumlah karakteristik yang

dapat dilihat khalayak dalam diri pendukung, kecerdasan, sifat-sifat

kepribadian, gaya hidup, dan keatletisan postur tubuh. Daya tarik dan

keahlian yang dimiliki oleh selebriti sebagai bintang iklan suatu produk,

(43)

Proses pembentukan brand image atau citra merek itu sendiri merupakan

suatu hal yang penting, karena sebelum seseorang memutuskan untuk

memilih dan menggunakan suatu produk mereka akan memiliki

pandangan terlebih dahulu terhadap produk tersebut. Brand image atau

citra merek dibangun melalui proses panjang dari kekuatan serta keunikan

merek tersebut melalui jasa celebrity endorser atau selebriti pendukung

untuk menciptakan reputasi yang kuat akan merek. Sehingga penggunaan

celebrity endorser dan reputasi citra merek nantinya akan berdampak pada

keputusan pembelian.

D. Paradigma Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan kajian teori di atas maka

diperoleh paradigma penelitian sebagai berikut:

Gambar 1. Paradigma penelitian

Celebrity Endorser

(X1)

Brand Image

(X2)

(44)

E. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis

penelitian yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

H1 : Celebrity Endorser berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian

Sampo.

H2 : Brand Image berpengaruh positif terhadap Keputusan Pembelian Sampo.

H3 : Celebrity Endorser dan Brand Image secara bersama-sama berpengaruh

(45)

30

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian asosiatif kausal, dengan metode

penelitian yang digunakan adalah metode survei. Teknik pengambilan datanya

dengan angket, skor yang diperoleh dari angket kemudian dianalisis dengan

analisis deskriptif yang dituangkan dalam bentuk presentase. Dalam penelitian

survey, informasi yang dikumpulkan dari responden dengan menggunakan

kuesioner. Penelitian survei digunakan untuk mendapatkan data opini

individu. Selain itu, penelitian survei dilakukan untuk memperoleh fakta-fakta

dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan secara faktual

tanpa menyelidiki mengapa gejala-gejala tersebut ada (Jogiyanto, 2010).

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri

Yogyakarta dan waktu penelitian dimulai pada bulan Oktober tahun 2016.

C. Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Dependen (Y)

Variabel terikat (dependen) merupakan variabel yang dipengaruhi

oleh variabel bebas. Variabel dependen/terikat (Y) pada penelitian ini

adalah pengambilan keputusan pembelian yang merupakan salah satu

proses dari perilaku konsumen. Keputusan pembelian adalah pemilihan

(46)

seseorang dapat membuat keputusan, harus tersedia beberapa alternatif

pilihan (Schiffman & Kanuk, 2004).

Indikator keputusan pembelian pada penelitian ini menggunakan

indikator dari Kotler dan Keller (2009) yaitu keputusan tentang merek,

keputusan membeli dari siapa (pemasok), keputusan tentang jumlah

produk yang akan dibeli, keputusan tentang waktu membeli, dan

keputusan dalam cara pembayaran. Jumlah item pertanyaan pada variabel

ini sebanyak 10 item.

2. Variabel Independen (X)

Variabel bebas (independen) merupakan variabel yang menjadi

sebab terjadinya perubahan pada variabel terikat (dependen). Adapun

yang menjadi variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

a. Celebrity Endorser (X1)

Celebrity endorser adalah seorang pribadi baik itu aktor, artis

maupun atlit yang dikenal masyarakat dan menjadi pujaan, karena

prestasinya di suatu bidang dan digunakan dalam menyampaikan pesan

iklan yang dimaksudkan untuk menarik perhatian sehingga

mempengaruhi konsumen sasaran (Shimp, 2003).

Indikator celebrity endorser pada penelitian ini menggunakan

indikator dari Royan (2004) yaitu Daya Tarik, Keahlian, dan

Kepercayaan. Jumlah item pertanyaan pada variabel ini sebanyak 6

(47)

b. Brand Image (X2)

Citra merek ialah persepsi dan keyakinan yang dilakukan oleh

konsumen, seperti tercermin dalam asosiasi yang terjadi dalam memori

konsumen (Kotler & Keller, 2009). Citra merek merupakan syarat dari

merek yang kuat dan citra adalah persepsi yang relatif konsisten

dalam jangka panjang).

Indikator brand image pada penelitian ini menggunakan indikator

dari Kotler & Keller (2003) yaitu kekuatan (Strengthness), keunikan

(Uniqueness), dan keunggulan (Favorable). Jumlah item pertanyaan

pada variabel ini sebanyak 6 item.

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek dan

subyek penelitian yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah

mahasiswa aktif S1 Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Yogyakarta

yang pernah membeli produk sampo Clear.

2. Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan

digunakan dalam penelitian ini mengunakan teknik purposive sampling.

Pengertian purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan

(48)

yaitu kriteria yang sudah di tentukan peneliti untuk menentukan sampel

pengambilan data. Kriteria tersebut adalah mahasiswa yang pernah

membeli lebih dari sekali dan melihat iklan produk sampo Clear versi

Agnes Monica.

Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan

pendapat Hair (2010), ukuran sampel yang ideal dan representatif

tergantung pada jumlah item pertanyaan pada indicator penelitian

dikalikan 5-10. Jumlah pertanyaan yang digunakan sebanyak 22 item.

Sehingga jumlah responden minimal untuk penelitian ini dapat diketahui

sejumlah 22 x 5 = 110 responden. Dengan demikian untuk memastikan

bahwa sampel representatif, sampel yang digunakan berjumlah 110

responden.

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini

adalah kuesioner. Menurut Arikunto (2006), kuesioner adalah sejumlah

pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari

responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang

diketahuinya.

Daftar pertanyaan dalam kuesioner ini harus sesuai dengan

permasalahan yang diteliti, dan memperoleh data berkaitan dengan

Celebrity Endorser, Brand Image dan Keputusan Pembelian produk

(49)

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang disusun berdasarkan

indikator-indikator dari variabel penelitian. Indikator tersebut dituangkan

secara rinci dalam butir-butir pertanyaan yang berupa angket dan

dibagikan kepada responden.

1. Kisi-kisi pertanyaan

Alat ukur dalam penelitian dengan menggunakan angket yang

berisi butir-butir pertanyaan yang nantinya akan diberikan pada

responden. Instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran

variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Instrumen Penelitian

No. Variabel Indikator No. Item

(Kotler & Keller, 2003)

5. Keputusan dalam cara pembayaran

Skala pengukuran instrumen adalah kesepakatan yang digunakan

sebagai acuan pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga

(50)

Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala

Likert, yaitu skala yang digunakan untuk mengukur pendapat orang

atau sekelompok orang tentang fenomena sosial, penulisan analisis

kuantitatif menggunakan pertanyaan dan skor sebagai berikut:

a. Skor 5 untuk jawaban sangat setuju

b. Skor 4 untuk jawaban setuju

c. Skor 3 untuk jawaban kurang setuju

d. Skor 2 untuk jawaban tidak setuju

e. Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju

F. Uji Coba Instrumen

Agar data yang diperoleh dengan cara menyebarkan kuesioner dapat

dianggap valid dan reliabel, maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas

kuesioner terhadap butir - butir pertanyaan dalam kuesioner.

1. Uji Validitas

Validitas digunakan untuk mengukur sah atau tidaknya suatu

kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan pada

kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan teknik analisis faktor dari program SPSS versi 24.0 for

windows. Teknik analisis faktor yang digunakan untuk menguji adalah

Confirmatory Faktor Analysis (CFA). Metode rotasi faktor yang

digunakan adalah varimax. Validitas korelasi antar variabel dalam melihat

(51)

Nilai KMO yang dikehendaki harus > 0.50 untuk dapat dilakukan analisis

faktor (Ghozali, 2011) dan koefisien signifikansi Barrtlett’s Test of

Sphericity dinilai melalui koefisien signifikan kurang dari 50% atau 0,50

(Hair et al, 2010).

Hasil Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO

MSA) dan uji validitas dengan Confirmatory Factor Analysis (CFA)

ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 5. KMO and Bartlett's Test (Tahap 1)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .882

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 1624.881

df 231

Sig. .000

Sumber : Data primer yang diolah 2016

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa nilai

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) lebih

besar dari 0,50 yaitu 0,882, ini menunjukkan bahwa data yang ada layak

untuk dilakukan faktor analisis, jumlah sampel memenuhi kelayakan untuk

dianalisis. Sedangkan pada hasil uji Bartlett’s Test of Sphericity diperoleh

taraf signifikansi 0,000, yang artinya bahwa antar variabel terjadi korelasi

(signifikansi<0,50), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua

variabel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena telah memenuhi

kriteria.

Selanjutnya pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa semua

(52)

dengan nilai loading factor di atas dan di bawah 0,50. Hal ini

menunjukkan bahwa indikator tersebut merupakan satu kesatuan alat ukur

yang mengukur satu konstruk yang sama dan dapat memprediksi apa yang

seharusnya diprediksi.

Tabel 6. Rotated Component Matrix (Tahap 1)

No. Variabel Item

Sumber : Data primer yang diolah 2016

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa meskipun semua Item

telah mengelompok sesuai dengan indikatornya, akan tetapi berdasarkan

hasil di atas diketahui bahwa tidak semua item pernyataan dinyatakan

valid. Item KP10 dinyatakan gugur karena memiliki nilai loading factor di

(53)

Oleh karena uji CFA pada tahap 1 ada butir pertanyaan yang

gugur, maka perlu dilakukan uji CFA tahap 2. Hasil Kaiser-Meyer-Olkin

Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) dan uji validitas dengan

Confirmatory Factor Analysis (CFA) tahap 2 ditunjukkan dalam tabel

berikut ini:

Tabel 7. KMO and Bartlett's Test (Tahap 2)

KMO and Bartlett's Test

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy. .885

Bartlett's Test of Sphericity

Approx. Chi-Square 1617.588

df 210

Sig. .000

Sumber : Data primer yang diolah 2016

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa nilai

Kaiser-Meyer-Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO MSA) lebih

besar dari 0,50 yaitu 0,885, ini menunjukkan bahwa data yang ada layak

untuk dilakukan faktor analisis, jumlah sampel memenuhi kelayakan untuk

dianalisis. Sedangkan pada hasil uji Bartlett’s Test of Sphericity diperoleh

taraf signifikansi 0,000, yang artinya bahwa antar variabel terjadi korelasi

(signifikansi<0,50), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semua

variabel yang ada dapat dianalisis lebih lanjut karena telah memenuhi

kriteria.

Selanjutnya pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa semua

item pertanyaan pada masing-masing variabel mengelompok menjadi satu,

dengan nilai loading factor di atas 0,50. Hal ini menunjukkan bahwa

(54)

konstruk yang sama dan dapat memprediksi apa yang seharusnya

diprediksi.

Tabel 8. Rotated Component Matrix (Tahap 2)

No. Variabel Item

Sumber : Data primer yang diolah 2016

Berdasarkan hasil uji CFA tahap 2 diketahui bahwa semua item

telah mengelompok sesuai dengan indikatornya dan berdasarkan hasil di

atas diketahui semua item pernyataan dinyatakan valid dengan nilai

loading factor di atas 0,50.

2. Uji Reliabilitas

Instrumen dikatakan reliabel apabila instrumen tersebut mampu

(55)

sebenarnya. Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa

instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat

pengumpulan data karena instrumen sudah baik (Arikunto, 2006). Uji

reliabilitas pada penelitian ini menggunakan model cronbach alpha untuk

menentukan apakah setiap instrument reliabel atau tidak.

Untuk mengetahui koefisien reliabilitas instrumen signifikan atau

tidak, maka r hitung dikonsultasikan dengan kriteria tabel berikut:

Tabel 9. Interpretasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,800 - 1,000 Sangat Tinggi

0,600 - 0,799 Tinggi

0,400 - 0,599 Sedang

0,200 - 0,399 Rendah

0,000 - 0,199 Sangat Rendah Sumber : (Arikunto, 2006)

Pada uji instrumen dengan menggunakan 110 responden dan diolah

dengan program SPSS, diperoleh data sebagai berikut:

Tabel 10. Hasil Uji Reliabilitas

No Variabel Cronbach’s

alpha

Sumber : Data primer yang diolah 2016

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa variabel Celebrity Endorser,

Brand Image dan Keputusan Pembelian memiliki reilabilitas yang baik

(56)

pertanyaan dari tiga variabel yang diteliti dikatakan reliabel dan memiliki

konsistensi yang sangat tinggi.

G. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

analisis sebagai berikut:

1. Analisis Deskriptif

Dalam menganalisis data penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

analisis deskriptif. Sugiyono (2009) mengatakan bahwa análisis deskriptif

digunakan untuk menganalisis data yang telah terkumpul dengan cara

mendeskripsikan atau menggambarkan obyek yang diteliti melalui sampel

atau populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat

kesimpulan yang berlaku umum. Terdapat tiga hal yang disajikan dalam

análisis deskriptif yang meliputi:

a. Analisis mengenai karakteristik dari responden yang terdiri dari

mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta, pernah membeli lebih

dari sekali produk sampo Clear, pernah melihat iklan sampo Clear

versi Agnes Monica.

b. Penelitian ini memiliki tiga data yaitu data variabel Celebrity

Endorser, Brand Image, dan Keputusan Pembelian. Data ini

kemudian diolah menggunakan analisis deskripsi statistik sehingga

diperoleh nilai maksimal, nilai minimal, nilai mean (Me) dan Standar

(57)

c. Analisis ini juga menggambarkan jawaban responden dari kuesioner

yang diajukan. Pada bagian ini penyusun akan menganalisa data

tersebut satu persatu yang didasarkan pada jawaban responden yang

dihimpun berdasarkan kuesioner yang telah diisi oleh responden

selama penelitian berlangsung, untuk lebih memudahkan analisis,

maka data dibedakan menjadi tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan

rendah. Penetapan kategori dikelompokkan sebagai berikut (Azwar,

2009):

 Tinggi = X ≥ M + SD

 Sedang = M - SD ≤ X < M + SD

 Rendah = X ≤ M - SD

2. Uji Prasarat Analisis

Penelitian ini menggunakan model analisis regresi untuk analisis

datanya. Sebelum dilakukan analisis regresi, terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi klasik yang terdiri dari uji normalitas, uji linieritas, uji

multikolinieritas, dan uji heteroskedasitas. Apabila uji asumsi klasik

terpenuhi, maka analisis regresi bisa dilakukan.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah data yang akan

digunakan dalam model regresi berdistribusi normal atau tidak

(Ghozali, 2005). Uji statistik yang dapat digunakan untuk menguji

(58)

tarif signifikan 5% atau 0,05. Apabila hasil uji normalitas sudah lebih

dari taraf signifika maka data tersebut normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah variabel

bebas dan terikat dalam penelitian ini memiliki hubungan linier. Uji ini

digunakan untuk melihat apakah spesifikasi model yang digunakan

sudah benar atau tidak. Apakah fungsi yang digunakan dalam suatu

studi empiris sebaiknya linear, kuadrat, atau kubik (Ghozali, 2011).

Perhitungan uji linieritas dilakukan dengan menggunakan bantuan

SPSS untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat tersebut bersifat linier atau tidak.

c. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model

regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model

regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel

independen. Jika variabel independen saling berkolersai, maka

variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah

variabel independen yang nilai korelasinya antar sesame variabel

independen sama dengan nol.

Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas dapat dilihat

dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF).

Nilai yang umum dipakai untuk menunjukan adanya multikolonieritas

(59)

2011). Uji multikolinieritas diatas dapat dilakukan dengan bantuan

komputer menggunakan program aplikasi pengolah data SPSS.

d. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model

regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan

ke panganmatan yang lain tetap, maka disebut homoskedatisitas

(Ghozali, 2011). Uji heteroskedastisitas diatas dapat dilakukan dengan

bantuan komputer menggunakan program aplikasi pengolah data

SPSS.

3. Analisis Data

a. Analisis Regresi Berganda

Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan

untuk mengolah hasil penelitian guna memperoleh suatu instrumen

suatu kesimpulan. Adapun metode analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Analisis regresi

berganda digunakan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh

Celebrity Endorser (X1) dan Brand Image (X2) terhadap Keputusan

Pembelian (Y). Persamaan regresi linier berganda yang digunakan

dalam penelitian ini adalah:

Y = a + b X + b X + e

(Sugiyono, 2010)

Keterangan :

(60)

b , b = Koefisien Regresi

X = Variabel Celebrity Endorser X = Variabel Brand Image e = error

b. Uji Hipotesis

a) Uji Koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t)

Uji t digunakan untuk menguji signifikansi hubungan

antara variabel X dan Y, apakah Celebrity Endorser (X1) dan

Brand Image (X2) berpengaruh secara individu (parsial) terhadap

Keputusan Pembelian (Y) (Ghozali, 2005). Hipotesis yang

digunakan dalam pengujian ini adalah :

Ho : Celebrity Endorser dan Brand Image secara individual tidak

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan

Pembelian.

Ha : Celebrity Endorser dan Brand Image secara individual

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan

Pembelian.

Kriteria uji statistiknya yaitu :

1) Apabila probabilitas signifikani > 0,05 maka Ho diterima dan

Ha ditolak.

2) Apabila probabilitas signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan

Ha diterima.

b) Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F)

Dalam penelitian ini, uji F digunakan untuk mengetahui

(61)

bersama-sama (simultan) terhadap variabel dependen (Ghozali,

2005). Hipotesis yang akan di uji adalah :

Ho : Celebrity Endorser dan Brand Image secara bersama-sama

tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

Keputusan Pembelian.

Ha : Celebrity Endorser dan Brand Image secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Keputusan

Pembelian.

Kriteria uji statistiknya yaitu :

1) Apabila probabilitas signifikani > 0,05 maka Ho diterima dan

Ha ditolak.

2) Apabila probabilitas signifikansi < 0,05 maka Ho ditolak dan

Ha diterima.

c) Koefisien Determinasi (� )

Uji koefisien determinasi (� ) pada intinya mengukur

seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi

variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol

dan satu. Nilai (� ) yang kecil berarti kemampuan

variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen

sangat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan

Gambar

Tabel 1. Brand Share Sampo Tahun 2011-2015
Tabel 3. Top of Mind Brand Sampo Tahun 2011-2015
Gambar 1. Paradigma penelitian
Tabel 4. Instrumen Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penjelasan diatas maka tujuan penelitian yang dapat dirumuskan yaitu untuk mengetahui pengaruh kompetensi, integritas dan kepemimpinan terhadap disiplin kerja

[r]

Nilai R/C Ratio yang diperoleh pada usaha kue Semprong (kasippi) di Usaha Mega Rezky sebesar 1,48 berarti usaha tersebut dinyatakan layak, karena setiap penambahan

Viola atau biola alto memiliki ukuran yang lebih besar dari pada biola, dan memiliki karakter suara yang lebih rendah dan gelap. Nada-nada tinggi

Pada tubulus hepatopankreas udang galah ( Macrobrachium rosenbergii ) kontrol terlihat bahwa tubulus hepatopankreas masih memiliki bentuk normal sedangkan pada

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana Koordinasi Lintas Sektor Satuan Tugas Penanganan Bencana

Pembuatan WebSite Sanggar Tari Sangrina Bunda menggunakan Macromedia Dreamweaver MX yang bertujuan agar masyarakat dapat mengetahui informasi Sanggar Tari

Sekiranya terdapat mana-mana individu cuba meminta rasuah daripada saya atau mana-mana individu yang berkaitan dengan syarikat ini sebagai sogokan untuk